Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PELAKSANAAN OJT 1

PT. RAJAWALI NUSANTARA INDONESIA (PERSERO)


MANAGEMENT TRAINEE XXIII

Disusun oleh
ANDES STEFEN SEMBIRING

TRANSFORMASI EBITDA
JAKARTA
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................................................... ii


DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1
1.1 Sejarah Perusahan ID FOOD ........................................................................................... 1
1.2 Struktur Organisasi ID FOOD.......................................................................................... 2
BAB II PROSES KERJA .................................................................................................................... 4
2.1 Jenis Bisnis ID FOOD........................................................................................................ 4
2.1.1 Agro Industri & Pertanian ............................................................................................ 4
2.1.2 Industri Perdagangan & Logistik ................................................................................ 5
2.1.3 Industri Peternakan ...................................................................................................... 5
2.1.4 Industri Perikanan ........................................................................................................ 5
2.1.5 Industri Karung Plastik................................................................................................. 5
2.1.6 Industri Alat Kesehatan................................................................................................ 6
2.1.7 Industri Garam .............................................................................................................. 6
2.2 Proses Kerja Transformasi EBITDA .............................................................................. 6
2.2.1 Program Profitability..................................................................................................... 8
2.2.2 Program Growth ........................................................................................................... 9
2.2.3 Program Support .......................................................................................................... 9
2.3 Isu Kritikal .......................................................................................................................... 10
2.3.1 Transformasi EBITDA di Anak Perusahaan ........................................................... 10
2.3.2 Kesiapan tim Transformasi EBITDA Internal.......................................................... 11
2.3..3 Ketersedian Data ........................................................................................................ 11
2.4 Transformasi ..................................................................................................................... 12
BAB III HASIL ANALISA .................................................................................................................. 13
KESIMPULAN .................................................................................................................................... 14

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Organisasi RNI .................................................................................................. 3


Gambar 2. Struktur Organisasi tim Transformasi EBITDA ............................................................ 7
Gambar 3. Struktur konsultan Danareksa & YCP Solidiance........................................................ 7
Gambar 4. Key Milestone 3 bulan pertama.................................................................................... 10

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Progres Pengumpulan Data Anper ................................................................................... 12


Tabel 2. Hasil Analisa......................................................................................................................... 13

iv
BAB I
PENDAHULUANN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Sejarah Perusahan ID FOOD
ID FOOD merupakan corporate brand name dari Induk Holding BUMN Pangan PT
Rajawali Nusantara Indonesia (Persero). Holding BUMN Pangan dibentuk dan ditetapkan oleh
Pemerintah berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 118 Tahun 2021, tentang
Penambahan Penyertaan Modal Negara RI ke dalam modal saham PT RNI (Persero), yang
dilengkapi dengan Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 555/KMK.06/2021, tentang
Penetapan Nilai Penyertaan Modal Negara RI ke dalam Modal Saham PT RNI (Persero).
Pembetukan Holding Pangan secara resmi ditandai dengan penandatanganan Akta Inbreng
Saham Pemerintah antara PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) dan kelima BUMN
Pangan pada 7 Januari 2022, kemudian dilanjutkan dengan launching corporate brand
name ID FOOD oleh Menteri BUMN RI Erick Thohir pada 12 Januari
2022. Perubahan corporate brand name menjadi ID FOOD dimaksudkan untuk memberikan
arah dan fokus yang lebih jelas kepada PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) sebagai
Induk Holding Pangan.
Cikal bakal PT RNI (Persero) dimulai pada tahun 1885. Pada tahun tersebut Oei Tjien
Sien mendirikan N.V. Handel yang kemudian kepemimpinannya diteruskan oleh Putranya, Oei
Tiong Ham. Perusahaan tersebut lalu berubah nama menjadi Oei Tiong Ham Concern
(OTHC), sebuah perusahaan konglomerasi bisnis pertama di Nusantara. OTHC menjalankan
bisnis hingga tahun 1961. Pemerintah Republik Indonesia kemudian mengambil alih
perusahaan induk tersebut. Setelah melakukan nasionalisasi, Pemerintah Indonesia lalu
mengelola seluruh aset OTHC.
Pada 12 Oktober 1964, sebagian aset Perusahaan kemudian dimasukkan sebagai
penyertaan modal untuk mendirikan PT Perusahaan Perkembangan Ekonomi Nasional
(PPEN) Rajawali Nusantara Indonesia atau yang dikenal dengan nama merek RNI. Pada awal
berdiri, RNI memiliki 10 Anak Perusahaan. Di awal pendiriannya pada tahun 1964- 1985, RNI
berfokus pada rehabilitasi fisik alat produksi untuk mendorong peningkatan produktivitas.
Perubahan status perusahaan menjadi “Persero” dilaksanakan untuk memenuhi Undang-
Undang Nomor 9/1969 dan Peraturan Pemerintah Nomor 5/1974. Selanjutnya, selama tahun
1986-1998, dilakukan penggabungan sejumlah unit usaha, perluasan wilayah usaha di luar
Jawa, dan pengembangan unit usaha baru. Memasuki tahun 2000, RNI mulai mengokohkan
diri menjadi perusahaan induk yang tidak melakukan kegiatan operasional, atau menjadi
perusahaan investment holding. Pada fase pengembangan selektif ini, fokus RNI adalah
optimasi kinerja kelompok perusahaan.
Perusahaan kemudian mulai melakukan sejumlah diversifikasi untuk memaksimalkan
nilai tambah selama periode tahun 2004-2009. Hal ini diraih dengan memanfaatkan produk
samping (by product) maupun pengembangan usaha strategis perusahaan. Memasuki tahun
2010, Perusahaan berupaya mengoptimalkan sinergi antar anak perusahaan serta antara
anak perusahaan dengan induk perusahaan. Tujuannya agar tercapai perbaikan rasio
keuangan, kinerja produksi, pertumbuhan usaha, dan tingkat kesehatan perusahaan. Pada
tahun 2013-2017, Perusahaan memasuki fase optimalisasi dan eksplorasi. Aktivitas Holding
difokuskan pada peningkatan kinerja dengan menciptakan daya saing, pengembangan usaha
baru, dan membangun pilar bisnis di masa depan. Pada tahun 2018-2019, RNI
mencanangkan Transformasi Bisnis menuju RNI Baru yang mengedepankan optimalisasi aset
sebagai lini bisnis baru yang dapat memberikan kontribusi signifikan bagi Perusahaan.
Optimalisasi aset ini tidak terlepas dari banyaknya aset RNI berupa tanah dan bangunan yang
berpotensi untuk dikembangkan. Tahun 2020 - 2021 merupakan fase restrukturisasi

