SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Pendidikan diploma empat (D-4) Program Studi Jasa Kontruksi
Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang
ii
`
HALAMAN JUDUL
iii
`
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa karena dengan rahmat dan karunia-Nya maka kami dapat menyelesaikan penulisan
Skripsi ini yang berjudul “Model Sebaran Banjir Dengan Menggunakan Data Satelit dan
Data Automatic Weather Station (AWS) / Automatic Rain Gauge (ARG) Untuk
Manajemen Pengendalian Dampak Banjir” dengan baik. Laporan Skripsi ini disusun
sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai gelar diploma empat (D4) pada Program
Studi D4 Jasa Kontruksi, Politeknik Negeri Ujung Pandang.
Pada kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Prof. Dr. Ir. Hamzah Yusuf, M.S dan Ibu Zulvyah Faisal, S.T., M.T selaku dosen
pembimbing yang telah membimbing dan memberikan arahan serta saran-saran dalam
penyelesaian Skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Ir. Ilyas Mansur, M.T selaku Direktur Politeknik Negeri Ujung Pandang.
2. Bapak Andi Muhammad Subhan, S.T., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang.
3. Ibu Ir. Aisyah Zakaria, S.T., M.T. selaku ketua program studi D4 Jasa Kontruksi.
4. Seluruh Dosen, Staf dan Karyawan Politeknik Negeri Ujung Pandang, khususnya Jurusan
Teknik Sipil.
5. Orang tua, saudara-saudara dan teman-teman kami atas semua doa dan dorongan baik
berupa moril dan materil hingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.
Dalam penyusunan Skripsi ini penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan.
Harapannya pembaca dapat mengambil ilmu yang ada dan memberi saran dan kritik yang
bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini agar lebih baik lagi kedepannya. Semoga
laporan Skripsi ini bermanfaat bagi pembacanya.
Penyusun
iv
`
DAFTAR ISI
Hlm.
v
`
vi
`
vii
`
viii
`
DAFTAR GAMBAR
ix
`
x
`
Gambar 4.5 Das Masamba setelah dilakuan input curah hujan ............................ 78
Gambar 4.13 Tingkat Bahaya Banjir untuk peringatan dini banjir ....................... 85
xi
`
DAFTAR TABEL
Tabel 3.2 Kelas Lereng dan Ketinggian Tiap Kecamatan di Luwu Utara ………57
Tabel 3.3 Daftar Sungai dan Daerah Aliran Sungainya di Luwu Utara …………60
Tabel 4.2 Koordinat X,Y dan Z pada patok M.1 ................................................ ..71
Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Kecepatan arus air menggunakan Current Meter .....76
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan kecepatan arus air menggunakan Current Meter ..... 76
Tabel 4.7 Kriteria Mengenai tingkatan siaga banjir dan komando penangannya ..82
xii
`
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
`
xiv
`
xv
`
RINGKASAN
Dampak banjir sangat berisiko dalam hal sosial ekonomi kehidupan masyarakat
di Kabupaten Luwu Utara tepatnya di DAS Masamba. Dalam studi ini, model hujan-
limpasan-genangan (RRI), yang mampu menyimulasikan limpasan hujan dan
genangan banjir secara simultan, digunakan untuk meningkatkan pemahaman tentang
karakteristik banjir di wilayah ini dengan menggunakan curah hujan berbasis satelit
dan data AWS/ARG.
Dalam studi ini, dikaji pola banjir pada bulan juli tahun 2020 yang telah dipilih di
Daerah Aliran Sungai Masamba. Model ini memprediksi genangan dengan cukup baik
dibandingkan dengan data satelit dan kejadian di lapangan. Oleh karena itu, RRI Model
cukup berhasil digunakan untuk menyimulasikan genangan banjir dengan
menggunakan kumpulan data curah hujan jaringan di DAS Masamba. Namun,
perkiraan yang kurang tepat mungkin disebabkan oleh ketidakpastian data masukan,
geometri sungai, skala besar cekungan, resolusi kasar data topografi, dan kesalahan
pada citra penginderaan jauh dalam mendeteksi luas banjir. Adapun Titik early warning
pada sungai masamba terletak di wilayah hulu yang dekat dengan pemukiman dan
posisi early warning pada sungai masamba berada pada jembatan dikarenakan Lokasi
titik pantau terletak di wilayah hulu yang dekat dengan permukiman sehingga mudah
untuk di pantau. Dan untuk Metode pengendalian dampak banjir pada sungai Masamba
ada metode struktur dan non struktur, metode struktur untuk pengendalian dampak
banjir pada sungai masamba adalah river improvement dan pembuatan tanggul
sedangkan metode non struktur untuk pengendalian dampak banjir pada sungai
masamba adalah pengaturan tata guna lahan dan sistem peringatan banjir serta
penyuluhan pada masyarakat
xvi
BAB 1
PENDAHULUAN
faktor alam dan atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
banjir, salah satunya yaitu daerah Kabupaten Luwu Utara yaitu Kota Masamba.
pedataran luas alluvial yang langsung berbatasan dengan Teluk Bone. Kondisi
marfologi tersebut menyerupai sebuah depresi dan jarak horizontal antara hulu
sungai yang bermuara di pegunungan bagian utara, timur dan barat dengan
pedataran dan teluk tidak terlalu jauh. Hal tersebut menyebabkan kota Masamba
mempunyai potensi yang besar terhadap bencana banjir (Kementrian Energi dan
Seperti pada kasus yang terjadi pada Kota Masamba tahun 2020, yaitu
terjadinya banjir yang diakibatkan intensitas curah hujan tinggi yang dipengaruhi
suhu muka laut di Teluk Bone sehingga membuat sungai tersebut meluap dan
membuat akses jalan tertutup lumpur dengan ketinggian beragam, juga sampah
1
Luwu Utara pada tahun 2020 jumlah korban meninggal tercatat sebanyak 38 jiwa,
pengungsi 14.483 jiwa, dan luka-luka 97 jiwa yang terkena dampak dari peristiwa
Hal ini berdampak pada kerusakan dan kerugian baik secara materil maupun non
materil. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya mitigasi resiko banjir baik secara
dilakukan adalah pemetaan banjir dengan beberapa pendekatan model salah satunya
luas sebaran banjir dan mengetahui seberapa baik model Rainfall Runoff Inundation
(RRI), dengan judul “Model Sebaran Banjir Dengan Pemanfaatan Data Satelit dan
Data Automatic Weather Station (AWS) / Automatic Rain Gauge (ARG) untuk
Inundation (RRI) mengingat Daerah Aliran Sungai (DAS) yang berada di Indonesia
memanfaatkan data satelit. Selain itu penggunaaan data satelit dapat juga
memperpanjang waktu untuk melakukan evakuasi (lead time) karena prediksi banjir
dapat diketahui lebih dini bila dibandingkan dengan menggunakan data pengamatan
merupakan teknologi baru yang perlu untuk diaplikasikan di Indonesia. Salah satu
2
model yang dapat melakukan hal tersebut adalah model yang dikembangkan oleh
International Center For Water Hazard and Risk Management (ICHARM). Model
tersebut dinamai Rainfall Runoff Inundatin (RRI). Data yang digunakan dalam
model Rainfall Runoff Inundation (RRI) antara lain DEM STRM resolusi 30x30 m,
curah hujan dan data lainnya. Dengan selesainya diinput data-data yang dibutuhkan
Inundation (RRI). Sehingga dengan demikian aplikasi ini dapat memudahkan untuk
Hasil yang diperoleh adalah simulasi sebaran banjir yang aktual sebenarnya.
1) Bagaimana model sebaran banjir menggunakan data satelit dan data Automatic
2) Bagaimana Titik early warning Sistem Banjir pada Das Luwu Utara
2) Untuk mendapatkan Titik early warning system Banjir pada Das Luwu Utara
3) Untuk mendapatkan metode pengendalian dampak banjir pada Das Luwu Utara
3
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
selanjutnya.
meliputi:
Inundation (RRI)
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
mengabaikan
5
Nama Tahun Judul Kesimpulan
peristiwa sejarah.
penelitian yang diteliti penulis yaitu terletak pada hasil keluaran dari model RRI ini,
yaitu tingkat genangan, kedalaman air banjir dan debit sungai yang hasilnya di
verifikasi dengan menggunakan debit yang diamati berasal dari data satelit namun
6
Nama Tahun Judul Kesimpulan
adapun perbedaannya dengan penelitian kami yaitu pada penelitian kami terdapat
7
Nama Tahun Judul Kesimpulan
2006.
penelitian yang diteliti penulis yaitu terletak pada topik yang dibahas terkait banjir
dan menggunakan alat bantu software RRI. Sedangkan perbedaannya terletak pada
metode penelitian, pada penelitian ini tidak menggunakan data sekunder dan hanya
menggunakan data primer yang diperoleh dari hasil wawancara dan survey lapangan
sedangkan pada penelitian kami, kami menggunakan data sekunder yang diperoleh
8
Nama Tahun Judul Kesimpulan
terbatas.
2.2 SUNGAI
2.2.1 Definisi
Sungai adalah suatu saluran drainase yang terbentuk secara alamiah. Akan
tetapi di samping fungsinya sebagai saluran drainase dan dengan adanya air yang
9
mengalir di dalamnya, sungai menggerus tanah dasarnya secara terus-menerus
sedimen yang sangat besar yang dihasilkan dari keruntuhan tebing-tebing sungai di
daerah pegunungan dan tertimbun di dasar sungai tersebut, terangkut ke hilir oleh
aliran sungai. Hal ini diakibatkan karena pada daerah pegunungan kemiringan
sungainya curam dan gaya tarik aliran airnya cukup besar, setelah itu gaya tariknya
menjadi sangat menurun ketika mencapai dataran. Dengan demikian beban yang
dengan muka air bebas. Pada semua titik di sepanjang saluran, tekanan di
permukaan air adalah sama, yang biasanya adalah tekanan atmosfer. Variabel aliran
sangat tidak teratur terhadap ruang dan waktu. Variabel tersebut adalah tampang
lintang saluran, kekasaran, kemiringan dasar, belokan, debit aliran dan sebagainya.
Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah (PP No.35 Tahun 1991) tentang sungai,
sungai adalah tempat - tempat dan wadah - wadah serta jaringan pengaliran air
mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan-kirinya serta
Menurut Wardani & Wibowo (2018), proses terjadinya sungai adalah air yang
berada di permukaan daratan, baik air hujan, mata air, maupun cairan gletser, akan
mengalir melalui sebuah saluran menuju tempat yang lebih rendah. Namun, secara
saluran ini semakin lama semakin lebar dan panjang, dan terbentuklah sungai.
10
Perkembangan suatu lembah sungai menunjukkan umur dari sungai tersebut. Umur
tahapan perkembangan suatu sungai dapat dibagi menjadi 5 (lima) stadia, yaitu
stadia sungai awal, stadia muda, stadia dewasa, stadia tua, dan stadia remaja
kembali rejuvenation.
