Anda di halaman 1dari 22

PERENCANAAN POWERSHIFT TRANSMISSION

KAWASAKI WHEEL LOADER 60ZV

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I


pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik

Oleh :

ARDI PURWANTO
D 200 130 121

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
HALAMAN PERSETUJUAN

PERENCANAAN POWERSHIFT TRANSMISSION


KAWASAKI WHEEL LOADER 60ZV

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh :

ARDI PURWANTO
D 200 130 121

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen
Pembimbing

Wijianto, ST, M.Eng.Sc

i
HALAMAN PENGESAHAN

PERENCANAAN POWERSHIFT TRANSMISSION


KAWASAKI WHEEL LOADER 60ZV

OLEH :

ARDI PURWANTO
D 200 130 121

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji


Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari Rabu, 14 Agustus 2019
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji :
1. Wijianto, ST, M.Eng,Sc (.....................)
(Ketua Dewan Penguji)

2. Ir. Sartono Putro, MT (......................)


(Anggota I Dewan Penguji)

3. Supriyono, ST, MT, Ph.D (......................)


(Anggota II Dewan Penguji)

Dekan,

Ir. Sri Sunarjono, MT. Ph.D

ii
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis
diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,
maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 21 Agustus 2019

Penulis

ARDI PURWANTO
D 200 130 121

iii
PERENCANAAN POWERSHIFT TRANSMISSION KAWASAKI WHEEL
LOADER 60ZV

Abstrak

Sistem transmisi merupakan proses pemindahan tenaga dari engine menuju ke


defferential, yang kemudian menggerakkan wheel. Pada unit alat berat khususnya
Kawasaki wheel loader sudah menggunakan transimisi tipe powershift.
Perencanaan powershift ini dilakukan untuk mengetahui mekanisme kerja
transmisi powershift dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan ini.
Selanjutnya metode dari perencanaan powershift transmission ini yang pertama
adalah membuat diagram alir prosedur perencanaan, pengumpulan data, kemudian
membuat analisa perhitungan. Analisa perhitungan meliputi dimensi roda gigi,
diameter poros, bantalan, dan pasak. Dari perhitungan didapat hasil untuk
pemilihan bahan sesuai dengan standar aman yaitu untuk roda gigi menggunakan
bahan SNC 3 dengan nilai kekuatan tarik σ B = 95 Kg/mm2 , nilai kekerasan
Brinell HB = 269 – 321, tegangan lentur yang diizinkan σ a = 40 – 60 Kg/mm2 .
Untuk poros diameter 60mm menggunakan bahan S 40 C dengan nilai σ B = 55
Kg/mm2 . Pasak menggunakan bahan S 35 C dengan nilai σ B = 52 Kg/mm2 ,
dimensi pasak b = 18 mm, h = 10 mm, t 1 = 7 mm, t 2 = 4,4 mm dan l = 75 mm.
Untuk bantalan menggunakan SKF 1212 dengan nilai C = 3181,5 Kg, C o =
1274,65 Kg, dimensi bantalan d = 60 mm, D = 110 mm, B = 22 mm.

Kata Kunci : sistem hidrolik, transmission wheel loader, powershift transmission

Abstract

The transmission system is the process of transferring power from the engine to
the differential, which then moves the wheel. In heavy equipment units, especially
the Kawasaki wheel loader, it uses a powershift type transmission. This
powershift plan was conducted to find out the working mechanism of powershift
transmission and things that need to be considered in this planning. Next is the
method of planning the first transmission powershift is to make a flow chart of
planning procedures, data collection, then make a calculation analysis. Calculation
analysis includes the dimensions of the gear, shaft diameter, bearing, and peg.
From the calculation, the results for the selection of materials according to safe
standards are for gears using SNC 3 with tensile strength values σ B = 95 Kg/
mm2 , Brinell hardness value HB = 269 - 321, permissible bending stresses σ a = 40
– 60 Kg/mm2 . For 60 mm diameter shaft using S 40 C material with a value of σ B
= 55 Kg/mm2 . The stake uses S 35 C material with a value of σ B = 52 Kg/mm2 ,
the dimensions of the stake b = 18 mm, h = 10 mm, t1 = 7 mm, t 2 = 4.4 mm and l
= 75 mm. For bearings using SKF 1212 with a value of C = 3181.5 Kg, Co =
1274.65 Kg, dimensions of bearing d = 60 mm, D = 110 mm, B = 22 mm.

