A. MOTTO
1. Kebanggaan yang murni dari seseorang yang bekerja keras tidak
terletak pada jumlahupaya melainkan nilai karyanya bukan
hasilnya.
2. Membaca adalah sumber kehidupan untuk meraih prestasi
3. Hargailah karya orang lain, karena dengan menghargai karya orang
lain berarti menghargai diri sendiri.
4. Ikhtiar, sabar dan ikhlas adalah kunci yang harus kamu pegang
untuk menuju kesuksesan.
5. Pintar bukan berarti ahli dalam ilmu matematika, fisika, kimia
maupun biologi. Pintar yang sebenarnya adalah pintar dalam
mengatur waktu serta senantiasa memanfaatkan segala kesempatan
yang ada.
B. PERSEMBAHAN
KUPERSEMBAHAN KEPADA
Ayah Bunda tercinta, sebagai motivator
Tersebar dalam hidupku do’a dan kasih sayang
serta semua pengorbanan dan kesabaran yang telah mengantarkanku
sampai kini
Peserta,
Nur ajijah
NISN.
BAB I
PENDAHULUAN
1.2.3 Gula
Gula yang digunakan dalam proses pembuatan roti umumnya adalah gula
sukrosa (gula pasir) yang berasal dari tebu atau beet (Wahyudi, 2003).
Menurut Wahyudi (2003) gula sukrosa (gula pasir) yang biasa digunakan
dalam pembuatan roti dapat berbentuk kristal maupun berbentuk tepung,
Penggunaan gula pada roti manis memiliki tujuan seperti:
1 Menyediakan makananan untuk ragi (yeast) dalam fermentasi,
2 Memperbaiki tekstur produk,
3 Membantu memepertahankan air sehingga memperpanjang kesegaran,
4 Menghasilkan kulit (crust) yang baik, dan
5 Menambah nilai nutrisi pada produk.
Sukrosa merupakan disakarida yang tersusun atas sebuah D-
glucopyranosil dan D-fructofuranosil yang berikatan antar ujung reduksinya.
Sukrosa tidak memiliki ujung pereduksi sehingga termasuk dalam gula non
pereduksi. Sukrosa (C12H22O11) bersifat mudah larut dalam air dan sedikit
higroskopis, sehingga semakin tinggi suhu kelarutan semakin besar (Tirtowinata,
2006).
Pada proses pembuatan roti, gula berfungsi sebagai makanan ragi (yeast)
untuk membantu jalannya proses fermentasi sehingga adonan roti dapat
mengembang. Gula juga memberi rasa manis serta memperbaiki warna dan aroma
karena proses karamelisasi dan reaksi Maillard (khususnya gula reduksi) selama
pemanggangan. Akan tetapi gula lebih banyak dimanfaatkan dalam pembuatan
biskuit dan kue, dimana selain memberikan rasa manis gula juga mempengaruhi
tekstur (Winarno, 2004). Nilai kalori gula pasir per 100 gram bahan yaitu 364 kal
(Darwin, 2013).
Fruktosa adalah bahan pemanis alami yang memiliki kadar kemanisan 2,5
kali lipat dari sukrosa (Sikumbang dan Hindersah, 2009). Fruktosa disebut juga
gula buah. Fruktosa merupakan jenis monosakarida yang paling manis, banyak
ditemukan pada mahkota bunga, madu, dan hasil hidrolisis gula tebu.
Didalamfruktosa didapatkan dari hasil pemecahan sukrosa (Nugraheni et al.,
2011).
Salah satu contoh gula fruktosa yaitu high fructose syrup (HFS). High
Fructose Syrup merupakan kelompok sirup gula cair melalui proses enzimatis
untuk meningkatkan kandungan fruktosa. High Fructose Syrup dapat dibuat
dengan bahan dasar seperti tepung tapioka dan jagung. Gula jagung memiliki
karakteristik warna putih, manis, seperti gula lainnya. Selain itu, gula jagung
kadar kalorinya rendah dibandingkan dengan gula lainnya. Salah satu gula jagung
yang banyak digunakan dalam produk baking yaitu HFS 90 yang rata-rata terdiri
dari 90% fruktosa dan 10% glukosa (Pramana et al., 2007). Fruktosa termasuk
gula reduksi yang mampu membentuk reaksi Maillard (pencoklatan) apabila
bereaksi dengan protein dan dipicu oleh panas (Winarno,2004).
