Anda di halaman 1dari 22

DASAR - DASAR MENEMBAK

DASAR - DASAR MENEMBAK

1. Pegangan Teguh. Pegangan teguh ada dua cara yang benar


dan yang salah, sebagai berikut :

a. Cara Memegang Senjata.

1) Bila pegangan terlalu kuat. Otot-otot tangan kiri


dan tangan kanan akan kaku, tekanan dasar popor
pada bahu juga akan terlalu kuat, akibatnya akan
timbul gemetar.

2) Cara memegang terlalu lemah. Otot-otot


tangan akan lemah, letak dasar popor pada bahu juga
akan lemah, akibatnya senjata akan goyang.

3) Cara yang baik adalah pegangan pada senapan


tidak terlalu kuat dan tidak terlalu lemah.

4) Kedudukan senapan harus tegak lurus, tidak


miring tidak goyang ke kiri / ke kanan agar perkenaan
nantinya tidak terlalu tersebar. Hal ini bisa dikontrol
dengan cara melihat kedudukan pejera, apakah miring
atau tidak. Cara-cara memegang senjata tersebut di
atas harus didemonstrasikan oleh pelatih, dan waktu
siswa / pelaku melakukan / melaksanakan bisa dikontrol
dengan memegang tangan para penembak dan melihat
kedudukan senjata.

b. Cara meletakkan Pipi pada popor. Pada prinsipnya


sama dengan memegang senjata, artinya popor bukan sebagai
sandaran untuk menahan kekuatan pipi, tetapi popor hanya
sebagai tempat meletakkan/menempelkan pipi.

c. Mengatur Jarak Antara Matadengan Pisir. Setiap saat


waktu menembak, letak pipi pada popor harus tetap, bila
kedudukan pipi berubah-ubah pada saat menembak, maka hasil
perkenaannya akan berubah-ubah pula, karena kedudukan pipi yang
berubah akan membawa perubahan gambar bidik. Kedudukan mata
yang tetap didapat dengan cara menempelkan ujung hidung pada
bagian belakang kas senapan.
d. Otot leher tidak kaku melainkan harus tetap santai
sehingga tidak akan terjadi ketegangan yang mengakibatkan
konsentrasi terbagi dua.

e. KedudukqnTanganKiri. Tangan kiri berfungsi sebagai


sandaran senjata, kedudukannya harus kokoh. Letak (siku)
tangan kiri harus benar-benar menunjang letak senjata, telapak
tangan berada pada perimbangan senjata.

f. Tangan kanan sedikit rilek (santai), fungsi uta-


manya adalah untuk menarik picu dan membantu kedudukan
senjata agar tidak mudah goyah/labil.

g. MeletakkanPoporpadaLekukan BahuDepan. Harus


diingat pada saat menjelang terjadinya letusan jangan sekali-kali
mengencangkan urat bahu. Hal ini akan membuat geseran garis
bidik walau hanya beberapa milimeter dan akan mengakibatkan
penyebaran perkenaan.

h. Dengan demikian cara pegangan teguh harus


dapat menguasai akibat-akibat yang ditimbulkan oleh letusan
senjata sebagai contoh

1) Dapat menahan dan tidak merasakan sakit


akibat tolak balik senjata.
2) Senjata tidak bergerak atau tidak berubah
kedudukannya pada saat terjadi letusan.
3) Tidak menimbulkan kesulitan pada saat
membidik karena gemetar akibat kekakuan seluruh atau
sebagaian otot-otot.

LATIHAN PERNAPASAN

Apabila prajurit bernafas dengan wajar pada waktu menembakkan


senapannya, gerakan dadanya akan mengakibatkan senapan dan
bidikannya bergoyang juga. Untuk menghilangkan hal ini, penembak
harus belajar menarik nafas, mengeluarkan sebagian nafasnya, kemudian
menahan nafasnya selama beberapa detik untuk membidik dan
menembakkan senjatanya. Apabila menahan nafas lebih 10
(sepuluh) detik, sering terjadi penegangan otot dan pandangan
menjadi kabur.

Latihan Pernapasan.
a. Pada saat memperhatikan sasaran, nafas tetap berjalan
normal.( I )
b. Pada saat akan mulai membidik, tarik nafas dan
keluarkan lebih dalam dari
biasannya.( II )
Keluarkan sebagian
c. Pada saat membuat gambar bidik, tahan nafas sampai
terjadi letusan
Keluarkan sebagian ( III )
d. Nafas Normal.( I )

LATIHAN MEMBIDIK

2. Umum. Latihan membidik dapat dilakukan dengan menggunakan


pisir "V", pisir "U" maupun pisir "0".Penjelasan berikut beserta gambar-
gambarnya mengambil contoh penggunaan pisir "0" (seperti pada senapan
M.16 A.1).

