OLEH :
Dr. M.Dinah Charlota Lerik, S.Psi., M.Si
1
Yang Terhormat,
Apakah ada diantara kita yang belum memiliki SmartPhone ? Benda kecil
berukuran kurang lebih 8x15 cm ini dapat melakukan multi fungsi seperti selfi atau
foto diri sendiri (Barry, Loflin, Rivera-Hudson & Herrington(2017), mengirim pesan
dan menerima pesan via whatsup, facebook, twitter (Aaker & Smith, 2010)
mendengarkan musik, menonton film dan bermain game. Ada juga kakak OVO,
kakak Traveloka dan kakak grab disana. Smart phone sebagai salah satu produk
teknologi informasi merupakan bagian dari revolusi industry 4.0 yang telah
merambah dunia, termasuk Indonesia dan propinsi Nusa Tenggara Timur.
2
dan interaksi manusia secara fundamental (Schwab,2017). Ditandai dengan
munculnya fungsi-fungsi kecerdasan buatan, mobile supercomputing, robot pintar,
mobil tanpa sopir, peningkatan kerja otak neuro-technological, era big data yang
membutuhkan kemampuan keamanan cyber, era pengembangan bioteknologi dan
manipulasi gen dan e-learning.
Laporan The Future of Job Report 2018 tentang pekerjaan masa depan
mem-bahas 10 skill utama yang paling dibutuhkan pada tahun 2022. Skill-skill
tersebut antara lain adalah berpikir analitis dan inovatif, belajar aktif dan strategis,
kreatif dan inisiatif, desain teknologi dan programming, berpikir kritis dan analitis,
pemecahan masalah kompleks, kepemimpinan dan pengaruh sosial, kecerdasan
emosi, pena-laran, analisis sistem dan evaluasi. Setelah tahun 2020, diperkirakan
kemampuan kognitif menjadi ketrampilan yang paling dibutuhkan. Hal tersebut juga
menunjukkan bahwa dibutuhkan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan
kognitif yang fleksibel, logika berpikir yang baik, sensitif terhadap masalah,
kemampuan matematika, dan visualisasi.
3
spasial terus-menerus membutuhkan memori kerja. Perilaku integrasi jalur yaitu
integrasi persepsi berdasarkan gerak-ego terus-menerus atau integrasi informasi
spasial temporal dalam memori kerja. Informasi spasial yang tersimpan dalam
memori jangka panjang memungkinkan berbagai kemampuan navigasi mulai dari
perilaku steriotipe seperti melintasi sebuah rute dan perilaku kompleks seperti
merencanakan rute baru melewati lingkungan yang telah dikenal dengan baik.
4
kanal dan jalur transit. Tepian adalah batas-batas antara dua daerah dan bertindak
sebagai referensi lateral contohnya dinding, tepian pantai, dan tersebut di atas
berperan penting dalam tugas-tugas spasial rutin mencari lokasi dan navigasi
(Caduff & Timpf, 2006) namun peta dan tanda-tanda juga berperan. Peta dan tanda-
tanda adalah perangkat menemukan lokasi yang memberikan informasi untuk
orientasi, arah untuk pengambilan keputusan dan memvisualisasikan konektivitas
antara lokasi saat ini dan lokasi yang dituju. Peta dan tanda-tanda mengidentifikasi
lokasi, dan menyediakan informasi yang relevan untuk pengambilan keputusan
berikut. Peta memfasilitasi penemuan lokasi yang biasa tersedia sebagai diagram
berskala besar di dalam atau di luar sebuah bangunan, tetapi juga dapat tersedia
melalui cara online. Individu yang menemukan lokasi pun memiliki unsur-unsur
internal berupa mekanisme kognitif yang mempersepsi dan mengolah informasi
spasial dari lingkungan.