1
korporasi. Perusahaan secara intensif terus meningkatkan kompetensi dan bisnis inti (core
competence & core business). Pada fase ini RNI mulai fokus untuk merambah dan
mengembangkan bisnis pangan seiring dengan penetapan RNI sebagai Ketua BUMN Klaster
Pangan yang beranggotakan 8 2 (delapan) BUMN pangan, yaitu PT Sang Hyang Seri
(Persero), PT Pertani (Persero), Perum Perikanan Indonesia, PT Perinus (Persero), PT PPI
(Persero), BGR Logistic, PT Berdikari (Persero), dan PT Garam (Persero). Tahun 2022
menjadi salah satu fase paling bersejarah dalam perjalanan perusahaan dengan
ditetapkannya PT RNI (Persero) sebagai Induk Holding BUMN Pangan yang kemudian
mengusung corporate brand name baru yaitu ID FOOD. Holding BUMN Pangan dibentuk dan
ditetapkan oleh Pemerintah berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 118 Tahun 2021,
tentang Penambahan Penyertaan
Aktivitas bisnis ID FOOD bergerak dalam bidang Pertanian dan Agroindustri,
Peternakan dan Perikanan, serta Perdagangan dan Logistik. ID FOOD beranggotakan 5
perusahaan eks BUMN, yaitu PT Perusahaan Perdagangan Indonesia, PT Sang Hyang Seri,
PT Perikanan Indonesia, PT Berdikari, dan PT Garam, serta 11 Anak Perusahaan existing
yang terdiri dari, PT PG Rajawali I, PT PG Rajawali II, PT PG Candi Baru, PT Perkebunan
Mitra Ogan, PT Laras Astra Kartika, PT Mitra Kerinci, PT Rajawali Nusindo, PT GIEB
Indonesia, PT Mitra Rajawali Banjaran, PT Rajawali Citramass, dan PT Rajawali Tanjungsari
Enjiniring.
Hadirnya Holding Pangan bertujuan untuk mewujudkan tiga objektif Utama, yaitu
mendukung ketahanan pangan nasional, meningkatkan inklusivitas petani, peternak dan
nelayan, serta menjadi perusahaan pangan berkelas dunia.
Berbekal kekayaan alam Indonesia yang membentang dari Sabang hingga Merauke, ID
FOOD hadir untuk kesejahteraan Petani, Nelayan, dan Peternak. Kami ada untuk masyarakat
dan kami terbentuk untuk kualitas pangan Indonesia yang lebih baik.
1.2 Struktur Organisasi ID FOOD
Struktur organisasi adalah tingkatan atau susunan yang berisi pembagian tugas, fungsi,
dan peran anggota organisasi berdasarkan jabatannya. Pembuatan struktur ini ditujukan
untuk membuat proses kerja tiap elemen organisasi menjadi lebih mudah, berjalan efektif,
efisien, serta optimal. Adapun struktur organisasi yang dimiliki oleh PT RNI (Persero) sebagai
Strategic Holding secara bagan dapat di gambarkan sebagai berikut.

