Anda di halaman 1dari 18

POLITIK ISLAM WALISONGO KERAJAAN DEMAK

Ilhan Alfarizi (206131001), Lulu Izahrotu I (20131009)


Universitas Raden Mas Said Surakarta
fariziilhan@gmail.com, luluizaah201@gamil.com
Abstract
This research aims to find out how the history of the establishment of the Kingdom of Demak
and how its political development. The writing of this article is qualitative-normative by using a
historical approach. The historical approach is an approach method by examining sources that
contain information about the past, discussing in depth the intricacies of matters relating to the
history of Islamic civilization during the Demak Kingdom. In this study it can be concluded that
the development of Islam in the archipelago, especially in the early days of its formation as a
social and cultural force, took place and was in line with the internal political dynamics in the
region, kingdoms or also called sultanates in their development functioned not only as political
and economic centers, but also at the same time as the basis for the ongoing process of
Islamization. The emergence of Islamic kingdoms in the archipelago opened up confidence for
the integration of Islamic values into the social and political sistem of the archipelago.

Keywords: Kingdom of Demak, History, Politics

1
Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sejarah berdirinya Kerajaan Demak dan
bagaimana perkembangan politiknya. Penulisan artkel ini bersifat kualitatif-normatif dengan
menggunakan pendekatan historis. Pendekatan historis adalah metode pendekatan dengan cara
penelaahan sumber-sumber yang berisi informasi tentang masa lampau, membahas secara
mendalam tentang seluk-beluk hal-hal yang berkaitan dengan sejarah peradaban Islam pada
masa Kerajaan Demak. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perkembangan Islam di
Nusantara terutama pada masa awal pembentukannya sebagai kekuatan sosial dan budaya,
berlangsung dan sejalan dengan dinamika politik internal di wilayah tersebut. Kerajaan atau
juga disebut dengan kesultanan dalam perkembangannya berfungsi tidak hanya sebagai pusat
politik dan ekonomi, tetapi juga sekaligus sebagai basis bagi berlangsungnya proses Islamisasi.
Munculnya kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara membuka keyakinan bagi terintegrasinya
nilai-nilai Islam ke dalam sistem sosial dan politik Nusantara.

Kata Kunci: Kerajaan Demak, Sejarah, Politik

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah politik secara teoritis memiliki beragam makna, diantaraya menurut Deliar Noera
politik adalah segala aktivitas atau sikap yang berhubungan dengan kekuasaan dan yang
bermaksud untuk mempengaruhi, dengan jalan mengubah atau mempertahankan, suatu macam
bentuk susunan masyarakat. Selanjutnya menurut Miriam Budiardjo, politik pada umumnya
merupakan bermacam-macam kegiatan di dalam suatu sistem politik (negara) yang berkaitan
dengan proses menentukan tujuan dari sistem tersebut dan melaksanakan tujuan-tujuan tersebut.
Berdasarkan dua pengertian tersebut, dapat diketahui bahawa pada dasarnya meng danung
persamaan dalam hal sudut pandang politik sebagai suatu kegiatan, adapun perbedaan dalam hal
ini adalah bentuk kegiatan yang dilaksanakan.1

Umumnya tujuan kegiatan politik untuk mencapai tujuan yang direncanakan, adalah
suatu keniscayaan apabila terjadi konflik. Konflik politik pada dasarnya adalah perbedaan
1
Anung Jati Nugraha dan Wahyu Djoko Sulistyo, “Pergolakan Politik Kasultanan Demak Dan Ambisi Arya
Penangsang Sebagai Sultan Demak Ke-4 Tahun 1546-1549,” Yupa Historical Studies Journal 3, no. 2 (2020): hal.
70., https://doi.org/http://jurnal.fkip.unmul.ac.id/index.php/yupa Pergolakan.

2
pendapat, persaingan dan pertentangan diantara sejumlah individu, kelompok ataupun organisasi
dalam upaya mendapatkan dan atau mempertahankan sumber-sumber dari keputusan yang dibuat
dan dilaksanakan oleh pemerintah. Bahkan secara fungsionalitas operasional pengertian politik
memang sangat dekat dengan konflik politik, menurut Kartono adalah semua usaha dan
perjuangan individu serta kelompok dengan menggunakan macam-macam alat, cara dan
alternatif tingkah laku untuk mencapai satu tujuan terbatas sesuai dengan ide individu atau ide
kelompok dalam suatu sistem kewibawan yang integral.2

Politik dinasti merupakan sebuah sistem politik yang dijalankan sekelompok orang yang
masih terkait dalam hubungan keluarga. Politik dinasti mulanya identik dengan sistem
pemerintahan yang berbentuk kerajaan, karena kekuasaan diwariskan secara turun-temurun agar
kekuasaan tetap berada di lingkaran keluarga. Politik dinasti berakar dari sistem patrimonial,
yang melakukan regenerasi berdasarkan ikatan genealogis, bukan melalui prestasi. Dalam sistem
kerajaan pewarisan ditunjuk langsung oleh raja ataupun kelompok bangsawan yang berkuasa.
Dalam hubungannya dengan masalah ekonomi, politik dinasti ini dimanfaatkan oleh kelompok
penguasa yang masih berhubungan keluarga untuk menguasai sumber-sumber ekonomi penting.3

Sebagai contoh Kerajaan dengan penerapan politik dinasti seperti Kerajaan Demak.
Ketika berbicara tentang kerajaan Demak, maka kita tidak akan bisa terlepas dari proses
Islamisasi Pulau Jawa, karena Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama yang
didirikan sebagai dit danainya Islam terintegrasi kepada lembaga politik. Kesultanan Islam
Demak merupakan perjuangan Islam pertama di Jawa yang sengaja dirancang dan didirikan oleh
Wali Songo. Masuknya Islam di bumi Nusantara (khususnya Indonesia) berlangsung secara
sistematis, terencana, dan tanpa kekerasan. Para ulama (Dai pembawa Islam) melakukan
perubahan besar-besaran di bumi Nusantara secara mendasar baik pada akidah maupun sistem
hukumnya yang sebelumnya menganut Hindu-Budha. Dari kebudayaan Animisme, Dinamisme,
Hindu, dan Budha menjadi bumi yang bertradisi Islami. Perubahan ini merupakan revolusi besar
pemikiran dan peradaban Islam di bumi Nusantara. Perubahan signifikan tersebut dit danai
dengan lahirnya iklim tradisi keilmuan, serta perubahan pemikiran dalam pandangan hidup.

