Anda di halaman 1dari 9

TUGAS 3

Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam


Dosen : Aidil Fitri, S. Pd. I., M. Pd.

Disusun oleh :
NAMA : MAHDEA
NIM : 049130191

FAKULTAS HUKUM, ILMU SOSIAL, DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS TERBUKA
BENGKULU
2023
1. Struktur iman ada tiga yaitu pembenaran dalam hati, ikrar dengan lisan, dan
pembuktian melalui perbuatan. Jelaskan keterkaitan tiga aspek ini!

Jawab :

Iman menurut arti bahasa adalah membenarkan dalam hati dengan mengandung
ilmu bagi orang yang membenarkan itu. Sedangkan pengertian iman menurut
syari'at adalah membenarkan dan mengetahui adanya Allah dan sifat-sifat-Nya
disertai melaksanakan segala yang diwajibkan dan disunahkan serta menjauhi
segala larangan dan kemaksiatan. Seperti dikatakan dalam hadits:

Artinya : Iman adalah mengetahui dengan hati, berbicara dengan mulut, dan
mengerjakan perbuatan dengan badan.

Iman adalah keterikatan antara hati (qalbu), lisan, dan arkan. Ma'rifat artinya
mengetahui. Qalbu adalah hati, lisan artinya ucapan, dan arkan artinya perbuatan.

Berdasarkan tafsiran tersebut diketahui, bahwa rukun (struktur) iman ada tiga
aspek yaitu: kalbu, lisan, dan perbuatan. Tepatlah jika iman didefinisikan dengan
pendirian yang diwujudkan dalam bentuk bahasa dan perilaku. Jika pengertian ini
diterima, maka istilah iman identik dengan kepribadian manusia seutuhnya, atau
pendirian yang konsisten. Orang yang beriman berarti orang yang memiliki
kecerdasan. kemauan, dan keterampilan.

Kata iman dalam Alquran, pada umumnya dirangkaikan dengan kata lain. Kata
jaringanlah yang memberi nilai tentang sesuatu yang diyakininya. Jika dikatakan
iman dirangkaikan dengan kata-kata yang negatif berarti nilai iman tersebut negatif.
Dalam istilah Alquran, iman yang negatif disebut kufur. Pelakunya disebut kafir.
Berikut Berikut beberapa ayat yang menunjukkan kata iman dikaitkan dengan nilai
yang negatif.

Kata iman dalam ayat tersebut dihubungkan dengan kata jibti dan taghut, setan
dan apa saja yang disembah selain Allah.
2. Sebutkan ciri-ciri orang yang beriman!

Jawab :

Ciri-ciri orang yang beriman akan dapat diketahui, antara lain:

a. Tawakal
Ketika ayat-ayat Allah (Al-Qur'an) dibacakan, hatinya terpacu untuk
melaksanakannya antara lain yang tercantum dalam QS. Al-Anfaal (8): 2;
Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang beriman ketika disebut Allah hatinya
gemetar, dan ketika ayat-ayat-Nya dibacakan, keimanannya bertambah dan
mereka bertawakal kepada Tuhannya.
Tawakkal, yaitu senantiasa hanya mengabdi (hidup) menurut apa yang
diperintahkan oleh Allah. Dengan kata lain, orang yang bertawakal adalah orang
yang menyandarkan berbagai aktivitasnya atas perintah Allah. Seorang mukmin,
makan bukan didorong oleh perutnya yang lapar akan tetapi karena sadar akan
perintah Allah.
QS. Al-Baqarah (2): 172;
Artinya: Hai sekalian orang-orang yang beriman, makanlah dari yang baik-
baik yang Kami rezeki untuk anda dan bersyukur kepada Allah jika hanya
kepada-Nya saja kamu beribadah.
Dalam konteks Islam, makan sebenarnya menjalankan perintah Allah agar
kuat jasmani untuk beribadah kepada-Nya (dalam arti luas).

b. Mawas Diri dan Bersikap Ilmiah


Pengertian mawas diri di sini dimaksudkan agar seseorang tidak
terpengaruh oleh berbagai kasus dari mana pun datangnya, baik dari kalangan
jin dan manusia, bahkan mungkin juga datang dari dirinya-sendiri. QS. An-Nas
(114): 1-3;
Artinya : Katakanlah, “Aku berlindung kepada Allah yang memelihara
umat manusia (1). Yang menguasai umat manusia (2). Allah Pemelihara umat
manusia (3).”
Mawas diri yang berhubungan dengan alam pikiran, yaitu bersikap kritis
dalam. menerima informasi, terutama dalam memahami nilai-nilai dasar
keislaman. Hal ini diperlukan, agar terhindar dari berbagai fitnah. QS. Ali Imran
(3): 7.
Atas dasar pemikiran tersebut hendaknya seseorang tidak dibenarkan
menyatakan sesuatu sikap, sebelum mengetahui terlebih dahulu
permasalahannya, sebagaimana tercantum dalam Al-Qur'an antara lain QS. Al-
Israa' (17): 36;
Artinya: Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui,
sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan
dipertanyakan.