2
Gambar 1. Struktur Organisasi RNI

3
BAB II
PROSES KERJA
BAB II PROSES KERJA
2.1 Jenis Bisnis ID FOOD
PT Rajawali Nusantara Indonesia merupakan Holding pangan yang terdiri dari
beberapa lini bisnis. Holding pangan mencakup lini bisnis pertanian, peternakan, perikanan.
Selain daripada itu RNI mempunyai perusahaan perdagangan dan logistik untuk melakukan
fungsi distribusi ke seluruh wilayah di Indonesia. Berikut ini adalah jenis jenis bisnis yang ada
di RNI.
2.1.1 Agro Industri & Pertanian
• PT Sang Hyang Seri merupakan member of ID FOOD didirikan untuk
mengemban misi memperkuat sektor pertanian khususnya dalam memproduksi
benih dan beras melalui pembaharuan teknologi, untuk menyokong upaya
pemerintah dalam mengupayakan ketahanan pangan nasional secara
berkesinambungan. Misi ini secara substansial diwujudkan melalui berbagai
bisnis inti yang dijalankan perusahaan dari waktu ke waktu. Komoditas unggulan
yang diproduksi adalah benih/bibit padi, pupuk, beras, dan benih/bibit jagung &
konsumsi
• PT PG Rajawali I PT PG Rajawali I berkedudukan di Surabaya, Jawa Timur,
Perusahaan mengelola 2 (dua) unit pabrik gula yaitu PG Krebet Baru dan PG
Rejo Agung Baru. Sumber bahan baku sebagian besar adalah tebu petani di
wilayah Jawa Timur. Kedua PG tersebut dapat menggiling lebih dari 15.000 ton
per hari.
• PT PG Rajawali II PT PG Rajawali II berkedudukan di Cirebon, Jawa Barat,
mengelola 5 (lima) unit pabrik gula yaitu PG Sindang Laut, PG Karangsuwung,
PG Tersana Baru, PG Jatitujuh, PG Subang, 1 Pabrik Kampas Rem yaitu PT Inti
Bagas Perkasa dan 1 Pabrik Spiritus & Alkohol yaitu PSA Palimanan. Namun
PG Sindang Laut, PG Karangsuwung dan PG Subang telah dilakukan beku
operasi dan bahan baku tebunya dialihkan kepada PG Tersana Baru dan PG
Jatitujuh, begitu pula dengan pabrik kampas rem PT Inti Bagas Perkasa yang
kini sudah beku operasi. Sumber bahan baku adalah tebu petani di wilayah Jawa
Barat dan Jawa Tengah.
• PG Candi Baru PT PG Candi Baru berkedudukan di Sidoarjo, Jawa Timur,
Perusahaan saat ini mengelola 1 (satu) unit pabrik gula yaitu PG Candi Baru.
Sumber bahan baku sebagian besar adalah tebu petani di wilayah Jawa Timur.
• PT Perkebunan Mitra Ogan PT Perkebunan Mitra Ogan berkedudukan di
Palembang, Sumatera Selatan, perusahaan bergerak di bidang pengolahan
kebun kelapa sawit dan kebun karet serta Pabrik PKS. Sumber bahan baku
diperoleh dari 37% lahan inti dan 63% lahan plasma. Perusahaan memiliki 2 unit
Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dengan kapasitas 90 ton/jam.
• PT Laras Astra Kartika PT Laras Astra Kartika berkedudukan di Ogan Komering
Ulu Timur, Sumatera Selatan, mengelola perkebunan kelapa sawit dan PKS.
Sumber bahan baku diperoleh dari lahan inti 40% dan lahan plasma 60%.
Perusahaan memiliki 1 unit PKS.
• PT Mitra Kerinci PT Mitra Kerinci berkedudukan di Padang, Sumatera Barat,
mengelola 2 (dua) unit pabrik Teh yaitu 1 (satu) pabrik Teh Hijau dan 1 (satu)
pabrik Teh Hitam yang terletak di Solok Selatan. PT Mitra Kerinci memiliki Anak