3. Latihan Membidik.

a. Lintasan Peluru.

1) Senjata SS-1..

Lintasan Peluru senapan SS- 1


2) Senjata M 16 A1 .

Lintasan Peluru Senapan M.16 A1


b. Kedudukan Mata.
1) Kedudukan mata adalah kedudukan mata
penembak terhadap pisir senapannya. Penembak
senapan harus selalu meletakkan matanya sedekat
mungkin pada pisir, tanpa mengakibatkan ketegangan
pada otot leher atau otot lengannya. Lebih dekat
kedudukan mata pada pisir, lebih luas lagi daerah
sasaran yang terlihat.
2) Pada latihan menem bak cepat dan tepat,
kedudukan mata harus selalu sama pada setiap
tembakan. Kedudukan mata yang tetap mudah
dipelajari dengan cara menempelkan ujung hidung
pada bagian belakang kas senapan (pada senapan
M.16 Al pada tangkai pemegang)

c. Penguncian popor senapan dengan menggunakanpipi.


Penguncian popor senapan adalah suatu titik pertemuan yang
kokoh antara pipi dengan popor senapan. Pelaksanaan
penguncian popor senapan yang benar dapat dilihat dari hidung
penembak yang menyentuh ringan pada bagian belakang atas
kas senapan (pada senapan M.16 Al adalah pada tangkai
pemegang).

Penguncian popor senapan dengan menggunakan pipi,


dikatakan baik apabila otot leher maupun otot bahu tidak tegang.
Penguncian popor dengan menggunakan pipi memungkinkan
seluruh kepala dapat mengikuti gerak kebelakang bersama-
sama dengan senapan pada waktu senapan ditembakan,
sehingga memungkinkan pengalihan dengan cepat terhadap
sasaran lain.
d. MenyesuaikanPengarahan senapan. Menyesuaikan
pengarahan senapan yang benar terlihat pada gambar. Bagian
tengah pada puncak pejera (didepan) berada tepat ditengah
lubang pisir (dibelakang). Apabila tepat pada tengah lubang pisir
dibuat garis semu yang mendatar, maka letak ujung pejera
depan itu akan tampak menyentuh tepat ditengah garis semu
tersebut. Demikian juga apabila pada tengah lubang pisir ditarik garis
semu yang tegak, maka garis semu ini kelihatannya membelah
pejera menjadi dua bagian yang sama. Penyesuaian letak
peralatan bidik yang tepat amat penting untuk ketepatan
menembak terhadap sasaran pada jarak sedang dan jarak
jauh. Apabila terjadi kesalahan penyesuaian peralatan bidik
terhadap sasaran, maka makin besar jarak kesasaran, akan makin
besar pula jarak melesetnya titik perkenaan dari titik bidik.
Contoh : Suatu kesalahan di dalam menyesuaikan letak pisir
dan pejera masih akan tetap mengenai suatu titik bidik pada jarak
50 m dan 75 m. Akan tetapi pada jarak 300 meter, perkenaan
terhadap titik bidik yang sama akan meleset sejauh 2 m lebih.
Pengertian.
- Jarak dekat : 0 - 100 m.
- Jarak sedang : 100 - 300 m.
- Jarak jauh : 300 m.

1) Letak sasaran atau titik bidik pada sasaran


terhadap pejera dan pisir yang telah disesuaikan. Letak
titik bidik (sasaran) telah dipastikan benar, apabila
tengah-tengah titik bidik (sasaran) tersebut berada
di`bagian atas pejera. Apabila ditarik garis semu tegak
tepat ditengah lubang pisir, maka garis semu ini akan
mem belah titik bidik (sasaran) dan pejera menjadi dua
bagian yang sama besarnya. Pada jarak penentuan
dasar senapan (zeroing), lesan yang dipasang pada
jarak 25 meter dari garis penem bakan, cara meletakkan
penyesuaian pisir dan pejera terhadap titik bidik sasaran
lesan ini (zeroing target) dapat dilihat pada gambar- 8
(untuk senapan M.16 Al).

