Anda di halaman 1dari 7

Skenario

“TIDAK BISA BAB”

Seorang wanita, 45 tahun, datang ke UGD RS Haulussy dengan keluhan tidak bisa
buang air besar Sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh tidak bisa BAB
dan buang angin. Keluhan dirasakan terus menerus, keluhan disertai dengan adanya benjolan
di pusar yang tidak dapat dimasukkan kembali sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
Keluhan disertai dengan nyeri pada benjolan, mual, perut kembung, dan muntah sebanyak 8x
berisi sisa makanan, tidak ada keluhan perut tegang seperti papan. Tidak ada demam, tidak
ada penurunan kesadaran.
Benjolan di pusar pertama kali muncul sejak 8 tahun yang lalu. Pada awalnya benjolan
sebesar telur ayam, kemudian benjolan semakin membesar menjadi sebesar kepala orang
dewasa dalam waktu 8 tahun terakhir. Sejak 8 tahun yang lalu, benjolan di pusar dirasakan
dapat hilang timbul. Benjolan di pusar timbul ketika pasien sedang mengedan, batuk, dan
aktivitas. Kemudian benjolan di pusar hilang ketika pasien sedang berbaring dan istirahat.
Namun, sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, benjolan di pusar tidak dapat dimasukkan
kembali.. Keluhan demam (-), sesak nafas (-), batuk lama >2 minggu (-), dan keringat malam
(-). Riwayat TB Paru pada tahun 2013, berobat 6 bulan dikatakan sembuh. Riwayat sulit
BAB (-), riwayat BAB cair (-), riwayat BAB darah (-), riwayat BAB lendir (-), dan riwayat
BAB kecil-kecil seperti kotoran kambing tidak diperhatikan pasien. Riwayat ayah pasien
dikatakan meninggal dikarenakan kanker pada usus besar.

Pada pemeriksaan Fisik: TD 100/70 mmHg, HR : 108 x/m RR 20 x/m S: afebris

Kepala: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, mukosa bibir kering, NGT warna
hijau kecokelatan

Leher: JVP 5=2 cmH2O

Thoraks: bentuk dan gerak simetris,

Cor: Bunyi jantung s1 s2 normal regular,murmur (-)

Pulmo: ronkhi -/-


Abdomen: Cembung, lembut, bising usus (+) meningkat, metallic sound (+), teraba massa
(+) ar umbilicus ukuran 36x28x11 cm, konsistensi kenyal, mobile, bising usus (+) pada
massa ar umbilicus, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), defans muskular (-), darm contour (+),
darm steifung (-)

Ekstremitas: edema -/-

RT: Tonus spincter ani kuat, ampula tidak kolaps, mukosa licin, massa (-), nyeri tekan (-),
sarung tangan : Feses (-), darah (-), lendir (-)

Pemeriksaan Lab: Hb 14,5 g/dl, Kalium 3.2

Foto BNO :

- Tampak hearing bone appearance


- Tidak tampak pneumoperitoneum.
- Massa abdomen tengah sampai bawah kanan

Step I: Identifikasi Kata Sukar dan Kalimat Kunci

a. Identifikasi Kata Sukar


1. Thorax (Rosiani) = dada biasanya dilakukan pemeriksaan thorax untuk melihat
kondisi jantung, paru-paru, pembuluh darah, saluran udara, tulang dan lain-lain
2. Darm Contour (Glory) = gambaran lekukan usus (Mufidah)
3. Murmur (Riska Ramadhani) = suara darah yang mengalir dari jantung (Kak
Arilsa)
4. Darm Steifung (Dian) = gerakan peristaltik usus yang terlihat (Glory)
5. NGT (Kak Krisna) = sebuah selang atau pemeriksaan dengan indikasi memasukan
makanan atau nutrisi atau bisa mengetahui apakah ada perdarahan pada saluran
cerna dan membantu diagnosis dari penyakit (Riska Kilkoda). Nasogastrik Tube
(Herman)
6. Metallic Sound (Kak Arilsa) = suara bising usus yang meninggi karena ada
kondisi obstruksi usus, biasa terdengar seperti dentingan uang logam (Dian)
7. Defans Muskular (Dina) = nyeri tekan pada seluruh lapangan abdomen (Muthia)
8. Afebris (Herman) = keadaan suhu tubuh dalam keadaan normal atau tidak panas
(Riska Kilkoda)
9. Pneumoperitoneum (Muthia) = adanya udara bebas di dalam peritoneum
(Herman)
b. Identifikasi Kalimat Kunci
1. Seorang wanita, 45 tahun, datang ke UGD RS Haulussy dengan keluhan tidak bisa
buang air besar Sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh tidak
bisa BAB dan buang angin. (Dian)
2. Keluhan dirasakan terus menerus, keluhan disertai dengan adanya benjolan di
pusar yang tidak dapat dimasukkan kembali sejak 1 hari sebelum masuk rumah
sakit (Kak Anggraeni)

