PENDAHULUAN
1
1.3 Batasan Masalah
A. Lokasi
2
B. Waktu Pelaksanaan
1. Observasi
Dalam metode ini penulis mengadakan pengamatan dan praktek
secara langsung di lapangan. Hal-hal yang diamati di lapangan mulai dari
lingkungan pekerjaan hingga tahap pelaksanaan pekerjaan.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada semua pihak yang telibat di dalamnya,
mulai dari pimpinan perusahaan, pembimbing lapangan serta semua
karyawan perusahaan.
3. Studi Literatur
3
Studi literatur dilakukan dengan cara mencari dan membaca berbagai
macam sumber baik dari buku maupun sumber dari internet yang
digunakan sebagai referensi guna memperoleh data yang berhubungan
dengan pembahasan.
1. Bab I Pendahuluan
Bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, batasan
masalah, tujuan, manfaat, metode penulisan, lokasi, jadwal kerja
praktek dan sistematika penulisan.
2. Bab II Profil Perusahaan
Bab ini berisi profil Radio Tirilolok, sejarah umum perusahaan,
visi, misi dan struktur organisasi.
3. Bab III Dasar Teori
Bab ini berisikan teori-teori penunjang sebagai bahan dasar acuan
penulisan laporan.
4. Bab IV Pembahasan
Bab ini berisikan tentang bagaimana system pemancar radio
bekerja serta komponen pendukungnya
5. Bab V Penutup
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran.
4
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
5
Media Informasi
Media Sosial
Media Hiburan
Bidang Pendidikan
Bidang Sosial Budaya
6
BAB III
DASAR TEORI
Sirkuit pesawat radio ada dua bagian penting yaitu pesawat pemancar
(transmiter) dan pesawat penerima (receiver). Fungsi dari pemancar radio ialah
sebagai penghasil sinyal informasi dan sinyal pembawa dijadikan gelombang
radio, sedangkan fungsi pesawat penerima yaitu untuk mengubah gelombang
radio menjadi sinyal informasi yang dapat kita dengarkan.
Pada dasarnya pesawat pemancar radio merupakan rangkaian komponen
elektronika seperti: resistor, kondensator, transistor, trafo, ic, dan lain lain.
Menurut Pasal 1 Angka 5 UU Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi,
Pemancar Radio adalah alat telekomunikasi yang menggunakan dan
memancarkan gelombang radio.
Pemancar radio terdiri dari beberapa bagian, antara lain bagian input, bagian
penguat audio, bagian osilator, bagian modulator, bagian penguat daya, dan
bagian antena. Berikut merupakan diagram blok bagian-bagian pemancar radio:
7
Bagian- bagian pemancar radio adalah sebagai berikut :
1.1.1 Input
1.1.2 Osilator
8
VFO (Variabel Frequency Osilator). VFO memiliki kelebihan pada deviasi
frekuensinya yang lebar yaitu untuk menghasilkan frekuensi 88 MHz -108 MHz.
1.1.3 Modulator
1.1.5 Antena
9
Kedua pola di atas akan membentuk pola 3-dimensi. Pola radiasi 3-dimensi inilah
yang umum disebut sebagai pola radiasi antena dipol. Sebuah antena yang
meradiasikan sinyalnya sama besar ke segala arah disebut sebagai antena
isotropis. Antena seperti ini akan memiliki pola radiasi berbentuk bola Namun,
jika sebuah antena memiliki arah tertentu, di mana pada arah tersebut distribusi
sinyalnya lebih besar dibandingkan pada arah lain, maka antena ini akan memiliki
directivity Semakin spesifik arah distribusi sinyal oleh sebuah antena, maka
directivity antena tersebut. Antena dipol termasuk non-directive antenna.
Dengan karakter seperti ini, antena dipol banyak dimanfaatkan untuk
sistem komunikasi dengan wilayah cakupan yang luas. Pada astronomi radio,
antena dipol digunakan pada teleskop radio untuk melakukan pengamatan pada
rentang High Frekuensi (HF). Bentuk data yang dapat diperoleh adalah
variabilitas intensitas sinyal yang dipancarkan oleh sebuah objek astronomi.
Namun, karena antena dipol tidak memiliki directivity pada arah tertentu, teleskop
radio elemen tunggal yang menggunakan antena jenis ini tidak dapat digunakan
untuk melakukan pencitraan.
