Anda di halaman 1dari 9

KERAJAAN PAJANG

Disusun Oleh

NAMA KELOMPOK:

DIANA AGUSTI N. ( 07 )

SHAFWIL WIDAD ( 22 )

NUR AISYA ( 17 )

SMPN 1 LARANGAN

TAHUN PELAJARAN 2023/2024


PENDAHULUAN

A. Teori Mekah
Pendapat lainnya adalah teori Mekah. Teori ini pertama kali dicetuskan
oleh Hamka dalam Dies Natalis PTAIN ke-8 di Yogyakarta sebagai koreksi
dari teori Gujarat. Dalam teori masuknya Islam ke Indonesia ini diterangkan
bahwa Arab Saudi memegang peranan yang besar.
Pasalnya, menurut Hamka, bangsa Arab pertama kali ke Indonesia
membawa agama Islam dan diikuti Persia dan Gujarat. Adapun, disebutkan
masuknya Islam terjadi sebelum abad ke-13 M, yakni 7 Masehi atau abad
pertama hijriyah.
Hal ini dibuktikan setelah wafatnya Rasulullah SAW pada tahun 632
M, di mana kepemimpinan Islam dipegang oleh para khalifa. Di bawah
kepemimpinan itu, agama Islam disebarkan lebih luas hingga ke seluruh
Timur Tengah, Afrika Utara, Spanyol.
Kemudian, di masa Dinasti Umayyah pengaruh semakin meluas hingga
ke Nusantara. Menurut Arnold (Morrison 1951) bukti masuknya Islam ke
Indonesia dari para pedagang Arab menyebarkan Islam ketika mereka
berdagang hal ini juga sesuai dengan fakta pedagang Arab menjadi pemimpin
pemukiman di pesisir pantai Sumatera. Para pedagang Arab tersebut juga
melakukan pernikahan dengan penduduk lokal sehingga agama Islam
semakin menyebar di Nusantara.
B. Teori Gujarat
Pendapat tentang teori masuknya Islam ke Indonesia yang pertama
datang dari teori Gujarat. Dalam teori ini, diceritakan Islam masuk ke
Nusantara pada abad ke-13 M dari pedagang India Muslim
Teori ini berkembang dari Pijnappel dari Universitas Leiden yang
mengatakan bahwa asal muasal Islam dari Gujarat dan Malabar. Kemudian,
orang Arab bermazhab Syafi'i bermigrasi ke India dan orang India lah yang
membawanya ke Indonesia.
Pendapat ini juga ditegaskan oleh Snouck Hurgronje dalam buku
'L'Arabie et Les Indes Neelandaises atau Reveu de I'Histoire des Religious
bahwa hubungan dagang Indonesia dan India telah lama terjalin, kemudian
inskripsi tertua tentang Islam terdapat di Sumatera memberikan gambaran
hubungan antara Sumatera dengan Gujarat.
Selain itu, ada juga teori Gujarat dari Moquette di mana ia mengatakan
bahwa agama Islam di Tanah Air berasal dari Gujarat berdasarkan bukti
peninggalan artefak berupa batu nisan di Pasai, kawasan utara Sumatera pada
1428 M.
Adapun, batu nisan itu memiliki kemiripan dengan batu nisan di makam
Maulana Malik Ibrahim di Jawa Timur, yakni memiliki bentuk dengan batu
nisan di Cambay, Gujarat, India.
C. Teori Persia
Teori masuknya Islam ke Indonesia terakhir adalah Persia yang
dicetuskan oleh Hoesein Djajadiningrat. Dijelaskan bahwa Islam masuk ke
Indonesia dari Persia singgah di Gujarat pada abad ke-13. Hal ini terbukti dari
kebudayaan Indonesia yang memiliki persamaan dengan Persia.
Hal ini juga dipertegas oleh Morgan (1963:139-140) bahwa masyarakat
Islam Indonesia sama dengan Persia. Terbukti, peringatan 10 Muharram atau
Asyura sebagai hari peringatan Syi'ah atas syahidnya Husein. Peringatan ini
berbentuk pembuatan bubur Syura.
Selain itu, di Minangkabau bulan Muharram juga dikenal sebagai
bulan-bulan Husein. Lalu di Sumatera Tengah diperingati dengan mengarak
keranda Husein untuk dilemparkan ke sungai.
Selanjutnya, teori ini juga didukung dengan kesamaan ajaran Syaikh
SIti Jenar dengan ajaran Sufi Iran al-Hallaj. Ketiga, penggunaan istilah
bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tanda bunyi harakat
dalam pengajian Al-Quran tingkat awal.
ISI

