Anda di halaman 1dari 14

NASKAH DAN PENYUNTINGAN NASKAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Penyuntingan Naskah Terjemahan

Dosen pengampu:

(Dr. Darsita S, M. Hum.)

Disusun oleh:

Kelompok 1

1. Auliaty Andika Maharani (11200240000044)


2. Ilham Rezki Damai (11200240000045)
3. Putri Maulidya Rahman (11200240000051)

PROGRAM STUDI TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2023


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Naskah seringkali digunakan untuk menyampaikan pesan atau ide kepada


pembaca melalui media tertentu. Sebuah naskah yang baik harus memiliki beberapa
kualitas yang menjadikannya lebih menarik bagi pembacanya. Dalam proses
penulisan naskah, seorang penulis harus berusaha untuk menciptakan karya yang
berkualitas tinggi. Untuk mencapai hal ini, penulis harus mengambil waktu untuk
melakukan riset dan merencanakan cerita dengan baik. Penulis juga harus berusaha
untuk memperbaiki naskah dengan melakukan revisi dan penyuntingan sebanyak
mungkin.

Naskah yang belum disunting atau diedit dapat mengandung kesalahan tata
bahasa, ejaan, atau struktur kalimat yang dapat memengaruhi kualitas bacaan dan
mengganggu pemahaman pembaca Dalam hal ini, kritik dan umpan balik dari orang
lain, seperti teman atau penyunting profesional, dapat sangat membantu untuk
memperbaiki naskah.

Penyuntingan naskah sangat penting untuk memastikan bahwa pesan yang ingin
disampaikan penulis/pengarang tersampaikan dengan jelas dan mudah dipahami oleh
pembaca. Penyuntingan naskah juga membantu memastikan bahwa naskah memiliki
kualitas yang baik dan mampu memenuhi tujuannya sebagai sarana komunikasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu naskah, macam-macam sumber naskah dan jenis-jenis naskah.
2. Apa itu penyuntingan naskah, tugas penyunting naskah, syarat menjadi
penyunting, dan jenis-jenis penyuntingan naskah.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Naskah
1. Pengertian Naskah
Menurut KBBI pengertian naskah, yaitu (1) karangan yang ditulis dengan
tangan, (2) karangan seseorang yang belum diterbitkan, (3) bahan-bahan berita
yang siap untuk diset, (4) rancangan, (5) karya cipta seseorang yang dianggap
sebagai karya asli1.
2. Macam-Macam Sumber Naskah
Berdasarkan cara penerbit memperolehnya, naskah dibagi menjadi enam macam,
yaitu:
a. Naskah spontan
Naskah spontan adalah naskah yang dikirimkan pengarang/penulis ke
penerbit, lalu penerbit mempertimbangkannya dari berbagai segi, untuk
diterbitkan atau tidak. Penerbit biasanya akan menerbitkan naskah yang sesuai
dengan programnya.

b. Naskah pesanan
Naskah pesanan adalah naskah yang sengaja dipesan penerbit dari
pengarang/penulis. Boleh jadi penerbit memiliki program menerbitkan serial
tertentu. Misalnya, menerbitkan serial cerita rakyat, serial kumpulan sajak,
serial kumpulan cerpen, serial manajemen dan serial buku pelajaran. Penerbit
biasanya akan memberikan panduan penulisan naskah yang sudah baku (cara
penulisan, cara pengetikan, ukuran kertas, jumlah halaman, jenis huruf, besar
huruf, jadwal penyerahan naskah kepada calon pengarang dan lain-lain).

c. Naskah yang dicari penyunting


Naskah yang dicari penyunting dari pengarang/penulis. Misalnya,
penyunting meminta novel seorang pengarang yang sedang dimuat secara
bersambung di sebuah koran/tabloid/majalah untuk diterbitkan. Bisa juga
seorang penyunting bertemu dengan seorang pengarang di suatu pertemuan

1
‘KBBI Daring V’ <https://kbbi.kemdikbud.go.id/>.