2
Ibid., hal. 70.
3
Tundjung dan Arief Hidayat, “Politik Dinasti Dalam Perspektif Ekonomi Dari Kerajaan Demak,” Jurnal
Alun Sejarah 3, no. 1 (2018): hal. 1., https://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/alursejarah/article/view/2847/2052.

3
Kehadiran dan penyebaran agama Islam di Pulau Jawa, khususnya Kerajaan Demak pastilah
meninggalkan peradaban dalam kehidupan masyarakat Indonesia.4

Masuknya Islam ke Indonesia dimulai dari daerah pesisir seperti Pasai, Gresik, Goa, talo,
Cirebon, Banten dan Demak. Hal ini terjadi karena pelabuhan sebagai pusat perdagangan dan
interaksi antar kawasan realitas ini mencerminkan bahwa masyarakat Islam periode awal adalah
masyarakat kosmopolit. Sebagaimana Islam di daerah lain, Islam di Jawa juga berangkat dari
daerah pesisir. Proses pergeseran menuju pedalaman, ditengarai oleh Kuntowijoyo sebagai
pergeseran Islam kosmopolit menuju Islam agraris dan Islam yang mistik.5

B. Keunikan

Pembahasan mengenai Kerajaan Demak merupakan pembahsan yang menarik dan


juga unik, karena Kerajaan Demak merupakan kerajaan dengan corak Islam pertama di Pulau
Jawa. Hal ini menjadikan pengkajian terhadap Kerajaan Demak sangat menarik bagi peneliti
dan juga bagi para pembacanya. Pengaruh yang disebabkan oleh Kerajaan Demak bagi
masyarakat Pulau Jawa maupun luar Pulau Jawa sangat besar sehingga sejarah Kerajaan
Demak patut untuk tetap dipelajari. Keadaan ekonomi, sosial, dan politik Kerajaan Demak
sangat menarik untuk dikaji.

Melalui penelitian ini, peneliti berusaha untuk menghadirkan keadaan pemerintahan


serta keadaan politik pada masa Pemerintahan Kerajaan Demak. Keadaan pemerintahan serta
poitik Islam di Kerajaan Demak terbilang sangat baik dari berbagai segi. Bahkan Demak
merupakan wilayah yang mempunyai peran penting dalam pengembangan agama Islam di
Pulau Jawa dan Demak juga menjadi pusat penyebaran agama Islam. Penyebar-penyebar
agama Islam terkenal dengan sebutan wali dan untuk tempat beribadah serta pusat kegiatan
agama, parawali mendirikan masjid di Demak.

C. Tinjauan Pustaka
Penulisan penelitian ini akan coba penulis kaitkan dengan beberapa karya ilmiah
terdahulu, sehingga akan didapatkan keterkaitan dengan karya ilmiah diatas. Adapun karya
ilmiah yang penulis maksud adalah sebagai berikut:
4
Nur Afidah, “Perkembangan Islam Pada Masa Kerajaan Demak,” Jurnal Studi Islam Dan
Kemuhammadiyahan ( JASIKA ) P 1 (2021): hal. 64-65., https://doi.org/10.18196/jasika.v1i1.6.
5
Dewi Evi Anita, ''Walisongo: Mengislamkan Tanah Jawa, Suatu Kajian Pustaka,” Jurnal Wahana
Akademika 1, no. 2 (2014): hal: 245., DOI: 10.21580/wa.v1i2.815.

4
Karya Ilmiah dari Nur Afidah dengan judul ‘’Perkemangan Islam pada Masa
Kerajaan Demak’’ dari Jurnal Studi Islam dan Kemuhammadiyahan (JASIKA) tahun 2021.
Karya ilmiah ini membahas mengenai kejayaan serta perkembangan pendidikan Islam pada
masa Kerajaan Demak. Adapun hasil dari karya ilmiah ini adalah perkembangan Islam di
Nusantara terutama pada masa awal pembentukannya sebagai kekuatan sosial dan budaya,
berlangsung dan sejalan dengan dinamika politik internal di wilayah tersebut, kerajaan atau
juga disebut dengan kesultanan dalam perkembangannya berfungsi tidak hanya sebagai
pusat politik dan ekonomi, tetapi juga sekaligus sebagai basis bagi berlangsungnya proses
islamisasi.
Tinjauan yang berikutnya yaitu, karya ilmiah yang berjudul ‘’ Pergolakan Politik
Kasultanan Demak dan Ambisi Arya Penangsang sebagai Sultan Demak ke-4 Tahun 1546-
1549’’ yang ditulis oleh Anung Jati Nugraha Mukti dan Wahyu Djoko Sulistyo. Karya ini
diterbitkan pada tahun 2020 dan dari jurnal Yupa: Historical Studies Journal. Hasil dari
karya ilmiah ini yaitu konflik politik pada dasarnya adalah suatu keniscayaan dalam kancah
perpolitikan dan hal ini telah muncul jauh sebelum Indonesia menjadi negara. Pada zaman
Kasultanan Demak juga sudah terjadi konflik politik yang mengakibatkan pergolakan yang
cukup hebat. Konflik tersebut bermula ketika wafatya Sultan Trenggono sebagai Sultan
Demak ke-3 dan mengangkat anaknya yaitu Prawoto sebagai Sultan Demak ke-4.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana Sejarah Berdirinya Kerajaan Demak?
2. Bagaimana Keadaan Politik Islam dan Pemerintahan Kerajaan Demak?

METODE PENELITIAN

Teknik pengumpulan data adalah cara yang dipakai untuk mengumpulkan informasi atau
fakta-fakta dilapangan. Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui
dan menguasai teknik pengumpulan data, kita tidak akan mendapatkan data yang memenuhi st
danar data yang ditetapkan.6
6
Haryo Guntoro, “Metode Bimbingan Aama Orang Tua Terhadap Akhlak Anak Menurut Terjemahan Kitab
Al-Akhlak” (2021), hal.61., http://repository.iainkudus.ac.id/5435/.

5
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah metode library research, yaitu
studi kepustakaan. Metode kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan dengan cara membaca
buku-buku atau majalah dengan sumber data lainnya dalam perpustakaan. Kegiatan penelitian ini
dilakukan dengan menghimpun data dari berbagai literatur seperti buku, jurnal, dan skripsi.
Metode penelitian ini tidak menuntut kita mesti terjun kelapangan melihat fakta langsung
sebagaimana adanya. Dalam ungkapan Nyoman Kutha Ratna, metode kepustakaan adalah
peneliti yang pengumpulan datanya dilakukan melalui tempat- tempat penyimpanan hasil
penelitian, yaitu perpustakaan.7

Maka pengumpulan data ditentukan dengan menelaahan literatur dan bahan pustaka yang
relavan terhadap masalah yang diteliti baik dari buku-buku dan data menggunakan bahan-bahan
pustaka yang berkaitan dengan Kerajaan Demak.

PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Kerajaan Demak

Demak adalah kesultanan Islam pertama di pulau Jawa. Sebelum berdirinya Kesultanan
Demak, beberapa pelabuhan perdagangan Islam telah dikembangkan di Jawa, seperti Jepara,
Tuban dan Gresik, namun kota-kota niaga ini masih dalam penguasaan Majapahit. Demak adalah
wilayah yang diberikan Brawijaya V kepada putranya Raden Fatah. Banyaknya sungai dan
pantai di kawasan itu memungkinkan Demak berkembang karena mendapat dukungan Syah
Danar dari Tuban, Gresik dan Ampel Denta, serta para pedagang Islam, dan juga memiliki
kekayaan potensi sumber daya alam. Selama tahun 1476-1478, Demak menjadi daerah yang
ramai, pusat ilmu pengetahuan dan penyebaran agama Islam.8

Demak muncul pada pertengahan akhir abad ke-15 Masehi. Munculnya kerajaan baru ini
sangat mengherankan, pasalnya letak Demak ini tidak di daerah subur alias di daerah pesisir
pantai utara Pulau Jawa. Sebelah utara terbentang daerah rawa yang sangat luas dan daerah
Demak sering sekali dilanda banjir. Namun bagaimana daerah yang kurang subur dan penuh
rawa tersebut telah muncul kerajaan yang berkembang sangat pesat. Pada awalnya letak Demak
tidak berada di pedalaman yang jaraknya kurang lebih 15 Km dari bibir laut Jawa seperti
7
Ibid., hal. 62.
8
Agus Susilo dan Ratna Wulansari, “Peran Raden Fatah Dalam Islamisasi Di Kesultanan Demak,”
Tamaddun: Jurnal Kebudayaan Dan Sastra Islam 19, no. 1 (2019): hal. 187., DOI:
https://doi.org/10.19109/tamaddun.v19i1.3401.

6
sekarang ini. Pada saat itu Demak terletak berada di dekat Sungai Tuntang yang sumbernya dari
Rawa Pening, di mana Sungai Tuntang tersebut membuang airnya ke laut Jawa yang muaranya
dekat dengan Demak. Oleh karena itu salah satu kejayaan Kerajaan Demak yaitu menguasai
pelabuhan-pelabuhan di Jawa.9

Kerajaan Demak didirikan oleh Sultan Fatah yang masih keturunan dari Majapahit.
Raden Fatah yang dikenal juga dengan nama Pangeran Jimbun merupakan putra Raja Majapahit
Kertabumi Brawijaya V dengan ibunya Putri Champa keturunan Cina (beragama Islam). Saat
sudah dewasa Raden Fatah (Jimbun) melakukan perjalanan menuju Ampel Denta untuk belajar
Islam kepada Raden Rahmat (Sunan Ampel), sedangkan Raden Husain (adik Raden Fatah)
menuju Majapahit untuk mengabdi kepada Brawijaya V. Dalam masa akhir belajar agama Islam,
Raden Fatah kemudian dinikahkan dengan Nyai Ageng Malaka, putri Sunan Ampel. Setelah
ilmu tentang Islam dirasa cukup matang, Sunan Ampel memerintahkan Raden Fatah untuk
menyebarkan dakwa Islam di Glagahwangi, yang nantinya menjadi tempat Kerajaan Demak
berdiri.10

Raden Fatah memerintah Kerajaan Demak sampai tahun 1518, dan mampu menjadikan
Demak menjadi pusat penyebaran Islam di Jawa sejak pemerintahannya. Dalam bidang dakwah
Islam dan pengembangannya, Raden Fatah mencoba menerapkan hukum Islam dalam berbagai
aspek kehidupan. Meskipun demikian, ajaran Islam memiliki sifat yang toleransi dengan para
umatnya.11

Sebagai Kerajaan Islam pertama di pulau Jawa, Kerajaan Demak sangat berperan besar
dalam proses Islamisasi pada masa itu. Kerajaan Demak berkembang sebagai pusat perdagangan
dan sebagai pusat penyebaran agama Islam. Wilayah kekuasaan Demak meliputi Jepara, Tuban,
Sedayu Palembang, Jambi dan beberapa daerah di Kalimantan. Disamping itu, Kerajaan Demak
juga memiliki pelabuhan-pelabuhan penting seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Jaratan dan Gresik
yang berkembang menjadi pelabuhan transito (penghubung). Kesultanan Demak dapat menjadi
Kerajaan Islam yang utuh di bawah kekuasaan Sultan dan dengan bimbingan para Wali.
Perebutan kekuasaan tunggal di dunia perniagaan di Asia Tenggara berjalan terus dengan

9
Naily Fadhilah, “Jejak Peradaban Dan Hukum Islam Masa Kerajaan Demak,” Al-Mawarid: Jurnal Syari`ah
& Hukum 2, no. 1 (2020): hal. 34., https://journal.uii.ac.id/JSYH/article/view/17257.
10
Ibid., hal. 35-36.
11
Agus Susilo dan Wulansari, “Peran Raden Fatah Dalam Islamisasi Di Kesultanan Demak,” hal. 76.

7
perluasan wilayah Islam dari pusat Demak, agama Islam memancar dari pusat Islam di Demak,
Tuban, Giri, Ampel oleh perantauan murid-murid wali kemanapun juga. Dalam waktu singkat
Demak dapat mengimbangi pengaruh Malaka dibidang pengiriman mubaligh disepanjang jalan
niaga, justru karena pengaruh para wali. 12

Di bawah pimpinan Sunan Ampel Denta, Wali Songo bersepakat untuk mengangkat
Raden Fatah menjadi raja pertama di Demak dan sekaligus kerajaan Islam pertama di Jawa,
dengan gelar Senopati Jimbun Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayyidina Panatagama.
Dalam menjalankan pemerintahannya ini Raden Fatah dibantu oleh para ulama yang tergabung
dalam Walisongo, terutama dalam hal yang berkaitan dengan urusan Agama, dengan berpusat di
Demak yang sebelumnya bernama Bintoro yang merupakan daerah Majapahit yang diberikan
kepada Raden Fatah. Pemerintahan Raden Fatah ini berlangsung antara akhir abad ke-15 dan
awal abad ke-17. Merupakan seorang raja Islam anak raja Majapahit dari seorang ibu muslim
keturunan Campa.13

