Anda di halaman 1dari 268

MEANING OF LIFE

SINOPSIS

Xiao Zhan adalah seorang remaja yang masih duduk di bangku SMA.
Di sekolah dia di kenal sebagai murid yang berisik dan pembuat onar.
Namun di luar hal tersebut, Xiao Zhan memiliki sebuah rahasia.

Sementara murid lainnya yang Bernama Wang Yibo di kenal sebagai pria yang
cerdas dan pendiam dengan wajahnya yang tampan dan terkesan dingin, walau
begitu dia terlihat keren.

Dia adalah salah satu orang yang tidak menyukai Xiao Zhan, tapi di balik semua
itu, dia cukup peduli pada pria bernama Xiao Zhan itu.

Bagaimanakah kisah mereka?


BAGIAN 1

Semua murid-murid SMA Sainta berlari-lari kecil menuju papan pengumuman,


dimana nilai ujian mereka keluar hari ini.

Seorang pria manis dengan mole di bawah bibir tak kalah cepat berlari sambil
menarik seorang temannya.
Mereka menerobos masuk ke dalam kerumunan tanpa peduli dengan umpatan
orang-orang di samping mereka.

"Ehh minggir-minggir.." kata pria tersebut sambil terus menerobos masuk,


sedangkan temannya yang di belakang hanya bisa menggeleng panik.

"Ckckck! Dasar berandalan tidak sopan!"

"Otaknya hanya pas-pasaan saja, tapi benar-benar tidak sopan! Dia pikir
nilainya berapa?"

Tak sedikit umpatan dan makian yang di lontarkan murid-murid lain pada pria
manis tersebut.

Mereka berdiri di bawah papan pengumuman, sambil matanya terus menelusuri


setiap nama di kertas tersebut.

"16.. yosshhhh, setidaknya masuk 20 besar." Teriak pria itu dengan bangga.

Sedangkan teman di sampingnya memijat pelipisnya, "Xiao Zhan... Apa yang


perlu di banggakan dari 20 besar?"
Pria yang bernama Xiao Zhan itu tertawa dengan bangga, "Hahaha, tentu saja
aku lumayan pintar."

"Ckckck, lihat itu.. dia benar-benar tidak tahu Malu."

"Memangnya sejak kapan dia punya malu?"

Kembali orang-orang melontarkan komentar buruk untuknya, sedangkan pria


itu seolah mendengar di telinga kiri dan tembus di telinga kanan.

Dia bahkan sama sekali tidak peduli.

"Minggir!"

Di tengah-tengah rasa bangganya pada nilainya yang berada di urutan 16,


sebuah suara dingin menegurnya, membuat bulu kuduknya sedikit merinding.

Dia menoleh, dan tentu saja dia cukup terkejut saat melihat seseorang yang
berdiri di sampingnya.

"Ya.. ya ampun, ternyata Wang Yibo juga disini.. hahaha, kau mau lihat nilai
juga? Memangnya berapa peringkatmu?"

Xiao Zhan kembali menelusuri kertas yang menempel di dinding itu dan
mencari nama 'Wang Yibo' disana dan seketika matanya melotot seolah ingin
melompat keluar dari tempatnya.

"Ya-Ya hanya peringkat 1, memangnya apa yang perlu di banggakan?" kata


Xiao Zhan dengan gerakan yang membuatnya terlihat sedikit sombong.
"Hah, lihat itu, dia bahkan menyinggung Wang Yibo. Benar-benar tidak tahu
malu."

"Dia pasti pura-pura tidak tahu, Yibo kan memang selalu peringkat 1, sangat
berbeda dengannya!"

"Ya ampun benar-benar deh."

Kembali Xiao Zhan harus mendengar semua umpatan buruk itu. namun seperti
biasa, dia sama sekali tidak peduli.

"Hah, kamu tidak terlalu hebat, memangnya apa yang perlu di banggakan?"
Kata Xiao Zhan sambil mengorek kupingnya.

"Minggir!" Titah Wang Yibo sekali lagi.

Xiao Zhan yang tadinya menatap lembaran kertas nilai itu kini beralih menatap
Yibo dengan ekspresi yang tak bersahabat.

"Hah? Minggir apanya? Memangnya kau tidak bisa melihat namamu besar-
besar diatas sana?" Teriak Xiao Zhan kesal.

Yibo menghela nafas panjang, seolah sedang berkata pada dirinya sendiri untuk
sabar.

"Kau menginjak kakiku bodoh!"

"Eh?" Xiao Zhan langsung melihat ke bawah dan seketika ia melompat


menjauh, "Astaga hahaha.. Ya ampun, aku sama sekali tidak sengaja."
"Minta maaf." Titah Wang Yibo dengan suara dinginnya.

"Eh.." Xiao Zhan merasa tidak nyaman, dia melihat ke sekelilingnya dan semua
mata benar-benar menatap horor ke arahnya.

"Ya ampun.. dasar menyebalkan.." dia mengumpat singkat sambil menggaruk


kepalanya yang tidak gatal, "Aku minta maaf.." katanya pada akhirnya.

Zhou Cheng, sahabat Xiao Zhan yang sedari tadi berdiri di samping pria itu
hanya bisa menghela nafas panjang.

Di sekolah ini Wang Yibo di kenal sebagai murid teladan yang pintar. Dia
cerdas dan selalu mendapat nilai sempurna.
Namun dia orang yang dingin dan sulit di jangkau.

Sedangkan Xiao Zhan kebalikannya. Dia tampak ceria dan selalu tertawa,
namun juga dia selalu membuat onar, membuat semua guru mengenalnya bukan
karena prestasinya, melainkan karena kenakalannya.

Mereka semua berada di kelas 3 yang merupakan kelas akhir untuk masa SMA
mereka.

Setelah selesai melihat nilai, mereka semua kembali ke kelas mereka masing-
masing.

Xiao Zhan duduk tepat di belakang Wang Yibo.


Sebenarnya dia malas mengakuinya, tapi dia sedikit suka menjahili Wang Yibo.

"Zhan, ayo ke kantin." Ajak Zhou Cheng yang baru saja selesai menyelesaikan
tugasnya.
Xiao Zhan membaringkan kepalanya diatas meja, kemudian mengambil
ponselnya, "Malas.. aku mau main game.." jawabnya.

"Hah, memangnya sejak tadi kau ngapain? Waktu pelajaran juga kamu bermain
game kan?" tanya Zhou Cheng.

"Ya itu berbeda, tadi kan ada guru, jadi tidak bebas, sekarang baru bebas hhha.."

Jawaban tanpa bebannya itu membuat orang yang duduk didepannya seolah
kebakaran. Rasanya dia ingin mengumpat dan memaki.

Wang Yibo sama sekali tidak suka dengan orang-orang yang mengabaikan
pelajaran, apalagi tidak menghargai guru yang sedang mengajar.

"Memangnya kamu tidak lapar? Ayo ke kantin." Ajak Zhou Cheng memaksa.

"Tidak, aku mau main game."

"Kamu kan bisa main game sambil makan."

"Tidak aku tidak ada napsu makan hari ini."

"Ayolah, kamu cukup temani aku saja kesana."

"Tidak, aku..."

BRAKKKK!!!
Sebuah pukulan keras terdengar dari arah depan mereka, membuat Zhan dan
Zhou Cheng terkejut.

Keduanya menoleh dengan hati-hati, dan lagi-lagi mereka di kejutkan dengan


tatapan tajam dari Wang Yibo seolah ingin membunuh mereka.

"Berisik! Dasar tidak tahu malu!" Umpat Yibo dengan kesal.

"Hah? Hahahaha." Bukannya takut, Xiao Zhan malah semakin mengejeknya,


"kau merasa terganggu ya? Kalau begitu pindah tempat duduk saja.."

Zhou Cheng ikut tertawa, sedangkan Wang Yibo berdiri, dia menatap Xiao
Zhan dengan tajam.

"Suara tawamu sangat berisik! Kamu tidak sadar kalau tingkahmu membuat
banyak orang tidak nyaman?"

Mendengar perkataan Yibo, Xiao Zhan terdiam sesaat, kemudian dia kembali
tertawa.

"Pfftttt... haha, ini pertama kalinya kamu banyak bicara denganku, apa ini
artinya kamu mau jadi temanku?"

Pertanyaan Xiao Zhan seketika mengundang banyak perhatian. Semua murid


yang berada di dalam kelas langsung menatap horor ke arahnya.

Sedangkan Wang Yibo menyibakan rambutnya, membuatnya terlihat semakin


tampan.

"Kita bahkan tidak selevel.." jawaban Yibo sukses membuat semua orang
tertawa.
Sedangkan Xiao Zhan mempoutkan bibirnya kesal.

"Ckckck, dasar tukang narsis.." umpat Zhan yang tidak di pedulikan oleh Yibo.

Pria Wang itu mengambil bukunya, kemudian berjalan keluar, karena suasana
kelas yang berisik sangat menganggu konsentrasi belajarnya.

"Kenapa dia belajar begitu keras? Harusnya dia sedikit bermain-main juga."
kata Xiao zhan yang masih merasa kesal dengan sikap Yibo.

"Ya, dia kan mau masuk universitas S, jadi harus belajar agar bisa dapat nilai
sempurna." Jawab Zhou Cheng.

"Hah? Ckck, dia kan anak orang kaya, masuk universitas S harusnya bukan hal
yang sulit untuknya."

"Yibo itu ingin masuk universitas dengan usahanya sendiri. Dia tidak seperti
seseorang yang hanya tau membuat onar." Sambung salah satu orang di dalam
kelas tersebut.

Xiao Zhan tentu saja langsung merasa. Dia berbalik, menatap orang tersebut
dengan malas.

"Hah, Ayo ke atap saja, disini tidak asik." Xiao Zhan berdiri, kemudian
mengambil buku kecilnya, di genggam bersamaan dengan ponselnya, kemudian
berjalan keluar dari kelas.

Sedangkan Zhou Cheng menatapnya dengan tatapan sayu, seolah dia akan mati
sebentar lagi.
"Aku... Sangat lapar.." dia mengeluh dengan suara dingin.

Meskipun lapar, tapi dia malas berjalan ke kantin sendirian, dan mau tidak mau
dia harus mengikuti Xiao Zhan.

Sedangkan di taman, Wang Yibo duduk dengan serius sambil membaca


bukunya.

"Apa Xiao Zhan menganggu mu lagi?" Tanya seseorang yang baru saja datang
dan duduk di bawah rerumputan.

Wang Yibo menatap orang itu sekilas dan menghela nafas panjang.

"Dia sangat berisik." jawab Yibo dingin.

"Haha.. dia tidak berubah sama sekali ya.. sejak kelas 1, dia memang orang
yang aktif.."

"Bukan aktif, tapi berisik dan bodoh." Sanggah yibo.

Pria itu tertawa kecil. Benar-benar menyenangkan saat melihat Yibo yang
sedang kesal, dan orang yang berhasil membuatnya kesal hanyalah Xiao Zhan.

"Kenapa kamu tidak mencoba untuk berteman dengannya? Bagaimana pun dia
orang yang ceria, siapa tau sifat dinginmu itu bisa sedikit berubah saat
bersamanya."

Yibo langsung menghentikan acara membaca bukunya. Dia langsung melototi


orang di depannya itu dengan tak suka.
"Tidak tertarik! Aku bisa bodoh kalau bergaul dengannya."

BAGIAN 2

Jam pelajaran ke-3 adalah olahraga bagi anak-anak kelas 12-A dan hal ini
membuat sebagian orang merasa malas, sedangkan sebagiannya lagi merasa
senang karena bisa beristirahat dari pelajaran-pelajaran yang menyakitkan otak
mereka.

Beberapa murid lainnya sudah lebih dulu menghamburkan diri keluar dari kelas,
sedangkan beberapa lainnya masih berganti pakaian.

Xiao Zhan keluar dengan pakaian olahraganya, dan tak sengaja ia berpapasan
dengan Wang Yibo.

Yibo menatapnya dengan pandangan tak senang.

"Kenapa kamu memakai baju lengan panjang? Semua orang menggunakan baju
olahraga yang berlengan pendek, memangnya kau itu perempuan?" Tanya Yibo
dengan nada tak suka karena selama ini Xiao Zhan selalu mengenakan baju
olahraga berlengan panjang yang harusnya baju itu di sediakan untuk
perempuan.

Xiao Zhan menatap Yibo sambil menyeringai nakal, "memangnya kau tidak
lihat kalau di luar sana itu panas? Kulitku ini sangat sensitif, jadi aku harus
menutupinya sebaik mungkin."
Mendengar jawaban Xiao Zhan membuat Wang Yibo semakin kesal, "ckck,
dasar anak mami!" Setelah mengatakan hal itu, Yibo berlalu pergi.

Setelah kepergian Yibo, Zhou Cheng datang menghampiri Xiao Zhan.

"Dia jadi banyak bicara denganmu akhir-akhir ini ya." kata Zhou Cheng yang di
angguki oleh Xiao Zhan.

"Apa dia ingin berteman dengan ku? Ya, mungkin saja dia menyadari kalau aku
ini orang yang menyenangkan." Kata Xiao Zhan dengan sedikit sombong.

Zhou Cheng hanya menggelengkan kepalanya, kemudian keduanya berlari-lari


kecil ke arah lapangan.

Xiao Zhan tidak melakukan apa-apa, dia hanya duduk sambil menonton orang-
orang bermain basket.

Para wanita berteriak, bersorak memanggil nama Wang Yibo, sedangkan Xiao
Zhan terkadang asik bermain dengan ponselnya.

Setelah permainan basket, kini mereka beralih bermain voli ball.

Wang Yibo, Zhou Cheng, dan yang lainnya asik bermain, sedangkan Xiao Zhan
tetap asik sendiri dengan ponselnya.

Ini bukan karena dia kecanduan bermain dengan ponsel, tapi karena dia
memang tidak berniat berolahraga di tengah teriknya matahari saat ini.

"Yibo tangkap.." seseorang melempar bola ke arah Yibo dan lelaki itu berupaya
untuk menangkapnya.
Namun karena lemparan bola yang cukup kuat, Yibo lengah, hingga bola itu
melayang melewatinya.

"Xiao Zhan Awas....." Teriak Zhou Cheng yang melihat bola tersebut mengarah
ke arah Xiao Zhan.

Deeggg..

Xiao Zhan terkejut.. matanya melebar dan tubuhnya seolah kaku. Dia tak bisa
bergerak, saking kebingungannya harus kemana dia berpindah.

Saat bola benar-benar tepat di depan matanya, sebuah tangan dengan sekuat
tenaga menangkap bola tersebut.

Xiao Zhan lagi-lagi terkejut, dia berusaha menahan nafasnya karena terasa
begitu sesak.

"Hei, sadarlah! Kalau tidak mau ikut olahraga, kembali saja ke kelas!
Merepotkan saja!"

Suara yang samar-samar itu masih bisa terdengar olehnya, namun rasa takut,
serta tubuhnya yang masih membeku membuatnya tak dapat berpikir dengan
benar.

Pandangannya kabur, dia tidak tahu siapa yang sedang berdiri di depannya saat
ini.

"Hei.. apa kau dengar??"


"Hei, hei.."

Suara itu semakin lama semakin samar, hingga Xiao Zhan kehilangan
kesadarannya.

"Hei.. ada apa denganmu?" Yibo tampak sedikit panik, sedangkan semua orang
mulai berlari datang mengerumuninya.

"Dia pingsan? Apa-apaan dia? Padahal tidak terkena bolanya, tapi bisa-bisanya
dia pingsan!" Bisik salah seorang gadis dengan nyinyirannya.

"Dia mungkin saja hanya berpura-pura." Sambung salah satunya.

Zhou Cheng mendekat, tangannya hendak meraih Xiao Zhan, berniat untuk
membawanya ke UKS, namun tangannya di cekal oleh Yibo.

"Aku saja." Kata Yibo dengan suara dinginnya.

Zhou Cheng sedikit ragu, namun dia dapat melihat kesungguhan dari mata pria
Wang itu.

Yibo mendekat, lalu menggendong tubuh yang terasa ringan itu, bahkan dia
sendiri pun sedikit kebingungan. Mengapa tubuh seorang pria begitu ringan?

Para gadis membekap mulut mereka, seolah tak percaya dengan apa yang
mereka lihat saat ini.

Yibo yang tidak pernah peduli pada siapapun, bahkan Minggu lalu, seorang
gadis pingsan di depannya dan dia sama sekali tidak menyentuh ataupun
menolong gadis itu, tapi kenapa dia menawarkan diri untuk membantu Xiao
Zhan?
Xiao Zhan si pembuat onar yang selalu menganggu ketenangan Yibo, kenapa
Yibo harus membantunya?

Banyak gadis merasa tidak terima dan berpikir kalau Xiao Zhan hanya berpura-
pura pingsan saat ini.

Sedangkan ketua tim olahraga saat ini memanggil mereka untuk kembali
melakukan permainan yang sempat tertinggal, karena Hari ini guru olahraga
mereka tidak mendampingi mereka secara langsung.

Yibo dengan terburu-buru membawa Xiao Zhan ke UKS. Dia membaringkan


pria itu diatas kasus dengan hati-hati.

Seorang dokter wanita datang dan memeriksanya.

"Dok, bagaimana, apa dia benar-benar pingsang?" tanya Yibo.

Dokter seketika menatap Yibo untuk beberapa saat, kemudian dia menghela
nafas.

"Kamu membawanya kesini tanpa tahu dia benar-benar pingsan atau sedang
berpura-pura?" Dokter balik bertanya.

Yibo mengangguk, "Ya.. dia biasanya suka membuat onar, jadi.. bisa saja dia
hanya sedang jahil kan?"

Yibo memang berkata seolah dia tidak menyukai Xiao Zhan, tapi siapapun bisa
tahu saat melihat kekahwatiran yang terpancar jelas di matanya.
Dokter menghela nafas sebentar, kemudian dia memegang tangan Xiao Zhan
untuk memeriksa denyut nadinya.

"Dia benar-benar pingsan.. apa, terjadi sesuatu sebelum ini?"

Yibo menggeleng cepat, "Ti-tidak.. bola hampir mengenainya dan dia tiba-tiba
pingsan."

"Oh, begitu ya.. mungkin saja dia sedikit kelelahan." kata dokter tersebut sambil
kembali ke tempat duduknya.

Kelelahan? Dia bahkan tidak melakukan apa-apa sejak tadi.- komentar Yibo
dalam hatinya.

"Biarkan dia berisitirahat sebentar, dia akan sadar sebentar lagi. Dan, kamu bisa
kembali ke kelas." kata dokter tersebut.

"Ah," Yibo mengambil tempat duduk di samping ranjang Xiao Zhan, "Aku
Akan disini sampai dia sadar.. i-ini bukan karena aku khawatir, aku hanya
sedang melaksanakan tanggung jawabku, karena ini salahku melepaskan
bolanya."

Dokter hanya menatapnya, kemudian berdiri dari duduknya, "Ya sudah..


terserah kamu saja."

Setelah itu dokter melangkah pergi untuk mengambil beberapa obat yang telah
ia pesan.

Zhou Cheng masih tampak tidak tenang. Dia hanya berharap semoga Xiao Zhan
baik-baik saja.
Walaupun pria manis itu orang yang ceroboh, tapi dia adalah orang yang baik
dan Zhou Cheng tidak ingin sesuatu terjadi padanya.

Yibo menatap wajah Xiao Zhan dengan serius, entah sudah berapa kali, pria
Wang Itu menghela nafas panjang.

"Padahal dia selalu tertawa, tapi ternyata dia penakut juga ya. Hanya sebuah
bola, bahkan bola itu belum mengenainya, tapi dan sendiri sudah pingsan
duluan. Benar-benar payah." kata Wang Yibo mengejek, namun sebenarnya dia
hanya sedang menguatkan dirinya agar tidak terlihat terang-terangan kalau dia
sedang khawatir.

Bahkan dia sendiri menolak mengakui rasa khawatirnya.

Beberapa saat kemudian, Xiao Zhan mengerjakan matanya beberapa kali, dia
membuka matanya dan melihat langit-langit yang cukup asing baginya.

"Eh.. ini, dimana?" Dia bergumam dengan suara yang parau.

"UKS." Jawab seseorang disana.

Xiao Zhan segera menoleh ke samping, di lihatnya Wang Yibo yang sedang
berdiri bersandar di dekat jendela.

"Eh? Yibo? Apa yang kamu lakukan disini? Ah, apa kamu yang membawaku
kesini?" tanya Zhan sambil berusaha untuk bangun dan duduk.

Yibo datang mendekat, dia menatap Xiao Zhan sekilas kemudian berbalik,
"Ckckc, merepotkan!"

Setelah mengatakan hal itu, Yibo berlalu pergi.


"Eh? Sudah pergi? Ya ampun, dasar orang yang dingin."

Xiao Zhan kemudian melihat keluar jendela. Dimana matahari yang panas
bersinar di luar sana.

Tatapannya tampak sayu, seolah menatap jauh ke suatu tempat, yang bahkan dia
sendiri tak dapat menjangkaunya.

"Entahlah.." dia bergumam pelan.. gumanan yang bahkan dia sendiri tak tahu
apa artinya.

BAGIAN 3

Pulang sekolah tiba, Xiao Zhan keluar di luar terlebih dahulu, kemudian dia
berlari-lari kecil, menghadang Wang Yibo yang juga sedang berjalan keluar dari
gedung sekolah.

"Apa?" Tanya Yibo dengan ekspresi dinginnya.

Xiao Zhan tersenyum kecil, "Terimakasih."


Ucapan terimakasihnya sukses membuat Wang Yibo terdiam untuk beberapa
saat.

Xiao Zhan tidak pernah serius sebelumnya, dan saat ini.. rasanya jadi benar-
benar canggung.

"Ya, tidak masalah." Jawab Yibo.

"Nanti kapan-kapan aku traktir ya.. kalau begitu, aku duluan." Kemudian Xiao
Zhan berlari pergi, meninggalkan Yibo yang masih tak mampu mencerna apa
yang di maksud Xiao Zhan tentang traktiran.

"Huh! Aku akan menolaknya."

Suasana di kediaman Wang tampak damai. Nyonya Wang menyiapkan


beberapa hidangan, sedangkan tuan Wang dan Yibo menonton acara tv.

"Bagaimana sekolahmu hari ini?" Tanya Tuan Wang pada sang anak.

"Ya, biasa saja." jawab Yibo seadanya.

"Jangan terlalu memaksakan diri. Sekali-kali bermainlah dengan teman-


temanmu."

Yibo tampak serius memperhatikan acara TV, namun dia masih bisa mendengar
dengan baik apa yang di katakan ayahnya.
"Woii, sekali sekali bermainlah dengan kami.. dasar manusia Es!"

Serpihan ingatan yang berteriak di dalam kepalanya itu membuatnya kembali


teringat, saat mereka masih duduk di bangku kelas 2, Xiao Zhan memang
terkadang mengajaknya bermain bersama, namun Yibo selalu mengabaikannya,
karena menurutnya, waktu belajarnya lebih penting daripada bermain.

"Ya, akan ku lakukan." Jawab Yibo yang hanya berniat untuk menyenangkan
ayahnya.

Tuan Wang tersenyum manis, sambil menunggu istrinya memanggil mereka


untuk makan malam.

Anak-anak sekolah kembali beraktivitas seperti biasa.


Xiao Zhan dengan tingkah jahilnya lagi-lagi menyimpan sesuatu di atas kursi
tempat duduk Wang Yibo.

Saat dia sedang asyik menjalankan misinya, tidak ia sadari bahwa seseorang
telah berdiri di belakangnya.

Xiao Zhan menyimpan beberapa kecoak diatas tempat duduk Yibo, kemudian
dia tertawa dengan suara besar.

"Hahaha, dia pasti akan melompat ketakutan dan menangis, hahaha.. aku sudah
tidak sabar membayangkannya."

Xiao Zhan mengibas bajunya sambil berbalik, ia bergumam, "Kira-kira kapan


dia akan data---- eh?"
Seperti di sambar petir di siang bolong, Xiao Zhan berdiri mematung di
tempatnya dengan raut wajah yang sedikit pucat.

Wang Yibo berdiri tepat di depannya, dengan ekspresi yang dingin dan tampak
menakutkan.

"Ambil itu." Perintah Yibo dengan suara dinginnya.

"Eh? Ap-apa?" Xiao Zhan masih berpura-pura bertanya, seolah dia tak tahu apa-
apa.

"Teman bermainmu yang kamu letakkan disitu, ambil itu dan bermain
dengannya."

"Ah- ahaha.. kamu salah paham Bo, ini bukan...."

Xiao Zhan terkejut saat tubuh Wang Yibo di condongkan kedepan, seolah
memeluknya.

Entah dengan alasan apa, untuk sesaat dia tersipu, dadanya berdebar cepat dan
dia sedikit menahan nafasnya.

"Nah, silahkan bawa temanmu pergi." Kata Yibo yang kemudian menyadarkan
Xiao Zhan dari pikirannya yang melayang jauh.

"Eh?" Zhan sedikit merasa tidak nyaman saat sesuatu seperti bergerak diatas
kepalanya.
Dia mencoba melihat keatas, namun matanya tak sanggup menjangkau
rambutnya. Zhan mengulurkan tangannya untuk memastikan sendiri apa yang
ada diatas saat ini dan....

"Arkhhhhhh.... WANG YIBO SIALAN!!!" Dia berteriak dengan seluruh badan


yang gemetar, teriakannya tentu menarik perhatian banyak orang.

"Ku-kurang ajar.. beraninya kau.."

Wang Yibo memiringkan kepalanya bingung, "kenapa? Apa kesalahan ku?


Kecoak itu bukannya milik mu?" tanya Yibo dengan santainya.

"Ka-kau... Kau!!!!"

"Pfftttt, hahaha.. senjata makan tuan.."

"Tidak tau dari mana dia mengambil kecoak itu. Yibo hanya mengembalikannya
padanya, tapi dia malah mengamuk.."

"Hahaha, rasakan itu. Lihat, dia bahkan mau menangis."

Xiao Zhan mengepal erat tangannya. Dia menatap Yibo dengan tajam, walau
wajahnya terlihat imut, apalagi dengan cairan bening yang tergenang dalam
matanya.

"Awas ya! Aku akan membalasmu berkali-kali lipat!" Umpat Xiao Zhan sambil
menunjuk Wang Yibo, kemudian dia berlalu pergi sambil menabrak dada pria
Wang itu.

Wang Yibo tanpa sadar menunjukkan senyum kecilnya. Untung saja orang-
orang tidak melihat, jika tidak mereka pasti akan mati karena terpesona.
Xiao Zhan duduk di bangku taman dengan tubuh yang masih sedikit gemetar,
membayangkan kecoak berada diatas kepalanya membuatnya merinding.

Zhou Cheng datang menemuinya. Pria itu tersenyum kecil.

"Lagipula, apa yang kamu pikirkan?" tanya Zhou Cheng sambil duduk di
samping pria manis itu.

"Aku hanya ingin mengganggunya. Hidupnya itu terlalu serius." Jawab Xiao
Zhan.

"Jadi, kamu masih ingin berteman dengannya?"

Xiao Zhan tertawa kecil, sambil menyandarkan dirinya di bangku taman.

"Haha, memangnya siapa yang mau betul-betul berteman dengannya? Aku itu
hanya mau menganggunya, soalnya ekspresinya sangat lucu saat marah
hahahaha.."

Zhou Cheng yang melihat Xiao Zhan tertawa bebas hanya bisa menggelengkan
kepalanya. Ya, tidak heran.. dia memang Xiao Zhan yang suka melakukan
banyak hal demi kesenangannya.

Sedangkan Yibo yang berdiri tak jauh dari sana mendengar semua percakapan
mereka.

Dia menggelengkan kepalanya dengan senyum kecilnya, "Dasar.. dia benar-


benar tidak berperasaan." Kemudian pria Wang itu berlalu pergi.
Pelajaran kembali di mulai, dan Xiao Zhan benar-benar sangat malas.
Dia ingin bermain game, tapi guru yang satu ini benar-benar sangat kejam.

Pria manis itu menghela nafas berkali-kali, sampai namanya di panggil oleh
sang guru.

"Xiao Zhan, jawab pertanyaan nomor 3!" Teriak sang guru karena ia melihat
Xiao Zhan tidak memperhatikan pelajarannya sejak tadi.

"Eh? Hah? Kenapa aku harus menjawabnya?" Bukannya menjawab, pria itu
malah balik bertanya.

"Sekarang kamu mau melawan guru hah?" Tanya pak guru tersebut dengan
sedikit membentak.

Xiao Zhan menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sedangkan Zhou Cheng yang
duduk tak jauh darinya terus memberi kode untuk menjawab, jangan
memprovokasi pak guru tersebut karena dia benar-benar guru yang killer.

"Jawab sekarang!" Titah guru tersebut sekali lagi.

"Saya tidak tahu!" Jawab Xiao Zhan dengan masa bodoh.

"Kamu!!!" Saat guru hendak memarahinya lagi, Yibo mengangkat tangannya,


membuat semua perhatian beralih padanya.
"Iya Yibo, ada apa?" Guru yang tadinya marah-marah seketika berbicara dengan
lembut, dan hal itu membuat Xiao Zhan memutar bola matanya malas.

"Kita tidak membutuhkan orang bodoh untuk belajar di kelas ini. Kalau tidak
memperhatikan pelajaran, usir saja keluar dari kelas." Pernyataan Yibo
membuat Xiao Zhan seketika langsung melototinya.

"Hah?!!" Zhan memekik tak percaya. Tadinya dia pikir Yibo akan
membantunya menjawab, tapi ternyata malah semakin membuat suasana kelas
memburuk.

Xiao Zhan tersenyum miring dengan ekspresi kesalnya.

"Dasar brengsek! Aku benar-benar membenci orang sepertimu." Bisik Xiao


Zhan yang tentunya di dengar oleh Wang Yibo.

"Benar kata kamu. Xiao Zhan, sekarang keluar dan berdiri di luar sampai
pelajaran ini selesai!" Perintah pak guru.

Karena tidak mau berdebat lagi, Xiao Zhan akhirnya hanya menyetujuinya.

"Baik pak.." kemudian dia keluar di luar dan berdiri disana hingga jam pelajaran
selesai.

Jam pelajaran ketiga harusnya sudah di mulai sekarang, namun Xiao Zhan harus
menghadap wali kelas karena di panggil.

Zhan berdiri di depan wali kelas dengan ekspresi suram.. memang dia yang di
panggil, tapi kenapa Yibo juga disini?

"Baik, karena kalian berdua sudah disini, bapak ingin bicara." Kata Wali kelas.
"Jadi, Xiao Zhan.. banyak guru yang mengeluh tentang nilaimu. Bagaimana
kamu belajar di rumah hah? Apa orang tuamu tidak pernah bertanya tentang
nilaimu? Lihatlah, semua nilaimu sangat buruk." Tutur wali kelas sedikit
memarahi pria manis itu.

"Maaf pak." Jawab Zhan sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Ya ampun.. dari semua nilai ini, mata pelajaran bahasa Inggris mu yang paling
buruk. Kamu tidak bisa lulus dengan nilai seburuk ini dan juga tidak bisa masuk
ke universitas manapun jadi..."

"Saya tidak kuliah!" kata Zhan memotong pembicaraan Wali kelasnya,


membuat Yibo dan Wali kelas menatapnya sedikit terkejut.

"Eh? Kenapa tidak kuliah? Kamu tidak bisa hidup hanya dengan ijasah SMA."

"Itu urusan hidup saya. Bapak tidak usah ikut campur." Tukas Zhan. Raut
wajahnya berubah menjadi sedikit serius.

Wali kelas memijit pelipisnya sebentar, kemudian kembali berkata, "Ya tidak
apa-apa kalau kamu tidak lanjut ke universitas, tapi kamu tetap harus
mendapatkan nilai setidaknya mendekati sempurna karena kita tidak bisa
membiarkan seseorang lulus disini dengan nilai yang buruk, hal ini bisa
mencoreng nama baik lembaga kita."

"Oleh karena itu, bapak sudah menyiapkan guru privat yang cocok untukmu."

Wang Yibo dan Xiao Zhan seketika terkejut. Walaupun pak guru masih belum
memberitahu kelanjutannya, tapi firasat keduanya sangatlah kuat.
"Aku menolak/aku menolak."

Zhan dan Yibo berseru bersamaan, menolak suruhan yang diberikan oleh pak
guru.

"Sayangnya.. kalian tidak bisa menolak.."

Yibo di ancam dengan melaporkan pada orang tuanya bahwa dia menolak
membantu temannya, sedangan Xiao Zhan di ancam bahwa dia tidak akan di
luluskan.

"Sial!" Pria manis itu mengumpat saat mereka keluar dari ruang wali kelas.

Keduanya saling menatap satu sama lain, kemudian saling membuang muka,
seolah sedang bermusuhan.

BAGIAN 4

Xiao Zhan duduk di atap sekolah dengan perasaan gusar tak pasti.

"Jadi, Yibo akan menjadi guru privatmu?" tanya Zhou Cheng yang sedang
duduk di samping Xiao Zhan dengan sebuah roti di tangannya.

Xiao Zhan menghela nafas panjang, kemudian ia mengangguk.

"Bagaimana menurutmu? Keterlaluan bukan?"

Zhou Cheng berpikir sekilas, kemudian ia menjawab, "Tapi bukannya ini hal
bagus? Kamu juga ingin berteman dengannya kan?"
Mendengar perkataan tersebut, Xiao Zhan melirik Zhou Cheng dengan malas,
"Kamu tahu bagaimana cara belajar Yibo?" tanya Xiao Zhan.

Zhou Cheng mengangguk, "Tentu saja sangat serius... Ehhh?" Seolah baru saja
tersadar, Zhou Cheng membekap mulutnya.

"Ya ampun... Kamu pasti kesulitan..." Ujarnya kembali dengan bisikan kecil.

Xiao Zhan kembali meliriknya dengan sedikit tak senang, "hah sial!
Kebebasanku akan tersita."

"Jadi, kamu akan menjadi guru privatnya Xiao Zhan?" Tanya seorang pria yang
duduk di samping Yibo.

Yibo mengangguk dengan malas, "benar-benar menyebalkan!"

Pria itu tertawa kecil, "Pfftt.. Tapi, bukannya ini bagus? Kamu bisa berteman
dengannya kan?"

Yibo menutup bukunya dengan sedikit kasar, kemudian menatap temannya


dengan sedikit serius.

"Yubin, kamu juga tahu sendiri kan? Aku tidak suka dia. Selain berisik, dia juga
orang yang paling malas dalam belajar."

Ya, nama pria itu adalah Paul Yubin, dia satu-satunya sahabat dari Wang Yibo.
Yubin tertawa kecil, kemudian pria itu berdiri.

"Hah, semangat ya.. aku harap, kalian berdua bisa sedikit akur." Kemudian
Yubin berlalu pergi dari sana.

Jam pelajaran berikutnya telah di mulai, anak-anak mulai kembali serius


melihat buku pelajaran mereka, namun, Xiao Zhan dan Zhou Cheng belum juga
kembali.

Wang Yibo melirik ke belakang, melihat bangku yang masih kosong.

"Cih, dia benar-benar tidak bisa di tolong." Yibo berguman lirih, kemudian ia
kembali berfokus pada penjelasan guru.

Sedangkan di atap sekolah, Xiao Zhan berbaring dengan santai, sedangkan


Zhou Cheng membaca buku di tangannya dengan perasaan yang sedikit gelisah.

"Hei, apa tidak apa-apa tidak masuk kelas? Sejujurnya aku sedikit takut." kata
Zhou Cheng.

"Santai saja. Sekali-sekali bolos kan tidak masalah." Jawab Zhan dengan santai.

Zhou Cheng menghela nafas, mencoba untuk setuju dengan perkataan Xiao
Zhan.
Lagipula dia juga merasa lelah karena terus belajar.
"Oh ya Zhan, katanya kamu kan tidak kuliah, memangnya kamu punya rencana
masa depan seperti apa?"

Mendengar pertanyaan Zhou Cheng, Xiao Zhan terdiam untuk sesaat.


Dia menatap lurus ke langit. Dimana awan-awan putih terlihat jelas disana.

"Hm, entalah.. mungkin aku akan bekerja paruh waktu?" Jawab Zhan.

"Kenapa? Kamu kan bukan anak orang miskin. Ayahmu punya perusahaan
sendiri, kenapa kamu memilih jalan hidup yang sulit?" Kembali Zhou Cheng
bertanya dengan rasa penasarannya.

Xiao Zhan tertawa kecil, kemudian dia menjawab, "Aku tidak mau hidupku di
atur.. ya, lagipula papaku memberiku kebebasan, jadi aku bisa memilih mau
hidup seperti apa."

Zhou Cheng menghela nafas panjang, "Enaknya.. aku sedikit iri denganmu..
orang tuaku selalu memaksaku untuk melakukan ini dan itu, bahkan di rumah
pun aku harus belajar. Sungguh membosankan." kata Zhou Cheng yang
mengeluh tentang nasibnya.

"Pfftt.. hahahah.." Xiao Zhan tertawa dengan suara yang kencang, "Ya ampun..
benar-benar kehidupan yang sulit. Ya bagaimanapun, tetap semangat ya.
Hahah.."

Zhou Cheng jelas tahu bahwa Xiao Zhan mengejeknya, tapi dia tidak ingin
mengambil pusing. Toh, Xiao Zhan memang suka blak-blakkan seperti
sekarang.
Di bandara internasional Beijing, seorang gadis cantik berdiri dengan sebuah
koper di tangannya.

Dia menghela nafas panjang sambil berseru ria, "Akhirnya... Aku sudah tidak
sabar ingin bertemu Yibo."

•••

Keesokan harinya, sekolah di hebohkan dengan kedatangan murid baru.

Semua orang berbisik-bisik tak percaya.

"Memangnya sekarang masih bisa menerima murid pindahan?"

"Entalah.. kita kan sudah kelas 3 sekarang, murid baru harusnya tidak boleh di
terima lagi."

"Syuttt.. mungkin saja orangtuanya punya pengaruh besar."

Begitulah murid-murid disana saling berbisik-bisik.

Murid pindahan tersebut masuk ke kelas 12-B.


Dia berdiri di depan kelas dan mulai berkenalan.
Tidak sedikit murid yang terpesona dengan kecantikannya.

"Hai semuanya, nama saya Shen Lili, salam kenal semuanya.."

"Sa-salam kenal..." Sorak para pria bersamaan, sedangkan gadis itu tersipu
malu.
"Baiklah Lili, silahkan duduk di bangku kosong di belakang Yubin." kata pak
guru.

Lili mengangguk mengerti, kemudian dia berjalan ke arah tempat duduk yang di
maksud.

Banyak kata pujian yang di lontarkan anak-anak di kelas untuknya, dan hal
tersebut tentu membuatnya sangat bangga.

"Yubin." Lili memanggil Yubin yang duduk di depannya, membuat Yubin


sedikit malas untuk menyahut.

"Apa?" Tanya Yubin sedikit dingin.

"Yibo di kelas mana? Aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengannya."

"Kelas A." Jawab Yubin seadanya, "Kenapa tiba-tiba pindah kesini?" tanya
yubin.

"Eh? Oh.. hm, Ya, hanya ingin." Jawab gadis tersebut.

Yubin tidak lagi bertanya. Dia sedikit tak suka dengan Lili.
Mereka sudah saling mengenal sejak di bangku SD, hanya saja dia sedikit tidak
meyukai gadis itu.

Jam istrirahat telah tiba.


Yibo berdiri di depan Xiao Zhan dengan wajah yang serius.
"Ikut aku." Titahnya dengan suara dinginnya, seolah di perintah dan tak bisa
menolak, Xiao zhan berdiri dengan patuh.

"Kemana?" tanya pria manis itu saat mereka berjalan pergi.

Yibo tidak menjawab, dia hanya berjalan dengan langkah yang sedikit cepat.

Saat mereka pergi, Lili datang ke kelas mereka, mengundang semua perhatian
tertuju padanya.

"Jadi dia murid barunya? Cantiknya.."

"Woah, dia benar-benar cantik."

Kembali kata-kata pujian di lontarkan untuk gadis tersebut, membuatnya


semakin melayang tinggi di udara.

"Anu.. permisi... Apa ini kelasnya Wang Yibo?" tanya gadis tersebut dengan
nada suara yang lembut, membuat pria dan wanita disana tersipu.

"Ah.. Yibo ya? Dia baru saja keluar dengan Zhanzhan." Jawab zhou Cheng dari
belakang.

Wajah Lili yang tadinya ceria, kini sedikit berubah menjadi murung, "Siapa
Zhanzhan?"

"Ah, si brisik di kelas ini." Jawab salah seorang murid.

"Aku benar-benar tidak menyukainya. Dia selalu mengganggu Yibo dan sangat
keterlaluan." Sambung salah satu murid disana.
Sedangkan zhou Cheng di belakang hanya menggelengkan kepalanya.

Ya ampun, Zhanzhan benar-benar banyak musuh.

"Oh ya, memangnya.. kamu kenal Yibo?" Tanya salah seorang murid saat
suasana hening.

Lili mengangguk malu, "Aku.. temannya." Jawabnya.

"Wah temannya? Wahhh, enaknya bisa berteman dengan Yibo.."

"Tidak heran kalau kamu temannya.. kamu juga sangat cantik"

Zhou Cheng yang terus mendengar pujian dari anak-anak untuk wanita itu
membuatnya merasa sedikit muak.

Bukannya mereka terlalu berlebihan? Bahkan wanita itu tidak secantik ratu.

Sementara itu di belakang sekolah, Wang Yibo menatap Xiao zhan dengan
serius.

"Apa kamu benar-benar punya niat untuk belajar?" tanya Yibo.

"Ya mau bagaimana lagi.. ini satu-satunya cara agar aku bisa lulus." Jawab xiao
Zhan dengan santai.

"Jadi yang ada di otak kamu itu yang penting lulus?" Wang Yibo mulai tampak
kesal.
"Ya kamu kan guru privat aku, jadi tugas kamu adalah membimbing aku kan?
Jangan banyak bicara hal yang tidak penting." Setelah mengatakan hal itu, Xiao
Zhan berbalik hendak pergi.

"Bagaimana dengan masa depanmu?" Pertanyaan Yibo membuat Xiao Zhan


menghentikan langkahnya.

"Masa depan? Kita tidak sedekat itu sampai harus tahu masa depan masing-
masing kan?" Setelah mengatakan hal itu, Xiao Zhan berlalu pergi, membiarkan
Yibo yang tampak mengepalkan tangannya, sedikit marah dengan jawaban yang
di berikan pria manis itu.