Keywords: hydraulic system, transmission wheel loader, powershift transmission

1
1. PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengalami kemajuan yang
sangat pesat. Seiring dengan perkembangan tersebut teknologi dibidang otomotif
juga mengalami peningkatan, baik dari segi desain maupun teknologi didalamnya.
Pada era globalisasi sekarang ini, alat berat merupakan salah satu hal yang sangat
dibutuhkan untuk mempercepat suatu kerja. Alat berat biasanya digunakan pada
pertambangan, pembangunan, kehutanan dan lain – lain. Untuk itu penulis
melakukan analisa pada alat berat yaitu Kawasaki wheel loader 60ZV.
Wheel loader merupakan sebuah alat untuk memuat dan memindahkan
material dari suatu tempat ketempat lain. Dilihat dari strukturnya, komponen
power train pada wheel loader terdiri dari : engine, torque converter,
transmission, output transfer gear, front drive shaft, front final drive, rear drive
shaft, rear final drive. Transmission adalah komponen yang berfungsi untuk
mengubah kecepatan mesin dengan perkaitan gigi – gigi dalam berbagai
kombinasi. Sehingga opersai kerja unit sangat dipengaruhi oleh transmission.
Teknologi transmisi pada alat berat ada beragam, yaitu transmisi manual
(direct drive transmission), torqflow transmission dan powershift transmission.
Direct drive transmission adalah transmisi yang menggunakan flywheel clutch
sebagai media penghubung dan pemutus antara engine dengan transmission.
Sedangkan torqflow transmission dan powershift transmisson adalah transmisi
yang menggunakan clutch fluida dimana perpindahan giginya langsung tanpa
harus memutuskan hubungan antara engine dengan transmission. Transmisi
tersebut mempunyai keunggulan dan kelemahannya masing – masing, sehingga
ketiga transmission tersebut sampai sekarang ini masih bersaing.

2. METODE
Penelitian ini untuk merancang ulang Sistem Transmisi tipe powershift wheel
loader 60zv yang melingkupi mengetahui mekanisme kerja powershift
transmision wheel loader 60zv, Mengetahui dimensi roda gigi, bahan roda gigi,
kekuatan roda gigi, dimensi poros, bahan poros, kekuatan poros, dimensi pasak,

2
bahan pasak, kekuatan pasak, dimensi bantalan, tipe bantalan, dan kekuatan
bantalan

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Perhitungan Poros
Daya rencana ( P d )
Pd = fc . P ( Dari persamaan 11, Bab 3 )
dimana :
Fc = 1 ( faktor koreksi ). Table 1.6 Sularso, Elemen Mesin hal 7
P = 96 KW
Pd = 1 . 96 KW = 96 KW
Momen Puntir Rencana (T)
𝑃
T = 9,74 x 105 𝑛𝑑 ( Dari persamaan 12, Bab 3 )
96
= 9,74 x 1052200

T = 42.501,81 kg.mm
Tegangan geser yang diijinkan (𝜏 a )
𝜎𝛽
𝜏a =S ( Dari persamaan 14, Bab 3 )
f1 𝑥𝑆𝑓2

dimana :
σB = Kekuatan tarik
Bahan poros S 40 C dengan kekuatan tarik = 55 kg/mm2
sf 1 = faktor koreksi terhadap massa= 6,0
sf 2 = faktor koreksi terhadap konsentrasi tegangan= 2,0
Maka :
55
𝜏a = 6 𝑥 2 = 4,58 kg/mm2

Diameter poros (d)


1
5,1 3
ds =� 𝜏 × 𝐾𝑡 × 𝐶𝑏 × 𝑇� ( Dari persamaan 15, Bab 3 )
𝑎

dimana :
Kt = Faktor koreksi beban akibat tumbukan kejut = 2,0
Cb = Faktor koreksi lentur akibat beban lentur = 2,3

