Anda di halaman 1dari 8

MENELUSURI KEARIFAN KEPEMIMPINAN RATU SHIMA DARI KERAJAAN

KALINGGA: STUDI KASUS TERHADAP KONTEKS KEPEMIMPINAN ABAD-21


Disusun Oleh :

Nama Peneliti : 1. Raisya Damia Husnina (0091021167)


2. Carissa Aqila Alfi Putri (3091435108)

Bidang Penelitian : Ilmu Sosial dan Humaniora


Jenjang : Madrasah Tsanawiyah (MTs)
Nama Pembimbing : Rika Budi Lestari, S.Pd

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM


DIREKTORAT KSKK MADRASAH
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
MTs NEGERI 1 JEPARA
2023
Proposal Penelitian

Judul

Menelusuri Kearifan Kepemimpinan Ratu Shima dari Kerajaan Kalingga: Studi Kasus
terhadap Konteks Kepemimpinan Abad-21

Bidang Penelitian:
Ilmu Sosial dan Humaniora
Nama Peneliti:
1. Raisya Damia Husnina
2. Carissa Aqila Alfi Putri

Asal Madrasah:
MTs Negeri 1 Jepara
Latar Belakang Masalah

Kerajaan Kalingga adalah salah satu kerajaan Hindu-Buddha yang berada di wilayah
Jawa Tengah, Indonesia, pada zaman kuno. Kerajaan ini diperkirakan berdiri pada abad ke-6
hingga abad ke-7 Masehi. Kerajaan Kalingga juga dikenal sebagai salah satu pusat
perdagangan penting pada masa itu. Wilayah Kalingga terletak di daerah yang subur dengan
akses ke jalur perdagangan utama, sehingga menghasilkan kemakmuran ekonomi bagi
kerajaan tersebut. Selain itu, Kalingga juga memiliki pengaruh kuat dalam bidang keagamaan,
dengan Hinduisme dan Buddhisme menjadi agama yang dominan. Kebesaran Kerajaan
Kalingga tidak luput dari kepemimpinan Ratu Shima yang merupakan putri dari Raja Sanjaya
dengan Dewi Tara.

Menurut Soebachman (2016) menyatakan bahwa sekitar tahun 618-906 terdapat


kerajaan di Jawa Tengah bernama Keling atau yang sering disebut Kalingga oleh orang Melayu
dan berita Cina menyebutnya Holing. Sejak tahun 674 Kerajaan Keling diperintah oleh seorang
raja perempuan bernama Ratu Simo atau Shima yang memerintah berdasarkan kejujuran dan
selalu menegakkan hak serta kewajiban masing-masing orang. Hukuman tidak pandang bulu
bagi yang melanggar, walau keluarga atau kerabat kerajaan sekalipun.

Ratu Shima dikenal sebagai seorang pemimpin yang bijaksana dan berhasil memimpin
kerajaannya dengan baik. Ratu Shima mampu menjaga stabilitas dan harmoni di dalam
kerajaannya, serta memperkuat hubungan dengan kerajaan lainnya. Selaian itu pula, Ratu
Shima merupakan tokoh yang terkenal memiliki kearifan dalam memimpin kerajaannya,
kepemimpinannya yang bijaksana, jujur, adil, dan bertanggungjawab juga memengaruhi
rakyatnya, sehingga Kerajaan Kalingga menjadi kerajaan yang nyaman dan tenteram.

Dalam konteks kepemimpinan abad ke-21, nilai-nilai kepemimpinan yang diterapkan


oleh Ratu Shima dapat menjadi inspirasi bagi para pemimpin modern. Sebagai contoh,
kemampuan Ratu Shima dalam membangun hubungan yang baik dengan kerajaan lain dapat
menjadi contoh bagi pemimpin modern dalam membangun hubungan yang saling
menguntungkan di era globalisasi ini.

Penelitian ini bertujuan untuk menelusuri kearifan kepemimpinan Ratu Shima dari
Kerajaan Kalingga dengan melakukan studi kasus pada nilai-nilai kepemimpinan yang relevan
dengan konteks kepemimpinan abad ke-21. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
wawasan baru tentang kepemimpinan yang berkelanjutan dan relevan dengan zaman yang
terus berkembang.
Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian
1. Rumusan Masalah
a. Apa saja nilai-nilai kepemimpinan yang diterapkan oleh Ratu Shima dalam memimpin
Kerajaan Kalingga?
b. Bagaimana relevansi nilai-nilai kepemimpinan Ratu Shima dengan konteks
kepemimpinan abad ke-21?
c. Bagaimana nilai-nilai kepemimpinan Ratu Shima dapat diaplikasikan dalam konteks
kepemimpinan modern?
2. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini untuk :
a. Untuk mengetahui nilai-nilai kepemimpinan yang diterapkan oleh Ratu Shima
dalam memimpin Kerajaan Kalingga.
b. Untuk mengetahui relevansi nilai-nilai kepemimpinan Ratu Shima dengan konteks
kepemimpinan abad ke-21.
c. Untuk menambah pengetahuan apakah nilai-nilai kepemimpinan Ratu Shima dapat
diaplikasikan dalam konteks kepemimpinan modern.
Manfaat penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:
a. Sebagai sumber informasi mengenai nilai-nilai kepemimpinan yang diterapkan oleh
Ratu Shima dalam memimpin Kerajaan Kalingga.
b. Menjadi sumber reverensi mengenai relevansi nilai-nilai kepemimpinan Ratu Shima
dengan konteks kepemimpinan abad ke-21.
c. Menjadi sumber pemikiran apakah nilai-nilai kepemimpinan Ratu Shima dapat
diaplikasikan dalam konteks kepemimpinan modern.

