Anda di halaman 1dari 28

BAB I

CALVIN MUDA

Kehidupan Calvin belum menjadi subjek pembahasan sensitif mengenai kehidupan


Luther karena jika memperthatikan karya-karya yang dilakukan oleh Luther, tapi dapat
dipertimbangkan dengan penelitian-penelitian yang dilakukan dalam separuh abad terakhir. Ada
banyak detail biografis tentang Calvin yang masih belum diketahui, atau sudah diketahui namun
belum sempurna karena tidak adanya dokumentasi yang teliti. Para sejarawan telah mencoba
dengan segenap hikmat dan kecerdasan mereka untuk menyusun kembali peristiwa-pristiwa yang
menandai tahun-tahun paling awal dari kehidupan Calvin.

I. TAHUN-TAHUN STUDI.

Jean Calvin, lahir di Noyon pada tanggal 10 Juli 1509, Calvin adalah anak dari Gerard
Cauvin, yang berasal dari kalangan pengrajin dan tukang perahu dan Jeanne Lefranc yang
berasal dari kalangan Borjuis, Calvin memiliki 3 saudara kandung laki-laki dan 2 perempuan
yang bernama Charles, Antonie, Francois, dan Marie tapi satu perempuan lagi tidak diketahui
namanya. Saudaranya Antonie meninggal dunia pada usia muda sedangkan Charles menjadi
seorang imam kemudian meninggal pada tahun 1537, Marie dan Antonie mengikuti Calvin ke
Jenewa untuk membantu Calvin dalam karya literaturnya. Ibu Calvin terlalu cepat meninggal
tapi yang diketahui ibu dari Calvin memiliki reputasi yang baik karena kesalehannya sedangkan
ayah Calvin memiliki ambisi tersendiri bagi putera-puteranya terlebih khusus Calvin. Waktu
Calvin berusia 12 tahun ia menjadi benefice (pekerja gereja dengan santunan tetap) sehingga
mampu melanjutkan studinya tanpa membebankan biaya kepada ayahnya, Calvin mengundurkan
diri dari jabatan itu pada tahun 1529 tanpa alasan yang jelas tapi kemudian menjabat kembail
pada tahun 1531.

Sesudah Calvin mengikuti perkuliahan di kolese Cappetes di kota asalnya, Calvin dikirim
ke Paris pada tahun 1523 untuk melanjutkan studinya ketika ia berumur 14 tahun di sana ia
tinggal dengan pamannya dan mendapat pengajaran dari guru yang tidak kompeten. Calvin
kemudian masuk di College de la Marche, ia dibimbing oleh Mathurin Cordier salah satu pendiri
pedadogi modern tapi kemudian Calvin melanjutkan pendidikannya ke College de Montaigu,
yang disegani oleh setiap orang karena dikenal sebagai salah satu kubu ortodoksi calvin tinggal
di sini selama lima tahun dalam masa studinya Calvin memiliki sahabat-sahabat yang sebaya
dengannya anatara lain Montmor dan Olivetan yang menganut ajaran Reformasi dan memiliki
minat terhadap humanisme dan budaya, Calvin juga bersahabat dengan orang yang lebih tua dan
memiliki pengaruh di Fakultas Teologi yaitu Founcy de Cambrai. Ayah Calvin mempersiapkan
dia untuk menjadi seorang imam, karena itulah Calvin belajar Teologi tapi pada tahun 1529
calvin melepaskan studinya itu kemudian berpindah kepada studi hukum di fakultas hukum yang
berada di Orleans karena fakultas tersebut bisa membuat Calvin memiliki nama besar dengan
adanya 8 profesor didalam fakultas tersebut. Tetapi meskipun Calvin memusatkan diri dengan
belajar yang giat dalam ilmu hukum, ia juga menemukan sarana untuk studi lain, yang lebih
dekat dan ideal dengan kaum humanis.

Kemudian Calvin meninggalkan Orleans dan pindah ke Bourges dimana di kota ini ada
seorang profoseor yang terkenal dengan salah satu pemikiran humanisnya yang bernama Alciat
tapi calvin harus meninggalkan Bourges dengan mendadak karena ayahnya yang mengalami
sakit yang serius sehingga mengharuskan Calvin untuk pergi ke Noyon, dalam hari-hari Gerard
Cauvin di Noyon Calvin terlibat argumen dengan Dewan Paroki dalam usaha pencabutan
hukuman pengucilan yang diterima oleh ayahnya selama lebih dari dua tahun. Kematian ayahnya
menjadikan Calvin sebagai penentu tujuan hidupnya sendiri, bebas untuk mengejar karier yang
menjadi pilihannya. Selama musim dingin tahun 1531-2, Calvin menyelesaikan buku pertamanya
yaitu tafsiran tentang karya Seneca De Clamentia yang diterbitkan pada 4 april tahun 1532 dan
menempatkan penulisnya di antara kaum humanis yang terkenal. Sesudah itu Calvin kembali ke
Orelans selama beberapa bulan untuk menuntaskan studinya dibidang hukum dengan suatu gelar.

II. TAFSIRAN TENTANG DE CLEMENTIA KARYA SENECA:

HUMANISME CALVIN

Penulis biografi Calvin hanya sedikit untuk membahas karya pertama dari Calvin ini
padahal karya ini lebih dari sekerdar karya yang sangat baik dari Calvin, karya ini mendapat
perhatian karena menggunakan metode yang telah disempurnakan oleh Valla, Eresmus, dan
Bude. Ada argumen mengenai Calvin yang membuat karya ini untuk mendorong Francis I untuk
mempertimbangkan kebijakan tentang fleksibilitas dan kemurahan hati untuk kaum Protestan
karena Saneca menulis karya ini untuk membujuk Nero agar lebih bermurah hati terhadap warga
negaranya karena mungkin saja Calvin merasakan keprihatinan yang sama ketika menulis
tafsirannya karena sikap Calvin yang sebelum bergabung dengan pihak Reformasi ia menentang
penganiayaan yang terjadi, akan tetapi tidak ada data yang jelas yang Calvin berikan terhadap
tulisan Seneca.

Erasmus telah menerbitkan 2 kali karya-karya dari Seneca yang terbit pada tahun 1529
tapi erasmus tidak puas dan mengundang pembaca untuk mencoba yang lebih baik, karena
undangan ini Calvin menyatakan dalam kata pengantarnya bahwa ia menemukan banyak hal
yang tidak di perhatikan Eresemus dalam karya Seneca sehingga menimbulkan kecaman dari
para penggemar Eresemus kepada Calvin yang baru berusia 23 tahun. Ada pertanyaan yang
muncul kenapa Calvin harus memilih untuk menulis tentang Saneca karena para penulis Stoik
secara khusus Saneca sedang menikmati kepopuleran karena etika Stoik dipandang tinggi oleh
rekan-rekan Calvin pada zaman itu kemudian menjadi ajaran yang unggul dan hanya dapat
dipahami oleh jiwa-jiwa yang terpilih oleh karena hal tersebut ajaran ini dipandang mulia. Etika
Stoik juga memberi kesan mendalam kepada beberapa Bapa Gereja di zaman kuno, kemudian
Seneca didalam tulisannya menemukan dasar-dasar Stoikisme dengan bahasa yang mudah untuk
dipahami, kemudian kaum humanis hanya mengikuti dan menambah sedikit penekanan akan
suatu kecenderungan yang telah ada sebelumnya. Eresemus memberi perhatian besar terhadap
Seneca akan tetapi Calvin menganggap eulogi Eresemus terlalu dingin. Zwingl juga memandang
penulis De Clementia sebagai penulis kesukaannya dan tetap melekat kepadanya bahkan sesudah
dia bergabung dengan kaum Reformator, karya Zwingli Sermon on Providence kadang-kadang
hampir sama terbaca menyerupai perikop-perikop dari Seneca.

Calvin menggarisbawahi persamaan Stoikisme dan Kekristenan dalam Commentary yang


dia tulis, ia meyakini bahwa kaum Stoik dan orang Kristen adalah satu dalam mengakui
eksistensi dari suatu providensi supranatural yang tidak memberi tempat bagi peluang dan yang
melampaui kuasa para raja. Menyangkut dengan ketundukan pemerintah kepada providensi,
pembahasan Seneca mengundang Calvin untuk menegaskan dalam Commentary-nya bahwa hal
ini juga adalah pengajaran dari agama kita, bahwa tidak ada kuasa lain selain kuasas Allah dan
bahwa segala sesuatu telah diatur oleh Allah dalam Roma 13. Calvin juga memiliki sifat
aristokratis pada dirinya dan muncul pada setiap kesempatan sehingga ia tidak menyetujui
perkumpulan orang banyak yang sifatnya menghasut, tidak memiliki rasio atau ketajaman
penilaian. Calvin menampilkan diri sebagai seorang pendukung kuasa kerajaan karena dalam De
Clementia terdapat kiasan-kiasan yang sering dipakai dalam bidang politik tetapi dengan catatan
kekuasaan itu sah yang dikendalikan oleh pertimbangan moral, Calvin juga tampil juga sebagai
orang yang melawan tirani. Calvin juga mungkin sudah membaca karya dari Machiavelli, The
Prince karena adanya perlawanan terhadap argumen dari Machiavelli mengenai melawan tirani
dalam Commentary-nya dengan mengatakan “yang memerintah bertentangan dengan kehendak
warga negaranya, atau menjalankan dengan kekuasaan yang tidak terkendali”.

Calvin juga memakai definisi-definisi dari kuasa publik dan juga mengikuti para ahli
hukum Roma untuk mengakui bahwa penguasa yang berdaulat berada di atas hukum sipil, bahwa
ia adalah seorang legibus solutus karena ia sendiri adalah lex animata (hukum yang hidup).

Dalam Commentary-nya humanisme Calvin tampak jelas dengan metode-metode yang


dinamakan secara tepat, Calvin memperlihatkan pengetahuan yang luar biasa mengenai zaman
klasik kuno dan juga mengenai Bapa Gereja secara akurat. Calvin juga menyempurnakan
metode-metode ini dan menerapkanya pada alkitab. Valla juga telah menggunakan metode
humanis dalam karyanya Annotations upon the New Testament dan Eremeus mengikutinya akan
tetapi Calvin yang pertama kali menjadikannya dasar bagi eksegesisnya kemudian menciptakan
ilmu eksegesis modern.