1.1.5.2 Gain
1.1.5.3 Polarisasi
10
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pola radiasi, yang pertama
adalah Half-power Beamwidth (HPBW), atau yang biasa dikenal sebagai
beanwidth suatu antena. Dalam astronomi radio, beamwidth adalah resolusi
spasial dari sebuah teleskop radio, yaitu diameter sudut minimun dari dua buah
titik yang mampu dipisahkan oleh teleskop radio tersebut. Secara teori,
beamwidth untuk antena yang berbentuk parabola dapat ditentukan.
A. Antena Yagi
Antena yagi pada dasarnya sebuah dipole (kadang disebut radiator). Pada
bagian belakang terdapat reflektor untuk merefleksikan sinyal. Pada bagian
mukanya diletakkan beberapa elemen director untuk mengarahkan sinyal.
Makin banyak director-nya semakin tinggi penguatan antena. Antena yagi
biasanya mempunyai penguatan sekitar 7- 19 dBi. Untuk jarak pendek,
sebaiknya menggunakan antena dengan penguatan rendah.
Antena yagi 12dBi P-2412 untuk 2,4 GHz yang tertutup oleh radome
terlihat pada gambar. Pola radiasi antena tampak pada gambar. Hal yang
menarik untuk diperhatikan adalah pola radiasi horizontal dan pola radiasi
vertikal tidak berbeda jauh pada antena pengarah, semua mengarah ke muka
antena, tidak banyak radiasi di belakang antena.
11
B. Antena Double Square
Antena ini terbuat dari stainless steel, sehinga lebih terjaga spesifikasi
teknisnya dan disesuaikan dengan frekuensi yang diinginkan. Antena ini
memiliki 2 kotak elemen penggerak yang merupakan dipol terlipat, yang
terletak di sebuah guide.
C. Antena Dipol
Antena Dipol adalah antena yang paling sederhana dan yang paling luas
penggunaannya. Antena dipol terdiri dari dua buah kawat yang terpisah satu
dengan lainnya, yang pada fungsinya sebagai antena pemancar, ia akan
dihubungkan dengan sumber tegangan, dan pada fungsi sebagai antena
penerima, akan dihubungkan dengan load.
12
Di banyak sekali aplikasi teknis, seperti radar, sistim seluler, diinginkan
antena yang mengkonsentrasikan pancaran energinya pada suatu arah tertentu,
sedangkan ke arah lain tidak diinginkan terjadinya penyuplaian energi. Untuk
mencapai tujuan ini, biasanya hanya sebuah antena dipole tidak bisa digunakan,
karena antena dipol mempunyai karakteristik pancar yang omnidireksional. Untuk
mendapatkan suatu karakter pemancaran (yang disebut juga diagram
radiasi/pancar) tertentu, dipergunakan beberapa buah antena dipol yang disusun
sedemikian rupa membentuk sebuah grup antena, atau array.
13
akan mempengaruhi output audio, asalkan sinyal dari pemancar radio masih
dalam jangkauan radio penerima.
b. Gelombang FM memiliki sifat ketahanan terhadap noise dan interferensi.
Alasan inilah kenapa gelombang FM digunakan untuk transmisi siaran
berkualitas tinggi.
c. Fitur lain yang penting berkaitan dengan transmisi FM. modulasi audio dapat
diterapkan pada tahap pemancar berdaya rendah, dan tidak perlu
menggunakan bentuk penguatan linear untuk meningkatkan tingkat daya
sinyal ke final.
d. Transmisi FM dapat menggunakan amplifier RF non-linear untuk
memperkuat sinyal FM di pemancar. Ini lebih efisien daripada penguat RF
linear Oleh karena itu, untuk keluaran daya pancar yang sama, pemancar FM
lebih hemat energi dibandingkan dengan pemancar lain.
e. Daya jangkau suatu pemancar FM sangat bergantung pada daya yang
dikeluarkan (dalam satuan watt), ketinggian lokasi antena transmisi, juga
jenis dan jumlah bay antena yang dipergunakan. Faktor lingkungan juga
sangat menentukan daya jangkau dan pemerataan siaran. Berkat perangkat
pemancar inilah suara penyiar dan alunan musik dapat didengar oleh
pendengar di rumah.
