Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MENGOPTIMALKAN FUNGSI PENJAGAAN TERHADAP


WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN (WBP)
DI LAPAS KELAS IIB BANGKO

Disusun Oleh :

NAMA : RANGGES PUTRA

NIP : 19960923 201712 1 003

JABATAN : PETUGAS / ANGGOTA JAGA

UPT : LAPAS KELAS IIB BANGKO


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa
karena atas berkat dan rahmat-Nya, Penulis dapat menyelesaikan
Makalah ini dengan judul “Mengoptimalkan Fungsi Penjagaan terhadap
Warga Binaan pemasyarakatan (WBP) di Lapas kelas IIB Bangko”.

Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi Persyaratan


Kenaikan Pangkat Penyesuaian Ijazah Strata 1 pada Lembaga
Pemasyarakatan Kelas IIB Bangko. Mengingat sangat pentingnya
Pengembangan dan Peningkatan Sumber Daya Manusia di Lapas Kelas
IIB Bangko, dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sesuai
dengan peraturan yang telah ditentukan, kiranya makalah ini dapat
berguna sebagai pedoman untuk Peningkatan Kompetensi Pegawai.

Akhirnya penulis menyadari bahwa makalah ini berupa suatu tanggung


jawab yang penting untuk diimplementasikan sesuai dengan aturan yang
ada sehingga memberikan dampak positif yang membangun untuk
Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Bangko.

Bangko, 7 Desember 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................. i


Daftar Isi ........................................................................................... ii
BAB I. Pendahuluan ......................................................................... 1
a. Latar Belakang............................................................................ 1
b. Permasalahan ............................................................................ 1
c. Metode Penulisan ...................................................................... 2
BAB II. Pembahasan......................................................................... 3
BAB III. Penutup................................................................................ 7
a. Kesimpulan.................................................................................. 7
b. Saran ……………………………………………............................. 7
Daftar Pustaka.................................................................................... 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sipir adalah seorang yang mengawasi narapidana di penjara.
Di Indonesia, sipir disebut juga dengan petugas lembaga
pemasyarakatan (petugas lapas). Sipir bertanggung jawab melakukan
pembinaan terhadap tahanan di Lapas maupun Rutan (Rumah
Tahanan)Kebijakan dan Manajemen Aparatur Sipil Negara yang
berdasarkan Kompetensi dan Kinerja secara Adil tanpa membedakan
Latar Belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis
kelamin, status pernikahan, umur, atau kondisi kecatatan untuk
menciptakan Sumber Daya Manusia yang baik sebagai Peningkatan
Kompetensi guna tercapainya tujuan dari Sistem Manajemen Aparatur
Sipil Negara.

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pendekatan


adalah proses, perbuatan dan cara mendekati, suatu sikap atau
pandangan tentang sesuatu, yang biasanya berupa asumsi atau
seperangkat asumsi yang saling berkaitan. Pendekatan (approach)
ialah petunjuk atau cara umum dalam memandang permasalahan
atau objek kajian, sehingga berdampak. Pendekatan diibaratkan
seorang yang memakai kacamata dengan warna tertentu di dalam
memandang alam sekitar
Pendekatan persuasif merupakan pendekatan dengan
menggunakan komunikasi khusus, yang tujuannya adalah untuk
mempengaruhi sikap, pendapat, dan perilaku seseorang baik secara
verbal maupun nonverbal.

1
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas penulis merumuskan
permasalahan diantaranya :
1. Bagaimana cara melakukan pendekatan Persuasif Terhadap
Warga Binaan Di Lapas Kelas IIB Bangko?
2. Apa kaitan Pendekatan Persuasif dengan keaman dan ketertiban
Terhadap WBP Lapas Kelas IIB Bangko?

C. Metode Penulisan
Adapun metode penulisan dalam makalah ini diantaranya terdiri dari :
1. Bab. I Pendahuluan
a) Latar belakang berisi hal yang melatar belakangi makalah ini
b) Pemasalahan yang menjelaskan topik permasalahan dapat
berupa pertanyaan agar lebih mudah.
c) Metode Penulisan menjelaskan urutan – urutan kegiatan yang
tersusun dalam makalah ini
2. Bab. II Isi dari pokok permasalahan yang ada dalam makalah ini
3. Bab. III Penutup
a) Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
- Semua yang tertulis di Sub Bab Permasalahan dan
Pembahasan.
Saran
- Saran yang membangun untuk perbaikan.
4. Daftar Pustaka

