Disusun oleh:
Haris Sya’bani 0820040004
Dini Rosyadah Tridya 0820040013
i
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
ii
iii
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul “I-CITYFARM (Integrated Citizen Farming Model) Sistem
Akuaponik Terintegrasi dengan Microbial Fuel Cells Berbasis Internet Of
Thing (IoT) sebagai Solusi Pertanian Masa Depan Di Perkotaan.”
Pada penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis merasa banyak sekali
kekurangan baik teknis maupun materi. Mengingat akan kemampuan penulis yang
belum mencapai kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak
sangat diharapkan bagi penulis demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menyampaikan ucapan
terimakasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, khususnya kepada :
1. Teman-teman Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya yang telah memberi
motivasi dan semangat.
2. Ibu Ni’matut Tamimah yang selalu memberi dukungan, bimbingan dan arah
pengembangan karya.
Kami berharap agar nantinya Karya Tulis Ilmiah ini bisa bermanfaat bagi para
pembaca nya. Disamping itu, kami juga menyadari bahwa masih banyak
kekurangan, untuk itu kami berharap kritik dan saran yang membangun sebagai
masukan positif agar dapat diperoleh hasil yang maksimal.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
3.2.6 Persiapan Sistem Kontrol dan Pemantauan Akuaponik ....................... 13
3.3 Waktu dan Lokasi Penelitian ....................................................................... 15
3.4 Alat dan Bahan ............................................................................................ 15
3.5 Pengukuran Tegangan (v) pada SIstem MFC ............................................. 16
3.6 Flowchart Penelitian .................................................................................... 16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 17
4.1 Perancangan I-CITYFARM ........................................................................ 17
4.2 Mekanisme Teknologi I-CITYFARM......................................................... 18
4.3 Pengujian Prototype I-CITYFARM ............................................................ 19
4.3.1 Pupuk Cair Yang dihasilkan ................................................................. 19
4.3.2 Pengukuran Tegangan Pada Kompartemen Microbial Fuel Cell’s ...... 20
4.4 Perancangan Sensor dengan Bylink Android ............................................... 22
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 23
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 23
5.2 Saran ............................................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 24
BIODATA PESERTA .......................................................................................... 25
LAMPIRAN PENDUKUNG ................................................................................ 28
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
I-CITYFARM (INTEGRATED CITIZEN FARMING MODEL) SISTEM
AKUAPONIK TERINTEGRASI DENGAN MICROBIAL FUEL CELLS
BERBASIS INTERNET OF THING (IoT) sebagai SOLUSI PERTANIAN
MASA DEPAN di PERKOTAAN.
Haris Sya’bani, Dini Rosyadah Tridya
D4 Teknik Perpipaan, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
harissyabani13@gmail.com
ABSTRAK
Pada tahun 2015, jumlah penduduk di Indonesia mencapai 257,56 juta orang
(BPS, 2019). Angka tersebut mengindikasikan besarnya kebutuhan pangan yang
terus meningkat setiap tahunnya. Diperkirakan 41% penduduk tinggal di
perkotaan. Artinya terdapat tantangan untuk pemenuhan kebutuhan pangan yang
dapat diperoleh melalui pertanian perkotaan. Selain itu, menurut FAO (Food and
Agriculture Organization) Indonesia merupakan negara penghasil limbah
makanan yang banyak. Disisi lain, menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan pada tahun 2018 limbah makanan menempati posisi teratas dari total
limbah yang dihasilkan sepanjang tahun yakni sebesar 44%. Menurut profesor
Dave Reay dari Universitas Edinburgh apabila limbah makanan tersebut dibiarkan
secara terus menerus akan menyebabkan pencemaran lingkungan. Sistem
budidaya ikan (akuakultur) dan budidaya tanaman/sayuran tanpa media tanah
(hidroponik) yang disebut akuaponik merupakan solusi cemerlang untuk hasil
budidaya yang bervariasi dalam lahan rumah di perkotaan yang terbatas.
Berdasarkan permasalahan diatas peneliti memberikan sebuah inovasi yaitu “I-
CITYFARM” (Integrated Citizen Farming Model) sistem pertanian terintegrasi
dengan Akuaponik, Microbial Fuel Cells (MFCs), Solar cell dan IoT. Sistem
Akuaponik yang dilengkapi pengelolaan limbah makanan menggunakan sistem
MFC dual-chamber dengan pemanfaatan EM4 sebagai zat penghasil
mikroorganisme dan pupuk cair. Pupuk cair yang dihasilkan, akan dialirkan pada
tanaman sesuai kebutuhan tanaman yang dipantau melalui bylink android
berdasarkan sensor kelembapan, pH dan nutrisi yang ada pada tanah dan air secara
realtime berbasis Internet of Thing (IoT). Solar Energy yang menghasilkan energi
listrik digunakan untuk menyalakan lampu LED sebagai penerangan tanaman di
malam hari yang dapat dikendalikan dengan sistem IoT dan untuk tenaga
penyalaan pompa. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
studi research dan pembuatan rancangan desain menggunakan skala yang
disesuaikan dengan ukuran perumahan di perkotaan secara nyata. Hasil dari
penelitian ini adalah sistem pertanian perkotaan yang produktif, efektif dan
berteknologi mutakhir.