Gambar 2. 1 Sungai
a. Tahapan Awal Initial Stage: Tahap awal suatu sungai sering dicirikan oleh
sungai yang belum memiliki orde dan belum teratur seperti lazimnya suatu
sungai. Air terjun, danau, arus yang cepat dan gradien sungai yang bervariasi
merupakan ciri-ciri sungai pada tahap awal. Bentang alam aslinya, seringkali
arus alirannya berasal dari air runoff ke arah suatu area yang membentuk suatu
depresi (cekungan) atau belum membentuk lembah. Sungai pada tahap awal
11
pengangkatan atau di atas permukaan lava yang masih baru/muda dan gunung
b. Tahapan Muda: Sungai yang termasuk dalam tahapan muda adalah sungai yang
c. Tahapan Dewasa: Tahapan awal dari sungai dewasa dicirikan oleh mulai adanya
semakin lebar dan akhirnya terisi oleh aliran sungai yang berbentuk meander,
sedangkan pada sungai yang sudah masuk dalam tahapan dewasa, arus sungai
sudah membentuk aliran yang berbentuk meander, penyisiran ke arah depan dan
belakang memotong suatu dataran banjir flood plain yang cukup luas sehingga
secara keseluruhan ditempati oleh jalur-jalur meander. Pada tahapan ini aliran
arus sungai sudah memperlihatkan keseimbangan antara laju erosi vertikal dan
erosi lateral.
d. Tahapan Tua: Pada tahapan ini dataran banjir diisi sepenuhnya oleh meander
dan lebar dari dataran banjir akan beberapa kali lipat dari luas meander belt. Pada
umumnya dicirikan oleh danau tapal kuda oxbow lake dan rawa swampy area.
e. Peremajaan Sungai: Setiap saat dari perkembangan suatu sungai dari satu tahap
vertikal sehingga sungai dapat diklasifikasi menjadi sungai dalam tahapan muda.
kedua kalinya karena adanya pengangkatan dan proses terjadinya erosi ke arah
12
vertikal pada sungai berstadia dewasa akibat pengangkatan dan stadia sungai
b. Sungai gletser sungai yang sumber airnya bersumber dari lelehan gletser yang
c. Sungai campuran sungai yang sumber airnya dari lelehan gletser, air hujan dan
dari sumber mata air yang mengalir dan menjadi satu. Contoh sungai campuran
yang ada di Indonesia adalah sungai Digul dan sungai Mamberamo yang berada
di Irian Jaya.
13
2.2.4 Alur Sungai
a. Bagian hulu sungai memiliki ciri arus deras, erosi yang besar pada bagian bawah
sungai. Dengan demikian hasil erosi tidak hanya sedimen pasir, kerikil, atau batu
b. Bagian tengah yang merupakan bagian perpindahan dari hulu sungai ke bagian
hilir dan memiliki kemiringan dasar sungai yang relatif lebih landai sehingga
kekuatan erosinya tidak terlalu besar dan arah erosinya mengarah ke bagian
c. Bagian hilir yang memiliki bagian kemiringan dasar sungai yang landai sehingga
kecepatan alirannya lambat, sehingga arusnya tenang, daya erosi akibat aliran
2.3 BANJIR
2.3.1 Definisi
debit aliran air sungai yang meninggi dari keadaan normal yang diakibatkan oleh
derasnya curah hujan yang turun di suatu tempat tertentu secara terus menerus juga
14
kepada masyarakat yang mengalaminya (Laili, 2021). Dalam siklus hidrologi kita
dapat melihat bahwa volume air yang mengalir di permukaan bumi dominan
ditentukan oleh tingkat curah hujan, dan mengalir di permukaan bumi, bergerak
menuju ke laut dengan membentuk alur-alur sungai. Alur-alur sungai ini di mulai
di daerah yang tertinggi di suatu kawasan, bisa daerah pegunungan, gunung atau
perbukitan, dan berakhir di tepi pantai ketika aliran air masuk ke laut. Secara
sederhana, segmen aliran sungai itu dapat kita bedakan menjadi daerah hulu, tengah
dan hilir.
Secara umum penyebab terjadinya banjir dapat dikategorikan menjadi dua hal,
yaitu karena sebab-sebab alami dan karena tindakan manusia. Yang termasuk
Pada musim penghujan intensitas curah hujan yang tinggi akan mengakibatkan
2. Pengaruh Fisiografi
Fisiografi atau geografi fisik sungai seperti kemiringan Daerah Aliran Sungai
kedalaman, potongan memanjang, dan material dasar sungai), dan lokasi sungai.
tanah yang tererosi pada DAS tersebut apabila terbawa air hujan ke sungai akan
15
5. Kapasitas Sungai
yang berasal dari erosi dasar sungai dan tebing sungai yang berlebihan, karena
Air laut memperlambat aliran sungai ke laut. Pada waktu banjir bersamaan
dengan air pasang yang tinggi, maka tinggi genangan banjir menjadi lebih tinggi
Perubahan DAS seperti penggundulan hutan, usaha pertanian yang kurang tepat,
perluasan kota dan perubahan tata guna lainnya dapat memperburuk masalah
banjir karena berkurangnya daerah resapan air dan sedimen yang terbawa ke
aliran banjir.
2. Kawasan kumuh
aliran sungai.
3. Sampah
Pembuangan sampah di alur sungai dapat meninggikan muka air banjir karena
menghalangi aliran.
16
2.4 Peta Topografi
2.4.1 Definisi
melalui garis-garis ketinggian. Menurut Sastra & Marlina (2006), keadaan topografi
adalah keadaan yang menggambarkan kemiringan lahan atau kontur lahan, semakin
besar kontur lahan berarti lahan tersebut memiliki kemiringan lereng yang semakin
pekerjaan konstruksi. Peta topografi digunakan pada tahap awal dari kegiatan
mungkin saja terjadi, seperti proses erosi, gerak tanah atau bahaya longsor dan
aktivitas pergerakan tanah lainnya. Selain itu, dengan memiliki peta topografi dapat
dilihat keadaan bentang alam pada suatu daerah dan sedikit banyak menjadi
daerah juga berfungsi untuk melihat elevasi tanah. Elevasi berfungsi untuk
17
menentukan ketinggian suatu dataran dari mulai di atas permukaan laut. Pada
sangat besar, hal ini disebabkan karena wilayah Indonesia sebagian besar adalah
cekungan. Curah hujan tinggi yang terjadi di daerah hulu dapat menyebabkan
tanahnya lebih rendah atau sama dengan tinggi rata-rata permukaan air laut.
Sementara untuk banjir yang diakibatkan karena adanya aktivitas manusia seperti
perubahan kondisi dari daerah aliran sungai (DAS), kawasan pemukiman di sekitar
dan perencanaan sistem pengendali banjir yang tidak tepat. Daerah Aliran Sungai
(DAS) merupakan suatu daerah aliran sungai yang mana dibatasi oleh punggung
gunung/pegunungan di mana air hujan yang jatuh di daerah tersebut akan mengalir
dan menuju sungai utama pada suatu titik/stasiun (Darmawan, 2013). Luas DAS
18
(Daerah Aliran Sungai) dapat diketahui dengan melakukan pengukur daerah pada
peta topografi. Luas DAS sangat berpengaruh terhadap debit sungai (volume
sungai). Biasanya semakin besar DAS semakin besar juga jumlah limpasan dari
permukaan sehingga semakin besar pula aliran permukaan atau debit sungai
Daerah pesisir pantai merupakan daerah dengan tingkat rawan banjir yang tinggi.
Hal itu dikarenakan daerah pesisir pantai merupakan daerah dataran rendah yang
dengan rata-rata ketinggian air laut (mean sea level / MSL). Daerah dengan
topografi ini biasanya lebih sering dilanda oleh banjir rob, yang disebabkan oleh
pasangnya air laut yang disebabkan oleh pengaruh gravitasi dari bulan ataupun
matahari sehingga rata-rata ketinggian air laut lebih tinggi daripada ketinggian
Daerah dataran banjir merupakan daerah yang terbentuk akibat adanya proses
pengendapan (sedimentasi) banjir. Hal ini menyebabkan aliran air yang akan
menuju sungai terhambat, sehingga daerah tersebut rawan terhadap banjir baik
yang disebabkan oleh luapan air sungai ataupun karena curah hujan yang tinggi
pada daerah tersebut. Bencana banjir ini umumnya terjadi pada daerah yang
dilewati oleh aliran sungai besar dengan debit air yang banyak.
19
Daerah ini merupakan salah satu daerah rawan banjir, karena berada sepanjang
tepi aliran sungai baik itu sungai yang terbentuk karena proses alam maupun
tinggal dan tempat-tempat untuk kegiatan usaha, sehingga masyarakat daerah ini
2.5.1 Definisi
DAS merupakan daerah yang dibatasi oleh punggung-punggung gunung
dimana air hujan yang jatuh pada daerah tersebut dialirkan melalui sungai-sungai
Daerah aliran sungai (DAS) merupakan ruang di mana sumber daya alam,
terutama vegetasi, tanah dan air, berada dan tersimpan serta tempat hidup manusia
hidupnya. Sebagai wilayah, DAS juga dipandang sebagai ekosistem dari daur air,
sehingga DAS didefinisikan sebagai suatu wilayah daratan yang merupakan satu
menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke
laut secara alami. Batas di darat merupakan pemisah topografi dan batas di laut
20
sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan (Ikhsan &
Anjasmara, 2019).
Komponen yang ada di dalam sistem DAS secara umum dapat dibedakan
dalam 3 kelompok, yaitu komponen masukan yaitu curah hujan, komponen output
yaitu debit aliran dan polusi / sedimen, dan komponen proses yaitu manusia,
vegetasi, tanah iklim dan topografi. Setiap komponen dalam suatu DAS harus
dikelola sehingga dapat mencapai tujuan yang kita inginkan. Tujuan dari
pengelolaan DAS adalah melakukan pengelolaan sumber daya alam secara rasional
Salah satu fungsi utama dari Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah sebagai
pemasok air dengan kuantitas dan kualitas yang baik. Alih fungsi lahan hutan
menjadi lahan pertanian akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas tata air pada
DAS yang akan dirasakan oleh masyarakat di bagian hilir. Persepsi umum yang
berkembang pada saat ini adalah konversi hutan menjadi lahan pertanian
mengakibatkan penurunan fungsi hutan dalam mengatur tata air, mencegah banjir,
hidrologi. Mengingat DAS yang besar pada dasarnya tersusun dari DAS-DAS kecil,
dan DAS kecil ini juga tersusun dari DAS-DAS yang lebih kecil lagi. Secara umum
DAS dapat didefinisikan suatu wilayah yang dibatasi oleh batas alam, seperti
punggung bukit-bukit atau gunung, maupun batas buatan, seperti jalan atau tanggul
dimana air hujan yang turun di wilayah tersebut memberi kontribusi aliran ke titik
21
kontrol {outlet). Menurut kamus Webster, DAS adalah suatu daerah yang dibatasi
garis-garis kontur. Untuk maksud tersebut dapat digunakan peta topografi skala
permukaan. Limpasan berasal dari titik-titik tertinggi dan bergerak menuju titik-
titik yang lebih rendah dalam arah tegak lurus dengan garis kontur. Daerah yang
dibatasi oleh garis yang menghubungkan titik-titik tertinggi tersebut adalah DAS.