BAGIAN 5

Wang Yibo kembali ke kelas dengan perasaan yang gusar. Dia sedikit muak
dengan tingkah Xiao Zhan dan ingin membatalkan permintaan dari wali
kelasnya untuk menjadi guru privat dari Xiao Zhan, tapi rasanya seperti sudah
terlambat untuk membatalkan hal tersebut.
Di tengah pikirannya yang kalut dan berantakan, suara seorang gadis yang tak
asing memanggil namanya.

"Yibo.." teriak gadis itu dengan suara yang tampak bersemangat membuat Yibo
yang tadinya sedang berpikir keras langsung menatap ke arahnya.

"Lili?" Guman Yibo dengan suara lirih, antara terkejut dan juga tak percaya.

Gadis itu dalam sekejap berlari ke arahnya, dan langsung menghamburkan


dirinya ke dalam pelukan Wang Yibo. Membuat seisi kelas seketika menjadi
hening.

"Aku merindukanmu Yibo." kata gadis itu dengan senyuman lebar di bibirnya.

Wang Yibo yang tadinya terkejut kini menunjukkan senyum kecilnya, membuat
semua orang di kelas terpaku heran.

"Kapan kamu kembali? Kenapa tidak mengabariku?" Tanya Yibo dengan suara
yang lembut.

"Hahah, aku ingin memberimu sedikit kejutan." Jawab gadis tersebut.

"Wah, lihat.. Yibo baru saja tersenyum."

"Wahh gila! Dia membuatku gila!!"

"Ini pertama kalinya aku melihatnya tersenyum."


Yibo kini di banjiri dengan segala pujian dari para gadis yang terpesona dengan
senyumannya.

"Jadi, kamu di kelas mana?" Tanya Yibo sambil memberi kode, mengajak gadis
tersebut untuk keluar dari kelas.

"Kelas B. Ada Yubin juga disana. Tapi membosankan karena tidak ada kamu."
Komentarnya mengeluh sambil berjalan mengikuti Yibo dari belakang.

Yibo tersenyum kecil, "Ya tidak apa-apa, lagipula kita akan sering bertemu."

Lili tertawa kecil, "Aku ingin bertemu denganmu setiap hari."

"Oh ya, tapi.. kenapa tiba-tiba pindah?" tanya Yibo karena selama ini Lili
belajar di luar negeri.

"Papa di pindahkan kesini, jadi mau tidak mau aku juga harus ikut balik."

"Ah, begitu ya."

Kemudian Yibo menemani gadis itu berkeliling, melihat lingkungan sekolah


mereka.

Sementara itu, Xiao Zhan duduk di atap sekolah seorang diri.

Dia terus menatap lurus ke depan, seolah pikirannya melayang jauh tak terarah.

"Masa depan ya.." Dia berguman pelan kemudian menghela nafas panjang.
Jam pulang sekolah tiba.
Lili berlari-lari kecil menuju parkiran.
Dia tersenyum lebar saat melihat Yibo disana. Saat dia hendak berteriak
memanggil Yibo, dia sedikit terkejut saat Yibo menarik tangan seseorang
disana.

"Hah? Siapa orang itu?" Lili bertanya pada dirinya sendiri dengan ekspresi
sedikit tak senang.

Sedangkan di sana, Wang Yibo dan Xiao Zhan tengah berdebat tentang tempat
belajar mereka.

"Hah? Kenapa aku harus ke rumahmu?" Protes Xiao Zhan yang merasa tidak
terima karena Yibo menyarankan belajar di rumahnya.

"Aku juga tidak mau pergi ke cafe karena berisik!" Yibo ikut menolak tawaran
Xiao Zhan yang menyarankan untuk belajar di cafe.

"Disana tidak berisik.. aku jamin. Kalau berisik, kita langsung pulang." Kata
Zhan meyakinkan.

Yibo menatap Xiao Zhan dengan penuh curiga. Kemudian dia menghela nafas
panjang.

"Ya sudah, tapi kita akan langsung pulang kalau disana berisik." kata Yibo
dengan wajah seriusnya.
Xiao Zhan mengangguk dengan cengiran kemenangannya. Dia tertawa puas,
kemudian ikut masuk ke dalam mobil Wang Yibo.

"Eh? Maaf tuan muda.. tapi..." supir Yibo tampak sedikit panik. Bahkan Yubin
ataupun Lili yang merupakan sahabat Yibo belum pernah naik mobil Wang
Yibo, apalagi duduk bersebelahan seperti sekarang.

Supir tentu saja terkejut karena dia sudah menjadi supir pribadi Yibo dan saat
masih kecil dulu, saat lili naik mobil yang sama ketika kembali ke rumah Yibo
meminta untuk menganggti mobil yang baru.

Dia selalu merasa tak nyaman bila orang lain menumpang di mobil miliknya.

Xiao Zhan yang cukup peka dengan situasi sekarang ini langsung menghela
nafas panjang.
Dia menoleh hendak membuka pintu mobil sambil berujar, "Aku pakai taxi saja.
Sampai jumpa disana."

Namun sebelum tangannya membuka pintu mobil, tangan Yibo lebih dulu
menahannya.

"Mau kemana?" Tanya Yibo.

"Ya mau turun." Jawab Zhan dengan santainya.

"Jangan! Bagaimana kalau nanti kamu kabur?"

"Hah? Memangnya aku anak kecil?" Cicit Zhan dengan senyum remeh di
wajahnya.
"Paman, jalan." Titah Yibo pada supirnya tanpa menghiraukan perkataan Xiao
Zhan.

Pak supir hanya bisa menelan ludahnya dengan susah payah. Kemudian
membawa mobilnya menjauh dari lingkungan sekolah.

Lili masih berdiri disana. Dengan ekspresi yang tampak marah. Merasa tidak
terima dengan apa yang baru saja dia lihat.

"Sial!! Siapa pria itu? Berani sekali dia naik mobil Yibo. Cih! Lihat saja nanti."

Yibo dan Zhan tiba di cafe yang di maksud. Keduanya turun bersamaan dan
masuk ke dalam cafe tersebut.

Yibo melihat sekeliling tempat itu. Awalnya dia merasa ragu, namun tampaknya
tempat itu memang lumayan sepi dan tenang.

Yibo mengedarkan pandangannya, menatap ke arah Xiao Zhan yang tengah


berbincang dengan beberapa karyawan cafe tersebut.

Wang Yibo terpukau untuk sesaat. Untuk pertama kalinya dia melihat Xiao
Zhan tersenyum. Bukan tawa berisik yang selalu ia dengar, tapi yang ia lihat
sekarang adalah senyuman yang tampak tulus dan juga indah.

"Hei Yibo.. kemari.."

Yibo yang mendengar namanya di panggil seketika langsung menggelengkan


kepalanya, menghapus semua pikiran yang tak masuk akal dalam kepalanya.
Dia melangkah sedikit cepat, menghampiri Xiao Zhan yang sudah mulai
mengambil tempat duduk di samping jendela.

"Tidak ku sangka, kamu yang berisik juga ternyata bisa menemukan tempat
setenang ini." Kata Yibo sambil ikut duduk disana.

Xiao Zhan tersenyum bangga dengan wajahnya yang tentu saja tampak
sombong dan selalu sukses membuat Yibo merasa kesal.

"Aku sering kesini.. ya, walaupun sunyi, tapi aku suka kopi disini.. selain murah
juga enak."

Jawaban Xiao Zhan membuat Yibo hanya menutar bola matanya malas.

Benar-benar di luar dugaan. Xiao Zhan ternyata suka kopi.

Yibo mulai mengeluarkan buku-bukunya.

"Jadi, kita mulai dari sini." Yibo menunjuk sebagian text di dalam buku yang
belum apa-apa sudah membuat Xiao Zhan merasa pusing.

"Ya ampun, kenapa juga harus belajar bahasa inggris.. aku ini lebih mencintai
mata pelajaran sejarah." Keluh Zhan sambil menopang dagunya.

Yibo meliriknya sekilas, kemudian kembali membuat coretan kecil di bukunya.

"Tidak usah sombong. Nilai sejarahmu juga hanya 50."


Xiao Zhan merasa seperti baru saja di tusuk dengan pisau yang tajam, yang
menembusi jantungnya.

Yibo benar-benar sangat keterlaluan karena mengatakan hal yang jujur.

"Ayo mulai serius.. kita juga harus cepat pulang kan."

Xiao Zhan menghela nafas sambil mengangguk pasrah.

Sejujurnya dia sedikit mengerti dengan apa yang di jelaskan Yibo, hanya saja
dia membuat dirinya malas tahu.

Setelah cukup lama mereka belajar bersama, sekarang saatnya mereka untuk
kembali ke rumah.

"Kamu yakin tidak mau di antar?" Tanya Yibo pada Xiao Zhan yang menolak
tawaran Yibo untuk mengantarnya pulang.

Xiao Zhan mengangguk, "lagipula rumah kita berlawanan arah." Jawab Zhan.

"Hm, ya sudah, kalau begitu hati-hati." kata Yibo sebelum mobilnya melaju
pergi.

Xiao Zhan mengangguk, "Ya, kamu juga hati-hati."

Setelah mobil Wang Yibo pergi, Xiao Zhan pun mencari taxi untuk
mengantarnya pulang.
Di dalam perjalanan, pak supir terus melihat ke arah Yibo melalui kaca spion.
Dia sedikit khawatir karena tuannya itu sejak tadi hanya diam saja tanpa
mengatakan apapun.

Tidak lama kemudian, mereka tiba di rumah.


Yibo turun dari mobil dengan santai dan hendak berjalan masuk ke dalam
rumah, sebelum ia mendengar supirnya berkata,

"Tu-tuan muda, haruskah saya mengganti mobilnya dengan yang baru?"

Wang Yibo berhenti, ia menoleh, melihat mobilnya sekilas, kemudian kembali


berbalik lagi dan berjalan sambil menjawab,

"Tidak perlu."

"E-eh?"

BAGIAN 6

Beberapa hari setelah itu, Yibo dan Xiao Zhan sering pergi ke cafe untuk
belajar.

Walaupun Xiao Zhan menyebalkan, tapi Yibo mulai mencoba untuk tidak
terlalu mempedulikan sifat pria itu dan mencoba untuk sedikit terbiasa.

"Bagaimana dengan tes yang kemarin aku berikan?" Tanya Yibo sambil
melihat-lihat buku teksnya.
Xiao Zhan tersenyum nakal sambil menyodorkan kertas jawabannya pada Yibo.

"Bagaimana, sedikit peningkatan kan?"

Yibo memeriksa kertas tersebut, kemudian melirik Xiao Zhan dengan sebelah
matanya.

"Ya, nilaimu tambah 5 poin. Kemarin 45, sekarang 50."

"Hahahaha.." tawa Xiao Zhan seketika pecah, membuat Yibo sedikit terkejut.

"Sudah ku bilang, aku ini memang pintar."

Yibo kembali menggelengkan kepalanya, "kepercayaan diri yang tidak bisa


tertolong."

Sekolah berjalan sebagaimana biasanya. Yibo pun sudah mengenalkan Lili


dengan Xiao Zhan.

Bagaimanapun Lili adalah sahabat masa kecil Yibo, sedangkan Zhan sekarang
bisa di bilang adalah murid sementara bagi Yibo.

"Bagaimana belajarnya?" Tanya Zhou cheng pada Xiao Zhan saat mereka
sedang berjalan menuju kantin.
"Ya, lebih baik.. Yibo juga sekarang lebih baik padaku.. hah, aku rasa aku bisa
berteman dengannya." Jawab Zhan dengan sedikit sombong.

Dan tanpa mereka sadari, pembicaraan mereka terdengar oleh seseorang.

Lili yang berdiri tak jauh dari sana merasa sangat kesal.
Dia tentu saja akan menyalahkan Xiao Zhan. Karena Zhan menyita banyak
waktu Yibo.

Yang harusnya lebih sering bersama Yibo itu dia, bukannya Xiao Zhan. Padahal
dia sudah pindah jauh-jauh hanya untuk bisa terus bersama Yibo, tapi Xiao
Zhan benar-benar menjadi penghalang besar.

"Tidak akan aku biarkan! Lihat saja nanti!"

Dia kemudian ikut menuju ke kantin.

Sementara itu, Yubin menghampiri Yibo.

"Ayo ke kantin. Sudah lama kita tidak makan di kantin."

Yibo yang tadinya berniat untuk belajar akhirnya ikut berdiri karena perutnya
juga sudah lapar saat ini.

"Ayo."

Keduanya akhirnya bersama menuju kantin.

"Oh ya, dimana Lili?" Tanya Yubin.


"Oh benar, biasanya dia datang kemari. Hm, apa mungkin dia sudah di kantin?"
Jawab Yibo.

Keduanya sama-sama mengendikkan bahu tak tahu dan terus melajukan


langkah mereka.

Sedangkan di kantin, Xiao Zhan berdiri mematung dengan bajunya yang basah
akibat ketumpahan jus.

"Hah.. kamu tidak punya mata?" Dia bertanya dengan nada yang sedikit
menekan pada perempuan di depannya, sedangkan gadis itu hanya diam,
menunduk, seolah sedang merasa bersalah.

"Baju aku basah! Dan ini akan meninggalkan bekas noda. kamu masih tidak
mau minta maaf?" Xiao Zhan sedikit berteriak, membuat Zhou Cheng bahkan
terkejut.

Ini pertama kalinya dia melihat Xiao Zhan marah. Bahkan semua orang di
kantin pun cukup terkejut.

Gadis yang tak lain adalah Lili itu mengangkat mukanya, menatap Xiao Zhan
dengan air matanya yang mengalir.

"Aku-- aku tidak sengaja.. aku hanya..."

"Kamu hanya perlu bilang maaf kan!!" Xiao Zhan kembali membentak dan
tanganya tak sengaja menyenggol kuah di atas nampan wanita itu hingga
percikan kuah sedikit mengenai baju gadis itu.

Tepat saat itu, Wang Yibo dan Yubin tiba disana.


"XIAO ZHAN!! APA YANG KAMU LAKUKAN?" Wang Yibo tiba-tiba
berteriak, membuat Xiao Zhan terkejut.

Dia menoleh ke belakang, melihat Yibo yang berdiri disana dengan tatapan
dinginnya yang terasa begitu menusuk.

"Aku tidak melakukan apa-apa.." sahut zhan dengan suara rendah.

"Tidak melakukan apa-apa? Lalu itu apa? Kamu menindas perempuan? Apa
selain membuat onar, kamu juga suka menindas?"

Xiao Zhan tersentak. Bahkan dadanya terasa sedikit nyeri.

"Aku, tidak melakukan apapun." Kembali dia bersuara dengan suara yang
rendah.

Namun gadis di depannya itu semakin menangis, seolah dia adalah korbannya.

Bahkan siapapun yang berada disana, tidak ada yang membantu Xiao Zhan
untuk menjawab, walau pria manis itu juga tidak mengharapkan bantuan dari
siapapun.

"Yibo, kamu salah paham. Ini..."

"Kenapa? Kamu ingin membelanya?"

Zhou Cheng baru saja bicara, tapi Yibo lebih dulu menyanggahnya.
"Zhan, minta maaf ke Lili.."

"Minta maaf? Memangnya apa yang aku lakukan?" Xiao Zhan kembali
bertanya, membuat Yibo sedikit geram.

"Sudah melakukan kesalahan tapi tidak mau mengakui? Kamu memang punya
hoby yang aneh, tapi tidak ku sangkah akan seaneh ini. Bahkan kamu membuat
perempuan memangis. Apakah kamu punya hati? Apakah kamu..."

"WANG YIBO!!!" Xiao zhan berteriak, membuat yibo terdiam.

Untuk pertama kalinya Yibo melihat ekspresi Xiao Zhan begitu serius.

Lelaki manis itu hendak marah, namun kemudian dia berusaha menahan
emosinya. Dia mengepal kuat tangannya, kemudian tanpa menatap gadis itu, dia
berkata dengan suara lirih,

"Maaf."

Setelah mengatakan hal tersebut, pria manis itu berlalu pergi. Melupakan rasa
laparya.

"Zhanzhan.." Zhou Cheng bergegas mengejarnya, tepat di samping Yibo dia


berbisik.

"Zhanzhan tidak bersalah."

Kemudian ia berlalu pergi, membiarkan perasaan Yibo menjadi gelisah.


Sedangkan Lili tersenyum puas di tengah tangisnya.
"Yibo, terimakasih.." Kata Lili dengan suara yang rendah.

"Apa kamu baik-baik saja? Kuahnya panas tidak?" Tanya yibo.

Lili menggeleng, "Tidak.. kuahnya sudah dingin dan bajuku hanya sedikit
basah." jawabnya dengan suara yang lembut.

"Syukurlah kalau begitu." Mereka bertiga kemudian duduk di meja yang sama.
Yubin melirik gadis itu dengan sedikit perasaan yang tak senang.

Yubin tidak terlalu menyukai Lili.

Zhou Cheng berusaha mencegah Xiao zhan untuk pergi, namun lelaki manis itu
memilih untuk pulang ke rumah.

Di dalam taxi, Xiao Zhan berusaha menahan diri. Menahan kepalanya yang
terasa sangat sakit.

Xiao Zhan tidak bisa terlalu emosi. Jika dia terlalu larut dalam emosinya,
kepalanya bisa tiba-tiba menjadi pusing.

Tapi hari ini, dia memang sedikit marah karena bajunya basah dan akan
meninggalkan bekas noda disana.

Pria manis itu menyandarkan kepalanya di kaca jendela dengan pikiran yang
kosong.

Kenapa.. selalu aku yang di salahkan?


Xiao Zhan tiba di halaman rumahnya. Pria manis itu menghela nafas panjang
sebelum melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam rumah.

Lelaki manis itu melangkah masuk ke dalam mansion yang terbilang cukup
mewah itu.

Namun, lagi-lagi langkahnya harus terhenti saat melihat banyaknya barang yang
berserakan dimana-mana.

Kembali dia menarik nafas panjang sambil berguman lirih, "Lagi-lagi.. mereka
bertengkar."

Segera dia melangkah cepat, menaiki anak tangga menuju kamarnya.

Xiao Zhan masuk ke dalam kamar, menutup pintunya dan menguncinya.

Dia bersandar untuk sesaat di belakang pintunya, sambil indra pendengaranya


menangkap sesuatu yang riuh.

Kali ini entah apa lagi, tapi dia yakin, mungkin kaca besar yang pecah saat ini.

Bersamaan dengan itu, terdengar juga teriakan-teriakan yang mengganggunya.

"BRENGSEK!! SIALAN!! kalau bukan gara-gara kamu, aku tidak akan


melahirkan anak sialan itu! Dan masa depanku... masa depanku.. hiksss,
hikss..."

"Kamu juga perempuan tidak tahu malu! Kalau bukan karena kamu mengaku
sedang hamil, aku juga tidak akan mau menikahimu. Hah, siapa juga yang tahu
dia benar-benar anakku atau bukan."
"Brengsek!!"

Xiao Zhan merosotkan dirinya. Ia duduk di bawah lantai sambil memeluk kedua
lututnya.
Dia bukan lagi di usia dimana dia harus memangis karena pertengkaran kedua
orang tuanya.

Tapi bukan berarti dia tidak boleh menangis. Dia hanya sedang menahan diri
agar tidak menumpahkan air matanya saat ini.

Seberapa kalipun dia mendengar kata-kata yang tidak mengakui kehadirannya.


Seberapa kalipun dia terbiasa.. rasa sakit akan tetap dia rasakan.

Nyeri dan pedih, bahkan membuatnya merasa sesak hanya untuk sekedar
bernafas.

Xiao Zhan yang selalu tertawa adalah topeng di balik wujud aslinya.
Dia hanya ingin melakukan apapun yang dia mau, hanya untuk sekedar
menghibur dirinya sendiri. Karena nyatanya di rumahnya adalah neraka
baginya.

Lelah.. apa aku tidur saja? Tapi.. setelah ini, bolehkah aku tidak bangun lagi?

Dia berguman. Mengeluh seorang diri dalam hatinya.

Saat dia hendak berdiri, pintu kamarnya tiba-tiba di ketuk dengan suara yang
keras membuatnya terkejut.

"Zhan.. mama tahu kamu sudah pulang, sekarang buka pintunya sayang..."
Suara yang lembut itu, suara yang membuat Xiao Zhan gemetar ketakutan saat
mendengarnya.

"Sayang, buka pintunya.. mama.. hikss.. mama sangat kesakitan.. ayo buka
pintunya nak.."

"Kita.. harus saling berbagi rasa sakit kan? Karena Zhanzhan anak mama dan
hanya zhanzhan yang peduli sama mama."

Xiao Zhan yang memang sedang merasa kacau saat ini akirnya menbuka pintu.

Dia mengguling kedua lengan bajunya keatas. Sang ibu yang melihanya
seketika tersenyum lebar.

Dia menarik tangan Zhan, kemudian mulai meninggalkan sayatan-sayatan kecil


disana.

Xiao Zhan diam tak membantah.. rasa itu juga bisa menghilangkan sedikit rasa
sesak di dadanya.

Saat di tengah memberikan luka, mata nyonya xiao tak sengaja melihat baju
Xiao Zhan yang sedikit kotor karena ketumpahan jus.

Wanita itu seketika tertawa.

"Hahaha.. Ya ampun ada apa dengan bajumu sayang? Kamu merusak bajunya?
Hah.. benar-benar tidak tahu diri." Wajahnya yang tadi tertawa kini dalam
sekejab berubah menjadi datar dan dingin.
“Benar-benar menyusahkan!”

BAGIAN 7

Xiao Zhan kembali ke kamarnya setelah ibunya pergi.

Dia menutup pintu kamar dan menguncinya.


Dia berjalan ke arah tempat tidurnya, sambil membiarkan air matanya menetes
satu persatu.

Pria manis itu duduk diatas ranjangnya, ia melihat kedua tangannya yang masih
mengeluarkan darah, kemudian beralih menatap bajunya.

Dia sedikit emosi dan memarahi Lili karena lili menabraknya dan jus itu tumpah
mengenai bajunya. Dia tidak akan marah bila yang di tumpahkan adalah air atau
hal-hal yang bisa di hilangkan.
Namun jus yang sudah di campur entah dengan apa saja akan sedikit sulit untuk
di hilangkan nodanya.
Pria manis itu mengusap air matanya, tidak mempedulikan tetesan daranya yang
masih keluar.

"Kenapa.. aku yang selalu di salahkan? Padahal aku tidak melakukan apapun.."
dia berguman dengan suara lirih.

Raut wajahnya yang tampak putus asa membuatnya tak bisa berpikir jernih.

Pria manis itu merebahkan dirinya diatas kasur, kemudian menutup matanya..
membiarkan dirinya berkelana ke alam mimpi untuk sebentar.

Sedangkan Wang Yibo duduk dalam diam di Cafe sambil terus mencoba
menghubungi Xiao Zhan. Namun nomor pria manis itu tak dapat di hubungi.

"Hah... ada apa dengannya? Apa dia marah gara-gara aku suruh minta maaf?"

"Zhanzhan tidak salah."

Serpihan ingatan itu tiba- tiba terlintas dalam pikirannya. Yibo menghela nafas
panjang.

"Dasar.. hari ini terhitung sebagai bolos."

Yibo kemudian kembali ke rumahnya.

Di kediaman Wang tampak damai seperti biasa. Namun hari ini mereka
kedatangan tamu.

Shen Lili duduk di ruang tengah sambil menikmati cemilan yang di sediakan
oleh nyonya Wang, sedangkan Yibo masih mengganti pakaiannya di kamar.
Bukan hal yang baru baginya bila Lili datang ke rumah mereka. Bahkan hal
tersebut tidak di perlukan untuk membuatnya terkejut.

Yibo turun ke lantai bawah setelah selesai mengganti pakaiannya.

"Yibo, kenapa tidak kasih tahu mama kalau Lili sudah kembali ke sini?" tanya
Nyonya Wang dengan ekspresi yang tampak senang.

Yibo duduk di kursi meja makan sambil menopang dagunya dengan ekpresi
yang terlihat malas.

"Lagipula, dia akan datang kesini sendiri kan." Jawabnya.

Nyonya Wang menatap anaknya sekejab, kemudian dia tertawa kecil dan
berkata, "Menurutmu, Lili itu bagaimana?"

"Hm?" Alis Yibo terangkat, dia menatap ibunya dengan tangan yang masih di
dagunya, "Bagaimana apanya ma?"

"Ya.. hm, apa kamu tidak merasa kalau dia semakin cantik sekarang?"

"Hm.." Yibo beralih memandang Lili yang duduk tak jauh dari sana.

"Ya, mungkin karena semakin tumbuh dewasa, jadi semakin berubah."

"Benarkan? Jadi, bagaimana menurutmu?" Nyonya Wang kembali bertanya,


membuat Yibo sedikit kebingungan.
"Bagaimana, maksudnya?" Dia kembali bertanya.

Nyonya Wang mendekat. Dia tersenyum penuh arti, kemudian sedikit


menunduk dan berbisik, "Mungkin dia bisa menjadi kekasihmu."

Bisikan tersebut untuk sesaat membuat Yibo terkejut. Pria itu sedikit
termenung. Tak lama kemudian, wajahnya kembali seperti semula.
Datar tanpa ekspresi.

"Dia, hanya akan menjadi temanku."

"Ehh.." Nyonya Wang bergerak sedikit menjauh sambil menghela nafas


panjang, "Dasar.. apa kamu tidak berniat untuk mencari pacar?"

Yibo mengambil ponselnya, sambil mengutak-atik ponselnya, dia menjawab,


"Tidak.. aku ingin belajar lebih tenang."

Lagi-lagi nyonya Wang menghela nafas panjang, "Dasar.. sesekali bersenang-


senanglah.. lagipula siapa yang menyuruhmu belajar begitu keras?"

Yibo tidak menjawab lagi. Dia hanya berdiam diri sambil menekan kontak
dengan tulisan nama "Xiao Zhan" dan memanggilnya beberapa kali.

Namun, hasilnya tetap sama. Xiao Zhan sama sekali tidak menjawab. Tidak!
Sebenarnya nomornya tidak bisa di hubungi.

"Cihh..!" Wang Yibo mendecih kesal. Matanya yang tajam menatap dingin
layar ponselnya.
Nyonya Wang yang tak sengaja memperhatikannya terkejut melihat ekspresi
tersebut di mata putranya.

Yibo yang dia tahu hanya akan memasang ekspresi seperti ini hanya saat, orang
lain menumpang di mobil pribadinya, dan juga menganggu ketenangan
belajarnya.

Selama hal-hal seperti itu tidak terjadi, Yibo tidak akan memasang ekspresi
seperti itu.

Apa yang memicunya?

Ah, apa karena aku mengatakan tentang kekasih?

Benar.. ya ampun.. hidup anakku ini benar-benar terlalu serius.

Nyonya Wang mulai mengangguk paham. Sepertinya dialah yang membuat


anaknya merasa kesal saat ini.

"Hm, ya.. bukan maksud mama untuk memaksamu mencari kekasih. Tapi
sesekali, bersenang-senanglah.. mama hanya berharap, kamu sering tersenyum
dan bahagia."

Mendengar kata 'tersenyum' dari ibunya, bola mata Wang Yibo melebar. Entah
kenapa yang muncul di kepalanya saat ini adalah gambaran senyuman Xiao
zhan saat mereka berada di Cafe.

Wajah pria Wang itu seketika menggelap. Dia menunduk dan mengepal
tangannya dengan erat.
Sial! Jangan bercanda! Kenapa juga aku harus menghawatirkan orang
sepertinya?

Yibo membatin seolah menyalahkan dirinya sendiri karena telah memikirkan


Xiao Zhan.

Lelaki Wang itu berdiri dari duduknya secara tiba-tiba, membuat sang ibu
memiringkan kepalanya bingung.

"Ma, ada tugas yang harus aku selesaikan. Karena itu, tolong jangan
memanggilku. Aku akan makan setelah menyelesaikannya. Jadi, mama, papa
dan juga Lili, makan duluan saja." Setelah mengatakan hal itu, Yibo berlalu
pergi.

Nyonya wang tampak kebingungan. Namun dia juga sedikit gelisah.

"Gawat.. Yibo benar-benar marah.... Ya ampun, aku benar-benar melakukan


kesalahan.."

Sementara itu, Yibo melemparkan dirinya diatas tempat tidurnya dengan


perasaan yang semakin kesal.

"Sial!! Dia pikir waktuku hanya untuk menyiapkan materi untuknya? Dia
bahkan berani bolos! Benar-benar tidak punya perasaan."

Xiao Zhan berbaring lemah diatas tempat tidurnya.


Malam sudah semakin larut.
Dia memegang perutnya yang mulai terasa lapar, namun juga dia tidak berniat
untuk bangun dari sana.

Di luar masih saja ribut. Kegaduhan yang bisa terjadi sepanjang malam itu
membuat Xiao Zhan muak.

Nafsu makannya hilang dan jam tidurnya lagi-lagi di sita.

Teriakan tawa ibunya yang terasa mengerikan. Makian kasar yang di lontarkan
oleh ayahnya.

Xiao Zhan sudah sangat terbiasa. Namun, seberapa kalipun dia mencoba untuk
terlelap, dia sama sekali tidak mencapai alam mimpinya.

Karena tidak bisa tidur dengan baik, terkadang dia hanya bisa menutup
matanya. Hanya menutup matanya, agar dia tidak melihat apapun.

Pria manis itu bangun dan duduk di ujung ranjangnya. Mengabaikan


pergelangan tangannya mulai terasa berat dan perih.

"Mari kita lihat, apakah masih ada.." Xiao Zhan berdiri, kemudian ia berjalan ke
arah lemari milikya.

Dia membuka laci miliknya, mengambil sebuah kotak kecil.

"Ah, masih ada."

Dia membuka kotak itu, kemudian mengambil dua butir obat dari dalamnya.
Bibirnya tersenyum.
"Bantulah aku untuk tidur sebentar. Aku merasa sangat lelah."

Setelah menelan dua obat tidur tersebut, dia berjalan ke arah ranjangnya dan
kembali membaringkan dirinya.

"Sebentar saja.." kemudian matanya mulai tertutup.. berharap akan menemukan


sebuah mimpi yang indah.

"Sialan!!!" Sebuah gelas kecil melayang ke arah anak kecil berusia 9 tahun itu.

Anak kecil yang tak lain adalah Xiao Zhan itu melebarkan matanya terkejut
dengan lemparan yang tiba-tiba tertuju padanya.

Bangggg...

Pranggggg..

Suara benturan yang keras antara gelas dan kepalanya, serta bunyi pecahan
gelas yang terdengar riuh.. serpihan-serpihan pecahan melayang di depan
matanya.

Air mata anak lelaki itu mengalir keluar tanpa henti. Wajahnya penuh
ketakutan, darah segar yang mengalir dari dahinya di abaikannya begitu saja.
Seluruh tubuhnya gemetar tak terkontrol.

"Gara-gara kamu! Gara-gara kamu impianku jadi hancur berantakan!! Sialan!


Dasar anak sialan!!"

Bersamaan dengan rasa takutnya, pria itu berteriak pada sang anak.
Xiao Zhan mengatupkan kedua tangannya, seolah bersikap untuk berdoa.

Namun, dia tidak sedang berdoa.


Dengan air mata yang terus mengalir dan tubuh yang terus gemetar.

Anak lelaki itu berterik, "Papa... maafkan aku.. jangan membenciku.. aku
mohon.. aku mohon jangan membenciku.."

"Aku.. hanya ingin di sayang.. AKU HANYA INGIN PAPA DAN MAMA
MELIHATKU.. AKU HANYA INGIN.."

"DIAM!!!"

Bruggghhhh..

"Arkhh.. hah.. hahh.. huh.."

Sebuah tendangan dalam mimpi itu berhasil membangunkan Xiao Zhan dalam
tidurnya.

Seluruh wajah pria manis itu di penuhi dengan keringat dingin.


Perlahan tangannya terangkat, menyingkirkan keringat besar yang mengalir
disana dengan nafas yang terengah-engah.

"Sial, kenapa pagi hari datang begitu cepat.."


BAGIAN 8

Xiao Zhan bersiap diri seperti biasa.


Dia kemudian turun ke lantai bawah, dapat ia lihat, semua barang yang
berserakan dimana mana.

Papanya mungkin sudah berangkat ke perusahaan, sedangkan mamanya entah


kemana, dia tidak ingin tahu.

Pria manis itu mencari beberapa bahan makanan di kulkas, dan hanya
menemukan beberapa roti tawar.

"Ya, apa boleh buat." Dia berguman kecil, lalu menggunakan roti tawar tersebut
untuk sarapannya.

Maid yang bekerja di rumah mereka telah berhenti beberapa hari yang lalu.

Ya, siapa juga akan yang bertahan, bekerja di rumah yang majikannya terus
bertengkar setiap hari.

Siapapun tidak akan bertahan. Karena itu, semua maid yang pernah bekerja
disana selalu berhenti, bahkan sebelum 1 bulan bekerja.

Setelah menyelesaikan sarapannya, Xiao Zhan kemudian berangkat ke sekolah


seperti biasa.
"Oi." Yibo memanggil Zhou Cheng ketika mereka baru saja tiba di sekolah.

"Apa?" Sahut Zhou Cheng dengan wajah datarnya.

"Katakan pada temanmu untuk datang dan belajar. Waktuku bukan hanya untuk
mengurusi waktu belajarnya."

"Kalau begitu berhenti saja." Sahut Zhou Cheng sambil menatap Yibo dengan
berani.

"Apa?" Yibo balik bertanya dengan ekspresi wajah yang tak senang.

"Berhenti saja untuk menjadi gurunya. Lagipula dia juga tidak butuh seseorang
sepertimu untuk mengajarinya. Dia itu pintar, kalau dia sedikit serius belajar,
mungkin dia bisa merebut peringkatmu."

"Hah.." Yibo memutar bola matanya, "Kalau begitu suruh dia untuk serius. Aku
juga tidak perlu membuang waktuku untuk mengajarinya."

"Cih. Dia bisa menganggu orang lain, tapi tidak terima saat di salahkan."

"Itu karena dia tidak salah." Protes Zhou Cheng.


"Dia sama sekali tidak melakukan kesalahan. Yang salah itu kau. Kau yang
datang-datang langsung menyalahkannya." Lanjut Zhou Cheng dengan ekpresi
yang tampak muram.

Dia sedikit membenci Wang Yibo.

"Hah, terserah." Yibo hanya menanggapi singkat, kemudian dia berlalu pergi.
Tidak lama setelah Yibo pergi, Xiao Zhan tiba.

Lelaki manis itu dapat melihat punggung Zhou Cheng yang tak jauh darinya.

Dia menghela nafas panjang, kemudian menarik bibirnya untuk membentuk


senyuman.

Saat merasa dirinya benar-benar tersenyum seolah telah menyembunyikan sisi


menyedihkannya, dia berteriak memanggil Zhou Cheng.

"Zhou Cheng.. haha.." Dia melangkah cepat, kemudian merangkul Zhou Cheng
dengan sedikit kasar.

"Ckck! Mengejutkan saja!" Komentar Zhou Cheng, walau dia sama sekali tidak
terkejut karena telah mendengar namanya di panggil.

"Hah, dasar pembohong!" Balas Xiao Zhan karena dia tentu tahu bahwa Zhou
Cheng hanya pura-pura terkejut.

"Pffttt.." Zhou Cheng tertawa kecil, kemudian keduanya melangkah bersama


untuk masuk ke dalam kelas.

Xiao Zhan duduk di tempatnya seperti biasa. Yibo meliriknya dengan ekor
matanya, dia terlihat kesal, namun emosinya masih bisa di kontrol dengan
mudah.

Xiao Zhan tampak masa bodoh seperti biasa. Dia mengambil ponselnya dan
bermain game seperti biasanya.

Seragam mereka menggunakan lengan panjang. Karena itulah mudah baginya


untuk menyembunyikan luka di tangannya.
Sementara itu, Lili dengan perasaan yang kesal dan marah terus mencoret buku
tulisnya.

Padahal dia datang ke rumah Yibo agar bisa memiliki lebih banyak waktu
dengan pria itu. Namun apa yang Yibo lakukan?
Dia bahkan tidak ikut makan malam dan benar-benar mengabaikan
kedatangannya.

Brengsekkk.. dia membuatku kesal!!

Dia terus memasang ekspresi marah di wajahnya, membuat Yubin yang duduk
di depannya sedikit merinding karena hawa aneh yang di sarakan.

Ada apa dengannya? Apa Yibo mengabaikannya?

Yubin hanya menggelengkan kepalanya tak mengerti.

Jam istirahat tiba, Xiao Zhan berdiri hendak mengajak Zhou Cheng untuk ke
kantin karena bagaimana pun perutnya terasa lapar.

Saat dia hendak berteriak memanggil Zhou cheng, tangannya di cekal oleh Yibo
dengan cepat.

Mata Xiao zhan terbelalak kaget. Tangannya terasa perih. Dengan sekuat tenaga
dia menghempaskan tangannya dan mundur sedikit menjauh, kali ini Yibo yang
dibuat terkejut dengan tingkah lelaki manis itu.
"Apa maumu?" Tanya Xiao Zhan dengan kerutan di dahinya. Bukan karena dia
marah, tapi karena sedikit rasa sakit dari tangannya sebab Yibo
menggenggamnya tepat di antara luka-lukanya.

"Ah, ikut aku." Kata Yibo sambil berjalan lebih dulu.

"Kenapa? Untuk apa aku mengikutimu? Sekarang jam istirahat dan aku harus ke
kantin. Jadi.."

"Kamu bolos di jam pelajaran kemarin. Sekarang tidak ada waktu untuk
bersantai. Ayo ikut." Titah Yibo sambil berbalik dan pergi.

Namun Xiao Zhan sama sekali tidak bergerak dari tempatnya. Dia tertawa kecil,
membuat Yibo menghentikan langkahnya.

"Untuk apa aku harus belajar? Aku tidak peduli.. lulus atau tidak.. aku sama
sekali tidak peduli.."

"XIAO ZHAN!"

Wang Yibo tiba-tiba berteriak, membuat seisi kelas menoleh ke arah mereka.

"Apa itu? Apa Zhan membuat onar lagi?"

"Ya, mungkin saja. Dia memang selalu menganggu Yibo."

"Kemarin dia membuat Lili menangis. Dia benar-benar orang yang


keterlaluan."

"Benar.."
Xiao zhan mendengar dengan jelas kata-kata yang di tujukan padanya tersebut.

Dia memang sering mendengarnya dan sama sekali tidak peduli. Namun entah
kenapa hari ini dia sedikit merasa lelah untuk mendengar hal-hal seperti ini.

"Baiklah, ayo pergi." Dia akhirnya mengalah, dan ikut pergi bersama Yibo.

Beberapa saat setelah mereka pergi, Zhou Cheng terbangun dari tidurnya.

"Eh? Apa ya? Hm, pelajarannya sudah selesai?"

"Sudah dari tadi." Jawab salah seorang pria yang duduk di depannya.

"Oh, begitu ya. Lalu, dimana Zhanzhan?" Zhou Cheng kembali bertanya.

"Entalah. Dia pergi bersama Yibo."

"Hah?" Zhou Cheng langsung berdiri dari duduknya, "Ya ampun.. apa yang
Yibo lakukan padanya?"

☆☆☆

Zhan dan Yibo tiba di perpustakaan.


Xiao Zhan dengan wajah malasnya duduk di depan Yibo.

Yibo mengeluarkan sebagian buku dalam tasnya, kemudian mengambil kotak


nasi dari dalamnya.
Melihat Yibo yang membuka kotak nasinya membuat xiao Zhan menatapnya
datar.

"Hei, tidakkah kamu keterlaluan? Kamu membawa makanan, sedangkan aku


kelaparan dan tidak bisa ke kantin." Protes Xiao Zhan.

Yibo melirik Xiao Zhan sekilas, kemudian membuka lembaran buku teksnya.

"Kamu juga bisa memakannya." Kata yibo dengan suara dinginnya.

Mendengar perkataan itu, mata Zhan seketika berbinar.

"Ehh.. benarkah?" tanyanya untuk memastikan.

Yibo mengangguk, "Ya."

"Hm, kalau begitu aku akan mencobanya lebih dulu."

Xiao Zhan kemudian dengan tak sabaran mulai menyicipi makanan yang di
bawa oleh Yibo.

"Uwaahhh.. enak..." mata Xiao Zhan kembali berbinar, bahkan rona merah
terlihat di kedua pipinya.

Yibo melirik Xiao Zhan sekilas sambil menggelengkan kepalanya.

"Hei, kau biasa pesan makanan ya? Dimana kau memesannya?" tanya Xiao
Zhan dengan nada suara yang seolah mendesak.
Yibo menghentikan gerakan tangannya yang sedang membuka buku.
Dia beralih menatap Xiao Zhan.

Dengan ekspresi yang tenang, dia menjawab, "Itu masakan ibuku."

"Eh?" Xiao Zhan yang sedang mengunyah makanan seketika langsung berhenti.

Dia menunduk dan diam untuk sesaat.

"Ah."

"Mama.. bisakah mama membuat bekal untukku? Semua teman-temanku bilang,


mama mereka sering memasak dan membuat bekal untuk mereka setiap hari..
jadi, bisakah..."

"Hah? Jangan memerintahku bocah! Pesan makanan saja sana! Memangnya


uang yang aku berikan untukmu masih kurang?"

"Hei, hei.. Xiao Zhan!!"

Xiao Zhan terkejut. Lamunannya di pecahkan oleh suara Yibo.

"Ya ampun, apa yang sedang kamu pikirkan hah? Kamu bisa makan, tapi ingat
kalau kita kesini untuk belajar." Tegur Yibo.

"Ah.. oh, iya.. maaf." Guman Zhan lirih.

Kemudian mereka mulai belajar, sambil menikmati makanan di depan mereka.


Dan tentu saja mereka menggunakan sendok yang sama, karena sendok yang di
bawa Yibo hanya 1 dan sumpit yang harusnya dia bawah kini masih tertinggal
diatas meja makan di rumahnya.

BAGIAN 9

Yubin yang kebetulan sedang mengembalikan buku di perpustakaan seketika


tercengang melihat kejadian di depannya.

Dia mengucak matanya beberapa kali untuk memastikan apa yang dia lihat
tidaklah salah.

Yibo? A-apa yang sedang dia lakukan? Dan juga.. pria itu.. Xiao Zhan?