Munculnya Kerajaan Demak sebagai kerajaan Islam pertama di pulau Jawa menjadikan
Kerajaan Demak sangat diperhitungkan dari berbagai sudut pandang. Untuk menjaga
keberlangsungan Kerajaan Demak, kerajaan ini banyak didukung oleh para sunan / walisongo.
Raja Demak pertama, Raden Fatah sebagai pendiri Kerajaan berusaha untuk menguasai jalur
perdagangan penting di kepulauan Nusantara, Raja mengutus anaknya, Adipati Unus, untuk
memimpin penaklukan Palembang dan Malaka, tujuannya untuk menguasai kedua pelabuhan
yang ramai dikunjungi pedagang-pedagang dari Asia maupun Nusantara. Selain memerluas
wilayah kekuasaannya, Kerajaan Demak juga melakukan penyebaran agama Islam dengan
bantuan para Walisongo. Peran Walisongo sangat vital dalam penyebaran Islam di pulau Jawa.
Selain membantu penyebaran agama Islam, para Walisongo juga membantu dalam
pemerintahan. Beberapa daerah taklukan Kerajaan Demak juga tidak lepas dari peran
Walisongo.14

B. Politik Islam dan Pemerintahan Kerajaan Demak

Kerajaan Demak merupakan kerajaan dengan menganut sistem politik dinasti. Politik dinasti
yang dilakukan para penguasa pada masa Kerajaan Demak untuk menguasai sumber-sumber
12
Ibid., hal. 76.
13
Afidah, “Perkembangan Islam Pada Masa Kerajaan Demak,” hal. 66-67.
14
Agus Susilo dan Wulansari, “Peran Raden Fatah Dalam Islamisasi Di Kesultanan Demak,” hal. 76-77.

8
ekonomi yang mendukung kelangsungan kerajaan mereka. Munculnya Kerajaan Demak, dengan
rajanya yang pertama, Raden Patah (1475−1518), membangun pusat pemerintahan di tepi selat
antara Pulau Muria dan Jawa. Pemilihan lokasi jelas menunjukkan bahwa basis perekonomian
dari kerajaan itu adalah perdagangan, karena Laut Jawa merupakan lalu lintas pelayaran yang
ramai. Mereka ingin kembali menguasai perdagangan di kepulauan Nusantara seperti
pendahulunya, Kerajaan Majapahit. Oleh karena itu, penguasa Demak juga ingin menguasai
daerah pedalaman Jawa yang merupakan sumber produksi komoditi perdagangan mereka.15

Saat kemunculan Demak, situasi perdagangan di Asia sudah mengalami banyak perubahan
dengan masuknya orang-orang Eropa, yang dipelopori bangsa Portugis. Tidak seperti pedagang-
pedagang Asia, pertemuan antarpedagang merupakan ajang jual beli atau tukar menukar
komoditi perdagangan. Pertemuan antarpedagang Asia dan bangsa Portugis merupakan
perebutan kekuasaan. Bangsa Portugis ingin menguasai perdagangan Asia, sehingga
menjalankan perdagangan dengan bantuan gerakan militer. Akibat dari sifat bangsa Portugis,
maka raja-raja Demak berusaha membendung pengaruh asing ini dengan mengirim kerabat
kerajaan untuk memimpin ekspedisi-ekspedisi guna menguasai pusat-pusat produksi dan
perdagangan.16

Raja-raja Demak bersama kerabatnya melakukan ekspedisi demi kepentingan-kepentingan


politik dan ekonomi. Tujuan ekspedisi yang dilakukan juga untuk menguasai jalur perdagangan
laut maupun menaklukkan daerah-daerah pedalaman yang menjadi sumber perekonomian. 17
Adapun raja-raja yang memerintah Kerajaan Demak yaitu Raden Patah sebagai pendiri sekaligus
raja pertama, kemudia dilanjutkan oleh anaknya yaitu Pati Unus, dan yang terakhir dilanjutkan
oleh adik dari Pati Unus yaitu Sultan Trenggono.

1. Raden Patah (1500-1518)

Raden Patah adalah raja Demak yang pertama. Penobatan Raden Fatah menjadi Sultan
Bintara Demak disaksikan oleh abdi kinasih, ulama, para manggala, prajurit, Sunan Kudus,
Sunan Gunung Jati, Patih Wonosalam, dan para santri yang mengiringi penobatan Raden
Fatah dengan membaca sholawat Nabi Muhammad SAW. Keberhasilan akan penundukkan

15
Tundjung dan Hidayat, “Politik Dinasti Dalam Perspektif Ekonomi Dari Kerajaan Demak,” hal. 1.
16
Ibid., hal. 1-2.
17
Noor Huda, “Perkembangan Institusi Sosial-Politik Islam Indonesia Sampai Awal Abad XX,” Jurnal
Addin 9, no. 2 (2015): hal. 357., https://doi.org/http://dx.doi.org/10.21043/addin.v9i2.

9
Kerajaan Majapahit pada tahun 1481 M ditandai candra sengkala “Geni Mati Siniram Janmi”.
Sedangkan pengangkatan Raden Fatah menjadi sultan pertama Demak pada tahun 1482 M dit
danai dengan camdra sengkala “Warna Sima Catur Nabi”.18 Setelah mundurnya Sinuwun
Prabu Brawijaya V dari dhampar kencana kraton Majapahit. Dalam pernyataan tersebut
terbukti bahwa Raden Patah adalah pendiri Kesultanan Demak yang pertama dan yang
membuat kesultanan Demak menjadi jaya secara drastis.19

Saat masih muda Raden Patah memperoleh pendidikan yang berlatar belakang
kebangsawanan dan politik. Selama 20 tahun, Raden Patah hidup di istana Adipati
Palembang. Sesudah dewasa ia kembali ke Majapahit. Raden Patah memiliki adik laki-laki
seibu, tapi beda ayah. Memasuki usia belasan tahun, raden Patah bersama adiknya berlayar ke
Jawa untuk belajar di Ampel Denta. Mereka mendarat di pelabuhan Tuban pada tahun 1419
M. Raden Patah sempat tinggal beberapa lama di Ampel Denta, bersama para saudagar
muslim ketika itu. Di sana pula ia mendapat dukungan dari utusan kaisar Cina, yaitu
laksamana Cheng Ho yang juga dikenal sebagai Dampo Awang atau Sam Poo Tai-jin,
seorang panglima muslim.

