Filsafat Hukum
Filsafat Hukum
DISUSUN OLEH
NAMA : RANDA GUNAWAN
NPM : 221022248
MATKUL : FILSAFAT HUKUM
DOSEN PENGAMPU : DR. Ir. H. SUPARTO, SH, S.IP, MM, M.Si, MH
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2023
1
BAB I
PENDAHULUAN
dianut oleh suatu bangsa, sedangkan pendidikan merupakan suatu cara atau
sistem norma tingkah laku perbuatan yang didasarkan kepada dasar-dasar filsafat
yang dijunjung oleh lembaga pendidikan dan pendidik dalam suatu masyarakat.
Prinsip-prinsip dasar yang telah ditentukan oleh peletak dasar (the founding
2
dasar filsafat bernegara, itulah Pancasila. Dengan pemahaman demikian, maka
Pancasila sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia saat ini mengalami ancaman
dengan munculnya nilai-nilai baru dari luar dan pergeseran nilai-nilai yang terjadi.
Secara ilmiah harus disadari bahwa suatu masyarakat, suatu bangsa, senantiasa
memiliki suatu pandangan hidup atau filsafat hidup masingmasing, yang berbeda
dengan bangsa lain di dunia. Ini yang disebut sebagal local. genius
pandangan hidup dan filsafat hidup dengan bangsa lain. Ketika para pendiri negara
sepenuhnya untuk menjawab suatu pertanyaan yang fundamental “di atas dasar
Jawaban atas pertanyaan mendasar ini akan selalu menjadi dasar dan tolak
ukur utama bangsa ini mengIndonesia dengan kata lain jati diri bangsa akan selalu
bertolak ukur pada nilai – nilai pancasila sebagai filsafat bangsa. Pancasila yang
terdiri atas lima sila pada hakekatnya merupakan sistem filsafat. Pemahaman
epistemologi, dan aksiologi dari kelima sila Pancasila. Secara Ontologis kajian
3
Berdasarkan penjelasan diatas, penulis tertarik menjelaskan mengenai
B. RUMUSAN MASALAH
BAB II
PEMBAHASAN
4
1. PENGERTIAN FILSAFAT HUKUM
Filsafat pada awalnya dikenal pada kisaran tahun 700 SM, di Yunani.
terkonstruksi dari dua suku kata, philos atau philia dan sophos. Philos diartikan
benarbenar jelas digunakan pada masa kaum sois dan Socrates yang memberikan
kata ini pulalah kemudian dikenal philosophy dalam bahasa Inggris, philosophie
dalam bahasa Belanda, Jerman, dan Perancis atau ilsafat atau falsafat dalam bahasa
diperkenalkan pertama kali oleh Heraklitos (540480 SM). Ada pula yang menga
takan bahwa Pythagoras lah yang pertama kali. Akan tetapi, terlepas dari
5
(ilsafat), maka yang terpenting bahwa ilsafat telah menjadi bagian dari peradaban
dunia. Oleh karena itu, yang menarik dipertanyakan adalah apakah ilsafat harus
dideinisikan atau tidak? Pertanyaan di atas, merupakan salah satu bagian yang
penting dalam mengurai dan memahami apa itu ilsafat? Akan tetapi, sebelum
of law, atau rechts ilosoie. Pengertia n ilsafat hukum pun ada berbagai pendapat.
Ada yang me ngatakan bahwa ilsafat hukum adalah ilmu, ada yang me ngatakan
ilsafat teoretis, ada yang berpendapat sebagai il safat terapan dan ilsafat praktis, ada
yang mengatakan seba gai subspesies dari ilsafat etika, dan lain sebagainya.3
Secara sederhana, ilsafat hukum dapat dikatakan seba gai cabang ilsafat yang
mengatur tingkah laku atau etika yang mempelajari hakikat hukum. Dengan kata
lain, ilsafat hukum adalah ilmu yang mempelajari hukum secara ilosois.4 Kelsen
positivis yang kemudian dikenal lahirnya teori hukum murni. Atau Miguel Reale
ontognoseologis kritis. Atau Hart yang mengkaji tradisi Wittgenstein dan Austin
yang menempatkan hukum sebagai suatu fusi dua perangkat kaidah. Pertama
6
kaidah yang menetapkan kewajiban; dan kedua yang meyangkut peng akuan dan
dalamnya dari bangsa Indonesia yang oleh bangsa Indonesia yang di anggap,
paling benar, paling adil, paling bijaksana, paling baik dan paling sesuai bagi
bangsa Indonesia.6 Pancasila sebagai dasar negara sering disebut dasar falsafah
penyelenggaraan negara.
1945 Alinea IV yang secara jelas menyatakan bahwa Pancasila merupakan norma
dasar atau fundamental Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebagai dasar negara
Pancasila. Hal ini berarti juga bahwa semua peraturan yang berlaku di negara
7
Republik Indonesia harus bersumberkan kepada Pancasila. Pancasila sebagai dasar
pemerintahan negara.