Gambar 2.7 menunjukkan contoh bentuk DAS. Dalam gambar tersebut ditunjukkan
pula penampang pada keliling DAS. Garis yang mengelilingi DAS tersebut
merupakan titik-titik tertinggi. Air hujan yang jatuh di dalam DAS akan mengalir
menuju sungai utama yang ditinjau, sedang yang jatuh di luar DAS akan mengalir
Luas DAS diperkirakan dengan mengukur daerah itu pada peta topografi. Luas
DAS sangat berpengaruh terhadap debit sungai. Pada umumnya semakin besar
22
DAS semakin besar jumlah limpasan permukaan sehingga semakin besar pula
menempatkan DAS sebagai unit pengembangannya. Ada tiga aspek utama yang
selalu menjadi perhatian dalam pengelolaan DAS yaitu jumlah air (water yield),
waktu penyediaan (water regime) dan sedimen. DAS dapat dipandang sebagai suatu
sistem hidrologi yang dipengaruhi oleh peubah presipitasi (hujan) sebagai masukan
ke dalam sistem. Di samping itu DAS mempunyai karakter yang spesifik serta
berkaitan erat dengan unsur-unsur utamanya seperti jenis tanah, topografi, geologi,
curah hujan yang jatuh di tempat tersebut dapat memberi pengaruh terhadap besar
a. Bagian Hulu
Hulu sungai merupakan daerah konservasi dan juga daerah sumber erosi karena
memiliki kemiringan lereng yang besar (lebih besar dari 15%). Alur di bagian hulu
ini biasanya mempunyai kecepatan yang lebih besar dari bagian hilir, sehingga saat
musim hujan, material hasil erosi yang diangkut tidak saja partikel sedimen yang
halus akan tetapi juga pasir, kerikil bahkan batu. Drainase lebih tinggi, dengan
kemiringan lereng lebih besar dari 15%, bukan daerah banjir, pengaturan
23
pemakaian air ditentukan oleh pola drainase, dan jenis vegetasi umumnya tegakan
kemiringan lereng kecil (kurang dari 8%), pada beberapa tempat merupakan daerah
banjir, pengaturan pemakaian air ditentukan oleh bangunan irigasi, dan jenis
vegetasi didominasi oleh tanaman pertanian kecuali daerah estuari yang didominasi
hutan gambut/bakau.
b. Bagian Tengah
Bagian ini merupakan daerah peralihan dari bagian hulu dan hilir. Kemiringan
dasar sungai lebih landai sehingga kecepatan aliran relatif lebih kecil dari bagian
hulu. Bagian ini merupakan daerah keseimbangan antara proses erosi dan
sedimentasi yang sangat bervariasi dari musim ke musim. DAS bagian tengah
merupakan daerah transisi dari kedua karakteristik biogeofisik DAS yang berbeda
tersebut di atas. Perubahan tataguna lahan di bagian hulu DAS seperti reboisasi,
konservasi akan berdampak pada bagian hilirnya, sehingga DAS bagian hulu
mempunyai fungsi perlindungan dari segi tata air. Oleh karena itu yang menjadi
fokus perencanaan pengelolaan DAS sering kali DAS bagian hulu, mengingat
pengembangannya, ada tiga aspek utama yang selalu menjadi perhatian dalam
pengelolaan DAS yaitu jumlah air (water yield), waktu penyediaan (water regime)
dan sedimen.
c. Bagian Hilir
24
Alur sungai di bagian hilir biasanya melalui dataran yang mempunyai
Keadaan ini menyebabkan beberapa tempat menjadi daerah banjir (genangan) dan
biasanya berupa endapan pasir halus, lumpur, endapan organik, dan jenis endapan
lain yang sangat stabil. Bagian hilir dari DAS pada umumnya berupa kawasan
untuk pembangkit tenaga listrik, perikanan dan lain-lain. Daerah bagian hulu DAS
kawasan DAS pada bagian hulunya. Kerusakan DAS dapat ditandai oleh perubahan
perilaku hidrologi, seperti tingginya frekuensi kejadian banjir (puncak aliran) dan
meningkatnya proses erosi dan sedimentasi. Kondisi ini disebabkan belum tepatnya
Daerah aliran sungai (DAS) adalah daerah yang dibatasi oleh punggung-
punggung gunung/pegunungan dimana air hujan yang jatuh di daerah tersebut akan
mengalir menuju sungai utama pada suatu titik/stasiun yang ditinjau. DAS
Limpasan berasal dari titik-titik tertinggi dan bergerak menuju titik-titik yang lebih
rendah dalam arah tegak lurus dengan garis-garis kontur. Daerah yang dibatasi oleh
25
selanjutnya menunjukkan contoh bentuk DAS. Dalam gambar tersebut ditunjukkan
pula penampang pada keliling DAS. Garis yang mengelilingi DAS tersebut
merupakan titik-titik tertinggi. Air hujan yang jatuh di dalam DAS akan mengalir
menuju sungai utama yang ditinjau, sedang yang jatuh di luar DAS akan mengalir
1) Luas Das
sistem sungai. Luas daerah aliran dapat diperkirakan dengan mengukur daerah
tersebut pada peta topografi. Daerah aliran sungai dapat dibedakan berdasarkan
bentuk atau pola dimana bentuk ini akan menentukan pola hidrologi dan luas yang
ada.
Bentuk DAS mempengaruhi waktu konsentrasi air hujan yang mengalir menuju
outlet. Semakin bulat bentuk DAS berarti semakin singkat waktu konsentrasi yang
semakin lonjong bentuk DAS, waktu konsentrasi yang diperlukan semakin lama
26
sehingga fluktuasi banjir semakin rendah. Corak atau pola DAS dipengaruhi oleh
a. Paralel (melebar): anak sungai utama saling sejajar atau hampir sejajar, bermuara
pada sungai-sungai utama dengan sudut lancip atau langsung bermuara ke laut.
isoklinal, sesar yang saling sejajar dengan spasi yang pendek) atau dekat pantai.
b. Radial (memanjang): sungai yang mengalir ke segala arah dari satu titik.
Berkembang pada vulkan atau dome. Anak sungainya memusat di satu titik
secara radial sehingga menyerupai bentuk kipas atau lingkaran. DAS atau sub-
DAS radial memiliki banjir yang relatif besar tetapi relatif tidak lama. Biasanya
dijumpai di daerah lereng gunung api atau daerah dengan topografi berbentuk
kubah
2) Panjang Sungai
Panjang sungai adalah panjang yang diukur sepanjang sungai, dari stasiun yang
ditinjau atau muara sungai sampai ujung hulu. Panjang sungai biasanya diukur pada
peta. Sungai utama merupakan sungai terbesar pada daerah tangkapan dan yang
27
membawa aliran menuju muara sungai. Dalam memperkirakan panjang sungai
Panjang DAS L adalah panjang maksimum sepanjang sungai utama dari stasiun
yang ditinjau (atau muara) ke titik terjauh dari batas DAS. Panjang pusat berat Lc
adalah panjang sungai yang diukur sepanjang sungai dari stasiun yang ditinjau
sampai titik terdekat dengan titik berat daerah aliran sungai. Pusat berat DAS adalah
pusat berat titik perpotongan dari dua atau lebih garis lurus yang membagi DAS
menjadi dua DAS yang kira-kira sama besar. Gambar selanjutnya menunjukkan
panjang sungai.
Jumlah panjang sungai semua tingkat LT adalah jumlah dari panjang semua
yaitu jumlah panjang sungai semua tingkat dalam DAS dibagi dengan dengan luas
DAS.
3) Kemiringan Sungai
Kurva yang menunjukkan hubungan antara elevasi dasar sungai dan jarak yang
diukur sepanjang sungai mulai dari ujung hulu sampai muara disebut profil
28
digunakan untuk memperkirakan kemiringan DAS. Untuk menghitung kemiringan
sungai, sungai dibagi menjadi beberapa pias, dan kemiringan dihitung untuk setiap
pias. Pada umumnya bentuk kemiringan sungai di daerah hulu lebih tajam
selanjutnya.
Air bergerak ke hilir karena pengaruh gaya gravitasi, sehingga semakin besar
kemiringan semakin besar pula kecepatan aliran dan sebaliknya waktu aliran
Aliran air dapat terjadi pada saluran terbuka maupun pada saluran tertutup (pipe
flow). Pada saluran terbuka, aliran air memiliki suatu permukaan bebas yang
mengenai aliran pada saluran terbuka. Menurut asalnya, saluran dapat dibedakan
menjadi saluran alam (natural channels) dan saluran buatan (artificial channel).
Kondisi aliran dalam saluran terbuka yang rumit berdasarkan kenyataan bahwa
29
kedudukan permukaan bebas cenderung berubah sesuai dengan ruang dan
waktu, seperti kedalaman aliran, debit dan kemiringan dasar semuanya saling
Secara umum, persamaan dasar yang dipakai untuk menganalisa debit (Q) aliran
pada saluran terbuka yang berlaku untuk suatu penampang saluran dapat dilihat
Q = V . A .......................................................................................(1)
sebagai berikut :
A = b . h .......................................................................................(2)
V = Q/(b.h) ...................................................................................(3)
maupun tanda-tanda alam lainnya. Peringatan dini pada masyarakat atas bencana
oleh masyarakat. Dalam keadaan kritis, secara umum peringatan dini yang
30
merupakan penyampaian informasi tersebut diwujudkan dalam bentuk sirine,
bagian dari bentuk penyampaian informasi yang perlu dilakukan karena tidak ada
cepat dan tepat. Kesigapan dan kecepatan reaksi masyarakat diperlukan karena
waktu yang sempit dari saat dikeluarkannya informasi dengan saat (dugaan)
datangnya bencana. Kondisi kritis, waktu sempit, bencana besar dan penyelamatan
dini informasi yang disampaikan, semakin longgar waktu bagi penduduk untuk
meresponnya.
Keluarnya informasi tentang kondisi bahaya merupakan muara dari suatu alur
proses analisis data-data mentah tentang sumber bencana dan sintesis dari berbagai
dan sintesis yang menuju pada keluarnya informasi mempunyai ketepatan yang
tinggi. Dengan demikian dalam hal ini terdapat dua bagian utama dalam peringatan
dini yaitu bagian hulu yang berupa usaha-usaha untuk mengemas data-data menjadi
informasi yang tepat dan menjadi hilir yang berupa usaha agar infomasi cepat
sampai di masyarakat.