Raden patah mendalami agama Islam bersama pemuda-pemuda lainnya, seperti raden Paku
(Sunan Giri), Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang), dan raden Kosim (Sunan Drajat). Setelah
dianggap lulus, raden Patah dipercaya menjadi ulama dan membuat permukiman di Bintara.
Ia diiringi oleh sultan Palembang, Arya Dilah dan 200 tentaranya. Raden Patah memusatkan
kegiatannya di Bintara, karena daerah tersebut direncanakan oleh Walisongo sebagai pusat
kerajaan Islam di Jawa. Di Bintara, raden Patah juga mendirikan pondok pesantren. Penyiaran
agama dilaksanakan sejalan dengan pengembangan ilmu pengetahuan. Perlahan-lahan, daerah
tersebut menjadi pusat keramaian dan perniagaan.20

Masa kejayaan Demak terjadi pada masa Raden Fatah. Pada masa kepemimpinannya,
kerajaan Demak berkembang dengan cepat karena pengaruh dari Wali Songo. Kerajaan
Demak pun tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menjadi kerajaan Islam yang besar.

18
Fadhilah, “Jejak Peradaban Dan Hukum Islam Masa Kerajaan Demak,” hal. 38.
19
M Nur Rokhman dan Lia Yuliana, “Pengembangan Maket Pusat Kerajaan Demak Sebagai Media
Pebelajaran Sejarah Di SMA,” Jurnal Prosding Seminar Nasional, 2016, hal. 387.,
https://doi.org/http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/40063.
20
R. Nurcahyo Yogyanto, “Peran Raden Patah Dalam Mengembangkan Agama Islam Di Demak Tahun
1478-1518” (2017), hal. 9., https://doi.org/http://repository.upy.ac.id/id/eprint/1705.

10
Kejayaan Raden Fatah dalam memimpin kerajaan Demak terjadi pada tahun 1511. Daerah
kekuasaannya pun meluas hingga daerah pesisir Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dalam
memimpin kerajaan Demak, Raden Patah tidak seorang diri. Ia dibantu oleh anaknya Pati
Unus.21

Masa pemerintahan Raden Patah, wilayah kekuasaan Kerajaan Demak cukup luas, meliputi
Jepara, Tuban, Sedayu, Palembang, Jambi dan beberapa daerah di Kalimantan. Daerah-daerah
pesisir di Jawa bagian Tengah dan Timur kemudian ikut mengakui kedaulatan Demak dan
mengibarkan panji-panjinya. Kemajuan yang dialami Demak ini dipengaruhi oleh jatuhnya
Malaka ke tangan Portugis. Karena Malaka sudah dikuasai oleh Portugis, maka para pedagang
yang tidak simpatik dengan kehadiran Portugis di Malaka beralih haluan menuju pelabuhan-
pelabuhan Demak seperti Jepara, Tuban, Sedayu, dan Gresik. Pelabuhan- pelabuhan tersebut
kemudian berkembang menjadi pelabuhan transit. Selain tumbuh sebagai pusat perdagangan,
Demak juga tumbuh menjadi pusat penyebaran agama Islam. Para wali yang merupakan
tokoh penting pada perkembangan Kerajaan Demak ini, memanfaatkan posisinya untuk lebih
menyebarkan Islam kepada penduduk Jawa. Para wali juga berusaha menyebarkan Islam di
luar Pulau Jawa. Penyebaran agama Islam di Maluku dilakukan oleh Sunan Giri sedangkan di
daerah Kalimantan Timur dilakukan oleh seorang penghulu dari Kerajaan Demak yang
bernama Tunggang Parangan.22

Dalam memimpin Kerajaan Demak, Raden Patah menunjukan berbagai keberhasilan yang
dapat dicapai seperti:

a. Keberhasilan Raden Patah dalam perluasan dan pertahanan kerajaan dapat dilihat
ketika ia menaklukkan Girindra Wardhana yang merebut tahta Majapahit (1478),
hingga dapat menggambil alih kekuasaan Majapahit. Selain itu, Raden Patah juga
mengadakan perlawan terhadap Portugis (1511), yang telah menduduki Malaka dan
ingin mengganggu Demak. Dengan mengirim pasukannya yang dipimpin oleh Pati
Unus (anak Raden Patah)
b. Bidang dakwah Islam dan pengembangannya. Raden Patah mencoba menerapkan
hukum Islam dalam berbagai aspek kehidupan. Selain itu, ia juga membangun istana
dan mendirikan Masjid (1479) yang sampai sekarang terkenal dengan Masjid Agung
21
Afidah, “Perkembangan Islam Pada Masa Kerajaan Demak,” hal. 68.
22
Ibid., hal. 69.

11
Demak. Sebuah Masjid tertua di Indonesia. Masjid Agung Demak kerajaan Islam
pertama di Jawa terletak di alun-alun kota Demak, 22 Km di sebelah timur Laut
Semarang Jawa Tengah. Masjid ini merupakan cikal bakal berdirinya kerajaan
Glagahwangi Bintoro Demak.

Pada tahun 1518 Raden Patah wafat kemudian digantikan putranya yaitu Pati Unus.

2. Pati Unus (1518-1521)

Raden Patah meninggal pada tahun 1518, dan putranya Pati Unus menggantikannya
sebagai raja. Ketika Portugis menyerbu Malaka, Pati Unus, seorang kepala suku yang tak kenal
takut, mempelopori serangan ke Portugis. Sepanjang sejarah kota, ia telah menjadi tokoh penting
dalam perkembangannya. 23
Masa pemerintahan Adipati Unus tidak begitu lama, karena ia
meninggal dalam usia yang masih muda dan tidak meninggalkan seorang putera mahkota.
Walaupun usia pemerintahannya tidak begitu lama, di bawah kepemimpinannya beliau
membawa pasukan Demak untuk menyerang Portugis di Malaka. Setelah Adipati Unus
meninggal, tahta kerajaan Demak dipegang oleh saudaranya yang bergelar Sultan Trenggono.