2) Gambar pada alat bidik. Gambaran pada


alat bidik yang benar didapatkan apabila pisir dan
pejera telah disesuaikan letaknya dengan benar terhadap
suatu sasaran/titik bidik, (untuk senapan M.16 Al).
3) Hal yang perlu diperhatikan. Di dalam la -
tihan dasar menembak senapan, kemungkinan
terdapat seorang prajurit yang sulit dilatih untuk dapat
mengenai sasarannya dengan tepat meskipun ia telah
melaksanakan semua ketentuan di dalam latihan dasar
menembak senapan dengan baik. Penyebab terjadinya
kesalahan ini adalah mata penembak tersebut tidak
dapat memfokus pada 2 (dua) obyek yang mempunyai
jarak berbeda di dalam waktu yang bersamaan.

a) Apabila mata penembak tersebut


memfokus pada sasaran, maka pejera dan
pisir akan kabur penampakannya.

b) Apabila mata penembak tersebut


memfokus pada pejera, maka pisir dan titik
bidik sasarannya akan kabur. Oleh karena
itu, penyebab ketidak tepatan perkenaan
pada sasaran adalah

(1) Kesalahan penyesuaian


pisirpejera dan titik bidik sasaran
tidak pada satu garis bidik.

(2) Kesalahan meletakan titik


bidik sasaran, tidak pada satu garis
bidik dengan pisir dan pejera.
Dengan kesalahan tersebut b),
seorang penembak akan mengenai
sasarannya beberapa centimeter
meleset dari titik bidiknya, akan tetapi
masih tetap dapat mengenai musuh.
Sedangkan kesalahan menempatkan
pisir dan pejera akan menyebabkan
peluru tidak dapat mengenai sasaran
lesan tubuh, meleset 1 (satu) meter
atau lebih tergantung pada jarak
sasaran. Oleh sebab itu, penyesuaian
letak pisir dan pejera lebih penting dari
pada menempatkan titik bidik sasaran
pada satu garis bidik.

4) Metode penyesuaian letak alat bidik. Untuk


meyakinkan penyesuaian letak alat bidik (pejera dan
pisir terletak pada satu garis bidik) mata harus
difokuskan pada pejera diwaktu pelaksanaan
penembakan. Namun demikian sasaran tidak boleh
diabaikan begitu saja, jadi penembak harus mem-
fokuskan matanya antara pejera dan sasaran.

a) Pertama. Ia harus memfokuskan


matanya pada pejera dan menyesuaikan
letaknya dengan pisir agar terletak pada satu
garis bidik.
b) Kedua. Ia harus rnemfokuskan matanya
pada sasaran dan meletakkannya pada garis
bidik, segaris dengan pejera dan pisir.
c) Ketiga. Pada waktu ia menekan picu,
ia harus memfokuskan matanya kembali pada
pejera, guna meyakinkan letak pisir, pejera
dan titik bidik sasarannya terletak pada satu
garis bidik. Pada saat ini, gambaran alat
bidik dan sasaran harus terlihat.
Catatan pada gambar.
Pejera tampak jelas sedangkan sasaran dari
pisir nampak remang-remang.
Hal ini menggambarkan fokus mata
penembak pada pejera depan.

e. Membersihkan danMenghitamkanperalatan Bidik.


1) Seorang penembak senapan akan mengalami
kesulitan di dalam membidik apabila alat bidiknya
mengkilap atau kotor. Pejera atau pisir yang mengkilap
akan membuat silau dan membuat penembak tersebut
sulit melihat sesuatu didepan. Pejera atau pisir yang
kotor dapat menyebabkan kesalahan di dalam
penyesuaian letak alat bidik dengan titik sasaran pada
satu garis bidik. Oleh sebab itu, di dalam latihan
ataupun di dalam pertempuran alat bidik haruslah bersih
dan dihitamkan apabila dipandang perlu.

2) Menghitamkan peralatan bidik bermacam-


macam caranya, yang dilakukan umumnya menggunakan
lampu karbit, sumbu diminyaki kemudian dibakar, geretan
rokok, cerobong asap.
Patut diperhatikan apabila senapan telah dilengkapi alat-
peralatan bidik yang dilapisi promethium, pelaksanaan
meng hitamkan harus hati-hati. Api/asap jangan terlalu
dekat pada pejera, apabila terlalu dekat maka bulatan
plastik pelindung pejera yang mengandung unsur yang
mudah terbakar akan mengelupas.