Calvin mengkritsi Stoikisme dalam buku pertamanya ini, suatu kemandirian pemikiran
yang mengejutkan yang ditemukan dalam diri Calvin yang masih muda, dan memberi petunjuk
bagaimana ia memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia baginya, karena seperti tiga tahun
kemudian ketika Calvin menulis Institutes ia tahu bagaimana mengambil dengan bebas dari para
pendahulunya tanpa mengasimilasi kensepsi khusus mereka dan Calvin tahu untuk menjaga
jarak. Calvin keberatan terhadap kaum Stoik dan para Filsuf karena ketidakmampuan mereka
untuk sampai kepada kesimpulan yang dapat diandalkan dan ketidakacuhan mereka terhadap
kebutuhan riil manusia. Calvin juga menolak ketidakacuhan Stoik tentang “apa yang dikatakan
orang” ia berbuat demikian dalam nama “agama kita” dan mengikuti pendapat Agustinus.

Calvin berpindah kepada Reformasi pada usia 24 tahun dengan mempertimbangkan


intelektualnya yang telah matang pada usia muda, mentalitas Calvin telah mencapai karakter
yang mantap. Calvin juga menjadi seorang Hummanis sejak tahun 1532, R. Seeberg berkata
mengenai Calvin “ dalam pandangan Calvin kebudayaan humanis bukan hanya sebuah obot yang
memancarkan terang Injil, tetapi disamping Biblisismenya yang ketat, pemikiran humanisnya
sampai taraf tertentu selaras dengan Injil. Calvin juga tetap mempertahankan pendapat kaum
stoik karena hal itu ia membela dirinya sendiri dengan alasan yang baik dari orang yang
menuduhnya telah membawa pendapat stoik tentang nasib ke dalam doktrin-nya tentang
predestinasi. Dalam pertobatannya membuat ia menurunkan kedudukan para penulis kuno dalam
hierarki nilai-nilai yang dikagumi Calvin demi meninggikan Alkitab tetapi tidak mengutuk
mereka tanpa sebab. Calvin menghargai penulis-penulis itu sebagai “terang kebenaran yang
mengagumkan”. Pengaruh dari zaman kuno ini mulai menyusut dengan pertambahan usia namun
pengaruhnya tidak akan pernah lenyap.

Calvin menegur beberapa humanis atas kesombongan dan kesia-siaan, dan kaum humanis
lainnya karena menjadi murid daru Lucian dan Epicurus dalam karyanya Tratise upon Scandals
karena mereka secara angkuh melecehkan Injil atau dalam pandangan mereka yang jahat
menginjak-injak janji yang kudus dan sakral mengenai kehidupan keka ini ditujukan kepada
sikap-sikap pribadi humanis tertentu, bukan pada humanisme itu sendiri. Calvin dalam semua
karyanya tetap menghargai penalaran yang dilakukan dengan baik, gaya yang sopan dan cita rasa
yang baik karena Calvin adalah seorang ahli bahasa Latin terbaik dari abad ke-16. Calvin sangat
mendekati Erasmus mengenai cita rasa yang halus. Calvin tetap menjadi sasaran dari reaksi
kaum humanis, karena sikap terhadap tradisi yang sebagian besar dibentuk karena penghinaan
kaum humanis terhadap skolastisme. Karena terjadi penolakan terhadap tradisi-tradisi yang
dibentuk dalam mazhab abad pertengahan yang diketahui Calvin dengan baik. Keterbatasan dari
pengetahuannya menunjukan bahwa Calvin sebelumnya adalah seorang humanis.

Humanisme Calvin bertahan ke arah yang lai berdasarkan tafsiran De Clamentia ini dan
juga diseluruh tulisan Calvin berikutnya. Calvin memberikan penegasan dengan apa yang
diindikasikannya, yang paling tidak akan menunjukan arti penting dari karya pertama Calvin ini
bagi pemahaman tentang pemikirannya. Pembaca yang dituju oleh buku ini tidak bisa melihat
banyak hal yang ada di dalamnya selain sebagai karya seorang pemuda yang tentunya sangat
berbakat akan tetapi masih dianggap terlalu muda untuk memberi pelajaran kepada Ereamus
yang dihormati. Calvin menolak mengikuti permohonan maaf yang biasa dilakukan oleh seorang
pemula dan dengan nada percaya diri ia mempersembahkan karyanya ini kepada kaum humanis
seakan-akan ia setara dengan mereka. Calvin dinilai mereka orang yang sombong dan
meninggikan diri karena itulah ketika dia mencetak bukunya dengan uangnya sendiri kemudian
ingin menjualnya terjadi penolakan dingin sehingga membuat ia lebih kecewa. Penghargaan
Calvin bagi kemampuan literernya pada sepanjang hidupnya telah menderita penghinaan, untuk
pertama kali dan juga yang terakhir kali.

III. PERTOBATAN

Calvin dalam suratnya kepada Bucer menyatakan bahwa ia beralih kepada Reformasi
pada tahun 1532, tetapi surat tersebut tidak pasti. Calvin dengan keras hati terus menjaga
ikatanya dengan Gereja Roma dalam sebuah perikop kata pengantar Commentary on the Psalms.
Calvin menegaskan bahwa dalam pertobatannya terjadi secara mendadak seperti yang dialami
oleh Luther. Dilain pihak Calvin menggunakan satu sosok pendukung yaitu salah satu reformator
untuk dijadikan faktor mendukung pertobatannya.

Calvin hadir dalam sebuah sesi umum persidangan Dewan Paroki Noyon pada tanggal 23
Agustus 1533. Calcvin mengecam “nikodemisme” yaitu sikap dari anggota Reformasi yang
kurang berani untuk menyatakan pendapat mereka dan terus melanjutkan praktik –praktik roma
secara lahiriah. Dalam pihak lain didapati Calvin berada di kota Noyon pada bulan mei tahun
1534 untuk menyerahkan jabatan gerejawinya karena Calvin menanggap kemudahan yang
didapatkan tidak sejalan dengan perbedaan sikap Calvin dengan Roma. Pertobatan Calvin
dipercaya terjadi pada diantara dua tanggal ini.

Para pengikut Reofrmasi mendapat kesan pada tahun 1533 bahwa Raja akan mendukung
gerakan mereka pada akhirnya. Francis I mengizinkan khotbah-kotbah bertema injil yang
disampaikan dalam Louvre atas permintaan Marguerite dari Navarre. Pada All Saints’ Day tahun
1533 Nicolas Cop sebagai rektor baaru di University menyampaikan ceramah “Berbahagialah
orang yang miskin dihadapan Allah” di Gereja Marthurin, dan pidato ini dipandang lama
dipandang sebagai karya Calvin karena tidak sediti argumen yang mendukung hipotesis tersebut,
Nicolas Cop juga adalah anak dari dokter kerajaan dan salah satu dari teman dekat Calvin sejak
dia datang di Paris. Calvin kelihatannya telah dalam bahaya sama seperti Cop. Calvin untuk
pertama kalinya mengemukakan pendapatnya melalui Cop karena mungkin pada tahun 1533
Calvin telah berpihak kepada Reformasi dan merasa perlu mengakuinya dihadapan publik. Jika
poin ini benar tidak berarti juga poin yang lain berlaku sama.

Calvin meninggalkan paris di bawah ancaman pengejaran dan berlindung di Angouoleme


di tempat salah satu temannya. Louis du Tillet, imam dari Claix memberi tumpangan bagi Calvin
dan memakai nama samaran kemudian mengizinkan Calvin memakai tiga atau empat ribu buku
dari pepustakaan ayahnya Calvin memanfaatkan hal tersebut untuk menyempurnakan
pengetahuan teologisnya. Pertobatan Calvin terjadi ketika dia menyerahkan jabatannya di Noyon
karena terjadi perubahan radikal dalam dirinya. Calvin menulis risalahnya De Psychopanhya di
Orelens, Calvin menyerang ajaran tertentu kaum Anabaptis dalam risalah ini. Kaum Lutheran di
tuduh karena telah menghasut perlawanan terhadap agama. Calvin merasa sudah tidak aman
untuk tinggal di negara dimana ia telah menjadi incaran penguasa, ia ingin mencari tempat
pengungsian untuk mendalami studi teologi dan untuk menulis tentang “Katekismus” untuk
disusun bagi Reformasi dalam bahasa Prancis. Calvin pergi ke Basel karena salah satu pusat
intelektual utama di eropa yang terkenal dengan percetakannya dan juga pernah menjadi tempat
singgah Erasmus. Calvin menganggap pertobatan ialah terputusnya dia dari studi-studi
sebelumnya atau lebih tepatnya terlepasnya ia dari humanisme yang dimana sebelumnya menjadi
tujuan hidupnya. Calvin menafsirkan pertobatan sebagai suatu perubahan total dalam orientasi.

BAB II

DARI PERIODE PERTAMA KE PERIODE KEDUA DI JENEWA

Dalam kata pengantar The Institutes of The Christian Relegion tertanggal 23 Agustus
1535 tapi karya tersebut selesai dicetak Maret 1536. Calvin tinggal di Basel selama minggu
pertama thun 1535 setelah ia meninggalkan Paris, memakai nama samaran untuk melindungi
kebebasannya dan tidak menyatakan kepada siapapun bahwa dia yang menulis edisi pertama dari
Institutes yaitu katekismus Latin. Calvin memaksakan diri dengan upaya kerja keras untuk
menguasai ilmu teologi dan memberi perhatian penuhh bagi ilmu ini. Diwaktu yang sama Calvin
sibuk dengan penerbitan buku dan pendalaman Alkitab, Bapa-bapa Gereja, Luther, Melanchthon,
dan Bucher. Calvin juga menyegarkan ingatannya tentang Montaigu dengan mempelajari kaum
skolastik dengan polemiknya. Seluruh pendalaman dari Institutes dapat disimpulkan sangat
eksentif, tapi Calvin tetap berhubungan dengan para theolog Basel, atau dari berkorespondensi
sejak awal dengan Bullinger, Paul Viret, Capiton dan Bucer di Strasbourg.