Kata kunci : Akuaponik, IoT, limbah makanan, microbial fuel cell, solar cell.
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
Hunian di perkotaan memiliki lahan pekarangan terbatas yang dapat
menjadi salah satu modal jika ingin berusaha tani dalam skala rumah tangga.
Vertikultur dapat menjadi solusi di bidang pertanian dengan keterbatasan
lahan karena sistem pertanian dibuat secara vertikal atau bertingkat. Sistem ini
terus berkembang dengan berbagai input teknologi terutama pada sistem
budidaya tanpa menggunakan media tanah sebagai media tumbuh yang
menjadi sumber nutrisi untuk pertumbuhan tanaman .
Di sisi lain, menurut FAO (Food and Agriculture Organization) Indonesia
merupakan negara penghasil limbah makanan yang banyak. Menurut
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2020 limbah
makanan menempati masih menempati posisi teratas dari total limbah yang
dihasilkan sepanjang tahun semenjak pandemic di kota metropolitan
(Jabodetabek, Surabaya, Makassar, Palembang dan Bandung) yakni sebesar
43,98% .dari total limbah yang dihasilkan penduduk perkotaan. Diperkirakan
sektor rumah tangga menjadi penyumbang terbanyak limbah makanan di kota
besar. Menurut profesor Dave Reay dari Universitas Edinburgh apabila limbah
makanan tersebut dibiarkan secara terus menerus akan menyebabkan
pencemaran lingkungan, sebab emisi metana dari limbah makanan merupakan
salah satu penyumbang gas rumah kaca terbesar.
Beberapa tipe sistem budidaya tanpa media tanah yaitu sistem Hidroponik,
Akuaponik dan Aeroponik. Hidroponik menggunakan media tanam seperti
batuan atau sabut kelapa yang diberi larutan campuran nutrisi primer,
sekunder dan mikro. Akuaponik adalah sistem budidaya dengan
memanfaatkan hidroponik sebagai media tanam untuk tanaman
dikombinasikan akuakultur dengan hewan air secara simbiotik. Dalam sistem
akuaponik, air dari akuakultur yang masuk hidroponik mengandung amonia
dipecah oleh bakteri Nitrifikasi menjadi nitrit kemudian menjadi nitrat, yang
digunakan oleh tanaman sebagai nutrisi, dan air kembali ke sistem akuakultur.
Aeroponik adalah sistem hidroponik dengan teknologi tingkat tinggi. Bagian
akar tanaman tergantung dan berada dalam ruang tertutup kemudian diberi
nutrisi dengan cara menyemprotkan larutan nutrisi berupa kabut secara berkala
umumnya setiap 2-3 menit agar akar tetap lembab dan nutrisi larut di udara
2
(Kazzaz, 2017). Sistem budi daya ikan (akuakultur) dan budi daya tanaman /
sayuran tanpa media tanah (hidroponik) yang disebut akuaponik merupakan
solusi cemerlang untuk hasil budi daya yang bervariasi dalam lahan rumah di
perkotaan yang terbatas.
Berdasarkan permasalahan diatas peneliti memberikan sebuah inovasi
yaitu “I-CITYFARM” (Integrated Citizen Farming Model) sistem pertanian
terintegrasi dengan Akuaponik, Microbial Fuel Cells (MFCs), Solar cell dan
IoT. Sistem Akuaponik yang dilengkapi pengelolaan limbah makanan
menggunakan sistem MFC dual-chamber dengan pemanfaatan EM4 sebagai
zat penghasil mikroorganisme dan pupuk cair. Pupuk cair yang dihasilkan,
akan di dialirkan pada tanaman sesuai kebutuhan tanaman yang dipantau
melalui blynk android berdasarkan sensor kelembapan dan nutrisi yang ada
pada tanah dan air secara realtime berbasis Internet of Thing (IoT). Solar
Energy yang menghasilkan energi listrik digunakan untuk menyalakan lampu
LED sebagai penerangan tanaman di malam hari yang dapat dikendalikan
dengan sistem IoT dan untuk tenaga penyalaan pompa.
Penelitian ini akan menjabarkan rancangan desain menggunakan skala
yang disesuaikan dengan ukuran perumahan di perkotaan secara nyata dan
analisis keuangan dalam mewujudkan I-CITYFARM. Sehingga dengan I-
CITYFARM akan memberikan gambaran perwujudan sistem pertanian
masyarakat perkotaan yang menjadi solusi di masa pandemi COVID-19
berupa pemenuhan kebutuhan pangan rumah tangga, mengambil peran dalam
peluang usaha dan memanfaatkan teknologi sistem pertanian mutakhir.
3
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun, tujuan yang ingin
didapatkan adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui desain rancangan dari teknologi I-CITYFARM.