5
Bahasa untuk mengkomunikasikan arah berdampak pada pembentukan
orientasi spasial yang berhasil ketika menemukan lokasi. Individu berbeda dalam
memilih atau menanggapi satu atau dua arah kardinal, petunjuk rute yang jelas,
jarak yang tepat, kerangka acuan relatif, atau lebih suka perkiraan berdasarkan
tengara. Budaya mempengaruhi cara menggunakan informasi. Individu yang
hidup dalam kelompok budaya berbeda memandang dunia secara berbeda karena
perkembangan proses dan struktur berpikir dalam merespon pengalaman unik dan
tekanan sosial yang dialami. Pengambilan keputusan spasial dan menemukan lokasi
dipengaruhi oleh situasi budaya dan sosial individu.
Kemampuan menemukan lokasi individu memerlukan orientasi spasial yang
didukung oleh interaksi faktor manusia dan lingkungan. Unsur manusia yang
digunakan untuk membuat keputusan berdasarkan informasi tentang karakteristik
sebuah lingkungan. Keputusan ini harus ditransformasi menjadi bentuk tindakan
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pengambilan keputusan dan eksekusi
menuntut individu untuk mencocokkan representasi internal lingkungan dengan
lingkungan itu sendiri, hal ini yang disebut dengan istilah peta kognitif oleh Tolman
(1948). Peta kognitif telah digunakan sebagai bentuk spesifik memori spasial
(O'Keefe & Nadel, 1978). Peta kognitif merupakan metafora “peta di kepala” yang
berarti representasi ruang dua dimensi, kontinyu, terpadu, dan metrik. Peta kognitif
mendapatkan bukti penguat dengan ditemukannya grid sel oleh Moser & Moser
(2014).
Hadirin yang kami hormati,
d. Pengetahuan spasial
1) Familiaritas
Pengetahuan dapat dibedakan dari seberapa baik pengetahuan itu tersedia
(Anderson, 2015; Reason, 1990). Jika individu mengenal daerah tempat tinggal
semasa kecil, maka individu dapat mengakses informasi dari memori dengan
sangat cepat dan mudah. Individu tidak membuat banyak kesalahan dan tahu begitu
saja bagaimana berjalan pulang tanpa tersesat. Pengetahuan ini dapat diandalkan
dan stabil, sebaliknya pengetahuan yang baru diperoleh tidak stabil, misalkan
6
setelah pindah ke sebuah kota yang baru, menjumpai jalan baru, melewati jalan
pintas mengejutkan dan lain-lain. Pengetahuan baru tidak cukup sehingga individu
berpeluang tersesat atau harus menerapkan strategi tertentu seperti mengikuti rute
yang rumit karena tidak mengenal daerah baru itu. Familiaritas adalah pengulangan
paparan lingkungan yang membentuk pengetahaun spasial lingkungan yang stabil
pada memori individu.
Riset-riset telah menunjukkan hubungan antara familiaritas dengan ruang
lingkungan dan kinerja dalam tugas-tugas orientasi seperti menggambar sketsa
peta, menunjuk arah, estimasi jarak dan berjalan melintasi rute menuju lokasi
tujuan (Dijkstra, de Vries, & Jessurun, 2014; Gärling, Book & Ergezen, 1982; Holmes
& Sholl, 2005; Montello, 1991; Murakoshi & Kawai, 2000). Peserta yang familiar
akan menunjukkan kinerja yang lebih baik, karena bergantung pada pengetahuan
yang sudah stabil dalam memori.
7
sebuah tengara sebagai 'dekat' lebih cepat untuk tengara yang menonjol daripada
tengara yang kurang menonjol (Sadalla, Burroughs, & Staplin, 1980). Peserta riset di
kota-kota yang dikenali sering memilih rute yang berbeda pada jalan masuk dan
jalan keluar kota yang juga menunjukkan asimetri dalam pengetahuan spasial di
lingkungan ruang (Golledge, 1995; Stern & Leiser, 1988).
