Anda di halaman 1dari 8

Panggilan Hidup

Berkeluarga
A. Pengantar
1. Keluarga dibentuk oleh perkawinan antara laki-laki dan
perempuan. Baik laki-laki maupun perempuan
mempunyai cita-cita luhur akan membentuk keluarga yang
harmonis.
2. Gereja Katolik secara tegas mengajarkan bahwa
perkawinan Katolik adalah Sakramen, sehingga setiap
pasang suami istri harus menjaga kesucian perkawinan.
Karena itu, sifat perkawinan Katolik adalah monogami
dan tidak terceraikan.
3. Gaudiun et Spes No.52 mengatakan: Keluarga adalah
Sekolah Kemanusiaan yang kaya.
4. Pedoman Pastoral Keluarga (MAWI 1975) antara lain
mengatakan: Kita makin menginsyafi bahwa perkawinan
itu persekutuan cinta antara pria dan wanita yang secara
sadar dan bebas menyerahkan diri beserta segala
kemampuannya untuk selamanya.
B. Membaca Kisah “Saya tidak ingin
diganggu”
1. Menjawab pertanyaan dalam link quizizz
a. Membuat refleksi “ Pengalaman relasi
dengan anggota keluarga”
b. Membuat doa untuk keutuhan,
kedamaian dan kebahagiaan
keluargamu
B. Membaca Kisah “Saya tidak ingin
diganggu”
1. Menjawab pertanyaan dalam link quizizz
a. Membuat refleksi “ Pengalaman relasi
dengan anggota keluarga”
b. Membuat doa untuk keutuhan,
kedamaian dan kebahagiaan
keluargamu
2. Peneguhan
a. Kesaksian seorang bapak dalam kisah tadi mengungkapkan
bahwa setiap anggota keluarga hendaknya membangun
kebersamaan. Pekerjaan tidak boleh sampai menyandera
hubungan relasi satu dengan yang lain.
b. Perlu disadari bahwa egoisme adalah akar dari keretakan
dalam sebuah keluarga. Egoisme atau sifat ingat diri sendiri
akan merusak hubungan harmonis dalam keluarga; entah
ayah dengan ibu, atau ayah atau ibu dengan anak-anak.
c. Seluruh anggota keluarga; ayah, ibu, atau suami-isteri dan
anak-anak, serta semua orang yang ada dalam keluarga,
hendaknya saling menghormati, saling berbagi waktu
untuk kebersamaan dalam keluarga
d. Sebagai keluarga Katolik, kita hendaknya hidup sesuai
ajaran iman Katolik yang bersumber pada Kitab Suci
(Alkitab) dan Ajaran Gereja, yang akan dibahas berikut ini.
C. Membaca Kitab Suci : Matius 19:1-6 “Perceraian” (hal 8)
Matius 19:1-6 1 “Setelah Yesus selesai dengan pengajaran-Nya
itu, berangkatlah Ia dari Galilea dan tiba di daerah Yudea yang di
seberang sungai Yordan. 2 Orang banyak berbondong-bondong
mengikuti Dia dan Ia pun menyembuhkan mereka di sana. 3
Maka datanglah orang-orang Farisi kepada-Nya untuk mencobai
Dia. Mereka bertanya: “Apakah diperbolehkan orang
menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?” 4 Jawab Yesus:
“Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak
semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan? 5 Dan
firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan
ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu
menjadi satu daging. 6 Demikianlah mereka bukan lagi dua,
melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah,
tidak boleh diceraikan manusia.”
Peneguhan
1. Perkawinan itu persekutuan cinta antara pria dan wanita
yang secara sadar dan bebas menyerahkan diri beserta
segala kemampuannya untuk selamanya. Dalam
penyerahan itu suami isteri berusaha makin saling
menyempurnakan dan saling membantu. Hanya dalam
suasana saling menghormati dan menerima inilah, dalam
keadaan manapun juga, persekutuan cinta itu dapat
berkembang hingga tercapai kesatuan hati yang dicita-
citakan. Ada perbedaan pendapat, kebencian, kemarahan,
iri hati, dan sebagainya.
2. Tuhan menghendaki agar kesatuan antara suami dan istri
tidak terceraikan, karena perkawinan merupakan tanda
kesetiaan Allah kepada manusia dan kesetiaan Kristus
kepada Gereja-Nya. Menjadi saksi akan kesetiaan
perkawinan yang tak terceraikan ini adalah salah satu tugas
pasangan Kristiani yang paling genting saat ini, di saat dunia
dikaburkan oleh banyak pandangan yang menurunkan
derajat perkawinan, seolah hanya pelampiasan keinginan
jasmani semata. Jika pasangan suami istri dan anak- anak
hidup dalam kasih yang total, maka keluarga menjadi
gambaran nyata sebuah Gereja, sehingga tepatlah jika
keluarga itu disebut sebagai Gereja kecil atau ecclesia
domestica. Sebab dengan menerapkan kasih seperti teladan
Kristus, keluarga turut mengambil bagian di dalam hidup
dan misi Gereja dalam membangun Kerajaan Allah.

Anda mungkin juga menyukai