2. Mengetahui analisis keuangan I-CITYFARM.
3. Mengetahui efektivitas I-CITYFARM dalam menangani permasalahan
ekonomi dan limbah makanan pada penduduk perkotaan
1.4 Manfaat
Dengan penulisan karya tulis ini, diharapkan akan memberikan dampak positif
atau manfaat bagi berbagai pihak. Diantaranya:
Bagi kalangan akademisi
1. Menambah ilmu pengetahuan tentang sistem otomatis
2. Dapat mengembangkan ide kreatif, inovatif dan sikap ilmiah
3. Mempersiapkan mahasiswa yang mampu berkompetisi dalam Revolusi
Industri 4.0
Bagi masyarakat perkotaan
1. Memberikan solusi ekonomi dan limbah makanan rumah tangga pada
masa pandemi COVID-19
2. Memberikan pemahaman tentang sistem pertanian terintegrasi yang
efektif dan efisien serta ramah lingkungan ke masyarakat perkotaan.
1.5 Batasan Masalah
Dalam menjaga pembahasan agar sesuai dengan apa yang dikehendaki penulis,
maka penulis memberikan beberapa pembatasan terhadap kajian yang akan
dilaksanakan
1. Penelitian terbatas pada analisa break event point yang dapat
memperkirakan penghasilan dan juga waktu kembali modal dan juga
terbatas pada pengujian alat IoT.
2. Penelitian ini menggunakan limbah makanan organik rumah tangga.
Penelitian ini tidak mencantumkan penelitian mendalam terkait pupuk cair.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Limbah Makanan
Sampah organik merupakan sampah sisa yang masih bisa dimanfaatkan
menjadi bahan yang layak pakai lagi. Sampah ini bisa diuraikan, meski dibiarkan
begitu saja sampah ini akan menghilang dengan sendirinya. Banyak contoh ini
seperti sisa makanan, kulit buah, sisa masakan dari dapur dan lain sebagainya.
Pemanfaatannya bisa dijadikan sebagai pakan ternak, biogas, atau lain sebagainya.
Pengelolaan dan pengolahannya mutlak diperlukan sehingga lingkungan menjadi
bersih dan kesehatan masyarakat dapat dijaga. Berdasarkan indikator Food Loss
and Waste tentang Food Sustainable Index, Indonesia termasuk kedalam 3 negara
terburuk dalam pengelolaan limbah makanan. Berikut Gambar 2.1 menunjukan
informasi tentang Food Sustainable Index
5
Kepala Perwakilan FAO (Food and Agriculture Organization) untuk
Indonesia dan Timor Leste, Mark Smulders menyatakan bahwa indonesia
membutuhkan sekitar 190 juta ton makanan tiap tahun. Namun sebanyak 13 juta
metrik ton makanan malah terbuang dengan percuma. Jumlah tersebut seharusnya
bisa memenuhi hampir 11% penduduk Indonesia, atau sekitar 28 juta penduduk
miskin setiap tahunnya. Emisi metana dari pembusukan limbah makanan di
tempat pembuangan, menyumbang metana yang dihasilkan. Pada timbunan
sampah organik, proses dekomposisi anarobik, akan menghasilkan salah satu gas
rumah kaca yaitu CH4 atau metana dan efek yang ditimbulkannya adalah 20-30
kali lipat dibandingkan dengan gas CO2 (KLHK, 2017). Jumlah metan yang
dihasilkan bergantung kepada komposisi sampah. Metan berkontribusi sebesar
15% pada pemanasan global dan secara teoritis dari setiap kilogram sampah dapat
memproduksi 0.5 m3 gas metan. Metana dalam jumlah berlebih bisa sangat
berbahaya bagi lingkungan hidup, terutama kesehatan manusia. Dikenal sebagai
"asphyxiate sederhana", metana menggantikan oksigen dalam ruang kecil tertutup.
Oksigen minimum yang dibutuhkan untuk bernapas adalah 18%, namun bila lebih
rendah dari 10% dapat berakibat fatal. Bila tercampur dengan zat lain, metana
juga berpotensi beracun. Bila gas alam, yang mengandung 97% metana, dibakar
tanpa pengaturan ventilasi yang tepat, karbon monoksida yang dihasilkannya bisa
menyebabkan kematian dalam waktu dua jam. Pada kadar yang tinggi bisa
membunuh hanya dalam waktu tiga menit.
2.2 Microbial Fuel Cells
Microbial Fuel Cell atau yang dikenal dengan singkatan MFC merupakan
sebuah sistem yang mengkonversi energi kimia menjadi energi listrik dengan
menggunakan katalis berupa bakteri . Sifat bakteri yang mampu mendegradasi
medium organik (enrichment) media pada sistem MFC akan memproduksi ion
elektron dan proton yang nantinya ion-ion tersebut menghasilkan perbedaan
potensial listrik sehingga dapat menghasilkan energi listrik (Ester, 2012).
