Anda di halaman 1dari 58

PENGARUH AUDIT INTERNAL, INTELLECTUAL CAPITAL DAN

MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP


KINERJA KEUANGAN PERBANKAN YANG ADA
DI BURSA EFEK INDONESIA
PERIODE 2020-2022

Usulan Penelitian

Nama : Athiyana Syafira


NIM : 222022091P

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
2024
Usulan Penelitian

PENGARUH AUDIT INTERNAL, INTELLECTUAL CAPITAL DAN


MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP
KINERJA KEUANGAN PERBANKAN YANG ADA
DI BURSA EFEK INDONESIA
PERIODE 2020-2022

Diajukan untuk Menyusun Skripsi Pada


Program Strata Satu Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Palembang

Nama : Athiyana Syafira


NIM : 222022091P

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
2024
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Palembang

LEMBAR PENGESAHAN USULAN PENELITIAN

Judul :Pengaruh Audit Internal, Intellectual Capital dan Good


Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan
Perbankan yang ada di Bursa Efek Indonesia Periode
2020-2022
Nama : Athiyana Syafira
Nim : 222022091P
Fakultas : Ekonomi Dan Bisnis
Program studi : Akuntansi
Konsentrasi : Pemeriksaan Akuntansi

Diterima dan Disahkan


Pada tanggal Januari 2024
PEMBIMBING I, PEMBIMBING II

Welly, S.E., M.Si. Mia Kusumawati, S.E., M.Si.


NIDN/NBM :0212128102/1085022 NIDN/NBM : 0224038702/128778

Mengetahui,
Dekan
u.b Ketua Program Akuntansi

Dr.Betri,S.E.,M.Si.,AK.,CA
NIDN/NBM : 0216056801/944806
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Semakin berkembangnya kemajuan ekonomi di era globalisasi saat ini

membawa dampak baik bagi keuangan maupun non keuangan. Kondisi ini

mendorong perusahaan untuk saling bersaing mendapatkan kepercayaan dari

investor dan masyarakat. Sejatinya setiap entitas harus mampu menghasilkan laba

untuk meningkatkan kinerja keuangan. Dalam menghasilkan laba, Diperlukan

orang-orang berpengetahuan dan berpengalaman yang mampu mengasilkan laba

dan nilai tambah bagi entitas tersebut. Oleh karena itu, Para pelaku bisnis dan

karyawan berlomba-lomba meng upgrade kemampuan yang dimilikinya agar

tidak kehilangan kepercayaan baik masyarakat maupum para investor, sehingga

laba perusahaan akan terus menghasilkan laba surplus yang membuat

meningkatnya kinerja keuangan di entitas tersebut.

Kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu faktor yang dilihat oleh

calon investor untuk menentukan investasi saham. Laporan keuangan adalah akhir

dari proses akuntansi dengan tujuan untuk memberikan informasi keuangan yang

dapat menjelaskan kondisi perusahaan dalam suatu periode dan sebagai bahan

pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Laporan keuangan ini sangat

memainkan peran yang penting dalam menentukan sebuah perusahaan apakah

sudah baik atau belum. Banyak entitas dalam pelaporan keuangannya berusaha
untuk memberikan gambaran yang baik dalam laporan keuangan untuk menarik

investor termasuk perbankan.

Perbankan di Indonesia pernah mengalami krisis pada tahun 1998, sejak

tahun tersebut pemerintah terus berupaya membuat perbankan menjadi jauh lebih

baik. Kinerja Keuangan perbankan saat ini memang jauh telah baik pasca krisis

tersebut, namun dibutuhkan pengawasan dan pengaturan agar krisis tersebut tidak

terulang kembali karena Bank merupakan salah satu pemegang terpenting dalam

perputaran ekonomi suatu negara.

Sebagai lembaga intermediaty, bank akan berusaha menghimpun dana dari

masyarakat untuk memenuhi permodalan dan menyalurkan kembali dana tersebut

agar memperoleh keuntungan. Kegiatan penyaluran dana yang dilakukan oleh

bank diantaranya pemberian kredit kepada masyarakat. Namun, bank dalam

memberikan kredit kurang berhati-hati sehingga sering terjadi permasalahan

penyaluran kredit dan hal ini disebabkan karena lemahnya kondisi internal bank

seperti manajemen yang kurang baik serta dalam memberikan kredit tidak melihat

risiko-risiko yang diterima sehingga kredit tidak dapat ditutup dengan modal bank.

Bank yang tidak dapat mengembalikan kredit dan dana nasabah dapat

menunjukkan bahwa kinerja bank tersebut buruk. Apabila sebuah bank memiliki

kinerja yang buruk, maka kepercayaan masyarakat akan berkurang dan

berdampak pada pihak investor akan enggan menanamkan modal pada bank

tersebut.

Investor akan menanamkan modalnya kepada perusahaan yang memiliki

kinerja yang baik agar memperoleh return yang tinggi. Dampak yang dihasilkan
apabila suatu bank memiliki kinerja yang buruk yakni berdampak pada sulitnya

memperoleh dana sebagai modal dan kurangnya kepercayaan dari masyarakat.

Informasi tentang kinerja perusahaan sangat bermanfaat untuk menetapkan

kebijakan yang akan diambil oleh manajemen. Oleh karena itu, kinerja perusahaan

penting untuk diukur dan diketahui perkembangannya. Kinerja keuangan

merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu

perusahaan telah melaksanakan kegiatannya dengan menggunakan aturan-aturan

pelaksanaan keuangan secara baik dan benar (Irham Fahmi, 2012: 2).

Laporan keuangan berguna untuk membantu mengawasi jalannya perbankan

khususnya dalam kinerja keuangan, hal ini dilakukan untuk menghindari

terjadinya penurunan kinerja keuangan yang ada pada perbankan tersebut dan

dengan adanya Audit Internal dapat memberikan kepercayaan, sehingga dapat

meningkatkan kinerja perusahaan. Audit Internal memiliki peran yang kuat dalam

pencapaian efektivitas sitem pengendalian dan kinerja perusahaan. Beberapa

peristiwa yang terjadi saat krisis ekonomi dan krisis global telah mempengaruhi

kinerja perusahaan di Indonesia dan penurunan dalam sektor keuangan ini

terutama dirasakan oleh sektor perbankan. Dampak yang terjadi pada perbankan

akan sangat berpengaruh terhadap kondisi perekonomian negara karena perbankan

merupakan salah satu institusi yang mempunyai peranan penting dalam

perekonomian suatu negara. Dalam usaha untuk tetap mempertahankan serta

meningkatkan kinerja keuangan perbankan diperlukan pemeriksaan secara intern

atau melalui pemeriksaan oleh auditor internal agar dapat mengetahui kondisi

perbankan yang sesungguhnya (Eka Noviana Sari, 2013).


Pemeriksaan yang dilakukan auditor internal biasanya lebih rinci

dibandingkan dengan pemeriksaan umum yang dilakukan oleh pihak lain. Selain

itu sebagai pihak intern, auditor internal lebih memahami kondisi perusahaan

dalam melakukan perbaikanperbaikan manajemen perusahaan. Laporan keuangan

perusahaan dijadikan sebagai laporan publikasi pada Bank Indonesia dan laporan

kepada pimpinan bank namun tidak dipublikasikan kepada seluruh karyawan yang

berada di bank tersebut. Hal ini berdampak tidak dapatnya dilakukan pengukuran

tingkat kinerja keuangan sehingga tidak seluruh karyawan yang mengetahui

perkembangan kinerja keuangan yang terjadi pada perusahaan dimana mereka

bekerja. Oleh karena itu, Audit Internal secara menyeluruh terhadap laporan

keuangan perlu dilakukan untuk mengetahui kebenaran dari laporan keuangan

tersebut sehingga kita dapat mengukur kinerja keuangan perbankan.

Auditor internal biasanya tidak memberikan opini terhadap kewajaran laporan

keuangan, karena pihak di luar perusahaan menganggap bahwa auditor internal

tidak independen. Laporan yang dihasilkan oleh auditor internal berisi

pemeriksaan (audit findings) mengenai penyimpangan dan kecurangan yang

ditemukan, kelemahan pengendalian intern, serta saransaran perbaikannya. Dalam

menjalankan fungsinya auditor internal melakukan penilaian atas kecukupan dan

efektivitas proses manajemen risiko, pengendalian internal, tata kelola serta

memberikan konsultasi bagi pihak intern yang membutuhkan. Hal tersebut sangat

penting, karena Audit Internal akan memberikan nilai tambah dan meningkatkan

operasional perusahaan perbankan melalui kegiatan audit dan konsultasi.


Auditor Internal harus bersikap hati-hati dan bijaksana dalam menggunakan

informasi yang diperolehnya dalam pelaksanaan tugasnya. Auditor Internal tidak

boleh mneggunakan informasi rahasia untuk mendapatkan keuntungan pribadi,

secara melanggar hukum atau dapat meninggalkan kerugian terhadap

organisasinya. Dalam melaporkan hasil pekerjaannya, auditor internal harus

mengungkapkan semua fakta-fakta penting yang diketahuinya yaitu fakta-fakta

yang jika tidak diungkap dapat mendistorsi laporan atas kegiatan yang direviu

atau menutupi adanya praktik yang melanggar hukum (Betri, 2019:18)

Intellectual Capital mulai berkembang setelah munculnya PSAK No. 19

(revisi 2000) mengenai aktiva tidak berwujud. PSAK No. 19 menjelaskan bahwa

aktiva tidak berwujud adalah aktiva non-moneter yang dapat diidentifikasi dan

tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan

atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk

tujuan administratif. Namun Intellectual Capital masih belum dikenal secara luas

di Indonesia. Oleh karena itu, apabila seuatu perusahaan di Indonesia dapat

mengacu pada bisnis berdasarkan pengetahuan maka perusahaan di Indonesia

dapat bersaing dengan menggunakan keunggulan kompetitif yang diperoleh

melalui inovasi kreatif yang dihasilkan oleh Intellectual Capital yang dimiliki

perusahaan. Peningkatan kesadaran pengakuan IC dalam mendorong nilai dan

keunggulan kompetitif perusahaan menimbulkan permasalah penting tentang

bagaimana pengukuran IC.