c. Optimis dalam Menghadapi Masa Depan


Perjalanan hidup manusia tidak seluruhnya mulus, akan tetapi kadang-
kadang mengalami berbagai rintangan dan tantangan yang memerlukan
pemecahan jalan ke luar. Jika suatu tantangan atau permasalahan tidak dapat
diselesaikan segera, tantangan tersebut akan semakin menumpuk. Jika
seseorang tidak dapat menghadapi dan menyelesaikan suatu permasalahan,
maka orang tersebut dihinggapi penyakit psikis, yang lazim disebut penyakit
kejiwaan, antara lain frustrasi, nervous, depresi. Alquran memberikan petunjuk
kepada umat manusia untuk selalu bersikap optimis karena pada hakikatnya
tantangan, merupakan pelajaran bagi setiap manusia. Hal tersebut dinyatakan
dalam Surat Al-Insyirah (94): 5-6. Jika seseorang telah merasa melaksanakan
sesuatu perbuatan dengan penuh perhitungan, tidaklah perlu memikirkan
bagaimana hasilnya nanti, karena hasil adalah akibat dari suatu perbuatan.
Namun Nabi Muhammad menyatakan bahwa orang yang hidupnya hari ini lebih
jelek dari hari kemarin, adalah orang yang merugi dan jika hidupnya sama
dengan hari kemarin berarti tertipu, dan yang bahagia adalah orang yang
hidupnya hari ini lebih baik dari hari kemarin. Jika optimisme merupakan suatu
sikap yang terpuji, maka sebaliknya pesimisme merupakan suatu sikap yang
tercela. Sikap ini seharusnya tidak tercermin pada dirinya mukmin. Hal ini seperti
dinyatakan dalam Surat Yusuf (12) ayat 87, sedangkan sikap putus asa atau
yang searti dengan kata tersebut hanya dimiliki oleh orang-orang kafir. QS.
Yusuf (12): 87;
Artinya : Wahai anak-anakku, pergilah mencari kabar tentang Yusuf dan
saudaranya dan jangan putus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tidak ada
seorangpun yang berputus asa dari rahmat Allah kecuali orang-orang kafir”.

d. Konsistensi dan Menepati Janji


Janji adalah hutang. Menepati janji berarti membayar hutang. Sebaliknya,
mengingkari janji adalah pengkhianatan. QS. Al-Maaidah (5): 1;
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah segala janji.
Dilegalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu
(larangan-Nya). Tidak dibolehkan berburu ketika kamu sedang ihram.
SesungguhnyaAllah menetapkan hukum atas apa yang Dia kehendaki.
Seseorang mukmin senantiasa akan menepati janji, baik dengan sesama
manusia, Allah maupun ekologinya (lingkungannya). Seseorang mukmin adalah
seorang yang telah berjanji untuk berpandangan dan bersikap dengan yang
dikehendaki Allah. Seorang suami misalnya, ia telah berjanji untuk bertanggung
jawab terhadap istri dan anak- anaknya. Sebaliknya istri pun demikian. Seorang
mahasiswa, ia telah berjanji untuk mengikuti ketentuan-ketentuan yang berlaku
di lembaga pendidikan tempat ia studi, baik yang bersifat administratif maupun
akademis. Seorang pemimpin berjanji untuk mengayomi masyarakat yang
dipimpinnya. Janji terhadap ekologi berarti memenuhi dan memelihara apa yang
dibutuhkan oleh lingkungannya, agar tetap berdaya guna dan berhasil guna.

3. Tuliskan satu ayat Al-Quran atau hadits beserta tafsir atau syarahnya yang
menunjukkan kewajiban menuntut ilmu!

Jawab :

Salah satu perintah Allah kepada hamba-Nya adalah kewajiban mencari ilmu
sebagaimana tertulis dalam Al-Quran Surat At-taubah QS. 9: 122;
Artinya: Tidaklah pantas bagi orang mukmin untuk berangkat semuanya (ke medan
perang). Mengapa tidak berangkat dari masing-masing kelompok di antara mereka
beberapa orang untuk memperdalam ilmu agamanya dan memperingatkan
kaumnya ketika mereka telah kembali kepadanya, agar mereka dapat menjaga
dirinya sendiri.

Makna yang kami kutip dari ayat ini adalah bahwa mencari ilmu itu adalah
perintah (amar) sehingga dapat dikatakan suatu kewajiban. Yang dimaksud dengan
ilmu di sini adalah ilmu agama. Namun kita harus menyadari bahwa agama
merupakan petunjuk kebahagiaan akhirat, sehingga ilmu yang terkandung dalam
agama bukan hanya ilmu yang mengarah pada urusan ukhrawi saja, namun juga
ilmu yang mengarah pada hal-hal duniawi.

