Anda di halaman 1dari 4

UJIAN AKHIR SEMESTER GASAL 2023-2024

Nama : Torikul Munjasi

Nim : 202011330031

Mata Kuliah : Perencanaan Pajak

Hari/Tgl/Bln/Thn : Kamis, 18 Januari 2024

Prodi/Smt/Klas : Akuntansi / VII / A (Pagi)

Dosen Pengampu : Didik Tugas Suprianto

Waktu : 80 Menit

1. Didalam menentukan besarnya PKP (Penghasilan Kena Pajak) pada Wajib pajak PPh
yang menyelenggarakan pembukuan diharuskan melakukan Rekonsiliasi Fiskal (positif
atau negative), mengapa demikian ?
Jawab :

 Koreksi fiskal positif biasanya terjadi karena biaya-biaya yang tidak diperkenankan
oleh pajak sesuai dengan yang diatur dalam Pasal 9 UU PPh.
 Koreksi fiskal negatif akan menyebabkan laba kena pajak berkurang atau
pengurangan PPh terutang.

2. Pada Rekonsiliasi fiscal akan muncul perbedaan-perbedaan yang disebabkan oleh beda
waktu (timing different) dan beda tetap (permanen different). Coba saudara jelaskan
tentang beda waktu dan beda tetap
Jawab :

 Rekonsiliasi fiskal beda waktu adalah jenis rekonsiliasi fiskal yang terjadi, karena
adanya perbedaan waktu dari sistem akuntansi dengan sistem perpajakan. Jadi dalam
hal ini, transaksi menurut akuntansi komersial dan pajak sama, yang membedakan
hanya waktu alokasi biaya.
 Rekonsiliasi beda tetap merupakan rekonsiliasi yang terjadi akibat
adanya perbedaan antara laba kena pajak dengan laba akuntansinya sebelum pajak
yang timbul akibat transaksi yang tidak akan terhapus dengan sendirinya pada periode
lain menurut undang-undang perpajakan.

3. Dalam menentukan tingkat kerugian piutang usaha yang dimiliki Wajib pajak PPh, pihak
Fiskus lebih menekankan menggunakan metode langsung untuk menentukan tingkat
kerugian piutang, mengapa demikian ?
Jawab :

Penentuan tingkat kerugian piutang usaha merupakan hal yang penting dalam
perhitungan laba kena pajak suatu perusahaan. Fiskus, atau pihak otoritas pajak,
cenderung lebih menekankan penggunaan metode langsung dalam menentukan tingkat
kerugian piutang. Beberapa alasan mengapa metode langsung lebih disukai dalam
konteks ini antara lain:

1. Ketepatan dan Realitas


Metode langsung cenderung lebih akurat dan realistis dalam mencerminkan kondisi
sebenarnya dari piutang usaha. Metode ini mempertimbangkan faktor-faktor spesifik
yang terkait dengan kondisi keuangan peminjam dan karakteristik piutang.

2. Pertimbangan Individu Piutang


Dengan menggunakan metode langsung, otoritas pajak dapat mempertimbangkan
karakteristik unik dari masing-masing piutang. Ini mencakup analisis kondisi
keuangan peminjam, riwayat pembayaran, dan faktor-faktor lain yang dapat
memengaruhi peluang pemulihan.

3. Pemilihan Persentase yang Lebih Akurat


Metode langsung memungkinkan penggunaan persentase kerugian yang lebih akurat
dan sesuai dengan profil risiko masing-masing piutang. Hal ini memungkinkan
penyesuaian yang lebih baik dengan kondisi ekonomi dan bisnis saat ini.

4. Fleksibilitas Penyesuaian
Metode langsung memberikan fleksibilitas bagi perusahaan untuk menyesuaikan
tingkat kerugian sesuai dengan perkembangan situasi ekonomi dan keuangan. Ini
memungkinkan respons yang lebih cepat terhadap perubahan kondisi bisnis dan risiko
piutang.

5. Penghindaran Manipulasi
Metode langsung dapat membantu menghindari manipulasi atau kesalahan dalam
penentuan tingkat kerugian piutang. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor
spesifik secara langsung, risiko terjadinya ketidaksesuaian dengan kondisi sebenarnya
dapat dikurangi.

Meskipun metode langsung cenderung lebih disukai, penting juga untuk memastikan
bahwa perusahaan mematuhi ketentuan dan pedoman yang ditetapkan oleh otoritas pajak
terkait. Penggunaan metode langsung harus didukung oleh dokumentasi yang memadai
dan transparan untuk memenuhi persyaratan perpajakan. Perusahaan sebaiknya
berkolaborasi dengan profesional pajak atau akuntan untuk memastikan kepatuhan dan
akurasi dalam menentukan tingkat kerugian piutang usaha.

4. Revaluasi Asset Tetap merupakan salah satu upaya yang dilakukan guna membentuk
postur laporan keuangan menjadi lebih baik sehingga dapat menjadi lebih baik dan dapat
menarik calon investor untuk membeli saham
Perusahaan, Coba saudara jelaskan melalui contoh perhitungan dari proses revaluasi asset
tetap
Jawab :

(1) Perusahaan XYZ membeli sebuah mesin pada tanggal 1 Januari 2020 seharga
Rp200.000.000.
(2) Perusahaan XYZ menggunakan metode depresiasi garis lurus dan tidak ada nilai sisa.
Umur ekonomis mesin tersebut terhitung 20 tahun.
(3) Maka terhitung depresiasi per tahunnya Rp10.000.000 (Rp200.000.000 : 20). Pada
tanggal 1 Januari 2022, mesin tersebut direncanakan akan direvaluasi.
(4) Nilai buku mesin tersebut di tanggal 1 Januari 2022 dihitung dari selisih harga
perolehan dan akumulasi depresiasi yaitu Rp200.000.000 - Rp20.000.000 =
Rp180.000.000.
(5) Perusahaan XYZ kemudian menyewa jasa penilaian untuk menilai fair value mesin
tersebut di tanggal yang sama.
(6) Setelah dilakukan revaluasi, ternyata nilai mesin tersebut di tanggal 1 Januari 2022
adalah Rp190.000.000.
(7) Terdapat perbedaan Rp10.000.000 antara nilai buku dengan hasil penilaian kembali,
maka pencatatan jurnal kenaikan nilai mesin akibat revaluasi aset adalah sebagai
berikut :

Dengan sisa umur ekonomis mesin adalah 18 tahun, maka di tahun 2022 nilai
depresiasinya adalah: Rp190.000.000 : 18 tahun = Rp10.555.555.

5. CSR (Corporate Social Responbility) merupakan kepedulian suatu perusahaan pada


masyarakat, dimana anggaran untuk CSR dapat dialokasikan dari bagian laba
perusahaan. Singkat kata CSR diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi
perusahaan, terutama terkait Brand dan aspek keuangan/pajak. Dalam tinjauan aspek
keuangan/pajak aktivitas CSR yang bagaimana saja yang dapat mempengaruhi PPh
Badan
Jawab :

 Adanya tingkat leverage


 Profitabilitas,
 Kepemilikan manajerial.
 Kepemilikan saham asing.

Anda mungkin juga menyukai