Tujuan utama dalam ekonomi yang berbasis pengetahuan adalah untuk

menciptakan value added, sedangkan untuk dapat menciptakan value added


dibutuhkan ukuran yang tepat tentang physical capital dan intellectual potential.

Physical capital yaitu dana-dana keuangan, sedangkan intellectual potential

direpresentasikan oleh karyawan dengan segala potensi dan kemampuan yang

melekat pada mereka. Intellectual ability menunjukkan bagaimana kedua sumber

daya tersebut telah secara efisiensi dimanfaatkan oleh perusahaan. Sejak dari itu

kemudian dikenal metode VAIC (Value Added Intellectual Coefficient) yang

digunakan untuk pengukuran efisiensi dari nilai tambah yang dihasilkan oleh

kemampuan intelektual perusahaan.

Penerapan Good Corporate Governance telah menjadi kewajiban semua

perbankan yang beroperasi di Indonesia. Kewajiban itu ditepakan melalui 9

Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 8/4/PBI/2006 tanggal 30 Juni 2006. Mal

An Abdullah (2012: 64) menyatakan Secara teoritis, terdapat 6 pertimbangan

pokok yang dinyatakan secara eksplisit sebagai dasar dikeluarkannya PBI-2006,

yaitu: (1) semakin meningkatnya risiko yang dihadapi bank maka kebutuhan

terhadap GCG menjadi semakin meningkat pula, (2) pelaksanaan GCG diperlukan

dalam rangka meningkatkan kinerja bank, melindungi kepentingan stakeholder,

serta meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan

nilai-nilai etika yang berlaku umum pada industri perbankan, (3) peningkatan

kualitas pelaksanaan GCG adalah salah satu upaya untuk memperkuat kondisi

internal perbankan nasional sesuai dengan Arsitektur Perbankan Indonesia (API),

(4) dewan komisaris dan direksi adalah organ perusahaan yang memegang

peranan yang sangat penting dalam menciptakan GCG, dan karena itu diberi

tanggung jawab khusus untuk penerapannya, (5) adanya check and balance dari
pihak-pihak independen terhadap pihak yang terkait dengan pemegang saham

pengendali, diperhitungkan akan meningkatkan pelaksanaan GCG, (6) terdapat

dinamika yang perlu direspon secara proporsional dalam rangka mengoptimalkan

penerapan GCG bank. Lemahnya penerapan Corporate Governance menjadi

pemicu utama terjadinya berbagai skandal keuangan. Kasus penipuan,

penggelapan, pembobolan dan korupsi yang dilakukan oleh oknum bank itu

sendiri banyak terjadi di perbankan Indonesia. Terjadinya berbagai kasus

perbankan yang banyak terjadi di Indonesia membuat banyak pihak yang mulai

berpikir bahwa penerapan Corporate Governance menjadi suatu kebutuhan di

dunia bisnis sebagai acuan akuntabilitas dari suatu perusahaan.

Penerapan Good Corporate Governance dinilai dapat memperbaiki citra

perbankan yang sempat buruk, melindungi kepentingan stakeholders serta

meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku

dan etika-etika umum pada industri perbankan dalam rangka 10 mencitrakan

sistem perbankan yang sehat. Corporate Governance lebih mengarah pada

serangkaian pola perilaku perusahaan yang diukur melalui kinerja, pertumbuhan,

struktur pembiayaan, perlakuan terhadap para pemegang saham, dan stakeholders,

sehingga dapat dijadikan sebagai acuan analisis dalam mengkaji Corporate

Governance di suatu negara dengan dengan memenuhi transparansi dan

akuntabilitas dalam pengambilan keputusan yang sistematis yang dapat digunakan

sebagai dasar pengukuran yang lebih akurat mengenai kinerja perusahaan. Dalam

rangka untuk mengurangi konflik kepentingan antara manajer dan pemegang

saham serta mampu untuk mengontrol biaya keagenan, digunakan mekanisme


Good Corporate Governance Menurut sebuah kajian yang diselenggarakan oleh

Bank Dunia, lemahnya penerapan sistem tata kelola perusahaan atau yang biasa

dikenal dengan Corporate Governance merupakan salah satu faktor penentu

parahnya krisis yang terjadi di Asia Tenggara. Kelemahan tersebut antara lain

terlihat dari minimnya pelaporan kinerja keuangan, kurangnya pengawasan atas

aktivitas manajemen oleh dewan komisaris dan auditor, serta kurangnya intensif

eksternal untuk mendorong terciptanya efisiensi di perusahaan melalui persaingan

yang sehat. Berikut ini tabel kinerja keuangan dengan perhitungan variabel

penelitian dari tahun 2020-2022 sebagai berikut :

Tabel I.1
Kinerja Keuangan, GCG, Intellectual Capital dan Audit Internal
Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2020-2022

Kinerja Audit
No Nama Perusahaan Tahun GCG IC
Keuangan Internal
2020 0,081 1,23 3,2 13
1 Bank Sinarmas Tbk 2021 0,079 2,1 3,1 12
2022 0,082 2,1 3,2 14
2020 0,012 1,2 2,3 8
2 Bank Maybank Tbk 2021 0,014 1,1 2,2 8
2022 0.013 1,2 2,4 10
2020 1,4 0,7 2,1 11
3 Bank CIMB Niaga Tbk 2021 2 1,1 2,5 14
2022 1,9 1 2,3 12
2020 1,9 2,1 2 15
Bank Rakyat Indonesia 2021 2,3 2,2 2,51 17
4
Tbk
2022 2,2 2,1 2,53 17
2020 1,7 2,32 2,7 13
5 Bank Mandiri Tbk 2021 2,3 2,35 3,1 15
2022 2,4 2,39 3,2 19
Sumber : www.idx.co.id
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa Bank Sinarmas mengalami

penurunan kinerja keuangan disebabkan oleh turunnya Audit Internal dan

Intellectual Capital sementara pada tahun 2022 Bank Sinarmas kembali

mengalami peningakatan yang dipengaruhi oleh meningkatnya Intellectual

Capital dan persentase pertemuan antara komite audit dan audit internal. Pada

Maybank penurunan yang terjadi disebabkan oleh menurunnya persentase Good

Corporate Governance dan Intellectual Capital. sementara Bank Mandiri Tbk

yang setiap tahun mengalami kenaikan secara signifikan yang disebabkan oleh

naiknya persentase Audit Internal, Intellectual Capital dan Good Corporate

Governance. Hal ini tentunya menjadi fenomena menarik untuk diteliti, apalagi

pada tahun 2020-2021 banyak Perusahaan yang mengalami penurunan kinerja

keuangan karena adanya pandemi Covid 19. Fenomena ini mengindikasikan

bahwa terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan suatu

Perusahaan.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Agung Prayoga (2018) yang

berjudul Pengaruh Audit Internal dan Intellectual Capital terhadap kinerja

keuangan perusahaan (Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI Periode

2013-2017) . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Audit Internal dan

Intellectual Capital berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap kinerja

perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2013-2017.

Penelitian Sebelumnya yang dilakukan oleh Afni Eliana Saragih (2017) yang

berjudul Pengaruh Intellectual Capital (Human Capital, Structural Capital, dan

Customer Capital) terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di


Bursa Efek Indonesia. Hasil Penelitian Human capital berpengaruh tidak

signifikan terhadap Kinerja Perusahaan, Structural capital berpengaruh signifikan

dan positif terhadap Kinerja Perusahaan, Customer capital berpengaruh

signifikan dan positif terhadap Kinerja Perusahaan.

Penelitian Sebelumnya yang di lakukan oleh Samuel Parasian Siregar (2022)

yang berjudul Pengaruh Audit Internal, Intellectual Capital dan Good Corporate

Governance terhadap Kinerja Keuangan Perbankan yang terdaftar di BEI Periode

2019-2021. Hasil penelitian ini menunjukkan hasil bahwa Audit Internal,

Intellectual Capital dan Good Corporate Governance berpengaruh secara dan

signifikan terhadap kinerja perusahaan perbankan.

Penelitian Sebelumnya yang di lakukan oleh Sri Candra Asih dan Aditya

Septiani (2018) yang berjudul Pengaruh Audit Internal, Intellectual Capital dan

Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Pada

Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI Tahun 2013-2016). Hasil dari

penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan yang pertama bahwa adanya

pengaruh yang signifikan dan positif antara auditor internal terhadap kinerja

keuangan. Dapat disimpulkan Hipotesis satu (H1) diterima. Kedua, adanya

pengaruh yang signifikan dan positif antara intellectual capital terhadap kinerja

keuangan. Dapat disimpulkan Hipotesis dua (H2) diterima. Ketiga, tidak adanya

pengaruh yang signifikan antara good corporate governance terhadap kinerja

keuangan. Dapat disimpulkan Hipotesis tiga (H3) ditolak. Dan yang keempat

secara simultan adanya pengaruh yang signifikan dan positif antara auditor
internal,intellectual capital, dan good corporate governance terhadap kinerja

keuangan. Dapat disimpulkan Hipotesis empat (H4) diterima.