f. PerbandinganKesalahan. Terjadinya suatu kesalahan,


baik dari kesalahan "menempatkan pisir, pejera dan titik bidik/
sasaran" atau kesalahan "menempatkan titik bidik/sasaran tidak
terletak pada satu garis bidik", selalu mengakibatkan peluru
meleset tidak mengenai titik bidik/sasaran.
Kesalahan menempatkan pisir dan pejera akan mengakibatkan
perkenaan meleset lebih jauh apabila jarak sasaran makin jauh.
Kesalahan menempatkan titik bidik pada sasaran meng-
akibatkan perkenaan yang selalu meleset tanpa tergantung
pada pengembangan jarak.
Contoh : Perkenaan pada bagian bawah perut atau bahu adalah
hasil kesalahan menempatkan titik bidik, di dalam hal ini adalah
dada.

g. Ketepatan Membidik Dilaksanakandengan Latihan


sebagai berikut :

1) Sebelum melaksanakan latihan membidik,


perlu diberikan penjelasan singkat dan pertanyaan
kepada penembak tentang teori membidik (garis bidik
dan gambar bidik) .

2) Teknik latihan membidik

a) Kedudukan senjata pada box bidik.

(1) Senjata diletakkan/dimasukkan


pada cowakan (lobang) yang
tersedia dan tidak miring atau
bergerak.

(2) Kedudukan pisir dan pejera


tidak perlu diadakan perubahan
dahulu.

b) Penembak.
(1) Sikap menembak tiarap dengan
kedua kaki rapat.
(2) Senjata tidak boleh
tersentuh oleh bagian-bagian
tubuh.
(3) Tangan kiri rapat dengan
siku disamping badan untuk
membantu menahan berat badan pada
tanah.

(4) Siku tangan kanan rapat


pada tanah, lengan kanan bergerak
bebas untuk memberikan
kode/isyarat kekiri/kanan, ke atas
atau ke bawah.

(5) Tidak boleh bicara pada


saat memberikan isyarat, agar tidak
mengganggu konsentrasi sendiri
maupun orang lain.

(6) Tanda/isyarat yang diberikan


oleh penembak kepada pembantu
penambak sebagai berikut

(a) Telapak tangan


kanan terbuka menghadap
kekiri dan digerakkan kekiri
artinya titik bidik harus
diarahkan kesamping kiri.

(b) Telapak tangan


terbuka menghadap kekanan
dan digerakkan ke kanan,
artinya titik bidik harus
diarahkan kesamping kanan.

(c) Telapak tangan


terbuka menghadap ke
bawah dan `digerakkan ke
bawah, artinya titik bidik
harus diarahkan ke bawah.

(d) Telapak tangan


terbuka menghadap ke atas
dan digerakkan ke atas, artinya
titik bidik harus diarahkan ke
atas.

(e) Telapak tangan


mengepal dan diam, artinya
titik bidik sudah pada
tempatnya dan pembantu
penembak harus segera
memberi tanda titik pada
lubang yang tersedia
ditongkat bidik.

(7) Penembak harus membuat


pengelompokan bidikan minimal 3
buah kelompok @ 5 titik bidik dengan
besar kelompokan maksimal
berdiameter 12 cm.

c) Pembantu penembak.
(1) Sikap pembantu
penembak duduk di atas kotak
bidik dengan jarak 15 m di depan
penembak.
(2) Tangan kanan memegang
tongkat bidik dan diletakkan rapat
pada kertas yang
ditempatkan/ditempelkan pada kotak
bidik.
(3) Tangan kiri memegang
pensil yang runc ing .
(4) Pandangan kearah
penembak, perhatikan isyarat dari
penembak.
(5) Menggerakkan tongkat
bidik perlahan-lahan sesuai
permintaan penembak.
(6) Memberikan tanda titik
dengan pensil pada lobang yang
tersedia pada tongkat bidik apabila
ada tanda/isyarat berhenti dari
penembak.
(7) Merubah kedudukan kotak
bidik apabila terjadi penumpukan
kelompok bidikan.
(8) Berlaku jujur dan tidak
membohongi penembak dengan
maksud agar latihan cepat selesai.

3) Untuk menambah kejelasan penembak,


pembantu pelatih melaksanakan peragaan disertai dengan
penjelasan-penjelasan dari pelatih.

