Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya guru adalah seorang pendidik. Pendidik adalah orang dewasa dengan
segala kemampuan yang dimilikinya untuk dapat mengubah psikis dan pola pikir anak didiknya
dari tidak tahu menjadi tahu serta mendewasakan anak didiknya. Salah satu hal yang harus
dilakukan oleh guru adalah dengan mengajar di kelas. Salah satu yang paling penting adalah
performance guru di kelas. Bagaimana seorang guru dapat menguasai keadaan kelas sehingga
tercipta suasana belajar yang menyenangkan. Dengan demikian guru harus menerapkan teori
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didiknya.

Teori belajar adalah upaya untuk menggambarkan bagaimana orang dan hewan belajar,
sehingga membantu kita memahami proses kompleks inheren pembelajaran. Teori belajar Ivan
Petrovich Pavlov mengemukakan teori belajar Classic conditioning (pengkondisian atau
persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaanny terhadap anjing,
dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang
sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan

Selain itu ada teori belajar yang dikemukakan Albert Bandura yang terkenal dengan teori
pembelajaran social ( Social Learning Teory ) salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang
menekankan pada komponen kognitif dari fikiran, pemahaman dan evaluasi. Ia seorang psikologi
yang terkenal dengan teori belajar social atau kognitif social serta efikasi diri. Eksperimen yang
sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak – anak meniru seperti
perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian teori belajar dari Ivan Petrovich Pavlov dan Albert Bandura?
2. Apa kelebihan dan kekurangan teori belajar dari Ivan Petrovich Pavlov dan Albert Bandura?

1
C. Tujuan
1. Kita sebagai calon guru agar dapat mengetahui dan mengaplikasikan teori pembelajaran
kepada peserta didik dengan baik dalam proses pembelajaran.
2. Untuk membantu para guru, agar menjadi lebih bijaksana dalam usahanya membimbing
murid dalam proses pertumbuhan belajar.
3. Agar para guru memiliki dasar-dasar yang luas dalam hal mendidik, sehingga murid bisa
bertambah baik dalam cara belajamya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Ivan Petrovich Pavlov

a.) Biografi Ivan Petrovich Pavlov

Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936) adalah seorang behavioristik terkenal dengan


teori pengkondisian asosiatif stimulus-respons dan hal ini yang dikenang darinya hingga kini. Ia
tidak pernah memiliki hambatan serius dalam sepanjang kariernya meskipun terjadi kekacauan
dalam revolusi rusia.Dalam buku Sejarah dan Sistem Psikologi, oleh James F. Brennan pada
tahun 2006, Pavlov lahir di kota kecil di Rusia tengah, anak seorang pendeta ortodoks pedesaan.
Pada awalnya ia berniat mengikuti jejak ayahnya, namun mengurungkan dan pergi ke universitas
di St. Petersburg untuk mengajar pada tahun 1870. Dari sinilah karir seorang pavlov mulai
berjalan hingga ia memimpin institut Fisiologi Pavlovian di Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia.

b.) Teori Ivan Petrovich Pavlov (Classic conditioning)


Classic conditioning ( pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang
ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang asli dan netral
dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi
yang diinginkan.

Eksperimen-eksperimen yang dilakukan Pavlov dan ahli lain tampaknya


sangat terpengaruh pandangan behaviorisme, dimana gejala-gejala kejiwaan seseorang dilihat
dari perilakunya. Hal ini sesuai dengan pendapat Bakker bahwa yang paling sentral dalam hidup
manusia bukan hanya pikiran, peranan maupun bicara, melainkan tingkah lakunya. Pikiran
mengenai tugas atau rencana baru akan mendapatkan arti yang benar jika ia berbuat sesuatu
(Bakker, 1985).

Bertitik tolak dari asumsinya bahwa dengan menggunakan rangsangan-


rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan apa yang didinkan.