Calvin meninggalkan Basel ketika ia memeriksa naskah cetak Institutes, ditemani oleh
temannya du Tillet yang telah mengikutinya dalam pembuangan, tetapi sesudah itu
mengecewakannya karena membelot ke Gereja Roma. Calvin berhasil sampai ke Italia dengan
nama samaran untuk mengunjungi Duches Ferrara. Tidak diketahui alasan perjalanan ini, tapi
pasti Calvin telah mendengar sebelumnya mengenai Renee dari Francee yang adalah seorang
puteri dari Louis XII yang menikah dengan Hercules D”Este. Renee memiliki hubungan yang
buruk dengan Hercules karena tidak memahami pemikiran Renee yang tajam dan beralih kepada
Agama untuk mendapat penghiburan. Duches menerima pengungsi Protestan termasuk Clement
Merot di istananya karena ia berpihak kepada Protestan. Calvin tinggal di Ferra hanya beberapa
minggu untuk menguatkan sang putri di dalam imannya dan menambah teman baru dalam
lingukungan sang putri.

Calvin tidak melupakan hubungan sebelumnya dengan Duchemin dan Gerard Roussel
dengan mengalamatkan surat yang terbit setahun kemudian di Basel. Calvin mengutuk sikap dari
para peragu dan menyebut mereka kaum Nicodemit dalam surat-suratnnya, orang yang condong
kepada Reformasi tetapi terus menghadiri upacara Katolik Roma untuk menerima santunan dan
jabatan gerejawi. Hal ini yang terjadi pada dua orang korespondennya. Calvin dalam suratnya
menunjukan nada yang jujur dan mendesak yang menjadi kekhasan adri banyak
korespondensinya. Pada tahun 1548 Calvin bertukar surat dengan Renee sesudah ia kembali ke
Basel dan menjadi pengarah kerohaniannya.

Calvin harus mengatur warisan paternal dengan baik sehingga menginterupsi masa
tinggalnya di Basel, ia mengambil resiko untuk pergi ke Paris mengunjungi saudaranya Antonie
dan Marie untuk membujuk mereka ikut dengannya ke luar negeri yang menjadi tujuan adalah
Strasbourg akan tetapi orang-orang sulit melakukan perjalanan dalam masa itu karena sulit.
Permusuhan antara Francis I dan Kaisar Charles V memaksa Calvin untuk memutar melalui
Jenewa hal ini menjadi kejadian penting bagi sisa kariernya. Calvin tinggal di Jenewa karena
desakan oleh Farel, hal ini disampaikan dalam kata pengantar Commentary on The Psalm, Calvin
yang tujuan sebelumnya pergi ke Strasbourg untuk menetap terhalang karena jalan utama ditutup
karena perang sehingga ia berencana untuk menetap di Jenewa satu malam saja, du’Tillet
menemukan Calvin dan memberitahukan kepada orang-orang, karena hal inilah Farel
mengerahkan seluruh kemampuannya untuk untuk membuat Calvin tetap tinggal. Farel menjadi
pemimpin rohani Calvin di Jenewa, semua hal dilakukan secara bersama-sama tetapi Reformasi
belum didirikan secara mantap karena mengalami kesulitan, dilakukan sebagian dengan motif-
motif politik. Pihak katolik masih memiliki pengaruh yang pantas dipertimbangkan meski telah
dikalahkan. Pihak Reformas perlu seorang pemimpin yang sanggup mengorganisasi Gereja dan
membangunnya pada dasar yang kuat, dengan hal ini menjadi keberuntungan bagi Calvin untuk
membangun dasar yang baru karena belum ada tradisi-tradisi yang telah terlanjur berakar.

Farel berperan penting sebagai pembuka jalan dalam aktivitas Calvin, meskipun kalah
dalam karunia dan kurang sistematis, Farel turut membantu Calvin dalaam menandai wilayah
dan membentuk tim pertama, dan telah membawa Calvin kedalam karyanya. Kekurangan dari
Farel berhasil dilakukan oleh Calvin dengan sangat baik meskipun dengan kesulitan. Farel
menilai Calvin dapat merealisasikan rancangannya, Farel memiliki sikap otoriterian tetapi
bijaksana untuk merendahkan diri kepada Calvin yang adalah pendatang baru. Di Jenewa Calvin
mengawali kariernya sebagai Reformator dengan menjadi Pengajar Kitab Suci di Gereja Jenewa.
Calvin sebelum menjadi pengkhotbah ia adalah seorang guru. Awal Oktober 1526, Calvin
dipanggil untuk pertama kalinya ikut menenangani urusan dalam gereja-gereja lain, namun ia
lebih memberikan bagian dan waktu yang lebih besar kepada Gereja Jenewa. Calvin
menyerahkan pengalaman yang diperolehnya kepada berbagai dewan kota, tanggal 16 Januari
1537, rangkaian Articels yang nantinya berfungsi sebagai dasar bagi organisasi gerejawi yang
baru. Mengenai Gereja, Calvin tidak setuju dengan pandangan Anabaptis yang menilai Gereja
hanya terdiri dari orang pilihan, melainkan Gereja tetap mendasarkan diri pada dukungan
anggotanya. Calvin bermaskud untuk menyerahkan pengakuan iman formal kepada semua
penduduk, dengan tujuan memunculkan orang yang setuju dengan Injil, dan orang yang lebih
mengasihi kerajaan Paus daripada Kerajaan Yesus Kristus. Tapi dalam praktiknya, kesatuan
kepercayaan itu telah dihancurkan, pengakuan iman yang ditawarkan menjadi keharusan bagi
semua yang ingin tinggal di dalam kota.

Perosalan selanjutnya bukan hanya sebatas untuk Reformed dapat memisahkan diri dari
Katolik. Gereja yang di bentuk oleh para pendukung pengakuan iman yang baru memiliki hal-hal
lain yang harus di lakukan, dalam pandangan Calvin, di samping menjamin pemberitaan Firman
dan pelaksanaan sakramen-sakramen, meskipun menurut dia hal-hal ini adalah tanda-tanda yang
dengannya gereja sejati akan di kenal. Gereja juga harus menjadi sebuah komunitas yang hidup,
sebuah kerajaan Kristus di bumi. Oleh karena itu, gereja harus menjangkau sampai sedekat
mungkin ideal kekudusan yang tersirat di sini, tanpa menjadi sebuah gereja yang di khususkan
hanya bagi kaum elit “yang sempurna”. Calvin menegaskan hal tersebut dalam Articles-nya dan
memberikan satu bab kusus untuk membahasnya dalam karyanya, Confession of Faith. Pihak
Magistrasi awalnya menerima dan memberlakukan usulan Calvin tetapi di bulan Juli mereka
menolak rencana pendisiplinan dan memutuskan bahwa mereka sendirilah yang akan
mensuperevisi masalah public. Sebab urusan ini berada dalam kompetensi para penguasa politik.
Seperti di Strasbourg dan di kota-kota lain begitu juga jenewa di mana para penguasa sipil tidak
ingin mendapati diri mereka di perhadapkan dengan otoritas gerejawi yang baru, mereka yang
akan berusaha membuat diri mereka mandiri terhadap kuasa politik. Sehingga Calvin tidak
berhasil dalam menarik gereja Jenewa dari kontrol magistrasi.

Conffesion Calvin yang di wajibkan untuk semua warga kota Jenewa mendatangkan
kekeliruan besar di mana banyak pengikut reformed yang tidak setuju terhadap pemaksaan
disiplin yang tampaknya tidak sejalan dengan kebebasan Injil. Sehingga dewan yang mendukung
Calvin dan Farel mengalami penolakan sehingga pada pemilihan pada Februari 1538 pihak
oposisilah yang menang telak.

Menjelang beberapa waktu, kekhawitran-kekhwatiran lain melanda para pemimpin


reformator di mana kaum Anabptis menimbulkan kesulitan untuk Calvin serta timbulnya Caroli
di mana dia adalah seorang yang belajar dari Lefevre dan dia mengklaim adanya bukti arianisme
terhadap karya Summary milik Farel dan Institute milik Calvin. hal ini melecahkan nama baik
Calvin dan bisa saja menghancurkan seluruh karya Calvin. terjadi permusuhan di antara kedua
pihak sampai masalah ini di bawah ke Bern tapi itu tak cukup sehingga di bawah ke tingkat
sinode Lausanne dan Bern di bulan Mei dan Juni 1537. Dalam hal ini Calvin memenangkan
kasusunya dan Caroli akhirnya di keluarkan oleh penguasa Bern dari posisinya. Setelah itu di
tahun 1545 perselisihan mereka berdua berakhir di mana Caroli kembali kepada iman Katolik.
Meski demikian Calvin masih menerbitkan pamflet untuk melawan Caroli tapi hal tersebut
membuat Calvin lebih tegas untuk mempertegas dogma Trinitarian.
Sejak tahun 1537 orang-orang Bern sudah tidak senang pada para reformator Jenewa,
sehingga mereka mencari kesempatan untuk menunjukan ketidaksenangan mereka, dan
timbullah kesempatan mereka di mana Calvin mengambil sikap yang kaku dank eras kepala
terhadap magistrasi Jenewa. Mengingat pihak Bern lebih condong kepada konsepsi yang lebih
Lutheran di mana mereka mempertahankan pemakain kolam-kolam baptis dan masih memakai
hosti dalam perjamuan kudus tetapi hal tersebut lebih di kembangkan lagi untuk
mengembangkan pengaruh politik mereka sehingga mereka lebih significant terhadap beberapa
penjalasan tersebut. para penguasa jenewa yang di pilih tahun 1538 bermaksud untuk bergantung
pada Bern sehingga demi memikat hati orang-orang Bern, magistrasi Jenewa mempercepat
pemakaian bentuk-bentuk ibadah mereka (Bern). Hal ini menimbulkan ketidaksenangan bagi
Calvin dan para pendukungnya menolak untuk tunduk. Magistrasi menanggapi lewat melarang
Calvin untuk tidak berkhotbah di hari Paskah tapi memperdulikannya dan akhirnya mereka
(magistrasi Jenewa) mengambil langkah yang ekstrem untuk mengesahkan tata ibadah Bern.
Calvin dan Farel dan hamba Tuhan lainnya di cabut dari fungsi mereka dan di perintahkan untuk
meninggalkan kota dalam waktu 3 hari.

