Anda di halaman 1dari 5

“SURAT YANG TERSIRAT”

Oleh : kang santri

Sang waktu seolah berputar begitu cepat


Merubah kehidupan seratus delapan puluh derajat
Yang awalnya penuh canda dan tawa
Kini berganti menjadi duka dan lara

Kini sang pejuang kemanusian tengah berusaha


Di garda terdepan
Mereka berada dengan peralatan medis yang sangat
berharga
Bertaruh nyawa demi keselamatan insan manusia

Teruntuk bumi pertiwi lantunan do’a selalu kami


panjatkan
Dengan secercah harapan agar sang semesta mendengar
Dan mengembalikan kebahagiaan yang sempat
memudar
Di waktu nanti yang telah di tentukan
(FIRDAN)
Mungkin bumi sudah terlalu lelah akibat banyaknya
manusia egois yang berulah...
Mungkin bumi telah rentan akibat banyaknya
kerusakan....
Kau datang dengan perlahan .... (sambil buka
lukisan)penuhi tahun dengan resah keluhan
Kau buat bumiku kelelahan
Kau buat masyarakat ketakutan
Lantas pemerintahpun ikut kewalahan
Angka kematian yang semakin hari semakinn meninggi
Cucuran peluh petugas medis menjadi bukti bahwa
masih ada yang peduli
Masyarakatpun tak engggan untuk memberi bahkan
seluruh bantusn dari penjuru negri

(setelah rehan k)
Opisi yang hanya sibuk mencaci
Petahan yang sibuk membela diri
Masyarakat muak dan berorasi
Pereksekusian yang semakin menjadi – jadi

Ada yang janji ada yang mengingkari


Ada koalisi ada juga oposisi
Rakyat hanya penonton saja, hanya komoditi suara
sesaat
BBM ( rehan dari bawah pentas)
Dalam panggang terik matahari
Untuk yang kesekian kali
Kau naikkan BBM lagi
Dengan berlindung pada beratnya subsidi
Tapi abai pada gelombang suara anak negri
Yang kini telah lunglai oleh pendemi
Dan tersenggal himpitan ekonomi

KANJURUHAN
Aku mendengar ribuan isak tangis aku menyaksikan
muka muka penuh haru............
Aku melihat anak kecil menukik mencari ibunnya
mereka meronta mereka belum siap menerima memori
yang senyap.......
Ketika gas air mata menghantam penonton..
Kemana hendak berlari kemaa akan sembunyi
Pilu......begitu menyanyat hati

GEMBEL (jaya)

Dikala golongan menengah atas menegug jus buah


kami hanya bisa menegug rasa pedih dikala orang
menghabiskan rupiah.
Kami hanya bisa memungut sisanya

PELAJAR (farhan)

Entah aku tak tau sampai kapan jalan yang ku tempuh


ini kembali normal.
Kami telah sekolah virtual tanpa berjabat tangan dengan
sang guru
Lihatlah kami yang katanya harapan bangsa
PEJABAT (figur)
Aku menyaksikan negriku tercinta
Selalu dikeduk kekayaannya
Sampai merunduk runduk bungkuk
Oleh para pemimpin
Bertangan kasar kuat dan culas
Dengan kekuasaan tak terbatas
Kuku lancip mencengkram rakyat tertindas

PENJAGA PASIEN (ilham)

Hari ini bukan tentang isi dapur rumah atau gaji upah
dari orang orang yang sakit
Tapi, yang aku ingin adalah tawamu yang sehat
Aku ingin orang orang sejahtera tanpa sakit sakitan

Anda mungkin juga menyukai