4
Usaha bernama PT Rajawali Liki Energi yang bergerak di penyediaan tenaga
atau energi yang bersumber dari air terjun dengan kepemilikan 55%.
2.1.2 Industri Perdagangan & Logistik
• PT Perusahaan Perdagangan Indonesia
PT Perusahaan Perdagangan Indonesia, atau dikenal di luar negeri sebagai
Indonesia Trading Company, adalah adalah bagian dari ID FOOD yang menjadi
trading house dan bergerak di bidang ekspor, impor, dan distribusi. PPI secara
maksimal berupaya dalam menjawab tantangan pada sektor pangan di
Indonesia dengan membangun infrastruktur sumber daya yang optimal,
mendorong investasi dan penetrasi bisnis trading dan logistik, melakukan
integrasi bisnis di sepanjang value chain ekosistem pangan nasional, serta
meningkatkan keunggulan kompetitif dalam menjalankan fungsi ekspor gateway.
• PT Rajawali Nushindo
Sebagai anak perusahaan PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) yang
bergerak dalam bidang distribusi dan perdagangan, PT Rajawali Nusindo terus
berupaya menyalurkan produk konsumsi, alkes, produk farmasi, hasil
perkebunan, serta alat dan sarana perkebunan unggulan. PT Rajawali Nusindo
sudah tersebar diseluruh wilayah Indonesia di 43 Kantor Representatif di 34
Provinsi mulai dari Aceh hingga Papua. Dengan jumlah pelanggan lebih dari
36.000 yang terdiri instansi pemerintah, peritel, gerai modern, dan perusahaan
yang tergabung dalam PT RNI Group, PT Rajawali Nusindo terus berkomitmen
menyediakan pelayanan jasa distribusi yang unggul dan terpercaya.
• PT GIEB Indonesia
PT GIEB Indonesia adalah bagian dari ID FOOD yang bergerak di
bidang perdagangan dan distribusi. Untuk mendukung kegiatan bisnisnya,
hingga tahun 2020, perusahaan ini memiliki lima kantor cabang, yakni
di Denpasar, Tabanan, Klungkung, Singaraja, dan Gianyar.
2.1.3 Industri Peternakan
• PT Berdikari
PT Berdikari berkedudukan di Jakarta bergerak di peternakan dengan hasil
komoditi utama yaitu DOC. PT Berdikari adalah bagian dari ID FOOD yang
bergerak di bidang peternakan ayam dan sapi. Selain itu, perusahaan yang
berkantor pusat di Jakarta ini juga memproduksi furnitur dan menyediakan jasa
logistik
2.1.4 Industri Perikanan
• PT Perindo
PT Perikanan Indonesia merupakan penggabungan dua Perusahaan BUMN
yaitu PT Perikanan Nusantara dan PT Perikanan Indonesia melalui PP no. 99 th
2021 yang bergerak dalam bidang Perikanan. Setelah penggabungan tersebut
di tahun 2021 PT Perikanan Indonesia bergabung kedalam Holding Pangan (ID
FOOD) melalui PP No. 118 Tahun 2021. Lini bisnis dari Perindo sendiri adalah
Pengolahan ikan dan perdagangan ikan, Jasa kepelabuhan, dan Pabrik pakan.
2.1.5 Industri Karung Plastik
• PT Rajawali Citramass
PT Rajawali Citramass adalah bagian dari ID FOOD yang bergerak di bidang
produksi karung plastik dan kantong plastik, serta penjualan polipropilen. Untuk
mendukung kegiatan bisnisnya, perusahaan ini memiliki sebuah pabrik

5
di Paringan, Jetis, Mojokerto. Selain untuk memenuhi kebutuhan internal ID
FOOD, perusahaan ini juga memproduksi karung plastik untuk memenuhi
kebutuhan BUMN lain, seperti Bulog dan Pupuk Indonesia
• PT Rajawali Tanjungsari Enjiniring
PT Rajawali Tanjungsari Enjiniring sendiri sebelumnya bergerak di bidang
penyamakan kulit di daerah Sidoarjo, Jawa Timur. Saat ini PT RTE adalah bagian
dari ID FOOD yang bergerak di bidang produksi karung plastik dan kantong
plastik,
2.1.6 Industri Alat Kesehatan
• PT Mitra Rajawali Banjaran
PT Mitra Rajawali Banjaran terletak di daerah Banjaran, Jawa Barat. MRB
bergerak di industri alat kesehatan seperti suntik dan kondom.
2.1.7 Industri Garam
• PT Garam
Garam di Indonesia diproduksi oleh petani garam (garam rakyat) dan PT Garam.
Proses produksi garam oleh petani garam dilakukan dengan cara proses
penguapan air laut pada meja-meja kristalisasi yang dilakukan secara total
(penguapan air dilakukan dalam satu areal kristalisasi), sehingga hanya
diperoleh garam dengan kadar NaCl yang rendah dan mengandung kadar Ca
dan Mg yang relatif tinggi serta cenderung kotor (impuritis tinggi). Sedangkan
garam produksi PT Garam proses produksinya dilakukan dengan cara
pengolahan bertingkat yang mana proses penguapan air laut dilakukan di areal
evaporator dan proses pengkristalan dilakukan di areal kristalisasi sehingga
diperoleh garam dengan kualitas yang baik.

2.2 Proses Kerja Transformasi EBITDA


Transformasi EBITDA adalah suatu program yg bertujuan untuk mengefesiensi
pengeluaran perusahaan. Transformasi EBITDA terdiri dari 3 program yaitu Support,
Profitability dan Growth. Support terbagi menjadi 2 program yaitu Cash Office & Review Office.
Profitability terbagi menjadi 6 stream kerja yaitu Revenue Enhancement, Production
Excellence, Suplly Chain Optimization, Procurement Excellence, SG&A Other Expense
Optimization, dan Organization Excellence & Shared Service. Growth terbagi menjadi 3
program yaitu Penataan AP & Inorganic Growth, Cash Release Acceleration & Liquidity
Growth, Asset Optimization. EBITDA & Growth Transformation merupakan program-program
yang dilaksanakan oleh seluruh bagian dalam Project dan diimplementasikan pada seluruh
anak perusahaan dengan tujuan untuk memperbaiki profitabilitas perusahaan dan
menyukseskan restrukturisasi ID FOOD secara menyeluruh termasuk pertumbuhan bisnis
secara keseluruhan. Untuk menyukseskan Transformasi EBITDA, ID FOOD membentuk tim
yang bekerja secara dedicated agar dapat focus pada permasalahan dan jobdesk pada
Transformasi EBITDA. Berikut adalah gambar struktur organisasi tim Transformasi EBITDA.