2
(seminar, diskusi, atau pertemuan lain) lalu penyunting diajak oleh seorang
pengarang untuk melihat/memilih sejumlah naskah.

d. Naskah terjemahan
Naskah terjemahan adalah naskah yang berasal dari bahasa asing dan
diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Buku yang akan diterjemahkan biasanya
diperoleh dengan cara menghubungi penerbit di luar negeri. Buku itu dapat
diperoleh dengan tiga cara yaitu (1) melalui surat/email, (2) melalui pameran
yang diikuti oleh penerbit, dan (3) mendatangi langsung penerbit
bersangkutan.

e. Naskah hasil sayembara


Naskah sayembara adalah naskah yang diperoleh dari sebuah sayembara
yang diadakan oleh penerbit sendiri. Misalnya, naskah pemenang sayembara
penulisan Novel dewan kesenian Jakarta diterbitkan oleh Gramedia.

f. Naskah kerja sama


Naskah kerja sama atau (co-publishing) adalah naskah yang berasal dari
satu lembaga/badan/instansi tertentu dan diterbitkan atas kerja sama lembaga
tersebut dengan penerbit. Jadi, lembaga itu yang memiliki naskah, lalu
penerbit yang menerbitkannya. Biaya penerbitan bisa ditanggung sepenuhnya
oleh lembaga itu, bisa pula ditanggung bersama antara lembaga dan penerbit
yang bekerja sama.2

3. Jenis-Jenis Naskah
a. Naskah Fiksi
Banyak jenis naskah fiksi seperti naskah fiksi anak-anak, naskah fiksi
remaja dan naskah fiksi dewasa yang semuanya memiliki ciri tersendiri.
Menyunting naskah fiksi relatif lebih ringan dibandingkan dengan
menyunting naskah nonfiksi. Dengan kata lain, penyunting naskah fiksi
sebetulnya hanya menyunting teks naskah dan tidak dipusingkan dengan
tabel-tabel, rumus-rumus dan angka-angka.

2
Pamusuk Eneste, Buku Pintar Penyuntingan Naskah, 3rd edn (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 2017),
h. 5–8.

3
b. Naskah Sastra
Naskah sastra bisa juga digolongkan naskah fiksi. Akan tetapi, tidak
semua naskah fiksi dapat dikategorikan pada naskah sastra. Oleh karena itu,
naskah sastra perlu dibicarakan secara khusus. Pada prinsipnya, naskah sastra
dapat kita bagi menjadi tiga macam, yaitu prosa, puisi, dan drama. Novel,
novelet, dan cerpen termasuk ke dalam prosa.
Dalam menyunting naskah sastra, seorang penyunting naskah perlu hati-
hati, karena untuk menciptakan kata-kata dan kalimat-kalimat dalam naskah
sastra itu seorang sastrawan biasanya berjuang dan bekerja keras. Kata dan
kalimat karya sastra dipilih sedemikian rupa oleh sastrawan sehingga kata dan
kalimat secara keseluruhan menjadi karya sastra. Oleh karena itu, seorang
penyunting naskah tidak boleh sembarangan menyunting naskah sastra.

c. Naskah Buku Sekolah


Secara umum dapat dikatakan bahwa buku sekolah harus: (1)
mengandung nilai/unsur pendidikan, (2) sesuai dengan kurikulum dan garis-
garis besar program pengajaran (GBPP) yang berlaku, (3) dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah isi dan materinya, (4) disajikan dengan
bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Buku sekolah mempunyai ciri-ciri khas yang tidak dimiliki oleh buku
jenis atau ragam lain. Oleh karena itu, naskah buku sekolah harus ditangani
secara khusus pula.

d. Naskah Bacaan Anak-anak


Bacaan anak biasanya merupakan naskah rekaan atau fiksi (cerita rakyat,
cerita anak-anak, cerita bergambar, dan sebagainya). Menyunting bacaan
anak-anak boleh dikatakan termasuk pekerjaan yang gampang-gampang
susah. Dikatakan gampang karena bacaan anak, biasanya hanya terdiri dari
teks. Selain itu, bacaan anak pun biasanya jarang memuat tabel-tabel, grafik-
grafik, dan rumus-rumus. Dikatakan susah karena kalau orang tidak

4
mengetahui dunia anak-anak, boleh jadi hasil suntingan itu susah dipahami
atau bahkan tidak dipahami anak-anak.

e. Naskah Perguruan Tinggi


Naskah buku sekolah tentu berbeda dengan naskah untuk perguruan
tinggi. Jika buku sekolah (khususnya terbitan swasta) harus mendapat
pengesahan terlebih dahulu dari Departemen Pendidikan Nasional (melalui
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah), buku untuk konsumsi
mahasiswa tidak perlu mendapat pengesahan dari Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi (Dikjen Dikti). Dengan kata lain, buku apapun dapat
digunakan di perguruan tinggi tanpa harus melalui seleksi Dikjen Dikti.
Persoalannya adalah apakah buku itu dianjurkan atau tidak oleh dosen
pemberi mata kuliah bersangkutan.