Mereka yang terbuang ini awalnya mereka ke Bern. Di sana dari pihak Bern menyambut
baik mereka, setelah itu mereka pergi ke Zurich untuk menghadiri sinode yang di selenggarakan
di sana pada akhir bulan April. Di sana mereka membela pandangan mereka dan secara khusus
menegaskan disiplin gerejawi yang di usulkan mereka di Jenewa serta tentang tata ibadah Bern
di mana mereka siap untuk menunjukan semangat eperdamaian, tapi sekembalinya mereka ke
Bern mereka mendapat informasi bahwa para hamba Tuhan yang baru telah di angkat di Jenewa.
Walau demikian, pihak Bern bersedia mengantar mereka keluar sebagai utusan resmi dan mereka
sudah tidak di izinkan untuk masuk ke Jenewa.

Setelah kekalahan ini Calvin hanya memikirkan untuk kembali ke Basel untuk
melanjutkan studi dan karya literernya sedangkan Farel di panggil kembali ke Neuchatel sekitar
akhir Juli, dan dia akan menetap seterusnya di sana. teman-teman Calvin seperti du Tullet,
Caption dan Bucer yang di kenalnya di sinode Bern dalam bulan Oktober 1536 tidak menyetujui
sikap Calvin sehingga Calvin mengakui kesalahannya dan dia merasa tidak cocok untuk
kehidupan public dan dia berencana untuk kembali ke kehidupan studinya. Maka pertama-tama
dia menolak undangan untuk menarik dia ke kota Strasbourg. Tapi atas nasihat Bucer dan
Caption akhirnya Calvin menyetujuinya karena nantinya di Strasbourg, Calvin akan mengalami
peristiwa yang amat penting bagi hidupnya dan perkembangan pemikirannya sebagai seorang
teolog.

Kota Strasbourg di kelola oleh Jacques Strum yang membuat kota ini memperoleh sebuah
posisi yang penting dalam kerajaan Roma Kudus yang jauh melampaui proposisi dari artinya
penting secara material. Caption dan Bucer khususnya di mana karya-kayra eksegesis dan
penjabaran serta popularitas mereka membuat mereka menjadi lebih di kenal sampai di luar
negara Jerman. Setibanya di Strasbourg, Calvin di percayakan dengan pelayanan kepada para
pengungsi, dan di bulan September ia mulai berkhotbah. dan tak lama setelah itu ia
mengorganisasi paroki Prancis pertama di Strasbourg, yang dalam pikirannya akan menjadi
contoh bagi semua paroki yang kemudian di bentuk di pusat-pusat utama Protestan di Prancis.
Calvin sangat di pengaruhi oleh organisasi gereja Strasbourg dan kebisaan-kebiasaan yang di
pelihara di dalamnya sehingga Calvin meminjam dari liturgi-liturgi tersebut susunan umum
dalam ibadah dan rumusan-rumusan yang paling khas seperti pengakuan dosa, doa-doa syukur
yang di panjatkan dalam perjamuan kudus dan kebaktian pernikahan dan semua itu di
terjamhkan dalam bahasa Perancis.

Di tahun 1537 dalam Articlesnya Calvin telah meminta mengadopsi nyanyian mazmur
oleh jemaat. di samping itu dalam paroki barunya Calvin berusaha menerapakan prinsip-prinsip
disiplin ini. ia sepandangan dengan Bucer yang telah mencoba memberlakukan disiplin tersebut
sejak tahun 1531. Selama pengembangan ketetapan tahun 1534 kuasa pengucilan, sanksi terberat
dalam pendisplinan, memang di tulis dalam hukum dan penerapannya menjadi kewenangan dari
para magistrat dan tua-tua yang merupakan agen dari kuasa sipil dan gereja. meski begitu tidak
ada bukti bahwa Calvin tidak pernah berkemampuan untuk sampai melakukan pengucilan tapi
keunggulan Calvin dalam semua langkah preventif untuk memberi kekhidmatan yang besar para
perjamuan kudus dan menolak orang-orang yang tak layak untuk ikut dalam perjamuan kudus.
Calvin juga menjadikan pengajaran katekismus sebagai kewajiban bagi anak-anak dan yang
tidak di izinkan untuk bergabung dalam perjamuan sampai mereka telah memperoleh
pengetahuan religious yang sangat mereka butuhkan. Dalam institutes Calvin edisi Strasbourg, di
dalamnya sudah lebih mendetail di mana awalnya hanya pokok-pokok yang beri garis besar tapi
sekarang telah merupakan sebuah buku dogmatis yang tebal sebab di dalamnya telah meliputi
akan kenangan sang pengarang serta tukar pikirannya akhir-akhir ini dengan teolog Strasburg.
Calvin segera menerbitkan tulisannya yaitu Institute dan Little Treatise on Holy Communion
dalam bahasa latin dan perancis. Di dalamnya Calvin berusaha untuk menjelaskan sudut pandang
dari mana ia berusaha untuk menafsir data Alkitabiah yang relevan dengan suatu cara yang baru.

Di Strasbourg Calvin berkhotbah 4 kali dalam seminggu dan dia pernah mengikuti sidang
luar negeri yang di adakan oleh Charles V dengan harapan untuk mengakhiri skisma gereja.
Calvin menjelaskan bahwa sebenarnya dia bukanlah apa-apa di antara kumpulan begitu banyak
orang tapi mereka tetap membawa dia ke pertemuan-pertemuan besar. Bucer dan Melanchthon
adalah para pembela dari sudut pandang protestan dan mereka di perhadapkan oleh para teolog-
teologi katolik yang ingin menang atas kontroversi dan dalam hal ini mereka memerlukan
nasihat dari Calvin sehingga atas permohonan Bucer, Calvin datang ke Frankfurt Perancis, meski
usahanya tidak mengalami keberhasilan tapi hal ini membukakan jalan bagi Calvin untuk
menjadi kenal dengan Melanchthon meski mereka berdua memiliki pandangan yang berlawanan,
tetapi begitu banyak pandangan lain yang kini telah meletasakan dasar persahabatan mereka.
kemudian berlanjut di tahun 1540-1541 mereka menjadi saling mengenal karena pertemuan-
pertemuan yang berturut-turut.

Calvin di anggap sebagai seorang brilian nomor dua setelah Bucer sehingga Bucer
meyakinkan Magistrasi agar Calvin harus di angkat sebagai utusan kota Strasbourg. Ratisbon
adalah upaya terpenting dan terakhir dari upaya untuk mempersatukan dua gereja, tetapi upaya
tersebut mengalami kegagalan dengan alasan yang sama yaitu terletak pada dasar pemahaman.
Pada masa pembahasan teologis itu, Calvin meneruskan usahanya untuk membantu kaum
reformed di Perancis, ia percaya bahwa Francis 1 selama ia tetap terbuka bersekutu dengan
pangeran-pangeran Protestan dalam kerajaan kudus akan enggan untuk mengambil tindakan
melawan reformasi perancis. Sehingga Calvin mendukung negosiasi dari duta besar Perancis
yang di tujukan kepada pembaruan aliansi dengan kaum protestan di jerman.

Calvin banyak belajar tentang kehidupan internal dari gereja-gereja Jerman dan
membawa kembali pengetahuan yang dapat di andalkan mengenai organisasi mereka tapi
reaksinya ialah para teolog jerman tidak memandang penting disiplin gereja di tambah lagi
gereja Jerman yang sangat kuat bergantung pada kuasa politik di mana para pangeran di saat itu
berusaha, bertoalak belakang terhadap ajaran Luther, untuk memasukan gereja-gereja di wilayah
mereka ke dalam kerangka administrasi umum. Di Strasbourg Calvin dia dapat bekerja seperti
yang di sukainya, dalam kerja sama yang erat dengan para teolog yang tinggal di kota itu yang
dulunya kota ini memiliki keadaan ekonomi yang tidak baik sampai Calvin harus menjual buku-
bukunya tapi perlahan-lah membaik seiring waktu.

Calvin di beri santunan pendapatan oleh Magistrasi sejak Mei 1539 sebesar satu Florin
akan setiap pengajarannnya dalam seminggu. Bahkan teman-temannya berharap untuk
memberinya lowongan pertama yang ada dalam kepengurusan Dewan Paroki St. Thomas,
mereka bahkan ingin menjadikan kehidupannya lebih mudah. Sehingga di kota Strasbourg inilah
Calvin menikah dengan seorang janda yang merupakan seorang anabpatis yang telah di
pertobatkan Calvin yaitu Idelette de Bure di bulan agustus 1540. Farel membuat perjalanan ke
Strasbourg untuk memberkati pernikahan mereka. bagi Calvin pernikahan hanya sebagai suatu
sarana yang nyaman untuk melegakan diri dari beban-beban rumah tangga.

Setelah itu serasa Calvin akan tinggal permanen di Strasbourg tetapi perubahan besar
terjadi di Jenewa di mana lewat kepergiannya dan Farel telah membuat kekacauan di gereja.
teman-teman mereka di Jenewa mulai membuat perjuangan untuk melawan Magistrasi yang
berkuasa. Kelompok itu di kenal dengan partai ”Guillermin”, menurut nama Kristen Farel.
Calvin harus campur tangan untuk menenangkan mereka sehingga ia menasihati para
pengikutnya bahwa gereja Jenewa adalah gereja yang sejati selama khotbah dan pelaksanaan
sakramen-sakramen secara benar di jamin dalam gereja dan para hamba Tuhan yang baru tidak
dapat di tuduh dengan kesalahan-kesalahan serius berkenaan dengan doktrin. Mereka tidak
memperduli pendapat Calvin yang tidak mendukung perlawanan yang mereka buat. Calvin
mengundang gereja untuk mengakui para hamba Tuhan dan mempertimbangkan bahwa mereka
pun di panggil oleh Allah, yang tidak menghendaki gerejanya kembali berada di bawah kuk Anti
Kristus.

