Susi Hartanto
e-mail: susi.fdtp@uph.edu
ABSTRACT
Through a 3-year community service scheme (6 periods), 4 periods have been conducted. There are 3
stakeholders in this program: study program, community research partner, and brand partner. Along
the process, community service partner has understood and be able to collaborate using digital
method to produce clothing collections for brand partner. But although the stitching quality is well,
cost prices are mostly found too high, not suitable for brand partner’s retail prices. Through this
community service period, the aims are: 1) to train cost sheet making for each sku made; 2) to provide
knowledge of target retail price and its calculations; 3) to provide knowledge on many components of
clothing costs, including margin fees on multiple fashion platforms in Indonesia. This period is the last
step of training and focus more on production and business mindsets before letting community service
partner to go independent in the last period.
ABSTRAK
Melalui skema PkM yang disusun dalam 3 tahun (6 periode), telah dilaksanakan 4 periode. Ada 3
pihak yang bekerja sama disini: UPH, mitra PkM, dan mitra brand. Melalui proses ditemukan bahwa
mitra PkM telah mengerti dan bisa bekerja sama memanfaatkan metode digital untuk menghasilkan
koleksi pakaian bagi mitra brand. Namun sering ditemukan bahwa pakaian yang dihasilkan, walaupun
sudah baik adanya, namun tidak bisa dijual sesuai target harga ritel mitra brand (terlalu mahal).
Melalui PkM periode 5 ini, tim PkM UPH bertujuan: 1) memberikan pelatihan membuat cost sheet
(lembar biaya) untuk setiap SKU yang dibuat melalui berbagai studi kasus pembuatan pakaian bagi
mitra brand; 2) memberikan wawasan mengenai target harga ritel dan perhitungannya; 3)
memberikan wawasan mengenai cara kerja dan margin fee berbagai platform fesyen di Indonesia dan
pengaruhnya terhadap biaya produksi. Periode ini adalah langkah terakhir pelatihan yang lebih
banyak berkutat di bagian produksi dan cara pikir bisnis bagi mitra PkM sebelum dibiarkan mandiri
pada periode terakhir (periode 6).
PENDAHULUAN
Dalam berbagai kesempatan membuat pola pakaian bagi mitra brand, dalam prosesnya masih
ditemukan banyak sample yang bila dihitung harganya berkisar antara Rp140,000 hingga Rp170,000,
belum termasuk biaya foto, pengiriman, dan lain-lain. Sample dengan harga seperti ini tidak bisa
diteruskan untuk produksi karena pastinya susah dijual baik untuk klien B2B ataupun B2C. Target
harga ritel yang umumnya dijual mitra brand berkisar antara Rp249,900 hingga maksimal Rp349,900.
Harga ini belum termasuk potongan komisi bagi platform fesyen yang bekerja sama dengan mitra
brand, misalkan Zalora. Untuk sistem Zalora, produk dengan harga Rp249,900 dikenakan komisi
sebesar Rp79,978. Sehingga, margin tersisa bagi brand hanyalah Rp169,922, belum dipotong biaya
produksi baju dan lain-lain. Dengan simulasi sederhana ini, jelas bahwa mitra PkM belum bisa
menghasilkan produk yang memiliki daya jual. Walaupun secara kualitas pola, kualitas potongan,
model baju sudah dianggap baik, namun harga adalah faktor yang sangat penting. PkM periode 1-4
memberikan pelatihan dengan banyak studi kasus untuk mengulik masalah pola pakaian dengan
metode digital. Untuk PkM periode 5-6 akan lebih mengulik masalah bisnis sehingga produk yang
dihasilkan tepat sasaran.
Gambar 1. Contoh Rekap Jenis & Harga Kain Sederhana yang Dibeli untuk Pembuatan Sample &
Contoh Rekap Foto Kain dan Spesifikasinya
Sample ada kalanya salah dibuat, entah karena pola 2D yang salah, atau karena kesalahan menjahit,
bingung membaca pola, dan lainnya. Material dan sample yang terbuang karena salah juga wajib
dikumpulkan dan didata karena merupakan biaya yang harus ditanggung. Adapun kekurangan
ataupun kelebihan kain juga wajib didata untuk menjadi bahan Quality Control dan agar tidak
dicurangi karyawan. Semakin kecil margin of error, maka akan semakin efisien biayanya.
aksesoris khusus biasanya akan lebih mahal biaya produksinya, karena ada biaya custom atau biaya
hunting untuk mencari aksesoris tersebut.