Sejak tahun 1509 Adipati Unus anak dari Raden Patah, telah bersiap untuk menyerang
Malaka. Namun pada tahun 1511 telah didahului Portugis. Tapi adipati unus tidak
mengurungkan niatnya, pada tahun 1512 Demak mengirimkan armada perangnya menuju
Malaka. Namun setalah armada sampai dipantai Malaka, armada pangeran sabrang lor dihujani
meriam oleh pasukan portugis yang dibantu oleh menantu sultan Mahmud, yaitu sultan Abdullah
raja dari Kampar. Serangan kedua dilakukan pada tahun 1521 oleh pangeran sabrang lor atau
Adipati Unus. Tetapi kembali gagal, padahal kapal telah direnovasi dan menyesuaikan medan.24

Peran Pati Unus sebagai Panglima Armada Islam di Jawa semakin penting dan harus
diselesaikan secepat dan seakurat mungkin. Pertama, armada kecil dikerahkan untuk menyerang
benteng Portugis di Malaka, tetapi mereka tidak berhasil dan terpaksa mundur ke Jawa. Karena
kegagalan ini disebabkan oleh kurangnya kesiapan, itu bisa menjadi pelajaran berharga untuk
masa depan. Karena itu, sebuah armada 375 kapal yang besar direncanakan untuk Gowa,

23
Supian Ramli Irma Dwi Jayanti, Isrina Siregar, “Peran Raden Patah Dalam Menyebarkan Agama Islam Di
Demak Pada Tahun 1478-1518,” Jurnal Pendidikan Sejarah & Sejarah FKIP Universitas Jambi 1, no. 3 (2022): hal.
103-104., https://online-journal.unja.ac.id/krinok/article/view/18132.
24
Rokhman dan Yuliana, “Pengembangan Maket Pusat Kerajaan Demak Sebagai Media Pebelajaran Sejarah
Di SMA,” hal. 387.

12
Sulawesi, sebuah daerah yang dikenal karena keterampilan pembuatan kapalnya. Alam Akbar Al
Fattah, Sultan Demak I, memberikan dalam wasiatnya bahwa menantunya Pati Unus harus
menggantikannya sebagai Sultan Demak ketika yang terakhir meninggal pada tahun 1518. Oleh
karena itu, Pati Unus, juga dikenal sebagai Raden Abdul Qadir bin Yunus, dipilih untuk posisi
tersebut. Dengan persetujuan para Wali yang dipimpin oleh Sunan Gunung Jati, armada perang
Islam kini bersiap untuk berlayar dari pelabuhan Demak. 25 Pati Unus wafat pada tahun 1521
ketika melakukan ekspedisi penyerangan Portugis di Malaka. Wafatnya Pati Unus menyebabkan
kekosongan kekuasaan di Kerajaan Demak.26

3. Sultan Trenggono (1521-1546)

Pada tahun 1521 Pati Unus wafat, hal tersebut merupakan cikal bakal terjadinya
pergolakan politik di Kasultanan Demak, ketika melakukan penyerangan Portugis di Malaka.
Kekosongan kekuasaan di Kerajaan Demak menyebabkan perebutan kursi raja Kerajaan Demak
oleh keturunan keluarga Kerajaan Demak. Peristiwa ini menimbulkan peperangan
berkepanjangan yang berakhir dengan kehancuran kerajaan. Perebutan kekuasaan terjadi antara
keturunan keluarga Kerajaan Demak yaitu Pangeran Sekar Seda Lepen dengan Pangeran
Trenggono. Kedua pangeran menilai berhak menduduki tahta Kerajaan Demak. Dari segi usia,
Pangeran Sekar Seda Lepen lebih tua sehingga merasa lebih berhak atas tahta Kerajaan Demak
dari pada Pangeran Trenggono. Namun Pangeran Sekar Seda Lepen lahir dari selir Raden Patah,
yaitu putri Adipati Jipang, sedangkan Pangeran Trenggono lahir dari permaisuri putri Sunan
Ampel. Pangeran Trenggono merasa lebih berhak menduduki tahta Kerajaan Demak. Adat
Kerajaan Demak pewaris tahta Sultan adalah putra yang lahir dari permaisuri.27

Disamping adanya konflik tersebut dibawah pemerintahan Sultan Trenggono, kerajaan


Demak mencapai masa kejayaan. Sultan Trenggono berusaha memperluas daerah kekuasaannya
hingga ke daerah Jawa Barat. Pada tahun 1522 M kerajaan Demak mengirim pasukannya ke
Jawa Barat di bawah pimpinan Fatahillah. Daerah-daerah yang berhasil di kuasainya antara lain
Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Penguasaan terhadap daerah ini bertujuan untuk
25
Ibid., hal. 104.
26
Muhammad Mahfud, Sumarno, dan Sri H danayani, “Konflik Politik Kerajaan Demak Setelah Wafatnya
Sultan Trenggono Tahun 1546-1549,” Artikel Ilmiah Mahasiswa 1, no. 1 (2015): hal. 5., DOI:
https://doi.org/10.30872/yupa.v3i2.170.
27
Nugraha dan Sulistyo, “Pergolakan Politik Kasultanan Demak Dan Ambisi Arya Penangsang Sebagai
Sultan Demak Ke-4 Tahun 1546-1549,” Yupa: Historical Studies Journal, 3, no. 2, hal. 73.,
https://doi.org/10.30872/yupa.v3i2.170.

13
menggagalkan hubungan antara Portugis dan kerajaan Padjajaran. Armada Portugis dapat
dihancurkan oleh armada Demak pimpinan Fatahillah. Dengan kemenangan itu, fathillah
mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta (berarti kemenangan penuh). Peristiwa yang
terjadi pada tanggal 22 juni 1527 M itu kemudian di peringati sebagai hari jadi kota Jakarta.28

Setelah Demak berhasil menguasai Sunda Kelapa, pada tahun 1527, Alfonso
d'Albuquerque mengirim enam kapal perang di bawah pimpinan Francisco de Sa menuju Sunda
Kelapa. Kapal yang dikirim adalah jenis galleon yang berbobot hingga 800 ton dan memiliki
21−24 pucuk meriam. Armada itu diperkirakan membawa prajurit bersenjata lengkap sebanyak
600 orang. Saat itu armada Portugis dikirim untuk persiapan membangun benteng di Sunda
Kelapa, namun ternyata telah dikuasai Demak. 29

