Anda di halaman 1dari 20

MEKANISME PEMUNGUTAN DAN

PENATAUSAHAAN HASIL HUTAN


BUKAN KAYU DI HUTAN LINDUNG
Jakarta, 22 Juli 20200

L/O/G/O
I. MEKANISME PEMUNGUTAN HASIL HUTAN
BUKAN KAYU
A. Dasar Hukum

1. Peraturan Pmerintah Nomor 6 Tahun 2007 jo. PP Nomor 3 Tahun 2008


tentang Tata Hutan dan Rencana Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan
serta Pemanfaatan Hutan.
2. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.77/Menlhk/Setjen/Kum.1/10/2019 tentang Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan
Kayu pada Hutan Produksi dan Pemungutan Hasil Hutan Bukan Kayu pada
Hutan Negara
B. Prinsip-Prinsip Pemungutan HHBK
1. Pemungutan HHBK dapat dilaksanakan pada Kawasan Hutan
Konservasi, Kawasan Hutan Lindung, atau Kawasan Hutan Produksi.
2. Pemungutan HHBK pada Hutan Lindung dan Hutan Produksi
dilaksanakan melalui kerjasama pemungutan dalam areal KPH atau
melalui IPHHBK.
3. IPHHBK diberikan paling banyak 20 (dua puluh) ton untuk setiap Kepala
Keluarga dan dapat diperdagangkan
C. Persyaratan Areal IPHHBK
1. Kawasan Hutan Produksi atau Kawasan Hutan Lindung yang belum
dibebani izin/hak atau yang telah dibebani izin/hak setelah mendapat
persetujuan dari pemegang izin;
2. blok Pemanfaatan pada Kawasan Hutan Lindung atau blok pemanfaatan
HHBK dan jasa lingkungan dan wilayah tertentu pada Kawasan Hutan
Produksi atau blok pemberdayaan masyarakat dalam areal KPH; atau
3. areal KHDTK dan areal lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
D. Pemohon
1. Pemohon diajukan oleh Perorangan, Kelompok Tani Hutan, BUMDES dan
Koperasi;
2. Pemohon adalah masyarakat sekitar hutan pada areal yang dimohon.
E. Tata Cara Permohonan Izin Baru
1. Permohonan dilaksanakan setelah dapat NIB dari OSS;
2. Permohonan diajukan Kepada Gubernur melalui Lembaga OSS dengan tembusan Kepala
Dinas Propinsi.
3. Permohonan dilengkapi dengan : surat keterangan kepala desa tentang domisili, surat
persetujuan KPH, pakta integritas, luas dan peta koordinat geografis yang diketahui KPH,
daftar peralatan (nama, tipe dan jenis), dan persyaratan kesanggupan melakukan
penanaman atas jenis yang dipungut.
4. Pemungutan getah, wajib mencantumkan jumlah pohon yang disadap.
5. Berdasarkan tembusan, Kepala Dinas memproses permohonan.
6. Penerbitan SK oleh Kepala PTSP berdasarkan notifikasi Kepala Dinas bahwa permohonan
memenuhi syarat untuk diterbitkan SK.
7. Proses perizinan dilaksanakan melalui Sistem Informasi HHBK (SI-HHBK).
8. Dalam hal SI-HHBK susah diakses atau ada masalah, maka proses perizinan dilaksanakan
secara manual.
F. Tata Cara Permohonan Perpanjangan IPHHBK

1. Areal yang dimohon perpanjangan adalah areal yang habis masa izinnya.
2. Permohonan Perpanjangan paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum izin berakhir, kurang
dari 3 (tiga) bulan tidak bisa diproses dan izin berakhir.
3. Permohonan diajukan Kepada Gubernur kepada Gubernur up. Kepala Dinas
Provinsi dengan tembusan kepada Menteri Cq. Direktur Jenderal,
Gubernur dan bupati/wali kota melalui SI-HHBK.
4. Permohonan dilengkapi dengan : surat Izin Usaha, atau keputusan IPHHBK, Hasil evaluasi
oleh KPH, pakta integritas, pekta koordinas geografis, daftar peralatan (nama, tipe dan
jenis), dan kesanggupan menanam atas jenis HHBK yang dipungut.
5. Pemungutan getah, wajib mencantumkan jumlah pohon yang disadap.
6. Penerbitan SK oleh Kepala Dinas Propinsi.
G. Masa berlaku dan Hapusnya IPHHBK