Sedikit demi sedikit kedamaian gereja di Jenewa mulai pulih tapi itu tidak lama sebab
pihak ”Guillermin” meyakinkan sejumlah pihak yang menentang mereka bahwa satu-satunya
jalan untuk memulihkan ketertiban adalah memanggil Calvin dari Strasbourg untuk
menenangkan pikiran banyak orang. Sehingga tanggal 20 Oktober 1540 seorang duta resmi di
utus ke Strasbourg dengan tugas untuk meminta Calvin kembali ke Jenewa. Calvin merasa ragu
mengingat kenangannya yang buruk di Jenewa, bahkan Calvin berkeras hati untuk menolak
permintaan mereka untuk kembali ke Jenewa tetapi karena lelah dalam perselihan akhirnya
Calvin setuju untuk kembali sesaat dengan teman-teman strasbourgnya ke Jenewa. Meski pihak
magistrasi Strasbourg tetap berkeras untuk menahan Calvin tapi di waktu magistrasi Strasbourg
menerima surat dari Zurich dan Basel yang menyatakan bahwa kembalinnya Calvin satu-satunya
sarana untuk memulihkan perdamaian, dan bahwa itu bukan hanya di dalam gereja tetapi di
seluruh republik Jenewa, hal inilah yang membuat Calvin mengalah dan di tanggal 2 November
1541 berangkatlah ia ke jenewa, sebelas hari kemudian ia tiba di Jenewa.

BAB III

PERORGANISASIAN GEREJA DI JENEWA DAN PERGUMULAN


MENEGAKAN ORTODOKSI

Calvin telah setuju untuk kembali ke Jenewa, di sana Calvin akan mendapati bebagai
halangan yang akan membuat dia tidak dapat mewujudkan seluruh ideal gerejawi yang sudah dia
pikirkan. Meski begitu gereja Jenewa adalah karya pribadi Calvin dan pengaruh itu sangat luas
dan bertahan lama walaupun dia sudah meninggal, ketika pemikiran teologisnya mulai meredup
atau muncul dalam berbagai ragam, gak yang esensial dalam kensepsinya tentang gereja telah
bertahan dan berkembang, sehingga ini menjadi contoh bagi gereja-gereja modern yang ada tetap
mempertahankan prinsip fundamental yang dia letakan dalam karya Ecclesiastical Ordinances.
Calvin dalam ajarannya bukan hanya ingin membesarkan gereja tetapi jika memungkinkan ia
juga akan membersarkan ajarannya untuk menghidupkan gereja agar supaya dapat membelanya.

Ketika Calvin kembali ke Jenewa, dia sudah berusia 32 tahun. Dia telah selesai
menyelesaikan pelatihan intelektual dan inisiasi theologisnya dan kini tugas telah tersedia di
hadapannya. Sebuah tugas yang di anggap sebagai kehendak Allah. kembalinya Calvin ke
jenewa di tanggal 13 September 1541, kedatangannya di sambut dengan demonstrasi sukacita
bahkan dia telah di siapkan rumah untuk ia tempati di Rue des Chanoines sebagai tempat
tinggalnya sampai ia mati. Dia juga di beri gaji dua kali lipat dari magistrasi meski demikian
Calvin bukanlah tipe orang yang dapat di buat terkesan dengan tanda penghargaan seperti itu. di
hari Calvin datang, dia langsung menghadap para magistrasi untuk membentuk sebuah komisi
para gembala sidang dan penasihat yang menyusun peraturan bagi gereja dan konsistori, Calvin
telah berketetapan hati untuk menuliskan konstitusi itu dan mendeksa pemakaiannya. Di tanggal
20 september karya awalnya telah selesai tapi terhenti di suatu waktu sebab mungkin dewan-
dewan memiliki banyak keberatan terhadap proyek Calvin. mereka memberi ijin bagi Calvin
untuk mengatur gereja seperti yang ia usulkan tapi dengan syarat bahwa hal tersebut tidak
melanggar hak prerogatif dari kekuasaan sipil atau memengaruhi kebiasaan tertentu yang di ikuti
oleh gereja yang harus di pertahankan karena alasan-alasan politis.

Gembala sidang baru ketika diangkat tidak dapat di barengi dengan penumpangan tangan
seperti yang di lakukan di Strasbourg. Mereka hanya boleh di lantik dengan doa dan dengan
sebuah khotbah tentang fungsi-fungsi pastoral. Hal ini bagaimana pun adalah detail dari hal yang
tidak terlalu penting dan Calvin bersedia untuk mengalah. Meski demikian ternyata terdapat
perselihan serius dalam pokok-pokok lain di mana otoritas magistrasi tampaknya langsung di
persoalkan. Calvin juga menulis ke dalam rancangan ini suatu kewajiban bagi semua gembala
sidang untuk melakukan pertemuan sekali seminggu, seperti yang mereka lakukan di Strasbourg.
Dewan tidak menemukan pertentangan di sini tetapi setiap bulan pra pendeta dalam konfrensi
tersebut harus melakukan pemeriksaan bersama atas perilaku mereka. sehingga pihak magistrasi
mencium akan ada ancaman terhadap otoritas yudisialnya sehingga magistrasi menetapkan suatu
pasal di mana pelanggaran-pelanggaran sipil di luar otoritas hamba Tuhan.

Mula-mula rancangan konsistori Calvin di rencanakan terdiri dari para gembala sidang,
dan 12 anggota dewan yang di calonkan atas persetujuan mereka. para penatua memiliki hak
untuk memanggil, menegur bahkan mengucilkan anggota masyarakat yang telah bersalah atas
pelanggaran terhadap doktrin yang benar atau aturan-aturan moral sehingga wewenang ini
membentuk suatu yuridksi rohanii. Pihak magistrasi memandang bahwa yuridiksi rohani sama
dengan pelangaran terhadap hak prerogatif politik mereka. permusuhan Calvin dan magistrasi ini
konteksnya bahwa dalam bidang kuasa temporal tercakup juga atas kontrol moralitas umum
sampai pada masa suatu taraf yang lebih tinggi daripada yang berlaku pada masa kini sehingga
apa pun juga bisa menjadi alasan untuk adanya campur tangan oleh pihak berwenang dengan
polisi sebagai perpanjangan tangannya, ke dalam setiap bidang kehidupan. Di bagian inilah yang
sekarang sedang Calvin tuntut bagi yuridiksi gerejawi, paling tidak sejauh menyangkut agama
dan integritas gerejawi sebab berdasarkan kuasa kunci yang di serahkan kepada gereja dan
penyembuhan jiwa-jiwa.
Mengenai pengucilan bahwa dewan-dewan takut bahwa pengucilan akan memiliki
akibat-akibat sipil dan dengan demikian konsistori akan mencampuri yuridiksi temporal.
Sedangkan bagi Calvin hak mengucilkan adalah batu penjuru dari seluruh sistem disipilin
gerejawinya. Sehingga dengan keteguhan Calvin, ia berhasil memenangkan kasusunya paling
tidak dengan demikian ia harus menulisya ke dalam rancangan Ordinances. Rancangan yang
ambigu itu telah menimbulkan sejumlah penafsiran. Calvin melihatnya sebagai pernyataan
tentang hak konsistoris untuk mengucilkan tanpa merongrong pelaksanaan yurisdiksi sipil yang
seharusnya menurut Calvin di tambahkan kepada konsistori. Magistrasi menanggapi bahwa
pihak konsistori di batasi hanya pada membuat penganjuran sedangkan hak untuk mengucilkan
berada dalam tangan dewan. Nanti di tahun 1541 barulah Calvin bisa mendapatkan wewenang
untuk mengumumkan peringatan terakhir dan pengucilan di hadapan seluruh masyarakat.

Calvin juga mempunyai aturan pemerintahan bagi gereja bahwa salah satu peraturan yang
mendasar menurutnya ialah memberi kepada setiap anggota gereja yang beragam itu suatu
bagian dalam aktivitas gereja sesuai dengan karunia masing-masing orang itu. dia juga
membedakan empat pelayanan yang pelestariannya di perintahkan oleh Ordinances tahun 1541 :
ada 4 ordo jabatan yang Tuhan tetapkan bagi pemerinth gereja-Nya : pertama adalah para
gembala sidang, kemudian para pengajar, sesudah mereka adalah penatua dan yang keempat
adalah diaken-diaken. karena itu, jika kita ingin memiliki gereja yang tertata dengan baik dan
memeliharanya dalam keutuhannya, kita harus menaati bentuk aturan tersebut.

Dalam ordinances, tanggung jawab penatua ialah memperhatikan kehidupan setiap orang
dengan ramah serta menegur orang-orang yang mereka lihat melemah atau hidup dengan carai
yang kacau dan jika di perlukan, memberikan laporan kepada kelompok yang akan di utus untuk
memberikan koreksi-koreksi sebagaimana terhadap seorang saudara. Calvin juga tidak pernah
memandang bahwa jabatan penatua sebagai sebuah yuridiksi yang represif tapi dalam
kenyataannya Calvin tidak dapat mencegah yuridiksi gerejawi menjadi sesuatu yang di
tambahkan kepada yurdiksi sipil dan memelihara aspeknya yang murni pastoral pada suatu taraf
yang semakin berkurang dan untuk para diaken yang membentuk ordo keempat dari
pemerintahan Gerejawi yang diberikan oleh Ordinances, mereka hanyalah bawahan dengan
tugas menerima dan memelihara barang yang diperuntukan bagi kaum miskin dan mengawasi
dan menjaga yang sakit dan menyalurkan sumbangan-sumbangan bagi orang miskin.
Pada akhirnya, Ordinances memberikan keuntungan lebih banyak kepada negara
daripada apa yang ingin disetujui oleh Calvin. Distingsi antara kedua kekuasaan ini adalah dasar
dari seluruh bangunan. Masing-masing dari kekuasaan yang otonomi ini, negara dan gereja, di
pandang berasal dari kehendak ilahi, dan karena itu bertanggung jawab untuk memberikan
inspirasi, masing-masing dengan caranya sendiri. Dalam konsepsi Calvin, gereja harus
menafsirkan penyataan dan melaksanakan yuridiksi rohani sedangkan urusan-urusan temporal
dan perlindungan bagi gereja di limpahkan kepada negara. Dewan-dewan Gereja berharap untuk
memakai perlakuan yang serupa Ordinances gerejawi bagi hukum sipil, mereka membentuk
kembali hukum konstitusional dan sipil yang berlaku pada saat itu, dan menjonjolkan sifat
aristokratik dari sistem politik itu. Calvin bersedia memberi bantuan kepada mereka untuk
merancang ketetapan-ketetapan dalam bentuk definitif.

