Prinsip Perencanaan Struktur Bangunan Bawah Jembatan
Prinsip Perencanaan Struktur Bangunan Bawah Jembatan
OUTLINE PAPARAN
Pengantar Perencanaan
Struktur Jembatan
• Permen PU No. 19 PRT M 2011 Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan
• Permen PUPR No. 41 PRT M 2015 Penyelenggaraan Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan
• SE Menteri PUPR No. 02-M-BM-2021 Tentang Panduan Praktis Perencanaan Teknis Jembatan UTAMA
(SHUTTERSTOCK)
(www.djkn.kemenkeu.go.id)
Jembatan PC I Girder
(www.kompas.com)
(www.wika-beton.co.id)
(civildigital.com)
Kekuatan struktural
Kondisi lingkungan
Kekakuan
Getaran
KONDISI BATAS LAYAN
(KBL)
Deformasi Pemeliharaan
Umur rencana jembatan dibuat untuk masa layan selama 75 Pengaruh > 75 tahun
Penentuan kelas jembatan berdasarkan lebar lalu-lintas Tipe Lajur Jembatan Lebar Bersih Jembatan (2) Jumlah Lajur Lalu Lintas
(1) (mm) Rencana (n)
Kombinasi
No. Subbab Penting
Pembebanan
1 Kuat I Memperhitungkan gaya-gaya yang timbul pada jembatan dalam keadaan
normal.
2 Kuat II* Memikul beban kendaraan khusus yang ditentukan pemilik.
3 Kuat III Beban angin berkecepatan 90 km/jam hingga 126 km/jam
4 Kuat IV Kemungkinan adanya rasio beban mati dengan beban hidup yang besar.
5 Kuat V Operasional normal jembatan dengan memperhitungkan beban angin.
6 Ekstrem I Kombinasi pembebanan gempa.
7 Ekstrem II* kombinasi antara beban hidup terkurangi dengan beban yang timbul akibat
tumbukan kapal, tumbukan kendaraan, banjir atau beban hidrolika
lainnya.
SNI 1725 – 2016 Pasal 6.1 Faktor beban dan kombinasi pembebanan
Kombinasi
No. Subbab Penting
Pembebanan
8 Layan I Kombinasi pembebanan yang berkaitan dengan operasional jembatan
dengan semua beban mempunyai nilai nominal.
9 Layan II** Mencegah terjadinya pelelehan pada struktur baja dan selip pada
sambungan.
10 Layan III** Menghitung tegangan tarik pada arah memanjang jembatan beton
pratekan.
11 Layan IV** Menghitung tegangan tarik pada kolom beton pratekan dengan tujuan
untuk mengontrol besarnya retak
12 Fatik Kombinasi beban fatik dan fraktur sehubungan dengan umur fatik akibat
induksi beban yang waktunya tak terbatas
*Berlaku untuk kasus tertentu
**Berlaku untuk tipe jembatan tertentu
ELEMEN STRUKTUR
ABUTMEN DAN FONDASI
PADA JEMBATAN
Abutment
Pilar
Fondasi
Back Wall
Korbel
Breast Wall
Dudukan girder
Shear key
Tipe fondasi Penggunaan fondasi Kondisi tanah yang bisa digunakan Kondisi tanah yang tidak cocok
digunakan
Fondasi telapak • Pilar tunggal (individu), • Setiap kondisi dimana • Setiap kondisi dimana tanah di
dinding dan pilar kapasitas daya dukung bawah fondasi berpotensi
jembatan. memenuhi untuk menerima tergerus (scouring) atau
beban, likuifaksi,
• Dapat digunakan pada satu • Lapisan daya dukung berada di
lapisan tanah, lapisan medium bawah
di atas lapisan lunak, atau
lapisan yang lebih lunak di
atas lapisan yang lebih keras,
• Cek penurunan segera,
penurunan parsial dan
penurunan konsolidasi.