2.2.1 Berdasarkan Desain Kompartemen
Teknologi MFC dalam perkembangannya memiliki berbagai tipe
sesuai dengan kebutuhan dan pengaplikasianya. Secara umum Teknologi
MFC bisa dibedakan berdasarkan desain kompartemennya, penggunaan
6
membran penukar elektron dan kultur mikroba yang digunakan dalam
MFC tersebut (Ester, 2012).
a. Berdasarkan Desain Kompartemen
Berdasarkan kompartemennya terdapat tiga jenis MFC, yaitu
dual chamber MFC, single chamber MFC dan stack MFC. Dual
chamber MFC pada intinya memiliki dua ruang yang dipisahkan oleh
membran penukar kation (PEM) atau jembatan garam. Single chamber
MFC hanya memiliki satu ruang sehingga substrat dan larutan
elektrolit bercampur. Desain ini bisa menggunakan PEM ataupun
tanpa PEM (Ester, 2012).
Gambar 2.1 Single Chamber MFC (Kiri), Dual Chamber MFC (Kanan)
Sumber : Ester, 2012
2.2.2 Prinsip Kerja
Teknologi MFC menghasilkan energi dalam bentuk listrik. sebuah
sistem MFC terdiri dari anoda, katoda membran penukar kation atau
proton dan sirkuit listrik. Bakteri hidup pada ruangan anoda dan mengubah
substrat seperti glukosa, asetat juga limbah cair tahu dll menjadi CO2,
proton dan elektron. Pada kondisi aerobik, bakteri menggunakan oksigen
atau nitrat sebagai aseptor elektron akhir untuk membentuk air. Namun
pada ruangan anoda dalam sebuah MFC, tidak terdapat oksigen, sehingga
bakteri harus mengubah aseptor elektronnya menjadi sebuah aseptor
insoluble seperti anoda MFC. Berdasarkan kemampuan bakteri
mentransfer elektron pada anoda tersebut, maka MFC bisa digunakan
untuk mengumpulkan elektron yang berasal dari metabolisme mikroba.
Elektron kemudian mengalir melalui sirkuit listrik dengan muatan pada
katoda. Beda potensial antara anoda dan katoda bersama dengan aliran
elektron menghasilkan daya (Ester, 2012).
7
2.3 Sistem Akuaponik
Menurut D3P Kota Pontianak, akuaponik merupakan sebuah alternatif
menanam tanaman dan memelihara ikan dalam satu wadah. Proses dimana
tanaman memanfaatkan unsur hara yang berasal dari kotoran ikan yang apabila
dibiarkan di dalam kolam akan menjadi racun bagi ikannya. Lalu tanaman akan
berfungsi sebagai filter vegetasi yang akan mengurai zat racun tersebut menjadi
zat yang tidak berbahaya bagi ikan, dan suplai oksigen pada air yang digunakan
untuk memelihara ikan. Dengan siklus ini akan terjadi siklus saling
menguntungkan dan bagi kita yang mengaplikasikanya tentu saja akan sangat
menguntungkan sekali, karena lahan yang dipakai tidak akan terlalu luas.
Teknologi akuaponik merupakan teknologi kombinasi akuakultur dan hidroponik
yang bertujuan untuk memelihara ikan dan tanaman dalam satu sistem yang saling
terhubung (Sibarani, 2013). Limbah yang dihasilkan oleh ikan seperti feses dan
pakan, digunakan sebagai pupuk untuk tanaman. Kemudian air yang dialirkan dari
media pemeliharaan dibersihkan olah tanaman sehingga dapat digunakan kembali
oleh ikan (Wahap, 2010). Menurut Rokocy interaksi antara ikan dan tanaman
menghasilkan lingkungan yang ideal untuk tumbuh sehingga lebih produktif dari
metode tradisional.
Ikan adalah kunci dalam sistem akuaponik. Ikan menyediakan hampir semua
nutrisi bagi tanaman. Ada berbagai jenis ikan yang dapat digunakan dalam sistem
akuaponik. Jenis ikan ini tergantung pada iklim lokal dan jenis yang tersedia di
pasaran, tetapi yang paling sering digunakan dan terpercaya mempunyai hasil
lebih yaitu ikan lele (Suryani, 2015). Akuaponik tidak hanya baik untuk sayuran
hijau. Akuaponik akan menumbuhkan hampir semua jenis sayuran. Beberapa
varietas sayuran buah yang berkinerja baik adalah; sawi, tomat, cabe, melon dan
beragam jenis sayuran buah yang lain. (Zidni, 2013)
Beberapa manfaat yang didapat dari sistem akuaponik ini adalah Populasi
tanaman organik yang dapat ditanam 10 kali lipat lebih banyak. Dengan
aquaponik tanaman dapat ditanam dengan kerapatan tinggi dengan sistem
terapung di atas air sehingga sistem ini mampu menampung hingga 10 kali lipat
jumlah tanaman pada luasan yang sama. Setiap akar tanaman juga akan selalu
mendapat pasokan air yang kaya akan zat hara (Sibarani, 2013). Manfaat lain
8
yaitu dapat digunakan sebagai alternatif pertanian modern di wilayah perkotaan
dengan lahan minimalis disaat krisis pandemi menerpa. Pada masa pandemi ini
masyarakat dituntut untuk tidak keluar rumah. Hal ini menimbulkan masalah lain
yaitu kebutuhan pangan yang tidak tercukupi. Maka teknologi mampu digunakan
untuk memenuhi kebutuhan pangan dengan cara bertani mandiri dirumah.