Pada tanggal 3 Februrari 1544, sebuah perjanjian mengakhiri permasalahan konflik


politik yang memberatkan kondisi di Jenewa dalam beberapa tahun . sehingga segala sesuatu
kelihatan pada akhirnya tampak sedang memasuki fase peredaan secara umum, khusunya ketika
orang-orang yang di asingkan karena alasan pengasingan politis di perbolehkan untuk kembali ke
tempat asalnya. Setelah terbebas dari penghalang-penghalang utama yang telah menghambat
pekerjaan Calvin, akhirnya dia sanggup untuk mengabdikan diri atas tugasnya secara penuh yaitu
menjadikan Jenewa sebuah kota dan sebuah gereja yang sedekat mungkin dengan idealnya.
Dalam ordinances terdapat sekolah yand di berikan peranan penting, yang awalnya di sekolah itu
Calvin hanya mengajarkan ilmu teologi tapi harus juga memberikan ilmu pendidikan umum.
Dalam sekolah tersebut Calvin merekrut Sebastin Castellion, seorang humanis dari Savoy untuk
menjadi kepala sekolah. Awalnya semua berjalan dengan baik sampai terjadi konflik yang
menimbulkan pertentangan di antara mereka berdua. Castellion telah memohon untuk di
percayakan jabatan sebagai pengkhotbah. Tapi dalam proses sesuai dengan aturan yang berlaku,
dia berbicara melawan status kanonisasi dari kitab kidung agung serta penafsiran harafiahnya
tentang kematian Yesus. Hal ini membuat Calvin mengambil sikap, khususnya pada kanonitas
kidung agung, menjadikan seluruh masalah otoritas Alkitab bergantung padanya. meski terjadi
pertentangan tapi Calvin tidak menuntut agar Castellion keluar dari sekolah. mereka berdua telah
bertentangan dan pertentangan mereka menimbulkan antagonis yang mendalam sehingga
Castellion dengan berani meluncurkan kritik keras terhadap para gembala sidang jenewa, Calvin
segera menegur balik kepala sekolah tersebut lalu mengharuskannya untuk meninggalkan kota.
Selama periode awal ini. kegiatan pendisiplinan oleh konsistori di batasi hanya pada hal-
hal moralitas umum, di mana campur tangan konsistori di benarkan sepenuhnya di mata publik.
Tetapi kemudian konsistori di arahkan kepada begitu banyak kasus berat yang membenarkan
intervensi dan di tuntut untuk tidak bergantung pada Calvin. tapi pada kenyataannya Calvinlah
yang menggerakan konsistori. Ketika mempelejari dokumen resmi, akan di temuik jejak-jejak
dari prakarsanya hampir di setiap tempat. Segala sesuatu harus berkontribusi untuk menjadikan
jenewa kota yang kudus. sehingga pihak konsistori melaksanakan kegiatan-kegiatan moralisasi
mereka. hal ini menimbulkan ketidaksenangan masyarakat dan mengarahkannya pada Calvin.
salah satu di antaranya ialah Piere Amaeaux seorang dari dewan kecil. Ia mengatakan bahwa
Calvin mengkhotbahkan doktrin yang sesat. Sehingga bagi Calvin yang menyamai pelayanannya
sendiri sesuai dengan kehendak Allah merasa bahwa tuduhan Amaeaux itu sebagai penghinaan
terhadap kehormatan Kristus yang di tujukan kepada pribai dari salah satu pelayana-Nya. pihak
magistrasi mengusulkan agar dia memohon ampun dan berlutut di hadapan dewan 200. Tapi
calvin tidak puas dengan suatu tindakan demikian sebagai bentuk penyesalan, dia bahkan tidak
mau lagi tampil di mimbar asalkan dia di beri tindakan yang memuaskan. Sehingga di 8 April
1546, Ameax di hukum berjalan mengelilingi kota, dengan hanya berpakaian kaos tanpa penutup
kepala, dan membawa sebuah obor yang menyala di tangannya dan sesudah itu harus menghadap
pengadilan dan menangis kepada Allah untuk memohon pengampunan. Setelah itu terjadi
pertentangan di Jenewa antara keluarga bangsawan Perrin dan Fafvre di mana kedua keluarga
tersebut adalah keluarga yang pernah membantu Farel dan Calvin di masa awal pelayanan di
Jenewa. Pertentangan tersebut terus berlangsung ketika konsistori ingin memanggil paksa
Francois Favfre untuk tunduk, dan anak menantunya Ami perin mulai mempertanakan kapasitas
legal konsistori. Hal ini membawa Calvin dalam situasi yang genting tapi akhirnya dia berhasil
meyakinkan para anggota dewan tentang sudut pandangnya dan perrin untuk sementara waktu
pergi ke dalam sebuah misi diplomatis ke istana perancis.

Pada bulan Juli 1547, timbul masalah lebih lanjut, seorang anggota dari sebuah keluarga
lama di Jenewa, Jacques Gruet di dapati sura-surat yang kompromis. Di antara surat-surat itu
terdapat permohonon pada dewan yg bermaksud untuk melawan konsistori. Dan yang lain adalah
rancangan surat kepada raja Prancis yang memohonnya untuk mengintervensi dan menegakkan
kembali ketertiban di Jenewa. Dan yang terakhir beberapa tulisan yang di nilai menghujat.
Kemudian Gruet di hukum siksa, tapi dia tidak membocorkan orang-orang lain sehingga ia di
hukum di pancung. Meski urusan ini tidak di bawah pada konsistori tetapi Calvin memainkan
peran di dalamnya lewat ia menjelaskan pandangannya dan magistrasi menerimanya. Charles V
baru saja memenangkan keberhasilan pertamanya dalam perang melawan kaum protestan jerman
dan orang-orang protestan di swiss mulai bersiaga untuk meningkatkan pertahanan mereka
dalam berjaga-jaga apablia sang kaisar mau menyerang mereka. di jenewa sendiri seorang
pengungsi perancis bernama Laurance Maigret telah lama, dan atas persetujuan Calvin menjalin
komunikasi dengan istana perancis dengan maksud memperoleh bantua jika di perlukan. Tapi tak
lama setelah itu situasinya menjadi lebih rumit, lewat kembalinya keluarga Favre. Akhirnya
Perin dan Francois Favre tertangkap.

Lalu terjadi di intervensi di mana lewat campur tangan pihak Bern, memampukan fafre
untuk memperoleh kebebasan. Bern yang memandang kemungkinan persekutuan antara prancis
dan jenewa dengan curiga melakukan segala upaya untuk mendorong penangkapan atas Maigret
sementara mereka mengintervensi untuk menolong Perrin. Dari sini lah timbul antoginsme lama
antara Calvin dan Bern. Dan juga perrin yang libertin, sikap Calvin jelas bermusuhan dengannya
sejak semula. Pada pemilihan tahun 1548, kedua pihak saling berhadapan antara pihak Calvin
yang mayoritasnya para pengungsi dari Prancis atau Italia dan pihak Perrin dari penduduk lama
jenewa. Tapi pihak kedualah yang menang, sehingga Calvin di perhadapkan oleh situasi di mana
ia harus bekerja untuk melawan mayoritas baru dalam dewan-dewan.

Dalam rangka mendiskreditkan, kaum calvinis menyebut mereka (pihak kedua) sebagai
kaum libertin dan menuduh mereka tidak menghendaki disiplin dan kaum libertin tidak
berpegang pada reformasi dan agama, berbeda dengan pendukung Calvinis. Pada bulan
September tahun 1548, terbongkar khalayak public tentang sebuah surat yang di tulis Calvin
kepada Viret tiga tahun sebelumnya, yang mengrkitik tajam sikap magistrasi. Calvin di panggil
dan di minta untuk membela tindakannya. Calvin berpikir bahwa ia harus kembali meninggalkan
jenewa. Tapi dari magistrasi memintanya “untuk melakukan tugasnya dengan lebih baik lagi lain
kali”.

Pihak magistrasi tidaklah sepenuhnya memusuhi Calvin seperti yang di duga oleh
kelompok Calvinis, magistrasi masih tetap membantu para gembala sidang dan konsistori sejauh
magistrasi memandang otoritasnya tidak di persoalkan. Kendati terjadi perlawanan politis dari
“kelompok libertin”, keadaan Calvin terus membaik dan lewat penganiayaan yang semakin keras
terjadi di Perancis maka membuat arus pengungsian menjadi lebih deras yang secara wajar
memperkuat pihak Calvin. dalam pengungsi yang datang untuk mengungsi di jenewa, di antara
mereka itu ada orang-orang yang bernilai untuk di rekrut.

Dari sudut pandang jenewa tidak ada yang perlu di kwatirkan oleh Calvin dari para
pendatang ini tetapi dari antara mereka lah timbul suatu permasalahan, hal ini di timbulkan oleh
Jerome Bolsec, di mana dia meragukan doktrin predestinasi ganda. Ia mengembangkan
argument-argumennya di bulan oktober 1551 dalam sebuah pertemuan di jemaat, dia
menyatakan bahwa Calvin menjadikan Allah pencipta dosa, dan menjadikan Allah bersalah atas
penghukuman bagi orang fasik : bahwa ajaran ini menjadikan Allah penguasa yang lalim atau
seperti Jupiter baginya. Calvin memberikan jawaban dengan mengemukakan di samping
sejumplah bukti dari Alkitabiah, kutipan yang taka da habisnya dari Augustinus. Sehingga salah
satu pejabat pengadilan yang hadir dalam pertemuan ini langsung memerintah Bolsec untuk di
tahan. Penyelidikan resmi di selingin dengan diskusi pribadi antara Calvin dan si terdakwa.
Magistrasi merasa ragu dan semakin bertambah ragu karena beberapa teman pribadi Calvin
seperti Seignur Falais, mengajukan pembelaan bagi Bolsec. Magistrasi akhirnya meminta
pendapat dari gereja-gereja swiss dan lainnya sehingga kemudian terjadilah persaingan politik.
dalam pengadilan tersebut Calvin tidak mengingini bolsec untuk mati. Tetapi jawaban-jawaban
dari gereja-gereja Bazel, Zurich dan Bern mengecewakan dia di mana keinginan merek untuk
terbebas dari hama seperti bolsec, hal ini seperti surat permohonan untuk menghukum mati
Bolsec. Farel juga dengan membuat para hamba Tuhan di Neuchatel melancarkan suatu
serangan keras pada Bolsec. Meski demikian, akhirnya Bolsec di jatuhi hukuman pembuangan
seumur hidup.