Penelitian Sebelumnya yang di lakukan oleh Mistari Bettri dkk (2022) yang

berjudul Pengaruh Intellectual Capital dan Good Corporate Governance terhadap

Kinerja Keuangan Perbankan di Indonesia. Hasil dari penelitian ini menunjukkan

bahwa secara parsial hasil koefisien regresi variabel Intellectual Capital

berpengaruh terhadap kinerja keuangan dan Good Corporate Governance

berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja keuangan, secara simultan variabel

Intellectual Capital dan Good Corporate Governance secara bersama-sama

mempu menjelaskan kinerja keuangan.

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah diuraikan diatas, penulis

tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul: “Pengaruh Audit Internal,

Intellectual Capital dan Mekanisme Good Corporate Governance terhadap

Kinerja Keuangan Perbankan yang ada di Bursa Efek Indonesia Periode

2020-2022”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti mencoba merumuskan

masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana Audit Internal berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan

Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2020-2022?

2. Bagaimana Intelectual Capital berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan

Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2020-2022?


3. Bagaimana Good Corporate Governance berpengaruh terhadap Kinerja

Keuangan Perbankanyang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode

2020-2022?

4. Bagaimana Audit Internal, Intelectual Capital dan Good Corporate

Governance Secara Simultan berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan

Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2020-2022?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan di laksanakan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan

mengetahui :

1. Untuk Mengetahui Pengaruh Audit Internal terhadap Kinerja Keuangan

Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2020-2022

2. Untuk Mengetahui Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja

Keuangan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode

2020-2022

3. Untuk Mengetahui Pengaruh Good Corporate Governance terhadap

Kinerja Keuangan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Periode 2020-2022

4. Untuk Mengetahui Pengaruh Audit Internal, Intellectual Capital dan

Good Corporate Governance secara Simultan terhadap Kinerja Keuangan

Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2020-2022


D. Manfaat Penelitian

Dari tujuan penelitian diatas maka penulis berharap akan meberikan

manfaat bagi semua pihak diantaranya :

1. Manfaat Bagi Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman dan

memperluas wawasan peneliti mengenai kinerja keuangan dan variabel

yang memengaruhinya terutama Audit Internal, Intellectual Capital dan

Good Corporate Governance.

2. Manfaat Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan,

informasi tambahan mengenai pentingnya pelaksanaan dan seberapa besar

pengaruh Audit Internal, Intellectual Capital dan Good Corvorate

Governance terhadap kinerja keuangan perusahaan.

3. Manfaat Bagi Almamater

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan

menjadi bahan referensi atau masukan untuk peneliti selanjutnya dimasa

akan datang.
BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

A. Kajian Kepustakaan

Bank dan lembaga keuangan merupakan salah satu pelaku terpenting dalam

perokonomian suatu negara. Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

mengenai perbankan “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

masyarakat kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bank bentuk-bentuk

lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Perbankan

menjadi salah satu tonggak dalam pembangunan ekonomi Indonesia terutama

dalam menghadapi era perdagangan bebas dan globalisasi, baik sebagai perantara

antara sektor defisit (lack of funds) dan sektor surplus (surplus of funds) maupun

sebagai agent of development.

Perbankan di Indonesia pernah mengalami krisis pada tahun 1998, sejak

tahun tersebut pemerintah terus berupaya membuat perbankan menjadi jauh lebih

baik. Kinerja Keuangan perbankan saat ini memang jauh telah baik pasca krisis

tersebut, namun dibutuhkan pengawasan dan pengaturan agar krisis tersebut tidak

terulang kembali karena Bank merupakan salah satu pemegang terpenting dalam

perputaran ekonomi suatu negara.

1. Kinerja Keuangan

a. Pengertian Kinerja Keuangan

Kinerja merupakan sebuah gambaran pencapaian pelaksanaan program sesuai

sasaran, tujuan, misi, dan visi suatu perusahaan. Kinerja suatu perusahaan dapat
dirumuskan sebagai hasil kerja yang didapatkan dari pelaksanaan

kegiatan-kegiatan selama periode waktu tertentu guna memperoleh profit.

Sedangkan profit, dipakai sebagai salah satu tolak ukur yang penting terhadap

penilaian kinerja suatu Perusahaan (Afni, 2018). Menurut Nalal Muna (2014),

bahwa kinerja keuangan dapat diartikan sebagai prestasi yang dapat dicapai

organisasi dalam periode tertentu. Sementara Menurut Hutabarat (2020: 2) Kinerja

Keuangan adalah salah satu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana

suatu Perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan

pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Berdasarkan pengertian diatas dapat

disimpulkan kinerja keuangan merupakan salah satu analisis untuk melihat suatu

Perusahaan telah dijalankan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku terkait

pelaksanaan keuangan.

Kinerja bank dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai suatu bank dengan

mengelola sumber daya yang ada dalam bank seefektif dan seefisien mungkin guna

mencapai tujuan yang telah ditetapkan manajemen (Desfian, 2015). Penilaian

kinerja bank menjadi sangat penting dilakukan karena posisi perbankan yang vital

di dalam stabilitas perekonomian nasional. Perbankan memainkan peran penting

dalam mobilisasi dana, alokasi kredit, sistem pembayaran, dan implementasi

kebijakan moneter (Mohammed dan Fatimah, 2015).

b . tujuan penilaian kinerja keuangan

Menurut Hutabarat (2020) tujuan Penilaian kinerja keuangan adalah sebagai

berikut :

1) Untuk mengetahui Tingkat rentabilitas atau profilitas


2) Untuk mengetahui Tingkat likuiditas

3) Untuk mengetahui Tingkat solvabilitas

4) Untuk mengetahui Tingkat stabilitas usaha

c. Indikator Kinerja Keuangan

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rumus Cash Flow Return On

Assets (CFROA). Cash Flow Return On Assets (CFROA) adalah salah satu alat

pengukur kinerja keuangan perusahaan yang berhubungan langsung dengan

laporan keuangan yang dijadikan dasar untuk penilaian kinerja perusahaan.

CFROA dihitung dari laba sebelum bunga dan pajak ditambah depresiasi dibagi

dengan total aktiva (Sam’ani, 2018). Arus kas (cash flow) yang terdapat di dalam

laporan keuangan mempunyai nilai lebih untuk menjamin kinerja perusahaan di

masa mendatang. Alasan menggunakan CFROA sebagai alat ukur kinerja

keuangan perusahaan pada penelitian ini adalah karena dalam hubungannya

dengan kinerja, laporan keuangan dijadikan dasar untuk penilaian kinerja

perusahaan, arus kas (cash flow) yang terdapat di dalam laporan keuangan

mempunyai nilai lebih baik untuk menjamin kinerja keuangan perusahaan di masa

yang akan datang. Arus kas menunjukkan hasil operasi yang dananya telah

diterima tunai oleh perusahaan serta dibebani dengan beban yang bersifat tunai

dan benar-benar sudah dikeluarkan oleh perusahaan (Prasdono dan Yulius

Christiawan, 2014). Berikut Rumus Cash Flow Return On Asset (CFROA) :

𝑬𝑩𝑰𝑻+𝑫𝒆𝒑
Cash Flow Return On Assets (CFROA) = 𝑨𝒔𝒆𝒕
Keterangan :

Asset : Total Aktiva

Dep : Depresiasi (Penyusutan)

EBIT : Laba Sebelum Bunga dan Pajak

2. Audit Internal

a. Pengertian Audit Internal

Institute of Internal Auditors (IIA) Mendefinisikan Audit Internal sebagai

“Internal auditing is an Iindependent, objective assurance and consulting activity

that adds value to and improve an organizations operation. It helps an

organizations accomplish its objectives by bringing a systematic, disclipined

approach to evaluate and improve the effectiveness of risk managementl, control

and governance processes”. Menurut Ardiansyah dan Setiawan (2023: 3) Audit

Internal Merupakan aktivitas independen yang membantu memberikan nilai

tambah organisasi dan meningkatkan operasional organisasi. Audit internal

membantu organisasi mencapai tujuan secara sistematis. Melakukan penilaian,

dan mengevaluasi keaktifan manajemen risiko (risk management), pengendalian

(control), dan proses tata kelola yang baik (governance processes). Menurut

Syahriani (2018: 5) mendefinisikan audit internal merupakan suatu struktur yang

berada dalam sebuah organisasi yang menjalankan fungsi independen yang

bertugas untuk memeriksa, menguji, mengevaluasi kegiatan sebagai jasa suatu

organisasi. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan Audit Internal adalah

aktivitas independent yang membantu memberikan evaluasi manajemen risiko dan

proses tata Kelola yang baik bagi suatu entitas atau Perusahaan,
Aktivitas audit memberi nilai tambah bagi perusahaan dan pemangku

kepentingan apabila mempertimbangkan strategi, tujuan dan risiko-risiko,

mengembangkan proses tata kelola, manajemen risiko, pengendalian dan objektif

memberikan jaminan memadai. Auditor internal sebagai third line of defense

diharapkan memahami perannya memberikan konstribusi bagi kemajuan

perusahaan dan meminimalkan terjadinya kerugian-kerugian (Rose, 2015)

Berhasil atau tidaknya Audit Internal di dalam perbankan, perlu diadakannya

perbandingan. Perbandingan yang dimaksud ialah perbandingan pengukuran

kinerja sebelum dan sesudah pemeriksaan dilaksanakan, hasil dari pengukuran

kinerja tersebut dapat digunakan untuk menilai keberhasilan perbankan dan

dengan penilaian kesehatan pihak bank dapat mengukur tingkat kinerja

keuangannya

b. Tujuan Audit Internal

Tujuan audit internal direksi adalah untuk merumuskan dan menerapkan

sistem pengendalian internal perusahaan yang andal untuk menjaga kekayaan dan

kinerja perusahaan serta mematuhi peraturan perundang-undangan. Fungsi

pengendalian internal atau unit kerja bertanggung jawab membantu direksi untuk

memastikan pencapaian tujuan dan kelangsungan usaha bersama (Suginam, 2017).

c. Unsur-Unsur Audit Internal

Unsur-unsur Audit Internal Menurut Hiro Tugiman (Daniel Susanto, 2017)

terdapat tiga unsur dalam audit internal yaitu:

1) Memastikan/memverifikasi (verification) Merupakan suatu aktivitas

penilaian dan pemeriksaan atas kebenaran data dan informasi yang


dihasilkan oleh suatu sistem akuntansi, sehingga dapat dihasilkan laporan

akuntansi yang akurat yaitu cepat dan dapat dipercaya. Catatan yang telah

diverifikasi dapat ditentukan oleh audit internal tertentu, untuk melihat

adanya kekurangan dan kelemahan dalam prosedur pencatatan untuk

kemudian diajukan saran-saran perbaikan.