3
Kemudian Pavlov mengadakan eksperimen dengan menggunakan binatang (anjing) karena ia
menganggap binatang memiliki kesamaan dengan manusia. Namun demikian, dengan segala
kelebihannya, secara hakiki manusia berbeda dengan binatang.

Dalam hal ini, eksperimen yang dilakukan oleh pavlov menggunakan anjing sebagai
subyek penelitian.

Berikut adalah tahap-tahap eksperimen dan penjelasan dari gambar diatas:

Gambar pertama. Dimana anjing, bila diberikan sebuah makanan (UCS) maka secara
otonom anjing akan mengeluarkan air liur (UCR).

Gambar kedua. Jika anjing dibunyikan sebuah bel maka ia tidak merespon atau
mengeluarkan air liur.

Gambar ketiga. Sehingga dalam eksperimen ini anjing diberikan sebuah makanan
(UCS) setelah diberikan bunyi bel (CS) terlebih dahulu, sehingga anjing akan
mengeluarkan air liur (UCR) akibat pemberian makanan.

4
Gambar keempat. Setelah perlakukan ini dilakukan secara berulang-ulang, maka ketika
anjing mendengar bunyi bel (CS) tanpa diberikan makanan, secara otonom anjing akan
memberikan respon berupa keluarnya air liur dari mulutnya (CR)

Dalam ekperimen ini bagaimana cara untuk membentuk perilaku anjing agar ketika bunyi
bel di berikan ia akan merespon dengan mengeluarkan air liur walapun tanpa diberikan makanan.
Karena pada awalnya (gambar 2) anjing tidak merespon apapun ketika mendengar bunyi bel.

Jika anjing secara terus menerus diberikan stimulus berupa bunyi bel dan kemudian
mengeluarkan air liur tanpa diberikan sebuah hadiah berupa makanan. Maka kemampuan
stimulus terkondisi (bunyi bel) untuk menimbulkan respons (air liur) akan hilang. Hal ini disebut
dengan extinction atau penghapusan.

Pavlov mengemukakan empat peristiwa eksperimental dalam proses akuisisi dan


penghapusan sebagai berikut:

Stimulus tidak terkondisi (UCS), suatu peristiwa lingkungan yang melalui kemampuan
bawaan dapat menimbulkan refleks organismik. Contoh: makanan

1) Stimulus terkondisi (CS), Suatu peristiwa lingkungan yang bersifat netral dipasangkan
dengan stimulus tak terkondisi (UCS). Contoh: Bunyi bel adalah stimulus netral yang di
pasangkan dengan stimulus tidak terkondisi berupa makanan.
2) Respons tidak terkondisi (UCR), refleks alami yang ditimbulkan secara otonom atau
dengan sendirinya. Contoh: mengeluarkan air liur
3) Respos terkondisi (CR), refleks yang dipelajari dan muncul akibat dari penggabungan CS
dan US. Contoh: keluarnya air liur akibat penggabungan bunyi bel dengan makanan.

Menilik psikologi behavioristik menggunakan suatu pendekatan ekperimental,


refleksiologis objektif pavlov tetap merupakan model yang luar biasa dan tidak tertandingi.

c.) Aplikasi teori Pavlov dalam kehidupan nyata

Sebagai contoh untuk menambah kelekatan dengan pasangan, Jika anda mempunyai
pasangan yang “sangat suka (UCR)” dengan coklat (UCS). Disetiap anda bertemu (CS) dengan

5
kekasih anda maka berikanlah sebuah coklat untuk kekasih anda, secara otonom dia akan sangat
suka dengan coklat pemberian anda.

Berdasarkan teori, ketika hal itu dilakukan secara berulang-ulang, selanjutnya cukup
dengan bertemu dengan anda tanpa memberikan coklat, maka secara otonom pasangan anda
akan sangat suka (CR) dengan anda, hal ini dapat terjadi karena pembentukan perilaku antara
UCS, CS, UCR, dan CR seperti ekperimen yang telah dilakukan oleh pavlov.