8
spasial bersumber langsung atau melintasi rute sedangkan pengetahuan rute lebih
akurat diperoleh dengan melintasi ruang lingkungan secara langsung (Moeser,
1988; Richardson, Montello & Hegarty, 1999; Thorndyke & Hayes-Roth, 1982).
(iv) Lingkungan virtual
Beberapa penelitian menunjukkan akurasi representasi spasial sama ketika
pengetahuan spasial diperoleh dari pengalaman langsung di lingkungan nyata dan
lingkungan virtual. Ruddle, Payne, & Jones (1997) meneliti representasi spasial
individu yang terbentuk dari desktop lingkungan virtual dengan mereplikasi studi
klasik Thorndyke & Hayes-Roth (1982). Peserta belajar tata letak lantai yang sama.
Setelah belajar rutin selama sembilan hari, peserta menunjukkan tingkat yang sama
dalam estimasi jarak, menunjuk, dan kemampuan navigasi seperti yang dilakukan
peserta dalam navigasi bangunan nyata di studi asli Thorndyke & Hayes-Roth.
Rudlle, et al. (1997) menyimpulkan bahwa bila individu mendapatkan pengalaman
yang cukup akan dapat mempelajari pengetahuan spasial sebuah lingkungan
virtual dengan cara yang sama dengan mempelajari pengetahuan spasial di dunia
nyata. Peneliti lain memperoleh kesimpulan yang sama tentang penggunaan
lingkungan virtual untuk memperoleh pengetahuan rute (Waller, Knapp, & Hunt,
1998).
Konstruksi representasi pengetahuan survei dengan navigasi dalam
lingkungan virtual lebih sulit. Hal ini karena perolehan pengetahuan survei
memerlukan lebih banyak sumber daya kognitif dari pengetahuan rute dan
lingkungan virtual menuntut sumber daya kesadaran kognitif yang lebih sedikit.
Hasil riset Richardson et al. (1999) menunjukkan ada peluang akuisisi pengetahuan
survei dengan memasukan tiga grup peserta yang belajar gedung bertingkat
dimana dua grup belajar dari desktop lingkungan virtual dan grup lain belajar dari
peta dan jalan kaki. Peserta dari ketiga grup menunjukkan kinerja level jarak yang
sama atau estimasi menunjuk ruang di lantai yang sama membuktikan
pengetahuan spasial sejenis telah diperoleh. Namun, peserta belajar lingkungan
virtual berkinerja lebih buruk dalam estimasi arah dan jarak antara dua lantai.
Peserta juga kesulitan dalam orientasi vertikal relatif dua lantai karena kurangan
akurasi dalam mengintegrasi tata letak dua lantai dalam konfigurasi global.
9
(v) Deskripsi verbal
10
berdasarkan ciri khusus dalam proses memperoleh pengetahuan yang bertujuan
adaptasi dengan lingkungan yang selalu berubah.
Individu-individu belajar dan mengingat relasi spasial lingkungan dalam cara
yang berbeda dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran primer terjadi bila individu
bergerak melalui lingkungan secara langsung. Pembelajaran sekunder terjadi ketika
individu mengobservasi dan mempelajari lingkungan secara tidak langsung melalui
sebuah peta atau petunjuk verbal.
11
Individu dengan tipe belajar sekunder petunjuk verbal menyerap informasi
spasial seperti tanda, luminositas, tengara, dan struktur secara tidak langsung dari
deskripsi verbal sebuah tujuan lokasi. Sumber informasi spasial dari petunjuk verbal
diserap sensori dan diproses menjadi representasi mental atau peta kognitif. Peta
kognitif individu yang sesuai dengan representasi lingkungan luar ditransformasi
menjadi pilihan gerakan tubuh selanjutnya untuk melintasi ruang menuju sebuah
tujuan lokasi. Proses menyerap informasi sensori motorik dan mentransformasi
informasi menjadi gerakan tubuh selanjutnya terjadi secara terus-menerus selama
individu melintasi ruang dalam durasi waktu tertentu sampai individu mencapai
lokasi yang diinginkan. Pengetahuan spasial lingkungan baru yang dimiliki individu
masih belum stabil dalam memori.