A. Sejarah kerajaan pajang


Kerajaan Pajang merupakan kerajaan Islam yang berdiri pada tahun
1568 dan diperkirakan terletak di Desa Pajang, Kota Surakarta dan Desa
Makamhaji, Kartasura, Kabupaten Sukoharjo. Kerajaan Pajang didirikan oleh
Sultan Hadiwijaya atau dikenal dengan nama Jaka Tingkir.
Sultan Hadiwijaya mampu membawa Pajang mencapai puncak
kejayaan. Dengan letaknya yang berada di daerah pedalaman, Pajang
menerapkan sistem agraris berupa pertanian sebagai mata pencaharian utama
di Kerajaan Pajang. Setelah 21 tahun berdiri, Pajang mengalami kemunduran
hingga runtuh pada tahun 1587.

B. Berdirinya Kerajaan Pajang


Menurut Babad Banten menyebutkan bahwa keturunan sultan Pajang
berasal dari Pengging, sebuah kerajaan kuno di Boyolali dengan
Andayaningrat sebagai pemimpinnya. Diperkirakan, Andayaningrat atau
dikenal dengan nama Jaka Sanagara atau Jaka Bodo masih memiliki
hubungan kekerabatan dengan raja Majapahit.
Diceritakan Ki Anggeng Pengging wafat karena dibunuh oleh Sunan
Kudus. Ki Anggeng Pengging meninggalkan seorang putra dengan nama Mas
Karebet yang kemudian diangkat sebagai anak dari Nyi Ageng Tingkir. Mas
Karebet yang kemudian lebih dikenal dengan nama Jaka Tingkir memutuskan
untuk mengabdi kepada Kesultanan Demak.
Singkat cerita, Kesultanan Demak meminta Jaka Tingkir untuk
mendirikan Kerajaan Pajang dan menjadi raja pertama dengan gelar Sultan
Hadiwijaya. Ketika Kesultanan Demak mengalami kemunduran dan
pemberontakan Arya Penangsang, Sultan Hadiwijaya melakukan penumpasan
atas pemberontakan tersebut. Sultan Hadiwijaya membunuh Arya
Penangsang dan menjadi pewaris tahta Kesultanan Demak serta
memindahkan ibu kota Demak ke Pajang. Dengan demikian, Pajang resmi
menjadi kerajaan pada 1568 M.
C. Letak Kerajaan Pajang
Diperkirakan Kerajaan Pajang berada di wilayah Kartasura yang
merupakan wilayah pedalaman di Jawa. Wilayah Kerajaan Pajang tidak
terlalu luas yaitu meliputi wilayah Jawa Tengah. Setelah wafatnya Sultan
Trenggana, banyak wilayah Jawa Timur yang melepaskan diri.

D. Masa Kejayaan Kerajaan Pajang


Masa emas atau kejayaan dari Kerajaan Pajang terjadi saat Pajang
dipimpin oleh Sultan Handiwijaya. Pada masa tersebut, Sultan Handawijaya
bahkan berhasil mendapatkan pengakuan oleh raja-raja Jawa sebagai Raja
paling berpengaruh di Pulau Jawa pada waktu itu.
Sultan Handiwijaya juga berhasil menaklukan beberapa daerah seperi
Madiun, Kediri, dan juga Blora. Selain itu, lumbung padi di daerah Pajang
pun dinyatakan sebagai lumbung padi terbaik dan terbesar di Pulau Jawa.
Kemudian, dari masa pemerintahannya, Pajang juga mengalami kemajuan
dari segi sosial budaya. Hingga pada 1581 Sultan Handawijaya juga
memperoleh gelar resminya sebagai “Sultan”.