ii
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendekatan Persuasif
Pendekatan persuasive adalah pendekatan atau teknik komunikasi
yang digunakan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain secara
halus dan tanpa adanya paksaan. Penyampaian pesan yang dilakukan
melalui teknik komunikasi persuasif dimaksudkan untuk memperoleh
hasil yang diinginkan sesuai dengan pengalaman yang ada.
Sebagaimana proses komunikasi efektif, dalam proses komunikasi
persuasif juga terjadi umpan balik mengenai persoalan perubahan
sosial. Dengan demikian, masyarakat akan memperoleh gambaran
yang utuh atau menyeluruh mengenai arti pentingnya perubahan sosial
dalam kehidupan manusia. Pentingnya dan seringnya komunikasi
persuasive ini dilakukan oleh petugas lapas Kelas IIB Bangko,
sehingga petugas harus melakukan berbagai teknik-teknik dalam
pendekatan . Adapun dalam artikel (Ciputrauceo.net, 2016),
menyatakan bahwa Faktor-Faktor Komunikasi Persuasif terdapat tiga
komponen dasar diantaranya sebagai berikut: 1. Sumber
(Komunikator) Dalam komunikasi persuasif, komunikator memiliki
peranan yang sangat penting untuk menentukan keberhasilan dalam
memengaruhi komunikan. Komunikator harus memiliki ketrampilan
untuk memilih sasaran dan menentukan tanggapan yang hendak
dicapai. Sebelum melakukan persuasi, komunikator harus
memperhitungkan apakah komunikan mampu menangkap pesan yang
disampaikannya. Komunikator juga harus bisa menentukan media
yang akan digunakan untuk melakukan persuasi sehingga lebih efisien
dalam mencapai sasaran. Selain kemampuan dalam menyampaikan
pesan, terdapat aspekaspek lain dalam karakteristik personal
komunikator yang dapat memengaruhi respon komunikan, yaitu: a)
Kredibilitas komunikator Untuk bisa memengaruhi komunikan, maka
1
kredibilitas komunikator harus benar-benar diperhatikan. Kredibilitas
mengacu pada tiga komponen yakni keahlian, 322 Jurnal Ilmu
Komunikasi Volume 9, Nomor 3, Juni 2020, hlm. 312-326
kepercayaan, dan eksistensi. Keahlian merupakan komponen utama
yang mampu memengaruhi kesan komunikan terhadap komunikator.
Komunikator akan memberikan kesan bagi komunikan jika ia adalah
seorang yang ahli dalam topik yang sedang dibicarakan. Jika
komunikator bukan orang yang ahli, maka sulit bagi komunikan untuk
dapat terpengaruh pada persuasi yang disampaikan komunikan. Selain
keahlian, kepercayaan merupakan komponen yang perlu ada dalam
membangun kredibilitas komunikator. Kepercayaan berhubungan
dengan kesan komunikan terhadap watak komunikator. Karenanya,
penting bagi komunikator untuk dapat menunjukkan watak dan sikap
yang baik sehingga dapat dipercaya saat melakukan persuasi.
Komponen terakhir yang tidak kalah penting adalah eksistensi
komunikator. Tidak dapat dipungkiri, seorang komunikator yang telah
memiliki “nama” akan lebih mudah mendapatkan perhatian dari
komunikan dibandingkan komunikator yang tidak pernah diketahui oleh
publik saat melakukan persuasi. Karena hal itu, faktor eksistensi
komunikator perlu juga menjadi pertimbangan untuk memperoleh
keberhasilan dalam komunikasi persuasif. b) Daya tarik komunikator
Seorang komunikator dituntut untuk memiliki daya tarik, baik secara
fisik maupun psikologis. Seorang komunikator yang melakukan
persuasi akan dapat lebih diterima secara baik jika ia memiliki daya
tarik fisik. Penerimaan komunikan terhadap persuasi komunikator
karena daya tarik fisik bukanlah sesuatu yang salah. Daya tarik fisik
dapat mengantarkan seorang komunikator untuk mendapatkan
perhatian dan lebih dihargai ketika ia mencoba masuk ke lingkungan
sosial komunikan untuk melakukan persuasi. Selain daya tarik fisik,
seorang komunikator juga harus memiliki daya tarik psikologis. Daya