Seorang penyunting naskah untuk buku-buku perguruan tinggi tidak


memiliki rambu-rambu seperti yang diberikan Departemen Pendidikan
Nasional untuk buku sekolah. Itu berarti penyunting naskah hanya berpegang
Keredaksian dan Penyuntingan 165 155 pada naskah perguruan tinggi itu
sendiri, tidak ada pegangan atau pedoman lainnya. Dalam hal ini penyunting
naskah harus sering berkonsultasi pada penulis naskah perguruan tinggi.

f. Naskah Musik
Naskah musik memiliki ciri khas yang tidak memiliki oleh ragam naskah
lain. Naskah musik biasanya memuat not balok/not angka yang dapat
dipahami oleh orang-orang yang berkecimpung di bidang musik atau orang-
orang yang mengerti musik. Teks atau syair lagu yang ada pada naskah musik
pun memiliki ciri tersendiri sehingga seorang penyunting naskah harus
berhati-hati menyuntingnya. Dari segi isi, naskah musik dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu: (1) Naskah yang berisi not balok/not angka. (2)
Naskah yang berisi not balok/not angka dan teks lagu, (3) Naskah yang berisi
pelajaran teori musik.

Sebaiknya penyunting naskah adalah seorang yang pernah memperoleh


pendidikan musik atau paling tidak seseorang yang mengerti seluk-beluk
5
dunia musik. Jika tidak, ada kemungkinan naskah musik itu akan disunting
secara serampang atau mungkin salah sunting.

g. Naskah Biologi
Naskah biologi mempunyai ciri tersendiri dibandingkan dengan ragam
naskah lain. Naskah biologi biasanya mengandung istilah-istilah bahasa latin.
Selain itu, naskah biologi pun banyak memuat gambar atau ilustrasi.
Penyunting naskah biologi biasanya memerlukan buku-buku referensi
untuk memeriksa kebenaran materi naskah yang sedang disunting. Selain itu,
buku referensi atau buku pembanding juga diperlukan untuk memeriksa
apakan keterangan gambar pada naskah sudah benar atau belum.

h. Naskah Kamus
Naskah kamus memiliki kekhususan tersendiri. Pertama, dilihat dari segi
layout-nya, kamus berbeda dengan ragam naskah lain. Buku kamusnya
biasanya dibagi dalam dua kolom dan antara lajur kiri dan lajur kanan dibatasi
oleh garis vertikal (ada juga kamus yang tidak memakai garis pembatas).
Kedua, entri (lema) kamus biasanya diberi penjelasan (deskripsi) secara
singkat. Ini tentu berbeda dengan naskah ragam lain yang di dalamnya penulis
mempunyai peluang untuk berpanjang-lebar memberikan penjelasan. Ketiga,
entri kamus biasanya dimulai dengan huruf kecil (onderkast). Keempat,
naskah kamus biasanya berisi singkatan-singkatan yang lazim dipakai dalam
dunia perkamusan.
Ada satu hal yang perlu diperhatikan penyunting naskah dalam
memeriksa penjelasan (deskripsi) tiap entri. Dalam penjelasan entri dan
contoh sebaiknya dihindari pemuatan kata-kata sulit yang masih perlu diberi
penjelasan kembali. Dengan kata lain, penjelasan entri dan contoh itu harus
memperjelas dan tidak perlu diterangkan makna kata-kata tertentu di
dalamnya.

i. Naskah Ilmiah
Naskah ilmiah adalah naskah yang pengkajiannya dilakukan secara
ilmiah dan disajikan secara ilmiah pula. Contoh naskah ilmiah ialah skripsi

6
(S-1), tesis (S-2), disertasi (S-3). Di samping itu, makalah yang disajikan
pada pertemuan atau forum ilmiah dapat pula dikategorikan pada naskah
ilmiah, karena naskah ilmiah dikaji dan disajikan secara ilmiah maka buku
ilmiah (sesudah naskah ilmiah diterbitkan) hanya terbatas pada segelintir
orang, yaitu mereka yang berkecimpung di bidang ilmiah/akademis atau
orang yang berminat di bidang itu. itulah sebabnya, pembaca buku ilmiah
terbatas pada lingkungan akademis atau lingkungan perguruan tinggi.