1. Masa berlaku IPHHBK paling lama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang
berdasarkan evaluasi yang dilakukan setiap 6 (enam) bulan.
2. Masa berlaku IPHHBK khusus untuk pemungutan jenis sarang burung
walet pada Hutan Lindung diberikan paling lama 5 (lima) tahun dan dapat
diperpanjang berdasarkan hasil evaluasi berkala setiap 1 (satu) tahun.
3. IPHHBK hapus karena:
a. jangka waktu izin telah berakhir;
b. izin dicabut;
c. izin diserahkan kembali oleh pemegang izin kepada pemberi izin
sebelum jangka waktu izin berakhir; atau
d. telah memenuhi target volume atau berat sesuai izin.
H. Produksi
1. Pemanfaatan HHBK alami diprioritaskan kepadakepada masyarakat sekitar hutan atau
untuk pemenuhan kebutuhan pembangunan fasilitas umum kelompok masyarakat
setempat.
2. Pemanfaatan HHBK tidak melebihi kemampuan produktivitas lestari.
3. Rencana produksi dicantumkan dalam target pemungutan berdasarkan target
pemungutan, pemegang usaha melakukan pemanenan HHBK.
4. Semua HHBK hasil pemanenan dilakukan penetapan jenis, pengukuran dan/atau
pengujian, penetapan volume/ berat, dan penghitungan jumlah.
5. Tata cara penetapan jenis, pengukuran dan/atau pengujian, penetapan volume/berat,
penghitungan jumlah, dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
I. Produksi
6. Dalam hal jenis HHBK yang belum diatur tata cara pengukuran dan/atau
pengujiannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
cukup dilakukan penetapan jenis, penetapan volume/berat, dan
penghitungan jumlah.
7. Pelaksanaan pengukuran dan/atau pengujian sebagaimana dimaksud
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
8. Hasil pengukuran dan/atau pengujian menjadi dasar pembuatan LP-
HHBK.
J. Pencatatan dan Pelaporan
1. Data potensi, perizinan, perencanaan pemanfaatan, produksi dan
pemasaran HHBK wajib dilakukan pencatatan dan pelaporan.
2. Pencatatan dan pelaporan dilakukan melalui SI-HHBK.
3. Dinas Provinsi, UPT, KPHP/KPHL, Perum Perhutani, Pemegang
IUPHHBK, IPHHBK, IUPHHK, dan pihak terkait lainnya mengunggah data
dan informasi HHBK sesuai tugas dan kewenangannya.
K. Ketentuan Lain-lain

(1) Pemanfaatan HHBK diluar Kawasan Hutan yang merupakan hasil tanaman rehabilitasi
atau tumbuh secara alami, dilakukan melalui IPHHBK sesuai ketentuan dalam Peraturan
Menteri ini.
(2) Pemanfaatan HHBK pada areal IPK, dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
II. Penatausahaan Hasil Hutan Bukan Kayu
A. Dasar Hukum

1. Pasal 117 Peraturan Pmerintah Nomor 6 Tahun 2007 jo. PP


Nomor 3 Tahun 2008

2. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor


P.78/Menlhk/Setjen/Kum.1/10/2019 t entang Penatausahaan
Hasil Hutan Bukan Kayu yang Berasal dari Hutan Negara.
B. Pemanfaatan HHBK

Pelaksana Pemenuhan Pengolahan


Kewajiban Industri Primer
• Pemegang Izin sah (IUIPHHBK)
(IPHHBK/ • PUHH
IUPHHB/IUPHH/PS) • PNBP
• Pemegang Hak
Kelola (Perum
Perhutani/KPH)
C. PERKEMBANGAN PUHHBK

Sebelum Revisi
• Permenhut • PermenLHK
P.91 Thn 2014 • self
P78 Thn 2019
• official
assessment assessment

• Manual • SIPUHH
D. Pokok-pokok Perubahan PUHH-BK
Permenhut No. P.91 Tahun 2014 PermenLHK No. P.78 Tahun 2019
Izin Pengumpulan : Pengumpul Terdaftar HHBK :
▪ Izin diberikan oleh Kadis Kab/Kota. ▪ Ditetapkan oleh Kadis Provinsi.
▪ Membuat LPHHBK dari masyarakat sekitar ▪ Melaksanakan SIPUHH atas produksi HBBK
hutan yang memiliki IPHHBK. dari hasil pemungutan oleh masyarakat
sekitar hutan berdasarkan IPHHBK.
▪ Dapat menerima HHBK dari pemegang
izin/pengelola hutan.
▪ Memiliki kerjasama dengan industri
pengolahan HHBK dan/atau petani HHBK.
TPT-HHBK Tidak diatur
▪ Merupakan salah satu simpul PUHHBK.
▪ Ditetapkan oleh Dinas Kabupaten/Kota.
Pokok-pokok Perubahan PUHH-BK
Permenhut No. P.91 Tahun 2014 PermenLHK No. P.78 Tahun 2019
Konversi ukuran HHBK belum diatur Konversi ukuran diatur:
▪ LP-HHBK dibuat dengan memperhitungkan
faktor konversi volume/berat.
▪ Faktor konversi volume/berat diatur sesuai
ketentuan peraturan perundangan.
Dokumen Angkutan : Dokumen Angkutan :
▪ FA-HHBK ▪ SKSHHBK
▪ Nota Angkutan
▪ Daftar Hasil Hutan
▪ Nota Perusahaan

PUHHBK Perum Perhutani diatur tersendiri Seluruh tahapan PUHHBK Perum Perhutani
oleh Perum Perhutani, kecuali : dilakukan melalui SIPUHH
▪ Pengesahan LPHHBK
▪ Penerbitan dokumen angkutan
E. Bisnis Proses PUHH-BK
“Penatausahaan HHBK yang berkenaan dengan
Rencana pembuatan Buku Ukur dan LP-HHBK dilakukan melalui
sistem yang terintegrasi dengan SIPUHH”
Produksi

Buku Ukur SIHHBK

LP-HHBK SIPNBP

SKSHH-BK SIPUHH
IZIN PEMANFAATAN IZIN PEMUNGUTAN PENGELOLA HUTAN

PENAMPUNG
TERDAFTAR

INDUSTRI PRIMER HHBK

KONSUMEN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai