Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia- Nya
sehingga Makalah Demokrasi pada Masa Orde Baru ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa
shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya,
dan kepada kita selaku umatnya.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Makalah PPKn
yang berjudul Makalah Demokrasi pada Masa Orde Baru ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan
sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan
menjadi bahan makalah. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan
sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Makalah Demokrasi pada
Masa Orde Baru ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, karena
kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai
manusia. Semoga Makalah Demokrasi pada Masa Orde Baru ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Demokrasi
B. Sejarah Demokrasi Pancasila Era Orde Baru
C. Ciri-ciri Demokrasi Pancasila Era Orde Baru
1. Dominasi Partai Golkar
2. Pembatasan Kebebasan Berpendapat
3. Otoritarianisme
4. Koreksi Politik
5. Pemilihan Umum Terbatas
6. Stabilitas Politik dan Pembangunan EkonomiEkonomi
7. Sentralisasi Kekuasaan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Demokrasi adalah pemerintahan rakyat, maksudnya pemerintahan memberi kekuasaan dan
wewenang kepada rakyat, semua keputusan berdasarkan suara rakyat. Demokrasi Indonesia adalah
pemerintahan dari semua rakyat Indonesia, oleh rakyat Indonesia, dan untuk rakyat Indonesia dari Sabang
sampai Merauke. Cara pemerintahan seperti ini menjadi cita-cita semua partai nasionalis di Indonesia.
Sejak bangsa Indonesia mencapai kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945 selalu menjadi pertanyaan
bagaimana sistem pemerintahan yang tepat dan paling bermanfaat baginya. Indonesia menjadi salah satu
negara demokrasi terbesar di dunia. Demokrasi menjadi pilihan bangsa Indonesia sejak awal berdirinya.
Perkembangan sistem demokrasi berlangsung sejak tahun 1945 hingga masa sekarang. Berbagai model
demokrasi pernah diterapkan di Indonesia dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Perkembangan
demokrasi di Indonesia mengalami pasang surut dari masa kemerdekaan sampai saat ini. Hal ini
dibuktikan dengan telah dilaksanakannya beberapa bentuk demokrasi di negara Indonesia.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah: 1.Bagaimana
C. TUJUAN MAKALAH
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran
ppkn.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Demokrasi
Demokrasi Pancasila adalah konsep demokrasi yang diterapkan selama era Orde Baru di Indonesia.
Era Orde Baru dimulai pada tahun 1966 setelah kejatuhan Presiden Sukarno dan berakhir pada tahun
1998. Pada masa ini, Pemerintah Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto memegang
kendali penuh atas pemerintahan serta ekonomi negara.
Konsep demokrasi Pancasila yang diterapkan pada era Orde Baru memiliki beberapa karakteristik.
Pertama, demokrasi dianggap sebagai "tatahidup berbangsa dan bernegara" yang berlandaskan
Pancasila, yaitu ideologi dasar negara Indonesia. Pancasila sebagai dasar negara memegang peran
sentral dalam memandu kehidupan politik, sosial, dan ekonomi negara.
Kedua, dalam demokrasi Pancasila era Orde Baru, keputusan politik dan pembuatan kebijakan didominasi
oleh pemerintah dan partai politik yang terafiliasi dengan Pemerintah. Tindakan oposisi dan kritik
terhadap Pemerintah sering kali ditindas atau dibatasi.
Ketiga, partisipasi politik dalam demokrasi Pancasila era Orde Baru cenderung terbatas. Partai politik
diatur dengan sistem terkontrol dan terbatas, dan hanya partai yang berada di bawah kendali pemerintah
yang diizinkan beroperasi secara legal. Hal ini mengakibatkan terbatasnya penghargaan terhadap
kebebasan berekspresi dan hak berpolitik bagi warga negara.
Keempat, Pemerintah Orde Baru mengedepankan stabilitas politik dan pertumbuhan ekonomi sebagai
prioritas utama. Upaya-upaya untuk menciptakan stabilitas politik dan pembangunan ekonomi seringkali
dilakukan dengan cara otoriter dan penguasaan kekuasaan oleh Pemerintah.
Namun demikian, di tengah perdebatan mengenai kualitas demokrasi dan pengakuan internasional
terhadap praktik demokrasi Pancasila era Orde Baru, ada juga kemajuan dalam bidang pembangunan
ekonomi dan sosial di Indonesia selama periode ini.
Selama Orde Baru di Indonesia, terdapat penekanan pada gagasan "demokrasi pancasila" sebagai
model demokrasi yang cocok untuk Indonesia. Demokrasi pancasila merupakan konsep yang
menggabungkan prinsip-prinsip demokrasi dengan nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi negara.
Pada era Orde Baru, demokrasi pancasila diklaim sebagai bentuk demokrasi yang sesuai dengan
kebudayaan dan karakter masyarakat Indonesia. Pemerintah Orde Baru percaya bahwa demokrasi
pancasila dapat menciptakan stabilitas politik, pertumbuhan ekonomi, dan persatuan nasional.
Namun, demokrasi pancasila era Orde Baru juga dikritik karena adanya otoritarianisme, pembatasan
kebebasan berpendapat, dan dominasi Partai Golkar sebagai satu-satunya partai politik yang diizinkan.
Meskipun ada institusi-institusi formal seperti parlemen dan pemilihan umum, tetapi demokrasi pada era
Orde Baru seringkali dianggap terbatas dan terkendali oleh pemerintah.
Demokrasi pancasila era Orde Baru berakhir pada tahun 1998 dengan jatuhnya rezim Orde Baru dan
munculnya Reformasi, yang membawa perubahan signifikan dalam peta politik dan demokrasi di
Indonesia.