Biaya Pengiriman
Biaya pengiriman disini termasuk biaya pengiriman kain atau barang dari supplier, bisa melalui jalan
darat, laut, ataupun udara. Untuk jumlah kecil, pengiriman paket udara lebih cepat, misalkan untuk
pengiriman sample kain. Untuk pengiriman jumlah besar, jalan darat dan laut lebih disarankan karena
lebih murah, walaupun memakan waktu lebih lama. Namun untuk pengiriman laut biasanya ada
minimum sebesar 0.5cbm (sekitar 450 pcs baju). Biaya pengiriman per pc baju biasanya memakan
biaya sekitar Rp30,000.
Biaya Foto
Ada beberapa jenis foto yang umumnya digunakan di industri fesyen, misalkan foto katalog, atau
lookbook, atau flatlay. Foto katalog diwajibkan untuk menjual di platform fesyen. Foto lookbook dan
flatlay biasanya digunakan untuk kebutuhan branding ataupun kampanye, ataupun konten media
sosial. Dari sisi harga, foto katalog dengan model (baik lokal ataupun internasional) bervariasi antara
Rp75,000 hingga Rp150,000 per sku tergantung penyedia jasa dan pengalaman model. Ada pula
penyedia jasa yang menghitung biaya foto per sesi atau per jam, dengan biaya make up dan hair do
terpisah. Sehingga, bila dibagi rata, bisa dihitung biaya foto per pc pakaian.
Biaya Kemasan
Brand pakaian saat ini lebih banyak berjualan online, dan biaya kemasan adalah salah satu yang harus
diperhatikan. Contohnya, bila menggunakan kemasan online standar Zalora, penjual harus
memperhitungkan ada tambahan biaya sekitar Rp2,090 hingga Rp 2,790 per pc, dan ekstra biaya
plastik bening yang biasa digunakan untuk baju.
Biaya Cetak
Untuk setiap transaksi online, ada lembar-lembar yang harus dicetak, misalkan invoice, lembar
pengiriman, lembar pengambilan barang oleh kurir, dan sebagainya, untuk ditempelkan pada paket
atau ditandatangani kurir. Walaupun biayanya cenderung kecil, namun tetap wajib diperhitungkan
dalam lembar biaya.
produksi, sistem marketplace lebih diminati. Hanya tersisa brand-brand besar yang masih
menggunakan sistem katalog. Komisi untuk sistem marketplace bervariasi antara 1% hingga 45%.
Komisi ini merupakan salah satu faktor terpenting dalam menentukan untung ruginya penjualan
brand pakaian.
Platform Biaya Margin Biaya Retur Pesanan Biaya Lain-Lain (Voucher,
(Marketplace Iklan, dan lainnya)
Dropship)/ Biaya
Admin
Zalora 22% + Rp25.000 per pc ; Rp 25.000 per pc per Biaya voucher antara 40%-
per transaksi; transaksi; tambahan Rp 100% tergantung jenis
tambahan Rp 5.000 5.000 untuk tambahan kampanye; dibebaskan sesuai
untuk tambahan pc pc dalam transaksi keinginan penjual
dalam transaksi yang yang sama
sama
Zilingo 20% + Rp5.000 + Tidak ada Diskon tambahan tergantung
Rp9.000 keinginan penjual
Ilotte 25-28% Tidak ada
Yuna & Co 35% Tidak ada
Bobobobo 35% (negotiable) Tidak ada
Shopee 2-3% Tidak ada Diskon tambahan tergantung
Tokopedia 1% Tidak ada keinginan penjual; biaya top-
up iklan
Biaya Perlengkapan
Adapun biaya perlengkapan meliputi lakban, plastik bening, bubble wrap, tinta printer, pulpen, kertas,
dan sebagainya yang sering dipakai untuk kebutuhan penjualan online. Walaupun kecil nilainya,
namun tetap wajib dimasukkan sebagai komponen biaya.
Biaya Pemasaran
Segala bentuk promosi, baik dalam bentuk promosi yang terintegrasi dengan kampanye platform
fesyen, ataupun promosi yang dilakukan independen oleh brand, merupakan biaya yang wajib
dihitung. Berikut contoh biaya promosi oleh influencer dan promosi offline.