31
2.7 AWS (Automatic Weather Station)
terpadu yang di desain untuk pengumpulan data cuaca secara otomatis serta di
proses agar pengamatan menjadi lebih mudah. AWS ini umumnya dilengkapi
dengan sensor, RTU (Remote Terminal Unit), Komputer, unit LED Display dan
bagian-bagian lainnya.
AWS dipasang pada ketinggian 10 meter di atas permukaan tanah terbuka yang
bebas dari hambatan. Sensor cuaca mengirimkan data realtime langsung ke display.
data setiap 10 menit sekali. Data yang tersimpan di data logger dapat dipanggil
menggunakan data collect (pengambilan data dari data logger ke komputer). Dalam
AWS selain menggunakan listrik, juga menggunakan tenaga solar sel. Sehingga
jika listrik padam, AWS tetap dapat digunakan. Sensor-sensor yang digunakan
tekanan udara, pyranometer, net radiometer. RTU (Remote Terminal Unit) terdiri
32
atas data logger dan backup power, yang berfungsi sebagai terminal pengumpulan
data cuaca dari sensor tersebut dan di transmisikan ke unit pengumpulan data pada
Emiting Diode) Display, sehingga para pengguna dapat mengamati cuaca saat itu
Penakar hujan otomatis atau Automatic Rain Gauge (ARG) adalah peralatan
yang digunakan untuk menghitung jumlah curah hujan dalam satuan waktu
33
2.7.1 Komponen ARG
Komponen ARG ada dua yaitu Badan ARG yang berfungsi untuk
menampung dan mengukur curah hujan, serta Logger ARG yang berfungsi untuk
bersamaan. Model ini berkaitan dengan lereng dan saluran sungai secara
bahwa lereng dan sungai diposisikan dalam grid cells yang sama. Untuk
dan aliran permukaan. Sisi aliran bawah permukaan, yang biasanya lebih penting
dengan menggunakan model Green-Ampt. Interaksi aliran antara alur sungai dan
34
Gambar 2. 14 Diagram Skema Rainfall Runoff Inundation (RRI)
DAS.
komputer Fortran 90. model telah dioperasikan pada Command User Interface
(CUI) seperti Command Prompt pada Windows. Sejak 2014, RRI Graphical
35
Berikut ini cara menggunakan RRI Graphical User Interface (GUI)
ya
Gunakan GUI
Tidak
Bangunan Model
Bagian 2 Mulai Bagian 9
Pada dasarnya ada lima langkah untuk melakukan simulasi Model RRI
2.8.2.1 Pra-pengaturan
1) Buka zip “RRI_1_4_2.zip” dan simpan di bawah folder kerja (misalnya C:/”).
1. w_fcompxe_redist_intel64.msi
2. vcredist_x64.exe
36
Untuk "vcredist_x64.exe", Anda mungkin menemukan pesan kesalahan yang
menunjukkan bahwa Anda sudah memiliki versi terbaru dari "Microsoft Visual
C++ 2010 Redistributable". Dalam hal ini, Anda dapat menutup pesan kesalahan
4) Jalankan RRI_BUILDER_64.exe
37
Gambar 2. 16 “Use HydroSHEDS”
38
Setelah memperbesar area outlet DAS, klik piksel sepanjang sungai utama dekat
muara sungai (tidak harus sama persis dengan contoh di atas). Klik “Extract
Basin” setelah Anda mengkonfirmasi area cekungan. 9-4 Kemudian pilih "Ya" di
Jika peta latar belakang tersedia, cekungan yang diekstraksi berikut akan
39
(Opsional)
Langkah "Meningkatkan DEM" adalah opsional. Gunakan opsi ini jika Anda ingin
meningkatkan DEM, misalnya mengubah resolusi model dari 30 detik menjadi 60
detik
Gambar 2. 21 "AdjustDEM"
Sekarang pilih Tab " DATA" di kiri atas dan klik "Set river".
40
Gambar 2. 23 "Set river"
41
2.8.3.2 Mempersiapkan Input Data Curah Hujan
File curah hujan input harus dalam format berikut yang disimpan sebagai csv. File
dapat disiapkan oleh editor teks atau Excel (disimpan sebagai csv).
Harap diperhatikan bahwa formatnya sedikit berbeda dari yang digunakan oleh
Interface). Kolom pertama dari fille (L4-) adalah tanggal dan waktu. Saat ini
42
Gambar 2. 28 Input Data Curah Hujan
Setelah memilih input file csv, silahkan pilih “Yes” pada jendela konfirmasi lalu
klik “OK” dengan setting default pembuatan file distribusi curah hujan.
Pilih tab “Edit” setelah data topografi dan curah hujan siap
Anda dapat mengonfirmasi distribusi yang berbeda termasuk DEM, ACC, DIR,
43
Gambar 2. 31 Menjalankan Model RRI
File distribusi ini kecuali curah hujan kumulatif, dapat diedit di jendela. Misalnya
Anda dapat memilih lebar sungai dan memilih area mana saja di dalam cekungan
Selain itu, Anda akan menemukan parameter dan pengaturan file masukan lainnya
44
Terakhir, klik “Run RRI” dan “OK” untuk memulai simulasi.
data set global untuk tata guna lahan dan distribusi tanah untuk menetapkan set
parameter model yang berbeda. Untuk membaca peta DAS target, klik “Ekstrak
45
Klik “EDIT RRI_Input.txt” untuk menetapkan nilai yang berbeda untuk masing-
masing
"Parameter".
Perhatikan bahwa sekarang peta baru yang disebut "Parameter" dibuat di bawah tab
Edit Data Saat Ini. Peta menunjukkan distribusi nomor ID, sesuai dengan set
parameter di atas yang dibuat oleh kombinasi penggunaan lahan dan distribusi
tanah. Misalnya, area dengan warna abu-abu di peta berikut (yaitu ID = 1) akan
46
Gambar 2. 37 Menyimpan Input RRI
Baca file RRI_Input.txt yang telah disiapkan pada subbab sebelumnya. Dalam
latihan ini, temukan RRI-GUI/Project/solo30s
47
2.8.4.1 Visualisasikan genangan banjir
dan seret kiri untuk memindahkan peta dan juga CTRL dan zoom mouse untuk
48
Setelah menghentikan animasi, coba klik grid cell mana pun di dalam cekungan
49
Gambar 2. 43 Diatribusi Kedalaman Genangan
Untuk menampilkan animasi debit sungai atau sebaran kedalaman air sungai,
silahkan pilih qr (River Disc.) atau hr (River WD) pada panel kiri atas dan klik
tombol start.
Setelah menghentikan animasi, coba klik sembarang sel grid sungai untuk
memvisualisasikan deret waktu debit sungai (yaitu hidrograf) dan kedalaman air
sungai.
50
Gambar 2. 45 Deret Waktu Debit Sungai
51
Gambar 2. 46 Visualisasi Profil Muka Air
52
2.8.4.4 Memvisualisasikan profil kedalaman genangan banjir
garis profil (misalnya garis merah di bawah) sebagai “Shift + Left Draw”.
53
2.10 Kerangka Berpikir
RUMUSAN MASALAH METODE ANALISA HASIL
LATAR BELAKANG 1) 1. Bagaimana proses analisis model 2) Hasil yang didapatkan:
METODE PENELITIAN
kearah utara kota Makassar ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan. Kondisi wilayah
kabupaten Luwu Utara bervariasi terdiri dari daerah pegunungan / dataran tinggi,
dataran rendah dan landai. Secara Geografis kabupaten Luwu Utara terletak pada
010 53’ 19” - 02˚ 55 36” Lintang Selatan, dan 119˚ 47’ 46” - 120˚ 37’ 44 Bujur
- Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Tana Toraja dan Sulawesi Barat
55
Lokasi Penelitian
Sungai masamba
56
Tabel 3. 1 Waktu Penelitian
Bulan ke
N Jenis
M A M J J
o Kegiatan
ar pr ei un ul
1 Persiapan
Alat dan Bahan
2 Survey
Pendahuluan
3 Pengumpu
lan Data
4 Analisis
Hasil
5 Pembuata
n Laporan
bentuk lahan. Kondisi ini dapat dijelaskan melaljui persebaran kelas lereng
57
4 Malangke 0–8 0 – 100 Landai
Barat
Bergelombang
Bergelombang
Bergelombang
yaitu landai /daratan rendah (0-8 persen), landai beregelombang (3-15 persen),
(≥30 persen). Secara keseluruhan persebaran kelas lereng Kabupaten Luwu Utara
58
Gambar 3. 2 Peta Wilayah Kabupaten Luwu Utara
3.1.3 Kondisi Geohidrologi
berkaitan dengan tipe iklim yang ada di Kabupaten Luwu Utara serta kondisi
geologi yang ada. Pada umumnya kondisi hidrologi permukaan ditentukan oleh
sungai-sungai yang ada yang pada umumnya berdebit kecil ,oleh karena sempitnya
daerah aliran sungai sebagai wilayah tadah hujan serta system sungainya. Kondisi
pantai. Kedalaman air tanah sangat bervariasi yang tergantung pada keadaan dan
yang melintas di wilayah tersebut, dan sungai yang terpanjang adalah sungai
59
Kecamatan Sabbang, Baebunta, dan Kecamatan Malangke.Sungai-sungai di
pergerakan air permukaan maupun air tanah, langsung menuju ke air laut. Aquifer
umumnya terdapat pada lapisan pasir, kerikil, dan lapisan tipis batu gamping. Salah
satu keunggulan dari sungai-sungainya adalah kondisi air yang masih jernih dan
bening. Sumber daya air khususnya air permukaan sangat melimpah di daerah
Luwu Utara. Sebagian kecil dari potensi air permukaan telah dimanfaatkan untuk
60
pengembangan irigasi, pembangkit listrik dan budidaya perikanan. Potensi air tanah
yang dalam memiliki ketersediaan air yang cukup untuk kegiatan pertanian.
tanah dangkal, memiliki ketersediaan air yang terbatas untuk kegiatan pertanian.
kegiatan pertanian.