Implikasi dari pendapat Pavlov, dapat ditemukan dalam kejadian dimana seorang anak
yang malas bangun pagi, ingin dijadikan anak yang rajin untuk bangun pagi oleh orang tuanya.
Sehingga orang tuanya melakukan usaha dengan memberikan tambahan uang jajan apabila sang
anak bisa bangun pagi dengan cepat. Sehingga lama-kelamaan sanga anak akan terbiasa dengan
sendirinya untuk bangun pagi tanpa harus diberikan tambahan uang jajan lagi.

d.) Kelebihan dan Kekurangan Teori Pavlov


1.) Kelebihan
Kelebihan dari teori ini adalah, subjek dari teori ini membiasakan diri
dengan kondisi-kondisi tertentu sehingga pada akhirnya, pembiasaan ini menjadi
suatu pola hidup yang dapat terjadi secara tidak sadar. Hal ini sesuai dengan kata
pepatah, Ala bisa karena biasa.
Pada teori Pavlov, individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh
stimulus yang berasal dari luas dirinya, hal ini sangat membantu dan
memudahkan pendidik dalam dunia pendidikaan untuk melakukan pembelajran
terhadap peserta didiknya. Hal ini merupakan kelebiahan dari teori Pavlov.
2.) Kekurangan
Kekurangan dari teori ini adalah, dalam teori Pavlov ini, seseorang yang
terbiasa melakukan sesuatu karena didasari atas stimulus tertentu, hanya akan
bereaksi dalam kondisi yang berkaitan saja. Jika kondisinya sudah berubah, maka
kebiasaan akan kemungkinan berkurang atau hilang sama sekali.
Jika kondsisi ini dialkakukan secara terus menerus, maka ditakutkan murid
akan mamilki rasa ketergantungan atas stimulus yang berasal dari luar dirinya.

6
Padahal seharusnya siswa didik atau anak harus memilki stimulusdari dalam
dirinya sendiri (self motivation) dalam melakukan kegiatan belajar dan
pemahaman yang diberikan oleh guru.

2. Teori Albert bandura

a.) Biografi Albert Bandura

Albert Bandura dilahirkan di Mundare Northern Alberta Kanada, pada 04 Desember


1925. Masa kecil dan remajanya dihabiskan di desa kecil dan juga mendapat pendidikan disana.
Pada tahun 1949 beliau mendapat pendidikan di University of British Columbia, dalam jurusan
psikologi. Dia memperoleh gelar Master didalam bidang psikologi pada tahun 1951 dan setahun
kemudian ia juga meraih gelar doctor (Ph.D). Bandura menyelesaikan program doktornya dalam
bidang psikologi klinik, setelah lulus ia bekerja di Standford University.Beliau banyak terjun
dalam pendekatan teori pembelajaran untuk meneliti tingkah laku manusia dan tertarik pada nilai
eksperimen.Pada tahun 1964 Albert Bandura dilantik sebagai professor dan seterusnya menerima
anugerah American Psychological Association untuk Distinguished scientific contribution pada
tahub 1980.

Pada tahun berikutnya, Bandura bertemu dengan Robert Sears dan belajar tentang
pengaruh keluarga dengan tingkah laku social dan proses identifikasi. Sejak itu Bandura sudah
mulai meneliti tentang agresi pembelajaran social dan mengambil Richard Walters, muridnya
yang pertama mendapat gelar doctor sebagai asistennya. Bandura berpendapat, walaupun prinsip
belajar cukup untuk menjelaskan dan meramalkan perubahan tingkah laku, prinsip itu harus
memperhatikan dua fenomena penting yang diabaikan atau ditolak oleh paradigma behaviorisme.
Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran social, salah satu konsep dalam aliran
behaviorime yang menekankan pada komponen kognitif dari pemikiran, pemahaman, dan
evaluasi.