3. Keluhan disertai dengan nyeri pada benjolan, mual, perut kembung, dan muntah
sebanyak 8x berisi sisa makanan, tidak ada keluhan perut tegang seperti papan.
Tidak ada demam, tidak ada penurunan kesadaran. (Riska Ramadhani)
4. Keluhan demam (-), sesak nafas (-), batuk lama >2 minggu (-), dan keringat
malam (-).(Glory)
5. Benjolan di pusar timbul ketika pasien sedang mengedan, batuk, dan aktivitas.
Kemudian benjolan di pusar hilang ketika pasien sedang berbaring dan istirahat
(Kak Krisna)
6. Abdomen: Cembung, lembut, bising usus (+) meningkat, metallic sound (+),
teraba massa (+) ar umbilicus ukuran 36x28x11 cm, konsistensi kenyal, mobile,
bising usus (+) pada massa ar umbilicus, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), defans
muskular (-), darm contour (+), darm steifung (-) (Riska Kilkoda)
7. Riwayat ayah pasien dikatakan meninggal dikarenakan kanker pada usus besar.
(Dina)
8. NGT warna hijau kecokelatan (Muthia)

Step II: Identifikasi Masalah

1. Apakah ada hubungan susah bab dengan buang angin dengan benjolan yang timbul di
pusar sejak 8 tahun yang lalu (Kak Arilsa)
2. Apa diagnosis sementara terkait skenario (Kak Anggreani)
3. Apakah ada hubungan antara biisng usus yang meningkat dengan keluhan yang
dirasakan pada pasien di skenario (Riska Kilkoda)
4. Bagaimana mekanisme buang air besar (Dian)
5. Mengapa benjolan yang ada pada pusar tidak dapat dimasukan kembali (Dina)
6. Mengapa sampai benjolan di pusar pasien timbul ketika sedang mengedan, batuk dan
beraktivitas (Kak Krisna)
7. Apa saja faktor resiko terkait dengan skenario (Muthia)
8. Bagaimana interpretasi hasil dari pemeriksaan fisik yang telah dilakukan (Mufidah)