Yubin membekap mulutnya tak percaya. Yibo yang dia kenal bukanlah Yibo
yang akan mau makan dengan orang lain, apalagi orang yang tidak dia sukai.

Tapi kali ini, ini bahkan di luar dari pikirannya. Yibo yang berbagi makanan
yang sama, bahkan menggunakan sendok yang sama, Yibo yang manakah itu?

Yibo yang dia kenal selama ini tidak pernah seperti itu. Bahkan Lili yang
merupakan sahabat kecilnya, saat mereka berbagi minuman, Yibo tidak lagi
mengambil minuman yang sama.

Saat larut dalam pikirannya, Yubin tersenyum kecil.


Ah, sekarang aku tahu.. kamu, tidak membencinya kan?

Pria itu terkekeh pelan, kemudian dia berbalik dan pergi sambil berguman kecil,
"Ya, aku harap kalian juga bisa berteman baik."

Yibo sesekali mencuri pandang, melihat bagaimana raut Zhan saat ini.
Xiao Zhan tampak serius, apalagi dengan pipinya yang mengembung karena
makanan membuatnya terlihat imut.

Untuk beberapa saat, Yibo sedikit terpesona. Namun kemudian dia memukul
kepalanya sendiri dengan pulpen di tangannya.

Bodoh! Sebenarnya apa yang aku pikirkan?

"Hei, kalau tes berikutnya aku mendapatkan nilai sempurna. Misalnya 70-80,
apa aku bisa berhenti mengikuti les ini?" Tanya Zhan di tengah-tengah belajar
mereka.

Mendengar pertanyaan tersebut, Yibo terdiam untuk sesaat seolah sedang


berpikir.

"Zhanzhan itu pintar, dia hanya perlu belajar sedikit dan...."

Yibo menggeleng cepat, menghapus perkataan yang di ucapkan Zhou Cheng


tadi pagi.

"Akan ku pertimbangkan." Jawab Yibo.

Mendengar jawaban yang tak pasti membuat Zhan sedikit cemberut.


"Cih, berikan jawaban yang pasti." kata Zhan seolah menuntut.

"Akan aku pikirkan!" Jawab Yibo dengan tegas, terdengar seperti jawaban yang
mutlak, yang tak bisa di bantah.

"Ah, membosankan." Xiao Zhan membaringkan kepalanya diatas meja sambil


menghela nafas panjang.

Wang Yibo menatapnya dengan tatapan yang tak dapat di jabarkan. Seolah
berpikir jika setuju, maka Xiao Zhan mungkin akan semakin jauh darinya.

Bahkan dia sendiri tak mengerti, kenapa dia bisa berpikir seperti itu.

"Ah, maaf soal kemarin." Kata Yibo tiba-tiba, yang membuat Zhan sedikit
mendongak menatapnya.

"Kemarin.. aku sudah berteriak padamu. Maaf." Kata Yibo sekali lagi.

Xiao Zhan mendesah pelan, kemudian kembali membaringkan kepalanya diatas


meja.

"Ya, tidak apa-apa..."

"Aku hanya, tidak suka di salahkan." kata Zhan setengah berbisk.

"Hm? Apa?" tanya Yibo yang tidak terlalu mendengar kalimat terakhir pria
manis itu.
Xiao Zhan bangun dan duduk dengan tegap seperti biasa, kemudian dia
tersenyum lebar.

"Ya, tidak apa-apa." Jawabnya.

"Hm."

Yibo kembali merapikan kotak bekalnya dengan botol airnya yang sudah habis
total.

"Besok kita belajar di rumahku. Dan pastikan untuk mengaktifkan ponselmu."


kata Yibo sambil beranjak berdiri.

"Ah, hm.. baiklah." Jawab Zhan sambil ikut berdiri.

Yibo sedikit merasa heran, kenapa Xiao Zhan tiba-tiba menurut? Padahal dia
selalu melawan saat di ajak belajar di rumah Yibo.

Yibo hanya menggelengkan kepalanya, kemudian berjalan keluar lebih dulu dan
di susul oleh Xiao Zhan.

"Yibo.."

Lili berteriak memanggil namanya sambil berlari ke arahnya.


Jam sekolah sudah selesai dan sudah saatnya bagi mereka untuk kembali ke
rumah masing-masing.
"Ada apa?" Tanya Yibo.

"Yibo, bisakah aku menumpang denganmu? Supirku tidak bisa datang hari ini."
kata gadis itu dengan raut wajah yang sedih.

"Ah, begitu ya.. akan ku carikan taxi untukmu." Jawab Yibo dengan wajah
datarnya.

"Hah?" Lili yang tadinya sedih kini langsung melotot tajam dengan wajah yang
geram.

"Yibo, aku ingin pulang denganmu. Memangnya kenapa kalau aku naik
mobilmu? Kenapa kamu seperti ini padaku hah?" Teriak gadis itu dengan
sedikit marah.

"Maaf. Tapi kamu tahu sendiri kan, aku tidak nyaman kalau orang lain naik di
mobil pribadiku." Jawab Yibo dengan tenang.

"Hah?" Lili menyibakan rambutnya dengan raut wajah yang kesal, "orang lain?
Lalu Xiao Zhan itu apa hah? Dia sering naik ke mobil kamu kan?"

Yibo tercengang. Untuk sesaat dia terdiam, kemudian dia memijat pelipisnya
yang terasa sakit.

"Lili, aku memberi Zhan tumpangan karena aku menjadi guru privatnya. Kalau
kami berangkat masing-masing, bisa-bisa dia kabur." jawab Yibo.

"Hah? Itu alasanmu? Pembohong!! Biarkan saja, pergi sana. Jangan pedulikan
aku!" Teriaknya lagi membentak.

Yibo menghela nafas panjang sambil melihat jam tangannya.


"Maaf, aku harus pulang. Mama mungkin sedang menungguku." Yibo
kemudian masuk ke dalam mobilnya.

Lili terkejut. Yibo benar-benar pergi dari sana.


Wanita itu menghentakan kakinya kasar sambil mengumpat, "Sialan!! Dia
benar-benar tidak berperasaan!"

☆☆

Yibo kembali ke rumahnya.


Lelaki itu masuk ke dalam rumah, menyapa beberapa maid yang bekerja disana.

"Selamat siang sayang, bagaimana belajarnya hari ini?" Tanya nyonya wang
dengan penuh semangat.

"Hm." Yibo mengangguk.

Walaupun mereka punya beberapa maid di rumah, tapi nyonya Wang selalu
memasak sendiri untuk keluarganya.

"Papa?" Tanya Yibo sambil melangkah menaiki tangga.

"Hari ini katanya papa lembur. Ya, sayang sekali ya. Padahal mama masak
banyak hari ini." kata Nyonya wang dengan wajah yang sedikit kecewa.

"Tidak apa-apa.. papa juga kekerja untuk kita." jawab Yibo.


Nyonya wang mengangguk dengan semangat, "Yibo juga jangan lupa turun
untuk makan."

Yibo mengangguk. Kemudian kembali menaiki anak tangga menuju kamarnya.

Sementara itu, di pantai yang luas, Xiao zhan berbaring diatas pasir sambil
menatap lurus ke langit.

"Aku.. tidak ingin pulang." Dia berguman kecil sambil menutup matanya.

Angin yang sepoi-sepoi membuatnya merasa nyaman.

Saat dia sedang menikmati suasana yang hangat, deringan ponselnya berbunyi.

Xiao Zhan mengambil ponselnya, melihat nama yang tertera di layarnya. Dia
menghela nafas panjang.

"Iya ma." Jawabnya dengan suara pelan.

"Dimana kamu hah? Kenapa belum pulang ke rumah? Kamu sudah tidak peduli
sama mama? Lihat papamu! Dia memukul mama lagi dan kamu berniat untuk
meninggalkan mama hah?"

Teriakan di balik layar pipih itu membuat hatinya terasa nyeri.


Xiao zhan menutup matanya, seolah membiarkan air matanya mengalir dengan
bebas.

Dengan suara yang pelan dan lirih, dia menjawab, "Aku pulang."
Dengan hati yang berat dan langkah yang tak ingin maju, Xiao Zhan
memaksakan diri untuk kembali.

Bahkan sampai saat ini pun, dia masih ingin di sayangi. Setidaknya sedikit..
selama ini dia selalu berpikir.

Dia akan sedikit bertahan lebih lama. Jika dia menuruti permintaan ibunya,
suatu saat nanti sang ibu mungkin akan menyayanginya.

Bahkan sampai detik ini pun, dia masih berharap.. dan terus berharap tentang
kasih sayang dari sebuah keluarga.

☆☆

Lili duduk di dalam kamanya dengan perasaan yang tidak tenang.


Dia mengigit kuku jarinya dan sesekali ia berjalan kesana kemari dengan
perasaan yang gelisah.

"Kenapa? Dia hanya pria jelek! Kenapa Yibo begitu peduli dengannya?"

"Padahal dia hanya pria brisik yang tidak tahu malu, tapi kenapa?"

"Ckckc! Tidak bisa di biarkan! Aku tidak akan membiarkan dia mencuri semua
perhatian Yibo, karena Yibo itu.. milikku."

Yibo duduk di dalam kamarnya sambil melihat materi yang harus di berikan
pada xiao Zhan besok.

Dia berpikir dengan keras sambil membuka selembar demi selembar kertas-
kertas yang ada di hadapannya.
"Hanya tiga soal lagi yang harus dia kerjakan.. kalau tinggal 3 berarti
pembelajarannya juga akan selesai."

"Aku.. harus menambah sedikit soal lagi."

Selesai berkata seperti itu, yibo menjadi panik dan gelisah sendiri, seolah dia
baru saja melakukan kesalahan besar dan tertangkap basah.

"Ya- Ya aku bukannya bermaksud lain, tapi.. ini karena dia masih belum
menguasai semuanya dan juga masih.. sedikit bodoh."

Bahkan saat mengatakan hal itu pun dia merasa malu. Membuatnya mendehem
untuk beberapa kali.

BAGIAN 10

Xiao Zhan mengunjungi toko roti yang tak jauh dari sekolah mereka.
Dia berniat membeli beberapa roti untuk mengisi perutnya agar nanti tidak lagi
repot-repot untuk membeli makanan di kantin.

Dia melewati jalanan yang cukup ramai karena anak-anak yang juga berangkat
ke sekolah.
"Ah, malasnya, ibuku menyuruhku untuk ikut les sepulang sekolah.
Menyebalkan.."

"Ah.. aku juga. Aku jadi tidak punya waktu untuk bermain."

"Padahal akhir pekan aku harus pergi dengan teman-temanku.. menyebalkan!"

"Aku juga, aku benar-benar benci ikut Les!"

Xiao Zhan terus mendengar keluh kesah dari para gadis yang berjalan di
belakangnya.

Dia menunduk. Wajahnya tampak suram. Dia terlihat seperti kehilangan


semangatnya.

"Mama.. aku mendapat juara 1 heheh.. aku belajar dengan keras kan?"

Wanita yang di panggil mama itu sama sekali tidak menghiraukan anak kecil
itu.

"Mama, semua teman-temanku punya les privat setelah pulang sekolah. Apa,
aku juga boleh...."

"Kamu mau les privat?"

"Mau.." anak kecil itu berseru dengan riang.

Namun...
"Beraninya kamu!! Beraninya kamu menunjukan prestasimu di depanku setelah
menghancurkan masa depanku! Gara-gara kamu... gara-gara anak sialan
sepertimu, impianku untuk kuliah keluar negeri jadj hancur brantakan!!"

"Sekarang setelah juara 1, kau mau apa hah? Les privat? Kau bahagia?
Beraninya kamu bahagia!! Beraninya kamu tertawa di depanku!! Dasar tidak
tahu malu!!"

"Kau.. tidak boleh tertawa Zhanzhan.. kamu juga, jangan sok pintar setelah
menghancurkan impian orang tuamu!"

Langkah kaki lelaki manis itu terhenti setelah serpihan ingatan masa lalu itu
kembali terlintas.

Dengan wajah yang suram, dia menghela nafas panjang.

Tidak apa-apa.. aku, bukan anak yang pintar sekarang.. dan aku, tidak
bahagia.. karena itu, karena itu..

Suatu saat nanti, suatu saat nanti, mama pasti akan menyayangiku.. mama dan
juga papa..

Aku, hanya perlu bersabar..

Setelah sedikit berguman untuk menguatkan dirinya, Xiao Zhan kemudian


kembali melangkah maju.

Saat ia baru beberapa langkah ke depan.

Braakkk..
"Akh.. aiss..."

Tabrakan yang tak terlalu keras membuat Xiao Zhan sedikit meringis.

"Ya ampun.." Dia mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa yang berdiri di
depannya saat ini, "Maaf--- eehhhh?? Hah??? Kenapa kamu disini?" Teriak
Xiao Zhan dengan ekpresi terkejutnya.

Sedangkan orang di depannya yang tak lain adalah Wang Yibo itu hanya
menatapnya datar.

"Kamu sendiri.. kenapa jalan dengan wajah menunduk seperti itu? Memangnya
jalanan ini punyamu?" sahut Yibo.

"Hah? Kamu menyalahkanku? Jelas-jelas kamu yang berdiri disini. Dasar


bodoh!" Balas Xiao Zhan mengumpat sambil menjulurkan lidahnya.

Namun, hal itu malah membuatnya terlihat imut.

Wang Yibo memijat pelipisnya sambil membuang nafas pasrah.

Ia menunjuk ke arah depan, "Lihat.. ini di depan gerbang. Jadi, siapa yang
salah?"

"Hah?" Xia Zhan ikut melihat arah yang di tunjuk Yibo dengan ekspresi yang
suram.

"Aku tetap tidak salah!" Tukas Zhan dengan tegas. Kemudian dia mendecih
pelan, lalu berjalan masuk mendahului Yibo.
Yibo hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Tidak heran. Kepribadianya memang sangat buruk."

Lili mendatangi kelas 12-A setelah jam istirahat tiba. Dia yang melihat Yibo
sedang berdiri tanpa aba-aba langsung berlari ke arahnya dan menggandeng
tangan Yibo. Membuat Yibo sendiri pun terkejut.

"Lili?" Yibo memanggilnya dengan suara rendah.

Sedangkan gadis itu tersenyum nakal, "Ayo ke kantin.." Ajaknya dengan suara
yang manja. Namun matanya melirik ke arah Xiao Zhan, seolah ingin
menunjukkan kemesraannya dengan Yibo.

Tetapi, dia membeku untuk sesaat, saat melihat Zhan yang hanya menopang
dagunya sambil menikmati roti di tangannya dengan ekspresi yang terlihat biasa
saja.

A-apa? Dia.. tidak kesal? Kenapa? Bukannya dia juga tertarik dengan Yibo?

Si-sial!! Dia pasti hanya sedang menahan diri. Benar..

Aku tidak boleh lengah.. dia, pria yang licik!

"Itu.. Kebetulan Yubin juga ingin makan bersama. Jadi ayo.." jawab Yibo
sambil sedikit membuat gerakan tak nyaman.
Walau begitu, Lili tetap mengandeng tangannya semakin erat.

"Zhanzhan, tidak ke kantin?" Tanya Zhou Cheng.

Xiao Zhan menggeleng, "Lihat.. aku beli beberapa roti. Makan ini saja.. ke
kantin juga sedikit merepotkan."

"Hm benar.. antrin yang panjang." Zhou Cheng kemudian mengambil 1


bungkus roti, kemudian ikut menikmatinya.

Sementara itu di kantin, Lili tengah menatap tajam ke arah Yubin.


Rasanya benar-benar menyebalkan, seolah Yubin menjadi penghalang di saat
dia ingin berduaan dengan Yibo.

Yubin jelas merasakan hawa panas di sekitarnya, namun dia hanya bersikap
masa bodoh.

"Oh ya, bagaimana dengan perkembangan belajar xiao Zhan? Apa sudah ada
hasil yang baik?" tanya Yubin di tengah-tengah makan siang mereka.

"Hm, ya.. dia lumayan. Hanya perlu belajar sedikit lebih keras lagi." Jawab
Yibo.

"Begitu ya.. Ya, semangat untuk kalian berdua."

"Hm, terimakasih." Sahut Yibo singkat.

Atmosfer di sekitar mereka semakin menurun. Lili terlihat semakin murka.


Dia menekan garpu diatas daging pesanannya dengan sekuat tenaga untuk
menahan emosinya agar tidak meledak.

Sudah ku duga.. Xiao Zhan itu.. berbahaya..

Jam istirahat berakhir dan sekarang sudah saatnya bagi mereka untuk kembali
belajar.

Wang Yibo terus melirik kebelakang dengan ekor matanya, berusaha


memastikan bahwa Xiao Zhan belajar dan tidak berfokus pada ponselnya saja.

Di tengah keseriusaannya saat memantau, dia terkenjut merasakan sebuah


gesekan yang asing pada kakinya.

Wang Yibo sedikit merinding, kemudian dia menunduk untuk memastikan apa
yang berada di bawah sana.

Matanya seketika terbelalak kaget saat melihat kaki Xiao Zhan yang sedang
mengendus-endus kakinya.
Wajah Yibo seketika memerah. Bahkan warna merah itu sampai pada telingnya.

"Kau!!" Dia berkata setengah berbisik sambil menoleh melihat Xiao zhan.

Xiao Zhan menyengir, menunjukkan deretan gigi kelincinya yang tampak


indah.

"Kenapa? Kau juga memperhatikan aku dari tadi kan?" Jawab Zhan setengah
berbisik.
Yibo mengeretakan giginya, kemudian dia menarik kursinya sedikit lebih maju
ke depan.

"Yibo, ada apa?" Tanya guru yang melihat Yibo menggeser tempat duduknya.

"Ah, tidak apa-apa pak.. maaf.." jawab Yibo dengan sopan.

Sedangkan Xiao Zhan membekap mulutnya, berusaha untuk menahan tawanya.

"Pak, ijin ke toilet." Kata Zhan sambil mengangkat tangannya.

Pak guru menghela nafas pelan, "Ya, silahkan."

Xiao Zhan berdiri dan berjalan ke toilet.

Setelah dia kembali dari toilet, sebuah kaki menghalanginya, membuatnya


mengernyit heran..

"Hei.." dari balik tembok, muncul seseorang yang tak asing baginya.

Tatapan Xiao Zhan yang tadinya sedikit penasaran, sekarang menjadi datar
kembali.

"Apa maumu?" Tanya zhan langsung tanpa basa-basi.

Orang yang tak lain adalah lili itu tersenyum remeh, "Huh.. inikah wajah
aslimu? Kamu selalu tertawa di depan orang-orang. Tapi aku tahu, kamu itu
bukan orang baik kan?"
Xiao Zhan mendesah, rasanya tak ingin meladeni gadis itu, tapi jika di biarkan,
gadis itu mungkin akan semakin berbahaya.

"Jadi, apa maumu?" Tanya zhan sekali lagi.

Lili menyibakan rambutnya. Dengan wajah yang tampak sombong, dia berkata,
"Jauhi Yibo."

Mendengar perkataan tersebut, Xiao Zhan tidak bisa untuk tidak tertawa.

"Hei, memangnya selama ini kami terlihat dekat?" Xiao Zhan bertanya di sela-
sela tawanya.

Lili merasa geram. Dia merasa seolah di remehkan.

"Jangan main-main denganku! Hei, aku bisa saja menghancurkanmu!" Ancam


gadis itu dengan sedikit berteriak.

Xiao Zhan tersenyum miring, "aku.. tidak merasa dekat dengan Yibo. Kami
hanya sedang belajar.. mungkin seperti, les privat?"

"JANGAN BERCANDA!!" Lili tiba-tiba berteriak, membuat Xiao Zhan


terkejut. Sepertinya kali ini dia benar-benar marah.

"Kamu itu!! Kamu itu hanya ingin menggoda Yibo kan? Kamu jatuh cinta
padanya kan?" Lanjut gadis itu.

Xiao Zhan merasa seperti baru saja di timpa baru yang sangat besar. Untuk
sesaat dia terdiam.
"Cinta?" Dia berguman pelan dengan wajah yang menggelap, kemudian, dia
tiba-tiba tertawa, membuat Lili sedikit merinding.

"Hahaha.. jangan bercanda! Cinta? Kamu pikir Cinta itu ada? Hei, jangan
berharap tentang hal-hal atas nama 'cinta' karena kata yang tak berarti itu, bisa
saja menghancukan hidupmu."

"A-apaa?" Tubuh Lili sedikit gemetar. Dia merasa kesal dan marah, namun dia
harus bisa menahan dirinya.

Saat melihat Xiao zhan tertawa, harga dirinya benar-benar hancur dan dia
menganggap Xiao zhan telah meremehkanya.

"Lihat saja! Aku akan membuatmu menderita karena sudah meremehkan ku!!"
Teriak gadis itu sambil berlari pergi.

Sedangkan Xiao Zhan masih tertawa.. dan sesaat kemudian, wajahnya kembali
menjadi suram.

"Menderita? Memangnya apa yang lebih menderita dari kehidupan ini?"

Dia menatap kedua tangannya dengan tatapan yang kosong.


Wajahnya terlihat sangat suram dan banyak pancaran kesedihan di baliknya.

BAGIAN 11
Jam pulang sekolah tiba.
Seperti yang di janjikan kemarin, Xiao Zhan ikut bersama Yibo untuk belajar di
kediaman Wang.

Di dalam mobil Yibo merasa sedikit aneh. Tidak biasanya Xiao Zhan
memasang wajah suram seperti sekarang.
Dia yang selalu berisik, kini tampak diam dan hal tersebut terasa sedikit aneh.

"Hei, kamu tidak mau belajar di rumahku?" tanya Yibo.

Xiao Zhan sedikit tersentak.. dia melirik ke arah Yibo dan menjawab, "Ah..
bukan begitu, aku hanya sedang menikmati perjalanan." Jawabnya berhobong.

"Hm." Yibo mendehem singkat.

Setelah sekitar 35 menit perjalanan, mereka akhirnya tiba di kediaman Wang.

Keduanya turun bersamaan. Yibo berjalan lebih dulu dan diikuti oleh Xioa Zhan
dari belakang.

"Aku pulang." Sapa Yibo pada orang rumah.

"Selamat datang sayang.. eh?" Nyonya Wang sedikit terkejut saat melihat orang
lain di belakang Yibo.

"Selamat siang bibi.." Xiao Zhan membungkuk memberi hormat.

"Wah, anak baik.. siapa namamu?" Tanya Nyonya Wang sambil menghampiri
Xiao Zhan.
"Xiao Zhan." Jawab Zhan dengan senyum lebar di bibirnya.

"Wahh.. bahkan namamu juga indah.. jadi, apa kamu temannya Yibo?" tanya
Nyonya Wang stengah berbisik dengan raut wajah yang penasaran.

"Ah itu.."

"Aku guru privatnya. Mama ingatkan, tentang tugas yang aku ceritakan saat
itu?" kata Yibo menyela pembicaraan Xiao Zhan.

"Ah.. jadi begitu ya.." nyonya Wang sedikit membekap mulutnya, seolah
berusaha menahan senyum lebarnya.

"Baiklah, tunggu sebentar, mama harus mengatur ruang belajar dengan baik
agar..."

"Tidak usah ma.. kami akan belajar di kamarku." sanggah Yibo kembali
menyela perkataan sang ibu.

"E-eh?" Nyonya Wang melotot tak percaya. Bahkan dia tidak tahu harus
mengatakan apa untuk saat ini.

"Ayo." Ajak Yibo.

"Ah.. kalau begitu, permisi bibi.." zhan kemudian mengikuti Yibo menaiki anak
tangga menuju kamar pria Wang itu.

"He-hei.. apa aku salah lihat?" Tanya Nyonya Wang pada maid yang berdiri tak
jauh dengannya.
Sama dengan nyonya Wang, reaksi para maid pun terlihat terkejut.

"Tidak.. Nyonya tidak salah lihat.." jawab salah seorang maid

Nyonya Wang menunduk sebentar dan mulai berusaha berpikir keras.

"Apakah, dia bukan anakku? Jangan-jangan, itu adalah Yibo yang palsu?"

Mendengar perkataan Nyonya Wang membuat para maid menggelengkan


kepala mereka.

"Nyonya, ini dunia nyata.. lagipula, dia benar-benar tuan muda.." jawab maid.

"Tapi.. tapi dia membiarkan orang masuk ke dalam kamarnya?" Kembali


nyonya wang berseru dengan ekspresi yang masih tak percaya.

Kamar Wang Yibo adalah privas yang sangat penting. Yibo tidak suka bila
orang lain masuk ke dalam kamar pribadinya.

Bahkan orang tuanya pun sangat jarang masuk ke sana. Yubin dan Lili yang
merupakan teman masa kecilnya pun di larang keras untuk masuk ke dalam
kamarnya.

Yibo sangat tidak suka bila barang-barang pribadi miliknya di sentuh oleh orang
lain.
Dia sudah sangat tegas sejak berusia 10 tahun. Karena itulah hari ini benar-
benar sebuah peristiwa yang besar.

Yibo benar-benar membiarkan orang lain masuk ke dalam kamarnya.


Nyonya Wang mengatupkan tangannya dengan mata yang tertutup dan air mata
yang mengalir dari sudut matanya.

Dia berkata, "Oh Tuhan.. apa Anakku akhirnya menemukan seorang sahabat
yang cocok dengannya? Syukurlah.."

Sementara itu, Xiao Zhan menatap seisi kamar Yibo yang sangat luas dan rapih.

Pria manis itu dengan sembarangan langsung duduk diatas kasur Yibo.

"Wahh.. disini benar-benar hangat dan... sunyi.." kata Zhan dengan senyum
lebar di wajahnya.

"Hei, menyingkir dari sana!" Perintah Yibo.

"Ehh.. kenapa? Memangnya tidak boleh duduk disini?" tanya Zhan dengan
ekspresi cemberut yang di buat-buat.

Yibo membuang nafas kasar, kemudian dia duduk bersimpuh di bawah lantai
dengan sebuah meja belajar di hadapannya.

"Duduk disini." Titah Yibo dengan suara dinginnya.

"Huh.. lagipula belum mulai kan?" tanya Zhan.

"Aku membuat ringkasan materi untuk pembelajaran hari ini, tunggu sebentar."
Jawab Yibo sambil membuka bukunya dengan serius.
"Hah.. kalau begitu, bolehkah aku berbaring sebentar? Ya, aku hanya merasa
sedikit lelah." kata Zhan dengan sedikit bersemangat.

Yibo meliriknya dengan dingin, "Tidak tahu malu."

Ya, yang di bilang tidak tahu malu memanglah tidak tahu malu. Xiao zhan
memang orang yang seperti itu.

Pria manis itu tertawa kecil, kemudian merebahkan dirinya diatas kasur.

Hangat.. disini.. benar-benar tenang..

Ah, wangi.. aroma tubuh Yibo ya..

Sekilas semburat merah terlihat di pipi pria manis itu. Kemudian berlahan dia
menutup matanya.

Sekitar 20 menit kemudian, Yibo menyelesaikan rangkuman yang ia buat,


kemudian dia berdiri dan menghampiri Xiao Zhan.

"Hei, sudah selesai." katanya dengan suara pelan.

Beberapa saat kemudian, dia tak melihat pergerakan dari pria manis itu.
Keningnya bertaut. Tangannya kemudian terlulur menyentuh badan pria manis
itu.

"Hei, tidak mungkin kau tidur kan? Bangun sekarang!" Yibo berkata lagi
dengan setengah berteriak.
Xiao zhan mulai bergerak. Dia berbarik menghadap Yibo dan hal tersebut
membuat Yibo tercengang.

"Hah? Be-benar-benar tidur?"

Nafas Xiao zhan tampak teratur. Yang berarti dia benar-benar terlelap.

Yibo tanpa sadar menunduk. Tangannya bergerak sendiri menyentuh wajah


yang tenang itu. Tangannya di bawah keatas, menyibakkan poni pria manis itu.

"Wajah yang tenang.." dia berguman lirih.

Kemudian tanpa sadar, dia semakin menunduk, wajah mereka semakin dekat
dan saat Yibo hendak menyatukan bibir keduanya,

Tok..

Tok..

Pintu yang di ketut seketika membuat jantungnya terasa hampir copot.

Dia langsung mundur beberapa langkah dengan keringat dingin di wajahnya.


Bahkan wajahnya terasa seperti terbakar saat ini.

"Yibo, mama bawakan teh untuk kalian." Teriak sang ibu dari luar.

Yibo menarik nafasnya dalam-dalam dan membuangnya beberapa kali sambil


mencoba menetralkan emosinya serta memperbaki ekspresinya.
Yibo membuka pintu, kemudian mengambil nampan dari tangan ibunya.

Nyonya Wang berusaha melihat ke dalam tapi sedikit kesulitan karena Yibo
hanya membuka setengah pintunya.

"Eh.. dimana xiao Zhan?" Tanya Nyonya Wang dengan lirikan matanya yang
tampak curiga.

"Setelah belejar kami akan turun." Jawab Yibo sambil mencoba menutup
pintunya.

"Astaga.. padahal mama ingin melihatnya.." Nyonya wang tampak seperti


sedang menggoda sang anak.

"Ma, kami harus belajar.." Yibo kemudian benar-benar menutup pintunya.

Tapi, sebelum pintu itu tertutup rapat, dia mendengar suara Xiao Zhan yang
berkata, "Ughh.. Ya ampun, sepertinya aku ketiduran.. kasurmu benar-benar
nyaman."

Jantung nyonya Wang seketika berdegup kencang.. matanya melotot tak


percaya.

Dia.. TIDUR DI KASURNYA YIBO????

Nyonya Wang berteriak dalam hatinya dengan seluruh wajah yang memerah
sambil menahan tawanya.

Wanita itu turun ke lantai bawah, kemudiam tertawa dengan kencang disana.
Sambil membayangkan masa lalu, dimana saat yubin menginap di rumah
mereka.

"Ma, aku tidak mau berbagi tempat tidur. Yubin suruh tidur di kamar tamu
saja."

"Ya ampun hahaha.. Xiao Zhan, sepertinya kamu mampu mencairkan es


miliknya.."

"Syukurlah.. Yibo akhirnya bisa membuka hatinya untuk orang lain."

Nyonya Wang merasa terharu. Sebenarnya selama ini dia merasa cukup
khawatir. Yibo terkesan sangat dingin dengan orang lain, dan dia khawatir
anaknya tidak akan memiliki teman yang mampu bertahan dengan sifatnya.

Tapi sekarang, dia benar-benar bersyukur.

Xiao Zhan turun dari kasur, kemudian duduk di depan Yibo.

"Kamu datang kesini untuk belajar atau untuk tidur?" tanya Yibo dengan wajah
datarnya.

Xiao Zhan sedikit mendecih, "Cih.. aku hanya kelelahan dan butuh istirahat
sebentar."

Yibo meliriknya dengan mata, "Kau hanya tertawa dan membuat onar setiap
hari. Memangnya apa yang membuatmu lelah?"

Xiao Zhan mempoutkan bibirnya, kemudian memalingkan wajahnya, "hmphh..


tertawa juga butuh tenaga tahu!"
Yibo hanya bisa menghela nafas panjang. Dia benar-benar tidak mengerti
dengan jalan pikiran Xiao Zhan.
Walaupun dia tampak ceria setiap hari, tapi bagi Yibo.. xiao Zhan itu cukup
misterius.

BAGIAN 12

Setelah selesai belajar, Yibo dan Xiao Zhan turun ke lantai bawah..

"Hei, apa kau suka memakai baju lengan panjang?" Tanya Yibo sembari mereka
berjalan.

"Oh.. hm, begitulah.." jawab Zhan.

Yibo hanya sedikit penasaran, karena saat di tempat belajar pun Xiao Zhan
sama sekali tidak melepas seragamnya walaupun cuacanya panas walau dia
memakai kaos dalaman.
"Yibo, Zhanzhan.. kemari.." nyonya Wang berteriak memanggil keduanya.

Yibo memiringkan kepalanya sedikit bingung. Ibunya seperti lebih bahagia dari
biasanya.

Keduanya turun ke lantai bawah, kemudian duduk di meja makan untuk makan
malam.

"Zhanzhan, menginap saja disini.. ini kan sudah malam." kata Nyonya Wang
saat mereka hendak bersiap untuk makan.

"Ah- haha.." xiao Zhan merasa sedikit panik, "Tidak perlu bibi.. aku harus
pulang.. mama, sendirian di rumah." tolaknya dengan halus.

"Ah, benarkah.. hm, kalau begitu, papamu kemana?" tanya Nyonya Wang lagi.

"Kerja.. biasanya papa lembur." Jawab zhan.

"Ah.. begitu ya.. sayang sekali."

Mereka kemudian makan malam bersama.


Xiao Zhan merasa sedikit terharu.

Masakan yang enak yang tentu saja di masak oleh nyonya Wang sendiri..
suasana yang terasa hangat dan tenang.

Xiao Zhan merasa sedikit iri. Dadanya terasa nyeri. Dia berusaha keras untuk
menahan air matanya. Berusaha untuk tidak menunjukkan sisi aslinya disana.
Ibunya, bahkan tidak pernah sekalipun memasak untuknya.

Kata orang, masakan ibu itu selalu enak.. kalau masakan mama, kira-kira
rasanya bagaimana ya. Aku, sedikit penasaran.

"Hei, makan." Tegur Yibo karena Xiao Zhan dari tadi hanya menunduk dan
melihat makanannya.

"Ah.. haha, maaf.. aku, sedikit merindukan masakan ibuku." Sahut zhan
memberi alasan.

"Haha.. kamu anak yang ceria ya.. sering-seringlah datang kemari.." kata
Nyonya Wang.

"Tidak boleh!" Sanggah Yibo, "dia sangat berisik!" Lanjutnya.

Nyonya Wang dan Xiao Zhan sambil menatap satu sama lain, kemudian
keduanya tertawa.

"Hahah, zhanzhan.. harap maklum ya, sifatnya memang sangat buruk." Kata
nyonya Wang.

Xiao Zhan mengangguk di tengah tawanya, "jangan khawatir bibi.. Aku tahu,
dia memang orang yang menyebalka."

"Berisik!" Tegur Yibo.

"Eh, kenapa? Kamu tidak terima? Haha.. oh.." mata Zhan tertuju pada potongan
daging di piring Wang Yibo.
"Woww.. kamu benar-benar memotongnya dengan sangat rapi.." kemudian
tangan Zhan dengan cepat mengambil sepotong daging dan memakannya.

Hal itu sukses membuat nyonya wang merasa seperti baru saja di timpa batu
yang besar.
Dia ternganga dengan perasaan yang sedikit panik dan gelisah.

"Hm, enak.." kata Zhan memuji dengan wajah polosnya.

Sedangkan Nyonya wang merasa seperti batu yang retak... dia semakin tak bisa
berpikir dengan benar.

Dia tahu, Yibo sangat membenci orang-orang yang mengambil makanan dari
piringnya.

"Ini sama dengan punyamu.. kamu hanya perlu memotongnya seperti ini." kata
Yibo dengan suara yang rendah dan hal tersebut menyadarkan nyonya Wang
dari pikirannya yang melayang jauh.

"Eh?" Wanita paruh baya itu langsung menatap putranya dengan ekspresi yang
tak percaya.

"Hm, baiklah.." Zhan mengangguk, kemudian mereka mulai makan dengan


tenang.

Sedangkan Nyonya Wang lagi-lagi merasa terharu. Bahkan dia meneteskan air
matanya.

Yibo-ku.. benar-benar sudah berubah.. zhanzhan adalah penyelamatnya.. hikss..


"Eh? Bibi, ada apa? Kenapa bibi menangis?" Tanya Zhan yang melihat air mata
nyonya Wang.

"Ah.. hm, tidak apa-apa.. hanya kepedasan haha.." jawab wanita paruh baya itu
berbohong.

"Oh.. silahkan minum air dulu bi." Zhan menuangkan air untuk nyonya wang.

"Terimakasih Zhanzhan.."

Zhan mengangguk dengan senyum kecil. Namun Yibo yang tak sengaja melihat
sedikit terdiam.

Ekspresi Xiao zhan yang baru pertama kali ia lihat.. bahkan dia sendiri tak
mengerti, apa arti dari ekspresi tersebut.

Walau dia tersenyum, tapi terlihat banyak kekosongan dari matanya.

Setelah mereka selesai makan, Xiao Zhan pamit untuk pulang.

Yibo ingin mengantarnya, tapi Xiao Zhan menolaknya. Dia ingin pulang sendiri
dengan taxi.

Setelah Xiao Zhan pergi, nyonya Wang mulai mendekati Yibo.

"Dia sahabatmu ya? Kamu sangat peduli padanya." Tanya Nyonya Wang
dengan nada sedikit menggoda.

"Tidak! Hanya murid ssmentara." Jawab yibo sambil berjalan menaiki tangga
menuju kamarnya.
"Pfftf.." Nyonya Wang tertawa kecil, "Papa harus tahu ini.."

Rumah yang ribut setiap hari, pertengkaran yang terus menerus terdengar di
rumah besar itu.
Xiao Zhan masuk ke dalam, mengabaikan teriakan dan makian yang ia dengar,
kakinya terus melangkah menuju kamarnya.

"Aku melihatmu dengan wanita itu!! Dasar brengsek!!"

"Apa masalahmu hah? Kamu juga sering pergi bersenang-senang kan? Apa
uang yang aku berikan masih belum cukup?"

"Kurang ajar!! Dasar iblis!!! Arkhhhh!!"

"Hiks.. hikss.. hikss.."

Xiao Zhan masuk ke dalam kamarnya, menutup pintunya dan bersandar untuk
sesaat. Mengabaikan suara-suara yang terdengar ribut di luar. Suara tangai,
tawa, cacian.. semuanya kadang membuatnya muak.

Pria manis itu mengunci pintunya. Mendorong kursi miliknya dan duduk di
dekat jendela yang terbuka.

Ia memasang headset di kedua telinganya. Kemudian menekuk kedua lututnya


dan memeluknya sambil melihat keluar jendela.
"Aku.. sebenarnya sangat lelah.."

Xiao Zhan pernah mencoba untuk kabur dari rumah, tapi tuan Xiao dengan
mudah membawanya kembali.

Walaupun tidak pernah di perhatikan, tapi Xiao zhan tetaplah pewaris keluarga
Xiao dan tuan Xiao tetap akan memberikan warisannya pada Xiao Zhan.

Tapi, mereka sama sekali tidak peduli tentang pendidikannya.

Yibo masuk ke dalam kamarnya. Dia mandi membersihkan dirinya, kemudian


berjalan ke arah ranjangnya dan membaring disana.

"Aroma ini.." seketika matanya terbelalak kaget.

"Dia.. tidur disini." Yibo meraba bantal di sambilnya, dimana Xiao zhan
berbaring disana.

"Aku, mungkin sudah gila. Tapi.."

Dia menyentuh dadanya yang berdebar kencang, "Aku.. tidak mengerti dengan
perasaan ini."

Hari-hari sekolah berjalan seperti biasa. Xiao Zhan terkadang datang ke diaman
Wang untuk belajar dan sekarang tinggal beberapa kali lagi dia melaksanaka
pembelajaran itu dengan wang yibo.
"Perkembanganmu meningkat dengan baik ya.." tanya Zhou Cheng saat
keduanya berada di kantin.

Xiao Zhan mengangguk, "Ya.. kata Yibo begitu."

"Syukurlah kalau begitu.. apa kalian sudah semakin akrab?"

Xiao Zhan mengangguk singkat, "Ya, aku pikir Yibo tidak buruk juga."

Tapi.. akhir-akhir ini aku mulai lelah.. bahkan untuk tertawa pun, aku
kelelahan..

"Syukurlah.. semoga Yibo mau berteman juga dengan kita."

Xiao zhan mengangguk setuju.

Sedangkan Wang Yibo terus menatap ke arah mereka dan tanpa sadar
lengannya di senggol oleh Yubin.

"Kenapa? Ingin bergabung dengan mereka?" tanya Yubin dengan senyum


misteriusnya.

Yibo melirik Yubin sekilas, kemudian kembali menyantap makanannya.

"Tidak."

Sementara itu, tak jauh dari sana. Sepasang mata terus mengawasi mereka
dengan tajam.
"Xiao zhan.. lihat saja, aku pasti akan membuatmu menyesal karena sudah
meremehkanku."

Di perusahaan Xiao, beberapa klien terus berdatangan dan beberapa rekan kerja
pun datang untuk sekedar bersinggah.

"Jadi bro, anak kamu harusnya sudah dewasa sekarang kan?" Tanya seseorang
pada Tuan Xiao.

Tuan Xiao mengangguk dengan bangga, "Haha, tentu saja.. dia timbuh dengan
baik dan tentunya tampan sepertiku."

"Hahaha.. senangnya punya putra yang tampan dan cerdas. Aku jadi tidak sabar
ingin bertemu dengannya."

Tuan Xiao mendehem sebentar dengan gerak tubuh yang tampak sombong.

"Ya, kapan-kapan aku akan mengajaknya ke acara besar."

"Baiklah.. kami akan menantikannya."

☆☆

Jam pulang sekolah tiba dan seperti biasa Xiao Zhan berjalan ke halte bus
karena dia malas membawa supirnya.
Pria manis itu hendak menyeberangi jalan tanpa sadar bahwa sebuah mobil
melaju ke arahnya.

"XIAO ZHAN.. AWASS..."

Xiao Zhan terkejut.. saat dia baru saja menoleh...

Deggg

Brugghhh..

Drettt...

Bruggghhh..

Tubuh kurus itu terpental jauh. Orang-orang yang tak jauh dari sana berlari
menghampirinya.

"Xiao Zhan..."

Xiao Zhan masih dapat mendengar suara yang memanggilya. Suara yang
bergetar dan panik.

Tapi dia tidak mampu mempertahankan kesadarannya.


Pria manis itu kehilangan kesadarannya.
BAGIAN 13.

Wang Yibo duduk dengan raut wajah yang campur aduk di dalam mobil
ambulance.
Dia terus menggenggam tangan Xiao Zhan dan sesekali menciumnya.

"Zhan.. aku tidak tahu tapi, dadaku terasa sangat sakit.."

"Aku mohon.. jangan sampai terjadi apa-apa.."

Dia menyibakkan rambut Xiao Zhan, melihat sebuah luka yang cukup lebar
disana.
Yibo mengeretakan giginya. Dia merasa marah pada dirinya sendiri entah
karena apa.

Mobil yang menabrak Xiao Zhan telah kabur. Namun, Yibo berharap pihak
berwajib segera menangkapnya.