3
Maka :
1
5,1 3
ds = � 𝜏 × 𝐾𝑡 × 𝐶𝑏 × 𝑇�
𝑎
1
5,1 3
=�4,58 𝑥 2,0 𝑥 2,3 𝑥 42501,81�

= 60,15 mm diambil 60 mm
Tegangan geser yang terjadi pada poros (τ )
T
τ = 5,1(𝑑 ( Dari persamaan 16, Bab 3 )
𝑠 )³

42501,81
= 5,1 ( 60 )³

τ = 1 kg/mm2
Checking Tegangan
𝜏 maks < 𝜏a
R

1 kg/mm2 < 4,58 kg/mm2 ( Aman )

Gaya keliling poros ; F H (N)


Mt
FH =
do / 2
Mt 42501,81
F H2 = = = 1517,92 N
do 2 / 2 56 / 2

Mt 42501,81
F H3 = = = 923,95 N
do3 / 2 92 / 2

Mt 42501,81
F H4 = = = 1371,02 N
do 4 / 2 62 / 2
Gaya Radial poros ; F R (N)
F V = tan α . F H
α = 20o sudut tekan roda gigi
F V2 = tan α . F H2 = tan 20o x 1517,92 = 552,47 N
F V3 = tan α . F H3 = tan 20o x 923,95 = 336,29 N
F V4 = tan α . F H4 = tan 20o x 1371,02 = 499,01 N

4
Tumpuan A
∑MB = 0
= F A (50+200+170+80) –Fv 2 (200+170+80) – Fv 3 (170+80) – Fv 4 (80)
Fv 2 (450) + Fv3 (250) + Fv 4 (80)
Fv A =
500
552,47(450) + 336,29(250) + 499,01(80)
Fv A =
500
372604,8
Fv A =
500
Fv A = 745,2 N
FH 2 (450) + FH 3 (250) + FH 4 (80)
F HA =
500
1517,92(450) + 923,95(250) + 1371,02(80)
F HA =
500
1023733,1
F HA =
500
F HA = 2047,46 N
Tumpuan B
∑MA = 0
= F B (80+170+200+50) – Fv 4 (170+200+50) – Fv 3 (200+50) – Fv 2 (50)
Fv 4 (420) + Fv3 (250) + Fv 2 (50)
Fv B =
500

5
499,01(420) + 336,29(250) + 552,47(50)
Fv B =
500
321280,2
Fv B =
500
Fv B = 642,56 N
FH 4 (420) + FH 3 (250) + FH 2 (50)
F HB =
500
1371,02(420) + 923,95(250) + 1517,92(50)
F HB =
500
882711,9
F HB =
500
F HB = 1765,42 N
Fv R = Fv A + Fv B
= 745,2 + 642,56
= 1387,76 N
Check ∑ Fv = Fv A + Fv B – Fv 2 – Fv 3 – Fv 4
= 745,7 + 642,56 – 552,47 – 336,29 – 499,01 = 0
Check ∑ F H = F HA + F HB – F H2 – F H3 – F H4
= 2047,46 + 1765,42 – 1517,92 – 923,95 – 1371,02 = 0
Momen pada Poros 1
• Arah Vertikal
Mv = Fv.1 ; Mv A = 0; Mv B = 0
Mv 2 = 50.Fv A = 50. 745,2 = 37260 Kg.mm
Mv 3 = (50 + 200) . Fv A – 50.Fv 2
= (250) 745,2 – (50) 552,47
= 158676,5 Kg.mm
Mv 4 = 170. Fv B = 170. 642,56 = 109235,2 Kg.mm
• Arah Horisontal
M H = F H .1 ; M HA = 0 ; M HB = 0
M H2 = 50.F HA = 50.2047,46 = 102373 Kg.mm
M H3 = (50+200) . F HA – 50.F H2
= (250) 2047,46 – (50) 1517,92

6
= 435969 Kg.mm
M H4 = 170. F HB = 170. 1765,42 = 300121,4 Kg.mm
Diagram SFD dan BMD arah vertikal poros I