Pada pemancar FM ada beberapa bagian yang saling mendukung sistem
operasi yaitu:
Exciter FM, bagian yang terdiri dari osilator PLL dan Stereo generator ini
berfungsi untuk membangkitkan frekuensi FM yang akan dipancarkan serta
menyampurkan dengan frekuensi audio stereo. Daya keluaran pada bagian ini
20 watt.
IPA (Intermediate Power Amplifier), bagian ini berfungsi untuk menguatkan
daya keluaran dari exciter yang masih sangat kecil. Bagian ini memiliki daya
keluaran maksimum 100 watt.
Booster (Penguat Akhir), bagian ini merupakan penguat daya tinggi paling
akhir dalam sistem transmisi. Penguat daya inilah yang menentukan daya
14
jangkau dari pemancar FM. Keluaran dari booster ini akan diteruskan melalui
kabel koaksial (Heliax) penghubung (feeder) ke antena.
Antena, bagian ini berfungsi untuk memancarkan sinyal dan daya dari
pemancar (Exciter-IPA-Booster) ke seluruh wilayah di sekitar lokasi
pemancar radio FM. Semakin banyak elemen (bay), maka semakin jauh pula
daya jangkau dari pemancar FM, namun yang umum dipergunakan adalah 4
hingga 12 bay karena berkaitan dengan biaya serta tinggi tower yang
dibutuhkan. Semakin banyak elemen yang dipergunakan, maka semakin
tinggi tower yang dibutuhkan.
Feeder (Kabel Penghubung), merupakan kabel transmisi khusus frekuensi
tinggi yang menghubungkan antara pemancar dan antena. Kualitas dan
redaman kabel sangat berpengaruh terhadap kinerja dan efisiensi dari
pemancar. Semakin baik kualitas kabel, maka semakin efisien kinerja
pemancar.
Pemancar radio FM stereo memiliki daya mulai dari 20 - 100 watt
untuk skala radio komunitas, sedangkan untuk radio komersial menyediakan
pemancar dengan daya 1000 watt, 2000 watt, 3000watt, dan 5000 watt.
Keuntungan penggunaan Frequency modulation (FM) adalah bebas
dari pengaruh gangguan udara dan bandwidth (lebar pita) lebih besar dari
pada bandwidth (lebar pita) Amplitudo modulation. Frekuensi yang
dialokasikan untuk siaran FM berada di antara 88MHz-108 MHz, dimana
pada wilayah frekuensi ini siaran radio relatif bebas dari gangguan-gangguan
dari atmosfir maupun interferensi yang tidak diharapkan.
Exciter sebagai salah satu bagian dari pemancar FM yang tidak dapat
terpisahkan, dan juga sebagai jantung dari pemancar siaran FM. Exciter
merupakan rangkaian yang menghasilkan osilasi, karena pada exciter terdapat
osilator yang berfungsi sebagai pembangkit gelombang sinus yang nantinya
akan dimodulasikan. Didalam sistem osilator juga terdapat buffer
(penyangga) yang berfungsi untuk menstabilkan frekuensi/ modulasi osilator
akibat proses pembebanan oleh penguat tingkat selanjutnya. Exciter yang
digunakan pada pemanacar
15
3.3 Diagram Blok Radio FM
16
Penguat IF : digunakan untuk menguatkan frekuensi IF sebelum diteruskan ke
blok limiter
17
Pada waktu siaran stereo diperkenalkan, diharapkan mampu menerima siaran
stereo ataupun mono tanpa modifikasi. Hal ini menyebabkan sinyal-sinyal L + R
dan L – R dipancarkan bukan menurut L dan R. Sinyal L + R identik dengan yang
dipancarkan oleh pemancar mono dan ini yang dideteksi dan diterima oleh semua
penerima mono.
Sinyal pilot dipancarkan sebagai pengganti sub-pembawa, karena 19-kHz
jatuh kedalam bagian yang kosong dari spectrum sinyal pemodulasi gabungan.
Seandainya pembawa 38-kHz dipancarkan, maka sinyal tersebut harus dipisahkan
dari pita sisi L – R, yang hanya berbeda sekitar 30-Hz. Hal ini tentunya akan
memerlukan penyaringan yang sangat sulit dan mahal. Sinyal pilot ini dihasilkan
oleh pemancar dari sub-pembawa 38-kHz yang kemudian ditindas. Cara ini
ternyata yang paling baik, karena sinyal 19-kHz ada di luar rentang frekuensi
audio L + R (0 – 15 kHz) maupun rentang sub-pembawa tanpa interferensi dari
sinyal audio.