1.) Teori Pembelajaran Sosial

Teori Pembelajaran Sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang
tradisional (behavioristik)1. Teori pembelajaran social ini dikembangkan oleh Albert

7
Bandura (1986). Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip – prinsip teori – teori
belajar perilaku, tetapi memberikan lebih banyak penekanan pada kesan dan isyarat –
isyarat perubahan perilaku, dan pada proses – proses mental internal. Jadi dalam teori
pembelajaran social kita akan menggunakan penjelasan – penjelasan reinforcement
eksternal dan penjelasan – penjelasan kognitif internal untuk memahami bagaimana
belajar dari orang lain. Dalam pandangan belajar social “ manusia “ itu tidak didorong
oleh kekuatan – kekuatan dari dalam dan juga tidak dipengaruhi oleh stimulus – stimulus
lingkungan.

Teori belajar social menekankan bahwa lingkungan – lingkungan yang


dihadapkan pada seseorang secara kebetulan ; lingkungan – lingkungan itu kerap kali
dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya sendiri. Menurut Bandura,
sebagaimana dikutip oleh (Kard,S,1997:14) bahwa “sebagian besar manusia belajar
melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain”. Inti dari
pembelajaran social adalah pemodelan (modelling), dan pemodelan ini merupakan salah
satu langkah paling penting dalam pembelajaran terpadu.

Ada dua jenis pembelajaran melalui pengamatan ,Pertama. Pembelajaran melalui


pengamatan dapat terjadi melalui kondisi yang dialami orang lain,Contohnya : seorang
pelajar melihat temannya dipuji dan ditegur oleh gurunya karena perbuatannya, maka ia
kemudian meniru melakukan perbuatan lain yang tujuannya sama ingin dipuji oleh
gurunya. Kejadian ini merupakan contoh dari penguatan melalui pujian yang dialami
orang lain. Kedua, pembelajaran melalui pengamatan meniru perilaku model meskipun
model itu tidak mendapatkan penguatan positif atau penguatan negatif saat mengamati itu
sedang memperhatikan model itu mendemonstrasikan sesuatu yang ingin dipelajari oleh
pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian atau penguatan apabila menguasai
secara tuntas apa yang dipelajari itu. Model tidak harus diperagakan oleh seseorang
secara langsung, tetapi kita dapat juga menggunakan seseorang pemeran atau visualisasi
tiruan sebagai model (Nur, M,1998.a:4).

Seperti pendekatan teori pembelajaran terhadap kepribadian, teori pembelajaran


social berdasarkan pada penjelasan yang diutarakan oleh Bandura bahwa sebagian besar

8
daripada tingkah laku manusia adalah diperoleh dari dalam diri, dan prinsip pembelajaran
sudah cukup untuk menjelaskan bagaimana tingkah laku berkembang. Akan tetapi, teori
– teori sebelumnya kurang memberi perhatian pada konteks social dimana tingkah laku
ini muncul dan kurang memperhatikan bahwa banyak peristiwa pembelajaran terjadi
dengan perantaraan orang lain. Maksudnya, sewaktu melihat tingkah laku orang lain,
individu akan belajar meniru tingkah laku tersebut atau dalam hal tertentu menjadikan
orang lain sebagai model bagi dirinya.

1. Teori Peniruan ( Modeling )


Pada tahun 1941, dua orang ahli psikologi, yaitu Neil Miller dan
John Dollard dalam laporan hasil eksperimennya mengatakan bahwa
peniruan ( imitation ) merupakan hasil proses pembelajaran yang ditiru
dari orang lain. Proses belajar tersebut dinamakan “ social learning “ –
“pembelajaran social “ .Perilaku peniruan manusia terjadi karena
manusia merasa telah memperoleh tambahan ketika kita meniru orang
lain, dan memperoleh hukuman ketika kita tidak menirunya. Menurut
Bandura, sebagian besar tingkah laku manusia dipelajari melalui
peniruan maupun penyajian, contoh tingkah laku ( modeling ). Dalam
hal ini orang tua dan guru memainkan peranan penting sebagai seorang
model atau tokoh bagi anak – anak untuk menirukan tingkah laku
membaca.
Dua puluh tahun berikutnya ,” Albert Bandura dan Richard
Walters ( 1959, 1963 ) telah melakukan eksperimen pada anak – anak
yang juga berkenaan dengan peniruan. Hasil eksperimen mereka
mendapati, bahwa peniruan dapat berlaku hanya melalui pengamatan
terhadap perilaku model (orang yang ditiru) meskipun pengamatan itu
tidak dilakukan terus menerus. Proses belajar semacam ini disebut
“observationallearning” atau pembelajaran melalui pengamatan.
Bandura (1971), kemudian menyarankan agar teori pembelajaran
sosial diperbaiki memandang teori pembelajaran sosial yang