Naskah ilmiah biasanya banyak memuat istilah teknis yang hanya dapat
dipahami kalangan terbatas, yakni mereka yang berkecimpung di bidang
tertentu (kedokteran, teknologi, biologi, psikologi, sosiologi, linguistik, ilmu
hukum, ilmu ekonomi, dan lain-lain). Di samping itu, naskah ilmiah pun
banyak berisi tabel, grafik, dan angka-angka. Seperti halnya naskah untuk
perguruan tinggi, naskah ilmiah biasanya mempunyai indeks.

j. Naskah Ilmiah Populer


Naskah ilmiah populer adalah naskah yang pengkajiannya dilakukan
secara ilmiah, tetapi disajikan secara populer. Karena hendak disajikan secara
populer, penulis naskah ilmiah populer tidak lagi mungkin memakai kata-kata
yang berbau ilmiah dalam naskahnya. Sebaliknya, penulis naskah ilmiah
populer harus mencari kata-kata populer atau kata-kata yang umum untuk
menggantikan kata-kata berbau ilmiah itu.
Penyunting naskah ilmiah populer harus memeriksa apakah kata-kata
yang dipakai penulis sudah populer atau masih sulit dimengerti. Dalam hal
ini, penyunting naskah bertugas membantu penulis naskah guna menemukan
kata-kata populer itu. penyunting naskah cukup menanyakan kepada orang
awam (umum), apakah kata-kata yang digunakan itu dipahami atau tidak.

k. Naskah Terjemahan
Sejak dahulu penerbit-penerbit Indonesia sebetulnya sudah menerbitkan
buku-buku terjemahan, baik buku ilmu pengetahuan maupun buku fiksi. Buku
terjemahan yang banyak diterbitkan di Indonesia adalah buku-buku dari
bahasa Inggris, Belanda, Perancis, Jerman, Arab, Jepang, Korea. Karena buku

7
yang paling banyak diterjemahkan adalah buku-buku dari bahasa Inggris,
sudah selayaknya penyunting naskah terjemahan mengerti dan memahami
bahasa Inggris dengan baik.
Seorang penyunting naskah terjemahan harus menguasai bahasa
sumbernya (bahasa asing tertentu). Selanjutnya penyunting naskah
terjemahan pun harus menguasai bahasa sasaran (bahasa Indonesia). Itulah
sebabnya, penyunting naskah apa pun harus menguasai ejaan dan tatabahasa
Indonesia.

l. Naskah Matematika, Fisika dan Kimia


Naskah matematika, fisika, dan kimia memiliki ciri tersendiri jika
dibandingkan dengan naskah bidang lain. Naskah matematika, fisika, dan
kimia biasanya banyak berisi angka-angka, rumus-rumus, dan tabel-tabel.
Untuk membuat rumus-rumus dan tabel-tabel ini biasanya digunakan program
equation editor, sementara untuk memastikan kebenaran rumus-rumus dan
tabel-tabel itu, penyunting naskah dapat memeriksanya pada buku-buku yang
sudah ada dan banyak beredar dipasaran.3

B. Penyuntingan Naskah
1. Pengertian Penyuntingan
Penyuntingan Naskah kata dasar sunting melahirkan bentuk turunan
menyunting (kata kerja/verba), penyunting (kata benda/nomina), dan
penyuntingan (kata benda/nomina).

Menyunting tulisan bertujuan agar tulisan yang dibaca mudah dimengerti isi
atau maksudnya, enak dicerna, tampil menarik dengan wajah profesional, dan
disertai data yang akurat. Tujuan hal ini adalah memperbaiki kesalahan tulisan
yang menyangkut ejaan, diksi, dan kalimat Kata menyunting bermakna:

a. Menyiapkan naskah siap cetak atau siap terbit dengan memperhatikan segi
sistematika penyajian isi, dan bahasa (menyangkut ejaan, diksi, dan struktur
kalimat mengedit
b. Merencanakan dan mengarahkan penerbitan (surat kabar, majalah)

3
Haryadi, Keredaksian dan Penyuntingan (Palembang: Tunas Gemilang Press, 2021), h. 149-180.

8
c. Menyusun atau merakit (film, pita rekaman) dengan cara memotong-motong
dan memasang kembali

Penyuntingan naskah adalah proses, cara, atau perbuatan menyunting


naskah. Orang yang melakukan pekerjaan menyunting naskah disebut
penyunting naskah. Istilah penyunting naskah lazim dipadankan dengan
kopieditor yang berasal dari bahasa Inggris, copyeditor.