4) Alat-alat yang diperlukan untuk tiap 2


orangpenembakdisamping senjatanya.
a) Satu stell kotak bidik yang terdiri
dari
(1) Satu buah kotak sandaran.
(2) Satu buah kotak bidikan.
b) Satu buah tongkat bidik.
c) Satu buah pensil.
d) Satu lembar kertas.
e) Satu buah alat pembantu bidikan.
Kecuali kertas hasil pekerjaan penembak, alat-
alat yang lainnya dapat digunakan secara
bergiliran untuk 2 orang penembak berikutnya.

2) Tahap gerakan Picu. Gerakan picu


kebelakang dibagi dalam 2 (dua) tahap

a) Tenggang picu. Tenggang picu adalah


gerakan mula pada picu, tanpa ada sedikit
hambatanpun. Hambatan mulai terjadi pada
saat tekanan picu dirasakan berat.

b) Tekanan picu. Tekanan picu (biasanya


7½ sampai 8½ pound) adalah suatu gaya
tekanan yang harus diberikan pada picu (oleh
telunjuk jari penarik picu), agar lepas dari
penguncian dan kemudian memukul pena
pemukul.

3) Cara mengendalikan penarikanpicu. Di dalam


proses menembak, tenggang picu harus secepatnya
ditekan dan secara bertahap menambah gaya tekanan lurus
ke belakang pada picu. Pengendalian tarikan picu adalah
faktor yang penting di dalam usaha mengenai sasaran
jarak sedang dan sasaran jarak jauh dengan tepat.
Pada, proses menekan picu, penyesuaian letak alat
bidik dan titik bidik pada sasaran harus tetap terletak
pada satu garis bidik. Namun demikian, keadaan ini
sulit untuk dapat dipertahankan secara terus menerus.

c. Penekanan dalam pengendalian tarikan picu.

1) Jari telunjuk penarik picu. Bagian atas jari


telunjuk penarik picu harus bebas tidak menyentuh
senapan, agar gerakan kedepan dan kebelakang bebas
usaha memanfaatkan picu. Apabila telunjuk penarik picu
menyentuh kas senapan, maka tekanan pada picu akan
sedikit miring dan lurus kebelakang. Keadaan seperti itu,
akan tetap mengakibatkan goyangan pada kedudukan
senapan, sehingga letak alat bidik dan titik sasaran tidak
terletak pada satu garis bidik lagi .

2) Jari tangan menggenggam pegangan pistol


senapan. Pegangan pistol digenggam oleh tiga jari dan
ibu jari dengan teguh tetapi tidak erat. Tujuannya adalah
agar jari telunjuk dapat menekan picu dengan halus,
dan bukan tangan menggenggam peganggan pistol
yang melaksanakan remasan pada picu. Genggaman
yang teguh ini harus senantiasa dipelihara pada setiap
saat jari telunjuk menekan picu. Apabila cara
memegang pegangan pistol senapan tidak teguh,
genggaman tangan yang tidak teguh ini akan bergerak
pada waktu berat tarikan picu mulai dirasakan akibatnya
penyesuaian alat bidik dan titik bidikan pada sasaran
tidak lagi segaris dan hal ini akan membawa berbagai
kesalahan lainnya.

d. Kesalahan dalam pengendalian tarikan picu.

1) Kejutan. Kejutan adalah reaksi penembak


terhadap akibat tolak balik dan ledakan peluru senapan.
Hal ini dapat dilihat pada :

a) Gerakan kepala penembak.


b) Mata penembak yang tiba-tiba menutup
(berkedip)
. c) Ketegangan pada tangan kiri
penembak.
d) Gerakan bahu kebelakang.
e) Kombinasi dari \
2) Dorongan. Dorongan adalah usaha penembak
untuk mengatasi akibat tolak balik senapan sebelum
letusan terjadi. Penembak ini melaksanakannya dengan
menegangkan otot bahunya dan menggerakkan bahunya
ke depan.

3) Tarikan. Tarikan adalah usaha penembak


menembakan senapan dengan cara menekan picunya
dengan cepat. Tarikan mengakibatkan garis bidiknya
menjadi rusak

4) Selama latihan menembak dasar supaya dite-


kankan kepada penembak yang dilatih agar tidak
menggoyangkan menarik atau menundukan senapannya
pada waktu menekan picu. Pelatih yang
bertanggung jawab pada latihan menarik picu harus
satu orang pelatih untuk satu orang penembak.
Pelatih harus mengawasi secara langsung mata
penembak dan pada jari telunjuk penarik picunya.
Cara mengawasinya adalah dengan kedudukan mata
penembak senapan dan mata pelatih harus sama
tingginya .

e. Faktor yang Mempengaruhi Pengendalian Tarikan


Pi cu.