2.4 Hybrid Solar Energy
Sel surya pada dasarnya adalah sebuah fotodioda yang dirancang dengan
mengacu pada efek fotovoltaik sedemikian rupa, sehingga dapat mengubah energi
cahaya seefisien mungkin menjadi energi listrik (Diputra, 2008). Sel surya bekerja
berdasarkan efek fotoelektrik pada material semikonduktor untuk mengubah
energi cahaya menjadi energi listrik (Mario, 2008). Sistem pembangkit listrik
hybird didefinisikan sebagai suatu sistem pembangkit tenaga listrik yang
menggabungkan dua atau lebih pembangkit dengan sumber energi yang berbeda,
umumnya digunakan untuk isolatedgrid, sehingga diperoleh sinergi penerapannya
dapat menghasilkan keuntungan ekonomis maupun teknis (Kunaifi, 2010).
I-CITYFARM bekerja dengan memanfaatkan suplai energi terbarukan
menggunakan solar panel dan MFCs dengan bentuk rancang bangun sistem
pertanian berkelanjutan berupa akuaponik. Solar energy yang menghasilkan
energi listrik digunakan untuk menyalakan lampu LED sebagai penerangan
tanaman di malam hari yang dapat dikendalikan dengan sistem IoT dan untuk
tenaga penyalaan pompa. Sistem Akuaponik yang dilengkapi pengelolaan limbah
makanan menggunakan sistem MFC dual-chamber dengan pemanfaatan EM4
sebagai zat penghasil mikroorganisme dan pupuk cair. Sistem Arduino juga
membantu untuk mengalirkan pupuk cair yang dihasilkan dari MFCs secara
otomatis berdasarkan sensor kelembapan dan nutrisi yang ada pada tanah dan air.
Panel surya sebagai penyuplai energi listrik dengan memanfaatkan energi cahaya
matahari dan dapat mengurangi biaya penggunaan listrik.
9
internet dengan harapan sistem tersebut dapat membantu orang-orang dalam
melakukan suatu tugas atau pekerjaan. Dalam implementasinya, IoT
membutuhkan suatu protokol dalam proses peredaran datanya. Internet of Things
adalah konsep yang muncul dimana semua alat dan layanan terhubung satu
dengan yang laindengan mengumpulkan, bertukar dan memproses data untuk
beradaptasi secara dinamis (Budioko,2016).
Pengggunaan komputer di masa depan akan mampu mendominasi
pekerjaan manusia dan akan menggantikan pekerjaan manusia agar lebih efisien
seperti mengontrol peralatan elektronik dari jarak jauh menggunakan media
internet, IoT (Internet Of Things) memungkinkan pengguna untuk memanfaatkan
peralatan elektronik yang terkoneksi dengan menggunakan internet agar dapat
membangun komunikasi antara komputer dengan peralatan elektronik dan mampu
bertukar informasi diantara mereka sehingga mengurangi interaksi manusia.
Sistem IoT juga akan membuat pengguna internet di dunia semakin meningkat
dengan berbagai fasilitas dan layanan internet yang ditawarkan perusahaan
telekomunikasi. Tantangan utama IoT adalah menjembatani kesenjangan antara
dunia fisik dan dunia informasi seperti bagaimana mengolah data yang diperoleh
dari peralatan eletronik melalui sebuah interface antara pengguna dan peralatan
elektronik. Sensor mengumpulkan data mentah fisik dari skenario real-time dan
dikonversikan ke dalam bahasa yang dimengerti sehingga akan mudah bertukar
data diantara pengguna dan peralatan elektronik.
10
Kini kita memiliki potensi Internet of Thing (IoT) sebagai salah satu
solusi untuk berbagai permasalahan yang sebenarnya sudah terlihat sejak tren ini
pertama kali mendunia. Dimana IoT disinyalir mampu mempermudah
pengawasan lahan produksi hanya dalam genggaman atau melalui smartphone.
Dengan IoT ini perkembangan dunia pertanian melangkah ke jenjang selanjutnya.
Penggunaan IoT bisa mewujudkan pertanian presisi dan pertanian pintar.
Penggunaan sensor yang diterapkan dilahan pertanian memungkinkan petani
mendapatkan informasi detail tofografi, tingkat kesuburan,keasaman hingga suhu
tanah, bahkan bisa mengukur cuaca untuk beberapa hari mendatang (ITU-T,
2012). Dengan penerapan teknologi IoT (Internet of Thing) pada tanaman
hidroponik ini, harapannya adalah berbagai parameter lingkungan pada sistem
hidroponikbisa diakses dari jarak jauh dengan memanfaatkan teknologi IoT
(Internet of Thing), dengan tujuan meminimalisasi intervensi manual dan
menghasilkan sistem hidroponik yang cerdas dengan bantuan teknologi.