Setibanya mereka di rumah sakit, Xiao Zhan di bawah ke ruang UGD.

"Maaf, anda tidak boleh masuk." kata perawat yang mencegah Yibo untuk tidak
boleh masuk.

"Kenapa? Saya temannya." Sahut Yibo dengan ekspresi yang berantakan.

"Anda bisa menunggu disini."

Setelah mengatakan itu, sang perawat masuk ke dalam ruangan dan menutup
pintu.
Yibo terus mondar mandir kesana kemari dengan perasaan yang kacau. Dia
tidak pernah merasa sekacau ini sebelumnya.

Dia duduk di bangku penunggu sambil mencoba untuk terus berdoa agar Xiao
Zhan baik-baik saja.

Setelah beberapa menit kemudian, dokter keluar dari sana.

Wang Yibo berdiri dengan cepat menghampiri dokter.

"Bagaimana keadaan dia?" tanya Yibo yang tampak tak sabaran.

"Syukurlah dia baik-baik saja. Hanya, benturan di kepalanya cukup keras jadi
dia kehilangan banyak darah. Tapi jangan khawatir, dia akan segera bangun."
jawab sang dokter.

Yibo menghela nafas panjang, "Syukurlah.."

"Oh iya.. apa anda sudah menghubungi anggota keluarganya?" tanya sang
dokter.

"Ah.." Yibo baru saja teringat. Dia mengambil tas Xiao Zhan dan membukanya.
Syukurlah ponsel pria manis itu ada disana.

Yibo menekan kontak yang bertuliskan "Mama" kemudian memanggilnya.

"Halo." Sapa seseorang dari seberang sana.


"Halo bibi, maaf.. saya temannya Xiao Zhan, saat ini Xiao Zhan sedang di
rumah sakit xxx. Dia mengalami kecelakaan saat pulang sekolah tadi." Jelas
Yibo.

"Hah? Memangnya dia tidak punya mata? Kenapa bisa sampai kecelakaan?
Bagaiamana keadaannya sekarang?"

Yibo terkejut dengan reaksi yang di berikan orang di balik ponsel tersebut. Dia
menjauhkan ponsel tersebut dari telinganya untuk memastikan bahwa yang di
panggilnya benar-benar ibu dari Xiao Zhan.

"Dia, baik-baik saja.. tapi.."

"Hah.. ya sudah kalau begitu.."

Kemudian panggilan di putuskan, membuat Yibo lagi-lagi terkejut.

"Apakah ini, benar-benar ibunya Zhanzhan?" Dia bertanya pada dirinya sendiri.
Kemudian menggelengkan kepalanya tak percaya.

Yibo masuk ke dalam ruangan. Dia menatap Xiao Zhan yang sedang terbaring
pucat disana. Dia menghela nafas panjang kemudian berjalan mendekat.

Ia mendorong kursi dan duduk di samping Xiao Zhan sambil memegang tangan
pria manis itu.

"Cepat sembuh.. Hatiku, tiba-tiba sakit melihatmu seperti ini.."

"Padahal kamu selalu ceria, tapi sekarang wajahmu pucat.."


Yibo menempelkan tangan Xiao Zhan di pipinya..

"Hangat.." gumannya pelan.

Kemudian dia kembali meletakan tangan Zhan di atas kasur namun, matanya
tak sengaja menangkap garisan kecil di pergelangan tangan Xiao Zhan..

"Hm? Apa ini?" Yibo mengernyitkan alisnya. Kemudian secara perlahan dia
menarik lengan baju itu ke atas dan matanya seketika terbelalak kaget saat
melihat banyak bekas goresan disana.

"A-apa ini?"

Yibo kemudian menarik tangan sebelah pria manis itu dan melihatnya.

"Sa-sama.. kedua tangan ini.. banyak luka.."

Wajah Yibo tiba-tiba menggelap. Atmosfer di dalam ruangan tersebut tampak


dingin dan mencengkram.

"Zhan, apa keceriaanmu selama ini, adalah tipuan?"

Dia mengepal erat tangannya, "Kenapa? Kenapa melukai diri sendiri? Seberapa
sulit kehidupan yang kamu jalani? Kenapa.."

Yibo mengancing giginya, tak sanggup lagi untuk bicara. Dia hanya menunduk
dengan wajah yang menggelep.

Hari sudah mulai gelap, hujan rintik-rintik mulai terdengar.


Xiao Zhan menggerekan jarinya kemudian perlahan matanya terbuka.

"Dimana ini.." dia berguman lirih dan berusaha untuk bangun. Kedua matanya
melebar kaget saat merasa pinggangnya seperti di sentuh oleh sebuah tangan,
kemudian menopangnya untuk bangun dan menyandarkannya ke kepala
ranjang.

"Yi-Yibo?" Zhan memekik dengan ekspresi kagetnya.

"Ya, aku disini." Jawab Yibo sambil duduk di kursi.

"Kamu.. yang bawa aku kesini?" tanya Zhan dengan sedikit malu-malu.

Yibo mengangguk, "Ya.. syukurlah kamu sudah sadar."

"Terimakasih.." Zhan menunduk dengan senyum kecil. Namun kemudian dia


seolah teringat sesuatu.

"Yibo.. ini rumah sakit kan?" Tanya Zhan dengan ekspresi yang sedikit
bersemangat.

Yibo mengangguk lagi, "Ya."

"Itu.. apa kamu sudah memberitahu ibuku? Ponselku ada di dalam tas dan.."

"Aku sudah menelponnya." kata Yibo memotong pembicaraan pria manis itu.
"Be-benarkah? Lalu, apa ibuku datang?" tanya Zhan dengan tatapan yang penuh
harap.

Yibo menghela nafas berat, "Mungkin saja, dia sibuk."

Mendengar jawaban tersebut, Xiao zhan seolah mengerti.

Ibunya, tidak datang.

"Begitu ya.." dia menunduk dengan ekspresi yang suram.

Ma.. Padahal aku mengalami kecelakaan. Tidak bisakah.. kalian menjengukku?


Walau hanya sebentar..

Xiao Zhan meramat kuat selimut di pinggangnya.

"Zhan.."

"Yibo, bisakah kamu belikan aku beberapa cemilan? Aku merasa sedikit lapar."
kata Zhan menyanggah pembicaran Yibo.

"Oh.. baiklah.." Yibo berdiri dari duduknya.

"Kartuku ada dalam tasku, sekalian.. bisakah mengurus biaya administrasinya?"

Yibo menghela nafas panjang. Dia tersenyum kecil sambil mengelus singkat
rambut Xiao Zhan.
"Jangan khawatir, aku sudah mengurusnya.. tunggu sebentar ya." Yibo
kemudian berjalan keluar dari ruangan.

Xiao zhan terus menunduk, membiarkan air matanya mengalir keluar begitu
saja.

"Apakah aku.. sangat tidak di inginkan?" Dia berguman lirih.

Beberapa menit setelah Wang Yibo pergi, Xiao zhan turun dari ranjang. Dia
mengambil ponsel di dalam tasnya, kemudian berjalan keluar dari ruangan.

Xiao Zhan berdiri di atap rumah sakit. Tepatnya diatas tembok ke atas.
Beberapa kali dia melihat ke bawah, melihat betapa tingginya tempat itu.

Senyum putus asa terpancar di wajahnya. Xiao Zhan menyalahkan ponselnya


dan menekan kontak ibunya, kemudian memanggilnya.

"Halo, ada apa?" Tanya seseorang di sebelah sana.

Xiao Zhan dengan tatapan yang kosong menjawab, "Ma, aku di rumah sakit."

"Iya, terus? Bukannya kamu baik-baik saja? Atau uang untuk biaya
administrasinya kurang?"

"MAMA!!" Xiao Zhan berteriak marah dengan air mata yang bergelinang
keluar.

"Aku, tidak butuh uang atau apapun. Tapi.. Apa mama sama sekali tidak
khawatir padaku? Sedikit saja.. sedikit saja.. apa mama tidak merasakannya?"
"Hah.. dasar. Kamu kan sudah dewasa, kenapa tidak bisa mengurus dirimu
sendiri?"

Xiao Zhan mengepal erat tangannya. Dia terlihat sangat marah. Hatinya benar-
benar terasa sakit.

Xiao Zhan kembali menunduk, dengan wajah suram dia berkata, "Ma, aku tidak
peduli bagaimana papa memandang aku.. seberapa besar papa membenci aku.
Aku sama sekali tidak peduli. Tapi mama..."

"Kenapa mama sampai sejauh ini? Padahal mama yang melahirkan aku.. Mama
yang berjuang agar aku bisa lahir.. tapi kenapa.."

"Hah? Apa yang sedang kamu bicarakan?"

Di tengah tangisnya, pria manis itu berteriak, "DIAM!!"

Teriakannya sukses membuat nyonya Xiao yang berada di seberang sana


terkejut.

Kemudian Xiao Zham kembali berkata, "Kalau mama memang tidak


menginginkan aku, kenapa melahirkan aku? Kenapa membiarkan aku hidup?
KENAPA?!"

"Padahal aku sama sekali tidak minta untuk di lahirkan. Padahal bukan aku
yang menghancurkan masa depan kalian. Tapi kenapa.. kenapa kalian terus
menyalahkan aku?"

"Kenapa kalian membenci ku? Padahal aku.. aku hanya ingin di sayang.
Setidaknya sedikit.. hikss.. aku hanya ingin di perhatikan"
"Aku hanya ingin makan masakan mama seperti orang lain, ingin mendengar
pujian karena mendapatkan nilai yang sempurna seperti yang lain.. padahal
hanya itu..."

Xiao Zhan menyeka air matanya. Dia terlihat menyedihkan dan rapuh.

"Tapi.. bahkan sampai detik ini pun, aku sama sekali tidak mendapatkannya."

"Ma.. apa mama menyayangiku? Sedikit saja, apa mama pernah menganggapku
sebagai anak?"

"Xiao Zhan, apa kepalamu terbentur dengan keras? Kau terus mengoceh hal-
hal yang tidak jelas."

Xiao Zhan tersenyum miring dengan penuh putus asa.

"Ternyata benar.. mama, sama sekali tidak menyayangiku."

"Aku muak dan juga lelah!! Karena itu, Sudah cukup.."

"Aku, sudah tidak kuat.."

"Pada akhirnya, aku tetap di abaikan.. sampai akhirpun. Kalian, tidak pernah
melihatku..."

"Selamat tinggal.."

BAGIAN 14
Di tengah hujan yang rintik-rintik, malam yang semakin gelap. Xiao Zhan
menatap sayu sebuah tangan yang berusaha keras mencekal tangannya.
Menahannya agar tidak terjatuh.

Dengan wajah yang putus asa dan air mata yang terus mengalir, Xiao Zhan
berkata dengan lirih.

"Yibo.. lepaskan.."

Yibo baru saja kembali dari supermarket setelah membeli cemilan dan saat dia
tiba.. Xiao Zhan sudah tidak ada lagi disana.

Kemana dia?

Yibo sedikit panik dan khawatir. Dia langsung menuju ruang cctv dan meminta
para petugas disana untuk memeriksa dan mereka memastikan bahwa Xiao
Zhan sedang berjalan menuju atap.

Yibo dengan cekatan berlari ke sana dan saat dia baru saja tiba, Xiao Zhan
sudah berniat untuk melompat. Namun dia dengan cekatan menahan tangan pria
manis itu walau dengan perasaan yang gelisah dan takut, namun dia berusaha
keras menguatkan dirinya. Karena kalau dia lemah, maka pegangan tangan itu
akan terlepas dan Xiao Zhan benar-benar akan jatuh.

"Bodoh! Bodoh! Apa yang kamu lakukan!!" Teriak Yibo dengan sedikit marah.
"Bo.. maaf.. tolong lepaskan aku.." pinta Zhan dengan matanya yang tampak
kosong.

"Hei, apa yang membuatmu begini hah? Kamu bisa memberitahu ku.. aku tidak
masalah kalau kamu mengangguku setiap hari, aku tidak masalah kalau kamu
berbuat seenaknya, karena itu.. aku mohon, pegang tanganku."

Yibo menyodorkan tangannya yang lain. Berharap Xiao Zhan mau menerima
dan menggenggamnya.

Namun, pria manis itu menggeleng, "Aku.. lelah.. sudah cukup, semua orang,
tidak menginginkan aku.."

"SIAPA YANG TIDAK MENGINGINKANMU?"


Yibo berteriak marah, membuat Xiao Zhan terkejut.

Dia tersenyum samar, "Yibo.. kenapa? Bukankah kamu membenciku?"

"Jangan bicara yang tidak penting. Sekarang pegang tangannya.. atau, kita akan
melompat bersama."

Mata Xiao zhan melebar kaget. Dia tidak bisa menyeret Yibo dalam
masalahnya.

Xiao Zhan dengan berat hati menggenggam tangan Yibo membuat Hati Yibo
sedikit lega.

Yibo berusaha dengan sekuat tenaga menarik pria manis itu keatas. Walaupun
sedikit kesulitan, namun dia berhasil menariknya.
Saat kaki Xiao Zhan menginjak lantai atap, Wang Yibo menariknya dan
memeluknya dengan erat, seolah tidak ingin melepaskannya.

"Yibo.. kenapa.." tanya Zhan dengan tatapan yang kosong.

Sekujur tubuh Yibo gemetar. Dia membenamkan wajahnya bahu Xiao Zhan,
membiarkan air matanya mengalir keluar dengan bebas.

Untuk pertama kalinya, Yibo merasa ketakutan seperti ini.

"Apapun yang kamu hadapi.. masalah seberat apapun itu, aku mohon.. aku
mohon jangan mengambil jalan ini."

"Zhanzhan.. aku, merasa sangat takut.."

Yibo kemudian melepaskan pelukan mereka, kemudian menyentuh wajah Xiao


Zhan dengan lembut dan sesaat kemudian, mata Xiao zhan terbelalak lebar saat
merasakan benda kenyal menyentuh bibirnya.

"Yibo.. apa yang, kamu lakukan..?" Xiao Zhan bertanya dengan ekspresi yang
tampak kebingungan.

"Aku juga tidak tahu tapi... aku selalu ingin menciummu."

Jawaban Yibo sama sekali tidak bisa di mengerti. Saat Xiao Zhan hendak bicara
lagi, pandangan di sekitarnya menjadi kabur dan saat kemudian dia kehilangan
kesadarannya.

"Zhan.. XIAO ZHAN!!" Yibo berteriak panik, kemudian dia menggendong


Xiao Zhan, membawa pria manis itu turun kebawah.
Sementara itu, di kediaman Xiao, Nyonya wang menatap fotonya yang masih
muda.

Dia hamil setelah pengumuman kelulusan di SMA. Saat itu dia dan tuan Xiao
memang berpacaran, tapi tidak menyangka dia benar-benar akan hamil.

"Kamu sudah mencoreng nama baik keluarga. Kamu harus bertanggungjawan.


Lahirkan anak itu dan rawat dia."

"Yuri, sayang sekali ya kamu tidak bisa kuliah keluar negeri."

"Haha, sayang sekali ya kita tidak bisa berteman lagi."

"Perutmu sudah membesar ya.. anakmu laki-laki atau perempuan?"

"Hanya lulusan SMA saja.. apa sekarang kamu juga masih sombong?"

"Arkhhhh..." dia menjambak kuat rambutnya sambil merobek foto-foto di


tangannya.

Dia tampak frustrasi dan beberapa kali ia berteriak dengan keras.

Nyonya Xiao terlahir dalam keluarga kaya. Keluarganya setara dengan keluarga
Xiao.
Dia biasa d sebut primado saat masih sekolah dan tidak dapat di pungkiri. Dia
benar-benar cantik dan selalu di perlakukan seperti ratu.

Tapi setelah kehamilannya, banyak orang memandang rendah dirinya. Karena


itulah dia membenci kehidupannya dan juga anaknya.
Sedangkan tuan Xiao dulunya di kenal sebagai playboy dan setelah mengetahui
kehamilan nyonya Xiao.. para keluarga memaksa mereka untuk menikah dan
mereka tidak di perbolehkan untuk bercerai.

Karena jika mereka berpisah, maka segala kekayaan mereka juga akan di sita..

"Ini semua salahmu Xiao Zhan. Andai saja kamu tidak lahir.. andai saja kamu
tidak lahir.. hidupku tidak akan seperti ini!!"

"Kamu.. sama seperti pria brengsek itu. Kalian berdua, kalian berdua sama-
sama pembawa sial dalam hidupku!" Dia terus berteriak dan memaki, seolah hal
tersebut dapat membuatnya senang.

Xiao Zhan sadar dari pingsannya saat waktu menunjukkan pukul satu dini hari.
Yibo masih terjaga di sampingnya.

"Kamu sudah sadar? Syukurlah.." Yibo berguman lirih.

Xiao Zhan melirik ke arah Yibo, kemudian memegang kepalanya. Seolah


melupakan ciuman, Xiao Zhan menatap ke langit-langit kamar dengan perasaan
yang kacau.

"Zhan..." Yibo memanggilnya, membuatnya sedikit terkejut.

Xiao Zhan yang melihat keberadaan Yibo disana tiba-tiba menjadi emosional.
“Pergi!!” kata Zhan seolah memerintah.

“Tidak, aku akan tetap disini.” Tolak Yibo dengan tenang.

Xiao zhan tersenyum remeh dengan tatapan yang kosong.

"Kenapa? Kamu ingin menertawakan aku? Silahkan, lakukan sepuasmu."

"Tidak, aku tidak berpikir untuk tertawa." Jawab Yibo.

“JANGAN PURA-PURA PEDULI PADAKU! TIDAK USAH MERASA


KASIHAN PADAKU!!" Xiao Kembali berteriak

Setelahnya suaranya kembali merendah di ikuti dengan air matanya yang


mengalir keluar dengan menyedikan.
"Aku, sudah lelah.. sudah cukup.. aku mohon.."

Wang Yibo mendekat. Bukannya takut, dia malah memeluk pria manis itu
dengan erat.

“Zhan, aku mohon.. tenanglah.”

Setelah mereka Xiao Zhan cukup tenang. Yibo melepas pekukannya.

Xiao Zhan tersenyum samar, "Yibo.. kamu melihatnya kan? Aku.. sangat
menyedihkan."
Yibo menggeleng dan memegang tangan pria manis itu, "Semua orang, memang
tidak selalu bahagia. Aku mungkin menyebalkan dan dingin, tapi Zhan.. aku
selalu ingin berada di sisimu."

Xiao Zhan melirik ke arah Yibo, "Benarkah?"

Pria wang itu mengangguk, "Aku tidak mengerti bagaimana mengatakannya dan
aku tidak memahami perasaan ini, tapi aku selalu ingin berada di sisimu.."

Xiao Zhan kembali menatap langit-langit kamar, "Yibo.. apa kamu percaya
dengan cinta?"

"Cinta? Entalah.. tapi aku pikir, aku bisa percaya jika bersamamu."

"Tapi aku tidak percaya." Sanggah Xiao Zhan, "papa dan mama ku.. aku dengar
dulu mereka pacaran.. berarti mereka saling mencintai. Tapi, sekarang mereka
bertengkar setiap hari."

"Tidak semua pasangan seperti itu. Xiao Zhan, aku ingin membuatmu bahagia,
membuatmu tersenyum dan menghapus semua kesedihanmu."

Mendengar perkataan Yibo, Xiao Zhan tertawa kecil.

"Yibo.. kamu sadar kan kalau kita sama-sama pria? Perasaanmu itu, mungkin
hanya sekedar kasihan."

"Apa kamu berpikir begitu? Xiao Zhan.. aku tidak peduli perempuan atau laki-
laki. Asalkan orang itu adalah kamu, aku yakin.. perasaanku tetap sama."

Xiao Zhan melirik Yibo sekilas. Kemudian dia menghela nafas panjang.
"Aku.. sepertinya lelah.. aku ingin tidur sedikit lagi."

Wang Yibo mengangguk, "Ya, tidurlah.. aku akan menjagamu."

"Kamu juga, tidurlah.. lagipula, aku tidak akan kabur kemana-mana." kata Zhan
yang hanya di angguki oleh Yibo.

Setelah itu, pria manis itu kembali tertidur. Tangannya yang sedang di genggam
oleh Yibo terasa hangat.

Yibo menyentuh wajah pria manis itu saat memastikan bahwa dia sudah
terlelap. Yibo menunduk, dia mengecup singkat bibir Xiao Zhan. Namun kali
ini sedikit lebih lama.

Entah kenapa, aku ingin membawamu pergi.. pergi ke tempat yang jauh,
dimana tidak ada seorang pun yang bisa menemukan kamu lagi.

Di tempat yang hanya ada kita berdua.

Yibo kemudian mengecup punggung tangan Zhan, lalu membaringkan


kepalanya disisi ranjang dan ikut terlelap.

Zhou Cheng masih belum mendengar tentang kecelakaan yang menimpa Xiao
Zhan dan hari ini dia terus menatap kursi kosong pria manis itu.

Xiao Zhan tidak masuk. Tapi sedikit aneh juga karena Yibo pun tidak masuk.
Selama hampir 3 tahun mereka belajar disana, ini pertama kalinya Yibo tidak
datang tanpa kabar.

"Apa zhanzhan baik-baik saja? Telponku juga di abaikan." Guman Zhou Cheng
sedikit cemberut.

Sedangkan di balik pintu, Lili menatap lurus ke arah tempat duduk Yibo dengan
tangan yang di kepal erat.

"Ckck.. jangan bilang dia sedang bersama pria jelek itu."

"Xiao Zhan.. aku benar-benar membencimu!"

BAGIAN 15

Xiao Zhan bangun dari tidurnya. Dia melihat ke samping, dimana kepala Wang
Yibo berbaring disana.

Pria manis itu menghela nafas panjang.

Aku sama sekali tidak mengerti.. tentang perasaan ini, dan juga tentang dunia
ini.
Seluruh tubuhku.. sakit.

Xiao Zhan menatap ke langit-langit kamar rumah sakit tersebut. Dia tidak masih
tidak bisa berpikir dengan benar untuk saat ini.

"Zhan.." suara yang terdengar lembut itu memanggilnya.

"Ah.." dia menyahut singkat saat Yibo menatapnya.

"Apa kamu sudah merasa lebih baik?" Tanya Yibo.

Xiao Zhan mendesah singkat, "entalah.. aku tidak tahu."

Yibo menggenggam tangan pria manis itu dan kembali berkata, "Mari lupakan
hal-hal yang tidak menyenangkan. Entah itu antara kau dan aku, atau antara kau
dan keluargamu. Sekarang, tolong fokus untuk penyembuhan."

Mendengar perkataan tersebut, Xiao zhan tertawa kecil.

Dia kembali menatap langit dengan mata yang tampak sedih.

"Yibo, apa ini karena kamu merasa bersalah padaku? Atau kau merasa
bertanggung jawab karena aku adalah muridmu? Kamu tidak perlu seperti ini.
Lagipula kecelakaan ini memang salahku yang kurang berhati-hati."

"Xiao Zhan kamu juga.. kamu juga tidak perlu seperti ini. Tertawalah jika ingin
tertawa dan menangislah jika ingin menangis. Kenapa kamu selalu menahan
diri?"
Perkataan Yibo seperti tepat pada sasaran. Hal tersebut terasa tembus di hati
pria manis itu. Xiao Zhan merasa sedikit nyeri di dadanya.

"Aku," Xiao Zhan menarik nafas berat sambil berusaha menahan air matanya,
"Kau tahu? Walaupun kamu menyebalkan, walaupun kamu selalu memasang
ekspresi dingin, tapi aku.. selalu iri padamu."

"Kenapa?" Tanya Yibo.

Xiao Zhan tersenyum pahit, air matanya mulai menetes keluar.

"Kamu bisa belajar sesuai keinginanmu.. orang-orang selalu bangga padamu,


orang tuamu juga sangat menyayangimu.. walaupun kamu tidak terlihat
bersahabat, tapi semua orang ingin berada di sisimu.. aku.."

Yibo tersenyum kecil. Dia mengusap air mata Xiao Zhan yang mengalir di
sudut matanya.

"Aku juga iri padamu.. kamu selalu bebas, tertawa dan membuat dirimu terlihat
menyebalkan, tapi di balik itu.. kamu orang yang kuat karena berhasil menipu
semua orang dengan sifat palsumu."

Xiao Zhan tertawa kecil, "apa ini sebuah hinaan?"

Yibo menggeleng, "Tidak.. jika orang lain yang berada di posisimu, mereka
mungkin akan selalu terlihat menyedihkan di depan siapapun. Tapi kamu, kamu
harus tertawa walau sebenarnya tidak ingin, dan berusaha untuk tidak menangis
walau kamu ingin menangis.. kamu menutup sisi kesedihanmu dengan baik
sampai membuat orang berpikir bahwa hidupnya sangat bebas dan
menyenangkan."
Xiao Zhan yang mendengar perkataan tersebut tidak tahan untuk tidak
menangis. Dia mengelurkan air matanya terus menerus, seolah tempat ini adalah
tempat yang cocok untuk dia mengeluarkan segala rasa sakitnya.

"Ini.. sakit.. setiap hari terasa menyesakkan.. aku bahkan tidak bisa bernafas
dengan baik. Aku.. setidaknya sedikit, aku hanya ingin mereka memperhatikan
ku."

"Tidak apa-apa jika aku terluka atau di lukai, asalkan hal itu bisa membuat
mereka sayang padaku, aku bersedia menerimanya. Tapi.. tapi..."

Yibo merangkul lelaki manis itu. Xiao zhan menyembunyikan wajahnya di dada
bidang Wang Yibo, kemudian dia mulai menangis.

"Zhan, aku bisa menjadi tempat pelarianmu.. aku bisa menjadi tempat yang
melindungimu.. karena itu, jangan berpikir bahwa tidak ada yang
menyayangimu. Bahkan jika semua orang membencimu, semua orang
meninggalkanmu.. aku akan berada disini, aku akan berdiri di sisimu, dan terus
melindungimu. Ini mungkin terdengar seperti sebuah karangan, tapi aku
bersungguh-sungguh.."

"Ini bukan karena tanggung jawabku sebagai guru privat, ini bukan karena aku
sekedar mengasihani kehidupanmu.. tapi ini karena perasaanku. Dari lubuk
hatiku yang paling dalam, Aku benar-benar ingin melindungimu."

Xiao zhan tidak mampu berkata apa-apa lagi. Dia mencengkram kuat baju Yibo
dan terus menangis dengan penuh emosional. Sedangkan Yibo hanya mengelus
kepala pria itu, membiarkan dia untuk menangis sepuasnya.
Di kediaman Wang, Tuan Wang dan nyonya Wang duduk di meja makan untuk
sarapan. Nyonya Wang tampak lemas, matanya terlihat tampak sedih.

"Jadi, Xiao Zhan itu orang yang mama ceritakan waktu itu?" Tanya Tuan Wang
memulai pembicaraan.

Nyonya Wang mengangguk, "Mama ingin sekali mengunjunginya, tapi hari ini
arisan keluarga."

Tuan wang mengangguk membenarkan. "Jangan khawatir, lagipula Yibo disana


kan?"

Yibo sudah menghubungi orang tuanya dan memberitahu tentang kecelakaan


yang menimpa Xiao Zhan dan nyonya Wang merasa sedikit menyesal karena
tidak bisa pergi untuk menjenguk pria manis itu.

"Yibo, benar-benar sudah berubah." kata tuan Wang dengan senyum kecilnya.

Nyonya Wang mengangguk. Dia sedikit tersenyum kecil, "benar.. padahal dulu
dia sama sekali tidak peduli pada orang lain. Sepertinya, zhanzhan berhasil
menggerakan hatinya."

Tuan Wang mengangguk setuju. Bahkan dia sendiri kesulitan mengatasi sifat
dingin anaknya. Dia bahkan khawatir bila Yibo nantinya tidak tertarik pada
siapapun dan akhirnya tidak menikah.

"Hei papa.." nyonya Wang memanggil suaminya dengan eskpresi yang serius.
Membuat tuan Wang sedikit bingung.

"Bagaimana menurut papa tentang Zhanzhan? Ya maksud mama, bagaimana


jika Yibo jatuh cinta padanya?"
Mendengar perkataan tersebut, Tuan wang tersenyum, "Ya, tidak masalah..
tidak ada orang yang bisa mengendalikan hatinya sendiri dan tidak ada orang
yang bisa memutuskan dia akan jatuh cinta pada siapa."

"Karena itu, kalapun Yibo jatuh cinta pada Xiao zhan, berarti itu adalah
takdirnya, terlepas dari mereka adalah laki-laki, karena hati hanya akan
berdebar pada seseorang yang kita cintai."

Wajah nyonya wang memerah, dia tertawa kecil mendengar jawaban suaminya.

"Papa benar-benar cerdas. Ya, mama juga tidak masalah, lagipula Zhanzhan
juga anak yang baik. Nah, kalau begitu.." Nyonya wang menatap tuan Wang
dengan tatapan menggodanya, "Apa hati papa sekarang masih berdebar saat
bersama mama?"

Tuan Wang yang tadinya serius kini tertawa kecil dengan semburat merah di
pipinya.

"Disini.." tuan wang menunjuk dadanya, "hanya milik mama sampai maut
memisahkan."

"Ughh.. i love you papa.."

Kedua orang tua itu tertawa bersamaan, bahkan kemesraan mereka membuat
para maid berdebar dan bahkan mereka merasa gugup.

Sementara itu di rumah sakit.


Xiao zhan tampak sedikit lebih tenang setelah menangis.

"Jadi, luka itu.." Yibo menunjuk luka di pergelangan tangan Xiao Zhan.
Zhan berpikir sebentar. Selama ini dia tidak pernah menceritakan masalah
keluarganya pada siapapun. Tapi sekarang, berada di hadapan Yibo
membuatnya berpikir, mungkin tidak apa-apa untuk terbuka.

Lagipula Yibo bukan tipe orang yang akan menyebarkan rahasia milik orang
lain.

"Ini.. luka yang di berikan oleh mama.."

"Ba-bagaimana mungkin? Kenapa seorang ibu bisa melakukan hal ini?" Tanya
Yibo dengan raut wajah yang tak bisa di tebak.

"Mereka bertengkar setiap hari. Saat mama merasa tertekan, dia biasanya
melukai dirinya sendiri, dan juga.. aku harus ikut merasakan rasa sakitnya.. ya,
walaupun kadang aku tidak membuka pintu saat dia memanggil.."

"Kejam.." Wang Yibo mengeretakan giginya dan mengepal erat tangannya.

"Zhan, tinggallah dengan kami.. rumahku luas, kamu bisa melakukan apapun
disana, karena itu..."

"Aku tidak bisa.. aku tidak mau merepotkammu lebih dari ini. Jadi, aku akan
tetap tinggal di rumah.."

"Tidak bisa!" Bantah Yibo setengah berteriak, membuat Xiao Zhan terkejut.

"Ta-tapi.."
"Zhan, itu adalah neraka.. aku tidak bisa membiarkan kamu pulang kesana. Aku
akan bertanggung jawab untuku, karena itu, tolong ikutlah denganku." kata
Yibo dengan tegas dan percaya diri sampai-sampai membuat Xiao Zhan
kehilangan kata-katanya.

"Yibo, apa kamu selalu seperti ini pada orang lain? Di depan kamu adalah orang
yang dingin, tapi di belakang ternyata kamu orang yang rendah hati dan..."

"Kamu salah!"

"Eh?" Xiao Zhan memasang wajah bingungnya dengan senyum polos di


bibirnya.

"Ini pertama kalinya aku melakukan hal ini dan aku hanya akan melakukannya
padamu, tidak berlaku pada orang lain."

"E--ehhh?"

BAGIAN 16

Nyonya Xiao pergi keluar untuk menenangkan dirinya.


Seperti biasa dia datang ke sebuah bar ternama yang sering dia kunjungi.

Walaupun sudah memiliki anak, namun wanita itu tidak berubah sama sekali.
Dia masih saja cantik seperti saat masih muda.
"Yuri, wahh ternyata benar-benar kamu.. tidak ku sangka akan bertemu
denganmu disini." Kata seorang wanita sambil berjalan menghampirinya dan
duduk di sofa yang tersedia.

Nyonya Xiao menatap wanita itu dengan sebelah mata. Ada perasaan tak senang
saat melihat wanita itu.

"Ya, lama tidak bertemu." Jawab Nyonya Xiao.

Wanita itu tertawa lirih, kemudian menuangkan wine dalam gelas kosong di
hadapannya.

"Bagaimana kabarmu selama ini?" Tanya gadis itu.

"Baik." Jawab nyonya Wang dengan singkat.

"Pfftt.. kamu masih sama seperti dulu ya.. masih sangat angkuh."

Mendengar perkataan tersebut, Nyonya Xial sedikit geram. Dia menatap wanita
itu dengan tatapan yang tak bersahabat.

"Bisakah kamu perg? Aku ingin sendiri disini." Titah nyonya Xiao.

Wanita tersebut bukannya pergi, dia semakin menatap nyonya Xiao dengan
tatapan seolah merendahkannya.

"Kenapa? Memangnya kamu membeli tempat ini?" Wanita itu bersandar di sofa
dan memangku kakinya layaknya seorang bos besar.
"Bagaimana kabar anakmu? Apa dia tumbuh menjadi anak yang baik?
Ataukah...."

"VIVIAN! Tutup mulutmu!" Cegat nyonya Xiao sedikit berteriak.

"Eh? Apa salahku? Aku hanya bertanya." Bukannya takut ataupun terkejut,
wanita bernama Zhang Vivian itu malah mencoba memprovokasinya.

"Jangan bertanya apapun tentang keluargaku!" Tekan Nyonya Xiao.

Vivian berdiri lalu menyibakkan rambutnya dan tersenyum misterius.

"Ya sudalah, aku juga tidak ingin berlama-lama disini denganmu. Lagipula,
kamu hanya lulusan SMA dan sama sekali tidak pantas bergaul dengan kelas
kami."

Setelah mengatakan hal tersebut, Vivian pergi dari sana meninggalkan nyonya
xiao yang tampak frustrasi.

"Arkhhhh.."

Prannggggg

"Wanita Sialan!!" Nyonya Xiao mengumpat, bersamaan dengan pecahan-


pecahan botol dan gelas yang ia singkirkan dari atas meja.

Nyonya Xiao berasal dari keluarga ternama, karena itu saat mereka mengetahui
kehamilannya, keluarga besarnya tidak bisa menerimanya kembali dan
memberhentikan segala pendidikannya.
Karena itulah dia selalu di pandang rendah saat bertemu dengan teman-teman
lamanya. Padahal dulunya dia sangat di puja-puja, tapi pujaan itu kini telah
berubah menjadi cemohan dan hinaan untuknya.

Nyonya Xiao kembali ke rumah dengan perasaan yang masih kacau.


Saat ia masuk ke dalam rumah, dia melihat suaminya disana. Tuan Xiao berdiri
dengan tubuh yang tegap, wajah yang menatap keluar jendela dengan tenang.
Dia terlihat sangat keren.

Namun, hati nyonya xiao terasa nyeri.


Dia bukannya tidak mencintai tuan Xiao. Tapi lelaki itu adalah seorang
playboy, bahkan sekarang pun sifat nakalnya itu belum berubah. Karena itulah
mereka terus bertengkar setiap hari.

Padahal nyonya Xiao tidak mengharapkan akhir yang seperti ini.

"Oh, darimana kamu?" Tanya tuan Xiao dengan sebelah mata yang jelas-jelas
dia juga memandang rendah nyonya Xiao

Nyonya Xiao berusaha mengabaikannya. Dia merasa cukup lelah. Wanita itu
berjalan perlahan menuju kamarnya.

"Aku tanya, dari mana kamu hah?" tanya tuan Xiao sekali lagi dengan nada
yang membentak.

Nyonya Xiao meliriknya dengan ekor matanya, "Apa urusannya denganmu?


Aku juga melihatmu di bar bersama seorang gadis. Aku sedang tidak ingin
bertengkar denganmu. Kali ini aku akan diam." Kemudian nyonya Xiao
membuka pintu kamar.
"Dimana Zhan? Dia tidak ada di kamarnya." tanya tuan Xiao yang membuat
langkah nyonya Xiao terhenti.

Wanita itu diam berpikir untuk sesaat. Kemudian dia menghela nafas panjang,
"Entalah."

Kemudian nyonya Xiao masuk ke dalam kamar dan merebahkan dirinya diatas
kasur.

Tuan Xiao menatap pintu kamar itu dengan tatapan yang tajam.

"Cih, dasar wanita gila! Ya, biarkan saja. Kalau saja dia tidak hamil waktu itu,
kehidupanku tidak akan sekacau ini."

"Ya, biakan saja lah. Lagipula dia melahirkan anak yang berguna juga. Dia bisa
menjadi pewarisku dan setelah itu namaku pasti di puji-puji karena memiliki
anak yang cerdas. Pfftt.."

Tuan Xiao kemudian berjalan ke sofa dan membaringkan dirinya disana.

Yibo membaluti pergelangan tangan Xiao Zhan. Menutupi setiap luka yang ada
disana.

Xiao zhan tersenyum. Yang dia rasakan sekarang hanyalah perasaan yang
tenang dan nyaman.

"Aku, tidak terlalu membenci mamaku." Kata Zhan tiba-tiba membuka


pembicaraan.
"Tapi, aku membenci papaku. Setiap kali dia kembali ke rumah, mereka selalu
bertengkar. Mama selalu bilang kalau papa pergi keluar dengan wanita. Karena
itulah, aku membencinya."

Yibo menggenggam tangan Xiao Zhan, kemudian dia bertanya dengan lembut,
"Kalau kamu di kasih pilihan, dengan siapa kamu ingin tinggal? Papa, atau
mama?"

Xiao Zhan berpikir sebentar, kemudian dia tersenyum kecil dan menjawab,
"Ya.. aku mungkin akan memilih untuk tinggal sendiri."

Mendengar jawaban tersebut Wang yibo tersenyum kecil seolah dia merasa
puas dengan jawaban yang di berikan.

"Baiklah.. keputusan sudah di buat."

"Eh?" Xiao Zhan memiringkan kepalanya bingung. Dia sama sekali tidak
mengerti dengan maksud Yibo.

Sementara itu di kediaman besar keluarga Wang.

Semua orang berkumpul untuk acara arisan keluarga.

"Eh? Yibo akan menikah? Serius? Dengan siapa?" Tanya salah satu kakak ipar
keluarga Wang.

"Yakin? Memangnya dia yang sedingin es itu bisa jatuh cinta?" Tanya salah
satu kerabat lagi.
Nyonya Wang mengangguk dengan serius.

"Tentu saja.. dia sudah menemukan belahan jiwanya, karena itu kami ingin
mengadakan pernikahannya secepat mungkin." Jawab nyonya wang.

"Benarkah? Lalu, siapa gadis itu? Namanya? Dari keluarga mana?"

"Namanya xiao Zhan, tentunya dari keluarga Xiao." Jawab nyonya wang.

Para kerabat mengangguk mengerti.

"Hm, namanya terdengar seperti seorang pria. Tapi, semoga saja dia cantik."

Nyonya Wang tersenyum lebar, kemudian menjawab dengan santai, "Dia


memang laki-laki."

"....."

"EHHHHHHHH???"

"Serius? Seorang laki-laki?"

Setelah berseru karena terkejut, kini banjir pertanyaan pun datang melanda
nyonya Xiao. Tapi wanita paruh baya itu selalu punya jawaban yang tepat untuk
mereka.

Sedangkan di rumah sakit, Yibo beberapa kali merasa tubuhnya merinding dan
bersin untuk beberapa kali juga.
"Ada apa? Kamu sakit? Tidak enak badan?" Tanya Zhan yang melihat Yibo
sedikit pucat.

Yibo menggeleng, "tidak, tidak apa-apa.. hanya, sepertinya seseorang


membicarakan aku." Jawabnya.

"Ah begitu ya.. mungkin dari sekolah karena kamu tiba-tiba tidak masuk hari
ini."

"Ya, mungkin juga."

Yibo kemudian mengambil makanan dan memberikannya untuk Xiao Zhan.

"Yang lebih penting makan dulu dan minum obat."

Xiao Zhan mengangguk. Dia akhirnya mulai makan, walau makanan rumah
sakit terasa hambar.

"Tapi, apa tidak apa-apa tidak masuk hari ini? Aku si tidak apa-apa, tapi
kamu..." Xiao Zhan sedikit khawatir pada Yibo karena bagaimana pun, selama
ini Yibo tidak pernah absen kelas.

Yibo mengangguk, "Ya tidak apa-apa."

"Hm, lalu bagaimana dengan orang tuamu? Kamu tidak pulang ke rumah,
apakah mereka tidak khawatir?"

"Aku sudah memberitahu mereka." Jawab Yibo.


Xiao Zhan menghela nafas lega. Yibo benar-benar sangat tenang. Dia memang
terkesan dingin, tapi selama ini Xiao Zhan tidak tahu kalau yibo juga punya sisi
baik.

"Oh ya.. apa karena ini saat olahraga kamu pingsan? Saat bola hampir
mengenaimu." Tanya Yibo yang mengingat masa lalu.

Xiao Zhan menganguk mengiyakan, "Ya.. saat itu, karena terjadi tiba-tiba.. aku
sangat terkejut. Dulu waktu masih kecil, papaku beberapa kali melempar gelas
padaku, karena itulah bayangan mengerikan tersebut tiba-tiba menyerangku saat
bola itu datang."

Yibo menyentuh pipi Xiao Zhan dengan lembut.

"Kamu sudah berjuang dengan keras Zhanzhan.. mulai sekarang, kamu tidak
akan menderita lagi. Karena aku akan melindungimu."

Xiao Zhan tersenyum kecil.


"Aku benar-benar.. tidak terbiasa dengan kebaikanmu."

"Hm, karena itu mulai sekarang kamu harus terbiasa."

BAGIAN 17
2 hari kemudian, Xiao Zhan diijinkan untuk pulang.
Yibo mengantarnya kembali, tapi Xiao zhan sedikit merasa bingung karena
yang dia tahu sekarang bukanlah arah menuju rumahnya.

"Hei, kita mau kemana?" Tanya Zhan sambil melihat arah jalan yang mereka
lalui.

"Rahasia." Jawab Yibo dengan santai.

"Hah?" Xiao Zhan sama sekali tidak mengerti, tapi untuk sekarang dia masih
tidak punya tenaga untuk berdebat.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, mereka akhirnya tiba di suatu
tempat di sebuah gedung yang cukup besar.

"Ini.. dimana?" Tanya Zhan sambil melihat ke sekeliling tempat itu.