Jenis dan sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer
dan sekunder. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian sebagai berikut:
Data primer yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil survey
dilengkapi dengan dokumentasi. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini
61
Tahapan survey terdiri dari:
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data – data yang
dikumpukan dari berbagai instansi – instansi terkait yaitu Balai Besar Wilayah
Dalam penelitian ini variabel yang diteliti adalah Model Sebaran Banjir dan
1. Debit banjir rancangan dari pendekatan dengan data curah hujan dan data
Analisis dilakukan terhadap data-data yang diperlukan yaitu data satelit untuk
curah hujan, data topografi, data debit sungai, data penampang sungai, dan peta tata
guna lahan. Dalam proses analisis data, peneliti menganalisis model sebaran banjir
62
Masamba, sedangkan untuk solusi penanganan banjir dilakukan dengan metode
Analisis ini menggunakan data – data yang diambil dari instansi yang terkait
berupa data Satelit untuk curah hujan, jaringan hidrometi (stasiun hujan) dan data
topografi. data – data tersebut akan di gunakan untuk analisis model sebaran banjir
Inundation (RRI)
Data yang diperukan pada analisis ini yaitu data penampang sungai
Data penampang sungai yang dibutuhkan yaitu data potongan memanjang dan
63
4.5.2 Input Data Curah Hujan
Pilih tab “Edit” setelah data topografi dan curah hujan siap
Anda dapat mengonfirmasi distribusi yang berbeda termasuk DEM, ACC, DIR,
64
Gambar 3. 6 Menjalankan Model RRI
File distribusi ini kecuali curah hujan kumulatif, dapat diedit di jendela. Misalnya
Anda dapat memilih lebar sungai dan memilih area mana saja di dalam cekungan
Baca file RRI_Input.txt yang telah disiapkan pada subbab sebelumnya. Dalam
65
Gambar3.8
Gambar 3. 8Me
Menemukan RRI GUI
dan seret kiri untuk memindahkan peta dan juga CTRL dan zoom mouse untuk
Gambar 3. 910Visualisasikan
Visualisasikangenangan
genanganbanjir
banjir
66
Untuk menampilkan animasi sebaran kedalaman genangan banjir, silahkan pilih
Gambar
Gambar 3. 11
3.10 Sebaran
Sebaran Kedalaman
Kedalaman Genangan
Genangan Banjir
Banjir
67
4.6 Bagan Alir Penelitian
Mulai
Identifikasi Masalah
Intensitas Luas
Hujan DAS
Terjadi Limpasan
Periksa kemampuan
sungai/desain
Ya
Tidak
OK
Selesai
68
BAB IV
a. Analisa Data
Penelitian ini dilakukan pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Masamba yang
Utara terletak pada 010 53’ 19” - 02˚ 55 36” Lintang Selatan, dan 119˚ 47’ 46”
- 120˚ 37’ 44 Bujur Timur. Seperti digambarkan dalam Gambar 4.1. Peta lokasi
69
4.1.1 Data Ukur
ukur. Data ukur yang digunakan dalam penelitian ini terdapat dua jenis, yaitu data
primer (diambil langsung) dan data sekunder. Data yang diambil langsung yaitu
Data long dan Cross Section pada sungai Masamba merupakan data yang
Station merek Linnertec Type LTS-202N. Adapun data Cross Section sungai
Data cross section untuk patok M.2 sampai M.8 dapat dilihat di lampiran 1
Berdasarkan hasil survey didapatkan titik koordinat x, y dan z untuk setiap titik
Cross Section pada sungai masamba. Adapun hasil survey dapat dilihat pada tabel
4.2 dibawah ini.
70
Tabel 4.2 Tabel Koordinat X,Y dan Z Pada patok M.1
X y Z
7 203150,92 9717394,75 41,6
6 203147,69 9717394,92 41,5
5 203134,42 9717394,2 41,4
M.1 4 203131,73 9717393,7 41,4
3 203122,82 9717394,5 40,8
2 203077,74 9717394,95 40,8
1 203069,05 9717394,87 40,8
M1 203045,59 9717384,24 40,9
a 203032,03 9717394,83 40,9
Sumber: Hasil Pengukuran
Data cross section untuk patok M.2 sampai M.8 dapat dilihat di lampiran 2.
Adapun data hasil survey mengenai Long Sungai Masamba dapat diliat pada tabel
4.3 dibawah ini.
Existing Condition
Tanggul
Station Dasar Saluran Tanggul kiri
kanan
M.0 41
71
Berdasarkan hasil survey didapatkan titik koordinat x, y dan z untuk setiap titik
Long pada sungai Masamba. Adapun hasil survey dapat dilihat pada tabel 4.4
dibawah ini. Koordinat X, Y dan Z pada long sungai Masamba.
Peta dan gambar hasil survey topografi pada dasarnya terdiri tiga bagian pokok
yaitu sebagai berikut:
Peta situasi adalah gambaran spasial keberadaan wilayah atau lokasi suatu
kegiatan, yang diwujudkan dalam simbol-simbol berupa titik, garis, area, dan
atribut. Penggunaan peta topografi yang biasa digunakan untuk membuat peta
situasi masih memiliki kelemahan-kelemahan antara lain perlu dilakukan
penyeragaman sistem koordinat dan datum yang digunakan. Adapun peta situasi
sungai Masamba dapat dilihat pada gambar 4.2 di bawah ini.
72
Gambar 4.2. Peta Situasi Hasil Pengukuran Topografi Sungai Masamba
73
2) Gambar potongan memanjang.
Adapun kondisi potongan memanjang sungai masamba yang merupakan hasil pengukuran topografi dapat dilihat dibawah ini
74
3) Gambar potongan melintang.
Adapun kondisi potongan melintang sungai Masamba yang merupakan hasil pengukuran dapat dilihat dibawah ini
75
4.2. Analisis Data dan Hasil Pengukuran Current Meter
Hasil pengukuran kecepatan arus air di Sungai Masamba yang diambil pada sebagai
berikut:
Tabel 4.4 Hasil pengukuran kecepatan arus air menggunakan Current Meter
Kedalaman
0,2 D 0,8 D
Ruas
Ruas
Current Current
D (m) Kedalaman (m) Kedalaman (m)
(m/det) (m/det)
1 0,42 0,084 0,8 0,336 0,7
2 0,44 0,088 1,7 0,352 1,5
3 0,45 0,09 1,3 0,36 1,2
4 0,48 0,09 1,2 0,37 1,1
Perhitungan kecepatan aliran:
- Kecepatan aliran D1
𝑉0,2𝐷 + 𝑉0,8𝐷 0,3+0,2
= = = 1,5
2 2
- Kecepatan aliran D2
𝑉0,2𝐷 + 𝑉0,8𝐷 0,3+0,2
= = = 3,2
2 2
- Kecepatan aliran D3
𝑉0,2𝐷 + 𝑉0,8𝐷 0,3+0,3
= = = 2,5
2 2
- Kecepatan aliran D4
𝑉0,2𝐷 + 𝑉0,8𝐷 0,3+0,3
= = = 2,3
2 2
Tabel 4.5 Hasil perhitungan kecepatan arus air menggunakan Current Meter
Kedalaman Kecepatan
Ruas Ruas (m/det)
D (m)
1 0,42 1,5
2 0,44 3,2
3 0,45 2,5
4 0,48 2,3
Rata-rata 0,95
76
4.3. Run RRI Model
Data hujan akan digunakan dalam input dalam RRI Model adalah data dari curah hujan
dengan resolusi spasial melingkupi Das Masamba dan resolusi temporal harian yang akan
Dari hasil analisis data total curah hujan bulanan di daerah DAS Masamba pada bulan
juli yaitu 381 jumlah curah hujan pada saat itu. Sedangkan dalam Laporan BBWS
Pompengan Jeneberang curah hujan bulanan untuk beberapa stasiun pencatat hujan
berkisar antara 525 - 330 (BBWS Pompengan Jeneberang, 2020). Dalam hal ini hasil
pengolahan dari BMKG di atasoverestimate terhadap data stasiun pencatat hujan yang ada.
alisis komparasi data BMKG dan alat penakar hujan di DAS Masamba.
Selain input data hujan, data evaporasi juga sebagai input evaporasi yang sama dengan
data hujan. Oleh karena itu, ukuran grid cell dan timestep dari file evaporasi dapat diatur
secara acak atau sesuai dengan datayang tersedia. Pada penelitian ini laju evaporasi yang
maka file input dimana dipakai nilai 0.08 mm/jam setara dengan evaporasi sebesar 2
mm/d. Data disiapkan dan disimpan dalam folder “/rain”. Pada tabel 4.7 merupakan
curah hujan yang nantinya diinput dalam RRI BUILDER dan Gambar 4.4 di bawah ini
77
Tabel 4.6 Curah hujan Das Masamba
10
lat -2.621 -2.598 -2.557 -2.564 -2.612 -2.512 -2.614 -2.574 -2.599 -2.586
lon 120.137 120.226 120.324 120.446 120.925 120.289 120.158 120.173 120.202 120.213
86400 40 0 0 34 9 0 31 32 47 22
172800 5 3 15 17 9 0 0 7 2 12
259200 8 0 40 9 18 4 0 10 9 5
345600 27 7 0 7 1 0 19 14 17 15
432000 0 8 9 0 0 4 12 0 0 0
518400 18 12 8 0 0 0 18 14 17 15
604800 0 20 0 0 12 0 60 12 8 11
78
4.3.2. Komparasi Model
Hasil dari simulasi model RRI berupa data file keluaran berisi kedalaman air di
lereng (hs_) dan debit (qr_). Data yang digunakan untuk analisis dalam penelitian
ini dikumpulkan dari stasiun curah hujan BMKG dan dari data yang
Pada Gambar 4.6 di bawah ini data puncak genangan dari time step simulasi
selama satu bulan mulai 1 juli s/d 31 juli 2023 didapatkan. Dengan luas yang terkena
dampak banjir yaitu 128 hektar. Data ini menggambarkan data genangan dengan
perhitungan.
79
Dan pada gambar 4.7 merupakan animasi sebaran kedalaman genangan banjir pada
Das Masamba
80
4.4. Titik Peringatan Dini
Pada penelitian ini ditentukan titik posisi peringatan dini yangberdasarkan peta
rawan banjir pada titik pantau akan diletakkan pada wilayah hulu sungai dapat
Lokasi titik pantau terletak di wilayah hulu sehingga dapat dijadikan acuan titik
Pada penelitian ini memberikan informasi tingkat bahaya banjir untuk system
Hubungan antara tinggi muka dan hulu ditentukan berdasarkan Surat Edaran
yaitu 127 km dan Jarak titik peringatan dini ke daerah yang akan dilindungi
adalah 62 km
81
Tabel 4.7. Kriteria mengenai tingkatan siaga banjir dan komando penanganannya
Tingakat Tinggi Selang Durasi
Keadaan Jagaan waktu laporan
Alamat Pelaporan keluar
Bahaya (freeboard) pengamatan
(m) debit/TMA
Gubernr Dinas Pengairan Setiap 30
Prov SALTAK PBP menit
Awas <0,80 15 menit
Kab. /Kota SATKORLAK
Propinsi
Dinas Pengairan Prov Setiap 8
Siaga 0,80-1,20 2 jam SATLAK PBP Kab. /Kota jam
SATKKORLAK Provinsi
Dinas Pengairan Prov Setiap 12
Waspada >1,20-1,50 4 jam
SATLAK PBP Kab. /Kota jam
Normal
Normal >1,50 Normal Normal
Sumber: berdasarkan Surat Edaran tentang Pedoman penyelenggaran kegiatan Operasi dan
Pemeliharaan Prasarana Sungai Serta Pemeliharaan Sungai
82
Penelitian ini menyajikan kondisi penampang sungai untuk mengetahui
kondisi penampang sungai pada saat kondisi Normal, Waspada, Siaga, dan
Awas.