Berdasarkan perkembangan bahasa Indonesia akhir-akhir ini, istilah


penyuntingan disepadankan dengan kata Inggris “editor“ atau “redaktur”.
Kata yang pertama diturunkan dari bahasa latin “editor, edi“ yang berarti
menghasilkan atau mengeluarkan ke depan umum. Adapun kata yang kedua
juga dijabarkan dari perkataan latin “redigore“ yang bermakna membawa
kembali lagi. Kedua perkataan Inggris tadi kemudian berkembang menjadi
berarti, menyiapkan, menyeleksi, dan menyesuaikan naskah orang lain untuk
penerbitan.4

2. Penyunting Naskah dan Tugasnya

Seorang penyunting naskah atau kopieditor lazim dianggap sebagai pembantu


seorang editor. Naskah yang sudah disetujui penerbit untuk diterbitkan, mula-
mula akan diserahkan kepada editor untuk disunting dari segi materi (substantial
editing). Setelah itu, naskah diserahkan kepada penyunting naskah untuk
disunting dari segi kebahasaan (ejaan, diksi, struktur kalimat, dan lain-lain;
disebut juga mechanical editing). Tugas penyunting naskah dapat diperinci
sebagai berikut:
a. menyunting naskah dari segi kebahasaan (ejaan, diksi, struktur kalimat);
b. memperbaiki naskah dengan persetujuan penulis/pengarang:
c. membuat naskah enak dibaca dan tidak membuat pembaca bingung
(memperhatikan keterbacaan naskah);
d. membaca dan mengoreksi cetak coba (pruf).

Ada penerbit yang mencantumkan nama penyunting naskah pada halaman


hak cipta (copyright), namun ada pula penerbit yang tidak mencantumkannya.

4
Bambang Trim, 200+ Solusi Editing Naskah Dan Penerbitan (Jakarta: Bumi Aksara, 2017).

9
Penyunting naskah/kopieditor merupakan karyawan/pegawai penerbit. Artinya, ia
mendapat gaji tetap dari penerbit tempatnya bekerja.

Dengan berbekal bahasa Indonesia yang baik, seorang penyunting dapat


mengetahui kesalahan-kesalahan yang muncul dalam suatu teks, termasuk teks
hasil menerjemahkan. Keterampilan penyuntingan diberikan kepada peserta
setelah mereka praktik menerjemahkan teks berbahasa Arab ke bahasa Indonesia.

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, para peserta cenderung beranggapan


bahwa penerjemahan Arab-Indonesia tidak lebih sulit dari penerjemahan
Indonesia-Arab. Namun demikian, salah satu masalah yang kerap muncul dalam
penerjemahan Arab-Indonesia adalah penerjemahan umumnya tidak
memperhatikan kaidah penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar, termasuk
dalam penulisan struktur kalimat, kebakuan kata, dan ejaan bahasa Indonesia
(EBI).

Beberapa materi pokok yang diberikan berkaitan dengan penyuntingan adalah


sebagai berikut:

a. Penyuntingan secara umum dibedakan menjadi dua, penyuntingan substantif


dan penyuntingan teknis
b. Penyuntingan substantif berkaitan dengan isi teks, fakta, data, dan hal-hal
yang berkaitan dengan materi teks secara keseluruhan
c. Penyuntingan teknis berkaitan dengan masalah kebahasaan, seperti logika
kalimat, efektivitas kalimat, kebakuan, kesalahan tulis, dan ejaan
d. Hal-hal pokok yang harus diperhatikan berkaitan dengan hasil penerjemahan
dalam bahasa Indonesia adalah koherensi dan kohesi paragraf dan kalimat,
kelengkapan struktur kalimat, efektivitas kalimat, kebakuan, pemilihan kata
(diksi), serta ejaan.