1) Jari tel unjukpenarikpicu. Bagi an at as


j ari t el unj uk penari k pi cu ha rus bebas tidak
menyentuh kas senapan, agar ge rakan kedepan dan
kebelakang bebas selama usaha memanfaatkan picu.
Apabila telunjuk penarik picu menyentuh kas
senapan, maka tekanan pada picu akan sedikit miring
dan lurus ke belakang. Keadaan seperti itu, akan
tetap mengakibatkan goyangan pada kedudukan
senapan, sehingga letak alat bidik dan titik sasaran tidak
terletak pada sat u g ari s bi di k l agi .
2) Jari tangan menggenggampegangan pistol se-
napan. Peg ang an pi st ol di gengg am ol eh t i ga
j ari d a n i b u j a ri d e n g a n t e g u h t et a pi t i d ak
erat.

Tujuannya adalah agar jari telunjuk dapat


menekan picu dengan halus, dan bukan tangan
penggenggam pegangan pistol yang melaksanakan remas-
an pada picu. Genggaman yang teguh ini harus
senantiasa dipelihara pada setiap saat jari telunjuk
menekan picu. Apabila cara memegang pegangan
pistol senapan tidak teguh, genggaman tangan yang
tidak teguh ini akan bergerak pada waktu berat
tarikan picu mulai dirasakan.
Akibatnya penyesuaian alat bidik dan titik bidikan
pada sasaran tidak lagi segaris dan hal ini akan
membawa berbagai kesalahan lainnya. Berikut ini
beberapa kesalahan umum yang sering terjadi.

a) Kejutan. Kejutan adalah reaksi


penembak terhadap akibat tolak balik dan
ledakan peluru senapan.
Hal ini dapat dilihat pada
(1) Gerakan kepala penembak.
(2) Mata penembak yang tiba-
tiba menutup (berkedip) .
(3) Ketegangan pada tangan
kiri penembak.
(4) Gerakan bahu kebelakang.
(5) Kombinasi dari (1) sampai
(5).

b) Dorongan. Dorongan adalah usaha


penembak untuk mengatasi akibat tolak balik
senapan sebelun letusan terjadi. Penembak
ini melaksanakannya dengan menegangkan
otot bahunya dan menggerakkan bahunya
kedepan.
c) Tarikan adalah usaha penembak
menembakkan senapan dengan cara
menekan picunya dengan cepat. Tarikan
mengakibatkan garis bidikannya menjadi
rusak, karena alat bidik dan titik bidik pada
sasaran tidak segaris lagi.

MENENTUKAN DASAR SENAPAN

Sebelum menentukan dasar senapan, latihan didahului dengan


pengenalan tembakan, sebagai bahan evaluasi pada aplikasi NABI T EPI .
4. Menentukan Dasar senapan.

a. Lapangan dan perlengkapan.


1) Jarak 25 meter.
2) Lesan C-1 (sesuai senapan yang
digunakan).
3) Peluru maksimal 10 butir, digunakan untuk
3 (tiga) phase tembakan a 3 butir dan 1 (satu) butir
sebagai pemanasan (pengenalan tembakan).

b. Teknik menentukan dasar senapan.


1) Sikap tiarap tersandar.
2) Titik bidik pada tengah garis bawah hitam.
3) Waktu tidak dibatasi.

c. Ketentuan sebelummenentukandasar senapan.


Penembak harus mengerti tentang cara menggunakan pisir
dan pejera pada senjata yang digunakannya. Khusus untuk
senjata M-16 A-1 berlaku ketentuan sebagai berikut

1) Merobah pisir (arah samping) dan pejera


(arah naik dan turun) tiap 1 (satu) klik pada scat
menentukan dasar senapan jarak 25 m adalah
7 mm.

2) Selanjutnya perhatikan perobahan


pada jarak berikutnya

3) Untuk diingat bahwa pisir M.16 Al ada 2


buah, gunanya adalah
(1) Pisir yang tanpa hurup adalah pi sir
"S" digunakan untuk menembak s/d jarak 300
m. Oleh karena itu dasar senapan
menggunakan pisir "S". ("S" + Short).