Biaya Overhead
Pada umumnya, perusahaan akan menambahkan komponen yang disebut overhead cost.
Biaya overhead adalah biaya yang tidak dapat dikaitkan secara langsung dengan produksi suatu
produk atau jasa. Ini adalah jenis pengeluaran atau biaya yang terjadi pada segala jenis perusahaan.
Beberapa contoh yang terkait langsung dengan mitra brand misalkan biaya sewa properti, biaya
karyawan, biaya pelaporan pajak, depresiasi mesin, biaya telepon, yang sifatnya bisa tetap atau semi
tetap. Penetapan jumlah overhead bisa bervariasi tergantung masing-masing perusahaan, misalkan
antara 5 hingga 15%. Misalkan biaya produksi 1 baju adalah Rp100,000, dengan penambahan
overhead 10% misalkan, maka biayanya menjadi Rp110,000.
Memang ada beberapa faktor yang menentukan harga jual ritel, misalkan market yang dituju,
keunggulan kompetitif yang dijual brand. Apakah konsumen yang dituju mencari produk yang aman di
kantong? Atau segmen yang dituju adalah konsumen yang mencari produk berkualitas tinggi. Apakah
branding yang dilakukan sesuai dengan harga ritel yang dituju?
Tim PkM memberikan simulasi perhitungan menggunakan cara 1-3, sehingga mitra PkM bisa melihat
sendiri dan menentukan posisi sebagai supplier tentang cara memberikan harga yang tepat bagi klien.
Dalam prakteknya, mitra brand menggunakan kombinasi cara 2 dan 3 dalam menentukan target
harga ritel.
Setelah melalui periode PkM sebelumnya, semua permasalahan ini sudah mulai diselesaikan perlahan
bersama melalui penyuluhan informasi fesyen dan studi kasus pembuatan pola digital. Namun etos
kerja yang selalu sering telat dengan berbagai alasan ini yang masih agak susah diperbaiki. Dari
periode sebelumnya, mitra bisa melihat banyak keuntungan dan efisiensi dari R&D secara digital, dan
bahwa proses membuat hingga menjual 1 baju membutuhkan proses yang panjang. Proses dari pola
ke produk jadi melewati banyak revisi dan penyesuaian. Setelah memiliki foto katalog pun produk
belum bisa dijual karena butuh diunggah ke channel penjualan yang sesuai. Ketiga periode ini lebih
memberikan insight kepada mitra PkM mengenai cara kerja R&D industri baju secara lebih digital dan
komprehensif.
Sehubungan dengan kemandirian mitra, jika memang mitra PkM lebih ingin maju dan bergerak ke
digital, dibutuhkan investasi terutama investasi waktu, SDM dan perlengkapan. Investasi waktu dan
SDM adalah untuk pelatihan intensif belajar software (diperkirakan 1-2 tahun). Investasi
perlengkapan antara Rp15-25 juta untuk membeli komputer dengan spesifikasi yang cukup untuk 3D.
Tim PkM UPH telah memperlihatkan, mencontohkan segala kemungkinan dan keuntungan metode
digital, memberikan contoh studi kasus, proyek dan klien yang nyata. Bisa dilihat bahwa mitra PkM
cukup antusias dan takjub akan manfaat metode digital. Namun semua itu kembali lagi ke mitra PkM
apakah ingin dikembangkan secara mandiri lebih lanjut. Memang skema PkM ini belum selesai,
karena baru berjalan setengah dari periode yang direncanakan.
Pergeseran dari manual ke digital juga bukannya tidak mungkin, karena cukup banyak pengrajin di
Bali, Jepara dan daerah lainnya yang belajar software otodidak untuk meningkatkan ketrampilan
manual mereka yang sudah luar biasa. Software seperti Solidworks untuk kebutuhan desain mebel,
atau Rhinogold untuk kebutuhan desain perhiasan, bahkan jauh lebih kompleks dibandingkan
software untuk pakaian seperti Clo3D. Semua kembali lagi ke niat sendiri.