2) Menilai/mengevaluasi (evaluation) Merupakan aktivitas penilaian secara

menyeluruh atas pengendalian akuntansi keuangan berdasarkan kriteria

yang sesuai. Hal ini merupakan suatu cara untuk memperoleh kesimpulan

yang menyeluruh dari kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan

aktivitas yang dilakukan perusahaan.

3) Rekomendasi (recomendation) Merupakan suatu aktivitas penilaian dan

pemeriksaan terhadap ketaatan pelaksanaan dan prosedur operasi,

prosedur akuntansi, kebijakan dan peraturan-peraturan yang telah

ditetapkan (tindakan korektif kepada manajemen). Uraian di atas

menjelaskan bahwa unsusr-unsur audit internal terdiri dari tiga unsur yang

meliputi verifikasi (verification), penilaian, evaluasi (evaluation) dan

rekomendasi (recomendation). Unsur-unsur tersebut pada dasarnya

merupakan unsur dari kegiatan audit internal itu sendiri, yang dilakukan

secara bertahap.

d. Indikator Pengukuran Audit Internal

Audit internal diukur dengan melihat pertemuan auditor internal dengan

komite audit (Amaliyah Nurul, 2022). Pengukuran audit internal dilakukan dengan

melihat intensitas pertemuan antara auditor internal dengan komite audit bisa
digambarkan sebagai berikut :

Audit Internal = Jumlah Pertemuan Auditor Internal dengan Komite Audit

Menurut Nurrahman Wahid (2013: 5), komite audit melakukan penilaian pada

kegiatan dan hasil audit dari auditor internal maupun audit eksternal, guna

mencegah adanya tindak pelaksanaan dan pelaporan yang tidak sesuai atau tidak

memenuhi standar. Pertemuan dengan komite audit akan semakin meningkatkan

pengawasan komite audit terhadap audit internal. Hal ini diharapkan akan semakin

meningkatkan kinerja auditor internal, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan

kinerja keuangan perusahaan.

3. Intellectual Capital

a. Pengertian Intellectual Capital

Nalal Muna (2014) menyimpulkan bahwa intellectual capital adalah sumber

daya perusahaan yang berbasis pengetahuan dan berupa aset tidak berwujud yang

dapat dijadikan nilai tambah bagi perusahaan untuk menciptakan inovasi dan

persaingan bisnis yang kompetitif. Menurut Rizki Listiani Rahayu (2012),

menyatakan bahwa intellectual capital adalah produk dari interaksi antara

kompetensi, komitmen, dan pengendalian kerja dari karyawan yang dapat dilihat

kapasitasnya dari kualitas kompetensi, komitmen organisasi, dan pengendalian

pekerjaan yang dimiliki oleh karyawan. Selain itu Aditya Eka Laksana (2013),

menyatakan bahwa konsep modal intelektual merujuk pada sumber daya berupa

pengetahuan, pengalaman dan teknologi yang tersedia pada perusahaan yang

menghasilkan aset bernilai tinggi dan manfaat ekonomi di masa mendatang dan
didukung proses informasi untuk menjalin hubungan dengan pihak luar. Menurut

Stewwart (2019) definisi Intellectual Capital adalah sumber daya berupa

pengetahuan yang tersedia pada perusahaan yang menghasilkan asset bernilai

tinggi dan manfaat ekonomi di masa mendatang. Dari beberapa pengertian

diatas dapat disimpulkan intellectual capital adalah sumber daya yang dihasilkan

oleh Perusahaan dan menghasilkan asset yang bernilai tinggi dan manfaat

ekonomi di masa mendatang.

Dalam Intellectual Capital pengetahuan memiliki nilai yang dapat diukur

tergantung penggunaannya yang spesifik untuk tujuan tertentu menjadi asset

intelektual bagi pemiliknya. Modal intelektual menunjukkan pengetahuan yang

ditransformasikan menjadi sesuatu yang bernilai bagi perusahaan, sedangkan asset

intelektual atau knowledge asset merupakan pertukaran bentuk bagi transformasi

pengetahuan tersebut. (Wijaya, 2013)

Intellectual Capital dapat dikatakan sebagai hasil dari proses transformasi

ilmu pengetahuan atau ilmu pengetahuan yang bertransformasi menjadi kekayaan

intelektual (Ting dan Lean, 2009). Kemampuan perusahaan untuk menciptakan

value added adalah hal pertama yang diukur dalam model ini. Value added

merupakan indikator yang paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan

menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai (value creation).

Value added dihitung sebagai selisih antara output dan input.

Menurut (Sari Sihaan, 2013). menyatakan bahwa intellectual capital terdiri

dari tiga elemen utama yaitu sebagai berikut :


a. Human Capital (HC)

Human Capital merupakan inti dari modal intelektual karena sumber dari

innovation dan improvement perusahaan, tetapi merupakan komponen yang

sulit untuk diukur. Daneshi (2013) fokus meneliti hubungan konsumen

dengan kemampuan karyawan. Penelitiannya menemukan bahwa karyawan

seharusnya memiliki pengetahuan dan keahlian yang sesuai untuk memenuhi

kebutuhan konsumen. Human capital mencerminkan kemampuan kolektif

perusahaan untuk menghasilkan solusi berdasarkan pengetahuan yang

dimiliki oleh orang-orang yang berada dalam perusahaan. Secara sederhana

Human Capital merepresentasikan kemampuan individu suatu organisasi

yang direpresentasikan oleh karyawannya. Human Capital merupakan

kombinasi dari keturunan, pengetahuan, pengalaman, dan sikap tentang

kehidupan dan bisnis.

b. Structural Capital (SC)

Daneshi (2013) structural capital merupakan pusat pengetahuan dalam

perusahaan termasuk teknologi. Structural Capital merupakan kemampuan

organisasi atau perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan

untuk menghasilkan kinerja bisnis yang optimal secara keseluruhan, meliputi:

sistem operasional, proses manufacturing, budaya organisasi, filosofi

manajemen, dan semua bentuk intellectual property yang dimiliki perusahaan.

Sistem perusahaan yang memadai dapat menjadi fasilitator dalam

meningkatkan secara optimal dan potensial intellectual individu yang berada

dalam perusahaan dan membuat nilai perusahaan lebih besar dari nilai
materialnya. SC meliputi seluruh non- human storehouse of knowledge dalam

organisasi. Termasuk dalam hal ini adalah database, organizational charts,

proses manual, strategis, rutinitas dan segala hal yang membuat nilai

perusahaan lebih besar daripada nilai materialnya. Perusahaan harus mampu

menciptakan barang dan jasa yang berbeda dan memiliki nilai lebih dimata

konsumen.

c. Customer Capital

Customer capital juga meliputi kemampuan mengidentifikasi pasar yang

ingin di bidik dan memprediksikan perusahaan dalam pasar. Hal ini dapat

tercipta melalui pengetahuan karyawan yang diproses dengan modal

struktural yang akhirnya mengsilkan hubungan yang baik dengan pihak luar.

Komponen intellectual capital ini cenderung diperoleh dari proses bisnis.

Komponen inilah yang dapat memberikan value kepada perusahaan dengan

jelas dan dapat diukur. CC merupakan bentuk hubungan atau jaringan yang

dimiliki perusahaan terhadap mitra bisnisnya. Intinya, customer

capital adalah sumber value bagi perusahaan yang diperoleh melalui eksternal

Perusahaan (Nurmala, 2012)

C. Modal dan Metode Pengukuran Intellectual Capital

Menurut (Amanda Friscian Adeline, 2012) Terdapat metode yang

dikembangkan oleh Pulic yang disebut sebagai Value Added Intellectual Capital

(VAIC). Metode ini bertujuan menyajikan informasi tentang value creation

efficency dari aset berwujud (tangible assets) dan aset tak berwujud (intangible

assets) yang dimiliki oleh Perusahaan.


Metode VAIC mudah untuk dihitung dan diukur karena sumber informasinya

bisa didapatkan melalui laporan keuangan perusahaan. metode

pengukuran intellectual capital ini dapat dimulai dari kemampuan perusahaan

untuk memperoleh value added (VA).

Value added (VA) merupakan indikator yang objektif untuk melakukan

penilaian terhadap keberhasilan bisnis suatu perusahaan. Dengan kata lain,

seberapa besar rasio kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai bisnis (value

creation). Berikut rumus dari Value Added :

VA = OUT – IN

Keterangan :

VA : Value Added

Output : Total penjualan dan pendapatan lain

Input : Beban (Beban Bunga dan beban operasional ) dan biaya lain ( selain

beban karyawan)

Output (OUT) dapat diukur dengan melihat pendapatan (revenue) perusahaan

termasuk di dalamnya produk dan jasa yang ditransaksikan (dijual) di pasar.