Mat fondasi • Sama dengan fondasi • Pada umumnya nilai daya
telapak, digunakan dukung tanah lebih rendah
pada beban pilar yang dibandingkan tanah fondasi
sangat berat. Biasanya telapak,
bertujuan untuk • Biasanya lebih dari setengah
mengurangi area sturktur diterima oleh
penurunan parsial dan fondasi tunggal,
penurunan total. • Cek penurunan yang terjadi,
Sumber: FHWA NHI-05-042 Design and Construction of Driven Pile Foundation dalam 02-M-BM-2021 Tabel 1.4
Tipe fondasi Penggunaan fondasi Kondisi tanah yang bisa digunakan Kondisi tanah yang tidak cocok
digunakan
Fondasi tiang • Dalam fondasi group • Tanah lunak dekat permukaan • Lapisan tanah keras
digunakan untuk tanah, • dekat dengan permukaan
menyalurkan beban • Kedalaman tanah dengan daya tanah,
pilar yang berat dan dukung yang cukup berada • Areal konstruksi dimana
beban jembatan pada kedalaman 5 sampai 90 getaran atau akan
kelapisan tanah yang m di bawah permukaan tanah, berpengaruh pada fasilitas
mempunyai daya • Cek penurunan pada group yang berdekatan,
dukung yang cukup, pile. • Jenis tanah didominasi oleh
juga untuk menahan batuan besar.
terhadap uplift dan
beban lateral.
Fondasi tiang bor • Beban pilar lebih besar • Permukaan lunak dan dekat • Tanah lempung lunak dan
dari pada beban yang dengan permukaan tanah, pasir lepas yang mengandung
digunakan untuk • Untuk menahan beban, tanah air,
fondasi tiang pancang, dan atau batuan terletak pada • Kondisi artesis,
kedalaman 8 sampai 90 m di • Jenis tanah berupa boulder.
bawah permukaan tanah.
Sumber: FHWA NHI-05-042 Design and Construction of Driven Pile Foundation dalam 02-M-BM-2021 Tabel 1.4
Tipe fondasi Penggunaan fondasi Kondisi tanah yang bisa digunakan Kondisi tanah yang tidak cocok
digunakan
Micropiles • Sering digunakan • Pada semua jenis tanah atau • Rasio kelangsingan yang tinggi
untuk perkuatan kondisi timbunan, bebatuan berpotensi menyebabkan
seismic, perkuatan dan lain lain. tekuk pada tiang jika tahan
fondasi existing dan lateral tanah hilang pada
area kerja yang sempit. kondisi likuifaksi.
Sumber: FHWA NHI-05-042 Design and Construction of Driven Pile Foundation dalam 02-M-BM-2021 Tabel 1.4
Fondasi tiang
Fondasi bor
DIAGRAM PEMILIHAN TIPE FONDASI DALAM (TIANG PANCANG ATAU TIANG BORE)
PRINSIP PERENCANAAN
ABUTMENT JEMBATAN
02-M-BM-2021
02-M-BM-2021
MULAI
Kontrol terhadap
Penentuan jenis fondasi yang Penentuan pengaruh gempa
kapasitas geser
akan digunakan pada abutment
pada abutment
Penentuan kombinasi
Penentuan dimensi abutment pembebanan yang akan Penentuan gaya momen dan
digunakan penulangan pada pilecap
Kontrol stabilitas
abutment
h1 = 0,90 m b1 = 0,35 m
h2 = 2,63 m b2 = 0,55 m
h3 = 0,60 m b3 = 0,60 m
h4 = 2,10 m
h5 = 0,50 m b5 = 1,00 m
h6 = 0,75 m b6 = 3,00 m
b7 = 3,00 m
h7 = 2,50 m b9 = 0,60 m
h8 = 0,55 m
h9 = 0,80 m H= 7,48 m
h10 = 0,60 m B= 7,00
h11 = 1,78 m ha = 2,00 m
hb = 2,98 m
HW = 6,00 m
tW = 0,50 m BW = 4,00 m
2 x Tebal Wings Wall, tw = 1,00 m O 3,00 0,50 0,5 -1 12,975 1,500 -19,463
P 3,00 0,50 0,5 1 12,975 1,500 19,463
Panjang abutmen, L= 17,30 m
Q 3,00 0,75 1 -1 38,925 2,000 -77,850
R 3,00 0,75 1 1 38,925 2,000 77,850
TANAH TIMBUNAN
1 2,60 0,90 1 -1 656,042 2,200 -1443,293
2 2,40 2,63 1 -1 1769,632 2,300 -4070,154
3 2,40 0,60 1 -1 403,718 2,300 -928,552
4 0,60 0,60 0,50 -1 50,465 0,900 -45,418
5 3,00 2,10 1 -1 1766,268 2,000 -3532,536
6 3,00 0,50 0,50 -1 210,270 2,500 -525,675
TOTAL PMS = 5752,097 MMS = -12480,572
Untuk jembatan dengan bentang lebih dari satu, maka perlu dilakukan analisis gempa sesuai dengan metode analisis
yang diuraikan pada Sub bab 6.5.2.1. Pemilihan metode analisis struktur yang digunakan didasarkan pada zona gempa,
jumlah bentang dan kategori keberaturan jembatan seperti yang dirangkum pada Tabel 3.9.