E. Kemunduran Kerajaan Pajang


Pada 1582 M, terjadi perang antara Pajang dan Mataram. Sepulang dari
perang Sultan Hadiwijaya jatuh sakit dan meninggal. Setelah masa
kepemimpinan Sultan Hadiwijaya, kerajaan Pajang mengalami kemunduran.
Terjadi perebutan tahta diantara putra Sultan Hadiwijaya, Pangeran Benawa
dan menantunya Arya Pangiri.
Arya Pangiri berhasil mengambil tahta raja Kerajaan Pajang pada 1583,
sedangkan Pangeran Benawa tersingkir ke wilayah Jipang. Selama masa
pemerintahan Arya Pangiri, disibukkan dengan usaha balas dendam kepada
Mataram hingga rakyatnya terabaikan. Hal tersebut membuat Pangeran
Benawa prihatin dan melancarkan serangan pada 1586 yang dibantu oleh
Sutawijaya dari Mataram.
Dalam serangan ke Pajang tersebut, Arya Pangiri kalah dan
dikembalikan ke Demak. Raja Kerajaan Pajang beralih ke Pangeran Benawa
sebagai raja ketiga. Masa pemerintahan Pangeran Benawa berlangsung
singkat karena memilih untuk menjadi penyebar agama Islam.
Pada tahun 1587, kekuasaannya pun berakhir dan digantikan putranya.
Kerajaan Pajang atas kebijakan Sutawijaya dijadikan bawahan Mataram
hingga akhirnya benar – benar berakhir pada 1618 setelah dihancurkan oleh
pasukan Sultan Agung dari Mataram.

F. Raja-Raja Pajang Kerajaan Pajang


1. Sultan Hadiwijaya (1568 – 1583)
Sultan Hadiwijaya atau yang juga dikenal dengan nama Jaka
Tingkir merupakan raja pertama dari Kerajaan Pajang. Lewat kudeta
yang dilakukan, Jaka Tingkir berhasil meruntuhkan Kerajaan Demak.
Kemudian, membentuk kerajaan Islam baru di daerah Pajang; yang
kemudian dikenal dengan nama Kerajaan Pajang .
Menurut silsilah keluarganya, Jaka Tingkir adalah salah satu cucu
dari Sunan Kalijaga. Pada perkembangannya, Jaka Tingkir menikahi
putri dari seorang Sultan Demak (Sultan Trenggana). Berkat pernikahan
ini, Jaka Tingkir diangkat menjadi penguasa pajang dengan gelar
Hadiwijaya.
2. Arya Pengiri (1583 – 1586)
Pada masa pemerintahannya Arya Pengiri mendapatkan gelar
sebagai Sultan Ngawantipura. Dalam perjalanannya, Arya Pengiri
dinikahkan dengan putri tertua Sultan Hadiwijaya; Putri Pembayun
sehingga berhak atas tahta pemerintahan. Keabsahannya sebagai raja
Kerajaan Pajang sendiri didapat dari usaha pengasingan Pangeran
Benawa yang berhak atas tahta kerajaan utama.
3. Pangeran Benawa (1586 – 1587)
Periode pemerintahan Pangeran Benawa merupakan masa
pemerintahan paling singkat dalam sejarah Kerajaan Pajang. Pangeran
Benawa hanya memerintah selama 1 tahun pemerintahan. Beberapa
sumber menyebutkan lengsernya Pangeran Benawa disebabkan oleh
keinginan Pangeran menekuni aliran agamanya. Selama masa
pemerintahannya, Pangeran Benawa juga didampingi oleh seorang
senopati.
4. Gagak Bening (1587 – 1591)
Setelah Pangeran Benawa Lenser, Gagak Bening mengambil alih
tahta. Selama masa pemerintahannya Gagak Bening banyak melakukan
perluasan wilayah. Dia juga kerap kali melakukan perombakan dan
peraturan di istana.
5. Pangeran Benawa II (1591 – 1618)
Masa pemerintahan Pangera Benawa II tercatat sebagai masa
pemerintahan terakhir Kerajaan Pajang. Hal ini lantaran muncul beberapa
kudeta dari masa ini dengan tujuan menghancurkan Kerajaan Mataram.
Namun, kudeta yang direncanakan justru menjadi boomerang dan
menghancurkan kerajaan sendiri.