ii
tarik psikologis biasanya lebih merujuk pada adanya kesamaan dan
kedekatan antara komunikator dan komunikan pada saat proses
persuasi. Pada umumnya, orang akan lebih tertarik pada orang lain
yang memiliki pandangan yang sama dengan dirinya. Karenanya,
komunikator Komunikasi Antarpribadi Petugas Lapas Dalam
Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan
Kelas Ii A Pekanbaru (Destiana, Firdaus, Rasyid) 323 harus jeli dalam
melihat kesukaan dan juga cara berpikir komunikan sehingga dapat
melakukan persuasi dengan cara mendekatkan hubungan. c)
Kekuasaan komunikator Selain kredibilitas dan daya tarik, aspek lain
dalam komunikator yang bisa memengaruhi sikap komunikan saat
melakukan persuasi adalah tingkat kekuasaan komunikator.
Kekuasaan yang dimiliki oleh komunikator dapat menimbulkan sikap
tunduk komunikan. Meskipun begitu, kekuasaan komunikator tidak
boleh dimanfaatkan untuk “menekan” komunikan saat melakukan
persuasi. Komunikan tetap harus diberi kebebasan dalam melihat fakta
baik dan buruk dari pesan yang disampaikan saat proses persuasi.
Jangan sampai kekuasaan komunikan justru menjadikan tindakan
persuasi yang dilakukan berubah menjadi propaganda. 2. Pesan
Komponen komunikasi persuasif yang kedua adalah pesan. Secara
sederhana pesan dalam komunikasi persuasif dapat diartikan sebagai
materi yang diberikan oleh komunikator sebagai ajakan supaya
komunikan memercayainya. Pesan yang disampaikan oleh
komunikator dalam proses persuasi dapat berupa kata-kata, gerak
tubuk, hingga nada suara. Komunikasi persuasif memiliki dua aspek
dasar dalam penyampaian pesan, yakni: a) Aspek Verbal, Aspek ini
melibatkan kata-kata baik yang diucapkan secara langsung maupun
yang disampaikan melalui tulisan. b) Aspek Non Verbal, Aspek ini
melibatkan penampilan, ekspresi, gesture dan emosi komunikator
ketika berkomunikasi. 3. Komunikan Komunikan adalah sasaran yang
akan menerima pesan-pesan persuasi dari komunikator. Beberapa hal
yang akan memengaruhi apakah komunikan dapat merespon persuasi
1
secara positif adalah keyakinan, sikap, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh
komunikan. Dengan memahami lebih dalam mengenai ketiga faktor
tersebut, seorang komunikator akan dapat dengan mudah melakukan
persuasi kepada seorang atau sekelompok komunikan.
Pasal 1 butir 2 UU No.12 tahun 1995 menyebutkan bahwa
sistem pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah dan
batas serta cara pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan
berdasarkan Pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara
pembina, yang dibina, dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas
Warga Binaan Pemasyarakatan agar menyadari kesalahan,
memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat
diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan
dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga
yang baik dan bertanggung jawab. Sistem Pemasyarakatan perlu
adanya pendekatan. Pendekatan tersebut dapat dilakukan melalui
proses tahapan pembinaan. Selain Pembinaan Perlu adanya
pendekatan Secara Persuasif menggunakan komunikasi khusus dari
hati ke hati untuk mempengaruhi sikap, pendapat, dan prilaku warga
binaan
Tujuan utama pendekatan persuasif adalah untuk mengubah
sikap secara halus dengan cara membujuk. Untuk dapat membujuk,
maka pesan komunikasi difokuskan untuk meyakinkan komunikan
bahwa hal tersebut akan memberi manfaat kepada komunikan

ii
B. Kaitan Pendekatan dengan Penjagaan .
Penjagaan merupakan salah satu bentuk kegiatan pengamanan
terhadap orang dan fasilitas guna mencegah gangguan keamanan
dan ketertiban. Dalam pelaksanaannya, penjagaan pada Lapas dan
Rutan dilakukan oleh regu pengamanan yang bertugas.
Selain Menjaga kemanan dan ketertiban di lingkupan Lapas
Kelas IIB bangko, perlu adanya pendekatan guna mencegah
Permasalahan yang tidak diinginkan Seperti, Pelarian, Bunuh diri,
Kerusuhan, dan sebagainya. Dengan pendekatan secara persuasive
ini Petugas penjagaan bisa mengetahui permasalahan setiap individu
Warga Binaan pemasyarakatan, dan bisa memberikan solusi terhadap
permasalahan yang ada di setiap individu supaya tidak menimbulkan
adanya permasalahn yang ada.

1
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Warga Binaan Pemasyarakatan adalah manusia biasa seperti
manusia lainnya hanya karena melanggar norma hukum yang ada,
maka dipisahkan oleh hakim untuk menjalani hukuman. Setiap Warga
Binaan Pemasyarakatan mempunya permasalahan individu masing-
masing, Seperti masalah dengan orang tua, Istri/Suami, Anak ,
keuangan dan Lain-lain. Sehingga Perlu adanya pendekatan Secara
Persuasif Terhadap Warga Binaan pemasyarakatan kelas IIB Bangko,
Sehingga tidak terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan Seperti,
Pelarian, Bunuh diri, Kerusuhan di kamar Dan Lain-lain , Tujuan
pendekatan adalah memberikan solusi kepada warga binaan yang
mempunyai masalah individu dan menguatkan mental sehingga sabar
dalam menjalani masa pidana.

B. Saran
Hendaknya setiap anggota penjagaan Semuanya Di Lapas
Kelas IIB Bangko, Memberikan Pendekatan yang baik terhadap warga
Binaan pemasyarakatan Kelas IIB Bangko, Guna memperkecil
Permasalahan keamanan dan ketertiban di Lapas Kelas IIB Bangko.

ii
DAFTAR PUSTAKA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1995


TENTANG PEMASYARAKATAN

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

Direktorat Bina Bimbingan Kemasyarakatan, 2005, Buku Pedoman Pembebasan


Bersyarat, Jakarta: Departemen Hukum Dan Hak Asasi Manusia RI

Jurnal Ilmu Komunikasi Volume 9, Nomor 3, Juni 2020, hlm. 312-326

Jurnal Hukum dan Peradilan, Volume 2 Nomor 2 Juli 2013 ISSN : 2303-3274

Anda mungkin juga menyukai