Anda di halaman 1dari 4

CASH DAN STOK OPNAME DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH LKPD

Cash Dan Stok Opname Dalam Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah LKPD

Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan


pemerintahan kepada publik. Pertanggungjawaban kepada publik perlu didukung laporan
pertanggungjawaban secara tertulis sesuai peraturan perundang-undangan. Penyajian laporan
keuangan merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban tertulis atas kinerja keuangan yang
dicapai. Pertanggungjawaban keuangan daerah diwujudkan dalam bentuk laporan keuangan. Laporan
keuangan tersebut merupakan bentuk dari penguatan transparansi dan akuntabilitas dalam rangka
mendukung terwujudnya tata pemerintahan yang baik (good governance).

Keuangan daerah harus dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, ekonomis,
efisien, efektif, transparan, dan bertanggungjawab dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan,
serta bermanfaat untuk masyarakat. Berkenaan dengan pertanggungiawaban keuangan daerah,
setidaknya ada 7 (tujuh) laporan keuangan yang harus dibuat oleh Pemerintah Daerah yaitu, Neraca,
Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan Saldo Anggaran
Lebih (LPSAL), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), Laporan Arus Kas (LAK), dan Catatan Atas Laporan
Keuangan (CalK).

Maksud dan tujuan penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) adalah untuk
memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)
sebagaimana diamanatkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku sesuai Peraturan
Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, dan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2020. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019, Pasal
189 sampai dengan Pasal 193, pelaporan keuangan pemerintah daerah diatur sebagai berikut :

a. Pelaporan keuangan Pemerintah Daerah merupakan proses penyusunan dan penyajian laporan
keuangan Pemerintah Daerah oleh entitas pelaporan sebagai hasil konsolidasi atas laporan keuangan
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) selaku entitas akuntansi;

b. Laporan keuangan SKPD disusun dan disajikan oleh kepala SKPD selaku Pengguna Anggaran (PA)
sebagai entitas akuntansi paling sedikit meliputi: laporan realisasi anggaran, neraca, laporan
operasional, laporan perubahan ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan;

c. Laporan keuangan SKPD disampaikan kepada Kepala Daerah melalui PPKD (Pejabat Pengelola
Keuangan Daerah) paling lambat 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
d. Laporan keuangan Pemerintah Daerah disusun dan disajikan oleh kepala Satuan Kerja Pengelola
Keuangan Daerah selaku PPKD sebagai entitas pelaporan untuk disampaikan kepada Kepala Daerah
dalam rangka memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan APBD;

e. Laporan keuangan Pemerintah Daerah paling sedikit meliputi: Laporan Realisasi Anggaran, Laporan
Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan
Ekuitas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.

Peran Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) Daerah dalam Penyusunan LKPD.

Inspektorat Daerah memiliki peran dalam membantu PPKD menyusun LKPD. Inspektorat Daerah
melakukan kegiatan sebagaimana berikut :

1. Melakukan pemantauan pengelolaan keuangan oleh bendahara, yaitu memberikan arahan tentang
penyetoran sisa kas pada akhir tahun sehingga tidak melewati batas yang telah ditentukan serta
penyusunan laporan sisa barang persediaan yang dikelola oleh pengurus barang SKPD;

2. Melaksanakan pemeriksaan kas (Cash opname) dan Persediaan (Stock Opname). Dengan peran
tersebut diharapkan neraca (aset lancar) dapat disajikan secara akurat. Manfaat lain dari kegiatan ini
adalah agar setiap SKPD dapat melaksanakan penatausahan keuangan secara tertib, penuh
tanggungjawab serta dilakukan secara transparan, baik pada lingkup internal maupun eksternal, tidak
terkecuali untuk semua pelaksanaan kegiatan pemerintahan yang menggunakan keuangan daerah pada
setiap tahun anggaran.

Berikut Penjelasan Singkat tentang Prosedur Cash dan Stock Opname dalam Penyusunan LKPD.

Sebagaimana kita ketahui baik Cash dan Stock Opname dilakukan dalam penyusunan LKPD guna
memastikan keandalan data yang disajikan. Hasil Cash dan Stock Opname akan dimuat dalam neraca
laporan keuangan, dalam komponen aset lancar (kas, setara kas dan persediaan).

Cash Opname

Cash Opname adalah pemeriksaan kas secara fisik, baik berupa uang logam dan uang kertas serta
membandingkan jumlah antara catatan akuntansi kas (mutasi kas) dengan uang kas yang dipegang saat
ini, baik yang di simpan dalam brankas, ataupun yang ada ditangan/cash on hand. Dalam prosedur ini
pemeriksaan kas juga tidak terbatas hanya pada uang kertas atau logam saja, namun giro, wesel, cek
juga dilakukan pemeriksaan.
Tujuan dilakukannya cash opname adalah :

1. Memeriksa pengendalian internal SKPD atas transaksi keuangan yang menjadi tangungjawabnya;

2. Memastikan saldo kas yang ada apakah telah sesuai dengan neraca dalam laoran keuangan;

3. Meminimalkan terjadinya resiko mal administrasi keuangan.

Langkah-langkah Cash Opname di Satuan Kerja Perangkat Daerah dapat dilakukan sebagai berikut :

APIP harus memperoleh Surat Pertanggungjawaban (SPj) Fungsional akhir tahun anggaran, lalu meneliti
jumlah penerimaan, pengeluaran dan saldo (sisa yang tidak disusun surat pertanggungjawaban/SPj).
Dapatkan juga Buku Kas Umum akhir tahun anggaran.