9
sebelumnya hanya mementingkan perilaku tanpa mempertimbangan
aspek mental seseorang.
Menurut Bandura, perlakuan seseorang adalah hasil interaksi
faktor dalam diri(kognitif) dan lingkungan. pandangan ini
menjelaskan, beliau telah mengemukakan teori pembelajaran peniruan,
dalam teori ini beliau telah menjalankan kajian bersama Walter (1963)
terhadap perlakuan anak-anak apabila mereka menonton orang dewasa
memukul, mengetuk dengan palu besi dan menumbuk sambil menjerit-
jerit dalam video. Setelah menonton video anak-anak ini diarah
bermain di kamar permainan dan terdapat patung seperti yang
ditayangkan dalam video. Setelah anak-anak tersebut melihat patung
tersebut,mereka meniru aksi-aksi yang dilakukan oleh orang yang
mereka tonton dalam video.
Berdasarkan teori ini terdapat beberapa cara peniruan yaitu meniru
secara langsung. Contohnya guru membuat demostrasi cara membuat
kapal terbang kertas dan pelajar meniru secara langsung. Seterusnya
proses peniruan melalui contoh tingkah laku. Contohnya anak-anak
meniru tingkah laku bersorak dilapangan, jadi tingkah laku bersorak
merupakan contoh perilaku di lapangan. Keadaan sebaliknya jika
anak-anak bersorak di dalam kelas sewaktu guru mengajar,semestinya
guru akan memarahi dan memberi tahu tingkahlaku yang dilakukan
tidak dibenarkan dalam keadaan tersebut, jadi tingkah laku tersebut
menjadi contoh perilaku dalam situasi tersebut. Proses peniruan yang
seterusnya ialah elisitasi. Proses ini timbul apabila seseorang melihat
perubahan pada orang lain. Contohnya seorang anak-anak melihat
temannya melukis bunga dan timbul keinginan dalam diri anak-anak
tersebut untuk melukis bunga. Oleh karena itu, peniruan berlaku
apabila anak-anak tersebut melihat temannya melukis bunga.
Perkembangan kognitif anak-anak menurut pandangan pemikir
islam yang terkenal pada abad ke-14 yaitu Ibnu Khaldun
perkembangan anak-anak hendaklah diarahkan dari perkara yang

10
mudah kepada perkara yang lebih susah yaitu mengikut peringkat-
peringkat dan anak-anak hendaklah diberikan dengan contoh-contoh
yang konkrit yang boleh difahami melalui pancaindera. Menrut Ibnu
Khaldun, anak-anak hendaklah diajar atau dibentuk dengan lemah
lembut dan bukannya dengan kekerasan. Selain itu, beliau juga
mengatakan bahwa anak-anak tidak boleh dibebankan dengan perkara-
perkara yang di luar kemampuan mereka. Hal ini akan menyebabkan
anak-anak tidak mau belajar dan memahami pengajaran yang
disampaikan.

