Anda di halaman 1dari 15

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Sistem DC
Sistem DC didalam suatu pengoperasian sistem tenaga listrik yang
bertujuan untuk kontrol di dalam suatu gardu induk, sistem tenaga listrik
terdapat dua macam yaitu sumber tenaga listrik arus searah dan sumber tenaga
listrik arus bolak balik. Sumber tenaga listrik berguna untuk kontrol yang harus
mempunyai keandalan dan stabilitas yang baik dikarenakan persyaratan yang
digunakan baterai sebagai sumber tenaga listrik arus searah. Catu daya pada
sumber tenaga lsitrik arus searah digunakan sebagai untuk kebutuhan operasi
relay proteksi dan kontrol. Pada kebutuhan operasi relay dan kontrol di gardu
induk terdapat dua sistem catu daya arus searah yaitu DC 110V dan DC 220V.
Catu daya arus searah atau DC bersumber dari rectifier dan juga baterai
terpasang pada instalasi di susun secara paralel dengan beban [2].

Gambar 2.1 Blok Diagram Instalasi Sistem DC[2]


2.1.1 Instalasi Sistem DC 110 V
Instalasi sistem DC 110 Volt biasanya digunakan untuk
menyalurkan suplai sumber arus searah atau DC110 Volt yang
persedianya dari charger yang dihubungkan dengan baterai dengan tujuan
untuk mengoperasikan peralatan yang ada pada instalasi gardu induk
milanya motor - motor PMT, motor - motorPMS, relay proteksi, meter -
meter digital, sinyal, alarm, indikasi, tripping dan closing coil [3].

10
2.1.2 Pola Instalasi Sistem DC
1. Pola 1
Pola 1 terdapat peralatan listrik yang terdiri dari trafo PS, 2
buah charger, 2 buah baterai dan 1 buah bus DC. MCB sebagai
pengaman utama peralatan dan pengaman cadangan yang berbeda
terlihat pada gambar 2.2 Instalasi Sistem DC Pola 1 [3]. Sistem operasi
pola 1 yaitu:
a. Baterai 1 dan charger 1 (sistem 1) bekerja dengan cara membawa
beban sedangkan baterai 2 dan charger 2 (sistem 2) bekejra
dengan cara tanpa beban.
b. Sistem 1 dan sistem 2 bekerja secara bergantian jika sistem 1
bekerja maka sistem 2 off dan sebaliknya jika sistem 2 bekerja
sistem 1 off. Pada pola 1 banyak digunakan pada Gardu Induk 150
KV dan Gardu Induk 70 KV [3].

Gambar 2.2 Instalasi Sistem DC Pola 1[3]


2. Pola 2
Pada pola 2 terdiri dari beberapa peralatan seperti
transformator PS, 2 buah charger, 2 buah baterai dan 2 buah bus DC
yang berguna sebagai pengaman utama dan pengaman cadangan yang
menggunakan MCB yang berbeda beda. Pada instalasi pola 2
dirancang khusus untuk gardu induk 150 kV, sistem operasi untuk
pola 2 yaitu pertama baterai 1 dan charger 1 bekerja membawa beban
sistem 1 dan baterai 2 dan charger 2 bekerja dengan membawa beban
sistem 2. Pada posisi normal sistem 1 dan sistem 2 berkerja secara
terpisah, untuk MCB kopel dalam posisi keluar, kemudian saat

11
pemeliharaan sistem 1, MCB sistem 1 dioffkan kemudian MCB kopel
akan masuk dan sebaliknya jika yang dipelihara sistem 2 [3].