11
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
12
3.2.3 Persiapan Jembatan Garam
Salt bridge (jembatan garam) adalah salah satu jenis PEM (proton
exchange membran) yang peneliti gunakan karena harganya yang relatif
murah dan mudah dibuat. Tidak jarang juga pada penelitian yang lain
menggunakan PEM jenis Nafion 117 untuk membrane penukar ion-nya.
Pembuatan jembatan garam dilakukan dengan mempersiapkan pipa PVC
bekas berukuran 5/8” dipotong sepanjang 10 cm, kemudian masak agar-
agar yang dicampur dengan garam dengan takaran 2 sendok teh untuk
agar-agar dan 5 sendok teh untuk garam. Setelah mendidih dan cukup
kental masukan agar-agar yang telah tercampur garam kedalam pipa lalu
tunggu hingga mengeras. (Lampiran 5).
13
Pada persiapan pertama yaitu pada sistem kontrol pada akuaponik
terdapat beberapa komponen yang bekerja. Komponen tersebut antara lain
adalah :
a. Arduino sebagai Mikrokontroler atau otak dari keseluruhan
rangkaian yang akan dibuat.
b. Sensor DHT22 merupakan komponen yang digunakan untuk
membaca kelembapan dan suhu.
c. Sensor pH adalah sensor yang digunakan untuk mengetahui
derajat keasaman. Sensor pH yang digunakan dalam penelitian
ini adalah SKU SEN 0161.
d. Relay merupakan komponen yang digunakan untuk mengatur
hidup dan matinya lampu bolham, kipas dan pompa air.
e. ESP8266 berfungsi sebagai modul wifi untuk menghubungkan
mikrokontroler ke jaringan wifi sebagai media monitoring.
f. Sensor larutan nutrisi Sensor ini digunakan untuk mengetahui
nilai Electrical Conductivity (EC) dari larutan nutrisi. Nilai ppm
dihitung dari EC larutan. EC merupakan penghantar listrik yang
ada pada cairan. Nilai EC atau ppm didapat dari pengukuran
perlawanan antara dua probe (pin steker) ketika steker terendam
dalam cairan.
14
Persiapan yang kedua adalah tentang pemasangan paket android
format .apk aplikasi Bylink. Aplikasi Bylink dapat didownload melalui
Playstore. Setelah penginstalan paket, selanjutnya yaitu menyiapkan
coding untuk aplikasi Bylink dan juga mendesain interface.
MFC
Tabel Alat dan Bahan pada penelitian ini dapat dilihat pada lampiran.
15
3.5 Pengukuran Tegangan (v) pada Sistem MFC
16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 4.1 Desain teknologi I-CITYFARM tampak isometri (kiri) dan tampak
custom (kanan). Sumber: Penulis, 2023
Terdapat beberapa komponen dalam teknologi I-CITYFARM antara lain
pompa, controller, tangki, LED, pipa, solar cell, sistem MFC, sensor nutrisi,
sensor Ph dan system aquaponik. Pada bagian kompartemen agitasi digunakan
kompartemen yang berasal dari drum bekas 40 liter dengan dimensi 50 cm dan
diameter 35 cm pada kompartemen agitasi berisi limbah makanan yang dicampur
dengan air limbah cucian beras dengan perbandingan 1:4. Pada kompartemen ini
terjadi proses pengadukan sekaligus pengendapan antara air cucian beras dengan
air limbah organik. Zat cair campuran yang dihasilkan dari kompartemen tersebut
disalurkan menggunakan pipa menuju bagian MFC
Desain alat MFC menggunakan sel elektrokimia dengan sistem dual-
chamber yang terdiri dari kompartemen katoda dan kompartemen anoda.
17
Kompartemen tersebut terbuat dari drum bekas 20 liter yang memiliki dimensi
tinggi 50 cm dan diameter 23 cm. Pada kompartemen anoda terdapat air campuran
yang disalurkan dari kompartemen agitasi, selain itu terdapat EM4 yang
digunakan sebagai penghasil mikroorganisme yang berfungsi untuk
mendegradasikan senyawa substrat pada zat cair campuran tersebut. kemudian
dihubungkan dengan jembatan garam menggunakan Ultrex CMI-7000 (Bahera et
al, 2010) menuju kompartemen katoda. Kompartemen katoda berisi H2O dan
NaCl. Sistem MFC yang telah peneliti buat menggunakan elektroda yang berasal
dari tembaga. Tembaga memiliki daya hantar listrik yang baik dan harga relatif
murah. Tembaga yang digunakan sebagai elektroda memiliki dimensi diameter 5
mm, sedangkan pada bagian system aquaponic di lengkapi dengan pipa dengan
diameter 3 inch dan jarak antar tanaman sebesar 20 cm yang akan digunakan
untuk menamam sayuran sawi. Pada bagian aquaponic menggunakan ikan lele
dikarenakan pemeliharaan yang mudah dan hasil yang maksimal.