1. Unsur Utama dalam Peniruan (Proses Modeling/Permodelan)


Menurut teori belajar social, perbuatan melihat saja menggunakan
gambaran kognitif dari tindakan, secara rinci dasar kognitif dalam
proses belajar dapat diringkas dalam 4 tahap , yaitu : perhatian / atensi,
mengingat / retensi, reproduksi gerak , dan motivasi.
a. Perhatian (’Attention’)
Subjek harus memperhatikan tingkah laku model untuk dapat
mempelajarinya. Subjek memberi perhatian tertuju kepada nilai,
harga diri, sikap, dan lain-lain yang dimiliki. Contohnya, seorang
pemain musik yang tidak percaya diri mungkin meniru tingkah laku
pemain music terkenal sehingga tidak menunjukkan gayanya sendiri.
Bandura & Walters(1963) dalam buku mereka “Sosial Learning &
Personality Development”menekankan bahwa hanya dengan
memperhatikan orang lain pembelajaran dapat dipelajari.
b. Mengingat (’Retention’)
Subjek yang memperhatikan harus merekam peristiwa itu dalam
sistem ingatannya. Ini membolehkan subjek melakukan peristiwa
itu kelak bila diperlukan atau diingini. Kemampuan untuk
menyimpan informasi juga merupakan bagian penting dari proses
belajar.
c. Reproduksi gerak (’Reproduction’)

11
Setelah mengetahui atau mempelajari sesuatu tingkahlaku, subjek
juga dapat menunjukkan kemampuannya atau menghasilkan apa yang
disimpan dalam bentuk tingkah laku. Contohnya, mengendarai mobil,
bermain tenis. Jadi setelah subyek memperhatikan model dan
menyimpan informasi, sekarang saatnya untuk benar-benar melakukan
perilaku yang diamatinya. Praktek lebih lanjut dari perilaku yang
dipelajari mengarah pada kemajuan perbaikan dan keterampilan.
d. Motivasi
Motivasi juga penting dalam pemodelan Albert Bandura karena ia
adalah penggerak individu untuk terus melakukan sesuatu.

Jadi subyek harus termotivasi untuk meniru perilaku yang telah dimodelkan.

2. Ciri – ciri teori Pemodelan Bandura


a. Unsur pembelajaran utama ialah pemerhatian dan peniruan
b. Tingkah laku model boleh dipelajari melalui bahasa, teladan, nilai
dan lain – lain
c. Pelajar meniru suatu kemampuan dari kecakapan yang
didemonstrasikan guru sebagai model
d. Pelajar memperoleh kemampuan jika memperoleh kepuasan dan
penguatan yang positif
e. Proses pembelajaran meliputi perhatian, mengingat, peniruan,
dengan tingkah laku atau timbal balik yang sesuai, diakhiri dengan
penguatan yang positif
3. Eksperimen Albert Bandura
Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll
yang menunjukkan anak – anak meniru seperti perilaku agresif dari
orang dewasa disekitarnya.
Albert Bandura seorang tokoh teori belajar social ini menyatakan
bahwa proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan lebih berkesan
dengan menggunakan pendekatan “permodelan “. Beliau menjelaskan
lagi bahwa aspek perhatian pelajar terhadap apa yang disampaikan

12
atau dilakukan oleh guru dan aspek peniruan oleh pelajar akan dapat
memberikan kesan yang optimum kepada pemahaman pelajar.
Eksperimen Pemodelan Bandura :
 Kelompok A = Disuruh memperhatikan sekumpulan orang dewasa
memukul, menumbuk, menendang, dan menjerit kearah patung besar
Bobo.
 Hasil = Meniru apa yang dilakukan orang dewasa malahan lebih
agresif
 Kelompok B = Disuruh memperhatikan sekumpulan orang dewasa
bermesra dengan patung besar Bobo
 Hasil = Tidak menunjukkan tingkah laku yang agresif seperti
kelompok A
Rumusan :
 Tingkah laku anak – anak dipelajari melalui peniruan / permodelan
adalah hasil dari penguatan.
Hasil Keseluruhan Eksperimen :
 Kelompok A menunjukkan tingkah laku yang lebih agresif dari orang
dewasa. Kelompok B tidak menunjukkan tingkah laku yang agresif