Kajian Teori
A. Kerajaan Kalingga

Menurut Adji (2014:168) pada abad ke-7 terdapat Kerajaan di Jawa bernama Ho-Ling
yang disamakan dengan para sejarawan dengan Kalingga dan diduga kerajaan tersebut berada
di Jepara tepatnya di kecamatan Keling. Antara tahun 618-906 M, Kalingga diperintah oleh
seorang raja perempuan bernama Ratu Shima yang juga seorang penganut agama Hindu, Ratu
Shima merintis kerajaannya menjadi Kota Pelabuhan.

B. Ratu Shima

Sudirman (2014:76) menjelaskan dalam naskah Cerita Parahyangan, Ratu Shima


menikah dengan putra mahkota Kerajaan Galuh bernama Mandiminyak, dikatakan pula Ratu
Shima memiliki cucu bernama Sanaha yang menikah dengan raja ketiga kerajaan Galuh
bernama Bratasenawa dan memiliki anak bernama Sanjaya yang kelak menjadi raja Kerajaan
Sunda dan Kerajaan Galuh. Ratu Shima meninggal pada tahun 732 M. Sanjaya akhirnya
menjadi Raja Kalingga bagian utara yang kelak nama Kerajaan Kalingga Utara disebut dengan
Bumi Mataram. Menurut Raditya (2017) Ratu Shima memiliki dua anak bernama Parwati dan
Narayana, masing-masing anaknya mewarisi wilayah Kalingga.

C. Kepemimpinan Abad ke-21

Pada abad ke 21 ini pula kepemimpinan harus dibangun sejak dini melalui berbagai
upaya kaderirasi dan pembinaan berkesinambungan. Pemimpin dalam lingkup luas harus
dibina kemampuannya dalam memimpin diri sendiri (self-leadership). Pola kepemimpinan
seperti ini dimulai dengan ide dan cita-cita mengembangkan kemampuan diri dalam lingkup
kecil sebelum berkembang ke lingkup luas dalam suatu organisasi (super leadership). Inilah
model dan bentuk kepemimpinan abad 21.
Tinjauan Pustaka / Penelitian Terdahulu

Penelitian yang telah dilakukan Sudirman (2014:75) menceritakan tentang Kerajaan


Kalingga yang rakyatnya hidup makmur, tenteram, dan damai. Kota tersebut dikelilingi pagar
kayu sedangkan rajanya tinggal dalam sebuah bangunan besar dan bertingkat yang beratap
daun palem. Di era pemerintahannya, Kerajaan Kalingga mengalami masa keemasan dan
meninggalkan artefak yang dapat ditemui di daerah Keling Jepara yang diduga sezaman
dengan perkembangan pemerintahan Ratu Shima.

Sumodiningrat dan Nugroho (2005) mengemukakan pada bukunya bahwa terdapat


kisah klasik yang membuat Ratu Shima sangat terkenal. Suatu ketika diletakkan sekantung
emas ditepi jalan, tidak ada seorangpun yang berani menjamahnya karena merasa bukan
haknya, sampai akhirnya sekantung emas tersebut tidak sengaja tersentuh oleh putra mahkota.
Hukumpun harus ditegakkan, karena kaki putra mahkota yang salah, maka kaki itulah yang
akan dipotong. Meski para menteri mencegah namun Ratu Shima tetap pada pendiriannya,
hukum harus ditetapkan tanpa memandang pangkat dan derajat.

Hasil telaah Sartono Kartodirjo dalam Gustami (2004:85) menjelaskan tentang kisah
pengutusan hulubalang untuk meletakkan pundi-pundi berisi dinar ditengah jalan di wilayah
Kerajaan Kalingga oleh Raja Ta-che di Arab yang mendengar tentang keadilan Ratu Shima.
Selama tiga tahun, pundi-pundi tersebut tidak pernah tersentuh oleh seorangpun yang melewati
jalan tersebut. Hingga suatu ketika putra mahkota Kerajaan Kalingga tidak sengaja menyentuh
pundi-pundi tersebut dengan kakinya, karena kesalahannya tersebut putra mahkota dijatuhi
hukuman penggal. Berdasarkan pertimbangan ahli hukum dan para pembesar kerajaan,
akhirnya kaki putra mahkota diamputasi sebagai hukuman atas kesalahannya. Setelah
mendengar hal tersebut, raja Ta-che merasa segan dan tidak berani menyerang Ratu Shima.