83
Gambar 4.11. Kondisi penampang sungai untuk kondisi siaga
84
Siaga
Awas
Waspada
Normal
adalah 3 jam.
Banjir merupakan bencana atau fenomena alam yang akan dapat terjadi
yang besar baik materil maupun korban jiwa. Sulawesi Selatan tedapat beberapa
kabupaten yang rawan banjir yang hampir setiap tahun terjadi. Termasuk
kabupaten Luwu Utara. Curah hujan ekstrem merupakan pemicu utama terjadinya
85
bencana tersebut. Dibutuhkan langkah strategis dalam pengendalian banjir untuk
mengurangi dampak atau risiko yang berpotensi terjadi baik secara struktural
2. Penanggulangan banjir
8. Penegakan Hukum
jenis tanaman
non-struktur dan struktural seperti tersebut diatas, maka dipandang perlu untuk
86
termasuk cara-cara yang ditempuh untuk penanganan atau pengendaliannya.
merupakan bagian dari langkah strategis non struktural dalam upaya pengurangan
87
Kondisi :1
Level Curah hujan : 0
Level ketinggian air : 0
Status : Normal
No Stakeholder Kegiatan Mekanisme Keterangan (Alat)
1 Petugas Memantau kondisi peralatan Mengamati dan mencatat level pada alat
penjaga titik sistem peringatan dini pengukur curah hujan, ketinggian air
pantau
a. curah hujan
b. Alat pengukur tinggi
muka air
Menginformasikan pada pihak Menginformasikan bahwa kondisi di lokasi titik Alat Komunikasi:
yang berkepentingan pantau (atas) mendung dengan menggunakan
Hand-Phone atau HT kepada pihak :
88
2. Pihak Satlak Koordinasi dengan semua pihak Berkoordinasi dengan pihak petugas penjaga titik Alat Komunikasi:
Kabupaten yang berkepentingan dan pantau tentang kondisi curah hujan, ketinggian
mempersiapkan kepentingan muka air.
untuk evakuasi.
89
3. Pihak - Berkoordinasi dengan - Mengintruksikan pada warga kecamatan Alat Komunikasi:
Kecamatan petugas penjaga titik pantau. Masamba untuk bekerja seperti biasa dan
Masamba - Memberikan informasi sambil memperhatikan kondisi cuaca mulai
tentang kondisi terkini mendung.
kepada pihak ang - Berkoordinasi dengan pihak petugas penjaga
berkepentingan. titik pantau tentang kondisi curah hujan dan
- Mengecek peralatan sistem ketinggian air
peringatan dini dan evakuasi - Berkoordinasi dengan kelurahan setempat
tingkat kecamatan tentang kondisi curah hujan dan ketinggian air
- Melaporkan kondisi terkini aktivitas warga a. handy talky b. handphone
kepada pihak satlak kabupaten
- Melakukan pengecekan sarana dan prasaran Tempat evakuasi:
sistem peringatan dini dan evakuasi banjir
bandang yang dimiliki.
Alat evakuasi:
a. Tandu b. Tenda
c. kendaraan evakuasi
90
Kondisi : 2
Level Curah hujan : 1 (30mm/jam)
Level ketinggian air : 1(100cm)
Status : Perhatian
No Stakeholder Kegiatan Mekanisme Keterangan (Alat)
1 -memantau kondisi peralatan Mengamati kondisi curah hujan dan ketinggian a. b.
sistem peringatan dini. muka air tanah dengan alat yang tersedia
Petugas dengan lebih intens.
penjaga titik - menginformasikan pada
pantau pihak yang berkepentingan. Menginformasikan bahwa kondisi di lokasi
titik pantau (atas) pada level 1 yang berarti
- Memberikan informasi Perhatian kepada pihak: b. curah hujan
kepada warga tentang kondisi c. Alat pengukur tinggi muka air
terkini. A. Satuan pelaksana kabupaten Luwu Utara
B. Pihak Kecamatan Masamba
Alat Komunikasi:
Menginformasikan kepada masyarakat untuk
AWAS dan melakukan persiapan untuk a. handy talky b. Handphone
melakukan evakuasi jika diperlukan dengan
menggunakan peralatan seperti handy talky
dan handphone
91
2. Pihak Satlak - Koordinasi dengan semua - Berkoordinasi dengan pihak petugas penjaga Alat Komunikasi:
Kabupaten pihak yang berkepentingan titik pantau tentang kondisi curah hujan dan
ketinggian muka air a. handy talky b. Handphone
- mempersiapkan segala
perlengkapan. - Berkoordinasi dengan semua anggota satlak :
a. Kodim
b. Polres
c. Dinas PU Pengairan
d. Dinas Sosial
e. PMI
Alat evakuasi :
Dan memberikan informasi bahwa di lokasi
titik pantau mendung a. Tandu b. Tenda
92
3. Pihak - Berkoordinasi dengan - Berkoordinasi dengan pihak petugas penjaga Alat Komunikasi:
Kecamatan petugas penjaga titik titik pantau tentang kondisi curah hujan,
Masamba pantau. ketinggian air dan longsoran terkini a. handy talky b. handphone
- Mengintruksikan pada - Mengintruksikan pada warga kecamatan
satuan tugas kecamatan Masamba untuk memantau kondisi terkini
untuk memantau kondisi dan saling berkoordinasi antar satuan tugas
terkini. di kecamatan dan saling mengingatkan
- Berkoordinasi antar lurah bahwa kondsi curah hujan dan level
setempat ketinggian air pada level satu.
- Melaporkan kondisi - Berkoordinasi dengan kelurahan setempat
terkini. tentang kondisi curah hujan, ketinggian air
Tempat evakuasi:
dan longsoran terkini
- Melaporkan kondisi terkini aktivitas warga
kepada pihak satlak kabupaten
- Melakukan pengecekan sarana dan prasaran
sistem peringatan dini dan evakuasi banjir
bandang yang dimiliki.
- Alat evakuasi:
a. Tandu b. Tenda
c. kendaraan evakuasi
93
Kondisi :3
Level Curah hujan : 2(60 mm/jam)
Level ketinggian air : 2(120 cm)
Status : Awas
No Stakeholder Kegiatan Mekanisme Keterangan (Alat)
1 -memantau kondisi peralatan Mengamati kondisi curah hujan dan ketinggian a. b.
sistem peringatan dini. muka air dengan alat yang tersedia dengan lebih
Petugas intens.
penjaga titik - menginformasikan pada
pantau pihak yang berkepentingan. Menginformasikan bahwa kondisi di lokasi titik
pantau (atas) pada level 2 yang berarti AWAS
- Memberikan informasi kepada pihak: a. curah hujan
kepada warga tentang kondisi b. Alat pengukur tinggi muka air
terkini. a. Satuan pelaksana kabupaten Luwu Utara
b. Pihak Kecamatan Masamba
Alat Komunikasi:
Menginformasikan kepada masyarakat untuk
AWAS dan melakukan persiapan untuk a. handy talky b. Handphone
melakukan evakuasi jika diperlukan dengan
menggunakan peralatan seperti handy talky dan
handphone
94
2. Pihak Satlak - Koordinasi dengan semua - Berkoordinasi dengan pihak petugas penjaga Alat Komunikasi:
Kabupaten pihak yang berkepentingan titik pantau tentang kondisi curah hujan dan
ketinggian muka air a. handy talky b. Handphone
- mempersiapkan segala
perlengkapan. - Berkoordinasi dengan semua anggota satlak :
a. Kodim (Personel dan alat untuk membantu
evakuasi )
b. Polres (Peralatan dan personel untuk
evakuasi )
c. Dinas PU Pengairan (Pengecekan dan
pemantauan kondisi lebih lanjut)
d. Dinas Sosial (kebutuhan logistik dan Alat evakuasi :
kebutuhan lainnya )
e. PMI (bantuan personil dan alat-alat a. Tandu b. Tenda
evakuasi)
95
3. Pihak - Berkoordinasi dengan - Berkoordinasi dengan pihak petugas penjaga Alat Komunikasi:
Kecamatan petugas penjaga titik titik pantau tentang kondisi curah hujan dan
Masamba pantau. ketinggian muka air a. handy talky b. handphone
- Mengintruksikan pada - Mengintruksikan pada warga kecamatan
satuan tugas kecamatan Masamba untuk memantau kondisi terkini dan
untuk memantau kondisi saling berkoordinasi antar satuan tugas di
terkini. kecamatan dan saling mengingatkan bahwa
- Berkoordinasi antar lurah kondisi curah hujan dan level ketinggian air
setempat pada level 2 dan menginformasikan pada
- Melaporkan kondisi warga agar AWAS terhadap banjir bandang
terkini. dan melakukan persiapan evakuasi jika
Tempat evakuasi:
diperlukan.
- Berkoordinasi dengan kelurahan setempat
tentang kondisi curah hujan dan ketinggian
muka air
- Melaporkan kondisi terkini aktivitas warga
kepada pihak satlak kabupaten
- Melakukan pengecekan sarana dan prasaran Alat evakuasi:
sistem peringatan dini dan evakuasi banjir
bandang yang dimiliki. a. Tandu b. Tenda
c. kendaraan evakuasi
96
Kondisi :4
Level Curah hujan : 3(90 mm/jam)
Level ketinggian air : 3 (140cm)
Status : Evakuasi
No Stakeholder Kegiatan Mekanisme Keterangan (Alat)
1 Petugas penjaga - Memantau kondisi cuaca - Mengamati kondisi curah hujan, ketinggian a. b.
titik pantau terkini. air dan pengukur keretakan tanah dengan
- Menginformasikan pada alat yang tersedia dengan lebih intens.
pihak yang - Menginformasikan bahwa kondisi di lokasi
berkepentingan bahwa titik pantau (atas) pada level 3 yang berarti
kondsis curah hujan dan EVAKUASI kepada pihak: Satuan
air pada level 3. pelaksana kabupaten Luwu Utara Pihak a. curah hujan
- Memberikan intruksi pada Kecamatan Masamba b. Alat pengukur tinggi muka
masyarakat untuk - Menginformasikan kepada masyarakat air
melakukan untuk untuk EVAKUASI dengan peralatan yang
evakuasi. ada.