"Ikut aku.." yibo menggandeng tangan Xiao Zhan, membawa pria manis itu
untuk masuk ke dalam.

"Selamat datang tuan muda." Sapa seorang petugas disana.

Wang Yibo mengangguk, kemudian terus berjalan ke depan.


Dia menekan lift menuju lantai 20 dan hal itu masih membuat Xiao Zhan
kebingungan.

"Hei Yibo, kita mau kemana hah?" Tanya Zhan yang sudah sedikit kesal karena
Yibo tidak memberi keterangan apapun padanya.
Yibo hanya diam tak menjawab, dia hanya semakin menggenggam erat tangan
pria manis itu.

Saat mereka tiba di lantai yang di tuju, lift kemudian terbuka. Yibo membawa
Xiao Zhan keluar, kemudian keduanya berdiri di depan sebuah kamar.

Yibo membuka pintu kamar tersebut dan menarik Xiao Zhan masuk ke
dalamnya.

"Ini apartemenku." Kata Yibo setelah keduanya masuk.

"Lalu?" Tanya Zhan dengan ekspresi heran.

"Untuk sementara, kamu akan tinggal disini."

"HAH? Kenapa kamu seenaknya memutuskan hal ini?" Xiao Zhan setengah
berteriak, dia merasa seolah di permainkan.

"Aku sudah bertanya padamu." Jawab Yibo.

"A-apa?"

"Di rumah sakit, aku sudah bertanya padamu dan jawabanmu adalah ingin
tinggal sendiri."

"Hah?" Xiao Zhan berpikir keras, lalu dia kembali mengingat tentang
percakapan mereka, dimana saat Yibo bertanya tentang pilihannya ingin tinggal
dengan siapa.
Xiao zhan memijit pelipisnya tak percaya, "Hah.. bukan itu maksudku, aku
memang bilang begitu tapi bukan berati benar-benar ingin tinggal sendiri!"

"Kenapa? Kamu takut tinggal sendiri? Tidak terbiasa? Tanya Yibo.

Xiao Zhan sedikit tercengang. Dia terdiam untuk sesaat. Bagaimana pun saat ini
dia masih merasa semua hal yang tak terduga berjalan secara tiba-tiba dan hal
ini masih membuatnya sedikit kebingungan.

"Bu-bukan begitu.." jawabnya dengan suara lirih.

Melihat Xiao Zhan yang masih tampak gelisah dan bingung, Yibo menghela
nafas.

"Jangan khawatir. Aku juga akan tinggal disini." katanya dengan penuh percaya
diri.

Yibo lalu mendekat dan memegang kedua pundak pria manis itu, "Aku tidak
bisa membiarkanmu pulang ke rumah itu. Tempat itu berbahaya dan kamu
masih terluka."

Mendengar itu, Xiao Zhan menatap Yibo sekilas. Kemudian dia menunduk
dengan wajah yang suram.

Walaupun dia ingin menyangkalnya, tapi keinginannya untuk tidak kembali ke


rumah cukup kuat dan.. saat ini, hatinya terus berdebar saat berada di dekat pria
Wang itu.

Xiao Zhan memang tidak percaya dengan adanya cinta. Tapi apa yang dia
rasakan saat ini?
Pria manis itu menggelengkan kepalanya dengan cepat.

Dia menghela nafas panjang, berusaha menenangkan dirinya.

Lalu dia menjawab, "Kalau begitu, kamu juga harus tinggal disini."

Yibo mengangguk dengan senyum di wajahnya.


"Tentu saja."

Dia kemudian mengantar xiao Zhan ke kamar dan membaringkannya diatas


ranjang.

Xiao Zhan menatap langit-langit kamar. Berbeda dengan rumahnya, di tempat


itu juga terasa sangat nyaman.

Apa karena tempatnya memang senyaman itu? Atau karena ada Yibo disana?

Xiao Zhan masih belum mengerti.

"Maaf aku banyak merepotkanmu." Kata Zhan dengan tatapan yang lurus
menatap langit-langit kamar.

"Tidak apa-apa.. aku tidak merasa di repotkan. Kata dokter, kamu belum bisa
banyak bergerak karena itu, aku harus mengawasimu." Jawab Yibo.

Xiao Zhan tersenyum tipis, "kalau begitu, aku tidur sebentar."

Yibo mengangguk, "karena aku tidak bisa masak, jadi aku akan memesan
makana. Kamu istirahat saja dulu."
Yibo kemudian berjalan ke arah pintu. Namun sebelum ia keluar, Xiao Zhan
memanggilnya.

"Yibo."

Yibo menoleh.

"Aku pikir rumahmu terlihat nyaman. Kenapa kamu membeli apartemen juga?"
tanya Xiao Zhan yang merasa sedikit penasaran.

"Ah, di rumah kadang berisik karena teman papa atau mama kadang datang
berkunjung. Karena itu aku butuh tempat yang lebih tenang untuk bisa belajar,
apalagi saat ujian. Aku selalu datang kesini ketika ujian tiba." Jawab Yibo.

"Oh begitu ya.. baiklah."

Xiao Zhan kemudian menutup matanya untuk tidur, sedangkan Yibo keluar
diluar untuk memesan makanan sekaligus mengirim pesan ke rumah bahwa dia
akan tinggal di apartemen untuk semetara.

"Papa lihat.." nyonya wang memanggil suaminya dengan nada suara yang
tampak bersemangat.

"Ada apa ma?" Tanya tuan Wang.

"Lihat.. Yibo bilang akan tinggal di apartemen untuk sementara.. dia pasti
bersama Zhanzhan.. senangnya... mama ingin segera membuat acara pernikahan
mereka."
Tuan Wang tertawa kecil melihat tingkah istrinya, "Memangnya Yibo sudah
setuju untuk menikah?"

Nyonya wang menghela nafas lelah, "Ya.. kita harus membujuknya.


Bagaimanapun, dia harus menikah setelah lulus setelah itu baru lanjutkan
kuliah."

"Kenapa begitu?" Tanya tuan Wang.

"Ya karena dia sudah menemukan orang yang dia cintai. Kalau di tunda terus,
bagaimana kalau Xiao Zhan di ambil orang lain?"

Tuan Wang berpikir sebentar kemudian mengangguk paham.

"Hm, benar juga."

Malam semakin larut. Nyonya Xioa berdiri dalam diam di depan kamar
anaknya.
Dia memegang pintu tersebut dan membuknya lalu masuk ke dalamnya.

Dapat di lihanya kamar yang rapih. Entah kenapa dia tiba-tiba menangis.

Dia berjalan dan duduk di atas ranjang Xiao Zhan. Matanya kemudian terarah
melihat keluar jendela, dimana dia dapat melihat cahaya bulan yang tampak
indah disana.

"Indah.." dia berguman kecil. Dadanya terus menerus terasa sesak.


"Apa kamu akhirnya, memilih untuk tinggal di luar?" Dia kembali menatap foto
diatas meja nakas. Dimana saat xiao Zhan memenangkan perlombaan sewaktu
kecil.

"Ya, tidak apa-apa.. lagipula, semua orang akhirnya akan meninggalkan aku.
Aku, mungkin sudah di takdirkan untuk menderita."

Dia kemudian berdiri, mengusap air matanya dan tersenyum samar. Setelah
cukup lama dia menatap foto Xiao Zhan, ia lalu melangkah keluar dari kamar
dan kembali ke kamarnya.

☆☆

Pagi hari datang begitu cepat dan hari ini Yibo dan Xiao Zhan akan berangkat
ke sekolah seperti biasa.

"Hei, apa tidak apa-apa kita terus bersama? Orang-orang pasti tidak senang."
kata Zhan.

Yibo meliriknya sekilas, lalu menyandarkan tubuhnya di bangku tempat


duduknya dan menutup matanya.

"Aku sama sekali tidak peduli." Jawabnya.

Xiao Zhan hanya bisa menghela nafas panjang. Dia menopang dagunya dan
melihat keluar jendela.

Saat mereka tiba di sekolah, baru saja mereka turun dari mobil, seseorang
langsung berlari menghampiri mereka.
"Yibo!!" Dia berteriak cukup keras, membuat Zhan menoleh dengan kerutan di
dahinya. Sedangkan Yibo tampak biasa saja dengan ekspresi dinginnya.

"Yibo! Kemana saja kamu hah? Kenapa kamu tidak membalas pesanku? Dan
kenapa mengabaikan teleponku? Apa yang kamu lakukan hah?" Pertanyaan
yang bertubi-tubi datang menyerangnya.

Namun seperti biasa, Yibo menanggapinya dengan santai, "Ada banyak


urusan."

"Urusan? Urusan apa? Aku pergi ke rumahmu, tapi kata maid kamu tidak ada di
rumah. Kemana kamu pergi? Jelaskan padaku!" kata orang itu seolah menuntut
jawaban yang pasti.

"Lili," Yibo memanggilnya dengan suara rendah. "Kemana aku pergi, aku tidak
harus menjelaskannya padamu kan?"

Mendengar jawaban tersebut, Lili menunduk dengan wajah menggelap. Dia


terlihat marah.

"Kenapa? Padahal aku ini sahabatmu, tapi kenapa kamu lebih mementingkan
orang lain di banding aku? Kenapa?" Dia bertanya dengan suara rendah tanpa
melihat Yibo.

"Apa karena dia?" Dia sedikit berteriak sambil menunjuk Xiao Zhan.
Pria manis itu menaikan alisnya lalu menunjuk dirinya sendiri seolah berkata,
"Aku?"

"Apapun yang aku lakukan, tidak ada urusannya denganmu." kata Yibo
memberi jawaban.
Lili semakin kesal. Dia lalu tersenyum miring, senyum yang terlihat seolah
merendahkan.

"Ternyata benar.. gara-gara dia. Orang seperti dia harusnya aku bunuh saja. Dia
hanya serangga, beraninya melawanku."

"Eh, apa kamu mengatakan sesuatu?" Tanya Zhan yang membuar gadis itu
tersadar.

Dia menatap Xiao Zhan dengan tatapan yang suram dan tak bersahabat, tentu
saja terlihat seperti bermusuhan.

"Zhan, Ayo." Ajak Yibo.

"Eh.. ah, ya." Zhan kemudian berjalan mengikuti Yibo.

Lili semakin murka. Dia mengepal erat tangganya.

"Xiao Zhan!! Aku tidak akan melepaskanmu!"

BAGIAN 18
"Zhanzhan...." Zhou Cheng berlari ke arah pria manis itu dan memeluknya
dengan erat.

"Kemana saja kamu pergi? Kenapa tiba-tiba menghilang?"

"Ah, aku.."

"Lepas!" Yibo menarik baju Zhou Cheng dan mendorong pria itu menjauh.

"Hah? Yibo, apa yang kamu lakukan?" Teriak Zhou Cheng dengan marah.
Matanya terlihat berapi-api.

"Kamu membuatnya tidak bisa bernafas." Jawab Yibo dengan dingin seperti
biasa.

"Apa?" Zhou Cheng terlihat marah sedangkan Xiao Zhan seperti biasa, sifat
tidak pedulinya benar-benar melekat.

Dia tidak memihak pada siapapun dan duduk di bangkunya sambil


membaringkan kepalanya diatasnya.

"Ahh.. mejaku.. aku sangat merindukanmu.."

Yibo dan Zhou Cheng yang tadinya berdebat, kini sama-sama terdiam dan
menatap ke arah Xiao Zhan.
Keduanya merasa seperti baru saja di tikam dengan pisau yang tajam. Siapa
yang peduli bahwa mereka sedang bertengkar? Xiao Zhan malah asik sendiri
dengan tempat duduknya.

Hawa di kelas tersebut yang tadinya panas, kini berubah menjadi rendah dan
tampak menyedihkan.

Zhou Cheng dan Yibo sama-sama kembali ke tempat duduk mereka dengan
wajah yang suram.

Jam pelajaran di mulai. Tidak seperti hari-hari biasanya.


Hari ini, Xiao Zhan benar-benar mendengar penjelasan guru dengan baik, dia
bahkan menjawab beberapa pertanyaan dari guru, membuat seisi kelas
tercenang, bahkan Yibo sendiri pun terkejut.

Sedangkan Zhou Cheng tersenyum sambil mengangguk.

Ya, inilah fungsi otaknya yang sebenarnya.

Zhou Cheng mengenal Xiao Zhan sejak lama. Dia juga tahu tentang kecerdasan
pria manis itu. Hanya saja, Xiao Zhan selalu mengabaikan waktu belajarnya,
seolah sengaja membiarkan nilai-nilainya jatuh.

"Zhanzhan sudah banyak perubahan ya.. pertahankan dan terus belajar ya." Kata
sang guru.

Xiao Zhan mengangguk, "Baik pak."

Setelah jam pelajaran selesai, pak guru meninggalkan kelas dan kelas kembali
menjadi ribut.
"Aku tidak percaya dia bisa menjawab semua pertanyaannya. Padahal itu
pertanyaan yang sulit."

"Apa saja yang dia lakukan saat tidak masuk sekolah? Apa dia belajar dengan
sungguh-sungguh?"

"Ya, sepertinya dia belajar dengan sungguh-sungguh."

Xiao Zhan hanya mengabaikan segala perkataan mereka. Toh dia sudah
terbiasa, kembali ia membaringkan kepalanya diatas meja dan menutup
matanya.

Sedangkan Zhou Cheng tersenyum bangga.

Salah.. dia memang sudah pintar sejak kecil. Dia hanya berpura-pura bodoh
selama ini.

Setelah kelas yang berisik, sekarang semuanya tampak hening saat melihat Yibo
meletakan susu kotak dan sebuah roti diatas tempat duduk Xiao Zhan.

"Bangun, makan dulu."

"Ky--kyaaaaa..."

Suara Yibo yang lembut, apalagi saat tangannya menyentuh bahu Xiao Zhan,
membangunkannya dengan lembut, para gadis berteriak histeris. Bahkan
beberapa di antaranya dengan tangan yang gemetar dan hati yang belum siap
berusaha untuk memotret momen tersebut.

Sedangkan Zhou Cheng merasa ingin muntah saat melihat perilaku yang
menggelikan menurutnya itu.
Xiao Zhan membuka matanya, kemudian menatap makanan di samping.

"Kamu membelinya? Terimakasih." kata Zhan sambil mengambil roti dan


membukanya lalu memakannya.

Yibo mengangguk, lalu kembali duduk di tempat duduknya.

Sementara itu di luar pintu kelas.

Lili menatap horor ke arah mereka. Dia menggigit kuku jarinya. Ekspresinya
terlihat tidak tenang.

Xiao Zhan... Cih...

Sedangkan Yubin memperhatikan Lili dari jauh. Dia menghela nafas panjang.

"Seberapa keraspun kamu berusaha, Yibo tidak akan menyukaimu. Sekarang


Xiao Zhan, mungkin benar-benar merebut hatinya." Yubin berguman singkat.
Dia ingin pergi menyapa Yibo, tapi melihat ada Lili disana, membuatnya
mengurungkan niatnya.

Dia akhirnya berbalik dan kembali ke kelas.

Beberapa gadis berdiri di luar sambil berbincang-bincang.

"Ahhh.. jantungnya masih berdebar." Kata seorang gadis sambil memegang


dadanya.
"Aku juga.. aku benar-benar tidak bisa melihanya.. Yibo yang lembut pada Xiao
Zhan.. ahh, hatiku benar-benar melemah." Sambung salah satunya lagi.

"Mereka berdua benar-benar cocok.. walaupun aku tidak terlalu menyukai


Zhanzhan, tapi aku akan tetap mendukung mereka."

Dan perbincangan itu pun terus berlanjut sampai mereka merasa seperti sedang
di awasi oleh sepasang mata yang tajam, terasa seperti pisau yang menusuk,
membuat tubuh mereka merinding.

Lili semakin murka apalagi setelah mendengar percakapan para gadis tersebut.

"Lihat saja! Lihat saja nanti! Yibo itu, hanya milikku!"

Jam pulang sekolah tiba.


Zhan dan Yibo terlihat menikmati perjalanan mereka membuat mereka tidak
saling bicara satu sama lain.

Saat mereka berlaju jauh meninggalkan sekolah, Yibo akhirnya mulai membuka
pembicaraan.

"Kamu..."

Zhan menoleh dengan ekspresi polosnya.

"Apa?"
"Kamu bisa menjawab dengan baik pertanyaan dari pak guru tadi. Padahal
pertanyaan itu cukup sulit. Kenapa selama ini kamu hanya diam saja? Padahal
kamu terlihat mampu." tanya Yibo.

Xiao Zhan kembali melihat keluar jendela sambil menghela nafas panjang.

"Aku tidak boleh mendapat nilai sempurna."

"Eh? Kenapa?" tanya Yibo tak percaya.

"Mama tidak menyukainya. Ya, intinya aku tidak boleh meraih juara."

Yibo mengerutkan keningnya tak suka, "Alasan macam apa itu?"

Xiao Zhan mengendikkan bahunya sambil tersenyum kecil, "Entalah.. aku juga,
tidak mengerti."

Yibo meraih tangan Xiao zhan. Menggenggamnya secara tiba-tiba, membuat


Zhan terkejut untuk sesaat.

"Mulai sekarang, lakukan apa yang ingin kamu lakukan. Jangan menahan diri
dan juga jangan takut.. mengerti?" Tukas Yibo dengan tegas.

Xiao Zhan mengangguk singkat, "Ya.. aku akan mencobanya."

Di tempat lain, nyonya Xiao pergi ke mall untuk berbelanja. Dia ingin sedikit
menenangkan hatinya.

Dalam suasana yang tenang, dia lagi-lagi bertemu dengan orang-orang yang tak
ingin dia temui.
"Ohh.. Haaii Yuri.." sapa seorang gadis yang juga sedang memilih pakaian
disana.

"Ah, Lusi.. Hai." Balas nyonya Xiao dengan malas.

"Ya ampun.. sudah lama tidak bertemu, apa kabar?" tanya Wanita bernama Yuri
tersebut.

"Baik. Bagaimana denganmu?" Jawab nyonya Xiao.

"Ah, seperti yang kamu lihat.. aku juga baik."

Dia terlihat sombong. Dari cara bicaranya serta tatapannya membuat nyonya
Xiao benar-benar tidak nyaman.

"Oh ya, bagaimana kabar anakmu? Apa dia baik-baik saja?"

"Ya." Jawab nyonya Xiao singkat.

"Hm, syukurlah kalau begitu.."

Wanita itu kemudian melihat jam tangannya, dia lalu tersenyum.

"Maaf ya, padahal aku ingin mengobrol lebih lama lagi denganmu. Tapi
sekarang aku harus pergi, hari ini teman-teman kuliahku mengajak reunian,
atau, kamu mau ikut?"

Nyonya Xiao mengepal erat tangannya dan mengeretakan giginya.


Dia terus berusaha menahan emosi dalam hatinya.
Dia jelas tahu bahwa perkataan tersebut adalah sindiran untuknya.

"Tidak, terimakasih." Tolak nyonya Xiao.

"Ah, sayang sekali.. kalau begitu sampai jumpa." Wanita itu kemudian berlalu
pergi.

Nyonya Xiao terlihat marah. Pancaran kebencian dari matanya terlihat begitu
jelas.

"Sialan!!"

Walaupun dia memiliki banyak kekayaan dan hidupnya tidak kekurangan. Tapi
dia selalu merasa sesuatu yang kosong... rasa tidak senang dan tidak puas
dengan kehidupannya yang sekarang.

Dia yang dulunya berjiwa bebas kini harus tertahan dan terikat dengan sesuatu
yang tidak pernah dia inginkan. Di tambah setiap kali bertemu dengan orang
yang dia kenal, mereka selalu menyindirnya.

Entah dengan kebebasan mereka ataupun dengan pendidikan mereka yang


sempurna.

Pergaulan sosialita diantara orang kaya memang sangatlah kejam. Dulu dia
selalu di hormati dan di hargai, tapi sekarang.. dia benar-benar di tendang di
kelas yang paling bawah dan hal tersebutlah yang terus menerus membuatnya
stres dan frustrasi.

Karena kepalanya yang mulai sakit, dia akhirnya memutuskan untuk pulang saja
dan menunda waktu belanjanya.
Yang dia inginkan sekarang hanyalah ingin tidu dengan tenang tanpa gangguan
dari siapapun.

BAGIAN 19

Hari-hari berlalu dengan cepat, dan kini sudah 1 minggu berlalu sejak Xiao
Zhan keluar dari rumah sakit dan tinggal di apartemen Yibo.

Walaupun begitu, sampai saat ini pun dia sama sekali tidak menerima pesan
maupun panggilan dari orangtuanya.

Walaupun sudah tahu tentang hal ini, walaupun selalu di abaikan, tapi tetap
saja, hati pria manis itu terasa sesak.

Bahkan dia terus bertanya-tanya.


Kenapa?
Jika dia tidak di butuhkan, kenapa harus di hadirkan di dunia ini?
Namun, seberapa kalipun dia berpikir, seberapa kalipun dia merenung, dia sama
sekali tidak menemukan jawabannya.

Malam yang semakin larut, namun pria manis itu masih tetap duduk tenang di
dekat jendela tanpa melakukan apapun.
Dia hanya terus melihat ke langit, dimana para bintang berkilauan dan bulan
yang bersinar terang.

"Indah.."

Dia menggumankan satu kata tanpa ekspresi. Matanya bahkan tanpak kosong.

Di samping itu, Wang Yibo berdiri di samping pintu dengan tangan yang di
kepal erat seolah dia sedang merasa kesal dan marah.
Tapi bukan pada Xiao Zhan, melainkan pada dirinya sendiri. Perasaan tak
berdaya yang menekannya membuatnya semakin kesal.

Dia merasa kesal karena tak mampu berbuat apa-apa. Bahkan dia kebingungan
menghadapi situasi saat ini. Dia sama sekali belum tahu bagaimana cara yang
baik dalam menghibur orang, karena selama ini, dia sendiri tidak pernah
mengalami kesulitan dimana harus mendapat hiburan dari orang lain dan dia
sendiri pun belum pernah menghibur orang lain.

Di tengah keselisahan hatinya, Yibo menghela nafas panjang.

Tidak..

Dia berkata dalam hatinya,

Aku tidak boleh hanya diam saja dan melihat. Untuk saat ini, zhanzhan
membutuhkan aku.

Yibo kembali menarik nafas panjang dan mendekat. Dia berdiri tepat di
belakang pria manis itu.
"Zhan, tidurlah.. jangan memaksakan diri, ini sudah larut." katanya dengan
suara yang halus.

Sejak mereka selesai makan malam, Xiao Zhan mulai duduk disana. Seolah dia
merupakan sebuah patung yang indah.
Dia bahkan tidak bergerak sedikitpun.

"Zhan.." Yibo memanggilnya sekali lagi karena Xiao Zhan tampaknya tidak
menyadari keberadaannya.

"Ah.. Yibo?" Zhan tersentak, dia sedikit menoleh dan melihat Yibo sudah
berada di belakangnya.

"Ayo tidur, ini sudah larut," Yibo kembali mengulang perkatannya.

Xiao Zhan menghela nafas sesaat, kemudian kembali ia melihat keluar jendela.

"Tidak bisa.. walaupun tempat ini terasa hangat, tapi.. ada saat-saat dimana aku
tidak bisa tidur." Jawab pria manis itu.

Yibo tentunya sedikit terkejut. Dia menunduk dengan raut wajah yang tampak
suram.

Harusnya dia tahu, Xiao Zhan selama ini hidup di lingkungan keluarga yang
seperti apa dan seberapa kuat tekanan mental yang ia dapatkan disana.

Yibo kembali mengerekatan giginya.


Dia seolah sedang berteriak dalam hatinya, mempertanyakan kenapa harus Xiao
Zhan? Kenapa harus Xiao Zhan yang mengalami penderitaan ini?
Yibo ingin marah, tapi kepada siapa?
Bahkan dia sendiri tak sanggup mengeluakan sepatah katapun.

Pria Wang itu kembali menenangkan dirinya, dan menarik nafas panjang.

"Apa kamu, pernah tidur dengan baik? Maksudku, tidur nyenyak seperti orang
lain." Tanya yibo perlahan.

Xiao Zhan menggeleng, "Tidak, sekalipun aku terlelap, mimpi buruk pasti akan
membangunkanku."

Yibo melingkari tangannya di leher pria manis itu. Jujur saja, Xiao Zhan sedikit
terkejut, tapi dia seolah membiarkannya.

"Sekarang tidak apa-apa.. aku akan menemaimu."

Sejak Xiao Zhan tinggal disana, mereka tidak tidur bersama. Yibo tidur di
kamar lainnya karena apartemennya tersedia 2 kamar.

Xiao Zhan tersenyum kecil, dia lalu berkata, "Yibo.. walaupun aku sudah
terbiasa, tapi hatiku tetap terasa sesak seolah-olah menahanku untuk tidak
bernafas."

"Setiap kali perasaanku kacau, aku selalu duduk di sini, di dekat jendela,
dimana aku bisa bebas melihat keluar.. bintang di langit, sinar bulan yang
terang, entah kenapa membuat hatiku tenang, tapi juga membawaku ke tempat
yang jauh. Aku, juga lelah, sangat lelah sampai rasanya ingin menghilang saja..
lagipula, tidak ada yang membutuhkan aku."
Xiao Zhan berusaha menahan dirinya, berusaha menahan air matanya agar tidak
mengalir keluar saat ini. Ketika membicaraan tentang isi hatinya, rasanya dia
selalu ingin menangis.

Yibo mengeratkan tangannya, merangkul pria manis itu dengan kuat, walau
terasa menangkan.
Bukan hanya Xiao Zhan yang sedang menunjukkan emosinya saat ini, tapi Yibo
pun juga sama.

"Siapa yang tidak membutuhkanmu? Zhan, sudah ku bilang kan, bahkan jika
semua orang meninggalkanmu ataupun mengabaikanmu, aku akan tetap
disisimu, aku benar-benar akan melindungimu."

"Karena itu, jangan pernah menahan diri saat berada di hadapanku. Menangis
jika ingin menangis, marah jika ingin marah, dan tertawa jika ingin tertawa..
jangan pernah menahan diri."

Xiao Zhan tersenyum kecil, dia mengangkat tangannya, menyentuh tangan Yibo
yang melingkar di lehernya.

"Aneh.. padahal aku selalu berpikir bahwa kamu sangat membenciku. Tapi
kenapa..."

"Aku tidak pernah membencimu, aku hanya menghindarimu. Aku memang


sudah menduganya, jika sedikit saja aku mendekatimu dengan maksud baik,
maka aku benar-benar akan jatuh.. aku memang tidak mengerti kekuatan cinta
itu seperti apa, tapi bagiku, kamu itu berbahaya."

Mendengar jawaban Yibo, Xiao zhan kembali tersenyum.

"Lalu, apa kamu menyukaiku?"


Mendengar pertanyaan Xiao Zhan, Yibo terkejut. Dia menelan ludahnya dengan
susah payah, tapi bukan berarti dia ragu.

Dia menjawabnya dengan penuh percaya diri, "Ya.. aku mengakuinya."

"Tapi, aku juga sudah pernah bilang kan? Kita ini sama-sama lelaki dan aku..."

"Bukankah aku juga pernah bilang? Asalkan orang itu adalah kamu, aku tidak
masalah." kata yibo memotong pembicaraan Xiao zhan.

Dan untuk sesaat, pria manis itu tercengang.. lalu ia menghela nafas dengan
senyum di bibirnya.

"Tapi, kita tidak bisa menjalin hubungan secepat in."

Yibo mengangguk, "Ya, aku tahu.. aku bisa menunggu, tapi.. tolong biarkan aku
melindungimu dengan caraku sendiri dan apapun yang aku lakukan, aku
mohon.. Jangan menghalangi, karena aku.. tidak ingin melihatmu menangis
lagi."

Xiao Zhan menggigit bibir bawahnya. Bagaimana dia tidak menangis saat
seseorang benar-benar ingin melindunginya? Saat dia menganggap
keberadaannya tidak di inginkan, seseorang tiba-tiba muncul seolah membawa
cahaya untuknya.

Dia mengakuinya, dia yang selama ini tidak percaya pada siapapun dan hanya
mengandalkan dirinya sendiri.. untuk sekarang, bisakah dia sedikit bergantung
pada orang lain?
Xiao Zhan tidak bisa menahan diri, Pria manis itu menangis seolah dia baru saja
terbebas dari kurungan yang kuat.

Walaupun sedikit, tapi dia juga ingin berharap, dia juga ingin bahagia,
walaupun sedikit, dia juga ingin di perhatikan.

Yibo menutup matanya. Dia membiarkan Xiao Zhan menangis sepuasnya dan
tidak ingin mengganggunya.

"Ya, lakukan semaumu.." Jawab Zhan saat perasaannya sedikit lega dan
emosinya sedikit tenang.

Wang Yibo tersenyum. Senyum yang terlihat puas seolah perjuangannya tidak
sia-sia.

"Nah, ayo kita tidur.. kamu terlihat lelah." kata Yibo saat Zhan kembali tenang.

Zhan mengangguk, kemudian berdiri dari duduknya dan berjalan menuju


ranjang.

Keduanya berbaring dengan santai, walau begitu hati mereka terus berdebar tak
tenang, walau begitu mereka berusaha menahan diri dengan sekuat tenaga.

"Ayo, aku akan memelukmu.. mungkin dengan begitu, kamu bisa mimpi indah."
Kata Yibo dengan wajah yang tenang, tapi...

Wahhhh sial!! Apa yang sudah ku lakukan? Bagaimana kalau dia


menganggapku mesum atau bagaimana kalau dia berpikir macam-macam?

Bodoh... bodohh.. bodoh.. aku bahkan tidak sadar sudah mengatakan hal
seperti ini...
Dalam hatinya, dia sedang berperang dengan dirinya sendiri. Mulutnya yang
berbicara sembarangan ternyata tidak sejalan dengan hatinya.

Walau begitu, Xiao zhan tersenyum dan sesaat kemudian, yibo tercenang karena
Xiao Zhan sudah berada dalam pelukannya.

E--ehh??

Mata yibo seolah berputar tak terarah.. jantungnya berdegup kencang dan
keringat dingin mulai bermunculan.
Dia memang ingin memeluk Xiao Zhan, tapi tidak di sangkanya Zhan dengan
mudah masuk dalam pelukannya.

Walaupun terlihat tenang, tapi sejujurnya dia sangat panik saat dan gugup saat
ini. Getaran aneh terus terasa di dadanya, berpelukan dengan orang yang di
sukai benar-benar sensasi yang berbeda.

Te-tenanglah Yibo...

Tetapi, Bukan hanya Yibo yang gugup, Xiao Zhan pun merasakan hal yang
sama. Namun dia masih belum sepenuhnya menerima perasaannya yang berarti
dia masih menahannya.

"Ya.. aku harap, bisa mimpi indah.. selamat tidur, Yibo." Kata zhan sebelum dia
menutup matanya.

Yibo kembali menenangkan dirinya. Dia menghela nafas panjang dan


tersenyum sambil tangannya terangkat, mengelus rambut pria manis itu.

"Ya.. mimpi yang indah, Zhanzhan."


BAGIAN 20

Xiao Zhan terbangun keesokan harinya. Dia menatap langit-langit kamar yang
masih sedikit asing baginya.
Dia tidak bisa memikirkan apapun untuk sekarang.
Tangannya di rentang dan badannya di luruskan.

Tempat itu masih juga terasa hangat.

"Sudah bangun?" Suara seseorang menyapanya, dia mungkin masih berpikir


bahwa sekarang dia berada di alam mimpi.

Yibo tersenyum. Dia duduk di sambil ranjang dan mengelus pipi pria manis itu.

"Ayo sarapan."

Xiao Zhan menarik nafas panjang. Dia mengedipkan matanya berkali-kali.

"Hei Yibo.. jam berapa sekarang?" tanya Zhan tanpa melihat ke arah Yibo.

"Jam 9 pagi.. jangan khawatir, lagipula ini hari minggu." jawab Yibo.
"Ah.." Xiao Zhan mengangkat tangannya dan untuk sesaat dia menatap lekat
tangannya tanpa ekspresi.

"Ternyata aku bisa tidur selama itu ya.."

"Apa ini pertama kalinya?"

Xiao Zhan mengangguk, "Ya.. dan, tubuhku terasa lebih ringan dari biasanya."

"Baguslah kalau begitu.. mulai sekarang, kamu bisa terus tidur dengan
nyenyak." kata Yibo.

Xiao Zhan bangun dan duduk sambil sedikit menyibak rambutnya.

Walaupun senang, tapi dia tidak memberikan reaksi apapun, setidaknya dia bisa
tidur nyenyak untuk sekarang.

"Ayo, cuci muka dulu dan sarapan."

Xiao Zhan mengangguk, lalu ia berdiri dan berjalan menuju kamar mandi.

Setelah mencuci muka, dia keluar dan duduk di meja makan.

Keduanya mulai sarapan bersama.

"Hari ini, mau jalan-jalan?" tanya Yibo.


"Jalan-jalan? Hm, boleh." Jawab Zhan yang memang sedikit merasa bosan di
rumah.

"Oke, habiskan dulu sarapannya."

Xiao Zhan hanya mengangguk dan kembali meneruskan makannya.

Di kediaman Wang, Lili datang kesana dengan penuh semangat, namun


semangatnya seketika pudar saat tahu bahwa Yibo sedang tidak ada di rumah.

"Memangnya, Yibo pergi kemana?" Tanyanya pada para maid karena tuan dan
nyonya Wang sedang tidak berada di rumah.

"Kami juga tidak tahu nona, hanya saja, tuan muda sudah tidak pulang beberapa
hari ini." Jawab maid tersebut.

Lili mengepal erat tangannya, "Cih.." dia mendecih.

Xiao Zhan.. benar, dia, dia yang merebut Yibo dariku. Tidak bisa di maafkan!

Lili menghubungi Yibo beberapa kali, namun panggilannya di abaikan oleh pria
Wang itu.

Lili mendengus dan mengumpat kesal. Tentang apartemen Yibo, bahkan lili
sendiri tidak mengetahuinya.

"Sebenarnya Yibo ada dimana? Apa dia menginap di rumah Xiao Zhan? Sial!"

Di apartemen, Xiao Zhan dan Yibo duduk di ruang tamu dengan santai.
Xiao Zhan menonton tv sedangkan Yibo membaca buku. Sesekali pria manis itu
melirik Yibo yang tampak serius.

"Kamu kan pintar, kenapa belajar begitu keras." kata Zhan pada Yibo.

"Hm, pintar saja tidak cukup kalau tidak belajar. Kemampuan kalau tidak di
asah maka perlahan akan hilang." Jawab Yibo.

Xiao Zhan menopang dagunya dengan wajahnya yang datar.

"Ya, mungkin benar."

Yibo tersenyum kecil, "kamu sendiri, apa kamu berniat masuk ke universitas?"

Mendengar pertanyaan itu, Xiao Zhan langsung menggeleng.

"Tidak, aku tidak berminat untuk masuk ke universitas manapun."

"Kenapa?" Tanya Yibo yang ingin tahu alasannya.

"Apa karena orangtuamu?"

Xiao Zhan menggeleng dengan tatapan yang masih tertuju pada layar tv.

"Ya, tidak ada alasan yang pasti. Aku hanya, tidak ingin lanjut."

Yibo menatap punggung sempit di depannya itu tanpa kata.


Untuk sesaat dia hanya diam. lalu setelah berpikir sebentar, dia kembali
berbicara.

"Ya sudah, tidak apa-apa.."

Lagipula, aku yang akan bekerja untuk mu.

Tuan Xiao berdiri di depan kamar Xiao zhan dengan ekspresi yang muram.

"Kemana anak sialan ini! Berani-beraninya dia kabur dari rumah." Kata tuan
Xiao marah.

Nyonya Xiao tiba-tiba muncul di sampingnya dan mengejutkannya, "Dia


kecelakaan." kata Nyonya Xiao.

"Hah? Kecelakaan? Bagaimana bisa? Dia kan sudah dewasa, kenapa tidak hati-
hati? Sekarang dimana dia?" tanya Tuan Xiao yang tampak semakin kesal.

Nyonya Xiao berjalan melewati suaminya sambil menghela nafas panjang,


"Entalah. Lagipula, biarkan saja dia di luar." Lalu nyonya Xiao berlalu
menuruni anak tangga.

Tuan Xiao mengeretakan giginya dengan tangan yang di kepal erat. Rasanya
amarahnya mencapai kepalanya dan akan meledak sebentar lagi.

"Sial!" Dia memukul pintu kamar Xiao Zhan hingga terdengar sampai lantai
bawah.
"Padahal klienku ada yang ingin bertemu dengannya. Aku harus mencarinya
karema investasinya besar, ini kesempatan yang langkah."

Tuan Xiao akhirnya memutuskan untuk pergi mencari Xiao zhan.


Dia kedatangan klien dari sebuah perusahaan besar yang mengajukan kerja
sama. Namun klien itu juga ingin bertemu dengan Xiao zhan sebagai pewaris
perusahaan Xiao dimasa depan.

Tuan Xiao biasanya akan cepat menemukan Xiao Zhan ketika anak itu kabur
dari rumah. Tapi sekarang dia sedikit kesulitan.

"Cih, sial.. kemana perginya anak itu." Dia mengumpat kesal sambil terus
membawa mobilnya berkeliling.

Sementara itu di apartemen Yibo.

Nyonya Wang tiba-tiba berdiri di depan pintu apartemen. Wang Yibo yang
membuka pintu memiringkan kepalanya.

"Ma, apa yang mama lakukan disini?" Tanya Yibo karena tidak biasanya sang
ibu mengunjungi apartemennya.

"Hai sayang.." sapa nyonya wang dengan semangat, namun sesaat kemudian
raut wajahnya berubah, "Tapi pertanyaanmu itu keterlaluan tahu.. memangnya
mama tidak boleh datang melihatmu?"

"Hn, boleh. Silahkan masuk ma." Yibo masuk lebih dulu sedangkan nyonya
Wang masih berdiri sambil menggelengkan kepalanya.

"Dasar.. sifat dinginnya mirip siapa sih.. benar-benar sangat dingin.."


Saat sedang mengeluh, bayangan seorang pria tua terlintas di pikiran nyonya
Wang.
Wanita itu menggelengkan kepalanya.

"Hah, benar-benar mirip seperti kakeknya." Lanjut nyonya wang sambil


melangkah masuk ke dalam.

Tuan besar wang terdahulu memang di kenal sangat dingin. Bahkan dia terkenal
sangat irit dalam bicara dan tidak suka dekat dengan sembarang orang.

Berbeda dengan anaknya atau tuan Wang yang sekarang, walaupun agak dingin,
tapi tuan Wang cukup ramah dengan orang lain.

Sedangkan Wang Yibo..


Memikirkannya saja membuat nyonya wang harus membuang nafasnya berkali-
kali. Sifat Yibo benar-benar mirip dengan kakeknya.

"Zhanzhan mana?" Tanya Nyonya wang saat dia tiba di dalam.

"Oh, bibo ya.. selamat siang." Sapa Xiao Zhan dengan lembut.

"Oh, ya ampun.." nyonya Wang langsung mendekat dan memeluk Xiao Zhan,
"Bagaimana keadaanmu?" Tanyanya sambil melepas pelukannya.

Xiao Zhan tersenyum, "Seperti yang bibi lihat.. aku baik-baik saja sekarang."
Jawabnya dengan santai.

"Syukurlah kalau begitu. Maaf ya, waktu itu bibi tidak bisa menjengukmu."
Xiao Zhan menggelengkan kepalanya dengan cepat, "Tidak apa-apa bibi..
lagipula saya yang harusnya berterimakasih karena gara-gara saya Yibo jadi
meninggalkan rumah."

Untuk sesaat nyonya Wang terdiam, kemudian sesaat berikutnya dia terrawa
sambil mencubit pipi Xiao Zhan dengan penuh semangat, membuat lelaki manis
itu sedikit terkejut dan meringis.

"Haha.. ya ampun Zhanzhan, kamu tidak tahu ya?"

Perkataan Nyonya Wang jelas membawa banyak rasa penasaran. Xiao Zhan
menaikan alisnya dan memperlebar telinganya seolah ingin mendengar
penjelasan yang mungkin saja sebuah rahasia yang tidak dia ketahui dari Yibo.

"Ada apa bibi?" Tanya Zhan dengan sengaja seolah memacing nyonya Wang
untuk bicara.

Nyonya Wang kembali tertawa kecil.


"Ya ampun.. kamu benar-benar menarik. Hm, jadi Yibo memang sudah sering
meninggalkan rumah."

"Eh?" Xiao Zhan sedikit tercengang tak percaya.

"Memangnya dia belum cerita ya? Dia sering tinggal disini saat ujiannya hampir
di mulai. Kadang sampai 1 bulan lebih baru dia kembali ke rumah." Jelas
Nyonya Wang.

"O-oh.." zhan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Rasanya sedikit


memalukan.
Yibo datang dengan minuman di tangannya. Kedatangannya seolah
menghancurkan pembicaraan nyonya wang dan Xiao Zhan, walau sebenarnya
mereka sedahg tidak membicarakan hal yang penting.

Ketiga orang itu duduk bersama dan sesaat kemudian Zhan dan Yibo sama-
sama melotot mendengar perkataan Nyonya Wang.

"A-apa? MENIKAH??"

BAGIAN 21

Nyonya Wang menikmati teh yang dibarikan oleh anaknya dengan elegan.
Suasana disana sangat tenang. Yibo lanjut membaca bukunya dan Xiao Zhan
menonton tv.

Suasana yang tenang itu akhirnya berakhir saat nyonya Wang mulai bicara.

"Jadi, mama sebenarnya sudah merencanakan pernikahan kalian." Kata nyonya


Wang secara tiba-tiba.

"Eh?"

Xiao Zhan dan Yibo masih tidak menangkap apa yang di maksus dengan
nyonya Wang. Sampai beberapa detik kemudian otak mereka barulah kembali
bekerja.

"A-apa? MENIKAH??"
Zhan dan Yibo berseru bersamaan dengan ekspresi terkejut.

"I-itu.. anu.. itu, pernikahan siapa bibi?" Tanya Zham dengan gagap. Dia bahkan
merasakan firasat buruk saat ini.

Nyonya Wang menyeduh teh di tangannya dengan tenang, lalu bicara, "Ya
pernikahan kalian."

Zhan dan Yibo masih tidak mengerti walau mereka sama-sama merasakan
firasat buruk.

"Apa maksud mama? Pernikahan apa? Kalian berdua itu siapa?"