(2) Pisir yang bertanda huruf "L" digunakan


untuk menembak di atas jarak 300 m. ("L" =
Long).

d. Selanjutnya ikuti langkah-langkahberikut

1) Tembakkan tiga butir peluru pada lesan dengan


titik bidik tengah garis bawah hitam.
2) Buat segitiga melalui ketiga lobang
perkenaan pada lesan
3) Buat lingkaran dengan garis tengah 4 cm (sama
besarnya dengan lingkaran yang ada). Dalam hal ini
dapat digunakan alat koreksi dasar senapan M.16.A1.
Apabila ternyata segi tiga itu lebih besar dan tidak
dapat masuk dalam lingkaran maka jangan merubah alat
bidik.
Penembak perlu berlatih lagi, yang mungkin perlu
bantuan pelatih untuk mendapatkan kelompok
perkenaan yang diharapkan.

4) Tetapi bila segi tiga itu masuk dalam


lingkaran, penembak dibenarkan untuk merobah
alat bidik senjata dengan jalan sebagai berikut .

a) Tarik garis datar dari titik berat


segi tiga (kekiri atau-kekanan) lesan
dasar senapan tersebut untuk merubah
klik pejera sesuai angka pada ujung garis
tersebut dan kearah tanda panah yang
digambarkan.

b) Tarik garis tegak dari titik berat


segi tiga (ke atas atau ke bawah) lesan
dasar senapan tersebut untuk merobah klik
pisir sesuai angka pada ujung garis
tersebut dan ke arah tanda panah yang
digambarkan.

5) Tembakkan lagi tiga butir peluru dengan


cara yang sama seperti tersebut di atas, diharapkan
kelompok perkenaan sudah masuk di dalam lingkaran
lesan dasar senapan.

Pada lesan dasar senapan ada dua gambar lesan tubuh yang masing
masing bertuliskan 300 m dan 175 m. Z menunjukkan besarnya lesan tubuh
(ukuran manusia) pada jarak 300 m dan 175 m bila dilihat dari jarak 25 m.
Pada waktu menentukan dasar senapan, apabila kelompok perkenaan
tembakan masuk di dalam gambar lesan tubuh yang bertuliskan 300 m, artinya
tembakan kemungkinan besar dapat mengenai lesan tubuh pada jarak
300 m.

Demikian juga apabila kelompok perkenaan tembakan hanya dapat


masuk pada gambar lesan tubuh yang bertuliskan 175 m, artinya penembak
hanya mampu mengenai lesan sampai dengan jarak175 m.

Selanjutnya dengan Dasar Senapan yang diperoleh seperti di s, perkenaan


tembakan pada masing masing jarak (dalam meter)akan mengenai
sasaran seperti dalam tabel berikut ini.
(+) berarti di atas dan (-) berarti di bawah titik bidik dalam cm.

Pisir yang Pisir yang


Jarak Jarak
digunakan digunakan
meter meter
S L S L
25 - 2,5 - 275 - 5 + 25,1
cm cm cm
50 + 1,1 cm - 300 - 11,4 cm + 21
cm
75 + 4,1 cm - 325 - 19,4 cm + 18,2
cm
100 + 6,3 cm - 350 - 28,9 cm + 8,8
cm
125 + 7,7 cm - 375 - 40,3 cm 0
150 + 8,2 cm - 400 - 53,7 cm - 9,6
cm
175 + 7,8 cm - 425 - 69,2 cm - 21,8
cm
200 + 6,3 cm - 450 - 86,9 cm - 35,5
cm
225 + 3,7 cm + 29,2 cm 475 -107,3 cm - 51,5
cm
250 0 + 27,9 cm

Kesimpulan : Jarak 0 s/d 300 meter menggunakan pisir “S”


300 s/d 475 meter menggunakan pisir"L"
Catatan :
Selama menentukan dasar senapan agar diperhatikan hal-
hal pokok di bawah ini.
1. Waktu tidak dibatasi.
2. Sebelum tiap Seri tembakan selesai jangan sekali kali
merobah kedudukan tembak dan pegangan teguh apa - lagi.
merobah gambar bidik.
5. Teknik Pengelompokan.

a. Pengelompokan adalah sebuah seri penembakan (tidak


lebih dari 3 seri) tembakan dalam titik bidik, pegangan dan
operasional picu yang sama.

b. Tujuan dari pengelompokan. Pengelompokan adalah


dasar dari semua jenis tembakan yang bagus.Untuk mengukur
kemampuan petembak dalam mengaplikasikan prinsip-prinsip
dasar menembak secara konsisten sehingga senjata dalam
kondisi status dasar senapan.

c. Apa yang menyebabkan tembakan berkelompok.