- Melakukan proses - Membantu proses evakuasi sekaligus Alat Komunikasi:
evakuasi bersama melakukan ke tempat lebih aman
c. handy talky
d. Handphone
97
2. Pihak Satlak - Koordinasi dengan semua - Berkoordinasi dengan pihak petugas penjaga Alat Komunikasi:
Kabupaten pihak yang titik pantau tentang kondisi curah hujan dan
berkepentingan ketinggian muka air terkini serta tentang
- Membantu proses evakuasi Masyarakat
evakuasi masyarakat. - Berkoordinasi dengan semua anggota satlak
:
a. Kodim (Personel dan alat untuk
membantu evakuasi )
b. Polres (Peralatan dan personel untuk a. handy talky
evakuasi ) b. Handphone
c. Dinas PU Pengairan (Pengecekan dan
pemantauan kondisi lebih lanjut) Alat evakuasi :
d. Dinas Sosial (kebutuhan logistik dan
kebutuhan lainnya ) a. Tandu b. Tenda
f. PMI (bantuan personil dan alat-alat
evakuasi)
- Dan memberikan informasi bahwa di daerah
titik pantau hujan deras, curah hujan dan
ketinggian pada level 3 dan mengintruksikan
untuk membantu mengevakuasi warga c. kendaraan evakuasi
- Menggunakan segala perlengkapan sistem
peringatandini dan keperluan evakuasi
(kendaraan, tempat evakuasi, tenda
pengungsian, dapur umum, toilet darurat)
serta proses mengevakuasi warga
- Menempatkan anggota satlak (linmas,
koramil dan polsek) untuk membantu
penjagaan dan pengamanan lokasi
pengungsian maupun lokasi bencana dengan
mempertimbangkan perkembangan situasi
kondisi.
98
3. Pihak Kecamatan - Berkoordinasi dengan - Berkoordinasi dengan pihak petugas penjaga Alat Komunikasi:
Masamba petugas penjaga titik titik pantau tentang kondisi curah hujan dan
pantau. ketinggian muka air a. handy talky b. handphone
- Menginformasikan kepada - Mengintruksikan pada warga kecamatan
warga untuk melakukan Masamba untuk melakukan EVAKUASI ke
evakuasi. tempat yang sudah disediakan.
- Membantu masyarakat - Mengintruksikan pada satua tugas di tingkat
untuk melakukan evakuasi kecamatan untuk membantu warga
melakukan EVAKUASI dan saling
mengingatkan bahwa kondisi curah hujan
dan level ketinggian air pada level 3 dan
Tempat evakuasi:
menginformasikan pada warga agar
melakukan EVAKUASI ke tempat aman.
- Berkoordinasi dengan kelurahan setempat
tentang kondisi curah hujan dan ketinggian
muka air dan melakukan EVAKUASI ke
tempat aman.
- Melaporkan kondisi terkini aktivitas warga Alat evakuasi:
kepada pihak satlak kabupaten.
a. Tandu b. Tenda
c. kendaraan evakuasi
99
Kondisi :5
Level Curah hujan : 4 (120 mm/jam )
Level ketinggian air : 2 mm/jam
Status : Kritis
No Stakeholder Kegiatan Mekanisme Keterangan (Alat)
1 Petugas penjaga - Berada di lokasi evakuasi - Berada di lokasi pengungsian (evakuasi) a. b.
titik pantau sambil terus memantau dengan mengkoordinir pengungsi dari
kondisis cuaca terkini. warga.
- Menginformasikan pada - Menugaskan staff untuk membantu
pihak yang memantau tentang kondisi curah hujan dan
berkepentingan bahwa ketinggian muka air dengan alat tersedia
status kondisi adalah jika masih memungkinkan. a. curah hujan
kritis. - Mengirim informasi tentang kondisi level b. Alat pengukur tinggi muka air
- Memberikan intruksi pada curah hujan ketinggian air dan keretakan Alat Komunikasi:
masyarakat bahwa tanah dengan alat ketinggian air pada level
evakuasi harus segera empat yang berarti dalam kondisi kritis a. handy talky b. Handphone
berakhir. kepada:
a. Satuan pelaksana kabupaten Luwu
Utara
b. Pihak Kecamatan Masamba
- Menginformasikan kepada masyarakat
bahwa kondisi kritis dan agar evakuasi
sudah harus selesai dan berhati-hati pada
aliran air karena hujan semakin deras
disertai dengan tanah longsor.
100
2. Pihak Satlak - Koordinasi dengan semua - Berkoordinasi dengan pihak petugas Alat Komunikasi:
Kabupaten pihak yang penjaga titik pantau tentang kondisi curah
berkepentingan hujan dan ketinggian muka air terkini serta a. handy talky b. Handphone
- Koordinasi dengan tentang evakuasi Masyarakat
anggota satlak - Berkoordinasi dengan semua anggota satlak
- Membantu masyarakat :
melakukan evakuasi dan a. Kodim (personel untuk pemantauan,
evakuasi harus sudah pengamanan dan penjagaan lokasi
berakhir. evakuasi dan lokasi rawan)
b. Polres (personel untuk pemantauan,
pengamanan dan penjagaan lokasi
evakuasi dan lokasi rawan)
c. Dinas PU pengairan (pengecekan dan Alat evakuasi :
pemantauan kondisi lebih lanjut )
d. Dinas Sosial ( kebutuhan logistic dan a. Tandu b. Tenda
kebutuhan lain selama di pengungsian
e. PMI ( pertolongan dan perawatan bagi
para pengungsi serta bantuan lainnya)
- Dan memberikan informasi bahwa di daerah
titik pantau hujan deras, curah hujan dan
ketinggian pada level 4 dan
mengintruksikan untuk membantu warga c. kendaraan evakuasi
dalam pengungsian, hujan semakin deras
dan kondisi kritis.
- Melakukan pengecekan dan patroli dengan
mempertimbangkan situasi kondisi dengan
menggunakan segala perlengkapan sistem
peringatan dini dan keperluan evakuasi
(kendaraan, tempat evakuasi, tenda
pengungsian, dapur umum, toilet darurat)
serta proses mengevakuasi warga tersisa
101
apabila ada dan memastikan bahwa
evakuasi sudah harus segera selesai.
3. Pihak Kecamatan - Berkoordinasi dengan - Berada di lokasi pengungsian dan tetap Alat Komunikasi:
Masamba petugas penjaga titik berkoordinasi dengan pihak petugas
pantau. penjaga titik pantau tentang kondisi curah a. handy talky b. handphone
- Mengintruksikan satuan hujan dan ketinggian muka air
tugas untuk membantu - Mengintruksikan pada satuan tugas di
warga untuk melakukan tingkat kecamatan Masamba bahwa kondisi
evakuasi dan kritis dan saling mengingatkan bahwa
mengintruksikan bahwa kondisi curah hujan dan level ketinggian air
evakuasi harus sudah pada level empat dan menginformasikan
selesai. pada warga untuk melakukan vevakuasi
- Berkoordinasi dengan harus sudah selesai.
pihak lainnya - Berkoordinasi dengan kelurahan setempat Tempat evakuasi:
tentang kondisi curah hujan, ketinggian air
dan longsoran terkini dan melakukan
EVAKUASI ke tempat aman.
- Melaporkan bahwa proses evakuasi harus
sudah selesai kepada satlak kabupaten.
102
Alat evakuasi:
a. Tandu b. Tenda
c. kendaraan evakuasi
103
Kondisi : 6
Level Curah hujan : 5 (150 mm/jam )
Level ketinggian air : 5 (180 cm)
Status : Bahaya
No Stakeholder Kegiatan Mekanisme Keterangan (Alat)
1 Petugas - Berada di lokasi evakuasi - Berada di lokasi pengungsian (evakuasi) a. Curah hujan
penjaga titik sambil terus memantau dengan mengkoordinir keperluan selama
pantau kondisis cuaca terkini jika pengungsian.
masih memungkinkan. - Menugaskan staff untuk membantu
- Menginformasikan pada memantau tentang kondisi curah hujan,
pihak yang ketinggian air dengan alat tersedia jika
berkepentingan bahwa masih memungkinkan. b. Alat pengukur tinggi muka air
status kondisi adalah - Mengirim informasi tentang kondisi level
BAHAYA. curah hujan ketinggian air dengan alat
- Memberikan intruksi pada ketinggian air pada level empat yang
masyarakat bahwa berarti dalam kondisi BAHAYA kepada
evakuasi harus segera a. Satuan pelaksana kabupaten Luwu
berakhir. Utara
b. Pihak Kecamatan Masamba Alat Komunikasi:
- Menginformasikan kepada masyarakat
tentang kondisi Pengungsi dan tetap a. handy talky b. Handphone
berkoordinasi dengan pihak satlak
kabupaten.
- Menginformasikan kepada warga bahwa
kondisi BAHAYA dan agar evakuasi
harus sudah selesai, tetap standby dilokasi
pengungsian dan berhati-hati pada aliran
air karena hujan semakin deras disertai
dengan tanah longsor.
104
2. Pihak Satlak - Koordinasi dengan semua - Menerjunkan tambahan anggota satlak Alat Komunikasi:
Kabupaten pihak yang jika diperlukan untuk membantu para
berkepentingan pengungsi selama proses pengungsian
- Koordinasi dengan (Dinas sosial, PMI, PU pengairan , Polres
anggota satlak , kodim) seperti pengamanan lokasi ,
- Membantu masyarakat dapur umum, dll.
melakukan evakuasi dan - Berkoordinasi dengan pihak petugas
evakuasi harus sudah penjaga titik pantau tentang kondisi curah
berakhir. hujan.
a. handy talky b. Handphone
- Berkoordinasi dengan semua anggota
satlak : Alat evakuasi :
a. Kodim (personel untuk pemantauan,
pengamanan dan penjagaan lokasi a. Tandu b. Tenda
evakuasi dan lokasi rawan)
b. Polres (personel untuk pemantauan,
pengamanan dan penjagaan lokasi
evakuasi dan lokasi rawan)
c. Dinas PU pengairan (pengecekan dan
pemantauan kondisi lebih lanjut )
d. Dinas Sosial ( kebutuhan logistic dan c. kendaraan evakuasi
kebutuhan lain selama di pengungsian
e. PMI ( pertolongan dan perawatan
bagi para pengungsi serta bantuan
lainnya)
- Dan memberikan informasi bahwa di
daerah titik pantau hujan deras, curah
hujan dan ketinggian air pada level 5 dan
mengintruksikan untuk membantu warga
dalam pengungsian, hujan semakin deras
dan kondisi kritis.
105
- Menggunakan segala perlengkapan
system peringatan dini dan keperluan
evakuasi (kendaraan, tempat evakuasi,
tenda pengungsian, dapur umum, toilet
darurat) serta proses mengevakuasi
warga.
- Meminta warga untuk tetap di lokasi
pengungsian karena kondisi masih
berbahaya
3. Pihak - Berkoordinasi dengan - Berada di lokasi pengungsian dan tetap Alat Komunikasi:
Kecamatan petugas penjaga titik pantau. berkoordinasi dengan pihak petugas
Masamba - Membantu warga untuk penjaga titik pantau tentang kondisi curah a. handy talky b. handphone
melakukan evakuasi dan hujan dan ketinggian muka air
mengintruksikan bahwa - Mengintruksikan pada satuan tugas di
evakuasi harus sudah tingkat kecamatan Masamba bahwa
selesai. kondisi bahaya dan masih membantu
- Berkoordinasi dengan pihak warga di lokasi evakuasi, tetap di lokasi
lainnya pengungsian dan saling mengingatkan
- Berada di lokasi bahwa kondisi curah hujan dan
pengungsian menginformasikan pada warga agar
proses evakuasi ahrus sudah selesai. Tempat evakuasi:
- Berkoordinasi dengan kelurahan setempat
tentang kondisi curah hujan dan
ketinggian muka air dan
menginformasikan bahwa proses
evakuasi harus sudah selesai.
- Melaporkan bahwa proses evakuasi harus
sudah selesai kepada satlak kabupaten. Alat evakuasi:
106
a. Tandu b. Tenda
c. kendaraan evakuasi
107
Adapun penjelasan dari SOP arus informasi peringatan dini banjir pada Sungai
Tallo, Sungai Sinjai, Sungai Maros dan Sungai Bialo seperti pada skema diatas
berhati-hati dengan alat kentongan atau megaphone akan adanya banjir, dan
6. Semua pihak mengecek kebenaran berita akan terjadi banjir dan terus
berkoordinasi.
7. Tim evakuasi harus memiliki keakuratan informasi mengenai (a) tata letak
lokasi evakuasi yang relatif lebih aman; (b) kepastian jalur menuju lokasi
108
pengemudi; (d) penentuan kelompok prioritas yang akan dievakuasi, yaitu
anak-anak dan kaum wanita serta kaum laki, namun tetap mempertimbangkan
kondisi tanggul dan bangunan pengendali banjir dan bangunan lainnya yang
mencegah timbulnya bahan banjir di samping harus tetap ada beberapa anggota
b. Bila muka air sungai telah mencapai suatu batas elevasi bahaya/tingkat tertentu
(Siaga 3, Siaga 2 dan Siaga 1) setiap regu diharuskan segera mengirim berita
kondisi tanggul dan bangunan pengendali banjir dan bangunan lainnya yang
109
mencegah timbulnya bahan banjir di samping harus tetap ada beberapa anggota
d. Bila muka air sungai telah mencapai suatu batas elevasi bahaya/tingkat tertentu
(Siaga 3, Siaga 2 dan Siaga 1) setiap regu diharuskan segera mengirim berita
kebutuhan biayanya.
tinggi.
110
Beberapa kegiatan yang termasuk pengendalian saat terjadi banjir meliputi:
tenaga bantuan pada waktu banjir diminta untuk melakukan perondaan dan
pengamatan terhadap keadaan bangunan dan tinggi muka air sungai. Kegiatan
inipun juga harus dilakukan oleh regu piket banjir dan juru / pengamat tinggi
b. Pemberitahuan Banjir : Apabila muka air naik sampai mencapai ketinggian atau
bahan dan peralatan yang digunakan dan pengambilan keputusan tentang saat
terjadi dan lain-lain segera dibuat dan disampaikan kepada yang berkompeten
monitoring selama musim hujan, peta monitoring bencana banjir dan tanah
longsor, peta rawan banjir di wilayah sungai dan laporan kejadian bencana serta
data curah hujan dan tinggi muka air selama periode hujan di wilayah sungai.
111
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
berikut:
Rainfall Runoff Inundation (RRI) pada Das Luwu utara tepatnya sungai
banjir terjadi pada bulan 7 Tinggi air pada tanggal 6 juli 2020 adalah 0,1
m dan mengalami kenaikan pada tanggal 12 juli 2020 sampai 31 juli 2020
dengan tinggi air 0,5 m adapun luasan yang terkena dampak banjir
2) Titik early warning pada sungai masamba yang terletak di wilayah hulu
banjir dari titik peringatan dini ke daerah yang akan dilindungi adalah 62
km sehingga air ke daerah akan yang akan dilindungi tiba pada waktu
di Das Luwu Utara yaitu harus sesuai SOP yang telah ditetapkan yaitu
112
dilakukan oleh petugas penjaga titik pantau untuk mengecek kondisi
hati akan adanya banjir, dan masyarakat diharap siap untuk evakuasi dan
letak lokasi evakuasi yang relatif lebih aman; (b) kepastian jalur menuju
lokasi evakuasi; (c) jumlah dan kondisi alat transportasi (d) penentuan
individu.
113
5.2 Saran
dicatat dengan baik sebagai sumber data yang berguna untuk studi di
masa depan.
2) Hasil penelitian ini dapat ditingkatkan jika akurasi dan kualitas data
114
DAFTAR PUSTAKA
Asdak, C. (2018). Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University
Press.
Elshinta, A. D. (2017). Gallery Walk Strategy in classroom: pathway to improve EFL students’
2(2), 95–104.
Firmansyaf, D., Yulianto, B., & Sedjati, S. (2013). Studi Kandungan Logam Berat Besi (Fe)
Dalam Air, Sedimen Dan Jaringan Lunak Kerang Darah (Anadara Granosa Linn) Di
Sungai Morosari Dan Sungai Gonjol Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak. Journal of
Ikhsan, J., & Anjasmara, K. B. (2019). Kajian Infrastruktur dan Sempadan Sungai pada
Wilayah Rawan Banjir Lahar di Sungai Progo Hilir. Jurnal Teknik Sipil, 15(2), 74–85.
Laili, N. (2021). Penyebab dan Peran Pemerintah terhadap Banjir di Kalimantan Selatan.
Pradipta, I. G. A., Sarwadana, S. M., & Pradnyawathi, N. L. M. (2018). Persepsi dan preferensi
masyarakat terhadap taman rekreasi bantaran Sungai Loloan Sanur. Jurnal Arsitektur
Sastra, S., & Marlina, E. (2006). Perencanaan dan Pengembangan Perumahan. Andi
Yogyakarta.
Sayama, T., Ozawa, G., Kawakami, T., Nabesaka, S., & Fukami, K. (2012). Rainfall–Runoff–
Inundation Analysis of the 2010 Pakistan Flood in the Kabul River Basin. Hydrological
Sayama, T., Tatebe, Y., & Tanaka, S. (2017). An Emergency Response-Type Rainfall‐Runoff‐
115
Inundation Simulation for 2011 Thailand floods. Journal of Flood Risk Management,
10(1), 65–78.
BNPB.
Suyono, S. (1984). Perbaikan dan Pengaturan Sungai. PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
Try, S., Lee, G., Yu, W., Oeurng, C., & Jang, C. (2018). Large-Scale Flood-Inundation
5018011.
SMARTek, 7(3).
Wardani, D. W. T., & Wibowo, D. E. (2018). Pengaruh Pemasangan Check DAM dengan
Variasi Jarak pada Belokan Sungai dengan Menggunakan Uji Model Laboratorium. E-
Peraturan Pemerintah. (1991). Peraturan Pemerintah Tentang Sungai. Diambil kembali dari
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/58175
BNPB. (2012). Risiko Bencana Indonesia. Dalam Gita, Risiko Bencana Indonesia (hal. 80-82).
BPS. (2019). Statistik Kabupaten Luwu Utara. Masamba: Badan Pusat Statistik Kabupaten
Luwu Utara.
116
LAMPIRAN 1
DATA PERHITUNGAN CROSS
SECTION SUNGAI MASAMBA
117
Hitungan Cross Section Sungai
121
Koordinat X, Y, dan Y pada pengukuran Cross Section Sungai Masamba
X y Z
7 203150,92 9717394,75 41,6
6 203147,69 9717394,92 41,5
5 203134,42 9717394,2 41,4
4 203131,73 9717393,7 41,4
M.
3 203122,82 9717394,5 40,8
1
2 203077,74 9717394,95 40,8
1 203069,05 9717394,87 40,8
M1 203045,59 9717384,24 40,9
a 203032,03 9717394,83 40,9
X y Z
12 203170,22 9717479,99 41,1
11 203164,97 9717479,74 41
10 203151,66 9717480,16 40,9
9 203138,02 9717480,16 40,7
M.
8 203134,24 9717480,71 40,7
2
7 203129,24 9717479,47 40,6
6 203110,75 9717481,58 40,4
5 203093,54 9717481,53 40,3
4 203090,86 9717481,32 40,2
3 203084,12 9717481,44 40,2
2 203055,71 9717480,54 40,3
1 203048,31 9717480,54 40,4
M2 203044,96 9717481,69 40,4
a 203037,48 9717481,52 40,5
X y Z
12 203199,84 9717569,32 43,2
11 203181,85 9717569,44 42,4
10 203172 9717569,17 42
9 203160,12 9717570,24 41,8
8 203159,69 9717570,17 41,8
7 203153,04 9717570,58 41,7
6 203150,43 9717571,54 41,7
M.
3 5 203117,42 9717571 41,2
4 203111,45 9717571,13 41,1
3 203107,61 9717570,69 41,1
2 203055,43 9717571,13 40,5
1 203047,55 9717571,04 40,4
M3 203044,97 9717571,2 43,3
a 203036,88 9717571,1 40,3
X y Z
m
X y Z
11 203233,7 9717748,76 45,10
10 203229,16 9717749,1 44,70
9 203216,76 9717750,04 43,60
8 203207,77 9717749,17 42,90
7 203203,22 9717748,89 42,50
6 203189,33 9717748,88 41,30
5 203170,02 9717749,88 39,80
M.
5 4 203166,8 9717749,98 39,70
3 203160,95 9717749,8 39,50
2 203142,9 9717749,96 39,00
1 203129,58 9717749,78 38,50
M5 203125,81 9717749,99 38,40
a 203117,42 9717751,84 38,20
X y Z
5 203127,35 9717357,02 41,80
4 203124,4 9717356,57 41,80
3 203120,08 9717356,48 41,70
2 203088,73 9717356,8 41,30
M. 1 203064,61 9717357,27 41,20
6
M6 203058,17 9717357,21 41,20
a 203052,07 9717356,97 41,20
b 203037,91 9717357,22 41,20
c 203035,16 9717357,83 41,20
X y Z
5 203132,47 9717255,03 42,80
4 203129,26 9717255,31 42,70
3 203124,01 9717256,46 42,60
2 203087,12 9717255,95 41,80
M. 1 203065,99 9717256,1 41,70
7
M7 203056,76 9717256,21 41,80
a 203041,24 9717256,38 41,80
b 203039,79 9717256,24 41,80
c 203037,18 9717256,28 41,80
X y Z
5 203110,08 9717153,81 42,00
4 203097,89 9717153,91 41,60
3 203095,31 9717153,7 41,50
2 203071,18 9717154,09 41,20
M. 1 203035,79 9717153,69 41,70
8
M8 203030,21 9717154,57 41,80
a 203022,99 9717154,41 41,90
b 203017,29 9717155,04 42,00
c 203014,23 9717154,83 42,00
LAMPIRAN 3
PETA SITUASI
SUNGAI MASAMBA
125
LAMPIRAN 4
POTONGAN MEMANJANG
SUNGAI MASAMBA
127
LAMPIRAN 5
POTONGAN MELINTANG
SUNGAI MASAMBA
131
LAMPIRAN 6
RRI MODEL
138
Das Masamba pada RRI Builder
142
mengukur debit menggunakan current meter mengukur tinggi alat total station
Melakukan pengukuran cross section sungai Melakukan pengukuran cross section sungai