Tanya Yibo untuk kejelasan siapa orang yang di maksud ibunya.

Nyonya Wang mendesah, lalu menyandarkan dirinya ke sofa.

"Ya, pernikahan kalian berdua. Kalian, Wang Yibo dan Xiao Zhan." Jawab
Nyonya Wang mempertegas.

Zhan dan Yibo ternganga. Kepala mereka masih tak sanggup menerima apa
yang baru saja dikatakan oleh nyonya Wang.
Untuk sesaat tempat itu terasa hening.

"Tu-tunggu." Xiao Zhan mulai membuka suara, "itu.. bibi tahu kan kalau kami
ini sama-sama lelaki.. aku dan Yibo..."

"Tidak masalah." Sahut nyonya Wang memotong perkataan Xiao Zhan.


"Eh?" Mata Zhan tergambar jelas kebingungan disana.

Yibo memijit pelipisnya yang mulai terasa nyut-nyutan.

"Ma.. berhentilah bercanda. Mama membuat Zhanzhan bingung." Tegur Yibo


dengan wajah yang mulai tenang.

Nyonya Wang menaikan sebelah alisnya, dia melirik anaknya sekilas dan
menggelengkan kepalanya.

"Memangnya dari tadi mama bercanda?" Bukannya menjawab, nyonya Wang


malah balik bertanya.

"Ha-Hah?" Yibo yang sejak tadi tenang kini langsung berdiri dengan ekspresi
terkejutnya.

"Ma-mama serius? Jangan bilang..."

"Ya, mama ingin kalian menikah, lagipula papa juga sudah setuju." Kembali
nyonya Wang memotong perkataan Yibo.

"Maaf bibi, tapi aku tidak bisa. Untuk sekarang, aku tidak memikirkan
pernikahan." kata Zhan menyanggah.

Nyonya Wang melihat kesedihan di mata Xiao Zhan. Dia melirik Yibo sesaat.
Yibo mengangguk, bertanda meminta ibunya untuk tidak bicara lagi.

"Hm, ya tidak apa-apa.. waktu kalian sampai lulus untuk memikirkan hal ini.
Zhanzhan, bibi harap kamu bisa menerima pernikahan ini."
Xiao Zhan tersenyum samar. Dia tidak menjawab tetapi mengatakan hal lain.

"Maaf, aku ingin berbaring sebentar.." dia pamit untuk kembali ke kamar dan
nyonya Wang hanya mengangguk menyetujui.

Setelah Xiao Zhan masuk ke dalam kamar, Yibo menatap ibunya dengan penuh
tanda tanya.

Nyonya Wang tersenyum kecil, "mama tahu kamu pasti terkejut. Tapi mau
bagaimana lagi, kamu jatuh cinta dengannya kan?"

Pertanyaan sang ibu lagi-lagi membuat Yibo terkejut. Yibo memegang dadanya
dan menghela nafas panjang.

"Entalah.." jawabnya singkat.

"Pilihannya ada di tanganmu Yibo. Mama hanya takut kalau kalian tidak
menikah dengan cepat, suatu saat nanti Zhanzhan akan di rebut orang lain. Ini
bukan karena mama egois, tapi mama hanya ingin kamu bahagia."

Yibo menatap ibunya, dapat ia lihat kesungguhan di mata ibunya. Ya, tidak
salah kalau seorang ibu mengharapkan kebahagiaan untuk putranya.

Yibo menghela nafas panjang, lalu menyandarkan dirinya ke sofa.

"Tidak perlu buru-buru ma.. Zhazhan punya sedikit trauma tentang pernikahan."

Nyonya Wang cukup terkejut mendengarnya, tapi dia tidak bertanya lebih lanjut
karena mungkin saja itu semua adalah rahasia.
Nyonya Wang berdiri, sudah saatnya untuk dia pulang ke rumah.

"Yibo, berjuanglah karena papa dan mama akan selalu mendukungmu." Kata
Nyonya Wang sambil menepuk bahu anaknya.

"Ya, akan aku lakukan." Jawab Yibo.

Setelah itu nyonya Wang pergi dari sana.


Yibo menatap lurus ke arah pintu kamar. Dia menghela nafas panjang, lalu
berjalan mendekat.

Dia membuka pintu dan masuk ke dalam. Di lihatnya Xiao zhan yang berbaring
membelakanganinya.

Yibo mendekat dan duduk di sisi ranjang.


"Maaf.." katanya dengan suara pelan.

Xiao Zhan yang mendengar suara Yibo berbalik menghadapnya.

"Untuk apa?" Tanya zhan tak mengerti.

"Tentang pembicaraan tadi. Kamu pasti tidak nyaman kan tiba-tiba di minta
untuk menikah?"

Xiao Zhan menghela nafas, "Hm, tidak masalah. Aku hanya, sedikit terkejut."

"Benarkah? Aku juga, sebenarnya terkejut." kata Yibo dengan senyum kecil di
bibirnya.
Xiao Zhan tidak menjawab lagi setelah itu. Dia menutup matanya seolah hendak
tidur.

Yibo hanya bisa menatapnya dengan pasrah. Yang berarti tidak ada jawaban
pasti dari Xiao Zhan tentang pernikahan.

Yibo mengangkat tangannya, mengelus lembut rambut pria manis itu.

Tidak apa-apa. Mungkin aku, harus berjuang.

Hari senin tiba dan sekolah pun kembali di mulai.


Yibo dan Xiao Zhan berangkat bersama seperti biasa dan seperti biasa pula
mereka menarik perhatian.

"Hei, walaupun aku sedikit membenci Xiao Zhan, tapi dia benar-benar terlihat
cocok dengan Yibo."

"Aduh.. aku tidak bisa membayangkan.. Yibo yang dingin itu begitu
memanjakannya."

"Bahkan sekarang zhanzhan tidak membuat onar lagi. Dia jadi lebih diam dan
tidak berisik. Aku merasa, dia sedikit keren."

"Ya, walaupun keren, kita tidak bisa mendekatinya karena dia milik Yibo."

Semua gadis mulai berbisik-bisik. Namun jangan salah, banyak juga gadis yang
tidak menyukai kedekatan mereka dan selalu menyudutkan Xiao Zhan, seolah-
olah semua ini salah Xiao Zhan yang telah menggoda Yibo.
Namun Xiao zhan sama sekali tidak peduli, Yibo pun sama tidak pedulinya.

Zhou Cheng menatap xiao zhan dengan tatapan yang sedih.

"Zhanzhan, apa Yibo mengancammu sesuatu? Atau kenapa kamu jadi


menempel dengannya sekarang?" Tanya Zhou cheng.

Xiao Zhan menopang dagunya dengan malas. Saat ini Yibo sedang berada di
ruang guru untuk satu dan dua hal.

"Yibo menolongku." Jawab Zhan.

"Menolong? Memangnya apa yang terjadi padamu?" tanya Zhou Cheng dengan
penasaran.

"Waktu itu aku kecelakaan, dan yang membawaku ke rumah sakit dan
menjagaku adalah dia." Jawab Zhan.

"Oh begitu.. sekarang bagaimana keadaanmu? Kamu harusnya menghubungiku,


aku bisa menjengukmu."

Seperti yang di duga, reaksi Zhou Cheng memanglah sangar biasa walau di
matanya terlihat jelas kekhawatiran.

Xiao Zhan tertawa, membuat Zhou Cheng mengernyit bingung. Tapi, Xiao
Zhan menyukai sifat Zhou Cheng yang seperti itu. Walaupun dia terlihat masa
bodoh, tetapi sebenarnya dia sangat menghawatirkan orang-orang terdekatnya.
"Sekarang aku sudah tidak apa-apa. Lagipula aku tidak mau merepotkanmu."
Sahut Zhan setelah berhenti tertawa.

"Benar tidak apa-apa sekarang? Bagaimana dengan pelakunya?" Tanya Zhou


Cheng kembali.

Xiao Zhan seolah baru tersadar. Dia kembali berpikir.

"Benar juga. Pelaku tabrak lari. Apa polisi sudah menangkapnya?" Xiao Zhan
bertanya pada dirinya sendiri dan hal itu membuatnya mendapatkan satu
pukulan dari Zho cheng.

"Dasar Bodoh!!" Umpat Zhou Cheng sambil memukul punggung Zhan.

"Akh.. sakit tahu!" Komentar zhan mengeluh.

Zhou Cheng memijat pelipisnya. Berhadapam dengan Xiao Zhan benar-benar


menguras tenaganya.

"Kalau pelakunya sudah ketemu, polisi pasti aka menghubungi kamu kan?"

Xiao Zhan kembali mengangguk-angguk kecil.

"Benar juga ya.."

Zhou Cheng menghela nafas panjang dan berusaha untuk menenangkan hatinya
agar tidak berteriak pada pria manis di depannya itu.

"Jadi, apa polisi sudah menghubungimu?" Tanya Zhou Cheng dengan sabar.
"Belum." Jawab Zhan dengan wajah polosnya.

"Ahh dasar kamu ini!!" Saat tangan Zhou Cheng terangkat hendak menepuk
bahu Xiao Zhan, tangan lainnya tiba-tiba mencekal tangannya. Membuat Zhou
Cheng sedikit terkejut.

"Kamu tidak boleh memukulnya." Tegur Yibo yang baru saja datang dengan
ekspresi dinginnya.

Zhou Cheng langsung menarik tangannya, "Cih.."

"Polisi masih berusaha. Mobil itu beberapa hari yang lalu di laporkan terbakar
di suatu tempat." Yibo menjawab pertanyaan Zhou Cheng sambil duduk di
kursinya.

Zhou cheng menyipitkan matanya dan berpikir, "Jadi, kecelakaan tersebut di


sengaja?"

Yibo mengangguk, "Ya.. tapi jangan khawatir karena sepandai apapun orang
itu, pasti akan segera tertangkap."

Sedangkan Xiao Zhan masih tidak mengerti dengan arah pembicaraan kedua
orang tersebut. Walaupun otaknya tergolong cerdas, tapi dia juga terkadang
suka kebingungan.

BAGIAN 22
Yubin datang secara tiba-tiba dan memukul kepala Wang Yibo dengan keras
membuat Yibo tersentak dan reflek memegang kepalanya.

"Akh.. aiss, Yubin!" Pekik Yibo dengan ekspresinya yang kembalu datar.

"Hai Yubin." Sapa Xiao Zhan.

"Hai zhanzhan, sudah lama ya." Yubin balik menyapa.

Xiao Zhan mengangguk, "Ya.. setelah kelas 1, kita beda kelas."

Yubin mengangguk mengiyakan, lalu ia melirik ke samping.

"Kamu tetap jutek seperti biasa ya Zhou Cheng. Apa di kehidupan sebelumnya
kita adalah musuh?" Tanya Yubin pada Zhou Cheng karena setiap kali mereka
bertemu, Zhou Cheng selalu bersikap cuek seolah tidak mengenalnya.

"Ckck." Zhou Cheng hanya berdecak tanpa menjawab.

"Jadi, apa yang kamu lakukan disini?" Tanya Yubin karena tidak biasanya dia
datang ke kelas mereka.

"Ya tidak ada apa-apa. Aku hanya mengunjungi kalian. Akhir-akhir ini kamu
juga jarang baca buku di taman belakang." Kata Yubin berbicara pada Yibo.

"Oh, Ya, akhir-akhir ini aku sedikit sibuk." Jawab Yibo.


"Hm, tidak apa-apa.. aku juga lumayan sibuk karena harus belajar dan les
privat."

Mendengar percakapan mereka benar-benar membosankan. Karena itulah Xiao


Zhan selalu menghindar saat Yibo dan Yubin sudah bersama karena sejak
bertemu hingga berpisah, yang mereka bahas hanyalah pelajaran.

"Hah.. membosankan." Xiao Zhan merebahkan dirinya diatas meja sedangkan


Zhou Cheng kembali ke tempat duduknya. Karena sama halnya dengan Xiao
Zhan, Zhou Cheng pun tidak bisa masuk dalam pembicaraan Yibo dan Yubin.

Di tengah keseriusan mereka berbicara, Lili datang dengan sifat manjanya yang
langsung merangkul Yibo.

"Yibo, kemana saja kamu selama ini hah? Aku mencarimu di rumah tapi
katanya kamu tidak kembali ke rumah. Kamu pergi kemana? Katakan padaku."
Katanya dengan nada seolah mendesak Yibo.

Yibo kembali memasang wajah datarnya. Xiao Zhan yang tadinya berbaring
kini mengangkat kepalanya untuk melihat wanita itu.

"Lili, menjauhlah sedikit." Tegur Yibo.

"Kenapa? Kita kan sahabat, tidak ada rahasia di antara kita. Aku merasa kamu
sedikit berubah sekarang." Mata gadis itu mulai berkaca-kaca dengan wajah
yang kasihan, seolah berusaha menarik perhatian orang lain untuk bersimpati
padanya.

Yubin yang melihat tingkah gadis itu langsung mendengus tak suka. Dia
menatap Lili dengan tatapan yang tampak merendahkan.
"Aku berusaha menahan diri selama ini, tapi sepertinya tidak bisa lagi
sekarang." Kata Yubin tiba-tiba berbicara membuat.

"Hah? Apa?" Tanya Lili dengan pandangan tak suka.

"Apa kamu tidak sadar? Tingkah mu yang seperti ini membuat orang lain tidak
nyaman. Apa kamu pikir Yibo merasa senang? Selama ini kamu terus
menempel padanya. Apa kamu tahu seberapa tidak nyamannya dia dengan
sifatmu yang seperti itu?"

"Yubin.." Yibo berusaha mencegah, tapi sepertinya Yubin tidak bisa di hentikan
lagi.

"Apa? Apa maksudmu?" Tanya Lili setengah berteriak. Sejujurnya dia merasa
kesal dengan Yubin yang tiba-tiba memojokannya.

Yubin memijit pelipisnya, lalu berkata, "Yibo.. tidak perlu menahan diri lagi.
Dia ini selalu berpikir kalau kamu menyukainya, karena itu dia terus menempel
padamu."

"I-itu.. Yubin, Lili hanya teman kita, dia.." Yibo berusaha menghentikan Yubin,
tapi Yubin tidak mau mendengarkan Yibo.

"Sebaiknya kamu jujur pada dirimu sendiri. Memangnya kamu tidak capek
menahan diri terus terhadap sesuatu yang tidak kamu sukai?"

Yubin terus bicara dan hal tersebut membuat Lili marah. Gadis itu menunduk
dengan wajah suram, hawa di sekitar mereka menurun.

"Ya ampun, mereka akan bertengkar." Xiao Zhan berguman pelan.


"Yibo, apa yang dikatakan Yubin.. apa benar?" tanya gadis itu tanpa
memandang Yibo.

Yibo sedikit ragu, namun dia juga tidak ingin berbohong.

"Ya, sebenarnya aku sedikit tidak nyaman, aku hanya menganggap kalian
sahabatku, tidak lebih dari itu. Jadi, kalau kamu berpikir lebih dari itu, maaf..
aku tidak bisa menerimanya." Jawab Yibo dengan lembut walau wajahnya tanpa
ekspresi.

Lili mengepal erat tangannya. Dia merasa geram dan marah.

"Apa gara-gara Xiao Zhan?" Gadis itu bertanya dengan suara rendah.

"Maaf, bisakah kalian tidak menyeretku dalam pertengkaran kalian?" Tegur


Xiao zhan sambil memundurkan badannya.

"Zhanzhan tidak ada kaitannya dalam hal ini, aku hanya tidak memiliki perasan
lebih padamu." Jawab Yibo memberi kejelasan.

Tangannya semakin di kepal erat. Rasanya dia ingin berteriak dan marah disana,
tapi akan sangat memalukan jika para murid mendengarnya. Apalagi akhir-akhir
ini semakin banyak yang medukung hubungan baik Wang yibo dan Xiao Zhan.

Gadis itu tanpa menatap Yibo, kembali ia berkata, "Yibo, kamu sudah
membuatku kecewa. Lihat saja, kamu pasti akan menyesal." Setela itu, dia
berjalan keluar dari kelas dengan perasaan yang campur aduk.

Yubin menatap Yibo sambil menghela nafas panjang.


"Dasar, kamu ini terlalu lembek padanya. Harusnya kamu tegas." Komentar
yubin.
"Tidak apa-apa, dia pasti mengerti." Yibo masih dengan percaya diri ingin
mempercayai gadis itu.

Lili adalah sahabatnya, dan dia masih ingin menjalin hubungan baik sabagai
sahabat dan tidak lebih dari itu.

Xiao Zhan kembali menopang dagunya menghadap keluar jendela.

"Dasar.. dia benar-benar tidak paham dengan perasaan seorang gadis." Guman
Xiao Zhan. Walaupun dia mengatakan hal itu, tapi sejujurnya dia sendiru tidak
mengerti dengan perasaan para gadis karena dia belum pernah mendapatkan
pengakuan cinta dari gadis manapun.

Malah yang dia tahu para gadis membencinya karena berisik.

Di kediaman Xiao.
Tuan Xiao terus bergerak gelisah. Malam ini pertemuan di lakukan tetapi dia
sama sekali tidak menemukan keberadaan Xiao Zhan dimana pun.

"Hei Yuri, cepat hubungi anakmu, beraninya dia kabur dari rumah!" Teriak tuan
Xiao memanggil istrinya.

Nyonya Wang duduk di ruang tamu. Rumah itu tampak berantakan karena tidak
ada maid yang bekerja disana.

"Biarkan saja. Dia ingin tinggal di luar." Jawab Nyonya Xiao.

Namun,
"Akhh.." Nyonya xiao meringis saat rambutnya di jambak oleh suaminya.

"Sialan! Jangan menentangku! Cepat hubungi dia." Perintahnya dengan nada


yang kasar.

Namun bukanya takur, nyonya xiao malah tersenyum miring seolah


merendahkan suaminya.

"Kenapa? Kamu ingin membunuhku? Lakukan saja, aku tidak akan melawan."

Tuan Xiao terkejut. Selama ini nyonya Xiao selalu melawan dan mereka sering
bertengkar. Tapi saat ini, mata yang selalu berapi-api itu kini seolah padam.

Mata hitam yang menatapnya dengan tatapan kosong.


Perasaan tuan Xiao sedikit tidak enak.

Dia mendorong istrinya hingga punggungnya membentur sandaran sofa, lalu


pria itu berteriak dengan frustrasi.

"Sialan!! Kalian benar-benar pembawa sial untukku!"

Tuan Wang lalu beranjak dari tempat itu dan pergi dari sana.

Nyonya Xiao terus menatap layar tv, dimana di tayangkan seorang wanita
sedang menceritakan masa kuliahnya di amerika.

"Beruntungnya.. harusnya aku juga bisa pergi kesana."


"Kuliah? Haha, jangan mimpi!! Kamu sudah membawa aib bagi keluarga ini.
Tinggalah dengan suamimu dan urus keluargamu."

"Mulai sekarang kamu hanyalah wanita biasa. Jangan pernah mengharapkan


sesuatu yang mustahil."

"Dasar! Padahal sudah membuat malu keluarga kita, tapi masih saja tidak tahu
malu."

Nyonya Xiao menghela nafas panjang saat membayangkan segala hinaan yang
di terima dalam keluarganya.

Dia berdiri dengan tenang sambil menaikan volume tv tersebut.

"Aku memang, tidak bisa memiliki apapun."

Dia lalu berjalan ke arah kamarnya dengan ekspresinya yang datar, membiarkan
tayangan televisi berbicara sendiri disana.

Di apartemen Wang Yibo.

Mereka sudah pulang dari sekolah sejak tadi dan sekarang hari sudah mulai
gelap.

Wang Yibo menyiapkan makan malam mereka. Bukannya dia memasak, dia
hanya memanaskan makanan yang telah di pesannya.
Sementara itu, Xiao Zhan sedang bersiap diri untuk mandi.

Xiao Zhan keluar dari kamar mandi setelah menyelesaikan ritual mandinya.

Dia keluar dengan rambut yang masih basah. Tetesan air turun membasahi
lantai.

Xiao Zhan mengambil handuk kecil untuk mengeringkan rambutnya.

Yibo telah selesai menyiapkan makanan mereka. Kini gilirannya untuk mandi.

Pria Wang itu masuk ke dalam kamar dan tanpa sengaja ia menginjak lantai
yang basah dan..

Brukhhh...

Kakinya tergelincir menyebabkan keseimbangan tubuhnya hancur.

Tetapi, yang membuatnya lebih terkejut adalah dia tak sengaja menabrak Xiao
Zhan dan saat ini, mata keduanya sama-sama melebar karena terkejut, sebab,
bibir mereka kini menempel satu sama lain.

BAGIAN 23

Xiao Zhan mendorong Yibo sekuat tenaga. Wajah keduanya memerah seperti
tomat.
Xiao Zhan mundur beberapa langkah dari atas kasur, sedangkan Yibo langsung
mengambil posisi duduk.

"Ma-maaf.." kata Yibo dengan suara rendah. Jantungnya berpacu dengan cepat
dan wajahnya tampak memerah.

Xiao Zhan mengalihkan pandangannya ke sembarang arah.

"Ti-tidak apa-apa." Jawabnya dengan suara rendah dengan wajah yang


menunduk.

Wang Yibo berdiri, mengusap tengkuknya yang tidak gatal, lalu mengambil
handuk, kemudian berjalan berlahan menuju ke kamar mandi.

Xiao Zhan menutup bibirnya, seluruh badannya terasa panas serta keringat
mulai membasahi dahinya.

Ciuman..

Pikirannya tiba-tiba melayang jauh, kembali ke saat dia masih di rumah sakit.
Saat Wang Yibo menciumnya di atap rumah sakit.

Namun hal itu anggap saja sebagai kecelakaan karena saat itu Xiao Zhan masih
dalam keadaan emosional yang tinggi.

Tapi sekarang..

Xiao zhan menggelengkan kepalanya dengan cepat.

Tidak.. tadi juga, kecelakaan..


Pria manis itu kemudian menenangkan dirinya, lalu ia turun dari ranjang dan
berjalan keluar.
Dilihatnya makanan yang sudah tertata rapi diatas meja.

Xiao Zhan bukannya tidak bisa masak, tapi saat ini dia ingin tenang dan masih
tidak ingin menyentuh apapun. Karena itu, mereka hanya bisa memesan
makanan.

Sementara itu di tempat lain.

Lili terus mengamuk, merasa seolah telah di hianati dan dia tidak bisa menerima
hal itu.

"Xiao Zhan.. ini gara-gara Xiao Zhan!!" Dia menekan kata-katanya, merasa
marah dengan kehadiran Xiao Zhan yang di anggap telah merusak hubunganya
dengan Yibo. Bahkan Yubin pun sekarang membencinya, padahal mereka
adalah teman.

"Putriku, apa yang membuatmu marah seperti ini?" Tanya tuan Shen yang
melihat putrinya mengamuk.

"Papa.." Lili menanggil sang ayah dengan suara yang manja, diikuti dengan air
matanya yang mulai menetes keluar.

"Ada apa sayang?" Tanya sang ayah kembali.

"Papa tahu Yibo kan? Yibo sahabatku.."

Tuan Shen mengangguk sebagai jawabannya.


"Sekarang dia.. sekarang dia berubah papa hikss.." gadis itu mulai mengadu
pada sang ayah, "Sekarang dia mulai menjauhiku, ini semua karena orang
bernama Xiao Zhan itu. Dia yang menghasut Yibo dan menyuruh Yibo
menjauhiku.." Kebohongan putrinya terlihat seperti kesungguhan dan sebagai
seorang ayah, tuan Shen tentu saja mempercayai putrinya.

"Siapapun yang berani membuat putriku menangis harus menanggung


resikonya. Untuk masalah orang bernama Xiao Zhan itu, tenang saja, papa pasti
akan mengurusnya, dan soal Yibo..."

Lili menghapus air matanya dan mendekati ayahnya, mendengar apa yang ingin
di katakan sang ayah dengan cermat.

"Apa kamu menyukai Yibo?" Tanya Tuan Shen.

Wajah Shen Lili kemerah.. dia menunduk dengan malu-malu.

"I-iya.." jawabnya.

Tuan Shen tersenyum dan mengangguk, "Baiklah.. papa mengerti, kamu tenang
saja. Memangnya apa yang tidak bisa kamu miliki?"

Lili langsung tersenyum lebar. Dia menghamburkan dirinya ke dalam pelukan


sang ayah dan bersorak dengan riang, "Terimakasih papa.."

Keesokan harinya, tuan Shen berkunjung ke kediaman Wang. Keluarga Wang


tentu saja menyambutnya dengan baik karena bagaimana pun dulu mereka
pernah hidup bertetangga.
"Wahh, tuan Shen apa kabar? Lama tidak bertemu." Tanya tuan Wang.

"Seperti yang anda lihat, Tuan wang juga tampak lebih muda haha.."

Mereka mulai bercanda, dulunya hidup bertetangga, tapi bukan berarti mereka
akrab. Mereka tidak pernah sekalipun saling memanggil menggunakan nama
panggilan karena di luar ataupun di kantor, mereka hanyalah rekan bisnis.

Kedua orang tua tersebut mulai duduk berbincang, sedangkan maid menyajikan
minuman untuk mereka.

"Jadi, maksud kedatangan anda kesini pasti ingin meyampaikan sesuatu kan?
Karena tidak biasanya anda hanya berkunjung." Tanya Tuan Wang.

"Ah itu.." tuan Shen mulai tertawa kecil, lalu mulai menyampaikan maksud
kedatangannya.

"Ini tentang anak-anak kita. Yibo dan Lili kan sudah berteman sejak kecil, jadi
aku pikir, bagaimana kalau kita menjodohkan mereka?" Tanya Tuan Shen.

Tuan Wang sedikit terkejut, namun ekspresinya masih tetap datar seperti biasa.

Dia menyeduh minumannya dengan tenang, lalu menjawab, "Maaf tuan Shen,
untuk sekarang, Yibo sudah punya calon pendamping."

"Eh?" Kerutan di dahi tuan Shen terlihat dengan jelas, "apa dia sudah di
jodohkan dengan orang lain?" Tanyanya untuk memastikan.
Tuan Wang mengangguk, "Yaa.. orang itu juga pilihan ibunya, dan mungkin
juga pilihan Yibo sendiri." Jawab Tuan Wang.

"Tapi.." tuan Shen tentunya merasa tidak puas dan dia bukan tipe orang yang
akan menyerah begitu saja.

"Hm, begini tuan Wang, apa anda yakin orang itu lebih baik dari putri saya?
Atau.. bagaimana dengan tanah di lokasi X? Bukankah anda
menginginkannya?"

Tuan Wang tersenyum dan dengan santai menjawab, "Ya, aku memang
menginginkannya, tapi bukan berarti aku harus menukarnya dengan
kebahagiaan anakku. Maaf tuan Shen, tapi pilihan untuk masa depan anak-anak,
kita sebagai orang tua sebaiknya tidak usah ikut campur terlalu jauh."

Wajah tuan Shen mulai tampak pucat. Dia terlihat seperti sedang menahan
amarahnya.
Tangannya di kepal dengan erat. Tanpa kata-kata lagi, lelaki itu berdiri.

"Ya sudah, kalau begitu saya pamit dulu." Dia lalu berlalu pergi membuat tuan
Wang menglengkan kepalanya.

"Dasar.. dia masih saja tidak sopan."

Sedangkan tuan Shen masuk ke dalam mobilnya sambil mengumpat sumpah


serapah.

"Ckckck, dari dulu dia benar-benar menyebalkan!"

Di sisi lain di kediaman Xiao.


Tuan Xiao duduk dengan tangan yang terus menjambak kuat rambutnya. Dia
tampak frustrasi.

"Sialan! Ini gara-gara anak sialan itu, gara-gara dia kabur dari rumah, kerjasama
dengan perusahaan besar jadi di batalkan! Sialan!" Dia mengumpat kesal
pasalnya kemarin saat pertemuan dengan kliennya dia tidak datang bersama
Xiao zhan. Karena itulah kliennya membatalkan kerjasamanya karena yang
ingin dia lihat adalah penerus perusahaan Xiao agar di masa depan dia tidak
rugi karena telah menjalin kerja sama.

"Wanita sialan! Kamu hanya bisa tidur dan makan, apa yang bisa kamu lakukan
hah? Menikah denganmu benar-benar membuatku sial!" Setelah bosan
mengumpat tentang xiao Zhan, kini dia mengumpat da memarahi nyonya Xiao.

Sedangkan Nyonya Xiao hanya diam saja tak menjawab. Matanya terus terlihat
kosong seolah tidak ada tanda-tanda kehidupan lagi disana.

"Ckck, semua orang benar-benar menyebalkan!"

Tuan Xiao membanting pintu dengan kuat, lalu berjalan keluar meninggalkan
rumah.

Di apartemen Wang Yibo.


Xiao Zhan dan Yibo mulai belajar untuk ujia mereka yang tidak lama lagi.

"Zhanzhan." Yibo memanggilnya, Xiao Zhan hanya menoleh sambil menunggu


perkataan selanjutnya dari Yibo.

"Kakek dan nenekmu masih hidup?" Tanya Yibo.

Xiao Zhan kembali menatap buku teksnya.


"Entalah, hidup atau tidak, siapa yang peduli. Lagipula mereka menolak
keberadaanku."

"Maksudmu, mereka tidak mengakuimu sebagai cucu?"

Xiao zhan mengangguk, "Mereka orang-orang penting dan aku di aggap sebagai
pembawa sial. Mungkin yang lebih sengara adalah ibuku, karena dia sering di
bilang aib bagi keluarga."

Yibo mengelus rambut pria manis itu dengan lembut.

"Pasti sulit ya.. jangan khawatir, sekarang kamu akan baik-baik saja."

Xiao Zhan memajukan wajahnya seolah membuat buku teks menutupi seluruh
mukanya.

"H-hm.." pipinya memerah dan hatinya berdebar cepat.

Yibo dapat melihat semburat merah yang muncul di telinga Xiao Zhan.

Entah setan apa yang merasukinya, tangan Yibo mendekat, menyentuh telinga
Xiao zhan, membuat pria manis itu terkejut. Tubuhnya terasa seperti di sengat
oleh listrik.

Telinga adalah salah satu kelemahannya.

Yibo lagi-lagi mendekat dan berbisik, "mau ciuman?"

Hati Xiao Zhan tak bisa berhenti berdebar, seluruh tubuhnya kaku, dia menoleh
menghadap Yibo dan mengangguk dengan malu.
Yibo mendekat, menyatuhkan bibir kedunya. Namun, Xiao Zhan lagi-lagi di
kejutkan dengan perbuatan Yibo.

Lidah Yibo seolah memaksa untuk masuk ke dalam mulutnya. Saat Xiao Zhan
hendak bicara, mulutnya terbuka dan itu menjadi kesempatan Yibo untuk
melesetkan lidahnya masih ke dalam mulut pria manis itu.

Lagi-lagi tubuh Xiao Zhan bergetar hebat. Ciuman kali ini berbeda dengan yang
dia rasakan kemarin. Kali ini, lain dari yang lain.

Benda yang terasa panas itu tengah menari-nari di dalam mulutnya.

Xiao Zhan menutup matanya sekuat tenaga, tangannya mencengram baju Yibo
dengan erat, sedangkan lidah Yibo bergerak dengan bebas di dalam sana.
BAGIAN 24

Zhan mendorong Yibo saat merasa tak bisa bernafas lagi.

"Humphh.. hoss.. hoss.. hoss.." Xiao Zhan meraup banyak udara. Wajahnya
tampak sangat berantakan, saliva yang mengalir di sudut mulutnya serta
matanya yang memerah dan rambutnya yang berantakan..

Saat dia merasa sudah bisa bernafas dengan normal lagi, Yibo menariknya dan
menciumnya sekali lagi.

"Buka mulutmu.." Bisik Yibo.

Xiao Zhan dengan malu-malu membuka mulutnya, membiarkan lidah Yibo


kembali menelusup ke dalam, mengabsen setiap deretan giginya.

Xiao Zhan merasa sudah cukup, dia kembali mendorong Yibo, lalu
menyandarkan kepalanya di dada bidang pria Wang itu.

"Sudah cukup.. aku sudah tidak kuat." Kata Zhan karena seluruh tubuhnya
terasa lemas dan gemetar.

Yibo menepuk pundak pria manis itu dan memeluknya.

"Maaf, sepertinya aku keterlaluan." Katanya dengan suara parau.

Saat Xiao Zhan berhasil tenang, Yibo kemudian memegang kedua pipi pria
manis itu. Keduanya saling berhadapan satu sama lain.
"Zhan, menurutmu kita ini apa?" Tanya yibo secara tiba-tiba.

Xiao Zhan menautkan alisnya. Dia tampak gugup dan bingung untuk menjawab.

"Maaf kalau aku terburu-buru, tapi aku ingin kejelasan Zhanzhan..."

"Yibo.. aku.."

"Berkencanlah denganku.." Yibo memotong perkataan Xiao Zhan, "jadilah


pacarku. Aku janji, aku tidak akan menyakitimu."

Xiao Zhan menatap mata Yibo, terdapat kesungguhan disana, hanya saja..

"Aku, belum siap.. mungkin saja aku juga belum lepas dari traumaku." Kata
Zhan sambil menunduk, menghindari tatapan Yibo.

Yibo mengangguk mengerti, "Aku mengerti, tapi Zhanzhan.. kalau kamu hanya
berjalan di sekitar lingkunganmu saja, terus terjebak pada masa lalumu, kamu..
tidak akan bahagia. Cobalah untuk melihat ke luar, ke dunia yang luas ini. Aku
tidak ingin kamu terus-terusan menderita. Karena itu, ijinkan aku untuk
membuktikan padamu bahwa cinta itu tidak selamanya jahat."

Mata Xiao Zhan berkaca-kaca. Hatinya terasa nyeri. Wang Yibo berusaha
dengan keras, tapi dia masih terjebak pada masa lalunya. Berpikir bahwa
semuanya akan membuatnya menderita.

Xiao Zhan memeluk Yibo, membiarkan air matanya berjatuhan sembari ia


berpikir. Sedangkan Yibo membiarkannya, membiarkan dia menangis dan
berpikir, Yibo hanya akan menunggu jawabannya.
"Ya, mari kita mencobanya.." kata Zhan setelah beberapa menit ia berpikir
dalam pelukan Yibo.

Yibo cukup terkejut, untuk sesaat, matanya berkaca-kaca, antara percaya dan
tidak percaya.

Dia memeluk pria manis itu dengan erat, "Ya.. percayakan semuanya padaku.
Keputusanmu bukanlah sesuatu yang sia-sia."

"Tolong tunjukkan padaku, bahwa kamu tidak seperti mereka." kata Zhan
dengan suara rendah.

Yibo mengangguk, "tentu saja."

Keduanya melepaskan pelukan mereka, lalu sekali lagi mereka berciuman untuk
meresmikan hubungan mereka.

Namun, ciuman kali ini juga berbeda. Terkesan lembut, tapi penuh nafsu.
Tangan Yibo mulai menelusup masuk ke dalam kaos tipis pria manis itu.

Xiao Zhan terkejut saat putingnya di sentuh, bahkan seluruh tubuhya gemetar
hebat.

"Yi-Yibo.." zhan memanggilnya entah dengan maksud apa, bahkan dia sendiri
bingung dengan situasi saat ini.

"Jangan khawatir." Bisik Yibo saat tautan bibir mereka terlepas.

Yibo mulai turun ke are leher Xiao Zhan, mengecup dan menjilatnya dengan
sensual.
Xiao Zhan tak mampu melakukan apapun, walaupun dia ingin menolak, tapi
tubuhnya menginginnya. Lidah Yibo yang mengintari lehernya terasa geli dan
juga hangat.

Yibo kemudian menaikan baju Xiao Zhan, lalu tangannya kembali memilin
putingnya, dan lidahnya mulai bermain di area pink yang sudah menengang itu.

"Akhh..hh.." Xiao Zhan menutup mulutnya saat suara aneh keluar dari mulunya.

Yibo menatap pria manis itu, kemudian menarik tangan Zhan dengan lembut
dan berkata, "Tidak apa-apa.. jangan menahannya, aku ingin mendengar suara
itu."

"Ta-tapi ini terasa aneh.." kata Zhan dengan wajah polosnya, namun hal itu
malah membuatnya semakin imut.

"Tidak apa-apa.."
Yibo lalu kembali melintari puting pria manis itu dengan lidahnya. Sesekali ia
menggeskan giginya disana, membuat Zhan membusungkan dadanya karena
merasakan sensasi yang luar biasa.

Yibo melepaskan baju pria manis itu, lalu menggendong Xiao Zhan masuk ke
dalam kamar dan merebahahkanya diatas ranjang.

Yibo menunduk, lalu berbisik, "Zhanzhan.. bolehkah?"

Xiao Zhan mengalihkan pandangannya ke samping dengan pipi yang memerah.


"Memangnya kita bisa berhenti sekarang?" Bukannya menjawab, dia malah
balik bertanya, tapi hal itu dapat di pahami sebagai jawabannya, yang berarti
boleh.

Yibo tersenyum nakal, lalu ia kembali melanjutkan aksinya, menjilat dan


menghisap puting yang sudah tampak basah itu, sedangkan Xiao zhan berusaha
mati-matian untuk menahan suaranya.

Sementara lidahnya berpusar diantara kedua tonjolan kecil itu, tangannya mulai
turun ke bawah, menyentuh benda lainnya di balik celana.

Mata Xiao Zhan terbelalak lebar.


"A-ahhh.." desahannya lolos saat Yibo menyentuh penisnya di balik celana.

Kaki Zhan mulai bergerak tak nyaman seolah ingin menolak tangan Yibo
menyentuh lebih jauh, tetapi dia tak sanggup melakukannya karena bagai di
hipnotis dengan rasa nikmat di dadanya, dia tidak bisa berpikir dengan jernih
saat ini.

Yibo memasukan tangannya ke dalam celana pria manis itu, lalu mulai
menyantuh penisnya. Tangan Yibo yang menyentuh penisnya terasa panas, tapi
lama-lama mulai terasa hangat, bersamaan dengan kocokan yang dilakukan
dibawah sana.

Yibo mengeluarkan penis Zhan dari dalam celana. Xiao Zhan sedikit menutup
kakinya, berniat untuk menyembunyikan miliknya, namun sepertinya terlambat
karena Yibo telah meraih penisnya.

"Nghh.. ahhh.. ahh.." Zhan tidak bisa menahannya saat yibo mulai
mengocoknya dengan cepat.
Yibo mendekatkan bibirnya dan mulai bercimuan. Xiao Zhan membalas ciuman
Yibo tak kalah cepat, keduanya saling membelitkan lidah satu sama lain,
sedangkan tangan Yibo terus mengocok bagian bawah pria manis itu.

"Mphh.. ngggjhh..." Zhan mendesah di balik ciuman mereka.

Yibo kemudian melepaskan ciuman mereka, lalu membuka seluruh pakaiannya,


menunjukkan miliknya yang sudah berdiri tegap.

Xiao zhan menelan ludahnya kasar. Walaupun tidak ingin mengakuinya, tapi
milik Yibo lebih besar dari miliknya.

"A-aku juga akan membantumu." Kata Zhan karena sejak tadi dia sendiri yang
merasa nikmat.

Yibo mengangguk, lalu dia berbalik menghadap penis Zhan, dan penisnya tepat
dibawah mulut pria manis itu.

Xiao Zhan memegang dan mulai mengocoknya, sedangkan Yibo memasukan


penis Zhan ke dalam mulutnya. Zhan sedikit meringis, saat penisnya bergesekan
dengan gigi pria Wang itu.

Apa, ini muat di dalam mulutku?

Xiao zhan bertanya pada dirinya sendiri karena penis Yibo yang besar dan
panjang membuatnya sedikit khawatir. Namun, dia tetap mencobanya.

Yibo merasa seperti penisnya di telan dengan susah payah dan rasanya sedikit
perih, tapi juga nikmat secara bersamaa.
"Ngghh.." Yibo mendesah tertahan. Keduanya mulai menggerakan mulut
mereka, seolah sedang berlomba untuk memberikan kenikmatan masing-
masing.

Setelah beberapa saat, Xiao zhan terkejut saat sesuatu yang asing masuk ke
dalam lubang analnya.

"Arkhhh.. Yibo! Apa yang kamu lakukan?" Pekiknya dengan setengah


berteriak.

"Mempersiapkan dirimu." Jawab Yibo.

Xiao Zhan tercenang, "ja-jangan bilang.. kamu akan memasukan benda ini ke
dalam situ?" Tanya Zhan.

"Jangan khawatir, kamu akan menikmatinya." Jawab Yibo sambil terus


menggerekaan jarinya di dalam sana.

"Tidak.. ahh.. ini terlalu besar.. pantatku bisa robek.." kata Zhan dengan desahan
kecilnya.

"Tidak.. jangan khawatir.."jawab Yibo mencoba meyakinkan sambil


menggerakan tangannya semakin cepat.

"Ahh.. ngghh.. ra-rasanya aneh..hhh.." Zhan mulai mendesah saat merasakan hal
aneh di dalam lubang analnya.

Yibo mengeluarkan jarinya, laku mulai menjilatnya. Lidahnya mulai keluar


masuk dalam lubang tersebut, sedakan xiao Zhan mulai terbiasa dan merasa
nikmati saat lidah Yibo mulai memanjakan lubangnya.
Yibo tidak bisa menahan diri lagi. Dia bangun dan berkata pada Xiao zhan.

"Maaf, ini mungkin akan sedikit sakit, tapi aku sudah tidak tahan lagi
Zhanzhan..."

Xiao Zhan dapat melihat wajah Yibo yang tampak kesakitan. Sepertinya dia
benar-benar sudah tidak tahan lagi.

"La-lakukan.." kata Zhan setelah berbisik.

Yibo membahasi miliknya dengan air liur, lalu mulai memasukanya secara
perlahan..

Dan.. dengan sekali hentakan, walaupun denga mencoba beberapa kali, benda
itu masuk sepenuhnya ke dalam lubang ssmpit itu.

"Arkhhh.. sakit.. sakit.. keluarkan.. aku mohon.." Zhan mulai menangis, rasanya
benar-benar sangat sakit, berbeda saat jari Yibo masuk, yang ini terasa lebih
sakit.

Yibo menghapus air mata pria manis itu, lalu memeluknya, "Tidak apa-apa..
sebentar lagi akan terasa nikmat."

Yibo akhirnya mulai bergerak secara perlahan.

"Ngghh..." Zhan mulai mendesah saat milik Yibo menyentuh sesuatu miliknya
di dalam sana.