Bolsec tetap memusuhi Calvin, di mana dia memenangkan simpati dari mayoritas musuh
sang reformator sehingga menimbulkan kesulitan yang membuat dewan tidak lagi memberikan
dukungan bagi konsistori. Lalu di ikuti oleh Trolliet yang adalah seorang teman Perrin, di mana
dia menyerang doktrin Calvin akan predestinasi, di mana menurutya doktrin tersebut menjadikan
dosa suatu keniscayaan dan menjadikan Allah sebagai sumber dosa. Dalam jawabannya kepada
Magistrasi Jenewa, Calvin mempertahnkann tanggung jawab manusia dan meyimpulkan
dakwaanya kepada Trolliet dengan perkataan “Mengenai saya pribadi, para pejabat yang mulia,
karena di yakinkan dalam hati nurani saya bahwa apa yang telah saya ajarkan dan tulis bukan
berasal dari pikiran saya sendiri, melainkan yang saya yakini berasal dari Allah, saya harus tetap
mempertahankannya, jika saya tidak ingin di cap sebagai seorang pengkhianat dari kebenaran
yang untuknya saya pikir saya telah memberi jawaban yang cukup”.persoalant tersebut bukan
sebenarnya terletak pada predestinasi Calvin tapi pada otoritas Calvin sebagai seorang penafsir
kitab suci yang berarti sebenarnya pada keabsahan seluruh karyanya. Para hamba Tuhan Jenewa,
dengan dukungan Viret dan Farel tampil sebagai pendukung ajaran Calvinisi. Setelah itu 9
November 1552 di bentuklah komisi khusus, dan komisi tersebut menyatakan bahwa setelah
segala sesuatu telah di dengar dan di pahami dengan benar, mereka menyatakan dan
mengumumkan bahwa buku bersangkutan dari Institutes itu di tulis dengan baik dan kudus, dan
ajarannya adalah doktrin yang kudus dari Allah. meski demikain Trolliet memiliki keuntungan
sebagai orang yang terbebas dari dakwaan dan pernyataan ortodoksi yang di berikan oleh
penguasa politik kepada Calvin tidak bermanfaat apa-apa untuk menguatkan kedudukannya.

Keadaan menjadi lebih buruk dengan pemilihan tahun 1553 yang merupakan
kemenangan bai partai anti- Calvinis dan Ami Perrin menjadi syndic pertama di jenewa, tapi
keadaannya lebih di perburuk lewat timbulnya Michael Servetus, dia menerbitkan di Haguenau,
dua karya tentang trinitas yang di dalamnya bertentangan dengan definisi tradisional dan dua
karyanya itu menimbulkan protes yang paling kerasn dan penjualannya di larang di Strasbourg
oleh magistrasi. Dia ada seorang pembaca di percetakan Lyon, di tahun 1540 dia di pekerjakan
kembali di Wina di Dauphiny sebagai dokter untuk uskup agung dan dialah yang menemukan
tentang peredaran darah dan menjadikan dirinya terkenal di pengobatan. Tapi hal tersebut tidak
menjadi alasan untuk meninggalkan theologi, dia justru sangat menekuni tulisan-tulisan neo-
Platonis dan mengembangkan sebuah karya besar di mana ia menyarankan di kembalikannya
kekristenan kepada integritasnya yang mula-mula, Christianismi Restitutio. Menurut Servetus,
ajaran Kristen telah di palsukan berturut-turut oleh Bapa-bapa Gereja abad permulaan, Gerej
Roma dan akhirnya oleh para reformator. Dalam buku ini Servetus mengajarkan bahwa Firman
adalah rasio yang ideal, ide primordial yang memahami dan merupakan totalitas dari esensi
segala sesuatu. makhluk ciptaan menurutnya adalah degradasi suksesif dari keilahian yang
darinya ciptaan-ciptaan keluar melalui emanasi. Ia menolak dosa asal, hanya mengakui eksistensi
dosa aktual yang di lakukan secara sadar, yang jika kita memercayai dia (dosa) tidak muncul
sampai sesudah berusia dua puluh tahun. Untuk menghapus semua dosa, orang-orang Kristen
memiliki seluruh rangkaian sarana-sarana pertobatan yang bisa di gunakan : baptisan orang
dewasa, perjamuan kudus, perbuatan baik dan akhirnya api pemurnian sesudah kematian.
Pandangan-pandangan aneh Servetus telah di tegaskan dalam buku ini, hal ini tentu dia serahkan
kepada juru cetak di Wina, Servetus karenanya mengirimkan kepada juru cetak di Lyons. Dia
menemukan gagasan yang aneh dalam kliennya itu sehingga buku tersebut di kirim oleh Calvin
untuk meminta persetujuan darinya.

Calvin dengan jelas menolak kesalahan yang ia temukan dalam buku tersebut dan
memberi banyak rujukan pada Servetus di studi Institutes edisi 1546. Tapi Servetus yang puas
dengan pengetahuan yang baru di perolehnya, tidak bersedia menerima pelajaran tersebut bahkan
ia menjawab dalam nada menghina dan mengirim Calvin satu jilid Institute yang telah di beri
catatan-catatan tambahan darinya.

Di tahun 1553 Servetus berhasil mencetak karyanya dan tentu sangat di rahasiakan tapi
satu jilid bukunya berhasil di bawa ke Jenewa dan jatuh pada tangan calvin dan teman-teman
dekatnya. Sehingga Guillaume de Trie mengatakan bahwa orang banyak tidak berhak
menuduhnya sesat ketika mereka sendiri menoleransi kesesatan yang begitu hebat dari Servetus
di Prancis. Sehingga korespondensi de Trie melakukan penyelidikan dan di dapati lah sosok yang
di persoalkan yang ada dokter uskup agung, Servetus di copot dari jabatannya dan di adili. Tapi
Servetus berhasil melarikan diri, dia berencana mencari suakadi Napoli tapi ia membuat
keputusan yang bijaksana dengan ia melewati Jenewa.

Di jenewa di tanggal 13 Agustus 1555 dia langsung di tahan. Calvin tidak ragu-ragu, ia
meminta salah satu muridnya untuk mengadukan dakwaan penyesatan dan penghujatan dan
membiarkan dirinya di tahan sesuai dengan tuntutan hukum. di luar dugaan magistrasi langsung
bertindak keras melawan Servetus bahkan murid Calvin di bebaskan sesudah beberapa hari
kemudian tanpa ada peringatan yang biasanya. Servetus akhirnya di sepakati untuk di hukum
bakar hidup-hidup, tapi calvin tidak menghendaki cara eksekusi yang demikian. Sementara itu,
tribun gereja di Wina menuntut ekstradisi si penyesar, yang di tolak dengan tegas oleh
magistrasi, yang sangat ingin membuktikan kepada dunia bahwa ada hakim-hakim di Jenewa
yang tahu bagaimana menghukum ajaran sesat.

Di waktu Servetus di sel tahanan, beberapa anggotanya melakukan intervensi agar


kondisi tempat penahanannya dapat di perbaiki dan mereka tak lebih hanya sampai di situ.
Servetus sempat mendakwa Calvin di tanggal 22 September bahkan mengatakan bahwa Calvin
telah memberikan ajaran sesat, bahkan dia menuntut sang reformator untuk di buang dari jenewa
serta barang-barangnya di limpahkan kepada dia (Servetus). Derasnya perlawanan kepada
Servetus membuat intervensi Calvin untuk mengeksekusi Servetus dengan cara yang kurang
kejam tidak di perdulikan akhirnya tanggal 26 Oktober Servetus di hukum bakar hidup-hidup.

Tuduhan Servetus bukanlah semata-mata ia berpegang pada pandangan sesat oleh Bolsec
atau Trolliet, tetapi bahwa ia telah menyangkal trinitas dan karenanya menurut pendapat saat itu,
telah menjadikan dirinya bersalah atas suatu hujatan yang tidak dapat di ragukan lagi. tesis-tesis
Servetus bertolak belakang dengan apa yang paling mendasar dengan teologi Calvinis yaitu
peninggian keilahian Kristus.

Selain itu perselisihan dengan Caroli, telah menjadikan Calvin lebih peka terhadap apa
pun yang menyangkut dogma trinitas. Ketika Sebastian Castellion menerbitkan beberapa bulan
setelah kematian Servetus, sekumpulan kesaksian yang mengesankan yang melawan pemakaian
kekerasan dalam hal-hal iman, karya itu menimbulkan gemah yang lemah. Calvin telah
menjawab sebelumnya kepada banyak dari serangan-serangan Castelion. Dalam karyanya,
Defence of the Orthodox faith concerning the Holy Trinity, dia telah membela tidak hanya
sikapnya sendiri dalam pengadilan Servetus, tetapi secara leih umum prinsip Augustinian kuno
tentang penindakan terhadap bidat dengan pedang (otoritas) sekuler. Toleransi dalam abad ke 16
tidak lain hanyalah oposisi atau kepastian.

Lalu konsistori telah mengucilkan seorang warga bernama Bertheiler, salah satu dari
penggerak utama dari oposisi pihak anti-Calvinis. Pada tanggal 1 September 1553 Berthelier
mengajukan petisi kepada dewan, dan bukan kepada konsistori, untuk otoritas bagi kehadirannya
dalam perjamuan kudus. Calvin menyatakan dari mimbar bahwa ia tidak akan mengizinkan
seseorang pun yang telah di kucilkan oleh konsistori untuk mendekati meja perjamuan. Dan
benar bahwa Berthelier tidak hadir dalam perjamuan karena ia tunduk pada rekomendasi
magistrasi.

Timbulah lagi persoalan pada bulan November tentang perselisihan yang di sebabkan
oleh khotbah Farel yang ia sampaikan pada ketidaktertiban kaum muda. Tapi itu bukan persoalan
utamanya, sehingga lewat memanfaatkan hal tersebut dewan kecil memulai perdebatan tentang
pengucilan. Para hambat Tuhan dan konsistori memprotes dan berpegang kepada teks
Ordinances, dan di putuskan untuk membawa persoalan tersebut ke hadapan Dewan 200. Di
sana , di putuskan bahwa konsistori tidak berkuasa untuk melarangnya bagi siapapun tanpa
perintah dari dewan. Sekali lagi para hamba Tuhan menolak untuk tunduk kepada hal ini. untuk
keluar dari jalan buntu, mayoritas anggota dewan 200 akhirnya meminta nasihat kepada kantong-
kantong protestan dan sementara menunggu jawaban mereka, tidak ada perubahan yang di
lakuka. Pada pemiliha tahun 1554, para pendukung Calvin memperoleh tiga dari empat jabatan
syndic dan tahun berikutnya mereka memperoleh kembali mayoritas mutlak di dalam dewan-
dewan.