Gambar 2.3 Instalasi Sistem DC Pola 2[3]


2.1.3 Bagian – Bagian Utama Sistem DC
Bagian-bagian utama dalam peralatan sistem DC yaitu :
1. Rectifier / Charger
Rectifier atau Charger merupakan rangkaian alat listrik yang
digunakan untuk mengubah arus listrik AC menjadi arus searah listrik
DC.
2. Baterai
Baterai merupakan alat penyimpan energi listrik arus searah yang
digunakan sebagai sumber cadangan energi yang di salurkan ke beban.
3. Konduktor
Konduktor memiliki fungsi sebagai penghantar energi listrik arus
searah dari sumber listrik ke beban.
4. Terminal-terminal
Terimal-terminal memiliki fungsi sebagai tempat percabangan listrik,
dimana energi listrik akan ditransfer atau dibagi ke masing-masing
beban [2].
2.2 Jenis Rectifer
1. Rectifier 1 (satu) fasa
Rectifier 1 fasa merupakan sistem DC yang rangkaian inputnya
menggunakan AC suplai 1 fasa. Rectifier banyak dipergunakan pada gardu
induk yang ada di peralatan proteks dan Rectifier akan beroperasi apabila
diberikan tegangan 220 Vac [4].

12
2. Rectifier 3 (tiga) fasa
Rectifier 3 fasa merupakan rectifier yang rangkaian inputnya
menggunakan tegangan AC suplai 3 fasa berbeda dengan 1 fasa uang
mengunakan tegangan AC 220 Vac. Untuk dapat menghasilkan tegangan
sebesar 380 Vac, maka proses penyambungannya menggunakan konfigurasi
fasa ke fasa (r-s/s-t/t-r), sehingga rectifier 3 fasa ini dapat bekerja. Hanya
saja rectifier 3 fasa tidak dipergunakan pada jaringan proteksi pada Gardu
Induk [4].
2.2.1 Prinsip Kerja Rectifier
Sumber AC 1 fasa dan 3 fasa masuk melalui sumber terminal
input charger ke trafo step-down dengan tegangan 220/380 Vac menjadi
tegangan 110 Vdc yang terdapat sedikit ripple, untuk memperbaiki
ripple pada gelombang DC maka diperlukan suatu rangkaian penyaring
atau rangkaian filter yang dipasang sebelum ke terminal output [4].
2.2.2 Bagian Bagian Charger
1. Transformator Utama
Transformator utama yang terpasang pada charger
merupakan transformator step-down yang memiliki fungsi sebagai
penurun tegangan dari tegangan AC 220/380 volt ke tegangan 110
/48 volt, contoh trafo utama di lihat pada gambar 2.2. Besar
kapasitas tarfo harus disesuaikan dengan kapasitas baterai terpasang
pada suatu sistem dan untuk beban sumber DC di gardu induk
tersebut, paling tidak besar kapasitas arus output trafo harus lebih
besar 20% dari arus pengisian baterai [3].

Gambar 2.4 Transformator Utama[3]

13
2. Penyearah Thyristor
Penyerarah thyristor bisa mengatur tegangan keluaran
penyearah dengan menggunakan penyearah jembatan thyristor 3
fasa, penyearah thyristor terbuat dari bahan semi konduktor yang
dilengkapi dengan satu terminal kontrol dengan tujuan untuk
mengatur sudut penyalaan thyristor [2].

Gambar 2.5 Rangkaian Penyearah Thyristor[2]


3. Filter (Penyaring)
Filter memiliki fungsi sebagai penyaring tegangan DC yang
keluar dari sebuah rangkaian penyearah supaya dapat menghasilkan
tegangan searah yang murni dari kandungan harmonisa atau ripple
tegangan outputnya tidak melebihi batas tertentu. Rangkaian filter
terdiri dari beberapa rangakaian seperti rangkaian induktif,
rangkaian kapasitif atau kombinasi dari rangkaian keduanya [2].

Gambar 2.6 Rangkaian Filter[2]


4. AVR (Automatic Voltage Regulator)
AVR merupakan modul elektronik yang berfungsi sebagai
pemberi trigger positif pada gate thyristor yang bertujuan untuk
mengatur arus maupun tegangan output rectifier yang masuk ke
dalam baterai maupun ke beban dab juga dapat diset sesuai
kebutuhan [2].