PEMBEBANAN PADA ABUTMENT – GAYA GEMPA, EQ (spektra moda tunggal (Single Mode Elastic))
Bangunan atas arah memanjang
Kuat tekan beton untuk abutmen, fc' = 30,00 MPa
Modulus elastisitas beton, Ec = 4700 * √(fc') = 25742,96 MPa
Tinggi abutmen, habt = h8 + h9 + h10 + h11 = 3730,00 mm
Panjang abutmen, L= 17,30 m
Momen inersia penampang, Ig = 1/12 * L * b53 = 1,44,E+12 m4
Momen inersia penampang efektif, Ie = 0,7 * Ig = 1,01E+12 mm4
Gaya satu satuan, P= 1
Perpindahan struktur akibat beban 1 satuan arah long,
δlong = 1/3 * P * habt3 / (Ec * Ie) + 3 * P *habt / (Ec * L * b5) = 6,91E-07 m/kN
Kekakuan struktur arah memanjang, Klong = 1 / δlong = 1447204 kN/m
Gaya satu satuan beban merata, Po = 1,00 kN/m
Perpindahan statis arah longitudinal, vslong = Po * L / Klong = 0,012 mm
Berat total struktur atas per panjang abutmen, Wtot = (MS + MA) / L = 271,725 kN/m
PEMBEBANAN PADA ABUTMENT – GAYA GEMPA, EQ (spektra moda tunggal (Single Mode Elastic))
Periode fundamental abutmen arah memanjang,
T = 2 * π * √[ γ / (Po * g * α) ] = 0,114 s
Koefisien respon gempa elastis, CsmA1 = 0,792 g
Gaya gempa statik ekivalen, Pelong = ( β * CsmA1 / γ )* Wtot * Vslong = 215,206 kN/m
Faktor modifikasi respon untuk abutmen, R= 1,500
Gaya gempa akibat struktur atas pada abutmen, Hlong = Pelong * L / R = 2482,040 kN
PRINSIP PERENCANAAN
FONDASI JEMBATAN
Dalam analisis struktur, struktur yang ada di dalam tanah, Kecuali pada desain
seperti fondasi, dinding penahan tanah, ataupun struktur penulangan tetap
geoteknik lainnya, ditentukan dengan menggunakan metode menggunakan kondisi batas
ulitimit
ASD (Allowable Stress Design).
𝐾𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚 𝐷
<4
𝐷𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑑
Periksa stabilitas terhadap daya dukung yang didasarkan pada karakteristik tanah
dasar yang diperoleh dari penyelidikan tanah, kemudian dihitung daya dukung izin
3 per kedalaman, dan penurunan yang terjadi,
Menentukan kedalaman dan dimensi fondasinya. Hal ini dilakukan dengan jalan
memilih kedalaman minimum yang memenuhi syarat keamanan terhadap daya
4 dukung tanah yang telah dihitung. Kedalaman minimum harus diperhatikan terhadap
potensi gerusan,
Dengan diperolehnya nilai daya dukung izin, hitung besar penurunan total yang
terjadi, jika penurunannya terlalu besar, nilai daya dukung diizinkan harus dikurangi,
5 jika sampai kedalaman yang dangkal fondasi masih juga tidak memenuhi syarat daya
dukung dan penurunan, dapat digunakan fondasi tiang atau fondasi sumuran.