4. Jenis – jenis Peniruan (modelling)


a. Peniruan Langsung
Pembelajaran langsung dikembangkan berdasarkan teori
pembelajaran social Albert Bandura. Ciri khas pembelajaran ini
adalah adanya modeling , yaitu suatu fase dimana seseorang
memodelkan atau mencontohkan sesuatu melalui demonstrasi
bagaimana suatu ketrampilan itu dilakukan.
Meniru tingkah laku yang ditunjukkan oleh model melalui proses
perhatian. Contoh : Meniru gaya penyanyi yang disukai.
b. Peniruan Tak Langsung

13
Peniruan Tak Langsung adalah melalui imaginasi atau perhatian
secara tidak langsung. Contoh : Meniru watak yang dibaca dalam
buku, memperhatikan seorang guru mengajarkan rekannya.
c. Peniruan Gabungan
Peniruan jenis ini adalah dengan cara menggabungkan tingkah laku
yang berlainan yaitu peniruan langsung dan tidak langsung. Contoh :
Pelajar meniru gaya gurunya melukis dan cara mewarnai daripada
buku yang dibacanya.
d. Peniruan Sesaat / seketika.
Tingkah laku yang ditiru hanya sesuai untuk situasi tertentu saja.
Contoh : Meniru Gaya Pakaian di TV, tetapi tidak boleh dipakai di
sekolah.
e. Peniruan Berkelanjutan
Tingkah laku yang ditiru boleh ditonjolkan dalam situasi apapun.
Contoh : Pelajar meniru gaya bahasa gurunya.

Hal lain yang harus diperhatikan bahwa faktor model atau teladan
mempunyai prinsip – prinsip sebagai berikut :
a. Tingkat tertinggi belajar dari pengamatan diperoleh dengan cara
mengorganisasikan sejak awal dan mengulangi perilaku secara
simbolik kemudian melakukannya. Proses mengingat akan lebih
baik dengan cara perilaku yang ditiru dituangkan dalam kata –
kata, tanda atau gambar daripada hanya melihat saja. Sebagai
contoh : Belajar gerakan tari dari pelatih memerlukan pengamatan
dari berbagai sudut yang dibantu cermin dan seterusnya ditiru oleh
para pelajar pada masa yang sama, kemudian proses meniru akan
efisien jika gerakan tari tadi juga didukung dengan penayangan
video, gambar, atau kaedah yang ditulis dalam buku panduan.
b. Individu lebih menyukai perilaku yang ditiru jika sesuai dengan
nilai yang dimilikinya.

14
c. Individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika model tersebut
disukai dan dihargai serta perilakunya mempunyai nilai yang
bermanfaat.
Teori belajar social dari Bandura ini merupakan gabungan antara teori
belajar behavioristik dengan penguatan dan psikologi kognitif, dengan prinsip
modifikasi tingkah laku. Proses belajar masih berpusat pada penguatan, hanya
terjadi secara langsung dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Sebagai contoh
: Penerapan teori belajar social dalam iklan sabun ditelevisi. Iklan selalu
menampilkan bintang – bintang yang popular dan disukai masyarakat, hal ini
untuk mendorong konsumen agar membeli sabun supaya mempunyai kulit seperti
para “bintang “.
Motivasi banyak ditentukan oleh kesesuaian antara karakteristik pribadi
pengamat dengan karakteristik modelnya. Ciri – cirri model seperti usia, status
social, seks, keramahan, dan kemampuan, penting dalam menentukan tingkat
imitasi. Anak – anak lebih senang meniru model seusianya daripada model dewasa.
Anak – anak juga cenderung meniru model yang sama prestasinya dalam
jangkauannya. Anak – anak yang sangat dependen cenderung imitasi model yang
dependennya lebih ringan. Imitasi juga dipengaruhi oleh interaksi antara ciri model
dengan observernya.
5. Kelemahan Teori Albert Bandura
Teori pembelajaran Sosial Bandura sangat sesuai jika diklasifikasikan dalam
teori behavioristik. Ini karena, teknik pemodelan Albert Bandura adalah mengenai
peniruan tingkah laku dan adakalanya cara peniruan tersebut memerlukan
pengulangan dalam mendalami sesuatu yang ditiru.
Selain itu juga, jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan
hanya melalui peniruan ( modeling ), sudah pasti terdapat sebagian individu yang
menggunakan teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku yang negative ,
termasuk perlakuan yang tidak diterima dalam masyarakat.
I. Kelebihan Teori Albert Bandura
Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya ,
karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan

15
melalui system kognitif orang tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia
bukan semata – mata reflex atas stimulus ( S-R bond), melainkan juga akibat reaksi
yang timbul akibat interaksi antara lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri.
Pendekatan teori belajar social lebih ditekankan pada perlunya conditioning
( pembiasan merespon ) dan imitation ( peniruan ). Selain itu pendekatan belajar
social menekankan pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari
perkembangan anak – anak. Penelitian ini berfokus pada proses yang menjelaskan
perkembangan anak – anak, faktor social dan kognitif.

Teori pembelajaran Sosial Bandura sangat sesuai jika diklasifikasikan dalam teori
behavioristik. Ini karena, teknik pemodelan Albert Bandura adalah mengenai peniruan
tingkah laku dan adakalanya cara peniruan tersebut memerlukan pengulangan dalam
mendalami sesuatu yang ditiru.
Selain itu juga, jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan hanya
melalui peniruan ( modeling ), sudah pasti terdapat sebagian individu yang menggunakan
teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku yang negative , termasuk perlakuan
yang tidak diterima dalam masyarakat.

16
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN

Teori belajar behavioristik merupakan proses perubahan tingkahlaku sebagai


akibat adanya interaksi antara stimulus dengan respons yang menyebabkan siswa
mempunyai pengalaman baru. Classic conditioning ( pengkondisian atau persyaratan
klasik) adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing,
dimana perangsang aslidan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara
berulang-ulang sehingga memunculk anreaksi yang diinginkan.

Teori classical conditioning adalah sebuah prosedur penciptaan reflex baru


dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya reflex tersebut. Dengan
adanya stimulus berupa hadiah (reward) yang diberikan kepada peserta didik dapat
menumbuhkan motivasi belajar siswa.

Dari uraian tentang teori belajar social (Bandura), dapat disimpulkan sebagai
berikut :

1. Belajar merupakan interaksi segitiga yang saling berpengaruh dan mengikat


antara lingkungan, faktor-faktor personal dan tingkah laku yang meliputi proses-
proses kognitif belajar.
2. Komponen-komponen belajar terdiri dari tingkah laku, konsekuensi-
konsekuensi terhadap model dan proses-proses kognitif pembelajar.

17
Hasil belajar berupa kode-kode visual dan verbal yang mungkin dapat
dimunculkan kembali atau tidak (retrievel).
3. Dalam perencanaan pembelajaran skill yang kompleks, disamping pembelajaran-
pembelajaran komponen-komponen skill itu sendiri, perlu ditumbuhkan “sense of
efficacy” dan self regulatory” pembelajar.
4. Dalam proses pembelajaran, pembelajar sebaiknya diberi kesempatan yang cukup
untuk latihan secara mental sebelum latihan fisik, dan “reinforcement” dan hindari
punishment yang tidak perlu.

B. SARAN
Salah satu keberhasilan tenaga pendidik dalam proses pembelajaran adalah
mampu mengaplikasikan dan memanifestasikan semua teori belajar yang pernah
didapat terhadap anak didik, oleh karenanya saran kita semua sebagai calon pendidik
diharapkan untuk bisa mempelajari dan menerapkannya dari mulai sekarang.

18
Daftar Pustaka

http://raisaaryasheba.blogspot.com/2012/04/teori-belajar-ivan-petrovich-pavlov.html

http://oktavianipratama.wordpress.com/makalah-makalah/teori-belajar-ivan-petrovich-pavlov/

19

Anda mungkin juga menyukai