Anda di halaman 1dari 4

TATA CARA PERSIDANGAN

I. Unsur-unsur persidangan
Unsur-unsur persidangan, yaitu :
A. Tempat atau ruang sidang
B. Waktu
C. Masalah/agenda/acara sidang
D. Pimpinan Sidang dan sekretaris/notulen.
E. Peserta sidang
F. Perlengkapan sidang
G. Tata tertib sidang

II. Quorum dan pengambilan keputusan


Quorum adalah batas minimal peserta sidang yang harus hadir untuk mengesahkan suatu
keputusan dalam persidangan.
A. Persidangan dinyatakan sah/quorum apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya ½ n + 1 dari
Jumlah anggota
B. Setiap keputusan didasarkan atas musyawarah untuk mufakat, dan jika tidak berhasil diambil
melalui suara terbanyak (½ + 1) dari peserta yang hadir di persidangan
C. Bila dalam pengambilan keputusan melalui suara terbanyak terjadi suara seimbang, maka
dilakukan lobbying sebelum dilakukan pemungutan suara ulang.

III. Penggunaan palu Sidang


Palu sidang berfungsi untuk mempertegas atau mengesahkan hasil keputusan sidang.
Dalam sidang/rapat, penggunaan palu sangat penting sekali, pimpinan sidang/rapat harus
memahami tata cara penggunaan palu sidang. Karena, kesalahan penggunaan atau pengetukan
palu sidang akan mengacaukan situasi sidang.
Jenis-jenis penggunaan palu sidang :
A. Satu (1) kali ketukan, digunakan pada :
1. Menerima dan menyerahkan pimpinan sidang
2. Mengesahkan kesepakatan/keputusan sela
3. Mengesahkan kesepakatan/keputusan sidang secara poin per poin atau pasal per pasal.
4. Memberikan perhatian kepada peserta sidang untuk tidak membuat gaduh.
5. Menskorsing dan mencabut skorsing yang lamanya 1 x 15 menit.
6. Mencabut kembali keputusan yang dianggap keliru.
B. Dua (2) kali ketukan, digunakan pada :
Menskorsing dan mencabut skorsing yang waktunya lama, mis: 2 x 15 menit, 2 x 30 menit,
istirahat, makan, d.l.l (catatan : dalam praktek umumnya hal ini tidak ada, digantikan
dengan ketukan 1 kali)
C. Tiga (3) kali ketukan, digunakan pada :
1. Pembukaan atau penutupan sidang secara resmi
2. Pengesahan keputusan final/pembacaan konsideran
D. Berkali-kali, digunakan untuk peringatan atau meminta perhatian peserta sidang/rapat

Beberapa contoh kalimat yang digunakan oleh Pimpinan Sidang/Majelis Ketua dalam
persidangan:
 Membuka sidang :
“Dengan mengucapkan Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, maka sidang
…………………. Saya nyatakan dibuka dengan resmi dan terbuka/tertutup untuk umum”
tok…tok…tok
 Menutup Sidang:
“Dengan mengucapkan Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, maka sidang
…………………. Saya nyatakan ditutup dengan resmi ” tok…tok…tok
 Mengalihkan pimpinan sidang:
“Dengan mengucapkan Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, maka palu sidang
saya serahkan kepada pimpinan sidang/majelis ketua berikutnya ” tok…
 Mengambil alih pimpinan sidang:
“Dengan mengucapkan Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, palu sidang saya
terima dan sidang dilanjutkan ” tok…
 Mengskorsing sidang:
“Dengan memperhatikan saran dan pendapat peserta sidang, maka sidang saya skorsing
selama 1 x 15 menit dari pukul 12.00 dan berakhir pada pukul 12.15” tok..
 Mencabut skorsing sidang:
“Dengan memperhatikan kehadiran peserta sidang dan waktu skorsing, maka skors saya
cabut dan sidang dilanjutkan” tok..
“Sidang saya skorsing dengan batas waktu yang tidak ditentukan (dead lock)” tok..tok..
 Memberi peringatan kepada peserta sidang:
tok..tok…tok….tok…tok…tok…. “Peserta sidang diharapkan tenang!”

IV. Istilah dalam persidangan


A. Skorsing, yaitu penundaan acara sidang untuk sementara waktu atau dalam waktu tertentu
pada waktu sidang berlangsung.
B. Lobby, yaitu penentuan jalan tengah atas konflik dengan skorsing waktu untuk
menyatukan pandangan melalui obrolan antara dua pihak atau lebih yang berseberangan
secara informal.
C. Notulis adalah Orang yang mencatat setiap persitiwa selama proses persidangan
berlangsung.
D. Kualifikasi adalah kesempatan untuk saling berargumentasi antar peserta sidang terhadap
suatu persoalan.
E. Interpretasi adalah Penjelasan terhadap permasalahan agar mendapatkan informasi yang
lebih tepat dan tema yang berkembang menjadi dimengerti.
F. Debat adalah suatu bentuk tukar pikiran dengan tanpa aturan tertentu yang masing-masing
peserta tidak mau menerima pendapat orang lain.
G. Kontradiksi ialah perbedaan pendapat yang menajam sehingga terkadang diskusi harus
diskors (diberhentikan sementara waktu).
H. Aklamasi adalah kesepakatan dalam suatu sidang/rapat dengan suara bulat persetujuan yang
tidak lagi memerlukan pemungutan suara.
I. Mosi ialah usul untuk merubah sesuatu atau meniadakan sama sekali suatu keputusan sidang
mengenai suatu masalah setelah diperdebatkan dan disahkan.
J. Amandemen ialah perubahan yang diajukan terhadap suatu usul.
K. Musyawarah mufakat, yaitu pengambilan keputusan berdasarkan kesepakatan bersama
secara aklamasi.
L. Voting, yaitu pengambilan keputusan berdasarkan suara terbanyak. Bisa dilakukan secara
terbuka atau tertutup.
M. Formatur, yaitu peserta sidang yang dipilih untuk membantu tugas ketua terpilih dalam
menyusun kepengurusan
N. Dead Lock, yaitu suasana musyawarah yang macet akibat masing-masing pihak berpegang
kukuh pada argumentasinya, tidak ada yang mengalah, maka sidang dihentikan.
O. Walk Out, yaitu peserta sidang meninggalkan acara sidang sebagai protes atau
ketidaksetujuan atas jalannya persidangan.
P. One Man One Vote, yakni setiap peserta memiliki hak satu suara dalam pengambilan
keputusan secara voting
Q. One Delegation One Vote, yaitu setiap delegasi/tim memiliki hak satu suara dalam
pengambilan keputusan secara voting.
R. Interupsi, yaitu memotong/menyela pembicaraan pimpinan sidang atau peserta lain,
ditempuh dengan menggunakan kata "interupsi" yang pada hakekatnya meminta
kesepakatan untuk berbicara.
Interupsi terdiri atas 4 (empat) macam, yaitu:
1. Interupsi Point of Order / Usulan: dikatakan jika pembicaraan akan diajukan berkaitan
langsung dengan pokok pembicaraan / meminta kesempatan untuk berbicara,
dipergunakan untuk mengajukan usulan.
2. Interupsi Point of Clarification / Klarifikasi: dikatakan untuk meluruskan permasalahan
atau memperjelas suatu usulan atau pendapat sebelumnya
3. Interupsi Point of Information / Informasi : Memberi/meminta penjelasan atas apa yang
telah disampaikan.
4. Interupsi point of personal privilege / Personality : dikatakan untuk membela diri atau
tidak setuju atas pembicaraan yang sedang berlangsung memojokkan atau menyinggung
persoalan individu/pribadi atau orang tertentu.
Selain itu juga, ada beberapa tambahan-tambahan yang biasa digunakan, yaitu :
 Point of Clearens, dikatakan dan terjadi jika seorang peserta dikatakan Personality (PP)
oleh peserta sidang yang lain, maka hali ini yang dipakai sebagai interupsi demi
meluruskan/menyangga hal yang terjadi atau dimaksud.
 Point of Solution / Usulan Kongkrit, merupakan interupsi yang digunakan jika peserta
sidang ingin menyampaikan/menawarkan usulan atau solusi yang dianggap jitu untuk
suatu masalah.
 Point of Justification, merupakan interupsi yang digunakan untuk menguatkan pendapat
sebelumnya
 Peninjauan Kembali, merupakan usulan untuk peninjauan kembali terhadap draft yang
sudah disepakati sebelum disahkan.
 Masuk, hal ini menandakan untuk minta bicara
 Kata “interupsi” digunakan untuk memotong pembicaraan
Hal-hal yang perlu juga diperhatikan :
 Tidak ada kata “interupsi diatas interupsi”
 Tidak ada interupsi disaat sedang sunyi
 Pimpinan sidang harus menguasai sirkulasi penyampaian pendapat

V. Penutup
Kepiawaian dalam memimpin sidang maupun kemampuan dalam berdiskusi tidak dapat
hanya dengan membaca dan memahami materi ini, tetapi dibutuhkan pengalaman, oleh karena
itu sangat perlu bagi seseorang mengasah dirinya dan berpartisipasi aktif dalam setiap pertemuan
formal maupun informal di setiap organisasi.
Semoga materi ini bermanfaat bagi rekan-rekan dalam menjalani kehidupan organisasi
dimana saja. Tinggilah Imanmu, Tinggilah Ilmumu, Tinggilah Pengabdianmu, Agar semua
menjadi satu. Amin.

Anda mungkin juga menyukai