14
Gambar 2.7 Modul Elektronik AVR
5. Alarm Unit
Alarm Unit merupakan suatu perangkat elektronik yang
yang berfungsi sebagai memberikan informasi apabila terjadi
kondisi tidak normal pada sistem kerja charger antara lain :
a. AC Failure dari Sumber AC input hilang
b. DC Failure dari Sumber AC output hilang
c. High DC Voltage atau tegangan DC tinggi
d. Earth Fault Positif yaiti Hubung tanah pada kutub positif pada
sumber DC
e. Earth Fault Negatif yaitu Hubung tanah pada kutub negatif pada
sumber DC [2].
6. Rangkaian Voltage Dropper
Rangkaian Voltage Dropper merupakan rangakian yang
terdiri dari beberapa dioda yang terhubung secara seri yang
berfungsi untuk menurunkan tegangan pada saat rectifier digunakan
untuk tujuan pemeliharaan pada baterai agar selalu dalam keadaan
penuh. Rangkaian Voltage Dropper ketika beroperasi dengan
pengisian Boost atau Equalizing tegangan output rectifier disisi
baterai maupun beban akan tinggi sehingga dalam kondisi berakibat
merusak peralatan, oleh karena itu supaya tegangan tetap stabil,
maka dipasang penurun tegangan atau rangkaian voltage droper.
Besarnya kapasitas droper tergantung pada kebutuhan besarnya
tegangan yang harus diturunkan pada saat rectifier bekerja dengan
pengisian Boost atau Equalizing [2].

15
Gambar 2.8 Diagram Voltage Droper[2]
7. Unit Pengaturan
Unit pengaturan digunakan sebagai operasi rectifier agar
dapat memenuhi syarat atau standar pengisian baterai sesuai yang
diharapakan maka pengaturan setting tegangan atau arus dapat
diseting pada modul kontrol unit, hal ini dapat dilakukan dengan
cara mengatur resistor variable pada PCB dirangkaian elektronik
AVR dengan cara memutar ke kiri atau ke kanan [2].

Gambar 2.9 PCB Rangkaian Elektronik AVR[2]


2.2.3 Mode Operasi Pengisian Pada Rectifier atau Charger
1. Floating Charge
Floating Charge merupakan mode pengisian baterai yang
digunakan untuk menjaga baterai supaya dalam keadaan full charge
atau penuh. Pada saat kondisi normal charge berkerja pada sistem
floating [3].
2. Equalizing Charge
Equalizing Charge merupakan jenis pengisian baterai yang
digunakan untuk menyamakan dan meratakan tegangan disetiap cell
baterai [3].

16
3. Boosting Charge
Boosting Charge merupakan jenis pengisian baterai dengan cara
kerja cepat, yang berguna untuk saat initial pengisian atau Charge
kembali setelah baterai mengalami pengosongan [3].
4. Switch Mode Power Supply
Switch Mode Power Supply (SMPS) bekerja dengan cara
menggunakan cara pensaklara dengan cara kerja menghidupkan dan
mematikan tegangan yang masuk ke dalam trafo dengan peralatan
atau komponen elektronik dengan frekuensi tertentu [3].
2.3 Baterai
Baterai merupakan suatu alat yang menghasilkan energi listrik dengan
cara proses kimia. Baterai merupakan gabungan susunan beberapa sel atau
hanya satu sel . Tiap sel dari baterai terdiri dari elektroda positif (+), elektroda
negatif (-) dan elektrolit. Jenis elektroda dan elektrolit pada baterai tergantung
dari pabrik yang memproduksi batere tersebut [2]. Di Gardu Induk maupun di
Pusat Pembangkit Tenaga Listrik baterai berfungsi sebagai :
1. Sumber tenaga untuk alat kontrol, pengawasan, tanda-tanda isyarat
(signalling and alarm).
2. Sumber tenaga motor-motor untuk PMT, PMS, Tap Charging Trafo tenaga
dan sebagainya.
3. Sumber tenaga untuk penerangan darurat.
4. Sumber tenaga untuk rele proteksi.
5. Sumber tenaga untuk peralatan telekomunikasi.
Sumber tenaga pada alat-alat kontrol, rele proteksi dan lainya selalu
harus mempunyai keandalan yang tinggi oleh karena itu perlu dijaga agar
tegangan dari baterai ini tidak banyak berubah dari yang sudah ditetapkan [2].
2.3.1 Bagian Bagian Utama Baterai
A. Elektroda
Elektroda pada setiap sel baterai terdiri dari elektroda positif
dan elektroda negatif yang direndam didalam suatu larutan kimia
yang bertujuan untuk sebagai pemindah elektron pada saat