Dengan kata lain bahwa Allah mewajibkan kepada hamba-Nya untuk menuntut
ilmu pengetahuan tentangurusan keduniaansepanjang tidak bertentangan
denganajaranagama, yakni untuk kebahagiaan dan kemaslahatan. Pengertian ini
kita dasarkan atas kenyataan bahwa dunia merupakan ajang perjuangan hidup dan
kehidupan dalam menghadapi persoalan yang harus dipecahkan dan memerlukan
kontribusi ilmu pengetahuan.

4. Al-Qur’an memberikan apresiasi terhadap ilmu pengetahuan, maka banyak


kata ilmu ataupun derivasinya yang muncul. Jelaskan kata derivasi yang
memiliki kesamaan makna dengan ilmu dalam beragam bentuknya!

Jawab :

Tinjauan etimologi akan menjawab secara lugas bahwa istilah ilmu berasal dari
Alquran. Tentang pengertian ilmu secara ilmiah, pengusutannya dimulai dari data
empirik di mana kata tersebut ditemukannya. Setelah itu diamati dalam arti,
dicermati pengertiannya, baik dari tinjauan morfologi maupun tinjauan sintaksis.
Secara morfologi kata ilmu adalah masdar (dasar kata). Kata-kata di dalam Alquran
yang berkonotasi sebagai bentukan dari kata tersebut adalah alima-ya'lamu (fi'il
mudharri'), atau menjadi allama-yu'allimu (fa'il mazid), aalimun (isim fa'il), 'alim (sifat
musyabbahah), allaam (mubalaghah), dan lain-lain. Di dalam Alquran terdapat lebih
kurang 770 ayat yang secara redaksional mengungkapkan kata-kata ilmu dan yang
berkonotasi dengan itu.

5. Al-Qur’an pernah menyebutkan bahwa manusia bisa lebih sesat (buruk) dari
hewan ternak. Di ayat manakah Al-Quran menyebutkan demikian? Tuliskan
ayat tersebut beserta tafsirnya!

Jawab :

Kemajuan bidang rekayasa genetika misalnya telah berhasil membuat bayi


tabung dan pencangkokan manusia melalui proses kloning. Tindakan ini banyak
ditentang oleh. agamawan, sebab tidak dapat dipertanggungjawabkan karena dapat
mengakibatkan. derajat manusia jatuh seperti binatang, sehingga manusia bisa
diproduksi sesuai pesanan. Demikian pula bayi tabung jika dilakukan bukan pada
suami istri dapat membawa kepada terjadinya kelahiran manusia yang secara
hukum tidak dibenarkan.

Jika kita mendengar istilah tanggung jawab sosial, artinya sesuatu perbuatan.
yang dilakukan selalu memperhatikan kepentingan masyarakat. Demi kepentingan
ini seseorang berani mengambil tindakan yang mengandung risiko sepanjang hal
masih dibenarkan oleh masyarakat. Kemudian dalam istilah tanggung jawab
akademik. Artinya perbuatan yang selalu memperhitungkan aspek kebenaran ilmiah.
Misalnya seorang dokter tidak akan mau melakukan sesuatu hanya untuk
menguntungkan dirinya, Misalnya jika ada wabah penyakit tentu akan mencari jalan
pemecahannya karena merupakan tanggung jawab keahliannya.

Masih berkaitan dengan indra hati, penglihatan dan pendengaran Al-qur'an


menjelaskan kecaman terhadap orang yang tidak bertanggung jawab terhadap
potensi manusia, dijelaskan pada Surat Al-A'raaf (QS. 7: 179).

Artinya: Dan sesungguhnya Kami telah menjadikan (isi Jahannam) sebagian besar
dari jin dan manusia, mereka punya hati, tapi mereka tidak memanfaatkannya
memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) dia tidak
menggunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka
mempunyai telinga (tetapi) dia tidak menggunakannya dengar (ayat-ayat Allah).
Mereka bahkan seperti ternak mereka bahkan lebih tersesat. Itulah orang-orang
yang lalai.

Untuk melaksanakan tugas ini, maka Allah SWT membekali manusia dengan
potensi-potensi seperti pendengaran, penglihatan, perasaan (qalbu), pengertian
(akal), keyakinan (iman), dan keinginan.

Untuk memenuhi keinginan fitrah manusia dalam hidupnya maka manusia.


mencari jalan keluar mengatasi permasalahannya dan atau memenuhi kebutuhan
hidupnya dengan menggunakan segala potensi yang dimilikinya. Dengan akal
(logika) manusia menumbuhkan ide dan tata-cara pencapaiannya sehingga
berkembanglah ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada hakikatnya perkembangan
ini didorong oleh Allah melalui keinginan
Daftar Pustaka

Nurdin, Ali, dkk. 2021. Pendidikan Agama Islam. Tanggerang Selatan : Universitas
Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai