Anda di halaman 1dari 2

Konsep Keluarga Kristen Itu, Luar Biasa!

TUHAN menciptakan manusia sepasang: pria dan wanita (Kej 2: 21-25). Mereka
diciptakan dalam keperbedaan tetapi satu kesatuan. Artinya, satu manusia namun dalam
dua jenis kelamin yang berbeda. Manusia: pria dan wanita, sama dan sehakekat, tetapi
diciptakan dalam fungsi yang berbeda untuk saling mengisi. Dalam perbedaan itu
manusia menjadi sebuah persekutuan yang luar biasa karena saling membutuhkan, saling
mendukung, saling melengkapi. Keperbedaan itu bukan untuk saling menindas atau
diskiriminasi.
Tuhan memberikan birahi pada manusia, sehingga seorang pria akan
menginginkan seorang wanita, dan sebaliknya. Namun birahi itu suci, yang digambarkan
dengan kalimat: “sekalipun mereka telanjang mereka tidak merasa malu” (Kej 2: 25).
Jadi, birahi diberi Tuhan bukan untuk diumbar. Birahi yang suci itu diberi untuk
memelihara persekutuan suci antara pria dan wanita. Kepada manusia, Tuhan
memberikan potensi yang luar biasa dalam kesadaran diri sebagai seorang pria dan
wanita sehingga punya rasa suka yang membuat mereka bertemu dan mengikat diri.
Itulah cikal bakal di mana manusia membangun keluarga. Dalam kehidupan keluarga,
manusia mengemban mandat Tuhan supaya beranak cucu, menguasai bumi.
Oleh karena itu, keluarga adalah sebuah desain Allah. Keluarga bukan suatu
kebetulan, bukan pula tragedi. Keluarga yang didisain Tuhan, antara pria dan wanita,
harus saling mengisi dan melengkapi dalam perbedaan. Pasangan keluarga dijadikan
Tuhan dari pria dan wanita, bukan pria dengan pria, atau wanita dengan wanita. Keluarga
diciptakan untuk tumbuh, berkembang dan berkuasa atas bumi langit dan segala isinya.
Keluarga yang bertumbuh dan berkembang itu akan menjadi masyarakat. Maka keluarga
harus memuliakan Allah.
Tuhan menjadikan keluarga supaya manusia menyatu dalam keperbedaaan. Dan
justru keperbedaan yang mampu membuat mereka mampu mendemonstrasikan
kemampuan saling mengasihi. Keluarga menjadi satu wadah cinta kasih yang sangat luar
biasa. Keluarga menjadi suatu bangunan yang sangat damai, dan model betapa indahnya
hubungan antarmanusia. Keluarga yang menjadi cikal bakal dari sebuah masyarakat yang
sehat: saling mengasihi, menyatu dan mampu mengekspresikan kasih Tuhan.
Karena itu, kalau masyarakat “sakit”, tidak bisa mencerminkan nilai yang
seharusnya, itu pertanda bahwa keluarga-keluarga sudah kehilangan jatidiri, kehilangan
peran yang mestinya mereka mainkan dalam hidup ini. Karena kalau keluarga baik, maka
akan terbentuk masyarakat yang baik dan utuh. Jadi, keluarga adalah titik sentral
pengharapan untuk masa depan. Keluarga titik sentral pembangunan keutuhan
kebangsaan. Membentuk keluarga bukan untuk sekadar memuaskan hawa nafsu seksual,
atau untuk mendapatkan jaminan ekonomi. Membentuk keluarga bukan tradisi, budaya
atau trend. Keluarga adalah sebuah struktur untuk memuliakan Allah.

Keluarga Kristen
Setiap orang Kristen harus menyadari dan menyikapi dengan serius bahwa
keluarga adalah sebuah proyek besar yang tidak boleh gagal seumur hidup. Karena itu,
proses pembentukan sebuah keluarga mesti diperhitungkan dengan matang, dikalkulasi
sebaik-baiknya. Kalau kekecewaan datang, semua sudah terlambat. Memang ada “risiko”
ketika sebuah keluarga dijadikan oleh Tuhan. Dikatakan, seorang pria dan seorang wanita
akan meninggalkan keluarga mereka untuk dipersatukan, bukan dipersamakan. Pria dan
wanita dipersatukan, sehingga dua yang berbeda tadi menjadi satu.
Keluarga disebut juga sebagai representasi persekutuan kasih, bagaimana hidup
saling mengisi dan melengkapi. Keluarga harus mampu melukiskan dan menggambarkan
bagaimana Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus hidup dalam kesatuan dan kasih yang luar
biasa, sehingga suami istri dan anak-anak mampu mengisi satu nuansa persekutuan yang
bisa menimbulkan satu kekuatan luar biasa yang mampu mengatasi masalah apa pun,
karena cinta kasih yang menyala.
Apakah keluarga kita sudah menjadi saksi? Sudahkah kita saling mengisi, bukan
saling menjatuhkan? Kalau keluarga tidak menyadari tanggung jawab, lalai dalam
pembinaan anak-anak, maka keluarga telah menyiapkan bom waktu. Suami gelisah pada
istri, istri mencurigai suami, atau orang tua kehabisan akal menghadapi tingkah anak-
anak, begitu pula anak-anak merasa tidak mendapat perhatian dan perlindungan dari
orang tua. Seribu satu kasus bisa ada dalam keluarga, tetapi satu kalimat yang perlu kita
pegang: Apa pun masalah, jadilah pemenang untuk membawa keluarga sebagai
persembahan bagi kehidupan masyarakat.
Apa pun masalah dalam keluarga, bergaullah dengan Tuhan supaya kita beres dari
persoalan, dan bersaksi kepada dunia. Dan kesaksian demi kesaksian itu bisa membawa
orang pada kesadaran nilai yang hakiki dari kekristenan. Bukankah orang harus
mengatakan kalau konsep keluarga Kristen itu luar biasa? Satu kali menikah tidak boleh
cerai kecuali diceraikan kematian, karena mereka telah menjadi satu daging. Dan itu
sangat luar biasa. Karena itu, paham ini perlu ditumbuhkembangkan sebagai satu aspek
dari penginjilan itu sendiri. Jika ada yang bercerai, biarlah itu menjadi tanggung jawab
masing-masing kepada Tuhan.
Karena itu, suami, istri dan anak-anak harus memainkan peran supaya keluarga
mampu menyelesaikan berbagai hal, membangun sebuah nilai luar biasa, memberi
sumbangsih bagi masyarakat, gereja atau pun negara.
(Diringkas dari kaset Khotbah Populer oleh Hans P.Tan)

Anda mungkin juga menyukai