Kepemimpinan yang baik tidak lepas dari pentingnya pendidikan karakter sejak dini.
Pendidikan karakter penting untuk diimplementasikan ke semua jenjang pendidikan,
pendidikan karakter sangat dibutuhkan semenjak usia dini, karena 29 pembentukan karakter
seseorang apabila telah terbentuk sejak usia dini, maka ketika dewasa tidak akan mudah
berubah meskipun banyak pengaruh yang datang (Saputro & Soeharto, 2015:62).
Hipotesis

Metode Penelitian
1. Metode yang Digunakan
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu metode penelitian yang
berdasarkan pada metodologi yang menyelediki suatu permasalahan pada manusia.
Peneliti membuat gambaran kompleks, meneliti kata-kata, perilaku, laporan terperinci
dari pandangan responden dan melakukan studi pada situasi yang alami yaitu
peninggalan berupa Candi Angin yang berada dari Desa Tempur, Kecamatan Keling,
Kabupaten Jepara
2. Subjek Penelitian (Populasi dan Sampel)
Penelitian ini akan dilakukan kepada narasumber atau informan yang berasal
dari Sekitar Kabupaten Jepara. Subjek lain dalam kepemimpinan yang akan di teliti
adalah hasil pengamatan dari kepemimpinan yang telah ada di abad-21 ini.
3. Teknik dan Alat Pengumpul Data
Teknik pengumpaulan data meliputi observasi dengan melakukan pengamatan
langsung di lokasi penelitian, wawancara dengan mengunakan wawancara terbuka
dengan informan yang dipilih, studi kepustakaan dan studi dokumentasi.
Studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung
ditujukan kepada subjek penelitian. Dokumentasi bisa berupa buku harian, surat
kabar, transkip, tesis, desertasi, majalah, laporan, catatan kasus (case records), dan
dokumen lainnya.
Observasi akan memberikan data khususnya data kualitatif. Pengamatan
tersebut disesuaikan dengan tema yang dalam penelitian ini, penulis berusaha
mengamati objek-objek yang dapat dimbil sehingga data yang diperoleh merupakan
data yang valid dan dapatm dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Wawancara dalam penelitian bertujuan untuk mengumpulkan keterangan
tentang kehidupan manusia serta pendapat-pendapat mereka. Dalam penerapan,
wawancara dijadikan sebagai sarana pelengkap yaitu sebagai alat informasi dalam
melengkapi data dan sebagai sarana penguji yaitu digunakan untuk menguji
kebenaran atau ketepatan data yang diperoleh.
4. Rencana Analisis Data
Data-data yang telah terkumpul, baik data kualitatif maupun kuantitatif
diklasifikasikan sesuai dengan jenis-jenis datanya. Setelah itu hasil penelitian disusun
secara sistematis dan runtut dengan menggunakan metode induktif, yaitu dengan
berdasarkan pada kajian-kajian pesoalan yang bersifat khusus untuk mengambil
dasar-dasar pengetahuan yang bersifat umum. Kesimpulan akan ditarik sebagai
jawaban atas permasalahan yang ada.

Jadwal Penelitian

No Tanggal Jenis Kegiatan


1 23 Juni –25 Juni 2023 Persiapan dan analisa kebutuhan
2 26 – 28 Juni 2023 Pengambilan Sampel
3 29 Juni – 15 Juli 2023 Pengembangan alat dan pengambilan data
4 16 Juli – 3 Agustus 2023 Analisis data dan penyusunan laporan
5 4 Agustus 2023 Pengumpulan laporan
6 11-13 Agustus 2023 Presentasi hasil penelitian
7 3-7 September Grand Final dan MYRES Expo 2023
Daftar Pustaka
Adji, Krisna Bayu. 2014. Ensiklopedia Babad Bumi Jawa: Buku pintar Sejarah Terbentuknya
Daerah-Daerah di Pulau Jawa. Yogyakarta: Araska.
Raditya, Iswara N. 2017. Ketegasan Ratu Shima Penguasa Pantura. https://tirto.id/ketegasan-
ratu-shima-penguasa-pantura-cAYx. (Diakses tanggal 6 April 2019).
Saputro, Hengkang Bara., Soeharto. 2015. Pengembangan Media Komik Berbasis Pendidikan
Karakter pada Pembelajaran Tematik-Integratif Kelas IV SD. Jurnal Prima Edukasia. III.1:61-
72.
Soebachman, Agustina. 2016. Buku Pintar Raja/Tokoh, Keraton, & Candi di Tanah Jawa.
Bantul: Syura Media Utama.
Sudirman, Adi. 2014. Sejarah Lengkap Indonesia. Yogyakarta: Diva Press.

Anda mungkin juga menyukai