Sedangkan input (IN) dapat diukur dengan melihat beban (cost) perusahaan yang

digunakan untuk memperoleh revenue. Meskipun begitu, tidak semua biaya bisa

dimasukkan ke dalam input (IN). Ada biaya/beban yang tidak dapat dimasukkan ke

dalam IN, yaitu beban karyawan (labour expenses). Menurut Pulic, itu disebabkan

karena karyawan atau tenaga kerja dibutuhkan perannya dalam proses penciptaan

nilai (value creation).


Menurut (Amanda Friscian Adeline, 2012) Berikut model pengukuran

Intellectual Capital yang dikembangkan oleh Pulic :

1. Value Added of Capital Employed (VACA)

Value Added of Capital Employed (VACA) adalah indikator untuk VA yang

diciptakan oleh satu unit physical capital. Pulic mengasumsikan bahwa jika satu

unit dari CE (capital employed) menghasilkan return yang lebih besar daripada

perusahaan yang lain. Dengan demikian, pemanfaatan IC yang lebih baik

merupakan bagian dari IC perusahaan (Amanda Friscian Adeline, 2012) rumus

dan cara menghitung intellectual capital VACA adalah sebagai berikut :

VACA = Value Added (VA) / Capital

Employed (CE)
Keterangan :

VA : Value added

CE : Capital employed (Dana yang tersedia: ekuitas, laba bersih)

2. Value Added Human Capital (VAHU)

VAHU mengacu pada nilai kolektif dari modal intelektual perusahaan yaitu

kompetensi, pengetahuan dan keterampilan yang diukur dengan HCE (Human

Capital Efisiensi). HCE merupakan indikator efisiensi nilai tambah modal manusia.

Rasio ini menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap jumlah rupiah yang

diinvestasikan dalam HC terhadap VA organisasi (Aty Utami, 2013). Lalu, rumus

dan cara menghitung VAHU adalah sebagai berikut :

VAHU = Value Added (VA) / Human

Capital (HC)
Keterangan :

VA : Value added

HC : beban karyawan terdiri dari gaji dan tunjangan

3. Structural Capital Value Added (STVA)

Rasio ini mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah

dari VA dan merupakan indikasi keberhasilan SC dalam menciptakan nilai (Sari F.

Siahaan, 2013). STVA menunjukkan seberapa besar kontribusi SC dalam

menghasilkan value creation. STVA mengukur seberapa banyak SC yang

diperlukan untuk menghasilkan Rp 1 dari VA. Dengan begitu, ini bisa dijadikan

sebagai alat ukur keberhasilan SC dalam penciptaan nilai. rumus dan cara

menghitung intellectual capital STVA adalah sebagai berikut :

STVA = Structural Capital (SC) / Value Added (VA)

Keterangan

SC : Structural Capital (VA - HC)

VA : Value Added

4. Value Added Intellectual Coefficient (VAIC)

Setelah mendapatkan nilai dari VACA, VAHU, dan STVA, kini saatnya

menghitung rasio VAIC atau kemampuan intelektual perusahaan. Caranya dengan

menjumlahkan koefisien-koefisien yang sudah dihitung sebelumnya, yaitu VACA,

VAHU, dan STVA. Berikut rumus dan cara menghitung intellectual capital VAIC :

VAIC = VACA + VAHU + STVA


Pada prinsipnya, VAIC mengukur seberapa banyak kuantitas nilai baru yang

berhasil diciptakan dari masing-masing unit dalam sumber daya.Semakin tinggi

nilai VAIC, maka semakin tinggi pula nilai tambah (value added) yang diperoleh

(Amanda Friscian Adeline, 2012).

4. Good Corporate Governance

a. Pengertian Good Corporate Governance

Menurut (Kusmayadi dkk, 2015) Good Corporate Governance adalah

seperangkat system yang mengatur dan mengendalikan Perusahaan untuk

menciptakan nilai tambah bagi para pemengku kepentingan. Tunggal (2012: 24)

mendefinisikan GCG adalah system yang mengatur, mengelola dan mengawasi

proses pengendalian usaha untuk menaikkan nilai saham, sekaligus sebagai

bentuk perhatian kepada pemegang saham, karyawan dan Masyarakat sekitar.

Sementara Agoes (2011:101) mendefinisikan Good corporate governance sebagai

suatu system yang mengatur hubungan peran dewan komisaris, peran direksi,

pemegang saham, dan pemangku kepentingan lainnya. Berdasarkan pengertian

yang telah di sebutkan dapat disimpulkan Good Corporate Governance adalah

suatu system yang mengatur, mengelola dan mengawasi suatu Perusahaan demi

tercapainya tujuan Perusahaan yang ingin di capai.

Istilah corporate governance (CG) pertama kali diperkenalkan oleh Komite

Cadbury (Cadbury Committee) dalam The Report of Cadbury Committee on

Financial Aspects of Corporate Governance: The Code of Best Practice atau yang

lazim disebut dengan Cadbury Report pada tahun 1992 (Mahdan, 2010). Komite

ini dibentuk oleh London Stock Exchange pada bulan Mei 1991 sebagai wujud
keprihatinan atas skandal yang terjadi pada Maxwell Communication pada tahun

yang sama

b. Indikator Good Corporate Governance

1) Dewan Komisaris Independen

Variabel dalam penelitian ini dengan berfokus pada ukuran dewan

komisaris dan Proporsi komisaris independent. Ukuran dewan komisaris

adalah jumlah keseluruhan anggota dewan komisaris baik yang berasal dari

internal maupun eksternal Perusahaan ( Dalton, 2017) berdasarkan hal ini

maka indicator yang digunakan dalam penelitian ini adalah banyaknya

anggota dewan komisaris

Ukuran Dewan Komisaris = ∑ Komisaris

Anggota dalam dewan komisaris terdiri dari anggota yang terafiliasi dan

tidak terafiliasi. Komisaris independent adalah anggota dewan komisarus

yang tidak terafiliasi dengan manejemen serta bebas dari hubungan bisnis

atau bubungan lainnya yang mempengaruhi kemampuan bertindak

independent (KNKG, 2006). Proporsi komisaris independent diukur dengan

menggunakan proporsi jumlah komisaris independent terhadap total

komisaris.

∑ 𝑲𝒐𝒎𝒊𝒔𝒂𝒓𝒊𝒔 𝑰𝒏𝒅𝒆𝒑𝒆𝒏𝒅𝒆𝒏
Proporsi Dewan Komisaris = ∑ 𝑫𝒆𝒘𝒂𝒏 𝑲𝒐𝒎𝒊𝒔𝒂𝒓𝒊𝒔

2) Komite Audit

Komite Audit adalah komite yang bertugas untuk membantu dewan

pengawas organisasi dalam memastikan efektivitas system pengendalian

intern dan efektivitas tugas auditor eksternal dan auditor internal (Hito, 2015)
berikut perhitungan komite audit dengan menghitung banyaknya komite

audit disuatu Perusahaan :

Komite Audit : ∑Komte Audit

3) Kepemilikan Manajerial

Selain itu, Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional juga

menjadi variabel dalam penelitian ini. Kepemilikam manajerial adalah

pemegang saham dari pihak manajemen yang yang secara aktif ikut dalam

pengambilan Keputusan (direksi dan komisaris) (Alfinur, 2016) berikut

penghitungan kepemilikan manajerial :

∑ 𝑷𝒆𝒎𝒆𝒈𝒂𝒏𝒈 𝑺𝒂𝒉𝒂𝒎
Kepemilikan Manajerial = ∑ 𝑺𝒂𝒉𝒂𝒎 𝑩𝒆𝒓𝒅𝒆𝒅𝒂𝒓

4) Kepemilikan Institusional

Brigham (2005: 528) mendefinisikan kepemilikan institusional

merupakan kepemilikan investasi saham yang dimiliki oleh institusi lain

seperti : Perusahaan, dana pensiu, reksadana dan lain-lain dalam jumlah

besar. Berikut penghitungan kepemilikan institusional adalah :

∑ 𝑷𝒆𝒎𝒆𝒈𝒂𝒏𝒈 𝑺𝒂𝒉𝒂𝒎
Kepemilikan Institusional = ∑ 𝑺𝒂𝒉𝒂𝒎 𝑩𝒆𝒓𝒅𝒆𝒅𝒂𝒓

(3) Manfaat Penerapan Good Corporate Governance

Banyak manfaat yang ditimbulkan dari penerapan GCG yang tidak hanya

berpengaruh positif bagi perusahaan/unit usaha, melainkan juga kepada

stakeholder. Hermanto (2011) mengungkapkan berbagai keuntungan yang

diperoleh dengan penerapan CGG, yaitu :

1. Dengan GCG proses pengambilan keputusan akan berlangsung secara


lebih baik sehingga akan menghasilkan keputusan yang optimal, dapat

meningkatkan efisiensi serta terciptanya budaya kerja yang lebih

sehat.

2. GCG akan memungkinkan dihindarinya atau sekurang-kurangnya

dapat diminimalkan tindakan penyalahgunaan wewenang oleh pihak

direksi dalam pengelolaan perusahaan.

3. Nilai perusahaan di mata investor akan meningkat sebagai akibat dari

meningkatnya kepercayaan mereka kepada pengelola perusahaan

tempat mereka berinvestasi.

4. Bagi para pemegang saham, dengan peningkatan kinerja sebagaimana

disebut pada poin 1, dengan sendirinya juga akan menaikan nilai

saham mereka dan juga nilai dividen yang akan mereka terima. Bagi

Negara ini juga akan menaikan jumlah pajak yang akan dibayarkan

oleh perusahaan yang berarti akan terjadi peningkatan penerimaaan

Negara dari sektor pajak.