18
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1.1 Transmitter
1. Combiner
.
2. Exc + RFPA
3. Power Amp
4. Power Amp
19
STX LP BE adalah pemancar daya rendah pertama yang secara efektif
menggabungkan kualitas, fitur, dan kinerja yang di inginkan dengan hasil yang
baik. Dibandingkan dengan generasi sebelumnya, STX LP 3 KW memiliki daya
pancar yang lebih besar.
Dengan fitur bawaan yang tidak ditemukan pada jenis lainnya,STX LP BE
menghemat lebih dari sekadar biaya peralatan eksternal tambahan, seperti ukuran
rak yang lebih kecil, pemasangan yang lebih cepat, pengurangan pemeliharaan,
serta pengembangan sistem di masa mendatang.
Berdasarkan gambar 4.1, adapun bagian-bagian dari perangkat STX LP 3
KW sebagai berikut :
1. Combiner, merupakan perangkat yang berfungsi untuk menggambungkan
keluaran dari tiga buah perangkat power amplifier menjadi 3 kW
2. Exciter, Bagian yang berfungsi untuk membangkitkan frekunesi FM yang
akan dipancarkan serta mencampurkan dengan frekuensi audio, streo
perangkat yang memiliki fitur tambahan berupa RFPA (Radio Frekuensi
Power Amplifier) yang berfungsi untuk menguatkan daya keluaran dari
exciter 1-10 W menjadi 1 kW
3. Power Amplifier, perangkat yang memiliki keluaran sebesar 1 kW yang dapat
di gabungkan (penguatan) dengan Exciter menggunakan Combiner untuk
menjadikan keluaran sebesar 3 kW
Fitur Utama :
Exciter terintegrasi standar
Mendukung radio HD & DRM
Konektivitas IP untuk akses kapan saja, di mana saja
GUI (Graphical User Interface) dengan akses ke semua Parameter
Transmitter penting
Desain yang dapat digunakan untuk mengatur konfigurasi 1 kW, 2 kW, dan 3
kW
Panel kontrol dan metering depan melalui antarmuka LCD
Filter low pass internal (untuk menguatkan sinyal dalam frekuensi rendah)
20
Dirancang untuk keandalan dan kemudahan servis
Panel Distribusi Daya untuk pemasangan yang cepat dan mudah
4.1.3 Antenna
21
Gambar 4.3. Antena Pemancar FM Radio Tirilolok Kupang
Antena, bagian ini berfungsi untuk memancarkan sinyal dan daya dari
pemancar (Exciter-RFPA) ke seluruh wilayah di sekitar lokasi pemancar radio
FM.
4.1.4 Feeder
22
4.1.5 Menara FM Radio Tirilolok
23
Gambar 4.6 Grafik Maksimum ERP vs EHAAT
4.2 Proses Kerja Radio Tirilolok Kupang
24
pada sinyal carrier, sinyal tesebut dipancarkan ke udara melalui antena pemancar.
Gelombang sinyal merambat di udara hingga sampai ke antena penerima.
25
Gambar 4.8 Peta radius pancaran Radio Tirilolok Kupang
26
Gambar 4.9 Peta kontur Radio Tirilolok Kupang
27
4.4 Sarana dan Prasarana
28
Gambar 4.12 Perangkat Transmiter
29
12 HEADPHONE DISTRIBUTION 2 Kali 4 channel = 8
30
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
5.2 SARAN
Setelah melaksanakan praktek kerja lapangan di Radio Tirilolok Kupang,
kami dapat memberikan saran sebagai berikut:
Melakukan perawatan perangkat yang ada pada ruangan Transmitter (menjaga
suhu ruangan dan kebersihan) agar perangkat lebih awet dan tahan lama
Melakukan perbaikan lampu pilot yang ada pada ujung pemancar sehingga
pesawat dapat mengetahui keberadaan pemancar
Melakukan perbaikan jenset yang rusak agar tidak mengganggu penyiaran
ketika terjadi pemadaman listrik
31
DAFTAR PUSTAKA
32