6
Gambar 2. Struktur Organisasi tim Transformasi EBITDA

Dalam menjalankan proyek Transformasi EBITDA, tim Transformasi EBITDA bekerja


sama dengan konsultan yaitu DANAREKSA & YCP SOLIDIANCE yang berperan sebagai
konsultan dalam setiap stream kerja. Dalam setiap stream PIC yang berasal dari ID FOOD
akan mendampingi konsultan yang berasal dari Danareksa & YCP Solidiance.
DANAREKSA perusahaan holding badan usaha milik negara Indonesia yang bergerak
di lintas sector seperti jasa keuangan, Kawasan industry, sumber daya air, jasa konstruksi,
dan konsultasi konstruksi & logistik. Perusahaan yang didirikan pada tahun 1976 ini terutama
berbisnis di bidang pasar modal dan pasar uang, antara lain sebagai perusahaan pembiayaan
dan berperan dalam meningkatkan skala bisnis melalui penciptaan value creation dengan
upaya transformasi bisnis dan membangun sinergi sehingga dapat bersaing pada skala
global.
YCP SOLIDIANCE adalah YCP Solidiance adalah perusahaan konsultan strategi
korporasi yang berfokus di Asia. Kantor pusat dari YCP sendiri berada di Bangkok, Thailand
dan dibuka secara resmi pada tahun 2009. YCP memberi saran dan analisis terkait
kesepakatan, menentukan model bisnis baru & percepatan pertumbuhan, strategi memasuki
pasar, riset terhadap pasar, dan Project Management Office (PMO).
Beritut adalah gambar struktur kerja sama dengan konsultan DANAREKSA & YCP
SOLIDIANCE.

Gambar 3. Struktur konsultan Danareksa & YCP Solidiance


7
2.2.1 Program Profitability
Profitability merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba
selama periode tertentu pada tingkat penjualan, asset dan modal saham tertentu. Berikut
adalah poin-poin dari program Profitability yang akan diterapkan ke tiap tiap anak
perusahaan.

• Revenue Enhancement
Revenue enhancement adalah upaya peningkatan pendapatan yang dicapai
dengan menaikkan jumlah pajak yang disetorkan oleh individu dan perusahaan kepada
pemerintah. Dalam program ini Revenue Enhancement dapat dibagi 2 yaitu Trading &
Sales marketing. Pengembangan kapabilitas Trading dilakukan dengan memetakan
produk dan jaringan penjualan, kemudian mengoptimalkan penjualan dan memperkaya
jumlah produk yang dijual. Sedangkan Sales marketing dilakukan pengembangan
dengan cara mengkaji potensi pembagian peran anggota holding dan memusatkan
penjualan di subklaster perdagangan & logistic termasuk inisiasi implementasi secara
bertahap
• Production Excellence
Production excellence terfokus pada 2 program yaitu, Cost of sales dan Operation
& Production. Cost of sales berperan dalam mengefisiensikan penggunaan beban
produksi melalui benchmark termasuk inisiatif penurunan biaya, baik biaya langsung
maupun inventory losses to sales conversion. Sedangkan Operation & Production
berperan dalam mengoptimalkan produksi melalui pemetaan kebutuhan kemampuan
produksi menjadi efisien dan sesuai dengan perusahaan pembanding
• Suplly Chain Optimization
Supply chain management (SCM) adalah sebuah sistem rangkaian kegiatan yang
meliputi koordinasi, penjadwalan dan pengendalian yang terdiri atas organisasi, sumber
daya manusia, aktivitas, informasi, dan sumber daya lainnya
terhadap pengadaan, produksi, persediaan dan pengiriman produk ataupun layanan jasa
dari suatu pemasok kepada pelanggan. SCM sendiri akan dioptimalkan dengan cara
menginisiasi pengelolaan kapabilitas logistik secara terpusat pada subklaster
perdagangan dan logistik, namun mempertahankan standar layanan sesuai dengan yang
telah diterapkan oleh vendor pihak ketiga
• Procurement Excellence
Procurement excellence / Pengadaan berperan dalam memetakan pengeluaran
berdasarkan direct vs indirect termasuk supplier baik dari sisi material maupun layanan.
Selanjutnya program ini nantinya akan melakukan pengadaan secara terpusat dengan
tujuan untuk melakukan bulk/centralized buying, menjadwalkan kebutuhan pengadaan
pada seluruh anak perusahaan, dan meratakan beban pengadaan.
• SG&A Other Expense Optimization
SG&A other expense optimization berperan dalam mengefisiensikan penggunaan
other cost melalui proses validasi penggunaan beban, budgeting, dan penjadwalan.
Program optimalisasi penggunaan beban SG&A yang dilakukan melalui review detil
penggunaan beban dan menginisiasi program-program efisiensi melalui kebijakan yang
diimplementasikan ke seluruh anggota holding.
• Organization Excellence & Shared Service
Organization excellence akan berperan dalam merancang struktur organisasi dan
memetakan kebutuhan SDM pada tiap fungsi pada seluruh anggota holding sesuai
dengan desain peran masing-masing anggota. Shared service akan mendesain layanan

8
sentralisasi di induk dan memetakan kebutuhan induk untuk realisasi layanan termasuk
inisiasi pengurangan beban pada fungsi tersebut di entitas level.