1.2.4 Telur
Telur dalam pembuatan roti berfungsi membentuk suatu kerangka yang
bertugas sebagai pembentuk struktur. Telur dapat memberikan pengaruh pada
warna, rasa, dan melembutkan tekstur roti dengan daya emulsi dari lesitin yang
terdapat pada kuning telur. Telur juga berfungsi sebagai pelembut dan pengikat.
Fungsi lainnya adalah untuk aerasi, yaitu kemampuan menangkap udara pada saat
adonan dikocok sehingga udara menyebar rata pada adonan (Astawan, 2008).
Telur berfungsi untuk meningkatkan nilai gizi, memberikan rasa yang lebih enak
dan membantu untuk memperlemas jaringan zat glutein karena adanya lesitin
dalam telur yang menghasilkan roti menjadi lebih empuk dan lemas (Koswara,
2009).
Telur merupakan sumber zat protein hewani yang bergizi tinggi. Fungsi
telur sebagai pengental, perekat atau pengikat dalam pengolahan pangan
(Tarwotjo, 1998). Penggunaan kuning telur dapat memberikan tekstur yang
lembut pada roti dimana kuning telur mengandung lesitin (emulsifier). Kuning
telur memiliki bentuk yang padat dan kadar airnya sekitar 50% sedangkan putih
telur kadar airnya 86%. Nilai kalori pada kuning telur yang digunakan dalam
pembuatan roti yaitu 361 kkal (Bennion, 1980).
1.2.7 Susu
Penggunaan susu untuk produk bakery berfungsi membentuk flavor,
mengikat air, sebagai bahan pengisi, membentuk struktur yang kuat karena adanya
protein berupa kasein, membentuk warna karena terjadi reaksi pencoklatan dan
menambah keempukan karena adanya laktosa (Koswara, 2009). Keutamaan susu
yaitu meningkatkan nilai gizi. Susu mengandung protein (kasein), gula laktosa
dan mineral kalsium. Susu juga memberikan efek terhadap kulit roti dan
memperkuat gluten karena kandungan kalsiumnya (U.S. Wheat Associates, 1983).
Susu bentuk bubuk adalah susu yang biasa digunakan sebagai bahan pembuat roti
(Eko dan Eirry, 2007). Hal ini dikarenakan susu bubuk memiliki masa simpan
yang lebih panjang. Susu cair UHT juga dapat digunakan dalam pembuatan roti.
Kandungan gizi susu bubuk per 100 gram adalah 509 kkal (Mahmud, 2005),
sedangkan kandungan kalori susu cair UHT yaitu 150 kkal (Prastiwi, 2015).
1.2.8 Mentega
Mentega dapat dibuat dari lemak susu yang manis atau yang asam.
Mentega dari lemak yang asam memiliki citarasa yang kuat. Lemak susu dapat
dibiarkan menjadi asam secara spontan atau dapat dimasamkan dengan
penambahan pupukan murni bakteri asam laktat pada lemak susu yang manis yang
telah dipasteurisasikan, sehingga memungkinkan terjadinya fermentasi (Winarno,
2004).
Mentega berfungsi sebagai pelumas untuk memperbaiki remah roti,
memperbaiki daya iris roti, melunakkan kulit roti, dan dapat menahan air sehingga
umur simpan lebih lama. Selain itu lemak juga bergizi, memberikan rasa lezat,
mengempukkan, dan membantu pengembangan susunan fisik roti (Mudjajanto
dan Yulianti, 2004). Menurut Ardiman (2014) mentega merupakan sumber
biokalori yang cukup tinggi nilai kilokalorinya yaitu sekitar 9 kilokalori setiap
gramnya.
1.2.9 Bread Improver
Bread Improver merupakan bahan tambahan dalam pembuatan roti yang
mengandung protein dalam bentuk gluten. Gluten memiliki fungsi untuk
mempertahankan udara yang masuk kedalam adonan pada saat proses pengadukan
dan gas yang dihasilkan oleh ragi pada waktu fermentasi, sehingga adonan
menjadi mengembang. Bahan yang dapat digunakan seperti xanthan gum, dan
bahan lain seperti Carboxymethyl Cellulose (CMC), alginate, gliseril monostearat
dan sebagainya. Bahan-bahan ini akan meningkatkan daya tarik menarik antara
butir-butir pati, sehingga sebagian besar gas yang terdapat di dalam adonan dapat
dipertahankan. Adonan yang dihasilkan akan cukup mengembang dan akan
diperoleh roti dengan volume yang relatif besar, remah yang halus, dan tekstur
yang lembut (Koswara. 2009)
1.3 Prinsip Pembuatan Roti
Menurut Koswara (2009) secara garis besar prinsip pembuatan roti terdiri dari
pencampuran (mixing), peragian, pembentukan, dan pemanggangan.
Tujuanpencampuran adalah membuat dan mengembangkan sifat daya rekat,
gluten tidak ada dalam tepung. Tepung mengandung protein dan sebagian besar
protein akan mengambil bentuk yang disebut gluten bila protein itu dibahasi,
diaduk-aduk, ditarik, dan diremas. Tujuan peragian (fermentasi) adonan adalah
untuk pematangan adonan sehingga mudah ditangani dan menghasilkan produk
bermutu baik, serta berperan dalam pembentukan cita rasa roti. Pada tahap
pembentukan secara berurutan adonan dibagi dan dibulatkan, diistirahatkan,
dibentuk, dimasukkan kedalam loyang dan fermentasi akhir sebelum dipanggang.
Sedangkan pada proses pemanggangan dilakukan pada suhu sekitar 180°C yang
pada akhir pembakaran terjadi pembentukan crust serta aroma. Pembentukan crust
terjadi sebagai hasil reaksi Maillard dan karamelisasi gula.
4.3 Bahan-bahan
4.3.1. Tepung Terigu Protein Tinggi
4.3.4. Telur
4.3.5. Air
4.3.8. Mentega
4.3.9. Garam
4.4 Alat
4.4.1 Timbangan digital
4.4.2 Gelas dan sendok ukur
4.4.3 Mangkuk
4.4.4 Mixer
4.4.9 Oven
4.4.10 Kuas kue
4.5.2 Penimbangaan
Semua bahan ditimbang sesuai dengan formula/resep. Penimbangan bahan harus
di lakukan dengan benar agar tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan bahan.
Untuk jenis bahan baku tepung terigu cakra kembar, mentega, garam dan bahan
penunjang lainnya yang merupakan bahan yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit,
tetapi sangat penting agar roti yang dihasilkan dapat berkualitas baik sehingga
dalam penimbangaannya harus teliti.
4.5.3 Pencampuran
Tahap selanjutnya adalah pencampuran yaitu mencampur
semua bahan kedalam mixer. Langkah pertama yaitu memasukkan
semua bahan kering dan kuning telur, diaduk dengan kecepatan
rendah lalu air dimasukkan sedikit demi sedikit. Setelah tercampur
rata kemudian garam dan mentega dimasukkan. Adonan diaduk
dengan kecepatan sedang hingga kalis. Penggadukkan dihentikan
setelah adonan menjadi kalis. Kalis adalah pencapaian pengadukan
maksimum sehingga terbentuk permukaan film pada adonan.
Tanda-tanda adonan roti telah kalis adalah jika adonan tidak lagi
menempel di wadah atau di tangan atau saat adonan dilebarkan,
akan terbentuk lapisan tipis yang elastis.
4.5.4 Peragian/fermentasi
Setelah adonan roti kalis dilanjutkan dengan proses
fermentasi, yaitu adonan dibiarkan beberapa saat. Di perusahaan
roti pasda cake proses dilakukan dengan sederhana yaitu adonan di
fermentasi dalam suhu tertutup selama 1 jam.