Untuk mempertahankan Sunda Kelapa, pada tahun yang sama, Sultan Trenggono
mengirimkan 20 kapal perang bersama 1.500 prajurit menuju Sunda Kelapa. Armada perang
Demak terdiri dari kapal tradisional jenis lancaran dan pangajawa yang ukurannya jauh lebih
kecil dari galleon. Melalui pertempuran sengit, pada 22 Juni 1527, armada perang yang dipimpin
Fatahillah berhasil menaklukkan pasukan Portugis. Ketika itu galleon Francisco de Sa
memisahkan diri, hanya kapal brigantin yang dipimpin oleh Duarte Coelho menuju ke pelabuhan
Sunda Kelapa. Duarte Coelho terlambat mengetahui perubahan situasi, kapalnya menepi terlalu
dekat ke pantai dan langsung disergap pasukan Fatahilah. Akibat kerusakan yang berat dan
korban yang banyak, kapal Portugis berusaha meloloskan diri ke Pasai. Setelah kemenangan ini,
Fatahillah didaulat menjadi penguasa di Sunda Kelapa. Fatahillah kemudian mengganti nama
Sunda Kelapa menjadi Jayakarta, yang merupakan cikal bakal lahirnya Kota Jakarta.30

Setelah Banten dan Sunda Kelapa dikuasai, Hasanuddin ditetapkan sebagai Adipati Banten
dan Fatahillah menjadi Adipati Sunda Kelapa atau Jayakarta. Keduanya memimpin atas nama
Kesultanan Demak. Setelah Hasanuddin menikah dengan putri Sultan Trenggono, status Banten
menjadi kesultanan, sedangkan Fatahillah menggantikan Syarif Hidayatullah untuk memimpin
Kerajaan Cirebon, kemudian Jayakarta diserahkan kepada menantu Sultan Hasanudin yaitu
Tubagus Angke. Penguasaan Demak atas Cirebon sudah sejak lama dirintis melalui perkawinan

28
Rokhman dan Yuliana, “Pengembangan Maket Pusat Kerajaan Demak Sebagai Media Pebelajaran Sejarah
di SMA,” hal. 388.
29
Tundjung dan Hidayat, “Politik Dinasti Dalam Perspektif Ekonomi Dari Kerajaan Demak,” hal. 9.
30
Ibid., hal. 9.

14
politik, sehingga ketika Fatahillah menjadi penguasa di Cirebon, tidak dikhawatirkan atas
loyalitasnya kepada Kerajaan Demak.31

Penaklukkan Banten dan Sunda Kelapa mempunyai arti penting bagi Kesultanan Demak.
Pertama, dengan ditaklukkannya Banten dan Sunda Kelapa, akan memudahkan penaklukkan
Pajajaran. Kedua, Banten dapat dijadikan tempat strategis bagi penyerangan pantai selatan
Sumatera, Lampung, dan Palembang yang kaya cengkih dan lada. Ketiga, dengan dikuasainya
jalur pantai Jawa Barat, yaitu Banten dan Sunda Kelapa berakhirlah kekhawatiran Demak atas
orang-orang Portugis di Pulau Jawa.32

Penguasaan Demak atas Cirebon dianggap penting karena di wilayah itu terdapat
pelabuhan yang strategis, dan daerah pedalaman yang menghasilkan komoditi perdagangan.
Perdagangan di wilayah ini dilakukan melalui jalur darat dan jalur laut. Jalur darat menggunakan
sarana transportasi darat seperti kuda. Komoditi yang dihasilkan sepanjang jalur darat dari
Banyumas menuju Tegal kemudian Periangan berupa sayur-mayur, buah-buahan, padi.
Sementara itu, barang dagangan yang dibawa dari luar, seperti dari China berupa logam, besi,
emas, perak, sutera, dan keramik. Di Cirebon, pedagang China berperan penting sebagai
pemasok barang-barang kebutuhan masyarakat.33

Setelah penakhlukan Sunda Kelapa, Demak menaklukan Wirasari pada 1528, Gegelang
atau Madiun pada 1529, Mendangkung pada 1530, Surabaya pada 1531, Pasuruan pada 1535,
Lamongan, Blitar, Wirasaba pada 1541 sampai 1542. Gunung Penanggungan merupakan
benteng para petinggi religius Hindu Jawa yang ditundukkan pada tahun 1543. Mamenan atau
Kediri pada 1549, serta Sengguru atau Malang pada 1545. Blambangan berhasil ditaklukkan
Demak pada 1546, sedangkan Panarukan gagal ditaklukkan, karena Sultan Trenggono gugur
dalam pertempuran.34

Sultan Trenggono sangat senang menerima kehadiran Fatahillah, yang bersedia membantu
untuk memperluas kekuasaannya ke Jawa Barat. Sultan memperlakukan Fatahillah sebagai
kerabat kerajaan lain, yang kemudian dinikahkan dengan adik iparnya, mantan istri Pangeran
Sebrang Lor, yaitu Ratu Ayu, yang merupakan anak dari Sunan Gunung Jati. Setelah Pangeran
31
Ibid., hal. 10.
32
Ibid.
33
Ibid.
34
Susilo dan Wulansari, “Peran Raden Fatah Dalam Islamisasi Di Kesultanan Demak,” hal. 192.

15
Jayakelana dari Cirebon meninggal, Fatahillah kemudian menikahi mantan istrinya yang berasal
dari Kesultanan Demak yaitu Ratu Ayu Pembayun. Dengan demikian Fatahillah adalah menantu
Sunan Gunung Jati dari Cirebon dan juga dari Kesultanan Demak.35

Tahun 1546, Sultan Trenggono wafat. Hal ini mengakibatkan kekosongan kepala
pemerintahan Kerajaan Demak. Sunan Giri dengan sesepuh Kerajaan Demak bersepakat
mengangkat putra sulung Sultan Trenggono, yaitu Sunan Prawoto sebgai Sultan Demak keempat
dengan gelar Sultan Syah Alam Akbar Jiem-Boen-ningrat IV. Sunan Prawoto memiliki cacat
mata yaitu buta. Kebutaan Sunan Prawoto ini karena kutukan pamannya sendiri, saat Pangeran
Prawoto muda, Sunan Prawoto membunuh pamannya karena pemberontakan yang
dilakukannya.36

KESIMPULAN

Kesultanan Demak merupakan kesultanan Islam pertama di Jawa yang didirikan oleh
Raden Patah pada tahun 1478 setelah Demak berdiri sendiri terlepas dari Majapahit yang telah
hancur. Dalam waktu singkat, Demak berkembang menjadi kerajaan besar. Wilayah kerajaan
Demak meliputi Jepara, Semarang, Tegal, serta lembang, jambi, pulau pulau antara kalimantan,
dan sumatera, serta beberapa daerah di pulau kalimantan. Pelabuhan pelabuhan penting yang
dikuasai Demak ialah Jepara, Tuban, Sidayu, Jaratan, dan Gresik. Demak mempunyai peran
penting dalam pengembangan agama Islam di Pulau Jawa dan Demak menjadi pusat penyebaran
agama Islam. Penyebar penyebar agama Islam terkenal dengan sebutan wali. Untuk tempat
beribadah dan pusat kegiatan agama, para wali mendirikan masjid di Demak.