2.2.2 Program Growth


Growth merupakan strategi pengembangan perusahaan untuk mencapai suatu
entitas atau tujuan agar mendapat keuntungan dari sebelumnya. Berikut adalah program
Growth yang akan diterapkan ke tiap-tiap anak perusahaan.

• Penataan Anak Perusahaan & Rencana Inorganic Growth


Program yang akan dilaksanakan dalam Penataan anak perusahaan adalah
melakukan penataan anak perusahaan dengan bisnis sejenis dengan tujuan untuk
meningkatkan sinergi dan efisiens. Dibutuhkan juga asistensi terkait rencana Inorganic
Growth di induk maupun anak usaha mulai dari partnership opportunities, acquisition plan
dan joint operation berdasarkan kajian yang disiapkan ID Food.
• Cash Release Acceleration & Liquidity Growth
Cash release acceleration & Liquidity Growth terfokus pada 2 program yaitu
pertama monitoring dan akselerasi pelaksanaan percepatan penagihan piutang macet
yang ada di seluruh anggota holding. Pelaksanaan percepatan melibatkan pihak legal
untuk menentukan tindakan yang dapat dilaksanakan. Kedua pembentukan task force
yang beranggotakan beberapa divisi / unit terkait dari induk maupun anak usaha.
• Asset Optimization
Pelaksanaan optimalisasi asset-asset idle yang terdapat di seluruh anggota
holding, termasuk pemetaan potensi, kebutuhan untuk clean and clear, dan pelaksanaan
optimalisasi. Akan dilakukan juga identifikasi potensi penggunaan best use dari asset,
pembentukan SBU properti, rencana divestasi asset dan Kerjasama dengan pihak ketiga.

2.2.3 Program Support


Support merupakan yang program yang berfungsi untuk mendukung program
profitability dan Growth agar tujuan tercapai. Support juga bertanggung jawab dalam
melakukan monitoring terhadap cash flow management, monitoring debt restructuring
commitment, dan melakukan rekapitulasi laporan terhadap program yang sedang
berjalan. Berikut adalah program support yang akan dijalankan pada tim Transformasi
EBITDA.

• Review Office
Fungsi dari program Review office adalah meningkatkan koordinasi &
pengambilan keputusan antara induk dan anak perusahaan melalui proses laporan dan
rapat intensif (BOD Meeting, laporan bulanan, meeting koordinasi). Review office juga
melaporkan kemajuan dari keseluruhan program yang ada.
• Cash Office
Fungsi dari Cash office adalah melakukan kontrol terhadap penggunaan kas
menyeluruh melalui tata Kelola yang ketat (Notional Cash Pooling) dan menentukan skala
prioritas dalam penggunaan kas. Selain itu Cash office juga bertanggung jawab untuk
memantau dan mengontrol realisasi anggaran dari tiap program, termasuk menyiapkan
laporan berkala kepada kreditur terkait restrukturisas.

9
Proyek Tranformasi EBITDA merupakan proyek yang akan diterapkan kepada semua anak
perusahaan PT Rajawali Nusantara Indonesia dengan 6 program Profibility dan 3 program
Growth. Program ini akan berjalan selama 52 minggu atau 1 tahun. Berikut adalah aktivitas
dari transforamsi EBITDA selama 3 bulan pertama :

Gambar 4. Key Milestone 3 bulan pertama

n
2.3 Isu Kritikal
isu kritikal dipandang sebagai topik yang berhubungan dengan masalah-masalah
sumber daya yang memerlukan pemecahan disertai dengan adanya kesadaran publik akan
isu tersebut. Berikut adalah isu kritikal terkait Transformasi EBITDA di ID FOOD
2.3.1 Transformasi EBITDA di Anak Perusahaan
Transformasi EBITDA merupakan proyek yang membutuhkan kerja sama dari
tiap anak perusahaan. Untuk membantu dan mendukung proyek Transformasi EBITDA
maka dibutuhkan PIC dari tiap tiap anak perusahaan untuk membantu memenuhi data
awal yang dibutuhkan oleh tim Transformasi EBITDA. Proses awal yang dilakukan pada
proyek ini adalah pembentukan tim PIC Transformasi EBITDA yang bekerja secara
dedicated dalam mendukung kelancaran program yang telah disusun.
Tahap awal tim Transformasi EBITDA melakukan koordinasi dengan pihak SDM
untuk memberi kontak PIC dari masing masing divisi yang dibutuhkan. Dibutuhkan 6
PIC yang berasal dari divisi sekorp, sales/komersial, produksi, SDM, procurement /
pengadaan, dan keuangan. PIC tersebut juga diharapkan dapat mengerti terkait divisi
yang dibutuhkan dan kedepannya akan berkoordinasi dengan tim Transforamsi
EBITDA. Tetapi yang ditemui tim Transformasi EBITDA, beberapa anak perusahaan
belum mempersiapkan masing-masing PIC yang dibutuhkan untuk proyek
Transformasi. Hal ini menunjukkan kurangnya persiapan anak perusahaan untuk
mendukung program Transformasi EBITDA. Terkait PIC yang belum dipersiapkan maka
berdampak pada mundurnya jadwal yang sudah disusun. SDM yang berkoordinasi
dengan tim Transformasi EBITDA meminta tambahan waktu untuk melakukan meeting
internal terkait pembentukan tim PIC tersebut.
Selain itu terdapat juga anak perusahaan yang memberi kontak secara asal
tanpa melakukan koordinasi secara internal dengan pihak terkait. Hal ini membuat pihak