G. Peninggalan Kerajaan Pajang


1. Bandar Kabanaran
Bandar Kabanaran merupakan salah satu bandar peninggalan
Kerajaan Pajang. Bandar yang terletak di tepi sungai Jenes ini merupakan
tempat yang berkembang pesat pada masa kejayaan Pajang. Pada masa
lalu, jalur Jenes merupakan jalur transportasi dan perdagangan besar bagi
Pajang. Tak heran banyak kegiatan yang berpusat pada bandar ini.
2. Masjid Laweyan
Masjid Laweyan merupakan peninggalan lainnya dari Pajang yang
menandakan bahwa kerajaan ini merupakan kerajaan Islam di masa lalu.
Keberadaan Masjid Lawean juga menjadi bukti bahwa di masa Pajang,
penyebarang dan keberadaan agama Islam cukup pesat. Keunikan Masjid
Lawean terletak pada adanya beberapa sudut-sudut yang dulunya
digunakan sebagai tempat peribadatan umat Hindu.
3. Makam Bangsawan Pajang
Makam Bangsawan Pajang ini dibuat pada masa Ki Ageng Henis.
Tujuan didirikannya makam ini adalah sebagai rasa hormat terhadap para
bangsawan dan keluarga kerajaan yang telah berjasa bagi Kerajaan Pajang
pada masa lalu. Dikabarkan di wilayah makam ini juga disemayamkan
Jaka Tingkir atau Sultan Hadiwijaya yang merupakan raja pertama Pajang.
4. Pasar Laweyan
Pasar Laweyan di masa lalu dikenal sebagai tempat tinggal
Nglawiyan. Nglawiayan merupakan sebutan bagi penduduk Laweyan yang
memiliki perekonomian tinggi. Tingginya perekonomian Nglawiyan
dipengaruhi dari keberadaan Laweyan sebagai pusat jual beli kerajinan
batik tulis. Tempat ini disebut sebagai salah satu peninggalan sejarah
lantaran merupakan salah satu wilayah penting di masa lalu.
PENUTUP

Kerajaan pajang ada di daerah Pengging yang dulunya diperintah oleh Ki


Ageng Pengging selaku Bupati yang kemudian dihukum mati oleh raja Demak
karena dianggap hendak membbrontak Demak. Setelah dewasa anak Ki Ageng
Pengging yang bernama Jaka tingkir mengabdi ke Demak, karena kepandaiannya
jaka tingkir diangkat menjadi menantu oleh raja Demak yang bernama Sultan
Trenggono. Setelah Sultan Trenggono Demak mengalami kemunduran karena
terjadi perebutan tahta antara saudara Sultan Trenggono yang benama Pangeran
Sekar Sedolepan dengan anak Sultan Trenggono yang bernama Sunan Pranoto
yang akhirnya kekuasaan jatuh pada Sunan Prawoto .
Arya penangsang berhasil membunuh Sunan Prawawata dan kemudian Arya
Penangsang dapat dikalahkan oleh Jaka tingkir. Setelah mengalahkan Arya
penangsang Jaka Tingkir dinobatkan menjadi raja dengan nama Hadiwijaya,
setelah ia menjadi Raja ia memindahkan pusat kerajaan Demak ke Pajang.
Terdapat tigaraja yang pernah memimpin kerajaan Pajang, yang pertama adalah
Hadiwijaya pendiri Pajang itu sendiri. Setelah Hadiwijaya meninggal kembali
terjadi perebutan kekuasaan ataran Arya Pangiri anak Sunan Prawata sekaligus
menantu Hadiwijaya dengab Pangeran Benawa anak kandung hadiwijaya. Tetapi
kekuasan jatuh pada Arya Pangiri.
Pangeran Benawa kemudian berhasil menyerang Arya Pangiri dan merebut
kekuasaan. Masa keemasan kerajaan Pajang berada pada masa Pemerintahan Hadi
wijaya. Raja-raja penting di Jawa Timur mengakuai atas kekuasaan Pajang selain
itu pajang juga berhasil memperluas daerah dan menarik kembali daerah yang
pernah lepas. Pajangpun pernah memiliki lumbung padi yang besar. Dalam aspek
sosial budaya telah menyebar ke pedalaman begitupun dengan agama islam,
perlahan-lahan menyebar kepedalaman dan pesisir pantai utara. Tidak hanya pada
aspek sosial budaya yang berkembang, tetapi aspek ekonomi pajang mengalami
kemajuan yang pesat bahkan memiliki lumbung padi yang sangat besar. Utuk
aspek politik banyak sekali persaingan untuk saling merebut kekuasaan.

Anda mungkin juga menyukai