Diagram SFD dan BMD arah horizontal poros I

7
3.2 Poros II ( out put shaft )
Diketahui :
Daya yang ditransmisikan = 96 KW
Daya rencana (P d ) = 96 KW
Momen Puntir Rencana (T) = 42501,81 kg.mm
Tegangan geser yang diijinkan (𝜏 a ) = 4,58 kg/mm2
Diameter poros (d)
1
5,1 3
ds =� 𝜏 × 𝐾𝑡 × 𝐶𝑏 × 𝑇�
𝑎

Dimana :
K t = Faktor koreksi (1,5 – 3) diambil 2,0
C b = Faktor koreksi beban lentur ( 1,2 – 2,3 ) diambil 2,3
Maka :
1
5,1 3
ds =�4,58 × 2,0 × 2,3 × 42501,81 �

= 60,15 mm
= 60 mm
Tegangan geser yang terjadi pada poros (𝜏 )
T
𝜏 = 5,1
(d s ) 3
42501,81
𝜏 = 5,1
(60)3
𝜏 = 1 kg/mm2
Checking Tegangan
𝜏 maks < 𝜏a
R

1 kg/mm2 < 4,58 kg/mm2 ( Aman )


Gaya keliling poros ; F H (Kg)
Mt
FH =
do / 2
Mt 42501,81
F H5 = = = 1517,92 N
do5 / 2 56 / 2

8
Mt 42501,81
F H6 = = = 923,95 N
do6 / 2 92 / 2

Mt 42501,81
F H7 = = = 685,51 N
do7 / 2 124 / 2

Mt 42501,81
F H8 = = = 1931,9 N
do8 / 2 44 / 2
Gaya Radial poros ; F R (N)
F V = tan α . F H
α = 20o
F V5 = tan α . F H5 = tan 20o x 1517,92 = 552,47 N
F V6 = tan α . F H6 = tan 20o x 923,95 = 336,29 N
F V7 = tan α . F H7 = tan 20o x 685,51 = 249,5 N
F V8 = tan α . F H8 = tan 20o x 1931,9 = 703,15 N

Tumpuan A
∑MB = 0
= F A (50+200+150+20+80) – Fv 5 (200+150+20+80) – Fv 6 (150+20+80) –
Fv 8 (20+80) – Fv 7 (80)
Fv5 (450) + Fv6 (250) + Fv8 (100) + Fv7 (80)
Fv A =
500
Fv A =
422959
Fv A =
500
Fv A = 845,91 Kg

9
FH 5 (450) + FH 6 (250) + FH 8 (100) + FH 7 (80)
F HA =
500
1517,92(450) + 923,95(250) + 1931,9(100) + 685,51(80)
F HA =
500
F HA = 2324,16 N
Tumpuan B
∑MA = 0
= F B (80+20+150+200+50) – Fv 7 (20+150+200+50)–Fv 8 (150+200+50)
– Fv 6 (200+50) – Fv 5 (50)
Fv7 (420) + Fv8 (400) + Fv6 (250) + Fv5 (50)
Fv B =
500
249,5(420) + 703,15(400) + 336,29(250) + 552,47(50)
Fv B =
500
Fv B = 995,49 N
FH 7 (420) + FH 8 (400) + FH 6 (250) + FH 5 (50)
F HB =
500
685,51(420) + 1931,9(400) + 923,95(250) + 1517,92(50)
F HB =
500
F HB = 2734,39 N
Fv R = Fv A + Fv B
= 845,91 + 995,49
= 1841,4 N
Check ∑ Fv = Fv A + Fv B – Fv 5 – Fv 6 – Fv 7 – F V8
= 845,91 + 995,49 – 552,47 – 336,29 – 249,5 – 703,15 = 0
Check ∑ F H = F HA + F HB – F H5 – F H6 – F H7 – F H8
= 2324,16 + 2734,9–1517,92–923,95–1931,9–685,51 = 0
Momen pada Poros II
• Arah Vertikal
Mv = Fv.1 ; Mv A = 0; Mv B = 0
Mv 5 = 50 .Fv A = 50 . 845,91= 42295,5 Kg.mm
Mv 6 = (50+200) . Fv A – 50.Fv 5
= (250) 845,91– (50) 552,47