C. CIRI-CIRI DEMOKRASI PANCASILA ERA ORDE BARU
Berikut adalah beberapa ciri-ciri dari Demokrasi Pancasila pada era Orde Baru di Indonesia:
3. Otoritarianisme
Pemerintahan Orde Baru cenderung otoriter, dengan pemerintah memiliki kendali penuh atas
kehidupan politik, sosial, dan ekonomi di Indonesia. Pemerintah membatasi kegiatan politik yang
dianggap tidak sesuai dengan ideologi Pancasila dan melarang partai politik yang dianggap
sebagai ancaman.
4. Koreksi Politik
Pada era Orde Baru, pemerintah juga melakukan "koreksi politik" terhadap elemen-elemen yang
dianggap mengancam negara dan ideologi Pancasila. Hal ini termasuk pengawasan ketat terhadap
organisasi masyarakat sipil, pembatasan kebebasan media,dan penindasan terhadap oposisi politik.
7. Sentralisasi Kekuasaan
Pemerintahan Orde Baru cenderung sentralistik dan menempatkan kekuasaan pada tingkat
pemerintah pusat. Otonomi daerah dan partisipasi publik dalam pengambilan keputusan
politik terbatas.
2. Otoritarianisme
Pemerintahan Orde Baru cenderung otoriter, di mana kekuasaan pemerintah sentral sangat
dominan dan kontrol terhadap kehidupan politik, sosial, dan ekonomi sangat ketat. Hal ini
mengurangi ruang gerak demokrasi yang sehat dan partisipasi publik dalam pengambilan
keputusan politik.
1. Stabilitas Politik
Pemerintah Orde Baru berpendapat bahwa sistem Demokrasi Pancasila mereka mampu
menciptakan stabilitas politik yang kuat dan terkontrol. Hal ini dikarenakan adanya kontrol
yang ketat dari pemerintah terhadap partai politik dan oposisi.
2. Pembangunan Ekonomi
Pada era Orde Baru, pemerintahan Soeharto menekankan pembangunan ekonomi sebagai
prioritas utama. Mereka berargumen bahwa Demokrasi Pancasila memiliki kemampuan untuk
menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
3. Kesatuan dan Keberagaman
Pancasila mengedepankan nilai-nilai kesatuan dan keberagaman. Pemerintah Orde Baru
percaya bahwa dengan mengadopsi Demokrasi Pancasila, mereka dapat memelihara
persatuan, membangun harmoni antara berbagai kelompok etnis dan agama, serta menekan
konflik sosial.
2. Partisipasi Politik
Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam proses politik, seperti pemilihan umum,
pemilihan kepala daerah, atau mekanisme konsultasi publik. Peningkatan partisipasi
politik akan memperkuat prinsip dasar demokrasi Pancasila, yaitu kedaulatan rakyat.
3. Kebebasan Berpendapat:
Membuka ruang yang lebih luas untuk kebebasan berpendapat dan bertukar informasi
memperkuat kebebasan pers, hak asasi manusia, dan kebebasan berekspresi akan mendorong
terciptanya suasana yang lebih demokratis.
A. Kesimpulan
Berakhirnya pelaksanaan demokrasi terpimpin terjadi bersamaan dengan berakhirnya Orde Lama. Orde
berganti dengan Orde Baru. Masa pemerintahan baru ini berlangsung di bawah kepemimpinan Presiden
Suharto. Segala macam penyimpangan yang terjadi di masa Orde Lama dibenahi oleh Orde Baru. Orde
Baru bertekad akan melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Masa sejak tahun 1969 menjadi awal bagi bangsa Indonesia untuk hidup dengan harapan. Pemerintah
Orde Baru mulai melaksanakan pembangunan secara bertahap. Tahapan pembangunan yang dikenal
dengan sebutan Pelita (pembangunan lima tahun) dilaksanakan menyeluruh di wilayah Indonesia.
Pelaksanaan pembangunan meliputi ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, serta pertahanan dan
keamanan.
Sebagai bentuk pelaksanaan demokrasi, pemerintah melaksanakan pemilihan umum setiap 5 tahun sekali.
Pemilihan umum dilaksanakan untuk memilih anggota DPR/MPR. Pemerintah Orde Baru berhasil
menyelenggarakan pemilihan umum tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997.
B. SARAN
Setelah membaca atau mendengarkan makalah ini diharapkan kepada pembaca/pendengar mampu
memahami pelaksanaan demokrasi yang ada di Indonesia. Sehingga mampu menjalankan hak dan
kewajibannya sebagai warga negara Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Berikut beberapa referensi yang dapat membantu Anda dalam membahas topik tersebut:
http://tugasgalau.blogspot.co.id/2015/11/makalah-pelaksanaan-demokrasi-di.html
http://kenshinlp.blogspot.co.id/2014/12/makalah-demokrasi-di-indonesia.h
1. Hefner, R. W. (1999). Civil Islam: Muslim and Democratization in Indonesia. Princeton University
Press.
2. Lev, D. S. (2001). Islamic Courts in Indonesia: A Study in the Political Bases of Legal Institutions.
University of California Press.
3. Liddle, R. W., & Mujani, S. (2007). Leadership, Party, and Religion: Explaining Voting Behavior in
Indonesia. Comparative Political Studies, 40(7), 832-857.
4. Merrill, Y. T. (2013). Religious Politics and Secular States: Egypt, India, and the United States.
Cambridge University Press.
5. McNally, V., & Sundelius, B. (2010). The Capacity to Govern: The Limits of Reform in Weak
States. Routledge.
7. Ridwan, S. (2018). Multiculturalism in Indonesia: Implications for Democracy. Polish Political Science
Yearbook, 47(3), 104-121.