"Bagaimana?" Tanya Yibo.


"Su-sudah lebih baik." Jawab zhan dengan wajahnya yang memerah.

Yibo tersenyum puas. Lalu dia menunduk, menyatuhkan bibir keduanya sambil
pinggilnya terus bergerak.

"Mhhpphh.. ngghhh.." desahan terdengar oleh keduanya.

Yibo melepaskan tautan bibir mereka, lalu menekuk kaki Xiao Zhan, dan mulai
bergerak dengan cepat.

"Ahhh.. ohh.. ngghhh..."

"Rasanya.. ahhh.. nikmat.. ahhh.." kata zhan dengan wajahnya yang penuh
sensual.

"Ahhh.. benar.. ahh.. sangat nikmat.." Yibo membalaanya sambil menjilat


bibirnya sendiri.

Keringat mulai membasahi keduanya, bunyi tabrakan kulit mulia terdengar


jelas, decitan ranjang di abaikan begitu saja. Keduanya sedang dalam
kenikmatan.

"Ahh.. Disana.. ahh.. lebih cepat Yibo angghhh..."

"Sesuai permintaanmu bunny.. ahh.. ahh.. ouhh." Yibo mulai mempercepat


ritme gerakannya. Tubuh Xiao Zhan mulai terhentak-hentak. Semakin cepat
terasa semakin nikmat..

"Ahhh.. ahh.. Ohh Yess.. ahh Yibo ahh.." Xiao Zhan mulai kehilangan akal
seperti bukan dirinya.
Kenikmatan yang tiada tara itu seolah membuatnya gila.

Wang Yibo pun tak bisa mengatakan apa-apa. Ini adalah pengalaman pertama
mereka dan keduanya sama-sama di buat gila dengan sensasi nikmat yang
mereka rasakan.

"A-aku sudah tidak kuat ahhh...." Xiao zhan menyemburkan miliknnya,


sedangkan Yibo terkejut saat melihat Wajah xiao Zhan yang tampak sangat
indah di matanya, membuat cairannya menyembur di dalam sana.

Xiao zhan merasa hangat dan penuh di dalam perutnya. Yibo menjatuhkan
dirinya diatas ranjang lalu menghela nafas panjang.

"Tadi itu.. sangat nikmat.." saat dia menoleh ke samping, dia tersenyum kecil
karena sepertinya Xiao zhan sudah terlelap sendirian.

BAGIAN 25

Xiao Zhan terbangun pada tengah malam.


Dia menatap langit-langit kamar yang sudah tampak familiar baginya.
Untuk sesaat dia terdiam, dan sesaat kemudian seolah asap keluar dari
kepalanya. Seluruh wajahnya memerah dan terasa sangat panas seperti sedang
berada dalam perapian.

Xiao Zhan membekap mulutnya, berusaha untuk tidak berteriak.


Tidak di sangka, dia melakukannya bersama Yibo.
Ini terlalu cepat. Mereka melakukannya di hari pertama mereka jadian. Walau
begitu, Xiao Zhan seperti merasa tidak akan menyesal.

Pria manis itu menoleh ke samping, saat dia hendak bergeser, rasa perih di
bagian wajahnya membuatnya hampir berteriak lagi.

"Shhh.." dia meringis pelan. Dia tampak berusaha menahan rasa sakitnya sekuat
tenaga dan mengurungkan niatnya untuk bergeser.

Ughh.. sakit sekali..

Dia mengeluh dalam hatinya. Dia melirik ke samping, mendapati Yibo sedang
terlelap disana. Xiao Zhan tersenyum kecil. Tangannya terulur menyentuh pipi
Yibo dengan lembut.

Aku tidak tahu, apakah ini kebetulan, ataukah takdirku untuk bertemu
denganmu..

Kamu tiba-tiba datang dan berbicara tentang cinta dan kepercayaan.. aku
pikir, semua orang itu sama saja. Tapi, kamu entah kenapa kamu membuatku
merasa hangat.

Aku pikir hidupku ini tidak berguna dan tidak di inginkan, tapi kamu berusaha
keras, membuatku mendapatkan kembali rasa percaya diri dan keinginan untuk
hidup.

Yibo, Terimakasih..

Xiao Zhan tersenyum dengan air mata yang mengalir di sudut matanya. Dia
merasa bahagia untuk saat ini.
Dia kembali menutup matanya dan kembali terlelap dalak tidurnya.

☆☆

Keesokan harinya, Yibo terbangin terlebih dahulu. Dia tersenyum senang


melihat Xiao Zhan berbaring di sampingnya. Pria Wang itu mengecup singkat
bibir Xiao zhan, lalu duduk dan memegang dadanya sendiri.

Syukurlah ini bukan mimpi.. aku, tidak pernah sebahagia ini..

Yibo terus tersenyum, hatinya bergetar mengikuti kebahagiaannya.

Dia hendak turun untuk memesan sarapan, sebelum Xiao Zhan memanggil
namanya.

"Hei.." panggil Zhan dengan suara dingin.

"Iya?" Yibo menyahut dan langsung mendekati pria manis itu.

"Aku tidak bisa bergerak sialan!!" Xiao Zhan tiba-tiba berteriak dan
mengumpat. Wang yibo memiringkan kepalanya, merasa bingung untuk sesaat,
namun kemudian tawanya pecah saat dia mulai mengerti maksud dari pria
manis itu.

"Astaga, apa sesakit itu? Maaf, ini salahku.." kata Yibo dengan penuh perhatian,
tapi nyatanya wajahnya sedang terlihat menyebalkan saat ini.

"Memang salahmu!" Sahut Zhan dengan nada kesal.


"Maaf, maaf.." walaupu Yibo mengatakan maaf, tapi bibirnya masih tersenyum
dan rasanya Xiao Zhan ingin memukulnya sekali saja.

"Sepertinya itu bengkak.. kita harus ke dokter." Kata Zhan. Walaupun kesal,
tapi kesehatannya lebih penting.

"Biar aku lihat.." Yibo kemudian secara perlahan membalikan tubuh Zhan,
walau mendapat banyak makian dan komentar dari pria manis itu. Tapi entah
kenapa hal itu membuat Yibo merasa senang.

Xiao Zhan seolah kembali menjadi dirinya yang dulu, dimana dia selalu
bersikap kasar dan selalu di anggap pembuat onar.

Yibo melihat lubang sempit tersebut dan dengan susah payah dia menelan
ludahnya, berusaha keras untuk menahan dirinya.

"Tidak bengkak Bunny, ini tidak apa-apa, mungkin karena baru pertama kali,
sebentar lagi pasti sudah tidak sakit." Kata Yibo meyakinkan.

"Hah?" Xiao Zhan melototinya, membuat Yibo sedikit mundur kebelakang,


"Panggilan macam apa itu?" Tanya Zhan.

"Itu panggilan sayang hhahaha.. kamu seimut kelinci." Jawab Yibo dengan
penuh percaya diri.

Xiao Zhan seketika merasa malu. Dia melirik ke samping sambil mempoutkan
bibirnya.

"Ya, terserah kamu saja."


Yibo tertawa lagi lalu mengelus rambut pria manis itu dengan lembut.

"Ya sudah, aku pesan makanan dulu."

Xiao Zhan mengangguk. Yibo lalu keluar dari kamar dan menuju ruang tengah.
Xiak Zhan merasa senang, Wang yibo yang selama ini selalu berwajah datar
dan dingin sekarang menjadi lebih ceria. Dia lebih banyak tersenyum dan
tertawa.

Mungkin mereka sama-sama saling menemukan dan melengkapi satu sama lain.
Setidaknya itulah yang di pikirkan oleh Xiao Zhan saat ini.

Mereka masih diberi waktu libur 3 hari dan hari ini adalah hari terakhir dan
besok mereka kembali masuk sekolah untuk persiapan ujian.

Sekitar tengah hari, Xiao Zhan mulai bergerak. Pagi tadi Yibo membersihkan
dirinya, lalu menyuapinya makan, layaknya seorang yang sedang sakit.

Sekarang Xiao Zhan sudah bisa bangun dan bergerak. Bagian bawahnya tidak
terlalu sakit lagi.

Xiao Zhan keluar di luar, dilihatnya Yibo yang berbaring di sofa dengan buku
yang menutupi wajahnya.

Sepertinya dia tertidur karena kelelahan.


Xiao zhan mengecek beberapa bahan makanan di kulkas.

Beberapa hari yang lalu nyonya Wang datang dan mengisi penuh kulkas mereka
dengan bahan makanan.
Xiao zhan mengambil beberapa sayuran dan daging.

"Hari ini masak saja, sudah terlalu boros selama ini karena pesan makanan."
Kata pria manis itu.

Xiao Zhan mengetahui dengan jelas, selama ini Yibo tidak pernah
menggunakan kartu miliknya, bahka saat di rumah sakit, semua biaya
administrasi di bayar dengan uang milik Yibo.

"Kenapa pakai uang kamu? Kan aku sudah bilang gunakan kartuku untuk
membayarnya.."

"Tidak masalah, ini bukan soal uang, tapi soal kesembuhanmu. Lagipula
uangmu lebih baik di tabung saja."

Begitulah jawaban Yibo. Juga saat Xiao Zhan mempermasalahkan soal


pemesanan makanan yang selalu menggunakan uang Yibo, Yibo selalu
menjawab.

"Aku pertanggungjawab penuh atas hidupmu. Aku yang sudah membawamu


kesini. Jadi kamu tidak perlu khawatir, uang bisa di dapatkan dengan mudah.
Yang lebih penting adalah kamu bisa hidup dengan bebas di sini tanpa berasa
terbebani."

Xiao Zhan selalu kehilangan kata-katanya saat berbicara dengan pria Wang itu.
Atau lebih tepatnya pada kekasihnya karena mereka telah resmi menjalin
hubungan.

Xiao Zhan merasa tersentu saat dia menyentuh peralatan masak di dapur.
Rasanya sudah lama sekali dia tidak pernah memasak. Di rumahnya dia hanya
memasak bila kedua orangtuanya sedang tidak di rumah.
Tapi bila mereka berada di rumah, jangankan masak, dia bahkan enggan untuk
keluar dari kamarnya karena harus mendengar pertengkaran kedua orang
dewasa tersebut.

Xiao Zhan bersenandung kecil. Sudah cukup lama dia tidak merasa sesenang itu
saat memasak.

Setelah selesai memasak, dia membuka aprown kemudian mencuci semua


peralatan yang kotor, lalu menyiapkan semua hidangan diatas meja, dan
berjalan ke ruang tengah untuk membangunkan Yibo.

"Bo, Yibo.." Xiao Zhan memanggilnya dengan halus sambil menyingkirkan


buku diatas wajah pria Wang itu.

Yibo membuka matanya perlahan, dia mengedipkan matanya beberapa kali


untuk membuang rasa kantuknya, lalu ia bangun dan duduk bersandar di sofa.

"Ah, maaf, sepertinya aku ketiduran." kata Yibo dengan suara parau khas
bangun tidur.

Xiao zhan menggeleng dengan senyuman, "Tidak apa-apa.. Ayo kita makan."
Ajak zhan.

"Oh iya.. sudah siang ya." Yibo segera meraih ponselnya, "Tunggu sebentar,
aku pesan makanan du..."

"Tidak perlu." Sanggah zhan.

"Hm?"
"Makanannya sudah siap." kata zhan dengan percaya diri, lalu dia berjalan ke
arah meja makan.

Yibo masih tampak bingung, walau begitu dia mengikuti langkah Xiao Zhan.

Mata Yibo terbelakak lebar saat melihat berbagai macam makanan diatas meja.

"I-ini.."

Xiao zhan mengangguk dengan bangga, "Aku yang masak." Katanya sambil
menepuk dadanya.

Mata Wang Yibo langsung terbuka lebar. Dia tersenyum kecil, lalu menarik
Xiao zhan dan mencium bibirnya.

"Pacarku memang pintar.." mendengar pujian tersebut, pipi Xiao zhan lagi-lagi
memerah.

"Tapi, kamu sudah tidak sakit lagi?" Tanya Yibo.

Xiao Zhan mengangguk, "Ya.. sekarang baik-baik saja."

Yibo menghela nafas lega, "Syukurlah kalau begitu."

Keduanya lalu mengambil tempat duduk masing-masing dan mulai makan


siang.

Yibo tak henti-hentinya memuji rasa masakan Xiao Zhan yang sangat enak, dan
xiao Zhan merasa bangga pada dirinya sendiri.
BAGIAN 26

Sekolah kembali di mulai seperti biasa. Saat ini masa persiapan masih di mulai
untuk ujian yang akan di laksanakan minggu depan nanti.

Suasana sekolah tampak ramai seperti biasa. Yibo belajar seperti biasa,
sedangkan Xiao Zhan hanya merebahkan kepalanya diatas meja tanpa berniat
untuk melakukan apapun.

"Zhanzhan, ayo ke kantin. Disini membosankan." Kata Zhou Cheng dengan


ekspresinya yang tampak malas. Orang-orang di dalam kelas memang sangat
serius. Mereka benar-benar serius dalam belajar.

Xiao Zhan ikut berdiri. Benar kata Zhou Cheng, di dalam memang
membosankan.

"Ayo." Balasnya sambil berjalan dengan tubuh yang di lemaskan.


Yibo melirik keduanya dengan ekor matanya, membuat Xiao Zhan maupun
Zhou Cheng merasa sedikit merinding.

Xiao Zhan menoleh ke arah Yibo dan menyengir, menunjukan gigi kelincinya.

"Kami hanya pergi sebentar untuk beli makanan, mau titip?" Tanya Zhan
mencoba basa-basi.

Yibo tidak menjawab, dia mengeluarkan kartu dari dalam dompetnya lalu
memberikannya pada Xiao Zhan.

"I-itu.. kyaa.. lihat itu.."

"He-Hei.. apa yang dia lakukan?"

Para gadis mulai saling berbisik satu sama lain. Jantung mereka bahkan
berdetak kencang, pipi mereka bahkan memerah.

"Tidak perlu, aku ada uang disini." Jawab zhan menolak kartu Yibo dengan
halus sambil menunjukkan kartu miliknya sendiri.

Yibo mendehem pelan, lalu memasukan kembali kartu miliknya ke dalam


dompet.

"Baiklah." Yibo mengangguk mengerti dan membiarkan Xiao Zhan


menggunakan kartu miliknya sendiri.
Saat Zhan dan Yibo keluar, para gadis kembali histeris. Mereka saling bergosip
dan memukul satu sama lain dengan gemesnya karena melihat perlakuan Yibo
pada Xiao Zhan yang di anggap sangat keren.

Yibo yang dulunya di kenal sangat dingin itu kini terlihat benar-benar peduli
pada Xiao Zhan.

Di perjalanan menuju kantin, Zhou Cheng bertanya pada Xiao Zhan.

"Kamu dan Yibo, apa hubungan kalian memang sedekat itu? Dia bahkan sampai
menawarkan kartunya untukmu."

Xiao Zhan menghentikan langkahnya sejenak karena terkejut, dia baru sadar
kalau semua orang di sekolah memang masih belum tahu tentang hubungan
mereka.

Zhan menghela nafas sejenak, lalu kembali melanjutkan langkahnya.

"Aku tinggal di apartemen Yibo sekarang."

"Ha-Hah??" Kini giliran Zhou Cheng yang menghentikan langkah kakinya,


"Ma-maksudnya, kalian tinggal bersama?" Tanya Zhou cheng dengan ekspresi
tak percaya.

Xiao Zhan mengangguk, "Ya, mau bagaimana lagi.. aku tidak bisa pulang ke
rumah sekarang. Hm, pokoknya ada satu dan dua hal.."

Zhou Cheng kembali melangkah, dia melirik Xiao Zhan dan menghela nafas.

"Ya, tidak apa-apa sih. Lagipula Yibo juga tampaknya orang baik."
Mendengar jawaban itu, Xiao Zhan tersenyum tipis dan mengangguk.

"Ya, dia orang yang baik."

Zhan tidak memberitahu Zhou Cheng tentang hubungan mereka yang


sebenarnya karena dia masih tidak ingin membuat pria itu terkejut untuk kedua
kalinya.

Keduanya membeli makanan di kantin, lalu kembali dengan sebotol cocacola di


tangan dengan beberapa potong roti di kantong plastik.

Xiao Zhan meneguk cocacola di tangannya hingga setengah dan saat mereka
tiba di pertengahan koridor, Lili keluar menghadang mereka.

Xiao Zhan memiringkan kepalanya bingung, begitupun dengan zhou Cheng.

Wanita itu tersenyum licik. Dengan gerakan tangan yang cepat, ia menarik botol
cocacola di tangan Xiao Zhan, membukanya lalu menyiram minuman tersebut
dari atas kepalanya sendiri.

Kejadian terjadi secara tiba-tiba, membuat Xiao Zhan dan Yibo masih
ternganga dengan ekspresi kebingungan.

"Kyaaa...." Lili berteriak keras sambil menjatuhkan dirinya ke lantai, sedangkan


Zhan dan Zhou Cheng lagi-lagi melotot dengan bingung.

"Hei, apa yang kamu lakukan? Kenapa duduk disitu?" Tanya Zhan dengan
wajah polosnya.
"Jahat.. Hikss.. apa salahku? Kenapa kamu melakukan ini padaku?" Lili mulai
menangis, Sedangkan Zhou Cheng dan Zhan saling menatap satu sama lain
dengan ekspresi yang masih kebingungan.

Anak-anak lainnya mulai berdatangan, seolah mereka membentuk lingkaran dan


membiarkan ketiga orang itu berada dalam lingkaran.

"Kalau kamu membenciku.. bilang saja hikss.. Kamu tidak perlu begini padaku,
kenapa kamu sangat jahat hikss.." Lili terus menangis sambil terus
mengeluarkan kata-kata aneh yang bahkan tidak di pahami oleh Xiao Zhan
maupun Zhou Cheng.

"Lihat, dia membuat onar lagi. Beberapa hari ini dia diam saja tapi ternyata
dia masih belum berubah."

"Cih, sudah ku bilang, dia itu jahat. Orang-orang yang percaya padanya pasti
buta!"

"Dia sangat licik. Beraninya menyakiti gadis."

Para gadis mulai mengeluarkan kata-kata kasar mereka dan mulai menjelekan
Xiao Zhan.

Walau begitu, masih banyak juga yang membela pria manis itu.

Berkat bisikan-bisikan yang di lakukan oleh para gadis itu, Xiao zhan akhirnya
tersadar.

Jadi dia sedang menjebakku?

Xiao Zhan memijit pelipisnya.


"Ya ampun, minumanku sudah di rampas, bukannya di minum malah di
tumpahkan, apa kepalamu sedang kehausan?" tanya Xiao Zhan.

"A-apa..?" Lili mengepal erat tangannya. Dia kembali menunduk sambil


berusaha untuk mengeluarkan air matanya.

"Jahat hikss.. kamu tiba-tiba menyiram minuman padaku, apa salahku padamu
hah? Kalau aku pernah melakukan kesalahan, aku minta maaf.. hikss."

Mendengar tangisan itu membuat Xiao zhan ingin muntah.

"Hah.." dia tertawa kecil dan berkata sambil menunjukkan dirinya sendiri,
"Aku? Menumpahkan minuman padamu? Hah, bahkan aku saja belum puas
meminumnya, untuk apa aku membuangnya dengan cuma-cuma?"

"Dari tadi kalian bicara apa?" Tanya Zhou Cheng karena otaknya benar-benar
masih belum sampai saking bingungnya dia dengan keadaan saat ini.

Lili mengepal tanganya dengan erat. Dia mulai marah, namun emosinya masih
bisa di tahan karena dia masih ingin menghancurkan Xiao Zhan.

"Kenapa.. hiks.. apa salahku.." dia masih tetap berakting denga air matanya
yang terus mengalir.

"Dia pasti sengaja. Zhanzhan tidak mungkin melakukan hal itu, dia kan sangat
sayang dengan makanannya."

"Benar kan, Zhan itu sangat jahat. Dasar licik!"


Dua kubu yang membela dan mencela terus berlangsung, sedangkan Xiao zhan
hanya dengan sifat masa bodohnya karena dia memang tidak melakukan
apapun.

Yibo yang mendenger keributan segera keluar dari kelas kareka kebetulan
tempat terjadinya kejadian itu tak jauh dari kelas mereka.

"Apa yang terjadi." Yibo bertanya pada dirinya sendiri dengan kerutan bingung
di dahinya.

Pria Wang itu akhirnya menghampiri kerumunan tersebut dan dia terkejut saat
melihat Shen Lili yang menangis di bawah lantai dengan baju yang basah,
sedangkan Xiao Zhan berdiri di depannya dengan santai seolah tidak bersalah.

Yibo segera masuk ke dalam lingkaran tersebut dan bertanya, "Apa yang
terjadi?"

Mendengar suara Yibo, Lili langsung menoleh dan merangkak ke arah Yibo
dengan kondisi yang menyedihkan.

"Yibo hikss.. Katakan apa salahku hikss.. kenapa dia membenciku sampai
memperlakuan aku seperti ini hikss.." Dia mulai menangis seolah sedang
mengadu.

Yibo langsung menatap ke arah Xiao Zhan seolah bertanya, 'Apa yang terjadi?'

Xiao Zhan menghela nafas, "Entalah.. dia tiba-tiba merebut minumanku dan
menyiram dirinya sendiri, lalu dia tiba-tiba menangis sambil bicara tidak jelas.
Bahkan aku sendiri pun kebingungan." Jawab zhan seolah memahami
pertanyaan Yibo yang hanya di tunjukkan lewat tatapan matanya.
Yibo menghela nafas lega. Dia yakin Xiao zhan tidak berbohong dan walaupun
Xiao Zhan berbohong pun, Dia tetaplah tidak bersalah.

"Lili, ayo berdiri dulu, malu di lihat banyak orang." Kata Yibo dengan suara
lembut.

Lili tersenyum di tengah tangisannya.

Xiao Zhan, mari kita lihat.. kali ini, Yibo pasti akan mempermalukanmu.

Wanita itu berdiri dengan susah payah. Walau begitu Yibo sama sekali tidak
membantunya dan hal itu membuatnya kesal.

"Ayo kita ke UKS lebih dulu." kata Yibo.

Lili hanya mengangguk, lalu mengikuti Yibo dari belakang.

Para penonton mulai bubar dengan bisikan-bisikan baik buruk mereka.

"Jadi, dia sengaja menjebakmu?" Tanya Zhou Cheng yang baru saja menyadari
arti dari kejadian tersebut.

Xiao Zhan memutar bola matanya malas, "Baru sadar ya?" Dengan kesal pria
manis itu menarik tangan Zhou Cheng dan meletakan roti yang dibawanya ke
atas tangan pria itu.

"Bawa ini ke kelas, aku masih ada urusan lain!" Titah Zhan lalu berjalan
meninggalkan Zhou Cheng.
Kejadian terlalu tiba-tiba dan Zhou Cheng bahkan masih belum bisa mencerna
semua hal yang terjadi.

Xiao Zhan membuka pintu uks dengan kasar lalu masuk ke dalam.

"Zhanzhan.." Yibo memanggilnya dengan lembut. Lili langsung bangun dan


menatap Xiao Zhan dengan ekspresi tak bersahabat.

"Apa yang kamu lakukan disini?" Tanya Wanita itu.

Xiao Zhan mendekat, lalu melingkari tangannya di sekitar leher Wang Yibo.

"Maaf saja, tapi saya tidak bisa membiarkan pacar saya berduaan saja dengan
orang asing." Kata zhan dengan nada yang menyindir.

Mendengar perkataan tersebut, Wang Yibo tersenyum dengan semburat merah


di pipinya. Dia ikut memegang tangan Xiao Zhan yang melingkar disana.

Sedangkan Lili ternganga tak percaya.


Wanita itu benar-benar terkejut sampai membuatnya terdiam untuk beberapa
saat.

"A-Apa? Pa-pacar?"

BAGIAN 27
Suasana di dalam ruang UKS tampak menegang. Atmosfer disekitarnya menjadi
rendah. Bila ada orang lain di dalam sana, mungkin saja mereka akan merinding
seolah sedang berada di samping setan.

Hawa panas mengelilingi wanita itu, dengan wajah yang menunduk dan tampak
menggelap, dia bertanya dengan suara rendah, "Apa benar? Jawab aku Yibo."

Walau atmosfernya terasa menekan, tapi hal itu tidak berpengaruh dengan
Wang Yibo dan Xiao Zhan karena mereka tidak melakukan kesalahan yang
harus di takuti.

"Iya." Jawab Yibo dengan jujur.

Lili mengepal erat tangannya dan mengeretakan giginya. Dia kemudian


menatap keduanya dengan tatapan tajam seolah akan membunuh mereka saat ini
juga.

"Yibo, kau, menyukai laki-laki?" Tanyanya dengan nada seolah mengejek.

Yibo menggenggam tangan Xiao Zhan, lalu mengangguk dengan yakin.

"Memangnya, apa yang salah?"

Gadis itu semakin marah, dia mengepal tangannya semakin erat hingga buku-
buku jarinya memutih.

"SALAH!!" Teriaknya membuat Zhan dan Yibo terkejut, "Dia itu baru datang
sedangkan aku sudah menemanimu sejak kecil.. tapi kenapa.."
"Apa yang kurang dariku hah?" kata Lili bertanya dengan mata yang berkaca-
kaca.

Yibo tersenyum ramah, dia lalu berdiri dari duduknya.

"Lili, ini bukan tentang seberapa lama kita bersama, tapi tentang kepada siapa
hati kita akan berdetak. Selama ini kita hanya bersama sebagai sahabat dan
sampai sekarang pun aku masih menganggapmu sebagai sahabatku." Jawab
Yibo.

"Tidak!!" Lili kembali meninggikan suaranya, lalu ia menepuk dadanya dengan


marah, "Aku juga berdebar setiap kali melihatmu, lalu apa yang salah dengan
perasanku hah?"

"Itu bukanlah rasa cinta." Jawab Yibo. "Kamu akan menemukan seseorang yang
mencintaimu suatiu saat nanti."

"A-apa..?" Lili kehilangan kata-katanya.

Yibo berjalan sedikit maju dan memegang kepalanya, seperti yang di


lakukannya saat mereka masih kecil, seolah menganggap Lili adalah adiknya.

"Ayo.." bisik Yibo pada Xiao Zhan, mengajak pria manis itu untuk pergi.

Xiao Zhan mengangguk, lalu mengikuti Yibo keluar dari ruangan itu.

"Jangan bercanda! Aku, seorang Shen Lili, jangan menyebut namaku kalau aku
tidak bisa mendapatkan apa yang aku inginkan!" Lili kembali berbicara sendiri
seolah telah kehilangan akalnya.
Sementara Wang Yibo terus tersenyum sepanjang jalan mereka menuju kelas
membuat Xiao zhan sedikit kebingungan.

"Hei, ada apa? Kenapa kamu senyum-senyum begitu?" Tanya Zhan pada Yibo.

"Hm, kenapa ya.. entalah, aku hanya merasa senang." Jawab Yibo.

"Tentang apa?" Tanya Zhan lagi karena jawaban Yibo masih belum di mengerti.

"Karena kamu mengakui hubungan kita. Aku pikir, kamu akan


merahasiakannya."

Xiao Zhan tersenyum kecil, "Ya.. ini memang rahasia, yang lainnya masih tidah
boleh tahu." kata Zhan.

"Hm, baiklah.." Yibo hanya mengangguk menurut. Yang lebih penting


untuknya adalah Xiao Zhan mencintainya.

"Oh ya." Zhan tiba-tiba menghentikan langkahnya, membuat langkah Yibo pun
ikut terhenti.

"Kamu percaya padaku?" Tanya Zhan.

"Hm? Tentang apa?" Yibo balik bertanya.

"Tentang kejadian tadi. Lili juga sudah bilang kan kalau aku menumpahkan
minuman diatas kepalanya?" Jawab Zhan mencoba menjelaskan dengan serius.

Yibo berpikir sejenak, lalu dia tersenyum kecil.


"Orang yang menyukai minuman manis dan membuang minuman itu sebelum
di habiskan itu sangatlah mustahil."

Selama tinggal dengan Xiao zhan, Yibo mulai menyadari banyak hal.

Xiao Zhan menyukai makanan-makanan yang manis. Karena itu di lemari es


mereka selalu tersedia buah-buahan, Kue, Snack dan minuman yang segar dan
manis, dan Xiao zhan itu cukup pelit untuk membagi makanannya pada orang
lain.

"Bagaimana kamu bisa tahu?" Tanya Zhan dengan wajah polosnya.

"Kamu lupa? Memangnya berapa kali kamu mendiami ku saat aku mengambil
minumanmu?"

"A-ah.." Xiao zhan menganggaruk tengkuknya yang tidak gatal bertanda ia


sedang gugup, "Ketahuan ya.."

Yibo tersenyum dan merangkul Xiao zhan, "Ekspresimu itu mudah terbaca tahu.
Lagipula kenapa juga kamu harus melakukan trik murahan itu untuk menjahili
seseorang?"

Xiao Zhan tertawa kecil, "Ya ampun.. tidak ku sangka, kamu ternyata cukup
tahu tentang aku haha."

"Tentu saja.. kamu kan calon masa depanku."

Xiao Zhan seketika langsung melotot dan tawanya kembali pecah. Yibo dengan
mode gombal membuat ekspresinya terlihat lucu dan Xiao zhan tidak bisa
menahan tawanya.
Saat melihat pria manis itu tertawa, Yibo menatapnya dengan tatapan hangat.

Syukurlah, kamu sudah lebih ceria sekarang. Bahagialah Zhanzhan, karena


kamu pantas mendapatkannya.

Jam pulang sekolah tiba. Hari ini mereka pulang pukul tiga sore. Xiao Zhan
pergi ke toilet sebentar dan menyuruh Yibo untuk lebih dulu dan menunggunya
di mobil. Yibo hanya menurut dan pergi lebih dulu.

Setelah selesai dari toilet, Xiao Zhan menuruni tangga untuk menuju lantai
bawah.

Saat dia tiba di tangga menuju lantai 1, dia kembali di hadang oleh wanita yang
sama.

Xiao Zhan menghela nafas malas, "Apa maumu?" Tanya pria manis itu
langsung karena dia sedang tidak berminat untuk basa basi.

"Lepaskan Yibo!" Kata wanita itu seperti sedang memberi perintah.

Xiao Zhan tersenyum miring, "Hah, untuk apa." Tanyanya dengan santai.

Wanita yang tak lain adalah Lili itu mengepal erat tangannya, "Dia itu milikku!
Lepaskan dia atau kamu akan menyesal!" Kata Lili dengan menekan kata-
katanya.
Xiao Zhan kembali tersenyum miring, lalu dia maju selangkah dan menatap
gadis itu dengan sorot mata seolah mengejek.

"Maaf saja, tapi saya tidak berniat untuk melepaskan pacar saya. Asal tahu saja,
bahkan di kehidupan selanjutnya pun Yibo hanya akan menjadi milik saya!"
Xiao zhan menekan kata-katanya. Kata-kata yang sekilas terdengar seperti
ancaman, membuat wanita itu sedikit merinding.

Xiao Zhan kemudian melangkah pergi meninggalkan wanita itu.

Lili tampak muram, Amarahnya seolah telah mencapai puncaknya. Dia benar-
benar merasa seperti di hina oleh Pria Manis itu dan harga dirinya yang tinggi
tidak bisa menerimanya.

Dia mulai tersenyum dengan wajah yang menyeramkan.

"Huh, kalau tidak bisa di tegur baik-baik, maka tinggal singkirkan saja."

Xiao Zhan keluar dari gedung parkiran. Sekolah sudah tampak sepi karena
anak-anak selalu di jemput tepat waktu. Xiao Zhan berjalan menuju mobil Yibo,
namun lagi-lagi dia di hadang.

Tapi kali ini berbeda. Ini di luar dugaannya. Seluruh tubuhnya tiba-tiba gemetar
tanpa di suruh. Bahkan mulutnya seolah di kunci.

Plakkkkk

Bersamaan dengan itu, satu tamparan melayang di pipinya meninggalkan bekas


telapak tangan disana.
"Dasar anak tidak tahu di untung! Beraninya kabur dari rumah! Gara-gara
kamu, pekerjaanku jadi berantakan." Lelaki itu berkata dengan sedikit
membentak.

Xiao Zhan tidak berani menatapnya. Selama ini Lelaki yang tak Lain adalah
Tuan Xiao itu tidak pernah menyusul Xiao Zhan ke sekolah. Tapi kali ini...

"Sekarang ayo pulang, Kamu harus di ajari sopan santun biar patuh pada orang
tua!"

Tuan Xiao hendak menarik tangan Xiao Zhan, namun tangan lainnya menepis
tangan itu, membuat tuan Xiao maupun Xiao Zhan sama-sama terkejut.

"Siapa kamu hah?" Tanya tuan Xiao dengan nada yang kasar.

"Saya? Ah, Saya Wang Yibo, dan juga pacarnya Xiao Zhan." Jawab orang yang
tak lain adalah Yibo itu.

Yibo menunggu Xiao Zhan di mobilnya, tapi pria manis itu terlalu lama dan dia
memutuskan untuk menyusulnya. Tapi tidak di sangka dia akan menemukan
kejadian seperti ini.

"Apa? Haha, pacar? Hei Zhan, jadi kamu kabur dari rumah karena pacaran?"
Tanya Tuan Xiao mengejek.

"Ini bukan urusan anda, sekarang dia menjadi tanggungjawab saya." kata Yibo
sambil menggenggam tangan Xiao Zhan.

"Tanggung jawabmu? Hah.." tuan Xiao lagi-lagi memberikan ekspresi


mengejek.
"Silahkan bawa dia pergi, lalu tunggu polisi datang menjemputmu, saya akan
melaporkan kejadian ini sebagai penculikan."

Mendengar ancaman itu, bukanya takut, Yibo malah tersenyum dan


menantannya.

"Silahkan laporkan saja. Saya tunggu kedatangan polisinya. Kalau begitu,


permisi." Yibo menarik tangan Xiao Zhan, membawa pria manis itu menuju
mobilnya.

"A-Apa?" Tuan Xiao ternganga tak percaya. Wang Yibo benar-benar berani
menentangnya.

"Anak kurang ajar! Lihat saja, kamu pasti akan membusuk di penjara!" Gerutu
tuan Xiao dengan penuh amarah.

Yibo terus menatap Xiao Zhan dalam perjalanan pulang mereka. Pria manis itu
sama sekali tidak mengatakan apapun.

"Bunny, maaf.. aku terlambat." Kata Yibo sambil memegang pipi pria manis itu.

Xiao Zhan masih tidak menjawab, pikirannya tampak kosong saat ini.

Mereka tiba di apartemen dengan segala keheningan.

"Bunny.." Yibo memanggilnya saat mereka masuk ke dalam rumah.

"Kamu tidak perlu khawatir tentang papamu yang akan melapor polisi karena
aku bisa mengatasinya, jadi..."
"Aku membencinya.." kata Zhan tiba-tiba, memotong perkataan Yibo dan
membuat Yibo sedikit terkejut.

"Eh?"

"Aku membencinya! Saking bencinya aku jadi tidak bisa mengatakan apapun.
Berbicara di depannya hanya akan membuatku semakin membencinya."

Bukan tanpa alasan Xiao zhan membenci ayahnya. Walaupun sering di abaikan
di rumah, tapi nyonya Xiao kadang memanggilnya, berbeda dengan tuan Xiao.
Dan yang paling membuat zhan tidak bisa memaafkannya adalah, Xiao zhan
melihat dengan mata kepalanya sendiri, Papanya sering bersama gadis lain.

"Dia itu, seorang playboy!! Dia menyakiti mama, menyalahkan mama dan juga
aku. Aku, membencinya!!"

Wang Yibo mulai paham. Dia mendekat, lalu meneluk pria manis itu.

"Tidak apa-apa, sekarang dan selamanya aku akan berada di pihakmu.."

Xiao Zhan membalas pelukan Yibo dengan erat. Lalu dia tiba-tiba berkata.

"Hei Yibo.. ayo lakukan itu, aku tidak ingin mengingat hal yang sedih, jadi ayo
lakukan itu.."

Wang Yibo tentu saja terkejut. Tapi dia juga tidak bisa menolak karena
permintaan yang keluar dari mulut Xiao Zhan sendiri adalah hal yang langkah.

Yibo mulai menjilati telinga Xiao Zhan, "Baiklah bunny..."


BAGIAN 28

Sore hari yang sejuk, di dalam apartemen yang luas, diatas tanjang yang besar,
kedua insan itu tengah memberikan kemikmatan satu sama lain.

Tidak seperti pertama kalinya.. sekarang Xiao Zhan sendiri yang membuka
kakinya, membiarkan jari-jari wang Yibo masuk ke dalam lubangnya.

"Ngghh.." Zhan mendesah saat semua titik sensitifnya di sentuh.

Lidah Yibo kini bergerak mengintari puting pinknya, sedangkan dua jari Yibo
terus bergerak di bawah sana.

Setelah cukup lama bermain dengan jari, Xiao Zhan berkata, "Bo, singkirkan
jarimu, aku menginginkan milikmu.."

Yibo hampir tersedak ludahnya sendiri saat mendengar perkataan tersebut. Xiao
Zhan tampak sangat nakal, apalagi ekspresinya yang tampak sensual membuat
Yibo hampir kehilangan kendalinya.

Yibo menunduk, mencium bibir pria manis itu terlebih dahulu. Lidah mereka
saling membelit satu sama lain.

Setelah cukup berciuman, Yibo mengatur posisinya, "Yakin tidak mau


pemanasan lebih lama?" Tanya Yibo.
Xiao Zhan mengangguk, "Ayo lakukan.."

Yibo tersenyum dengan penuh semangat, dia lalu melingkari kaki Zhan diatas
pinggangnya, kemudian mulai memasukan milikya ke dalam lubang itu.

Keduanya sama-sama meringis. Masih sulit untuk masuk, tapi tidak sesulit saat
pertama kali, dan lubang Zhan masih terasa sakit, tapi tidak sesakit saat pertama
kali.

Dalam sekali hentakan, milik Yibo masuk sepenuhnya ke dalam.

"Ahh.. sangat penuh.." guman Zhan sambil menjilati bibirnya sendiri.

"Aku bergerak.."

Xiao Zhan mengangguk, "Ya, bergeraklah.."

Yibo mulai menggerakan pinggulnya maju mundur dengan ritme yang sedang.

"Ahh.. ngghh.. ahh.." Zhan mulai mendesah, sedangkan Yibo mulai


mempercepat gerakannya.

Lidah Yibo kembali bermain di area puting Xiao Zhan, membuat pria manis itu
semakin mendesah keenakan.

"Hhnn.. nghh.." Yibo mulai mendesah saat merasakan penisnya di jepitu di


dalam sana.
Beralih dari puting Zhan, kini Yibo kembali mencium bibirnya dengan rakus
dan Zhan membalasnya tak kalah rakus.

Yibo melepaskan ciuman mereka, lalu ia membalikan posisi, Xiao Zhan


mengambil posisi berlutut, Lalu Yibo memasukan miliknya dari belakang.

"Ahh.. ohh.. Ahhh.." Zhan mulai mendesah saat Yibo menghentakan pinggulnya
dengan cepat dan mengenai titip ternikmatnya di dalam sana.

"Ahh Yibo.. disana ahh.. ahh..."

Yibo mengecup leher Xiao Zhan, lalu memasukan dua jarinya ke dalam mulut
pria manis itu sambil membuat gerakan maju mundur pada jari tangannya.

Xiao Zhan mengulumnya dengan sensual, membuat jari-jari Yibo basah dengan
air liurnya.

"Arkhh.. Bunny.. Ini benar-benar sangat nikmat.. ahhh.. ahh.."

Xiao Zhan mengangguk setuju, "Nikmat.. ahh.. aku ingin lebih.. Ouhh..."

Yibo kemudian menekan tubuh Zhan, membiarkan pria manis itt terlentang
diatas kasur, lalu ia kembali menghujamnya dengan cepat.

Dalam ruangan yang kedap suara itu, hanya terdengar desahan antara dua insan
yang tengah bercinta dengan panasnya.

Cairan pertama yang keluar di abaikan oleh mereka begitu saja. Lubang yang
becek dan masih di penuhi dengan sperma itu terus di genjot tanpa henti.
Bahkan rasanya lebih nikmat dari sebelumnya.
Kedua orang itu masih belum mengatakan kata menyerah. Mereka masih terus
menikmati kegiatan panas itu seolah tak kenal lelah.

Tubuh mereka yang basah dengan keringat serta decitan ranjang yang semakin
keras, sepresi yang sudah tampak basah entah karena keringat ataupun karena
cairan mereka, mereka tidak mempedulikan smua itu.

Keduanya masih menyatu tanpa berniat untuk menghentikan permainan.

Xiao Zhan maupun Wang Yibo seolah menjadi candu satu sama lain.

Hingga pukul 7 malam, mereka berhenti melakunnya karena Xiao Zhan tidak
punya tenaga lagi. Rasanya dia akan pingsan sebentar lagi.

"Maaf bunny, sepertinya aku lepas kendali.." kata Yibo dengan suara rendah.

"Hm.." Xiao Zhan tidak menjawab lagi tidak memiliki tenaga untuk itu.
Pria manis itu menutup matanya, mata mulai bernafas dengan teratur.

Wang Yibo menyentuh pipi Xiao Zhan, dia tersenyum hangat, "Dasar.. selalu
tidur duluan." Yibo mendekat, mencium pipi pria manis itu dan ikut terlelap
karena kelelahan.

Mereka berdua melewatkan makan malam mereka.

Xiao Zhan juga sudah mulai membaik. Dia berhasil mengatasi insomianya dan
sekarang dia bisa tidur dengan tenang tanpa takut akan mimpi buruk dan
terbangun di tengah malam.
Disisi lain, tuan Xiao terus melempar barang-barang di rumahnya dengan
teriakan yang frustrasi.

"Sial! Sialan! Anak dari keluarga Wang? Cih!!" Dia meyakini dirinya sendiri
bahwa dia tidak akan bisa melawan keluarga Wang karena bagaimana pun level
keluar Wang lebih diatas darinya.

"Anak kurang ajar! Aku akan menariknya kembali dan menghukumnya!!" Tuan
Xiao terus mengumpat dan berteriak marah.

Sedangkan Nyonya Xiao hanya diam saja tanpa melakukan apapun. Akhir-akhir
ini juga mereka tidak bertengkar karena nyonya Xiao sama sekali tidak bicara,
bahkan jika tuan Xiao tidak pulang semalaman pun, wanita itu tidak bertanya.