Di perkuat oleh keberhasilan-keberhasilan yang berturut-turut ini, kubu Calvinis dengan


segera mengonsolidasi kedudukannya dengan mendapatkan kewarganegaraan bagi sejumlah
besar pengungsi, sehingga memperkuat pendukungnya dalam pemilihan. Di tahun 1558, ketika
ada suatu ancaman jelas dari Savoy terhadap kepemilikan Jenewa dan Bern, Bern akhirnya
terpaksa menandatangi kesepakatan politik baru dengan penduduk jenewa. Namun sebagai
balasan para gembala sidang dan professor Calvinis di Lausanne di usir dari rumah mereka, dan
kontroversi antara para theology Bern dan Jenewa berlanjut tanpa tertahankan.

Suatu pengakuan iman di berlakuka kepada anggota-anggota gereja Italia, tetapi salah
satu anggota yang paling berpengaruh, Valentin Gentilis, menolak untuk memegangnya. Ia di
tangkap, di hadapi oleh Calvin, dan jika tidak berhasil di yakinkan, paling tidak ia di haruskan
untuk menarik kembali pendapat-pendapatnya. Tetapi sebuah komisi hakim menganggap hal ini
tidak lebih daripada suatu kepura-puraan, dan memutuskan untuk menjatuhkan hukuman mati
terhadapnya sebagai seorang penghujat.

Calvin di sepanjang hidupnya, menunjukan dirinya sangat di sibukkan dengan


permasalahan pemahaman dengan kaum Lutheran, Zwinglian, dan bahkan gereja-gereja
Anglikan, sehingga melihat dirinya sebagai pengganti bucer dalam domain tersebut, mungkin
bisa di jelaskan sebagian oleh keadaan gerejawi dan kebutuhan akan pembelaan bersama
terhadap Roma. Sejak gereja menjadi tubuh Kristus, dan jemaat-jemaat protestan yang berbeda-
beda mengakui Tuhan yang sama, tidak ada sesuatu pun yang boleh mencegah persatuan mereka,
dengan syarat doktrin yang alkitabiah di pertahankan. Dalam semangat itulah Calvin berunding
dengan Bullinger dari Zurich dan berusaha untuk mencapai kesepakatan dengan kaum Lutheran
dari Jerman. Perundinga-perundingan pertukaran berbagai bentuk dokumen dan proposal
berlangsung selama hampir sepuluh tahun sebelum kesimpulan dari Consensus Tigurinus tahun
1549 yang terkenal itu di tetapkan dalam 26 pasal sebagai dasar dari kesepakatan tentang
masalah-masalah sakramen.

Hampir segera sesudah Consensus di terbitkan, Calvin harus menghadapi kritikan dari
kubu Lutheran. Memang merupakan suatu pernyataan yang berlebihan jika menyatakan bahwa
kesepakatan antara Calvin dan orang-orang dari Zurich adalah alasan yang lebih kuat bagi
serangan dari Westphal, namun tetaplah benar bahwa pendeta yang bersemangat dari Hamburg
itu mendapati dalam Consensus alasan-alasan tambahan untuk menuduh propaganda Calvinis di
negara-negara utara, yang di anggapnya sebagai suatu ancaman.

Di tahun 1552, ia menerbitkan karya polemiknya yang pertama tentang pokok Perjamuan
Kudus, dengan judul yang menantang, A Compilation of confused and divergent opinions
concerning the Lord’s Supper, taken from the books of the sacramentarians. Ini adalah deklarasi
perang yang nyata terhadap kubu Calvinis, dan juga Zwinglian, yang ia tuduh sebagai ancaman
bagi kekristenan karena saat ini mereka secara sistematis sedang menyebarkan ajaran mereka di
Perancis, negara-negara Daratan Rendah, Inggris dan bahkan Jerman. Setahun kemudian
Westphal kembali menyerang dengan menerbitkan sebuah studi eksegetis dan dogmatic tentang
perkataan dalam penetapan perjamuan. Calvin menolak tesis-tesis Westphal dalam istilah-istilah
yang agak meremehkan, dan bahkan tanpa menyebut nama Westphal untuk memberi sedikit
hormat kepadanya. Pada tahun 1555 dan sebelum dia menyaksikan risalah Calvin, Westphal
mengeluarkan dua tulisan pelengkap untuk menunjukan dasar-dasar patristic bagi posisinya, dan
beberapa bulan kemudian ia menjawab pamflet Calvin dengan tulisan Just defence against the
false accusation of a certain sacramentarian. Dalam setiap balasan yang di berikan, nada
pembicaraan menjadi mqkin tinggi.

Pada tahun 1556, Calvin memberi jawaban balasan dengan tulisan Second defence of the
holy and right faith in the matter of the Sacraments, yang ia persembahkan kepada semua hamba
Kristus yang baik dan hamba-hamba Allah yang sejati yang mengasihi, memegang, dan
mengikuti ajaran murni dari Injil di gereja-gereja daratan Saxoni dan dataran rendah Jerman. Di
tahun 1557, Calvin dan dalam pamflet pertama, ia mengumpulkan semua deklarasi dari
Melanchthon yang di pikirnya mendukung argumennya sendiri. Pada tahun yang sama,
percetakan memunculkan jawaban Calvin berjudul Last Warning for John Calvin to Joachim
Westphal. Masih pada tahun 1557, Westphal menerbitkan karyanya, Refutation of some
enormous falsehood of J. Calvin dan kemudian dalam tahun berikutnya sebuah Confesion
touching the Lord’s Supper dan sebuah Apology untuk pengakuan iman tersebut.

Sesudah karyanya, Last Warning, Calvin menolak untuk melanjutkan perdebatan yang
melelahkan dan tidak memberikan hasil ini. Ia di lemahkan oleh kesehatan yang buruk, dan di
sibukkan dengan menyusun ulang karyanya, Institutes dan pengorganisasian gereja-gereja di
Perancis. Theodore de Beze di tujukan untuk mewakili menjawab tulisan terakhir Westphal.
Namun demikian, Calvin menjelaskan pendiriannya untuk terakhir kalinya dalam Institutes,
dengan memberikan sebagian besar dari bab 17 dari buku IV untuk masalah-masalah yang di
timbulkan oleh Westphal. Dalam hal ini ia menyisipkan beberapa cuplikan penting dari Defence
pertamanya yang terbit pada tahun 1555. Namun bayang-bayang kontroversi ini sekali lagi
menguat pada tahun 1557. Namun bayang-bayang kontroversi ini sekali lagi menguat pada tahun
1561, ketika ia menerbitkan, sebagai balasan kepada celaan dalam tulisan Tileman Hesshusius
dari Heidelberf, A, clear exposition of the wholesome docrtrine of the true partaking of the flesh
and the blood of Jesus Christ.

Pada bulan November 1561, Ecclesiastical Ordinances mengalami revisi, tetapi Calvin,
dengan semua prestise yang telah di nikmatinya, tetap tidak berhasil memasukan semua
gagasannya ke dalam revisi itu. namun demikian, teks baru itu, secara keseluruhannya, berisi
inspirasi Calvinis yang autentik, bahkan dalam bagian-bagian yang berhubungan dengan
“distingsi yang di perlihatkan kepada kita dalam Kitab Suci antara pedang dan kekuasaan
Magistrat, dan pengawasan yang seharusnya di laksanakan oleh Gereja, untuk membawa semua
orang Kristen kepada ketaatan dan pelayanan yang sejati kepada Allah, dan untuk mencegah dan
pelayanan yang sejati kepada Allah, dan untuk mencegah dan memperbaiki pelanggaran-
pelanggaran. Otoritas konsistori juga dengan jelas di tekankan. Dan dalam praktiknya,
semangatnya di saingi oleh semangat Magistrasi : jumlah pengucilan yang terus bertambah yang
mengiringi penetapan hukum-hukum baru yang terus bertambah yang mengiringi penetapan
hukum-hukum baru yang melarang gaya hidup mewah. Semua perlawanan yang serius telah
lenyap. Seakan-akan memberi bukti nyata dari rekonsiliasi sepenuhnya dengan sang Reformator,
pada hari natal 1559 dewan mempersembahkan kepadanya status kewargaan khusus dalam kota
itu.

Dalan saat-saat istirahat yang di sebabkan oleh penyakitnya, Calvin kini sanggup
memusatkan diri seluruhnya kepada penyempurnaan karyanya dan kepada rekomendasi-
rekomendasi yang di tujukan kepada para muridnya, dan dari antara murid-murid ini ia telah
memilih Theodore de Beze untuk menggantikan dia. Pada tanggal 6 Februari 1564, ia
berkhotbah untuk terakhir kalinya, pada bulan Maret, dewan mengumumkan di lakukannya doa
umum untuknya, suatu tindakan yang belum pernah di lakukan bagi siapapun. Pada tanggal 27
April, berbagai dewan secara berprosesi mengunjungi dia dan menerima salah perpisahannya dan
pada hari berikutnya dia berpamitan dengan para gembala sidang daerah sekitar. Untuk terakhir
kalinya, Farel bergegas datang dari Neuchatel untuk mengunjungi temannya. Calvin meninggal
27 Mei 1564.

Sepanjang hidupnya Calvin berjuang untuk mencapai tujuan yang telah mulai tampak
pada masa mudanya. Ia telah berhasil dalam mengelompokkan komunitas-komunitas Reformed
ke dalam sebuah konfederasi gereja-gereja yang koheren yang di persatukan di bawah doktrin
dan disiplin yng sama. tetapi ia meninggal terlalu cepat untuk dapat menasihati dan membimbing
mereka selama krisis perang-perang religious yang menakutkan, yaitu saat di mana mereka
sangat membutuhkan dia.

Anda mungkin juga menyukai