B. Penelitian Sebelumnya

Penelitian ini bertujusn untuk meneliti variable-variabel yang mempengaruhi

kinerja keuangan. Variable-variabel tersebut adalah pengaruh audit internal,

Intellectual Capital dan Good Corporate Governance terhadap kinerja keuangan

perbankan. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian terdahulu.

Beberapa penelitian terdahulu adalah sebagai berikut :


Tabel II.1
Persamaan dan Perbedaaan Penelitian Sebelumnya

No Judul, Nama Peneliti dan Tahun


Persamaan Perbedaan
Peneliti
1 Pengaruh Intellectual Capital Persamaan Perbedaan pada
(Human Capital, Structural penelitian yang penelitian ini
Capital dam Customer Capital) akan penulis terdapat pada
terhadap kinerja Perusahaan lakukan terdapat variabel
Manufaktur yang terdaftar di pada variable independennya
Bursa Efek Indonesia dependennya dan subjek
(Afni Eliana Saragih, 2017) penelitiannya
2 Pengaruh Audit Internal dan Persamaan Perbedaan pada
Intellectual Capital terhadap penelitian yang penelitian ini
kinerja keuangan Perusahaan akan penulis terdapat pada
(Perusahaan Perbankan yang lakukan terdapat di tahun penelitian
terdaftar di BEI Periodevariable dan variable
2013-2017) dependennya yaitu independennya
(Agung Prayoga, 2018) kinerja keuangan
3 Pengaruh Audit Internal,
Persamaan Perbedaan pada
Intellectual Capital dan Good penelitian yang penelitian ini
Corporate Governance terhadap akan penulis terdapat pada
kinerja keuangan perbankan yang lakukan terdapat tahun penelitan
terdaftar di BEI Periodepada variabel
2019-2021. independent dan
(Sri Candra Asih dan Aditya variabel
Septiani, 2018) dependennya
4 Pengaruh Audit Internal,
Persamaan Perbedaan pada
Intellectual Capital dan Good penelitian yang penelitian ini
Corporate Governance terhadapm akan penulis terdapat pada
kinerja keuangan perbankan yang lakukan terdapat tahun penelitian
terdaftar di BEI Periodepada variabel
2019-2021. independent dan
(Samuel Parasian Siregar, 2022) variabel
dependennya
5 Pengaruh Intellectual Capital dan Persamaan Perbedaan pada
Good Corporate Governance penelitian yang penelitian ini
terhadap kinerja keuangan akan penulis terdapatb pada
perbankan di Indonesia lakukan terdapatb variabel
(Mistari Bettri dkk, 2022) pada variabel independent dan
dependen yaitu tahun penelitian
kinerja keuangan
Sumber : Penulis, 2024
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Afni Eliana Saragih (2017) yang

berjudul Pengaruh Intellectual Capital (Human Capital, Structural Capital, dan

Customer Capital) terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia. Hasil Penelitian Human capital berpengaruh tidak

signifikan terhadap Kinerja Perusahaan, Structural capital berpengaruh signifikan

dan positif terhadap Kinerja Perusahaan, Customer capital berpengaruh

signifikan dan positif terhadap Kinerja Perusahaan.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Agung Prayoga (2018) yang

berjudul Pengaruh Audit Internal dan Intellectual Capital terhadap kinerja

keuangan perusahaan (Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI Periode

2013-2017) . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Audit Internal dan

Intellectual Capital berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap kinerja

perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2013-2017.

Penelitian terdahulu yang di lakukan oleh Sri Candra Asih dan Aditya

Septiani (2018) yang berjudul Pengaruh Audit Internal, Intellectual Capital dan

Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Pada

Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI Tahun 2013-2016). Hasil dari

penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan yang pertama bahwa adanya

pengaruh yang signifikan dan positif antara auditor internal terhadap kinerja

keuangan. Dapat disimpulkan Hipotesis satu (H1) diterima. Kedua, adanya

pengaruh yang signifikan dan positif antara intellectual capital terhadap kinerja

keuangan. Dapat disimpulkan Hipotesis dua (H2) diterima. Ketiga, tidak adanya

pengaruh yang signifikan antara good corporate governance terhadap kinerja


keuangan. Dapat disimpulkan Hipotesis tiga (H3) ditolak. Dan yang keempat

secara simultan adanya pengaruh yang signifikan dan positif antara auditor

internal,intellectual capital, dan good corporate governance terhadap kinerja

keuangan. Dapat disimpulkan Hipotesis empat (H4) diterima.

Penelitian terdahulu yang di lakukan oleh Samuel Parasian Siregar (2022)

yang berjudul Pengaruh Audit Internal, Intellectual Capital dan Good Corporate

Governance terhadap Kinerja Keuangan Perbankan yang terdaftar di BEI Periode

2019-2021. Hasil penelitian ini menunjukkan hasil bahwa Audit Internal,

Intellectual Capital dan Good Corporate Governance berpengaruh secara dan

signifikan terhadap kinerja perusahaan perbankan.

Penelitian terdahulu yang di lakukan oleh Mistari Bettri dkk (2022) yang

berjudul Pengaruh Intellectual Capital dan Good Corporate Governance terhadap

Kinerja Keuangan Perbankan di Indonesia. Hasil dari penelitian ini menunjukkan

bahwa secara parsial hasil koefisien regresi variabel Intellectual Capital

berpengaruh terhadap kinerja keuangan dan Good Corporate Governance

berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja keuangan, secara simultan variabel

Intellectual Capital dan Good Corporate Governance secara bersama-sama

mempu menjelaskan kinerja keuangan.

C. Kerangka Pemikiran

Berikut adalah paradigma penelitian yang berlandaskan pada kerangka

berpikir pada penelitian ini :


Gambar II.2
Model Kerangka Berpikir

Audit Internal
(X1) H1.a

Intellectual Capital Kinerja


H1.b Keuangan
(X2)
(Y)

H1.c
Good Corporate Governance
(X3)

H2
Sumber : Penulis, 2024

D. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir, maka perumusan hipotesis pada penelitian ini

adalah sebagai berikut :

H1.a : Audit Internal Berpengaruh terhadap kinerja keuangan

perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indokesia Periode

2020-2022

H1.b : Intellectual Capital Berpengaruh terhadap kinerja keuangan

perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indokesia Periode

2020-2022
H1.c : Good Corporate Governance Berpengaruh terhadap kinerja

keuangan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indokesia

Periode 2020-2022

H2 : Audit Internal, Intellectual Capital dan Good Corporate

Governance Berpengaruh secara Bersama-sama terhadap kinerja

keuangan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indokesia

Periode 2020-2022
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

V.Wiratna (2018: 87) menyatakan penelitian diklasifikasikan berdasarkan

tingkat eksplanasi sebagai berikut :

1. Penelitian Deskriptif

Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai masing – masing

variabel, baik satu variabel atau lebih sifatnya indenpenden tanpa

membuat hubungan maupun perbandingan dengan variabel yang lain.

2. Penelitian Komparatif

Penelitian yang bersifat membandingkan variabel yang satu dengan

variabel yang lain atau variabel satu dengan standar.

3. Penelitian Asosiatif

Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua

variabel atau lebih serta mengetahui pengaruhnya.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian

Asosiatif yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui Pengaruh Audit

Internal, Intellectual Capital dan Good Corporate Governance terhadap

Kinerja Keuangan Perbankan yang ada di Bursa Efek Indonesia Periode

2020-2022.
B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini pada perusahaan perbankan yang terdaftar di bursa

Efek Indonesia dan diakses melalui website idx.co.id.

C. Operasional Variabel

Operasional variabel atau variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat

atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2019). Operasional variabel yang akan digunakan dalam

penelitian dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel III.1
Operasionalisasi Variabel

Variabel Definisi Indikator Skala


Audit Internal Audit Internal Jumlah ordinal
(X1) merupakan suatu pertemuan
struktur yang berada Auditor Internal
dalam sebuah
dengan Komite
organisasi yang
menjalankan fungsi Audit
independen yang
bertugas untuk
memeriksa, menguji,
mengevaluasi
kegiatan sebagai jasa
suatu organisasi.
(Syahriani, 2018)
Intellectual intellectual capital 1. Value Added ordinal
Capital adalah sumber daya (VA)
(X2) perusahaan yang 2. Value Added
berbasis pengetahuan Of Capital
dan berupa aset tidak Employed
berwujud yang dapat (VACA)
dijadikan nilai tambah 3. Value Added
bagi perusahaan untuk Human Capital
menciptakan inovasi (VAHU)
dan persaingan bisnis 4. Structural
yang kompetitif. Capital Human
(Nalal Muna, 2014) Added (STVA)
5. Value Added
Intellectual
Capital (VAIC)

Good Good Corporate 1. Dewan ordinal


Corporate Governance adalah Komisaris
Governance seperangkat system Independen
yang mengatur dan 2. Komite Audit
(X3)
mengendalikan 3. Kepemilikan
Perusahaan untuk Manajerial
menciptakan nilai 4. Kepemilikan
tambah bagi para Institusional
pemengku
kepentingan
(Kusmayadi dkk,
2015)
Kinerja Kinerja Keuangan 1. CFROA ordinal
Keuangan adalah salah satu
(Y) analisis yang
dilakukan untuk
melihat sejauh mana
suatu Perusahaan
telah melaksanakan
dengan menggunakan
aturan-aturan
pelaksanaan keuangan
secara baik dan benar.
(Hutabarat, 2020 : 2)
Sumber : Penulis, 2024

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas objek atau subjek yang

mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

diteliti kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel bagian dari sejumlah


karakteristrik yang dimiliki oleh populasi yang digunakan untuk peneliti (Wiratna,

2015:65-80)

Jadi Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan

perbankan periode tahun 2020-2022, yaitu sebanyak 36 Bank Perusahaan.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2018:81) sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut sampel yang diambil dari

populasi tersebut harus betul-betul representatif atau mewakili populasi yang

diteliti.