4.2 Mekanisme Teknologi I-CITYFARM
Terjadi Proses pengadukan dan pencampuran limbah makanan dan air
cucian beras pada kompartemen agitasi kemudian limbah cair yang dihasilkan dari
system tersebut diteruskan menuju system microbial fuel cells dan terjadi proses
degradasi senyawa yang terkandung di dalam limbah cair untuk menghasilkan
proton dan elektron. Beda potensial tersebut akan menghasilkan energi listrik
yang akan disimpan menuju baterai dengan jenis lithium Iophospate (Ester, 2012).
Sedangkan pupuk cair yang dihasilkan dari system MFC tersebut dialirlkan
menuju tangki untuk dicampur dengan air yang didapatkan dari sumber air
melalui pipa dan pompa. Pencampuran tersebut dilakukan pada air dan pupuk cair
ini menggunakan perbandingan 10:1. Dari tangka tersebut akan disalurkan menuju
system hidroponik apabila sensor nutrisi dari system hidroponik belum memenuhi
maka valve akan membuka dan pompa akan mengalirkan nutrisi berupa pupuk
cair yang berasal dari tangka system microbial fuel cells tersebut. Energi listrik
yang dihasilkan dari solar cells akan digunakan untuk menyuplai kebutuhan listrik
dari pompa dan lampu LED sehingga dapat menghemat pengeluaran biaya listrik.
System I-CITYFARM menghasilkan beberapa produk antara lain sayuran sawi,
ikan lele, pupuk cair, kompos, energi listrik serta pengolahan limbah makanan.
18
4.3 Pengujian Prototype I-CITYFARM
Terdapat 2 Protoype dari Teknologi I-CITYFARM yaitu prototype sistem
MFC dan Prototype aquaponic. Dilakukan beberapa pengujian menggunakan
prototype teknologi I-CITYFARM untuk mengetahui pupuk cair yang dihasilkan,
Energi listrik yang dihasilkan, kompos yang dihasilkan dan perkembangan
tanaman dan ikan pada system aquaponic.
19
Gambar 4.3 Pengujian Nilai PPM pupuk pada sistem akuaponik
20
sistem MFC yang berupa tegangan (V). Tegangan diukur selama satu jam
sekali yang diambil selama 24 jam. Pengukuran Tegangan menggunakan
Voltmeter. Tegangan yang dihasilkan dalam penelitian ini disajikan pada
gambar 3 yang menyatakan nilai tegangan terhadap waktu.
Grafik Tegangan
250 Tegangan Poly. (Tegangan)
200
150
Tegangan (mV)
100
50
0
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Waktu (Jam)
21
4.4 Perancangan Sensor dengan Bylink android
22
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berikut beberapa kesimpulan yang didapat dalam penelitian I-CITYFARM.
5.2 Saran
1. Dilakukan penelitian lebih lanjut terkait perbandingan system I-
CITYFARM yang terintegrasi dengan system otomatis dengan system
pertanian aquaponic secara manual
2. Melakukan uji pupuk cair organik secara detail terkait komposisi pupuk
tersebut
3. Membuat variasi substract selain dari limbah makanan untuk dijadikan
perbandingan dengan system I-CITYFARM
23
DAFTAR PUSTAKA
Affan & Eko. 2017. Prototype Penyiram Tanaman Otomatis Dengan Sensor
Kelembaban Tanah Berbasis Atmega 328. Lamongan:Universitas Islam
Lamongan
Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah mada
University Press. Yogyakarta
Behera, Jana. 2010. Rice Mill Wastewater Treatment In Microbial Fuel Cells
Fabricated Using Proton Exchange Membrane And Earthen Pot At
Different pH. Bioelectrochemistry 79: 228-233.
Clemmens, A.J. & D.J. Molden. 2007. Water Uses and Productivity of Irrigation
System. Irrigation Science 25:247-261
Ester, K. 2012. Produksi Energi Listrik Melalui Microbial Fuel Cell
Menggunakan Limbah Industri Tempe. Fakultas Teknik. Program Studi
Teknologi Bioproses. Universitas Indonesia.
Food and Agriculture Organization. 2011. FAO in the 21st Century, Ensuring
Food Security in a Changing World. Rome.
Food and Agriculture Organization. 2011. Global Food Losses and Food Waste:
Extent, Causes and Prevention. Rome.
Hadisuwito, S. 2007. Membuat Pupuk Kompos Cair. Jakarta: Agro Media
Pustaka.
Ibrahim B. Pipih S. Syeila R. 2014. Kinerja Rangkaian Seri Sistem Microbial
Fuel Cell Sebagai Penghasil Biolistrik Dari Limbah Cair Perikanan. JPHPI
2014. Volume 17, Nomor 1.
Ieropoulos, I., J. Greenman 2008. Microbial fuel cells based on carbon veil
electrodes: stack configuration and scability. Internasional Journal Of
Engergy Research.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2018. Komposisi Timbulan
Sampah Berdasarkan Jenisnya.
Kurniawati, Lia. 2010. Pengaruh Pencahayaan LED. Jakarta: Fakultas Teknik
Universitas Indonesia.
Lingga. 2011. Pengaruh Cahaya Terhadap Tumbuhan. Jakarta: Institut Pertanian
Bogor.