Sehubungan dengan pandemi, ada permasalahan mitra PkM lain: 1) berkurang pesatnya pemasukan
dari murid les pola ataupun les jahit, 2) berkurang drastis pesanan baju pesta (yang tadinya adalah
pemasukan kedua setelah uang les). Untuk periode ini, PkM periode 4 sudah berusaha untuk fokus
membantu menyelesaikan permasalahan pandemi ini terlebih dulu.
Untuk PkM periode ini, tim PkM membantu mitra PkM untuk menghasilkan produk yang lebih tepat
sasaran, sehingga bisa dijual sesuai target harga ritel klien.
KETERKAITAN
PkM kali ini kembali bekerja sama dengan brand pakaian Lovadova. Lovadova adalah brand pakaian
yang dirintis pada 2013 di Vietnam dengan konsep menggunakan kain sisa dari industri fast fashion
(remnant fabrics), dengan kapasitas produksi 400-500 pcs per bulan. Model pakaiannya bersifat
kasual, berukuran one size, untuk peruntukan wanita 20-30an. Lovadova memiliki cabang di Vietnam
dan Indonesia. Vietnam diperuntukkan untuk produksi, R&D, dan penjualan; Indonesia diperuntukkan
untuk penjualan, branding, dan R&D. Harga ritel (apabila dikonversikan dari VND ke IDR) berkisar
antara Rp 249.900 hingga Rp349.900,-.
Lovadova Vietnam dijual di berbagai platform e-commerce seperti Lotte, Adayroi, Shopee, dan Yes24.
Lovadova Indonesia tersedia di platform e-commerce Zalora, Zilingo, ilotte, Tokopedia, dan Shopee.
Kedua cabang Lovadova memang sama-sama melakukan penjualan, namun untuk saat ini, produksi
hanya dilakukan di Vietnam. Sehingga mitra PkM lebih cocok bekerja sama dengan Lovadova
Vietnam.
Secara kategori produk, Lovadova menjual sekitar 50% dress, 10% atasan, 10% bawahan, 10%
playsuit/ jumpsuit/two-piece, 10% produk lainnya (lingerie, luaran). Sehingga produksi akan lebih
ditujukan untuk produk dress sebagai kategori utama.
Untuk periode PkM 3B, Lovadova Vietnam berperan membantu produksi dari sample yang telah
dihasilkan untuk kuantitas 1 SKU = 5 pcs sebagai produk untuk tes pasar. Umumnya dalam industri
pakaian, 1 SKU bisa diproduksi minimal 50 pcs hingga ribuan pcs. Sesuai prinsip economies of scale,
semakin banyak kuantitas yang diproduksi, maka harganya semakin murah. Untuk jumlah yang hanya
5 pcs, harga dan kualitas produksi Lovadova sangat kompetitif dibandingkan bila dikerjakan di Jakarta.
Hasil produksi kemudian diteruskan untuk foto katalog dan pembuatan konten agar bisa dijual sesuai
standar platform online.
Untuk harga ritel normal (sebelum diskon), umumnya dijual pada kisaran Rp249,900 hingga 349,900.
Mitra brand sudah pernah bereksperimen untuk menjual di kisaran hingga Rp399,900, namun agak
sulit diterima pasar. Untuk harga diskon, biasanya diberikan di kisaran maksimal 35% dengan catatan
tanpa kombinasi promosi lainnya. Belakangan, platform fesyen gemar menggunakan kampanye
voucher, dimana para penjual diminta berpartisipasi memberikan kode voucher yang bervariasi,
misalkan diskon tambahan 20%. Promosi voucher ini memang dinilai lebih efektif bagi konsumen
karena ada tambahan diskon diluar diskon harga produk. Bagi penjual, promo ini cukup menjadi pisau
bermata dua, karena jika mengikuti promosi, maka margin keuntungan yang tersisa sangat sedikit,
dan bila tidak mengikuti promosi, maka kesempatan berjualan akan sangat berkurang. Mitra brand
dalam hal ini sudah pernah bereksperimen pada keduanya. Sehingga, untuk saat ini, biaya produksi
yang harus sangat dipantau ketat untuk menghindari kerugian.
Pada periode sebelumnya, telah dilihat banyak kemajuan atas hasil dan kualitas pola yang dibuat,
namun masih ada kendala biaya yang tinggi. Banyak pola yang dihasilkan melebihi batas penggunaan
kain, atau hanya memilih kain premium saja, sehingga berefek pada ongkos produksi yang tinggi.