Individu dengan tipe belajar lingkungan berbeda tersebut di atas melintasi
ruang menuju tujuan lokasi dalam kecepatan menelusuri ulang rute yang lebih cepat
dari waktu menelusuri rute pertama kali. Individu yang menelusuri ulang rute
kedua kali mengalami familiaritas lingkungan baru yang meningkat dan mengalami
penurunan waktu tempuh menelusuri ulang rute kedua kali. Pengetahuan spasial
lingkungan baru yang dimiliki individu menuju stabil dalam memori.
Individu dengan tipe belajar lingkungan berbeda tersebut di atas melintasi
ruang menuju tujuan lokasi dalam kecepatan menelusuri ulang rute yang lebih cepat
dari waktu menelusuri rute kedua kali. Individu yang menelusuri ulang rute ketiga
kali mengalami familiaritas lingkungan yang meningkat dan mengalami penurunan
waktu tempuh menelusuri ulang rute ketiga kali. Pengetahaun spasial individu sudah
menjadi stabil dalam memori.
Individu-individu dengan tipe belajar rute, peta dan petunjuk verbal yang
telah memiliki pengetahuan spasial yang sudah stabil dalam memori menunjukkan
perbedaan individu dalam perilaku ketepatan melengkapi rute/peta/petunjuk verbal
menemukan lokasi.
Individu-individu dengan tipe belajar rute, peta dan petunjuk verbal yang
telah memiliki pengetahuan spasial yang sudah stabil akan berbeda dalam perilaku
ketepatan estimasi arah menemukan lokasi.
12
Individu-individu dengan tipe belajar rute, peta dan petunjuk verbal yang
telah memiliki pengetahuan spasial yang sudah stabil dalam memori akan berbeda
dalam perilaku ketepatan estimasi jarak menemukan lokasi.
13
untuk pemberian stimulus belajar yang tepat untuk memaksimalkan kemampuan
kognitif seseorang.
Kemampuan kognitif yang di upskiling untuk menjawab kebutuhan dunia
kerja dapat juga dikembangkan dengan Pendirian Fakultas Psikologi Undana yang
dapat memfasilitiasi para dosen-dosen psikologi melakukan penelitian terpadu
tentang peningkatan dan terobosan baru bagi kemampuan kognitif mahasiswa
khususnya dan masyarakat NTT pada umumnya dan Indonesia dalam ruang lingkup
yang lebih luas.
Kehadiran Fakutas Psikologi di NTT akan bersumbangsih nyata
menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia NTT agar berdaya saing
dalam era disruptive teknologi yang segera datang. Kedua, antisipasi dampak
negatif, terutama dehumanisasi dan mencarikan solusi atau terapi bagi manusia era
digital ini. Peranan psikologi perlu dihadirkan untuk mengembangkan dan
memperkaya kekuatan positif manusia.
Akhir kata, Saya sampaikan selamat Kepada seluruh Civitas Akademika
Universitas Nusa Cendana, terutama kepada para Wisudawan beserta keluarga dan
orang tuanya. Terimaksih atas segala perhatian Bapak, Ibu dan hadirin sekalian
telah mengikuti orasi ilmiah yang saya sampaikan ini.
14
Daftar Bacaan
Aaker, J., & Smith, A. (2010). The dragonfly effect: Quick, effective, and powerful
ways to use social media to drive social change. John Wiley & Sons.
Allen,G. L. (1999). Spatial abilities, cognitive maps, and wayfinding : bases for
individual differences in spatial cognition and behavior. In R.G. Golledge (ed),
Wayfinding behavior : cognitive mapping and other spatial processes (hal.46-
80). Baltimore : John Hopkins University Press.