Logan and Regan. 2006. Electricity-Producing Bacterial Communities In
Microbial Fuel Cells. TRENDS in Microbiology 14: 512-518.
Logan, BE. 2008. Microbial Fuel Cell. United States of America: A John Wiley
& Sons Inc.
Molden, D.J. 2007. Water for Food Water for Life : A Comprehensive Assesment
of Water Management in Agriculture. International Water Management
Institute. Colombo.
Pulungan, Ashwin. 2017. Permasalahan Inti Pertanian Tanaman Pangan di
Indonesia. Kompasiana diakses pada tanggal 2 Oktober 2019 pukul 11.20.
The Economist Intelligence Unit. 2018. Food Sustainable Index.
Zahara. 2010. Pemanfaatan Saccharomyces Cerevisiae Dalam Sistem Microbia
Fuel Cell Untuk Produksi Energi Listrik. Fakultas Teknik. Program Studi
Teknik Kimia. Universitas Indonesia.
Lingga, P. dan Marsono. 2000. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta : Penebar
Swadaya.
24
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PESERTA DAN DOSEN
PEMBIMBING
25
26
27
LAMPIRAN PENDUKUNG
Lampiran 1. Tabel 1. State of The Art Sistem MFC
28
Lampiran 2. Tabel 2. Alat dan Bahan
NO ALAT DAN BAHAN KETERANGAN
1. Botol bekas 3 buah
2. LED 3 buah
3. Kabel 1 meter
4. EM4 1 botol
5. Garam 1 bungkus
6. Agar-agar 1 bungkus
7. Gula Merah 1 kg
8. Limbah Makanan 1 buah
9. Air cucian beras 1 buah
10. Relay 1 buah
11. Panel Surya 1 buah
12. Pompa 1 buah
13. Pipa 1 buah
14. Arduino 1 buah
15. Pot Bunga 1 buah
16. Flow Sensor YF-S201 1 buah
17. Handphone Android 1 buah
18. Holesaw 1 buah
19. Sensor DFT-22 1 buah
20. Sensor pH 1 buah
21. Sensor Larutan Nutrisi 1 buah
29
Lampiran 3. Tabel 3. Pengeluaran Sistem I-Cityfarm
30
Lampiran 4. Tabel 4. Pendapatan I-CITYFARM
No
Keterangan Jumlah No
Keterangan Jumlah
Lebar halaman Limbah makanan ( 3
1 15
(m) 1 kg) 3
Air ( perbandingan
2 Banyaknya pipa 15
2 1:2) liter 6
Pupuk yang
Jarak per tanaman
3 20 dihasilkan ( liter)/
(cm)
3 hari 5
Yang digunakan
4 Jumlah tanaman 1125
4 (liter) 1
Harga tanaman
5 rp 2.000
sayur/ ikat 5 Sisa 4
1 ikat sawi ( 2 Harga pupuk cair
6 2
tanaman) 6 organik Rp 10.000
Pendapatan 1
rp 1.125.000
bulan 7 Hasil pupuk cair Rp 40.000
Pendapatan 1 bulan Rp 1.200.000
Ukuran kolam ( 3 x
1 2x 1 ) m3 6 1 Limbah makanan (kg) 3
Kompos yang
2 Jumlah ikan 1000 2 dihasilkan 2
Berat ikan saat panen Total kompos selama 1
3 (gr) 80 3 bulan 60
4 Total berat ( gr) 80000 4 Harga 1 kompos ( 5 kg) Rp. 5.000
5 Total berat (kg) 80 pendapatan 1 bulan Rp. 300.000
6 Harga ikan lele /kg Rp. 20.000 Total pendapatan
31
Rp. rp 3.425.000
Pendapatan 1 bulan 800.000
Perhitungan BEP
Dimana diketahui Fc
= Rp. 8.110.000,-
Vc= Rp. 1.293.595,-
P = Rp 3.425.000,
BEP = Rp. 13.032.00
Waktu = 3,8 bulan
32
Lampiran 5. Tahap Persiapan Jembatan Garam
Persiapan Eksperimen
33
Lampiran 6. Perhitungan Energi Listrik
Pada penelitian saat ini energi yang dihasilkan dari solar cells berdasarkan
perhitungan secara teoritis dengan asumsi lama penyinaran selama 6 jam. Berikut
merupakan spesifikasi solar cell dan baterai yang digunaka dalam system I-
CITYFARNM.
Tabel Spesifikasi Solar sell
No Parameter Nilai
1 Maksimum Power Point (Pmax) 200 W
Maksimum Power Voltage
2 36.2 V
(VMP)
3 Amperage (IMP) 5.70 A
4 Open Circuit Voltage (VOC) 44.0 V
5 Arus Sirkuit Pendek (ISC) 6.06 A
6 Ukuran (mm) 1345 x 990 x 40
7 Berat (kg) 13
34
Lampiran 7. Tahap Eksperimen
35
Lampiran 8. Flow Chart Penelitian
Start
Studi Literatur
Ya
Hasil dan
Pembahasan
Analisa
Keuangan
Finish
36