4.5.5 Pemotongan dan Pembentukan Adonan
Kemudian adonan ditimbang dengan berat 45g, dan di roll
pin. Pada tahap ini adonan yang telah homogen dibentuk lembaran-lembaran
mengunakan roll pin press sampai mencapai lembaran
adonan. Proses produksi dalam fase ini adalah tebal tipisnya
lembaran adonan antara adonan yang satu dengan adonan yang lain
diusahakan sama, agar supaya tingkat kematangan dan ukuran
rotinya sama. Untuk penempatan coklat sebelum dioven, adonan yang sudah
dibelabrkan langsung diberikaan coklat lalu lipat adonan rapat-rapat supaya isian
coklat tidak keluar.
4.5.6 Pengovenan
Pada proses pengovenan roti ini suhu yang digunakan 200ºC selama
kurang lebih 15 menit. Proses pengovenan dapat dikatakan selesai apabila kulit
atas dari roti telah berwarna emas kecoklatan. Hal itu dapat terjadi dikarenakan
reaksi browning yang terjadi antar protein dan karbohidrat. Roti yang dihasilkan
dapat berkualitas baik apabila bagian dalam roti berwarna putih dan empuk dan
kulit bagian atas berwarna coklat. Proses produksi pada fase ini adalah pada
lamanya waktu pengovenan, jika waktu pengovenen terlalu lama maka
menyebabkan roti menjadi gosong, jika terlalu pendek maka menyebabkan roti
menjadi kurang masak, sehinga waktu pengovenan diusahakan tepat
KESIMPULAN
Dari hasil kegiatan prakerin yang saya lakukan dapat di simpulkan bahwa
pembuatan roti yang baik adalah mengikuti prosedur yang ada. Apabila prosedur
tersebut tidak di ikuti dengan baik, maka roti yang dihasilkan tidak akan sempurna
dan tidak sesuai yang diinginkan. Setelah selesai melakukan Prakerin saya dapat
mengetahui cara kerja di industri itu bagaimana dan mengetahui cara membuat
roti. Melalui prakerin ini wawasan dan pengetahuan saya bertambah dan saya bisa
mengetahui bagaimana cara membuat roti yang baik dan benar. Laporan yang
saya buat ini sesuai dengan apa yang saya peroleh dan dapatkan selama kegiatan
prakerin ini, Melalui prakerin ini saya mendapat peluang untuk membuka usaha
sendiri serta bagaimana cara kerja yang baik jika nanti saya memasuki dunia
kerja. Prakerin ini juga mengajarkan saya agar lebih terampil di bidang
pengolahan suatu produk.
5.3 Dari semua proses yang dilakukan dalam pembuatan roti, yang
perlu diperhatikan kaitannya dengan pengendalian mutu antara lain :
5.3.1 Memperhatikan lama pengadukan adonan, apabila
pengadukan adonan terlalu lama menyebabkan volume roti
pisang yang dihasilkan sangat besar dan tidak kenyal,
disebabkan adonan mengalami kematangan awal dalam
proses pengadukan. Jika pengadukan adonan terlalu singkat
menyebabkan adonan roti kurang elastis, volume roti pisang
sangat kurang dan roti yang dihasilkan akan runtuh ketika
mengembang sebelum dibakar atau ketika dalam oven.
5.3.2 Menghilangkan atau memonitoring adonan agar tetap
terjaga kualitasnya seperti menghilangkan benda asing yang
terdapat dalam adonan yang dapat menurunkan kualitas roti
pisang yang dihasilkan.
5.3.3 Jarak penataan roti pisang dalam loyang kurang lebih 4 cm
agar adonan tidak lengket satu sama lain dan bentuknya
bagus saat mengembang.
5.3.4 Pengovenan adonan roti pisang dilakukan selama 15 menit
pada suhu kurang lebih 200 drajat C
5.4 H
5.5 H
SARAN
Saran Untuk Prusahaan :
Kepada karyawan perusahaan pasda cake diharapkan lebih meningkatkan
kedisiplinan terutama disiplin waktu demi kelangsungan perusahaan pasda cake
agar terciptanya mekanisme kerja yang baik dan lebih menghargai waktu
JURNAL KEGIATAN