Terhadap BKU tersebut APIP melakukan prosedur berikut:

1. Meneliti jumlah penerimaan, pengeluaran dan saldo;

2. Meneliti apakah jumlah penerimaan pada BKU sesuai dengan jumlah penerimaan pada SPj Fungsional
ditambah dengan penerimaan pajak. Teliti apakah jumlah pengeluaran pada BKU sesuai dengan jumlah
pengeluaran belanja ditambah dengan pengeluaran pajak dan pengembalian sisa belanja (STS);

3. Meneliti apakah semua sisa belanja tahun akhir tahun anggaran telah disetorkan kembali ke kas
daerah paling lambat 31 Desember tahun anggaran berkenaan;

4. Meneliti apakah terdapat saldo kas per 31 Desember, dapatkan rinciannya dan teliti kembali apakah
jumlah saldo kas tersebut sesuai jumlahnya dengan jumlah fisik kas tunai dan kas non tunai (kertas
berharga dan bagian kas yang diizinkan);

5. Meneliti apakah saldo kas per 31 Desember sesuai dengan saldo BKU per 31 Desember. Jika tidak,
konfirmasi kepada Bendahara Pengeluaran penyebabnya;

6. Meneliti apakah jumlah pajak yang disetor sesuai dengan bukti setor pajak, dan saldo pajak yang
dicatat dalam Buku Pembantu Pajak telah sesuai;

7. Memastikan tempat penyimpanan kas tunai dan kertas berharga lainnya, apakah disimpan di dalam
brankas atau di tempat lainnya. Dan teliti tempat penyimpanan kunci pertama dan kedua. Dapatkan
Berita Acara Hasil Rekonsiliasi antara SKPD dan Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah terkait
jumlah penerimaan, pengeluaran dan saldo per 31 Desember, dan bandingkan dengan data yang
diperoleh dari SKPD, apakah telah sesuai. Tuangkan hasil cash opname tersebut dalam Berita Acara
Pemeriksaan Kas, yang ditandatangani oleh Bendahara Pengeluaran, Pengguna Anggaran, dan Tim Cash
Opname.
Stock Opname

Stock Opname persediaan merupakan kegiatan wajib SKPD dalam periode tertentu yang berkaitan
dengan pengecekan persediaan barang. Kegiatan ini dilakukan oleh Pengurus Barang setiap akhir
semester dan akhir tahun, Hasil inventarisasi fisik sebagaimana dimaksud dituangkan dalam Berita Acara
stock opname Barang Persediaan dan disampaikan kepada pelaksana akuntansi SKPD. Salah satu
tujuannya yaitu mengetahui apakah jumlah barang sudah sesuai dengan catatan pembukuan. Dari
prosedur ini dapat diperoleh informasi mengenai kondisi barang persediaan. Apakah barang persediaan
dapat digunakan dalam kegiatan operasional SKPD atau tidak.

Stock Opname di lembaga pemerintah dilaksaankan berdasarkan :

1. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP);

2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik
Daerah, menyatakan antara lain tugas dan tanggung jawab penyimpan/pengurus barang adalah
melakukan perhitungan barang (stock opname) sedikitnya setiap enam bulan sekali dengan berita acara
yang ditandatangani oleh penyimpan barang.

Langkah-langkah Stock Opname di Satuan Kerja Perangkat Daerah dapat dilakukan sebagai berikut :

Dapatkan Buku Penerimaan Barang, Buku Pengeluaran Barang, Kartu Barang, Kartu Persediaan Barang
dan Realisasi Belanja Modal per 31 Desember tahun anggaran berkenaan dan per tanggal Stock
Opname. Berdasarkan dokumen tersebut, lakukan perhitungan jumlah penerimaan barang, pengeluaran
barang dan saldo persediaan barang. Lakukan pengecekan terhadap kesesuaian jumlah persediaan
antara yang dilaporkan dengan fisik barang. Tuangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan Barang
Persediaan yang ditandatangani oleh Pengurus Barang, Pengguna Anggaran/Barang dan Tim Stock
Opname. Hasilnya tuangkan dalam Kertas Kerja Stock Opname, dan buat kesimpulan.

Dengan penjelasan singkat dalam tulisan ini kita dapat memahami bahwa prosedur Cash dan Stock
Opname memiliki posisi yang penting dalam laporan keuangan. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
merupakan bentuk pertanggungjawaban pemerintah atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah (APBD) kepada Publik sehingga harus didukung dengan data andal, salah satunya berupa Neraca
laporan keuangan yang menyajikan komponen aset lancar (kas, setara kas dan persediaan). Dalam
menyajikan keandalan data ini selain PPKD, APIP Daerah juga memiliki peran strategis salah satunya
melaksanakan audit kas (cash opname) dan pemeriksaan persediaan (stock opname) di Satuan Kerja
Perangkat Daerah.

Anda mungkin juga menyukai