10
= 186104 Kg.mm
Mv 8 = (50+200+150) Fv A – (50+200) Fv 6 – (50) Fv 5
= (400) 845,91 – (250)336,29 – (50) 552,47
= 281915 Kg.mm
Mv 7 = 20. Fv B = 20 . 995,49 = 19909,8 Kg.mm
• Arah Horisontal
M H = F H .1 ; M HA = 0 ; M HB = 0
M H5 = 50.F HA = 50. 2324,16 = 116208 Kg.mm
M H6 = (50+200) . F HA – 50.F H5
= (250) 2324,16 – (50) 1517,92
= 505144 Kg.mm
M H8 = (80+20) F HB – (80) F H7
= (100) 2734,9 – (80) 685,51
= 218649,2 Kg.mm
M H7 = 80. F HB = 80. 2734,9 = 218792 Kg.mm
Diagram SFD dan BMD arah vertikal poros II

11
Diagram SFD dan BMD arah horizontal poros II

3.3 Poros III ( idle gear )


Diketahui :
Daya yang ditransmisikan = 96kw
Daya rencana (P d ) = 96 kw
Momen Puntir Rencana (T) = 42501,81 kg.mm
Tegangan geser yang diijinkan (𝜏 a ) = 4,58 kg/mm2
Diameter poros (d) = 60 mm
Tegangan geser yang terjadi pada poros (𝜏 ) = 1 kg/mm2
Gaya keliling poros ; F H (N)
Mt
FH =
do / 2
Mt 42501,81
F H9 = = = 1011,94 N
do9 / 2 84 / 2

Mt 42501,81
F H10 = = = 867,38 N
do10 / 2 98 / 2
Gaya Radial poros ; F R (N)

12
F V = tan α . F H
α = 20o
F V9 = tan α . F H9 = tan 20o x 1011,94 = 368,31 N
F V10 = tan α . F H10 = tan 20o x 867,38 = 315,7 N

Tumpuan A
∑MB = 0
= F A (250+150+100) – Fv 9 (150+100)– Fv 10 (100)
368,31 (250) + 315,7(100)
Fv A =
500
Fv A = 247,29 N
FH 9 (250) + F H 10 (100)
F HA =
500
1011,94 (250) + 867,38(100)
F HA =
500
F HA = 679,44 N
Tumpuan B
∑MA = 0
= F B (100+150+250) – Fv 10 (150+250)– Fv 9 (250)
Fv10 (400) + Fv9 (250)
Fv B =
500
315,7(400) + 368,31(250)
Fv B =
500
Fv B = 436,71 N
FH 10 (400) + FH 9 (250)
F HB =
500

13
867,38(400) + 1011,94(250)
F HB =
500
F HB = 1199,87 N
Fv R = Fv A + Fv B
= 247,29 + 436,71
= 684 N
Check ∑ Fv = Fv A + Fv B – Fv 9 – Fv 10
= 247,29 + 436,71 – 368,31 – 315,7 = 0
Check ∑ F H = F HA + F HB – F H9 – F H10
= 679,44 + 1199,87 – 1011,94 – 867,38 = 0
Momen pada Poros III
• Arah Vertikal
Mv = Fv.1 ; Mv A = 0; Mv B = 0
Mv 9 = 250 . Fv A = 250 . 247,29 = 61822,5 Kg.mm
Mv 10 = 10 . Fv B = 100 . 436,71 = 43671 Kg.mm

• Arah Horisontal
M H = F H .1 ; M HA = 0 ; M HB = 0
M H9 = 250 . F HA = 250 . 679,44 = 169860 Kg.mm
M H10 = 100 . F HB = 100 . 1199,87 = 119987 Kg.mm
Diagram SFD dan BMD arah vertikal poros III

14
Diagram SFD dan BMD arah horizontal poros III

3.4 Perencanaan Pasak


Perencanaan pasak poros
Dengan diameter poros 1 = 60 mm (dari tabel 1.8 ukuran pasak dan alur pasak,
Sularso, Kiyokatsu Suga, hal 10) diperoleh data-data pasak sebagai berikut:

b t
F

b = 18 mm
h = 10 mm
t1 = 7 mm
t2 = 4,4 mm
l = 50 – 200 mm (diambil 75 mm)
Bahan pasak yang dipakai S 35 C
- Kekuatan tarik (σ B ) = 52 kg/mm2