“sumber hukum dasar nasional”. Dalam kedudukannya sebagai dasar negara maka
a. Sumber dari segala sumber hukum (sumber tertib hukum) Indonesia. Dengan
Pandangan hidup yaitu pandangan dunia atau way of life, yaitu bagaimana cara
7 www.pengertianahli.com/2013/05/pengertian-pancasila-sebagai-dasar.html?m=1#_
8
mengandung wawasan dengan hakekat, asal, tujuan, nilai, dan arti dunia seisinya,
atau teori tata urutan norma, dapat dipahami bahwa norma dasar atau norma
fundamental negara berada pada puncak piramida. Oleh karena itu, Pancasila
sebagai norma dasar berada pada puncak piramida norma. Dengan demikian,
Pancasila kemudian menjadi sumber tertib hukum atau yang lebih dikenal sebagai
sumber dari segala sumber hukum. Hal demikian, telah dikukuhkan oleh
dimaksudkan sebagai sumber dari tertib hukum negara Indonesia. Menurut Roeslan
Saleh, fungsi Pancasila sebagai sumber segala sumber hukum mangandung arti
Indonesia,
8 TAP MPR No. XX/MPRS/1966 tentang Memorandum DPR-GR Mengenai Sumber Tertib Hukum Republik
Indonesia Dan Tata Urutan Peraturan Perundang Republik Indonesia. TAP MPR-RI No.V/MPR/1973 Tentang
Peninjauan Produk-Produk Yang Berupa Ketetapan-Ketetapan MPR-RI. TAP MPR No. IX/MPR/1978 Tentang
Perlunya Penyempurnaan Yang Termaktub Dalam Pasal 3 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia No: V/MPR/1973.
9
c. Asas-asas yang harus diikuti sebagai petunjuk dalam mengadakan pilihan
hukum di Indonesia,
Hukum Dan Tata Urutan Peraturan Perundang-Undangan. Pasal 1 TAP MPR itu
peraturan perundang-undangan
b. Sumber hukum terdiri dari sumber hukum tertulis dan hukum tidak tertulis
Dasar 1945.
Pengaturan TAP MPR di atas lebih memperjelas maksud dari istilah sumber
hukum dalam sistem hukum di Indonesia bahwa yang menjadi sumber hukum
9 Roeslan Saleh, Penjabaran Pancasila dan UUD 1945, Jakarta: Aksara baru, 1979, h.49
10
(tempat untuk menemukan dan menggali hukum) adalah sumber yang tertulis dan
tidak tertulis. Selain itu, menjadikan Pancasila sebagai rujukan utama dari
ditemukan istilah Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum. Hal ini
menginduki segala norma tetapi tentu mengurangi supremasi dan daya ikat
seperti sebagai pandangan hidup, kesadaran, cita-cita hukum dan cita-cita moral
hukum tetapi juga karena Pancasila dalam hukum hanya sebagai acuan formalitas
dalam membuat segala jenis peraturan. Hal yang paling konkrit untuk
peraturan yang berkedudukan lebih tinggi dari UU. Atau dalam sistem peraturan
11
Terkait timbulnya pertentangan materi muatan antara peraturan perundang-
muatan materi UUD 1945 hasil amandemen masih memiliki kontradiksi dengan
terkait dengan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, Pasal 18 ayat (5) UUD 1945
nilai dasar, maka indikator pemaknaan dan fungsinya bagi kinerja pemerintahan
sebagaimana maksud dari nilai-nilai Pancasila seperti dalam sila keempat termasuk
terjadi jika UUD 1945 sebagai puncak hirarki peraturan perundangan saja masih
bertentangan dengan Pancasila sebagai norma dasar. Dengan demikian, tidak dapat
12
hukum. Ketergerusan status Pancasila tersebut dibuktikan dengan adanya tindakan
pembatalan 139 Perda oleh Mendagri terhitung sejak November 2014 hingga Mei
Pancasila dan UUD 1945. Kenyataan seperti ini semakin menunjukkan bahwa
Pancasila tidak lagi mengikat secara hukum melainkan hanya sebagai simbolis
DALAM PANCASILA
Dalam ruang Falsafah Hukum Pancasila terdapat dua sifat: Sifat Konstanta
dan Sifat Dinamis. Sila Ketuhanan mengandung sifat konstanta karena pengakuan
atas eksistensi Tuhan sifatnya adalah pasti dan tidak berubah. Sifat Dinamis
diwujudkan dalam Sila Kedua hingga Kelima, karena Sila Kemanusiaan, Sila
dinamis ini.
dinamika sesuai dengan sifat relativitas manusia. Sila Kelima mengandung Nilai
11 Terkait hal ini, terdapat perubahan fundamen terhadap pembatalan perda. Putusan MK Nomor 137/PUU-
XIII/2015 menyatakan perda tidak dapat dibatlkan oleh Mendagri tetapi melalui mekanisme judicial review di
Mahkamah Agung. akan tetapi, hanya perda kabupaten/kota yang tidak dapat dibatlkan Mendagri sedangkan perda
provinsi tetap dibatalkan mendagri atau tetap dalam mekanisme executive review.