Untuk membuktikan kebenaran jawaban yang masih sementara (hipotesis),

maka peneliti melakukan pengumpulan data pada obyek tertentu. Karena obyek

sebagai populasi terlalu luas, maka peneliti menggunakan sampel yang diambil

dari populasi tersebut. Menurut Sugiyono (2018: 118) “Sampel adalah bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Teknik

pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode purposive

sampling. Menurut Sugiyono (2016:124) “Purposive sampling adalah teknik

penentuan sampel dengan kriteria tertentu”. Alasan menggunakan teknik

Purposive Sampling adalah karena tidak semua sampel memiliki kriteria yang

sesuai dengan fenomena yang diteliti. Oleh karena itu, penulis memilih teknik

Purposive Sampling yang menetapkan pertimbangan-pertimbangan atau

kriteria-kriteria tertentu yang harus dipenuhi oleh sampel-sampel yang digunakan

dalam penelitian. Kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :
1. Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun

penelitian yaitu 2020-2022

2. Bank Konvensional

3. Perbankan yang laporan keuangan tercantum di Bursa Efek Indonesia selama

periode tahun penelitian yaitu 2020-2022

Tabel III.2
Daftar Kriteria Sampel Penelitian

Kriteria Sampel Jumlah


Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 36
periode tahun penelitian yaitu 2020-2022
Bank Syariah (3)
Perusahaaan yang tidak listing secara continue selama tahun (11)
2020-2022
Jumlah 22
Sumber : Total Sampel dari www.idx.co.id

Perusahaan yang memenuhi kriteria dan terpilih menjadi sampel dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel III.3
Daftar Sampel Perbankan

No Nama Perbankan
1 PT Bank Raya Indonesia, Tbk
2 PT Bank MNC Internasional,Tbk
2
3 PT Bank Central Asia, Tbk
3
4 PT Bank Allobank, Tbk
5 PT Bank Bukopin, Tbk
6 PT Bank Mestika Dharma, Tbk
7 PT Bank Nasional Indonesia, Tbk
8 PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk
9 PT Bank Tabungan Negara, Tbk
10 PT Bank Danamon, Tbk
11 PT Bank Pembangunan Daerah Banten, Tbk
12 PT Bank Ganesha, Tbk
13 PT Bank Ina Perdana, Tbk
14 PT Bank Mandiri, Tbk
15 PT Bank Bumi Arta, Tbk
16 PT Bank CIMB Niaga, Tbk
17 PT Bank Maybank, Tbk
18 PT Bank Permata, Tbk
19 PT Bank Sinarmas, Tbk
20 PT Bank BTPN, Tbk
21 PT Bank Mega
22 PT Bank OCBC NISP
Sumber : www.idx.co.id

Jadi Sampel dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan perbankan

periode tahun 2020-2022 yaitu sebanyak 22 Perbankan dengan jumlah sampel

penelitian adalah N = 22 x 3 = 66 Data Laporan Keuangan.

E. Data yang Diperlukan

Menurut Sugiyono (2018:193) data yang dapat digunakan adalah sebagai

berikut :

1. Data primer

Data Primer primer adalah data yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data.

2. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang tidak langsung memberikan data kepada

pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.


Berdasarkan jenis data tersebut, maka penulis menggunakan data sekunder

yaitu berupa laporan keuangan perbankan tahun 2020, 2021 dan 2022 yang ada di

Bursa Efek Indonesia.

F. Metode Pengumpulan Data

Metode Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan Studi

Dokumentasi. Menurut Sayhrum dan Salim (2012 :146 ) Metode Dokumentasasi

dapat diartikan sebagai metode pengumpulan data dengan menggunakan catatan

tertulis tentang peristiwa pada waktu lampau. Dapat disimpulkan dokumentasi

merupakan dokumen yang berisi catatan-catatan masa lalu, dapat berupa buku,

jurnal, surat kabar dan lainnya. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui

website www.idx.co.id di mana di dalamnya terdapat laporan keuangan setiap

sampel perbankan yang akan diteliti

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu

data yang peneliti kumpulkan dalam bentuk angka-angka absolut dari laporan

keuangan yaitu laporan keuangan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia tahun 2020-2022.

G. Analisis Data dan Teknik Analisis Data

1. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian dapat dikelompokkan menjadi dua jenis :

a. Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif adalah suatu analisis data yang dikelompokkan

kedalamm table frekuensi berdasarkan karakteristik dan dinyatakan dalam

frekuensi persentase atau dapat juga dikemas lebih menarik secara visual

dengan diagram lingkaran sehingga lebih mudah dibaca dan dipahami.

b. Analisis Kuantitatif

Analisis Kuantitatif adalah metode analisis data yang berkaitan dengan

angka, uji statistik, dan uji statistic tersebut disesuaikan dengan rumusan atau

identifikasi yang diteliti (Albert, 2014: 110)

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan pengujian statistik berupa

data angka-angka dari laporan keuangan.

2. Teknik Analisis

a. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan analisis tanpa ada maksud membuat kesimpulan

yang berlaku untuk generalisasi. Statistik deskriptif adalah serangkaian dalam

teknik pengumpulan, penyajian, serta peringkasan data. Statistik deskriptif ini

mendeskripsikan sebuah data yang tercermin dari mean, standar deviasi, dan nilai

maksimum serta nilai minimum. Statistik deskriptif juga memberikan gambaran

suatu data menjadi informasi yang lebih jelas dan mudah untuk dipahami dalam

penginterpretasian hasil analisis serta pembahasannya. Statistik deskriptif dalam

risetpun menjadi proses perubahan data ke dalam bentuk tabulasi. Dalam tabulasi

ini disajikan suatu ringkasan, pengaturan ataupun penyusunan data dalam bentuk

tabel numerik maupun grafik Maka dapat disimpulkan bahwa statistik deskriptif
adalah teknik analisis untuk meringkas data dalam angka, tabel, dan grafik, sehingga

dapat menunjukkan informasi penting sebagai dasar dalam mengambil keputusan

yang spesifik. Sebelum data dianalisis, terlebih dahulu dilakukan uji data dengan

asusmsi klasik.

b. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan guna menguji apakah persamaan regresi yang

sudah ditentukan adalah persamaan yang bisa menghasilkan estimasi tak biasa. Uji

asumsi klasik terdiri dari beberapa uji, yakni:

1. Uji Normalitas

Uji Normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residu terdistribusi

normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residu yang

terdistribusi normal. Jadi uji normlaitas bukan dilakukan pada masing-masing

variabel tetapi pada nilai residunya. Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji

histogram, uji normal P Plot, Skewness dan Kurtosis atau Kolmogorov Smirnov

(Albert Kurniawan, 2014:`56) Dalam riset ini, uji statistik non-parametik

Kolmogorov-Smirnov peneliti gunakan untuk pengujian normalitas data.

Dasar pengambilan Keputusan untuk pengujian normalitas yaitu :

a) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal,

maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data menyebar jauh

dari diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik

histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi


tidak memenuhi asumsi normalitas

b) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis

diagonal atau grafik histogramnya tidak menunjukkan pola distribusi

normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

2. Uji Multikolinearitas

Multikolineritas bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya korelasi yang

tinggi antara variabel bebas dalam suatu model regresi linear berganda. Jika ada

korelasi yang tinggi diantara variabel-variabel bebasnya, maka hubungan

antara variabel bebas dan variabel terikat menjadi terganggu. Uji

multikolinearitas dilakukan juga bertujuan untuk menghindari kebiasaan dalam

pengambilan Kesimpulan mengenai pengaruh pada uji parsial masing-masing

variabel independent terhadap variabel dependen (Alber Kurniawan, 2014:

157). Beberapa kriteria untuk mendeteksi multikolinearitas pada suatu model

adalah sebagai berikut :

a) Jika nilai variance inflation factor (VIF) tidak lebih dari 10 nilai

tolerance tidak kurang dari 0,1, maka model dapat dikatakan terbebas

dari multikolinearitas. Semakin tinggi VIF maka semakin rendah

Tolerance

b) Jika nilai koefisien korelasi antara masing-masing variabel

c) Jika nilai koefisien determinasi, baik nilai R2 ditas 0,60, namun tidak

ada variabel dependen, maka diasumsikan modal terkena

multikolinearitas.
3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah terdapat

ketidaksamaan variance dalam model regresi dari residual satu pengamatan

pada pengamatan yang lainnya. Apabila variance dari residual satu pengamatan

pada pengamatan yang lainnya tetap, maka dapat dikatakan homoskedastisitas

sedangkan apabila berbeda dapat dikatakan heteroskedastisitas. Dalam hal ini,

model regresi yang baik yaitu yang homoskedastisitas (tidak terjadi

heteroskedastisitas). Dalam riset ini, uji statistik digunakan dalam pengujian

heteroskedastisitas dikarenakan uji statistik lebih bisa menginterpretasikan hasil

pengamatan. Uji statistik yang dipakai yaitu uji dengan model scatter plot.

Terdapatnya heteroskedastisitas dapat dilihat melalui grafik hasil uji dengan

model scatter plot. Dasar mengambil keputusan dalam uji heteroskedastisitas

menggunakan uji dengan model scatter plot adalah sebagai berikut :

1. Apabila terbentuk pola tertentu pada grafik scatter plot, misal titik-titik

yang membentuk pola teratur (menggelombang, menyebar lalu

menyempit), maka terdapat heteroskedastisitas.