15
- Faktor keamanan (sfk 1 ) =6
- Faktor koreksi (sfk 2 ) = (1 – 1,5), diambil 1,3
Tegangan geser yang diijinkan pada pasak (τ ka )
σB
τ ka =
sfk 1 . sfk 2
Dimana sfk 1 umumnya diambil 6, dan sfk 2 dipilih antara ( 1- 1,5 ), jika
beban dikenakan secara perlahan-lahan. ( Cara perencanaan pasak, Sularso,
Elemen Mesin hal 25 )
52
τ ka =
6. 1,3
= 6,6 kg/mm2
Gaya tangensial permukaan poros (F)
𝑇
F = 𝑑𝑠 ( Sularso, Elemen Mesin hal 25 )
1 /2

42501,81
=
( )
60
2
= 1416,72 N
Tegangan geser yang terjadi (τ k )
2.𝑇
τk =𝑑𝑠 ( Sularso, Elemen Mesin hal 25 )
1 .𝑏.𝑙

2 . 42501,81
=
60 . 18 . 75
= 1,04 kg/mm2
Syarat aman τ ka ≥ τk
6,6 kg/mm2 ≥ 1,04 kg/mm ( Aman )
Peninjauan tekanan permukaan pada pasak
- Tekanan permukaan yang diijinkan (p a )
p a = 4 kg/mm2 (untuk poros putaran tinggi )
- Tekanan permukaan yang terjadi pada pasak (p)
- Keterangan : Tata cara perencanaan pasak, Sularso, Elemen
Mesin hal 27

16
F
p =
l (t 1 − t 2 )

1416,72
=
75(7.4,4)
= 0,61 kg/mm2
Syarat aman p a ≥ p
4 kg/mm2 ≥ 0,61 kg/mm2 (aman)

4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Mekanisme kerja powershift transmission kawasaki wheel loader 60ZV :
Forward : Daya dari engine diteruskan torque converter ke input gear shaft, input
gear tersebut terhubung dengan forward gear dan reverse gear, namun ketika
forward artinya forward clutch pada posisi engaged dan reverse clutch pada posisi
discengaged.
Reverse : Daya dari engine diteruskan torque converter ke input gear shaft, input
gear terhubung dengan forward gear dan reverse gear, namun ketika reverse
artinya reverse clutch pada posisi engaged dan forward clutch pada posisi
discengaged. Kemudian untuk kecepatan tergantung clutch speed berapa yang
diperintahkan untuk engaged. Adapun hal - hal yang perlu diperhatikan dalam
perhitungan perencanaan powershift transmission
4.2 Saran
Perlunya efisiensi waktu dalam menyusun perencanaan mesin, Perlunya data
langsung dari spesifikasi mesin , Perbanyak referensi atau dasar teori yang harus
mendukung dalam penyusunan perencanaan mesin, Harus memahami alur yang
ada dalam penyusunan perencanaan mesin, Perlunya ketelitian dalam setiap
penyusunan perencanaan mesin, Dikerjakan dengan sungguh - sungguh.
\

17
DAFTAR PUSTAKA

http://ritchiespecs.com./model/kawasaki-60zv-wheel-loader (diakses tanggal 16


Desember 2017)

http://trkattachments.com/specs/wheelloader.php?title=Kawasaki_60ZV_Wheel_
Loader (diakses tanggal 16 Desember 2017)

Manual book. Spesifikasi kawasaki wheel loader 60ZV. PT ALTRAK 1978 ,


Jakarta

SKF “ Spesification and type bearing


“ http://www.skf.com/group/products/bearings-units-housings/ball-
bearings/principles/bearing-data-general/designations/identification-of-bearing-
type/index.html(diakses tanggal 18 Juni 2018)

Sularso dan Kiyokatsu Suga.1997 .Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen


Mesin. PT Prima Karsa Utama , Jakarta

18

Anda mungkin juga menyukai