Raja Demak pertama, Raden Patah, sebagai pendiri kerajaan berusaha untuk menguasai
jalur pedagangan penting di kepulauan Nusantara. Raja mengutus anaknya, Adipati Unus, untuk
memimpin penaklukkan Palembang dan Malaka, tujuannya untuk menguasai kedua pelabuhan
yang ramai dikunjungi pedagang-pedagang dari Asia maupun Nusantara. Selain itu, raja juga
bertujuan menjaga agar perdagangan beras dan rempah-rempah di kepulauan Nusantara, yang
dikuasai Demak, tidak terusik. Kepercayaan yang diberikan ke pada Adipati Unus merupakan
salah satu bentuk politik dinasti, ketika Demak sedang mengembangkan kekuasaannya.

35
Tundjung dan Hidayat, “Politik Dinasti Dalam Perspektif Ekonomi Dari Kerajaan Demak,” hal. 8.
36
Nugraha dan Sulistyo, “Pergolakan Politik Kasultanan Demak Dan Ambisi Arya Penangsang Sebagai
Sultan Demak Ke-4 Tahun 1546-1549,” hal. 73.

16
Bagaimana pun Adipati Unus akan mendukung kekuasaan ayahnya, yang suatu saat akan
digantikannya.

Sultan Trenggono, raja ketiga dari Kerajaan Demak, memimpin sendiri penaklukkan
daerah-daerah penting di bekas wilayah kekuasaan Majapahit. Karena sumber daya alam maupun
sumbur daya manusianya yang sudah terbina sejak lama, sehingga Demak berharap dapat
melanjutkan kelangsungannya. Daerah pedalaman sebagai produsen padi dan bahan makanan
lain dihasilkan oleh para petani, dinikmati oleh kerajaan melalu sistem ekonomi feudal. Oleh
karena itu, di daerah-daerah yang sudah takluk, raja menempatkan kerabatnya sebagai penguasa
ataupun mengadakan perkawinan politik antara keluarga raja dengan penguasa setempat. Politik
dinasti inilah yang digunakan sebagai alat untuk menjaga terjaminnya perekonomian kerajaan.
Para penguasa daerah yang sudah terikat sebagai kerabat kerajaan akan menunjukkan loyalitas
tinggi untuk mendukung pasokan berupa upeti kepada pusat kekuasaan.

Konflik politik pada dasarnya adalah suatu keniscayaan dalam kancah perpolitikan. Salah
satu konflik politik yang cukup mencolok adalah pemilu Presiden Indonesia pada abad ke-21.
Dalam konflik tersebut banyak sekali intrik dan strategi politik yang dimainkan oleh pihak-pihak
yang berkepentingan didalamnya. Namun jauh sebelum itu, pada zaman Kasultanan Demak juga
sudah terjadi konflik politik yang mengakibatkan pergolakan yang cukup hebat. Konflik tersebut
bermula ketika wafatya Sultan Trenggono sebagai Sultan Demak ke-3 dan mengangkat anaknya
yaitu Prawoto sebagai Sultan Demak ke-4.

DAFTAR PUSTAKA

Afidah, Nur. “Perkembangan Islam Pada Masa Kerajaan Demak.” Jurnal Studi Islam Dan
Kemuhammadiyahan ( JASIKA ) P 1 (2021): 64–76.

Anita, Dewi Evi. “Walisongo: Mengsilamkan Tanah JawaSuatu Kajian Pustaka.” Jurnal
Wahana Akademika 1, no. 2 (2014): 243–66.

Fadhilah, Naily. “Jejak Peradaban Dan Hukum Islam Masa Kerajaan Demak.” Al-Mawarid:
Jurnal Syari`ah & Hukum 2, no. 1 (2020).

Guntoro, Haryo. “Metode Bimbingan Aama Orang Tua Terhadap Akhlak Anak Menurut

17
Terjemahan Kitab Al-Akhlak,” 2021. http://repository.iainkudus.ac.id/5435/.

Huda, Noor, dan Sumatera Selatan. “Perkembangan Institusi Sosial-Politik Islam Indonesia
Sampai Awal Abad XX.” Jurnal Addin 9, no. 2 (2015): 349–82.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.21043/addin.v9i2.

Irma Dwi Jayanti, Isrina Siregar, Supian Ramli. “Peran Raden Patah Dalam Menyebarkan
Agama Islam Di Demak Pada Tahun 1478-1518.” Jurnal Pendidikan Sejarah & Sejarah
FKIP Universitas Jambi 1, no. 3 (2022): 92–106.

Mahfud, Muhammad, Sumarno, dan Sri H danayani. “Konflik Politik Kerajaan Demak Setelah
Wafatnya Sultan Trenggono Tahun 1546-1549.” Artikel Ilmiah Mahasiswa 1, no. 1 (2015):
1–10.

Nugraha, Anung Jati, dan Wahyu Djoko Sulistyo. “Pergolakan Politik Kasultanan Demak Dan
Ambisi Arya Penangsang Sebagai Sultan Demak Ke-4 Tahun 1546-1549.” Yupa Historical
Studies Journal 3, no. 2 (2020): 69–78.
https://doi.org/http://jurnal.fkip.unmul.ac.id/index.php/yupa Pergolakan.

Rokhman, M Nur, dan Lia Yuliana. “Pengembangan Maket Pusat Kerajaan Demak Sebagai
Media Pebelajaran Sejarah Di SMA.” Jurnal Prosding Seminar Nasional, 2016, 382–93.
https://doi.org/http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/40063.

Susilo, Agus, dan Ratna Wulansari. “Peran Raden Fatah Dalam Islamisasi Di Kesultanan
Demak.” Tamaddun: Jurnal Kebudayaan Dan Sastra Islam 19, no. 1 (2019): 70–83.

Tundjung, dan Arief Hidayat. “Politik Dinasti Dalam Perspektif Ekonomi Dari Kerajaan
Demak.” Jurnal Alun Sejarah 3, no. 1 (2018): 1–13.
https://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/alursejarah/article/view/2847/2052.

Yogyanto, R. Nurcahyo. “Peran Raden Patah Dalam Mengembangkan Agama Islam Di Demak
Tahun 1478-1518,” 2017. https://doi.org/http://repository.upy.ac.id/id/eprint/1705.

18

Anda mungkin juga menyukai