3. Syarat Menjadi Penyunting


a. Menguasi Ejaan;
b. Menguasai Tata Bahasa
c. Melekat Erat dengan Kamus
d. Memiliki Kepekaan Bahasa
e. Memiliki Pengetahuan Luas

10
f. Memiliki Ketelitian dan Kesabaran
g. Memiliki Kepekaan terhadap SARA dan Pornografi
h. Memiliki Keluwesan
i. Memiliki Kemampuan Menulis
j. Menguasai Bidang Tertentu
k. Menguasai Bahasa Asing
l. Memahami Kode Etik Penyuntingan.5

4. Jenis-Jenis Penyuntingan Naskah

Penyuntingan secara umum dibedakan menjadi dua, yaitu penyuntingan


substantif dan penyuntingan teknis (redaksional). Penyuntingan substantif yaitu
penyuntingan yang berkaitan dengan isi teks, fakta, data, dan hal-hal yang
berkaitan dengan isi teks secara keseluruhan. Adapun tugas penyuntingan
substantif tersebut adalah:

a. Menyusun ulang kalimat


b. Menghapus beberapa bagian tulisan dalam kalimat ataupun paragraf yang
dianggap tidak perlu
c. Memindahkan urutan penulisan.
d. Menambah atau menghapus detail tulisan
e. Atau bahkan mengutak-atik konten tulisan tersebut

Adapun penyuntingan teknis (redaksional) yaitu penyuntingan yang


berkaitan dengan masalah kebahasaan, seperti logika kalimat, efektivitas kalimat,
kebakuan, kesalahan tulis, dan ejaan.6

5
Wahyu Wibowo, Menjadi Penulis Dan Penyunting Sukses: Langkah Jitu Merangkai Kata Agar
Komunikatif, Hidup Dan Memikat (Jakarta: Bumi Aksara, 2007).
6
Eneste, h. 10–11.

11
KESIMPULAN

Naskah yaitu karangan yang ditulis dengan tangan dan belum diterbitkan.
Macam-macam sumber naskah terdiri dari 6 bagian, yaitu naskah spontan, naskah
pesanan, naskah yang dicari penyunting, naskah terjemahan, naskah hasil sayembara,
naskah kerja sama. Adapun jenis-jenis naskah yaitu terdiri dari naskah fiksi, naskah
sastra, naskah buku sekolah, naskah bacaan anak-anak, naskah perguruan tinggi,
naskah musik, naskah biologi, naskah kamus, naskah ilmiah, naskah ilmiah populer,
naskah terjemahan, dan naskah matematika, fisika dan kimia.

Sedangkan penyuntingan naskah adalah proses, cara, atau perbuatan menyunting


naskah agar tulisan yang dibaca muda dimengerti isi atau maksudnya. Adapun tugas
seorang penyunting naskah yaitu menyunting naskah dari segi kebahasaan,
memberbaiki naskah dengan persetujuan penulis/pengarang, membuat naskah enak
dibaca dan tidak membuat pembaca bingung serra membaca dan mengoreksi cetak
coba.

Terdapat syarat yang harus kita penuhi jika ingin menjadi penyunting yaitu
harus menguasai ejaan, tata bahasa, melekat erat dengan kamus, memiliki kepekaan
bahasa, pengetahuan luas, ketelitian dan kesabaran, kepekaan terhadap SARA dan
pornografi, keluwesan, kemampuan menulis, menguasai bidang tertentu, menguasai
bahasa asing, serta memahami kode etik penyuntingan. Penyuntingan naskah dibagi
menjadi 2 jenis yaitu penyuntingan substantif dan penyuntingan teksis (redaksional).

12
DAFTAR PUSTAKA

Eneste, Pamusuk, Buku Pintar Penyuntingan Naskah, 3rd edn (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka, 2017).

Haryadi, Haryadi, Keredaksian Dan Penyuntingan (Palembang: Tunas Gemilang Press,


2021).

‘KBBI Daring V’ <https://kbbi.kemdikbud.go.id/>. Diakses pada 14 Maret 2023. Pada pukul


20.20.

Trim, Bambang, 200+ Solusi Editing Naskah Dan Penerbitan (Jakarta: Bumi Aksara, 2017).

Wibowo, Wahyu, Menjadi Penulis Dan Penyunting Sukses: Langkah Jitu Merangkai Kata
Agar Komunikatif, Hidup Dan Memikat (Jakarta: Bumi Aksara, 2007).

13

Anda mungkin juga menyukai