10
PIC tersebut mempertanyakan tujuan dan program terkait EBITDA yang belum
dikoordinir di anak perusahaan. Pihak PIC tersebut meminta untuk mempertanyakan VP
atau GM yang berwenang di anper dan mengalihkan kembali ke pihak SDM karena
masih mempunyai daily activity yang menjadi tanggung jawab utama karena belum ada
SK atau penugasan dari anper itu sendiri.
2.3.2 Kesiapan tim Transformasi EBITDA Internal
Tim Transformasi EBITDA ID FOOD terbagi atas 3 jenis program yaitu
Profitibilitas, Growth, dan Support. Total keseluruhan program adalah 11 program. Tiap-
tiap program tersebut diharuskan memiliki 1 orang PIC (pihak ID FOOD) yang bekerja
secara dedicated. Pada saat tim Transformasi EBITDA dibentuk hanya ada total 7 orang
yang bergabung sebagai PIC di tiap tiap program. Terdapat kekurangan 4 orang dan
belum memiliki PIC di program revenue enhancement, SG&A and other expense
optimization, penataan AP & inorganic growth, cash release acceleration & liquidity
growth. Aktivitas yang dilakukan setelah memiliki kontak PIC di tiap anper per divisi
adalah pengumpulan data yang dilakukan via online. Pengumpulan data dilakukan oleh
7 orang tim dan saling membantu untuk pemenuhan kekurangan 4 orang PIC. Hal ini
berdampak terhadap lambatnya pengumpulan data yang dibutuhkan. Kekurangan 4
orang direncanakan untuk diambil dari anak perusahaan untuk bergabung di proyek ini
selamat setahun. Hal ini juga disebabkan keterlambatan keluarnya SK penunjukan yang
membuat pihak anper terkait belum bisa mengambil keputusan terkait PIC tersebut.
2.3..3 Ketersedian Data
Transformasi EBITDA dalam proses persiapannya membutuhkan beberapa data
dari berbagai divisi pada anak perusahaan. Untuk tahap awal tim Transformasi sudah
mengumpulkan kontak dari tiap tiap divisi terkait data yang dibutuhkan untuk
pemenuhan data awal.Pemenuhan data awal dilakukan oleh tiap PIC untuk mengupload
pada link One drive yang sudah disiapkan tim Transformasi EBITDA. Saat melakukan
zoom meeting yang diikuti oleh tim Transformasi EBITDA, PIC tiap anper, konsultan
(Danareksa & YCP), terdapat PIC dari anper Perindo mempertanyakan terkait
kerahasiaan data yang diberikan karena menyangkut data-data sensitive seperti
keuangan, strategi bisnis, dll. PIC tersebut khawatir terkait bocornya data yang bisa
diakses masing-masing PIC tiap anper. Terkait hal tersebut tim Transformasi EBITDA
mensiasati dengan memindahkan data-data sensitive ke folder internal yang hanya bisa
diakses oleh tim internal Transformasi EBITDA. Tim konsultan memberikan pengarahan
untuk kedepannya terkait pemenuhan data yang bersifat sensitive dan rahasia akan
dilakukan kontak langsung agar pihak lain tidak dapat mengakses data tersebut.
ID FOOD merupakan perusahaan yang bergerak di beberapa lini industri seperti
agro industri, pertanian, peternakan, perdagangan, dll. Dalam proses pemenuhan data,
tim konsultan sudah menyusun daftar-daftar kebutuhan data yang dibutuhkan terkait
analisis awal tim Transforamsi EBITDA. Daftar kebutuhan data tersebut mencakup data
yang terdapat pada divisi produksi, SDM, keuangan, sales/komersial,
pengadaan/logistik. Terkait kebutuhan data tersebut terdapat kendala yang membuat
semua kebutuhan data pada beberapa anak perusahaan tidak dapat terpenuhi.
Contohnya perusahaan Nushindo, PPI,dan GIEB yang bergerak di bidang distribusi dan
perdagangan tentunya tidak memiliki divisi produksi. Hal ini menimbulkan pertanyaan
ketika tim Transformasi EBITDA mengirim daftar kebutuhan data, sementara terdapat
data kebutuhan yang berhubungan dengan divisi produksi dan akhirnya data tersebut
tidak bisa dipenuhi karna memang tidak ada datanya.