13
Keadilan Sosial,dan nilai terakhir ini adalah aksiologi dan teleleologis dari Nilai-
fundamental manusia yaitu Hak Azasi Manusia? Tidak sama sekali. Gagasan
dalamnya untuk dilindungi haknya.Untuk itu yang lebih tepat adalah kemerdekaan
Kebebasan dapat berarti membuang jauh ide dan cita hukum religus-
kebebasannya oleh kebebasan orang lain. Maka ruang dinamika gerak manusia
akan selalu berada dalam bingkai optik ketuhanan dan sekaligus optic komunal:
kebersamaan dengan manusia lainnya. Dua nilai yang akan selalu menjadi
pembatas: Kehendak Tuhan dan kehendak manusia lainnya. Ruang komunal ini
multikultur, multi etnik, multi Bahasa, dan multi religi. Maka ruang komunal ini
14
menjadi ruang yang diisi oleh proses penerimaan antar beragam unsur budaya,
komunal kebhinekaan ini diturunkan dari nilai falsafah hukum Pancasila sebagai
akan arti penting falsafah hukum Pancasila sebagai sebuah kebenaran. Bahwa
bersama dengan jiwa bangsanya. Jiwa bangsa Indonesia akan melahirkan hukum
yang sesuai dengan ruang jiwa bangsa Indonesia. Forma hukum baik hukum negara
maupun hukum rakyat secara ideal akan terisi oleh dua nilai utama sebagai esensi
nilai fundamen hukum Indonesia bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan.Nilai-
nilai hukum barat yang sangat logis individual telah tertanam dengan azas
konkordansi secara empirik telah begitu jauh dari ruang berfikir penstudi hukum di
15
Indonesia.12 Maka untuk membentuk kembali kesadaran akan gagasan Falsafah
Indonesia atas eksistensi Tuhan pada dirinya.Tuhan menurut Buya Hamka lebih
dahulu ada daripada manusia, dan Tuhan berkehendak atas Bangsa Indonesia
sebagai urat tunggang Pancasila.Sila Ketuhanan Yang Maha Esa melahirkan sila-
sila Pancasila lainnya.13 Pemikiran Buya Hamka ini membuktikan bahwa ruang
kosmik manusia Indonesia tidaklah terlepas pada keyakinan atas eksistensi Yang
sebagai sebuah gerak dinamis dikukuhkan pula oleh semangat bertuhan untuk
12 Fuad, F. (2015). Filsafat hukum, akar religiositas hukum. Jakarta: Prenada Media.
13 Hamka. (2005). Dari hati ke hati tentang agama, sosial-budaya, politik. Jakarta: Penerbit Pustaka Panjimas.
16
menyempurnakan peran akal dalam gerak dinamis tersebut.Membangun manusia
BAB III
PENUTUP
14YudiLatif. (2011). Negara paripurna, historisitas, rasionalitas, dan aktualitas Pancasila. Jakarta: Penerbit
Gramedia.
17
A. KESIMPULAN
Undang Dasar 1945 Alinea IV yang secara jelas menyatakan bahwa Pancasila
Perda oleh Mendagri terhitung sejak November 2014 hingga Mei 2015.15
Pancasila dan UUD 1945. Kenyataan seperti ini semakin menunjukkan bahwa
Pancasila tidak lagi mengikat secara hukum melainkan hanya sebagai simbolis
B. SARAN
Adanya sikap resistensi terhadap Orba yang telah menjadikan Pancasila sebagai
15 Terkait hal ini, terdapat perubahan fundamen terhadap pembatalan perda. Putusan MK Nomor 137/PUU-
XIII/2015 menyatakan perda tidak dapat dibatlkan oleh Mendagri tetapi melalui mekanisme judicial review di
Mahkamah Agung. akan tetapi, hanya perda kabupaten/kota yang tidak dapat dibatlkan Mendagri sedangkan perda
provinsi tetap dibatalkan mendagri atau tetap dalam mekanisme executive review.
18
perundangundangan seperti adanya UU dan Perda yang bertentangan dengan UUD 1945
dan Pancasila.
DAFTAR PUSTAKA
19
Amsal Bakhtiar, 1997, Filsafat Agama, Jakarta: Logos, hlm. 7.
www.pengertianahli.com/2013/05/pengertian-pancasila-sebagai-dasar.html?m=1#_
Roeslan Saleh, Penjabaran Pancasila dan UUD 1945, Jakarta: Aksara baru, 1979, h.49
Terkait hal ini, terdapat perubahan fundamen terhadap pembatalan perda. Putusan MK
Fuad, F. (2015). Filsafat hukum, akar religiositas hukum. Jakarta: Prenada Media.
Hamka. (2005). Dari hati ke hati tentang agama, sosial-budaya, politik. Jakarta:
20