2. Apabila tidak terbentuk pola yang jelas dan titik- titik menyebar, maka

mengindikasikan bahwa tidak terdapat heteroskedastisitas.

4. Uji Autokorelasi

Pengujian autokorelasi dilakukan dengan tujuan menguji apakah terdapat

korelasi dalam model regresi linear diantara kesalahan pengganggu pada

periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Apabila

terdapat korelasi, maka dapat dikatakan ada masalah autokorelasi. Autokorelasi


ini timbul dikarenakan observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan

satu dengan yang lainnya. Problem ini muncul disebabkan oleh residual

(kesalahan pengganggu) tak bebas dari satu observasi pada observasi yang

lainnya. Hal tersebut kerap terdapat pada data yang time series (runtut waktu)

sebab “gangguan” pada individu atau kelompok yang cenderung mempengaruhi

“gangguan” pada individu atau kelompok yang sama pada periode selanjutnya.

Model regresi yang baik yaitu regresi yang terbebas dari autokorelasi. Terdapat

beberapa cara yang bisa dilakukan guna mengetahui ada atau tidaknya

autokorelasi, yakni uji Durbin-Watson, uji Lagrange Multiplier, dan Run Test,

serta uji Box Pierce dan Ljung Box. Dalam riset ini, peneliti menggunakan uji

Durbin-Watson. Pengambilan keputusan terdapat atau tidaknya autokorelasi

dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel III.4
Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi

Hipotesis Nol Keputusan Jika


Tidak ada autokorelasi
Tolak 0 < d < dl
positif
Tidak ada autokorelasi
No decision dl ≤ d ≤ du
positif
Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 – dl < d < 4
Tidak ada korelasi negatif No decision 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl

Tidak ada autokorelasi,


Tidak ditolak du < d < 4 − du
positif atau negatif
Sumber : Arum Ardianingsih dkk, 2020
C. Uji Hipotesis

1) Analisis Regresi Linear Berganda

Menjelaskan bahwa analisis regresi linear berganda adalah analisis untuk

mengukur besarnya pengaruh antara dua variabel atau lebih variabel

independent terhadap variabel dependen dan memprediksi variabel dependen

dengan menggunakan variabel independent. Dampak dari penggunaan analisis

linear berganda dapat digunakan untuk memutuskan apakah naik atau

menurunnya variabel dependen dapat dilakukan melalui menaikkan atau

menurunkan keadaan variabel independent atau untuk meningkatkan variabel

dependen dapat dilakukan dengan meningkatkan variabel independent dan

sebaliknya (Romie, 2017: 154)

Uji hipotesis dalam riset ini dilaksanakan atas tiga variabel dengan rumus

persamaan matematis yang digunakan sebagai berikut:

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ε

Keterangan:

Y : Kinerja Keuangan (CFROA)

α : Konstanta (tetap)

β1-β3 : Koefisien variabel bebas (independen), jika nilai β adalah (+) maka
akan terjadi kenaikan pada variabel terikat (dependen) (Y),
sedangkan jika nilai β (-) maka akan terjadi penurunan pada variabel
terikat (dependen) (Y)
X1 : Audit Internal
X2 : Intellectual Capital (IC)
X3 : Good Corporate Governance
ε : Kesalahan baku atau error

D. Uji Statistik

1. Koefisien Determinasi (R2)

Pada intinya, koefisien determinasi (R2) ini mengukur seberapa dalam

kemampuan model dalam menginterpretasikan variasi variabel terikat

(dependen). Nilai dari koefisien determinasi (R2) yaitu antara 0 dan 1. Nilai

koefisien determinasi (R2) yang kecil bermakna kemampuan dari variabel-

variabel bebas (independen) dalam mengeksplanasikan variasi variabel terikat

(dependen) amat terbatas. Nilai yang mendekati 1 bermakna variabel-variabel

bebas (independen) memberikan hampir seluruh informasi yang diperlukan

guna memprediksi variasi variabel terikat (dependen). Secara general,

koefisien determinasi (R2) untuk crossection (data silang) relatif rendah

dikarenakan terdapatnya variasi yang besar diantara masing-masing

pengamatan. Sedangkan untuk data time series (runtun waktu) lazimnya

memiliki nilai koefisien determinasi (R2) yang tinggi (Romie, 2017: 154).

Pemakaian koefisien determinasi (R2) mempunyai kelemahan mendasar

yaitu bias terhadap jumlah variabel bebas (independen) yang dimasukkan

dalam model. Jika satu variabel bebas (independen) ditambahkan, maka

koefisien determinasi (R2) pasti akan meningkat tak peduli apakah variabel

tersebut akan memiliki pengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat

(dependen). Maka dari itu, dalam riset ini digunakan nilai Adjusted R2 dalam
pengevaluasian model regresi. Nilai Adjusted R2 ini bisa naik ataupun turun

jika satu variabel bebas (independen) ditambahkan dalam model. Sama halnya

dengan koefisien determinasi (R2), nilai Adjusted R2 pun berada dalam kisaran

antara 0 dan 1. Jika mendekati nilai 1, maka semakin kuat kemampuan variabel

bebas (independen) dalam mengeksplanasikan variabel terikatnya (dependen).

2. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Pada dasarnya, uji statistik F menampilkan apakah seluruh variabel bebas

(independen) yang dimasukkan pada model memiliki pengaruh secara

bersama-sama terhadap variabel terikat (dependen). Dalam pengujian hipotesis

ini, menggunakan statistik F dengan kriteria dalam pengambilan keputusan,

yakni jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka H1 ditolak. Sedangkan jika

nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka H1 diterima (Romie, 2017: 154)

Langkah-langkah uji F adalah sebagai berikut :

a) Merumuskan Hipotesis

Hipotesis dirumuskan sebagai berikut :

H01 : Audit Internal, Intellectual Capital, Good Corporate Governance

tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perbankan.

Ha1 : Audit Internal, Intellectual Capital, Good Corporate Governance

berpengaruh terhadap kinerja keuangan Perbankan

b) Menetukan Tarif Nyata

Tingkat signifikasi sebesar 5%, taraf nyata darin t tabel ditentukan dari

derajat bebas = n-k-1, taraf nyata (a) berarti nilai f tabel, taraf nyata dari F
tabel ditentukan dengan derajat bebas (db) = n-k-1.

c) Kesimpulan

Menarik kesimpulan jika F hitung < F tabel maka H0 diterima dan Ha

ditolak. F hitung > F tabel maka H0 ditolak atau Ha diterima.

3. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Penggunaan uji parsial bertujuan guna mengetahui pengaruh dari

masing-masing variabel bebas (independen) terhadap variabel terikat

(dependen). Pada dasarnya, uji statistik t ini akan menggambarkan seberapa

dalam pengaruh satu variabel bebas (independen) secara individual dalam

menjelaskan variasi variabel terikat (dependen). Dalam uji statistik t ini

digunakan kriteria dalam pengambilan keputusan dengan tingkat signifikansi

5%. Hipotesis dapat diterima apabila tingkat signifikansi kurang dari 5% (0,05)

dan hipotesis akan ditolak jika tingkat signifikansi lebih dari 5% (Romie, 2017:

154)

Langkah-langkah dalam uji hipotesis secara individual yaitu :

a.) merumuskan hipotesis

Hipotesis dirumuskan sebagai berikut :

1) Hipotesis 1a Pengaruh Audit Internal Terhadap Kinerja Keuangan

Perbankan

H01a : Audit Internal tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan

perbankan.
Ha1a : Audit Internal berpengaruh terhadap kinerja keuangan

perbankan.

2) Hipotesis 1b Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan

Perbankan

H01b : Intellectual Capital tidak berpengaruh terhadap kinerja

keuangan perbankan.

Ha1b : Intellectual Capital berpengaruh terhadap kinerja keuangan

perbankan.

3) Hipotesis 1c Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja

Keuangan Perbankan

H01c : Good Corporate Governance tidak berpengaruh terhadap

kinerja keuangan perbankan.

Ha1c : Good Corporate Governance berpengaruh terhadap kinerja

keuangan perbankan.

b.) Menetukan Tarif Nyata

Tingkat signifikasi sebesar 5%, taraf nyata darin t tabel ditentukan dari

derajat bebas = n-k-1, taraf nyata (a) berarti nilai t tabel, taraf nyata dari t

tabel ditentukan dengan derajat bebas (db) = n-k-1.

c) Kesimpulan

Menarik kesimpulan jika t hitung < t tabel maka H0 diterima dan Ha

ditolak. t hitung > t tabel maka H0 ditolak atau Ha diterima.


H. jadwal Penelitian

Tabel III.5
Jadwal Penelitian

Desember Januari Februari Maret


Keterangan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Survei
Pendahuluan
Laporan Survei
Pendahuluan
Proposal
Seminar Proposal
Revisi Seminar
Pengambilan Data
Pengolahan Data
Analisis Hasil
Penelitian
Penggandaan
Peneltiian
Ujian
Komprehensif
Perbaikan Skripsi

I. Sistematika Penulisam

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuam Penelitian

D. Manfaat Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

B. Penelitian Sebelumnya

C. Hipotesis
BAB III METODE PENELITIAN

A. Jemis Penelitian

B. Lokasi Penelitian

C. Operasionalisasi Variabel

D. Populasi dam Sampel

E. Data yang Diperlukan

F. Metode Pengumpulan Data

G. Analisis Data dan Teknik Analisis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

B. Pembahasan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

B. Saran

Daftar Pustaka

Lampiran

Anda mungkin juga menyukai