Faktor-faktor yang dapat menentukan hasil ukuran tembakan
kelompok senjata, amunisi dan petembak.

d. Teori pengelompokan. Hasil ukur tembakan kelompok


akan bertambah dan berkurang secara terukur langsung pada
setiap tembakan.

e. Teori pengelompokan.

1) Petembak dengan kapasitas nilai tembakan


pengelompokan 250 mm.
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi tembakan
pengelompokan di lapangan tembak :

a) Angin (berubah).
b) Cahaya.
c) Kejelasan sasaran.

3) Mengukur hasil tembakan pengelompokan.


Tentukan tembakan-tembakan yang cepat namun terpisah
:

a) Ukur dari tengah kembali ke tengah.


b) Tentukan perbedaan lebar yang besar.

6. Penyesuaian Pisir Tempur.

a. Jarak tempur adalah suatu jarak dimana peluru


mengenai titik bidik dengan tepat (lintasan terbang peluru memotong
garis bidik). Jarak perkenaan antara titik bidik dan titik
jatuhnya peluru pada suatu ukuran sasaran tempur diabaikan
sampai pada jarak 300 meter.
Tugas utama penembak senapan di medan pertempuran adalah
melumpuhkan kemampuan musuh.
Sebutir peluru yang dibidikkan ke arah dada musuh, tetapi mengenai
pinggangnya, telah dapat melumpuhkan musuh tersebut.
Keefektifannya sama saja dergan bila peluru tersebut mengenai tepat di
dadanya.

b. Peraturan Melaksanakanpenyesuaian pisir Tempur.


Dikarenakan sering sulitnya menembak tepat pada sasaran titik di
medan pertempuran, maka dibuatlah suatu cara penyesuaian pisir
tempur yang merupakan sarana untuk mendapatkan unsur
ketepatan yang diperlukan itu.
Cara ini memungkinkan penembak senapan membidik langsung pada
perkenaan titik yang dimaksud, tanpa ada kesulitan serta tanpa
menggunakan waktu yang lama untuk menyesuaikan pisir dan
pejera senapannya. Ketentuan umum untuk penyesuaian pisir
tempur adalah sebagai berikut :

1) Kapan pisir tempur digunakan.


Penyesuaian pisir tempur harus dilaksanakan pada
semua senapan di dalam daerah tempur, dimana terdapat
kemungkinan kontak dengan musuh.

2) Jarak sampai dengan 300 meter. Semua


sasaran sampai dengan jarak 300 meter ditembak
dengan menggunakan hasil penentuan da - sar senapan.

3) Jarak di luar 300 meter. Sasaran di luar


jarak 300 meter ditembak dengan cara yang ditentukan
oleh pabrik pembuat senapan tersebut (lihat Juknik
senjata yang bersangkutan).

TEMBAK KOREKSI

Sebelum latihan tembak koreksi, perlu diberikan pelajaran tentang


lintasan peluru dari senjata yang digunakan.

D i dalam pertempuran untuk senapan FNC dan M-16 Al, penem-


bakkan sampai dengan jarak 300 m tidak memerlukan perobahan pisir/pejera
(ingat pisir tempur) namun untuk mendapatkan ketepatan tembakan diperlukan
koreksi tem bakan. Koreksi dilakukan dengan menggunakan kelompok
perkenaan (lima butir peluru). Titik pusat kelompok perkenaan meru-
pakan koreksi bidikan terhadap dasar senapan.
a. Tujuan. Untuk mendapatkan data hasil penentuan
dasar senapan pada jarak 250 m atau 300 m, dan lintasan
peluru pada jarak-jarak tertentu. Hal ini tergantung pada
senapan yang digunakan.

b. Yangperludiperhatikan.

1) Irama tembakan.
2) Sikap tembakan pada setiap jarak.
3) Pegangan teguh.
4) Pengaturan napas.
5) Koreksi perkenaan tiap jarak tembak
6) Pisir dan pejera untuk senjata M-16
A1 & FNC tidak dirubah.

c. Pelaksanaan.

1) Tembak koreksi jarak 100 m.

a) Pisir dan pejera disesuaikan menurut


hasil dasar senapan.
b) Sikap tiarap tersandar.
c) Lesan P-l.
d) Menembak dengan 5 peluru
berturut-turut 3 kali.
e) Membidik pada titik bidik garis
bawah hitam,
f) Perkenaan yang diharapkan + 6,3
cm di atas titik bidik.

Anda mungkin juga menyukai