Anacta, V. J. A., & Schwering, A. (2010, August). Men to the east and women to the
right: Wayfinding with verbal route instructions. In International Conference
on Spatial Cognition (hal. 70-84). Springer Berlin Heidelberg.
Barry, C. T., Doucette, H., Loflin, D. C., Rivera-Hudson, N., & Herrington, L. L.
(2017). “Let me take a selfie”: Associations between self-photography,
narcissism, and self-esteem. Psychology of Popular Media Culture, 6(1), 48-
60.http://dx.doi.org/10.1037/ppm0000089
Caduff, D., & Timpf, S. (2006). A framework for assessing the salience of landmark
for wayfinding tasks. Cognitive processing, 1(7), 23-23.
15
Dijkstra, J., de Vries, B., & Jessurun, J. (2014). Wayfinding search strategies and
matching familiarity in the built environment through virtual navigation.
Transportation Research Procedia, 2, 141-148.
Downs, R. M., & Stea, D. (1973). Cognitive maps and spatial behavior: process and
products. In R. M. Downs & D. Stea (Eds.), Image and environment:
cognitive mapping and spatial behavior (hal. 8–26). Chicago: Aldine.
Lerik, M.D.C. (2018). Peran tipe belajar lingkungan dalam kemampuan menemukan
lokasi dengan mengendalikan kepekaan Arah, perilaku mengambil risiko, dan
kecemasan spasial. Disertasi.
Lourenco, S. F., & Huttenlocher, J. (2006). How do young children determine
location? Evidence from disorientation tasks. Cognition, 100(3), 511-529.
Lynch, K. (1960). The image of the city (Vol. 11). MIT press.
Moser, E. I., Moser, M. B., & Roudi, Y. (2014). Network mechanisms of grid cells.
Philosophical Transactions of the Royal Society B: Biological Sciences,
369(1635), 20120511.
Picinali, L., Afonso, A., Denis, M., & Katz, B. F. (2014). Exploration of architectural
spaces by blind people using auditory virtual reality for the construction of
spatial knowledge. International Journal of Human-Computer Studies, 72(4),
393-407.
16
Ristekdikti. 2018. Pacu berpikir kreatif dan inovatif di Era Revolusi Industri 4.0.
Retrieved from Layout-Majalah-Ristekdikti-I-2018-Update.
Tolman, E. C. (1948). Cognitive maps in rats and men. Psychological Review, Vol
55(4), 189-208. doi : 10.1037/h0061626.
A. IDENTITAS
Nama Lengkap : M.Dinah Charlota Lerik
Tempat/tanggal Lahir : Atambua, 15 Juni 1970
Alamat rumah (tetap) : Jl. Kartini I, No.3 Kupang-NTT
Pekerjaan : Dosen Prodi Psikologi, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Nusa Cendana
Jl. Adisucipto-Penfui, Kupang NTT
Nama Orangtua : Semuel K.Lerik (Alm) dan Maria Louisa Adu
Nama Suam i : Doppy Roy Nendissa
Anak : Abraham Nendissa
B. PENDIDIKAN
17
3. S3 a. Program Studi : Psikologi Kognitif
b. Universitas : UGM
c. Tahun Lulus : 2018
D. PELATIHAN/PENATARAN/KURSUS
E. PENGHARGAAN
F. PUBLIKASI
18
pendahuluan). ISBN : 978-71459-3-1 978-71459-3-1
4. Sex Differences and emotion in Applied Psychology 2016
wayfinding :using a map or verbal Readings.Selected papers from
direction (a pilot study) Singapure conference on applied
Psychology. Man-Tak Leung. Lee-
Ming Tan editors . Springers-
Singapore
5. The relationship between different Proceeding The 1st international 2019
types of learning environments with confernce on psychology 2019 (on
individual differences in navigation review)
skills
19