Periksa stabilitas terhadap daya dukung yang didasarkan pada karakteristik tanah
dasar yang diperoleh dari penyelidikan tanah, kemudian dihitung daya dukung izin
3 per kedalaman, dan penurunan yang terjadi,
faktor keamanan terhadap geser paling sedikit 1,5 untuk kondisi layan dan
paling sedikit 1,1 untuk kondisi gempa
Fondasi Tiang
𝐾𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚 𝐷
≥4
𝐷𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑑
Periksa apakah lendutan lateral tidak menyebabkan keruntuhan dalam struktur tipe
4 monolitik bersatu
Periksa stabilitas keseluruhan untuk fondasi tiang bila kelompok tiang berada pada
5 lereng tinggi dan terjal.
6 Rencanakan tiang dan kepala tiang (pile cap) untuk keawetan dan syarat struktural.
Kapasitas aksial tiang pancang dalam tanah nonkohesif (metode Meyerhof berdasarkan data SPT)
𝑓𝑠 = 2 ∗ 𝑁 ′ ≤ 100 𝑘𝑃𝑎
40𝑁𝐵′ ∗ 𝐷𝐵
𝑞𝑡 = ≤ 400𝑁𝐵′
𝑏
Kapasitas aksial tiang pancang dalam tanah nonkohesif (metode Meyerhof berdasarkan data SPT)
40𝑁𝐵′ − 40𝑁𝑜′ ∗ 𝐷𝐵
𝑞𝑡 = 400𝑁𝑜′ + ≤ 400𝑁𝐵′
𝑏
40𝑁𝐵′ ∗ 𝐷𝐵
𝑞𝑡 = ≤ 400𝑁𝐵′
𝑏
Kapasitas aksial tiang pancang dalam tanah nonkohesif (metode Meyerhof berdasarkan data SPT)
𝑁60 ≤ 50
𝑞𝑡 = 1,2 ∗ 𝑁60 ≤ 60 ∗ 47,88 𝑘𝑃𝑎
0,8
𝑃𝑎
𝑞𝑡 = 0,59 ∗ 𝑁60 ∗ ≤ 100 𝑥 47,88 𝑘𝑃𝑎
𝑝0
𝑓𝑠 = 𝛼 ∗ 𝑐𝑢
𝑐𝑢
𝛼 = 0,55 untuk ≤ 1,5
𝑃𝑎
𝑐𝑢 𝑐𝑢
𝛼 = 0,55 − 0,1 ∗ ( − 1,5) untuk 1,5 < ≤ 2,5
Tahanan gesek rata-rata 𝑃𝑎 𝑃𝑎
𝑞𝑡 = 𝑁𝑐 ∗ 𝑐𝑢 ≤ 80 ∗ 47,88 𝑘𝑃𝑎
Tahanan ujung tiang, qt (kPa)
𝐷
𝑁𝑐 = 6 ∗ 1 + 0,2 ∗ ≤9
𝑏
PRINSIP PERENCANAAN
PILAR JEMBATAN
Tipe Portal
Tipe Dinding
Kesetimbangan Geometri
Kepala pilar
Pilar Kaki pilar Perencanaan pilar tunggal dan portal pendek Analisa lentur dan aksial
Pilar Kaki pilar Perencanaan pilar tunggal dan portal pendek Analisa lentur dan aksial
Pilar Kaki pilar Perencanaan pilar tunggal dan portal pendek Analisa lentur dan aksial
Pilar Kaki pilar Perencanaan pilar tunggal dan portal pendek Analisa lentur dan aksial
Pilar Kaki pilar Perencanaan pilar tunggal dan portal pendek Analisa lentur dan aksial
Pilar Kaki pilar Perencanaan pilar tunggal dan portal pendek Analisa lentur dan aksial
Pilar Kaki pilar Perencanaan pilar tunggal dan portal pendek Analisa geser
Pilar Kaki pilar Perencanaan pilar tunggal dan portal pendek Analisa geser
Pilar Kaki pilar Perencanaan pilar tunggal dan portal langsing Analisa lentur dan aksial
Pilar Kaki pilar Perencanaan pilar tunggal dan portal langsing Analisa lentur dan aksial
Pilar Kaki pilar Perencanaan pilar tunggal dan portal langsing Analisa lentur dan aksial
Pilar Kaki pilar Perencanaan pilar tunggal dan portal langsing Analisa lentur dan aksial
Pilar Kaki pilar Perencanaan pilar tunggal dan portal langsing Analisa geser
Pilar Kaki pilar Perencanaan pilar tunggal dan portal langsing Analisa geser
TERIMA KASIH