Ini memang aneh, tapi tuan Xiao tetap pada masa bodohnya yang tinggi.
Pikirnya, justru lebih bagus kalau wanita itu tidak berisik.

Di sisi lain, di kediaman Wang.


Nyonya Wang duduk dengan secangkir teh di tangannya.

"Eh? Keluarga Shen datang melamar Yibo?" Tanya Nyonya Wang dengan
ekspresi tak percaya saat suaminya baru mengatakan hal tersebut.

"Kenapa papa tidak memberitahuku lebih awal?"

Tuan Xiao hanya tersenyum kecil, "memberitahu mama pun tidak akan
mengubah apapun kan? Lagipula mama sudah mempersiapkan pernikahan
mereka kan?"
Nyonya Xiao yang tadinya hampir marah kini mulai tersenyum, "Benar.. Yibo
hanya mencintai Zhanzhan, orang lain tidak boleh merebutnya. Lagipula Lili
hanya di anggap sebagai sahabat oleh Yibo." Kata nyonya Wang.

Tuan Xiao mengangguk setuju, "Jadi sekarang bagaimana? Maksudnya,


hubungan mereka.. apa Zhanzhan akan setuju untuk menikah dengan Yibo?"
Tanya Tuan Wang.

Nyonya Xiao menghela nafas panjang, "Entalah.. tapi mama akan berusaha.
Bagaimana pun Zhanzhan harus setuju."

Nyonya Wang belum tahu mengenai hubungan Yibo dan Zhan. Karena kedua
orang itu masih menyembunyikannya.

Beberapa bulan berlalu sejak ujian pertama mereka di lakukan. Hubungan


keduanya semakin erat.

Kelas 3 tidak membutuhkan waktu yang lama karena sebentar lagi ujian akhir
akan segera di mulai.

Wang Yibo mengajak Xiao Zhan ke sebuah tempat dimana ada sebuah danau
kecil disana, walau begitu danau itu tampak indah dengan pantulan sinar bulan
di malam hari.

"Bo, untuk apa kita kesini? Besok ujian akhir.. bukannya kita harus belajar?"
Tanya Zhan.

Yibo tersenyum kecil, "Zhan, ini mungkin sangat sederhana, tapi aku... tidak
ingin menundanya lagi."
Yibo tiba-tiba berlutup di hadapan Xiao Zhan lalu menyodorkan sebuak kotak
kecil yang terbuka, dimana ada sebuah cincin di dalamnya.

Xiao Zhan yang hanya melihat benda itu langsung berkaca-kaca.

"Xiao Zhan, maukah kamu menikah denganku?" kata Yibo melamar pria manis
itu.

Xiao Zhan tersenyum lebar dengan air mata yang mengalir di pipinya.

"Yibo, kalau aku tidak bertemu denganmu.. aku mungkin sudah tidak ada lagi di
dunia ini."

"Aku tidak tahu bagaimana harus mengatakannya, tapi kamu bagaikan sebuah
cahaya untukku. Kamu menarikku keluar dari lubang yang terdalam, karena itu..
aku ingin hidup denganmu selamanya.." Xiao Zhan berkata, sambil
menyodorkan tangannya, mempersiapkan jarinya untuk menerima cincin.

Mendengar pengakuan tersebut, kini mata Yibo yang berkaca-kaca, dia


tersenyum, lalu mengambil cincin dan memasangnya di tangan Xiao Zhan
dengan lembut.

Setelah memasang cincinnya, Yibo berdiri, ia menarik Xiao zhan ke dalam


pelukannya, memeluk pria manis itu dengan erat dan menitikan air matanya.

Dia memang selalu merasa bahagia selama ini, tapi hari ini dia benar-benar
sangat bahagia.
Sejujurnya dia sedikit takut kalau Xiao zhan akan menolaknya, tapi ternyata
pria manis itu menerimanya dengan baik.
Wang Yibo mencium pria manis itu dengan lembut sedangkan Xiao zhan
membalasnya tak kalah lembut juga.

Di malam dengan sinar bulan yang terang menjadi saksi cinta mereka.

BAGIAN 29

Karena terlalu senang lamaran di terima dengan baik oleh Xiao Zhan, Wang
Yibo tidur tanpa sadar bahwa hari ini adalah ujian akhir.

Xiao Zhan sudah mencoba membangungkanya beberapa kali, tapi yang di


jawab oleh Yibo hanya..

"Unghh.. sebentar lagi bunny.."

"Ah, bunnyku yang manis.." Dia berbicara dalam tidurnya dan hal tersebut jelas
membuat Xiao Zhan kesal karena mereka bisa saja terlambat ke sekolah.

Pria manis itu tidak punya cara lain lagi selain..

Byuurrr..

Dia menyiram seember air pada Wang Yibo, membuat Yibo yang tadinya masih
keasyikan dalam mimpinya kini melompat dengan raut terkejutnya.

"A-apa... apa yang terjadi.." Pekik Yibo dengan wajah bengongnya sembari
mengusap wajahnya.
"Ini jam berapa hah? Kamu lupa kalau hari ini ujian?" Bentak Zhan dengan
penuh emosi.

"Eh?" Yibo seolah baru tersadar, "Astaga.. maaf bunny.." Yibo dengan cepat
melompat ke kamar mandi dan mandi seadanya, lalu bersiap diri.

Keduanya tiba di sekolah tepat 3 menit sebelum ujian. Xiao Zhan menghela
nafas lega, sedangkan Zhou Cheng melihat keduanya dengan raut wajah yang
bingung.

"Apa saja yang kalian lakukan? Telat sedikit saja kalian tidak bisa ikut ujian."
Komentar Zhou Cheng.

"Ckckc, salah orang yang tidurnya tidak sadar diri." Jawab Zhan dengan
menyinyir.

"Maaf.." kata Yibo dengan suara rendah, sedangkan Zhan hanya


mengabaikannya.
Zhou Cheng melihat keduanya hanya menghela nafas panjang.

"Dasar.. apa mereka bertengkar di hari ujian?"

Tidak lama kemudian, pengawas masuk ke dalam kelas.


Semuanya mulai mengambil posisi tenang dan diam.

Ujian di mulai dan semua orang mengerjakannya dengan serius.


Dasarnya Xiao Zhan itu adalah anak yang cerdas. Tapi mengingat kata ibunya,
dia tidak boleh mendapatkan nilai yang sempurna.
Walaupun tidak mengakuinya, tapi selama ini dia selalu diam-diam mengirim
pesan pada ibunya, walau satu pesanpun tidak di balas oleh ibunya.

Walau begitu, Xiao Zhan masih berharap kalau suatu hari nanti ibunya akan
datang mencarinya.

Xiao Zhan mencoret-coret lembar jawabannya, bukan untuk bermain, tetapi


untuk mengisi jawaban. Soal yang seperti ini terlalu mudah baginya jika dia
membacanya dengan serius.

Hanya saja, dia memilih untuk membiarkan beberapa jawaban salah dan
targetnya hanya untuk nilai standar kelulusan yaitu 70-75.

Sementara itu, belum sampai 20 menit, Wang Yibo sudah selesai


mengerjakannya dan seperti biasa, dia mengumpulnya lebih dulu dan menarik
pertahuan murid lainnya.
Mereka tentu saja memuji Wang Yibo karena kecerdasannya.

Setelah beberapa menit lagi jam ujian akan selesai, Xiao Zhan baru
mengumpulkan jawabannya walau sebenarnya dia sudah menyelesaikannya
sejak tadi.

"Bagaimana dengan soal tadi?" Tanya Yibo.

"Hm, lumayan." Jawab Zhan.

Yibo kemudian menatapnya dengan serius, "Kamu sengaja menahan diri lagi
kan? Soal itu tidak sulit dan kamu harusnya bisa kan.."

Xiao Zhan tertawa kecil, "Apa-apaan sih, kamu terlalu serius. Lagipula.. setelah
lulus aku akan cari pekerjaan."
"Ayo masuk universitas bersama. Soal biaya, biar aku yang tanggung." kata
Yibo meyakinkan.

Xiao Zhan menggeleng, "Tidak.. aku tidak ingin kuliah." Xiao Zhan sudah
membuat keputusan yang mutlat.

Dia tidak ingin melanjutkan studinya.

"Baiklah.. aku mengerti.."

Lagipula, kamu tidak perlu bekerja karena aku yang akan menghidupimu.

Melihat mereka berdua yang mulai mengobrol bersama, Zhou Cheng memutar
bola matanya malas.

Lihat, apa mareka punya kepribadian ganda? Padahal tadi mereka seperti
bertengkar, sekarang sudah baikan saja.. dasar.

Ujian telah berakhir dan kini mereka hanya menunggu hari kelulusan.

Wang Yibo sudah mendaftarkan diri ke universitas ternama dengan usahanya


sendiri tanpa bantuan orang tuanya karena dia percaya diri akan di terima di
universitas tersebut.

Xiao Zhan tetap berada di apartemen untuk menunggu hasil kelulusan mereka.
Nyonya Wang dan Tuan Wang sudah mengetahui hubungan mereka karena
Zhan dan Yibo telah memberitahu mereka saat ujian berakhir.

Nyonya Wang tentunya merasa sangat terharu dan senang. Putranya yang
selama ini selalu dingin itu kini banyak berubah. Dia bahkan lebih sering
tersenyum sejak bersma xiao Zhan.

Nyonya Wang sendiri sudah menyiapkan tanggal pernikahan mereka.


Xiao Zhan meminta acara pernikahan yang sederhana karena dia tidak ingin
acara yang mewah sebab kedua orang tuanya menjalani pernikahan dengan
sangat mewah, tapi rumah tangga mereka hancur berantakan.

Karena itu, Zhan memilih yang sederhana, yang penting bisa bahagia.

Setelah sekitar 1 bulan lebih, pengumuman kelulusa pun di resmikan.

semua orang tua datang ke sekolah dan berfoto bersama anak-anak mereka.
Xiao Zhan tidak terlalu berharap, yang penting disisinya sekarang ada Yibo dan
juga nyonya Wang yang hadir untuk mewakili keduanya.

"Ayo rayakan bersama malam ini.." ajak Yibo.

Xiao Zhan mengangguk, "Tentu saja.. uh, akhirnya lulus juga."

Yibo merangkul pria manis itu dan mengecup keningnya, "Benar.. akhirnya
lulus juga."

Nyonya Wang pergi ke suatu tempat setelah dari sekolah, sedangkan zhan dan
Yibo pulang berdua.
Di tengah perjalanan pulang, Zhan terkejut karena ponselnya tiba-tiba
berdering.

Matanya terbelalak saat melihat nama yang tertera di layar ponselnya. Matanya
tiba-tiba berkaca-kaca membuat Yibo kebingungan.

"Halo ma.." Sapa Zhan dengan lembut.

"Zhanzhan.."

Panggilan yang lembut itu membuat dada Xiao Zhan terasa nyeri.

"Bisakah kamu ke rumah sakit sekarang?"

Deg..

Jantung Zhan serasa seperti berhenti berdetak. Ekspresinya membuat Yibo


bertanya-tanya, 'ada apa?'. 'Apa yang terjadi?'

"A-apa yang terjadi ma? Mama sakit? Se-sejak kapan? Ka-katakan di rumah
sakit mana ma.." Xiao Zhan membanjiri pertanyaan bertubu-tubu dengan gagap.
Dia sedikit takut dan juga gugup.

"Tidak apa-apa.. hanya tidak enak badan.."

Nyonya Xia memberitahukan alamat rumah sakit. Xiao Zhan langsung


memberitahu Yibo dan keduanya langsung putar balik menuju ke rumah sakit
dengan seragam sekolah mereka.
"Bunny, tenang ya.. mama pasti baik-baik saja." Kata yibo berusaha menengkan
pria manis di sampingnya yang terlihat sangat khawatir.

Setelah mereka tiba di rumah sakit, Xiao zhan segera berlari ke ruangan yang
diberitahu oleh ibunya.
Di bukanya pintu dengan sedikit kasar dan masuk ke dalamnya.

"Mama.." Zhan memanggil ibunya yang kini berbaring lemas diatas ranjang.

Nyonya Xiao tersenyum. Wajahnya tampak pucat.

Xiao Zhan terkejut, matanya mulai berkaca-kaca.

"Ma.. apa yang terjadi?" Tanya Zhan dengan suara yang bergetar.

Nyonya Xiao tidak menjawab, wanita itu mengangkat tanganya, berusaha untuk
meraih wajah putranya.

Xiao Zhan menunduk, membiarkan ibunya menyentuh pipinya dengan lembut.

"Hari ini, hari kelulusanmu kan?" Tanya nyonya Xiao dan di angguki dengan
cepat oleh Xiao Zhan.

"Selamat ya.. Ah," Nyonya Xiao melirik sesuatu diatas meja.

"Maaf ya, selama ini mama kurang memperhatikan mu, Hari ini mama
memasak, Ya.. mungkin saja rasanya tidak enak, tapi.. bisakah kamu
mencobanya?"
Xiao zhan semakin kebingungan. Rasa takut seolah menghantuinya. Ibunya
tampak seperti orang lain. Apa yag sebentarnya terjadi?

"Ma.. katakan padaku, apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Zhan sebelum
meraih kotak nasi tersebut.

Nyonya Xiao menggeleng dengan senyum di wajahnya, "Tidak.. tidak apa-apa,


mama hanya kelelahan, jadi datang kesini untuk pengecekan darah.. oh.." dia
meliaht ke arah Pintu, "Jadi kamu Wang Yibo?"

Yibo mendekat dan mengangguk, "Ia Bibi, saya Wang Yibo."

Nyonya Wang tersenyum, seolah menahan tangisnya, "Terimakasih ya..


Zhanzhan sepertinya menemukan orang yang tepat."

"Tolong jaga dia ya.."

"Ma.. tolong jangan mengatakan sesuatu seperti ini. Mama seolah ingin
mengucapkan selamat tinggal. Jangan mengatakan sesuatu yang menakutkan
Ma.. aku minta maaf ya, karena waktu itu sudah marah-marah sama mama.."
kata Zhan dengan lembut, walau begitu dia semakim khawatir. Semakin dia
melihat ibunya, dia semakin merasa takut.

Nyonya Xiao tersenyum lembut, dia mengelus tangan Xiao Zhan dengan sangat
lembut.

"Ini pertama kalinya mama memasak, mama harap, kamu bisa mencicipinya
walau mungkin rasanya tidak enak. Maaf ya.. selama ini mama tidak pernah
menuruti keinginan kamu dan hanya membuatmu menderita."
"Ma.." Xiao Zhan tiba-tiba menangis. Entah kenapa dadanya terasa sangat
sesak.

"Jangan menangis sayang.. mama baik-baik saja. Zhanzhan, pilihan hidup ada di
tanganm. Mulai sekarang hiduplah sesuai dengan keinginanmu, kamu harus
bahagia. Apapun yang terjadi, kamu harus bahagia."

"MAMA.. berhenti bicara seperti ini, mama membuatku takut, Aku.."

Nyonya Xiao mengusap air mata Xiao zhan dengan lembut, lalu air matanya
ikut mengalir di sudut matanya.

Dengan bibir yang tersenyum dia berkata, "Putraku sayang, Maaf.."

Bersamaan dengan itu, tangannya terlepas dari wajah Xiao Zhan, lalu matanya
tertutup secara perlahan, dan perlahan-lahan, nafasnya mulai berhenti.

Xiao zhan berdiri mematung di tempatnya. Saking syoknya dia bahkan tidak
bisa melakukan apapun.

Yibo yang menyadari hal tersebut langsung memanggil dokter.

Saat dokter tiba, dokter mengatakan, "Dia mengalami overdosis... Maaf, kami
tidak bisa melakukan apa-apa.."

Air mata Xiao Zhan menetes tak henti..

"Tidak.. ini bohong kan? Ma? Mama hanya sedang tidur kan? Mama!!!" Xiao
zhan berteriak memanggil ibunya sambil menggoyangkan tubuh ibunya.
Dia tampak syok dan histeris. Kejadian ini terlalu tiba-tiba untuknya.
Yibo menarik pria manis itu lalu memeluknya dengan erat.

"Bunny, tenanglah.."

☆☆☆

Nyonya Xiao merasa semakin hari semakin melelahkan.


Hidupnya tidak akan berubah walau dia berusaha.
Lingkungan keluarga yang tidak menerimanya, suami yang terus
menyalahkannya dan lingkungan sosialnya yang selalu merendahkannya.

Dia sudah tidak sanggup untuk bertahan. Karena banyaknya tekanan yang dia
hadapi, mentalnya menjadi semakin lemah.

Dia tidak sekuat itu untuk terus hidup. Karena itu dia memilih untuk mengakhiri
hidupnya.

BAGIAN 30

Xiao Zhan duduk di ruang tunggu dengan tatapan yang kosong. Di tangannya
memegang kotak nasi yang sudah di buka dan mulutnya tengah mengunyah
makanan tersebut.
Entah apa yang dia rasaka saat ini, dia hanya terus mengunyahnya tanpa henti
dengan tatapan mata yang kosong, bahkan air matanya tidak lagi menetes.

Wang Yibo datang, lalu berjongkok di depan pria manis itu kedua tangannya di
letakan diatas pahanya.

"Bunny, jangan menahan diri, kamu bisa menangis sepuasnya. Aku lebih suka
melihatmu menangis daripada menahan diri seperti ini. Jangan memendam
emosimu, tolong di keluarkan saja." kata Yibo dengan sedih.

Xiao Zhan menatap Yibo dalam diam, lalu dia menjawab, "Bo.. ini, pertama
kalinya mama memasak untukku. Dulu, aku selalu memintanya untuk
membuatkan bekal untukku, tapi mama selalu menolak dan sekarang, dia
memasak, walau sebenarnya mama tidak bisa masak.. mama, sayang padaku
kan?" Tanya Zhan dengan air mata yang mulai mengalir dari sudut matanya.

Wang Yibo mengangguk, "Ya.. dia menyayangimu.."

Hari kelulusannya yang seharusnya di rayakan dengab gembira kini harus


berlalu dengan air mata karena kepergian ibunya.

Walau begitu, ibunya tetaplah lebih penting dari hal lainnya.

Tuan Xiao yang mendengar kabar tentang istinya langsung terburu-buru datang
ke rumah sakit dengan nafas yang tersenggal-senggal dan wajah yang pucat.

"Yu-Yuri.." dia berteriak memanggil istrinya.

"Pa, sekarang papa sudah puas kan?" Tanya Zhan dengan suara rendah dan
wajah yang menggelap.
Tuan Xial terkejut, dia menoleg melihat Xiao Zhan.

"Zha-Zhanzhan.. ibumu..."

"Papa kan tidak peduli, jadi untuk apa papa datang kesini? Papa hanya peduli
dengan bisnis, ego, dan kesenangan papa.. yang menghancurkan keluarga ini
adalah papa sendiri! Sekarang papa sudah puas kan? Papa bisa membawa
wanita manapun untuk datang ke rumah dan..."

"XIAO ZHAN!!" Tuan Xiao berteriak, bersamaan dengan itu dia melayangkan
tangannya hendak menampar Xiao Zham, namun dia mencoba menahan diri.

Pria paruh baya itu berlutut dan menangis di depan ruang jenasah dimana
istrinya berada di dalam sana.

Wang Yibo datang dengan sebotol air di tangannya setelah menelfon orang
tuanya dan memberitahu tentang kejadian tersebut.

"Kamu tidak apa-apa?" Tanya Yibo pada Xiao zhan saat melihat tuan Xiao
disana.

Xiao Zhan menganguk, "Ya.. tidak apa-apa."

Beberapa saat kemudian, Nyonya Wang dan tuan Wang datang ke rumah sakit.
Nyonya Wang langsung memeluk Xiao Zhan.

"Nak, yang sabar ya.."

Entah kenapa, Dada Xiao Zhan kembali terasa sakit saat di peluk oleh nyonya
Wang.
Dia membalas memeluk wanita paruh baya itu dengan erat sambil menangis
sekuat tenaga seolah sedang mengeluakan semua emosinya.

Wang Yibo menyeka air matanya sendiri karena kesedihan Xiao Zhan
merambat pada dirinya. Walaupun tidak sepenuhnya, tapi dia ikut merasakan
rasa sakit yang di alami oleh kekasihnya saat ini.

Nyonya Wang ikut menangis sembari mengelus kepala lelaki manis itu.

Sedangkan Tuan Xiao masuk ke dalam kamar jenasah setelah petugas datang.

Dia menatap wajah istrinya yang pucat dan dingin disana. Dia menunduk,
mencium pipinya lalu menangis dengan suara yang kecil.

"Maaf.. aku minta maaf.. hikss.. maaf.."

Tidak ada kata lain yang dia ucapkan selain terus menggumankak kata maaf
pada istrinya.

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali, Xiao Zhan berdiri di pinggir danau sambil
menghamburkan abu milik ibuya ke dalam danau tersebut.

"Bunny.." Yibo memanggilnya dengan lembut.

Xiao Zhan mengangguk sambil tersenyum kecil, "Aku sudah tidak apa-apa bo..
mungkik saja, ini pilihan yang tepat untuk mama. Sekarang mama sudah tidak
sakit lagi."

Yibo mengangguk dan merangkul pria manis itu, "Benar.. Mama pasti sedang
tersenyum sekarang. Karena itu, kamu juga jangan berlarut-larut dalam
kesedihan."
Xiao Zhan memegang tangan Yibo dengan lembut.

"Benar.." dia lalu menghela nafas panjang, "Mama.. bahagialah.."

Sejak kematian Nyonya Xiao, tuan Xiao jadi berubah. Dia tidak berangkat ke
perusahanya. Setiap hari dia hanya minum dan mabuk, lalu berbicara dan
tertawa sendirian. Alhasil perusahaannya sekarang di ambang kebangkrutan.

Tuan Xiao menjadi stres karena di tinggal oleh nyonya Xiao sscara tiba-tiba.
Dulunya dia selalu mengabaikan wanita itu, tetapi saat sudah mengilang, dia
baru menyesalinya.

Tuan Xiao akhirnya di bawa ke rumah sakit jiwa karena kondisinya yang
semakin hari semakin parah dan Xiao Zhan hanya menyetujui hal tersebut
karena mungkin ini yang terbaik untuk ayahnya.

Setelah beberapa bulan berlalu, Yibo sudah di resmi di terima di universitas dan
pernikahan mereka juga di gelar dengan sederhana sesuati dengan keinginan
Xiao Zhan.

Setelah melalui banyak hal, sekarang mereka akhirnya resmi menjadi suami
istri.

Walaupun sedang kuliah, tapi Yibo juga mengambil pekerjaan di perusahaan


ayahnya, sedangkan Xiao Zhan tetap berada di rumah karena sampai saat ini
Yibo masih belum mengijinkan dia untuk bekerja.

Waktu berjalan dengan cepat dan sekarang 1 tahun berlalu.


Xiao zhan duduk di sofa sambil mengelus perutnya yang terasa lapar, padahal
dia baru saja selesai makan sekitar 1 jam yang lalu.

"Hah, apa perutku ini karet? Kenapa lapar lagi.."

Xiao Zhan mengambil beberapa bungkus snack dan mulai memakannya.

Sedangkan di kampus, seorang gadis datang menghampiri Yibo.

"Permisi, Wang Yibo, apa kamu punya waktu nanti sore? Kalau tidak keberatan,
aku ingin mengajakmu ke suatu tempat."

"Oh, maaf.. saya harus pulang karena istri saya sedang menunggu." Jawab Yibo
dengan berani.

Wajah wanita itu seketika langsung pucat..

"Ternyata, sudah menikah ya?"

Yibo mengangguk, "Ya.. kalau begitu, permisi."

Yibo berlalu pergi.


dia kembali apartemen mereka karena kata Xiao zhan, mereka sudah cukup
nyaman disana dan belum memiliki keinginan untuk punya rumah baru walau
rumah baru sebenarnya sudah tersedia, tapi Xiao Zhan masih tidak ingin untuk
pindah.

Yibo tiba di rumah dengan membawa sekotak piza di tangannya.


"Bunny.." panggilnya dengan gembira. Xiao Zhan datang menyambutnya dan
memberinya pelukan seperti biasa.

Tapi kemudian..

"Ngh? Bau apa ini?" Xiao Zhan mulai mengendus bau sesuatu yang
membuatnya merasa tak nyaman.

Yibo seolah menyadarinya. Dengan senyum yang bangga dia menunjukan piza
di tangannya.

"Lihat, aku bawa piza untukmu."

"Hah?" Xiao Zhan langsung merespon dengan ekspresi tak suka membuat Yibo
seketika menjadi bingung.

"Bunny, ada apa?" Tanya Yibo yang mulai sedikit panik saat melihat wajah
Zhan yang tampak pucat.

"Entalah, aku hanya merasa tidak enak badan. Bau pizanya membuatmu mual."
Jawab Zhan sambil menutup hidungnya.

"Kenapa bunny? Kamu sakit? Ayo kita ke dokter.."

Xiao Zhan menggeleng, "Tidak. Aku hanya perlu istirahat sedikit. Tolong bawa
piza itu menjauh."

Yibo mengangguk dengan bingung, "Ba-Baiklah bunny.."


Xiao Zhan masuk ke dalam kamar, sedangkan Yibo mendudukan dirinya diatas
sofa dengan ekspresinya yang masih bingung.

"Apa terjadi sesuatu ya? Padahalkan dia suka piza?" Yibo terus bertanya pada
dirinya sendiri, tapi dia tidak menemukan jawabannya. Dan akhir-akhir ini juga
Xiao Zhan memang sedikit aneh.

Tidak lama kemudian, pria manis itu keluar dari kamar.

"Mau kemana bunny? Tanya Yibo yang ikut berdiri.

"Mau ke supermarket. Rasanya aku pengen makan es krim.." jawab Zhan.

"Baiklah, aku temani."

xiao Zhan menganguk, lalu keduanya turun ke lantai bawah. Yibo masuk ke
dalam untuk membeli es krim, sedangkan Xiao Zhan berdiri di luar
menunggunya.

Tak jauh dari tempat itu, sepasang mata mengamati mereka dengan senyum
licik di bibirnya.

"Xiao Zhan, kamu sudah merebut kebahagiaanmu, sekarang adalah giliranmu


untuk menderita.."

Xiao Zhan melihat seorang anak kecil bermain bola di pinggir jalan, lelaki
manis itu tak tahan untuk mendekatinya.

"Nak, kamu sendirian?" Tanya Zhan dengan suara yang lembut.


Anak kecil itu menggeleng, "Mama sedang membeli jajan.." jawabnya.

"Oh.. jadi.." saat xiao zhan hendak bicara lagi, dia terkejut ketika melihat mobil
yang melaju ke arahnya dengan kecepatan tinggi.

"Awas!!" Xiao Zhan menarik anak kecil tersebut, membuat dirinya sedikit
terserempet, tetap dia segera menjatuhkan dirinya beserta anak itu ke sisi jalan
walaupun menyebabkan bebetapa luka di tangannya.

"XIAO ZHAN!!" Wang Yibo berteriak dengan kencang. Es krim di tangannya


di lepaskan begitu saja. Dengan tubuh yang sedikit gemetar dan panik, ia berlari
ke arah Xiao Zhan.

BAGIAN 31

"Dokter.. bagaimana keadaan istri saya?" Tanya Yibo pada dokter dengan wajah
tak sabaran.

Beberapa menit yang lalu.


"Bunny, kamu baik-baik saja?" Tanya Yibo sambil memeriksa seluruh badan
pria manis itu.

Xiao Zhan tersenyum dan mengangguk, "Aku baik-baik saja.. nak, kamu tidak
apa-apa?" Tanya Zhan pada anak kecil di sampingnya yang sedang menangis
itu.

"Jooi..." seorang wanita paruh baya datang menghampiri anaknya dan


memeluknya dengan erat. Setekah mengucapkan terimakasih, ibu dan anak itu
pun pergi.

"Ayo ke rumah sakit." Yibo menggendong Xiao Zhan.

"Eh? Aku tidak apa-apa, tidak perlu ke rumah sakit."

"Tidak, kita harus ke rumah sakit.."

Yibo bersikeras membawa Xiao Zhan ke rumah sakit. Sedangkan di sisi lain,
seorang wanita yang berada di dalam mobil memukul stir mobilnya dengan
frustrasi.

"Sialan!! Tunggu dan lihat saja. Berikutnya tidak akan gagal!"

☆☆

Dokter memeriksa Xiao Zhan saksama, lalu dia menjawab pertanyaan Yibo.

"Pasien dan bayinya baik-baik saja, anda tidak perlu khawatir."


Wang Yibo maupun Xiao Zhan menghela nafas lega.

"Syukurlah kalau begitu... ehh.?"

Seolah baru saja terkonek dengan sesuatu yang lain, Zhan dan Yibo saling
menatap satu sama lain.

"Bayi? Bayinya siapa dok?" Tanya Yibo dengan wajah bengongnya.

Dokter memperbaiki kacamatanya, "Tentu saja bayi kalian.. pasien ini sedang
mengangung. Usia kadungannya sudah hampir 4 minggu."

Mendengar penjelasan dokter, keduanya melongo tak percaya.

Sesaat kemudian, mata Zhan mulai berkaca-kaca. Dia memegang perutnya dan
mengelusnya dengan lembut.

"Terimakasih dok.." ucap Yibo pada dokter.


Dia juga tak kalah senangnya mendengar berita tersebut.

"Bunny.." Yibo mengecup dahi Xiao Zhan dengan lembut, "Akhirnya kita
punya keluarga kecil yang sempurna."

Xiao Zhan mengangguk, "Aku.. benar-benar bahagia.. rasanya seperti mimpi.."

Keduanya tidak berhenti untuk tersenyum.

Yibo mengabari orang tuanya dan tidak lama setelah itu, nyonya Wang dan tuan
Wang datang berkunjung.
"Sayang.. selamat ya.." kata nyonya Wang sambil memeluk Xiao Zhan.

"Terimakasih mama.." Zhan menitikan air matanya merasa terharu. Dia benar-
benar di berikan kesempatan untuk bahagia.
Kesempatan untuk berada di samping orang-orang yang tulus menyayanginya.

"Aku.. akan segera menjadi ayah." Kata Yibo dengan bangga walau sebenarnya
dia merasa gugup.

Tuan Wang tertawa kecil. "Ya, memang sudah seharusnya seperti itu. Setelah
lulus kuliah, kamu harus mengambil alih perusahaan karena sekarang kamu
harus mengurus anak dan istrimu."

Yibo mengangguk dengan yakin, "Tentu saja pa.."

Aku akan bekerja keras, agar mereka berdua bisa hidup dengan nyaman di
sisiku.

Beberapa saat kemudian, Zhou Cheng dan Yubin datang bersamaan dan seperti
biasa, Zhou Cheng masih saja menatap Yubin dengan sinis.

"Apa yang terjadi dengan kalian? Apa kalian masih belum bisa bersahabat
sampai sekarang?" Tanya Xiao zhan mengejek mereka berdua.

"Aku tidak tahu entah kenapa Zhou Cheng terlihat seperti membenciku." Sahur
Yubin.

"Hah.. wajahmu itu menyebalkan!" Umpat Zhou Cheng lalu berjalan


menghampiri Xiao Zhan.
"Oleh-oleh untuk kamu." Katanya sambil meletakan keranjang buah diatas
meja.

"Terimakasih." Jawab Xiao Zhan.

"Bayinya perempuan atau laki-laki?" Tanya Zhou Cheng blak-blakkan


membuar Xiao Zhan tertawa dengan kencang.

Mereka tahu dari Yibo karena Yibo yang menghubungi keduanya.

"Bodoh! Ini masih di awal kehamilan, belum bisa tahu perempuan atau laki-
laki." Kali ini Yubin yang menjawab.

"Bodoh? Hah, kamu yang bodoh!" Bantah Zhou Cheng.

Wang Yibo duduk bersandar di sofa sambil menggelengkan kepalanya.

"Sepertinya kalian benar-benar musuh di kehidupan sebelumnya." Kata Yibo


dengan suara rendah di ikuti dengan suara tawa Xiao Zhan, sedangkan tuan dan
Nyonya Wang sedang keluar untuk mengurus biaya administrasi.

☆☆

Wang Yibo datang ke kediaman Shen.


Dia mengetuk pintu beberapa kali dan keluarlah tuan rumah.

"Yibo..." Shen Lili menyambut Yibo dengan riang. Tak dia sangka Yibo akan
datang berkunjung ke rumahnya.
Yibo menghela nafas panjang, "Shen Lili.. kali ini aku akan langsung bicara
pada intinya."

Shen Lili seketika terdiam. Perasaannya tak tenang dan dia mulai gelisah.

"A-apa yang ingin kamu bicarakan?" Tanyanya mulai gugup saat melihat Yibo
yang tampak serius.

"Saat di SMA, Kecelakaan itu juga di sebabkan oleh orang suruhanmu tapi saat
itu aku tidak mengungkitnya dan memilih untuk diam karena Zhanzhan baik-
baik saja. Tapi sekarang..."

Yibo menunjuk Vidio, dimana terekam oleh cctv di supermarket tersebut.

"Ini mobil kamu kan?" Tanya Yibo dengan dingin.

"A-apa yang kamu katakan... a-aku tidak mengerti. Ini bukan mobil aku." Jawab
Lili mengelak dengan gugup.

Wang Yibo tersenyum miring, "Tahu tidak, gara-gara kamu, Xiao Zhan dan
calon anak kami hampir kenapa-kenapa.. kalau saja sampai terjadi apa-apa, aku
benar-benar akan membunuhmu!"

Lili terkejut. Dia melongo tak percaya, "A-anak? Apa, apa maksudmu?"

"Aku tidak perlu memberitahumu tentang ini kan? Kamu bisa jelaskan sisanya
di kantor polisi."

"A-apa? Yibo, apa yang sedang kamu bicarakan?"


Shen Lili kembali terkejut dan mulai panik saat beberapa polisi
menghampirinya.

"Yi-Yibo apa-apaan ini!"

"Saudari Shen Lili, anda kami tangkap atas tuduhan tabrak lari di lokasi
supermarket B."

"Tidak!! YIBO!!"

Walaupun dia terus berteriak, tapi Yibo sama sekali tidak peduli.

Berita itu mulai menyebar dan tuan Shen mulai lepas tangan. Sejujurnya Xiao
Zhan tidak ingin kasus ini tersebar luas, tapi nyonya Wang tidak setuju.
Dia tidak ingin orang yang mencoba mencelakai menantu serta cucunya bisa
hirup udara dengan bebas karena itulah dia menyebarkan berita.

Hari-hari terus berlalu.


Xiao zhan tidak terlalu mengidam hal-hal aneh. Dia hanya semakin manja dan
semakin ingin menghabiskan waktu dengan Yibo.

Itu sebabnya setelah jam kelas selesai, Yibo langsung kembali ke rumah.

Kehidupan yang menyenangkan berjalan dengan cepat tanpa terduga.

Xiao Zhan mulai merasakan sakit pada pinggangnya.


"Akhh.. sakit..." pria manis itu mulai menangis dan berjalan kesana kemari
sambil menghubungi Yibo.

Yibo yang baru saja keluar dari kelas langsung terburu-buru kembali ke
apartemen.

"Bunny.." dia memanggil Xiao zhan dengan panik.

"Bo.. Sakit.. ugkkk.. aku tidak kuatt.."

Melihat wajah Zhan yang kesakitan, Yibo langsung memeluknya, "Ayo kita ke
rumah sakit.." Dia menggendong pria manis itu dan membawanya ke rumah
sakit.

Xiao Zhan terus menangis, menahan rasa sakit di pingganya. Sedangkan Yibo
semakin gelisah.
Dia mengelus rambut pria manis itu dengan lembut.

"Bunny, sabar ya.. sebentar lagi kita sampai."

Yibo sambil menghubungi ibunya.

"Baik.. mama akan segera kesana."

Nyonya Wang mulai mempersiapkan segala macam peralatan bayi. Dia


tersenyum senang, tapi juga sedikit gugup karena sebentar lagi akan menyambut
cucu pertamanya.

Dia menelfon suaminya yang sedang berada di perusahaan saat ini.


"Baik, papa juga akan segera kesana."

Tuan Wang berdiri di tengah rapat, lalu berbicara, "Maaf rapatnya sampai disini
dulu. Menantu saya mau melahirkan, jadi saya harus ke rumah sakit sekarang."

"Wahh.." semua staffnya ternganga tak percaya. Mereka tentu saja kenal dengan
wang yibo.

Tuan muda Wang yang sangat dingin bahkan lebih dingin dari tuan Wang
sendiri.

"Ternyata calon presdir baru kita itu sudah menikah.."

"Aku pikir dia tidak akan jatuh cinta karena sifatnya yang terlalu dingin."

"Tapi.. cucu pertama keluarga Wang sudah lahir.. mereka pasti akan menjadi
keluarga yang bahagia."

Tuan wang lalu keluar dari ruang rapat dan pergi menuju rumah sakit.

Xiao Zhan harus di operasi dan Wang Yibo terus menghawatirkan hal itu.

"Tidak apa-apa Bo, aku akan baik-baik saja.. lagipula, aku akan berjuang untuk
anak kita." Kata Zhan sebelum ia kehilangan kesadaranya karena obat bius.

Wang Yibo mencium seluruh wajah pria manis itu dan menangis bahagia dan
juga cemas secara bersamaanya.

"Bunny, berjuanglah.."
Nyonya Wang menepuk pundak putranya.

"Percaya padanya.. dia orang yang kuat."

Yibo mengangguk yakin dan terus berdoa untuk keselamatan kedua orang yang
dia cintai.

Tuan Wang pun sudah tiba disana dan mereka hanya duduk dalam diam dengan
pikiran mereka masing-masing di ruang tunggu.

Sekitar pukul 9 malam, terdengar suara tangisan bayi dari dalam.

Ketiga orang yang terus gelisah di luar itu serentak berdiri dan berjalan menuju
pintu.

Pintu ruangan terbuka beberapa saat setelahnya dengan seorang bayi yang di
gendong oleh perawat.

"Selamat pak, bayinya laki-laki.."

Kaki Wang yibo seketika menjadi lemas. Dia terjatuh ke bawah lantai dan
menangis.
Dia sangat senang hinggs seluruh tubuhnya gemetar bahkan dia tidak tahu harus
bagaimana menggambarkan perasaannya saat ini.

Nyonya Wang mengambil bayi itu dari perawat dan menggendongnya.

"Ya ampun, imutnya.. dia mirip sepertimu Yibo.." kata Nyonya Wang.
Yibo berdiri dengan susah payah. Tangannya lalu mencolek pipi putranya.
Hatinya terus berdebar dengan rasa senang yang tak ada habisnya.

Wang yibo masuk ke dalam ruangan, dimana Xiao Zhan masih berbaring
disana.
Dia menunduk, mencium pria manis itu dengan lembut.

"Terimakasih bunny, kamu sudah berjuang dengan baik."

Keesokan harinya, Xiao zhan sadar kembali dari tidur panjangnya. Dia melihat
ke sekitarnya, dimana wajah orang-orang yang tampak berseri dengan penuh
kebahagiaan.

"Bunny, selamat pagi.. bagaimana keadaanmu? Dimana yang sakit?" Tanya


yibo.

"Aku tidak apa-apa.. bayi?" Tanya Zhan.

Nyonya wang mendekat lalu memberikan bayi itu pada Xiao zhan.

"Wahh.. dia sangat kecil.." kata zhan dengan air mata yang tiba-tiba mengalir
keluar.

Nyonya Wang hanya tersenyum, sedangkam Yibo memeluknya.

"Terimakasih bunny.." kata Yibo dengan lembut.


Xiao Zhan mencium kening putranya. Rasa senangnya tak bisa di gambarkan.

"Jadi zhanzhan, kita semua menunggumu untuk memberinya nama.." kata


nyonya Wang.

"Eh? Aku.. hm, kalau begitu, bagaimana dengan Wang Jian?"

Yibo menggeleng dengan cepat, "Tidak.. Wang Xiao jian bagaimana?"

"Setuju.." mereka berseru bersama menyetujui usulan nama tersebut.

"Hehe, hai Jian sayang.. ini nenek dan juga kakek.." kata Nyonya Wang.

"Ini papa.." Yibo menunjuk dirinya sendiri dengan bangga.

"Hahaha.." xiao Zhan tertawa kecil. Lalu dia menghela nafas panjang dan
berkata, "Mulai sekarang aku janji, aku akan berusaha semampuku untuk lebih
mengutamakan keluargaku dari pada yang lain. Dan aku akan menjaga dan
merawat anakku agar dia bisa mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya dan
merasakan keluarga yang sempurnya."

"Tentu saja." Yibo memeluk Xiao Zhan, "Aku akan bekerja keras untuk kalian
berdua, karena itu.. kalian tidak perlu khawatir. Walaupun aku sibuk, tapi aku
akan tetap membagi waktuku agar bisa bersama kalian setiap hari."

"Tentu saja kamu harus melakukannya." Nyonya Wang menjitak pelan kepala
Yibo, membuat pria itu meringis.
Xiao zhan merasa terharu. Dia kembalu meneteskan air matanya dengan
senyum yang bahagia.

"Mama, Papa, dan juga, Yibo.. terimakasih untuk semuanya. Berkat kalian, aku
jadi bisa merasakan, ternyata hidupku sangat berharga. Aku beruntung bisa
bertemu dengan kalian."

Yibo tersenyum, lagi-lagi dia memeluk Xiao Zhan, "Mungkin ini adalah takdir
kita. Terimakasih karena kamu sudah bersedia hidup bersamaku."

Tuan dan Nyonya Wang hanya mengangguk melihat anak mereka yang bahagia
karena telah bertemu satu sama lain.

Xiao zhan yang dulunya tidak mengerti dan tidak tahu tentang arti kehidupan,
dia yang judulnya terus bertanya-tanya tentang apa yang akan dia lakukan
dimasa depan, kini dia mulai mengetahuinya bahwa dia harus terus hidup, dan
dia punya tanggung jawab yang besar sekarang.
Untuk Suaminya dan juga anaknya.
Dia ingin menciptakan keluarga kecil yang paling terbaik.

Kini dia lebih sadar dan percaya bahwa dia bukanlah tidak di inginkan karena
orang-orang di sisinya masih sangat membutuhkannya.

Walaupun banyak masalah yang datang, sesulit apapun masalah yang sedang di
hadapi, jangan cepat menyerah pada kehidupan karena jalan untuk kebahagiaan
tidak akan tertutup.

THE END

Anda mungkin juga menyukai