Step III: Hipotesis Sementara

1. Ada, karena di skenario sudah mengalami obstruksi yang disebabkan karena ada
kelainan pada usus pasien termasuk benjolan. Benjolan ini menekan usus sehingga
makanan yang disalurkan akan terhambat dan membuat pasien susah bab atau flaktus
(Dian)
2. Di skenario didapati pemeriksaan fisik NGT hijau kecoklatan, abdomen cembung,
bising usus meningkat lalu, didapati metallic sound, darm contour, dan juga di foto
BNO tampak hearing bone appearance, dan juga ada benjolan di pusar yang tidak bisa
di masukan kembali jadi diagnosis nya ileus obstruktif et causa hermia umbilikalis
inkaserata, karena metalik sound, darm contour dan fto BnO tampak hearing bone
appearance itu tanda khas dari ileus obstruktif, sesangan benjol di pusar tidak dapat
dimasukan kembali itu tanda khas hernia umbilikalis (Glory). Hernia umbilikalis
karena terdapat benjolan di sekitar pusar biasa terjadi pada kondisi organ tubuh yang
menekan area disekitarnya dan disebut hernia umbilikalis. Hal ini bisa dibuktikan
dengan pemeriksaan fisik. Gejala klinis dari hernia umbilikalis adalah susah buang air
besar (Dian)
3. Gejala susah bab akan ada sumbatan pada bagian distal dan udara pada bagian
proksimal. Jika diperkusi akan muncul hipertimpani akibat adanya akumulasi udara
pada bagian proksimal ileus di rongga abdomen dan didapatkan bunyi metallic sound
(Kak Krisna)
4. Ketika rektum telah penuh, tekanan di dalam rektum akan terus meningkat dan
menyebabkan rangsangan untuk buang air besar. Tinja akan didorong menuju ke
saluran anus. Otot sphinkter pada anus akan membuka lubang anus untuk
mengeluarkan tinja. (Kak Anggreani). Gerakan peristaltis dari otot-otot dinding usus
besar menggerakkan tinja dari saluran pencernaan menuju ke rektum. Pada rektum
terdapat bagian yang membesar (disebut ampulla) yang menjadi tempat penampungan
tinja sementara. Otot-otot pada dinding rektum yang dipengaruhi oleh sistem saraf
sekitarnya dapat membuat suatu rangsangan untuk mengeluarkan tinja keluar tubuh.
Jika tindakan pembuangan terus ditahan atau dihambat maka tinja dapat kembali ke
usus besar yang menyebabkan air pada tinja kembali diserap, dan tinja menjadi sangat
padat. Jika buang air besar tidak dapat dilakukan untuk masa yang agak lama dan tinja
terus mengeras, konstipasi dapat terjadi. Sementara, bila ada infeksi bakteri atau virus
di usus maka secara refleks usus akan mempercepat laju tinja sehingga penyerapan air
sedikit. Akibatnya, tinja menjadi lebih encer sehingga perut terasa mulas dan dapat
terjadi pembuangan secara tanpa diduga. Keadaan demikian disebut dengan diare.
Ketika rektum telah penuh, tekanan di dalam rektum akan terus meningkat dan
menyebabkan rangsangan untuk buang air besar. Tinja akan didorong menuju ke
saluran anus. Otot sphinkter pada anus akan membuka lubang anus untuk
mengeluarkan tinja. Selama buang air besar, otot dada, diafragma, otot dinding
abdomen, dan diafragma pelvis menekan saluran cerna. Pernapasan juga akan terhenti
sementara ketika paru-paru menekan diafragma dada ke bawah untuk
memberi tekanan (Kak Arilsa)
5. Hal ini bisa terjadi ketika hernia umbilikalis terjadi komplikasi. Biasanya kasus ini
bisa membuat kerusakan jaringan dan timbul rasa nyeri
6. Pada saat mengedan dan beraktivitas seperti mengangkat beban berat, bersin dan
mengejan akan meningkatkan tekanan yang ada di dalam perut. Tekanan yang
dihasilkan akan memberikan celah pada otot yang lemah di sekitar pusar sehingga
menyebabkan jaringan atau organ yang berada di dalam perut bisa menonjol melalui
celah tersebut (Dina)
7. Ada beberapa faktor resiko hernia umbilikalis yaitu ada penumpukan cairan di rongga
peritoneum atau ascites, berat badan yang berlebih atau obesitas, ada tanda-tanda
operasi sebelumnya (Herman)
8. Tekanan darah normal. HR meningkat, RR normal, suhu afebris artinya tidak ada
demam, konjuntiva tidak anemis dan skelar tidak ikterik artinya tidak ada obstruksi.
Mukosa bibir kering artinya dehidrasi. Pemeriksaan abdomen terdapat bising usus
meningkat dan terdengar metallic sound bisa mengindikasikan terjadinya ileus
obstruktif (Dian). Bunyi bising usus normal berkisar antara 5-12x/menit, bising usus
di angka 13 berarti meningkat (Riska Kilkoda)

Step IV: Klarifikasi Masalah dan Pembuatan Mind Mapping

a. Klasifikasi Masalah

b. Mind Mapping
1. Muthia Sari Indah Tamher
2. Dian Anjelina

3. Dina Septiyana
4. Mufidah

Step V: Learning Objective

1. Menjelaskan anatomi dari organ yang bermasalah pada skenario (Herman)


2. Menjelaskan definisi dan klasifikasi dari ileus obstruksi (Riska Kilkoda)
3. Menjelaskan manifestasi klinis sesuai dengan skenario (Riska Ramadhani)
4. Menjelaskan jenis-jenis dari hernia (Dina)

Step VI: Belajar Mandiri

Step VII: Presentasi Hasil Belajar Mandiri

Anda mungkin juga menyukai