Biaya yang tinggi menyebabkan sulitnya produk dijual ke customer B2C maupun B2B. Kenaikan harga
ritel juga dirasa agak kurang memungkinkan disaat pandemi dimana para kompetitor menjual dengan
harga miring dan platform fesyen meminta diskon besar-besaran untuk menghidupkan pasar ritel
yang lesu, dan branding mitra brand yang belum cocok untuk menjual harga premium. Sehingga mitra
PkM diharapkan bisa menghasilkan koleksi yang tepat dengan melihat segala kendala yang ada, dan
bukannya berkacamata kuda.
Pada periode ini, fokusnya adalah memberikan pelatihan bagi mitra PkM agar bisa menghitung biaya
produksi dengan menggunakan cost sheet dan mempertimbangkan target harga ritel mitra brand,
sehingga mitra PkM bisa menilai sendiri dengan obyektif alasan produknya selalu disebut terlalu
mahal.
PELAKSANAAN KEGIATAN
Merancang Koleksi Bulanan
Sebagai ilustrasi, berikut data koleksi 1 bulan:
Membuat pola 2D dengan program Rhinoceros; menyimpan pola dalam bentuk pdf format
A4 yang siap dicetak; Cetak pola di A4;
Memproduksi sample berdasarkan pola; Revisi minor bila ada; Simulasi harga melalui
excel
Setiap sku dibiasakan diberi kode dan foto untuk memudahkan proses pemeriksaan. Foto aktual
sementara dikosongkan dulu (bisa disusul kemudian setelah foto katalog selesai) untuk
membandingkan referensi dan hasil final. Biaya jahit dihitung sama rata Rp40,000 berlaku untuk
semua jenis pakaian. Budget kain yang dicari adalah dengan budget maksimal Rp30,000 per meter.
Biaya pola dihitung Rp54,000 berlaku untuk semua jenis pakaian. Dengan asumsi produksi 10pcs per
sku, maka biaya pola menjadi Rp5,400 per potong. Biaya aksesoris biasanya seputar penggunaan
karet, tali, kancing, resleting. Biaya aksesoris tidak bisa dipukul rata, namun budgetnya diset maksimal
5% dari biaya total. Adapun biaya foto sebesar Rp75,000 per sku, dengan asumsi produksi per sku
adalah 10pcs, maka biaya per potong adalah Rp 7,500. Biaya overhead di-set sebesar 10%, sehingga
bila ditotal maka harga modal adalah yang tertera pada bagian paling kanan dari tabel di bawah ini.
Revisi minor; bila harga sudah cukup bersaing bisa produksi perbanyak
LEMBAR BIAYA
Sebagai ilustrasi, berikut lembar biaya koleksi Maret 2021.
HASIL KEGIATAN
Ada 29 set (pola, sample, produk jadi) yang dihasilkan dari hasil koleksi 4 bulan. Ada 11 dress, 5
jumpsuit, 5 atasan, 4 luaran, dan 4 bawahan. Pemilihan koleksi terbanyak tetap adalah dress sebagai
kategori yang paling banyak terjual oleh mitra brand Lovadova. Koleksi yang dipilih kebanyakan
menggunaan kain non elastis untuk mempermudah dan mengurangi kesalahan pola dan revisi. Foto
hasil produk akhir berupa foto katalog masih dalam proses sehingga belum bisa ditampilkan.
PENGHARGAAN
Terima kasih kepada LPPM UPH yang telah mendukung PkM ini dengan no PM 001/SoD/II/2021.
DAFTAR PUSTAKA
Bobobobo. 2019. Sales Deck 2019. Unpublished internal company document (diakses pada Desember
2021)
Istyle. 2021. Ilotte Pitch Deck. Unpublished internal company document (diakses pada Desember
2021)
Lovadova. 2021. Unpublished internal company document (diakses pada Desember 2021)
Yuna & co. 2021. Brand Partnership Proposal. Unpublished internal company document (diakses pada
Desember 2021)
Zalora Indonesia. 2021. Marketplace Pitch Pack. Unpublished internal company document (diakses
pada Desember 2021)
Zilingo Indonesia. 2021. Zilingo Agreement T&C. Unpublished internal company document (diakses
pada Desember 2021)