11
Hal lain yang menjadi isu saat pengumpulan data adalah tidak adanya template
atau format dalam pengisian data yang dibutuhkan. Terkait format pengumpulan data
sebelumnya dalam zoom meeting sudah diinfokan bahwa pengumpulan data sesuai
dengan format yang ada di masing-masing anper dan tidak dituntut untuk membuat
format khusus. Dalam hal ini masih terdapat keraguan dari anper dalam mengirimkan
data dan meminta contoh dari anper lain yang sudah mengirim data tersebut. Memberi
data dari anper tidak bisa dilakukan karena data tersebut bersifat rahasia. Ketika anper
mulai mengirimkan data, hasilnya terdapat data tidak lengkap dan kurang sesuai. Terkait
hal tersebut tim Transformasi EBITDA mencoba meminta tambahan data untuk
melengkapi data yang kurang via telepon atau chat kepada PIC terkait. Namun PIC tidak
bisa memenuhi karena data tersebut memang tidak ada.

2.4 Transformasi
Transformasi EBITDA akan melakukan banyak perubahan/transformasi di setiap lini
bisnis tiap tiap anper. Transformasi EBITDA memiliki target mencapai kurang lebih 300 M yang
akan disumbang dari masing-masing program yang sudah disusun. Potensi program
peningkatan EBITDA pada holding ID Food didapatkan pada studi yang telah dilakukan
konsultan sebelumnya. Studi tersebut mencakup :

• Analisis kinerja secara finansial dan operasional


• Identifikasi program transformasi EBITDA
• Formulasi perhitungan potensi EBITDA uplift
• Meeting dengan 10 stakeholder terkait dalam entitas ID Food

Untuk saat ini, tim Transformasi EBITDA dan konsultan masih dalam tahap
pengumpulan data. Progress pengumpulan data saat ini sudah mencapai 82% dari total
keselurahan data yang dibutuhkan oleh konsultan untuk melakukan analisis awal untuk
menentukan pendalaman dan pembuatan kebijakan-kebijakan ke tiap tiap anper terkait
program yang sudah disusun. Berikut adalah progress pengumpulan yang telah dilakukan tim
Transformasi EBITDA.

Tabel 1. Progres Pengumpulan Data Anper

12
BAB III
HASIL ANALISA
BAB III HASIL ANALISA
Analisis adalah suatu kegiatan untuk memeriksa atau menyelidiki suatu peristiwa
melalui data atau ikut serta dalam kegiatan tersebut untuk mengetahui keadaan yang
sebenarnya. Setelah melakukan OJT selama 1 bulan di tim Transformasi EBITDA, berikut
adalah hasil analisa yang ditemukan.

No Kekuatan Kelemahan
1 Transformasi EBITDA merupakan Lambatnya pembuatan dan penyebaran
protek yang mendapat dukungan penuh SK terkait Transformasi EBITDA ke anper
dari Direktur Utama ID FOOD sehingga dan ke pihak konsultan sehingga jadwal
setiap program yang menyangkut anak yang sudah disusun harus mundur.
perusahaan dapat dilaksanakan dengan
cepat
2 Transforamsi EBITDA bekerja sama Tim Transformasi EBITDA ID FOOD yang
dengan konsultan ahli dan sudah ditunjuk untuk menjadi PIC tiap
berpengalaman sehingga meningkatkan stream bukan ahli di bidangnya sehingga
peluang untuk menyukseskan target membutuhkan bimbingan dan waktu untuk
dari Transformasi EBITDA mempelajari program yang sudah
disusun.

3 Tim Transformasi EBITDA ID FOOD Kebutuhan data yang dibutuhkan


bekerja secara dedicated sehingga dikumpulkan dalam 1 link onedrive
dapat bekerja full dan fokus untuk sehingga tiap tiap PIC anper dapat
membantu program yang sudah disusun mengakses data privasi dari masing-
Bersama konsultan masing perusahaan.

4 Transformasi EBITDA mengikutsertakan


pihak internal ID FOOD dalam proses
dari awal hingga akhir sehingga SDM
yang ikut bergabung mengerti terkait
proses dan tata cara transformasi yang
dilaksanakan. Kedepannya dapat
dilakukan sharing knowledge oleh pihak
pihak yang terlibat untuk meningkatkan
kualitas SDM di ID FOOD kedepannya

Tabel 2. Hasil Analisa

13
KESIMPULAN

1. Transformasi EBITDA terbagi atas 3 sub program yaitu Support, Profitabilitas, &
Growth. Terdapat 2 program Support yaitu Cash Office & Review Office. Terdapat 6
program Profitabilitas yaitu Revenue Enhancement, Production Excellence, Suplly
Chain Optimization, Procurement Excellence, SG&A Other Expense Optimization, dan
Organization Excellence & Shared Service. Terdapat 3 program Growth yaitu
Penataan AP & Inorganic Growth, Cash Release Acceleration & Liquidity Growth,
Asset Optimization. Target capaian Transformasi EBITDA adalah 300 M.
2. Transformasi EBITDA terdiri 7 orang internal ID FOOD dan 4 orang dari anper yang
bekerja secara dedicated selama 52 minggu atau 1 tahun. Dalam pelaksanaannya
Transformasi EBITDA bekerja sama dengan konsultan dari Danareksa dan YCP
Solidiance.
3. Terdapat 3 isu kritikal yang ditemukan dari Transformasi EBITDA yaitu, kurangnya
persiapan PIC Transformasi EBITDA di anper, kurangnya persiapan tim internal
Transformasi EBITDA, dan Ketersediaan data di anper.

14

Anda mungkin juga menyukai