17
berlangsung pengisian dan pengosongan [2]. Elektroda positif dan
negatif terdiri dari :
1. Grid merupakan suatu rangka besi atau fiber yang berfungsi
sebagai tempat material aktif.
2. Material aktif memiliki fungsi sebagai bahan yang bereaksi
secara kimia dengan tujuan untuk menghasilkan suatu energi
listrik [2].
B. Elektrolit
Elektrolit merupakan suatu larutan senyawa kimia yang
berfungsi sebagai untuk menghantarkan arus listrik, dikarenakan
larutan senyawa dapat menghasilkan muatan listrik positif dan
muatan negatif. Ion positif disebut sebagai bagian yang bermuatan
positif dan ion negatif disebut sebagai bagian yang bermuatan
negatif. Pada elektolit semakin banyak ion yang dihasilkan suatu
elektrolit maka semakin besar daya hantar listriknya [2]. Jenis cairan
ektrolit baterai terdiri dari 2 macam yaitu :
1. Larutan asam belerang atau H2SO4 digunakan pada baterai
asam.
2. Larutan Kalium Hidroxide atau KOH digunakan pada baterai
alkali [2].
C. Sel Baterai
Sel baterai memiliki fungsi untuk tempat menyimpan elektrolit dan
elektroda [2]. Jenis bahan bejana yang pakai terdiri dari 2 macam
yaitu :
1. Steel container
Merupakan sel baterai dengan bejana yang terbuat dari steel
yang ditempatkan dalam rak kayu, dengan tujuan menghindari
terjadi korsleting antar sel baterai atau hubung tanah antara sel
baterai dengan rak baterai [2].
2. Plastic container
Merupkan sel baterai dengan bejana (container) yang terbuat
dari plastik dan ditempatkan dalam rak besi yang diisolasi,

18
dengan tujuan menghindari terjadi korsleting antar sel baterai
atau hubung tanah antara sel baterai dengan rak baterai jika
terjadi suatu kerusakan atau kebocoran pada elektrolit baterai
[2].
D. Terminal dan penghubung baterai
Terminal dan klem pada sel baterai digunakan sebagai
menghubungkan kutub-kutub sel baterai dengan mengunakan nickel
plated steel sedangkan penghubung antar unit berbentuk nickel
plated berupa kabel yang terisolasi [2].
2.3.2 Klasifikasi Baterai
Baterai diklasifikasikan kedalam beberapa jenis yaitu :
A. Menurut bahan elektrolit
1. Baterai timah hitam atau lead-acid stroage battery
Baterai timah hitam merupakan bahan elektrolinya adalah
larutan asam belerang atau H2 SO4 [2].
2. Baterai alkali (alkaline storage battery)
Baterai alkali bahan elektrolitnya dari larutan alkali atau
potassium hydroxide [2].
B. Menurut Kapasitas Baterai
Kapasitas suatu baterai menyatakan berapa lama kemampuannya
untuk memberikan aliran listrik, pada tegangan tertentu yang
dinyatakan dalam Amper –Jam (Ah) [2].
C=Ixt
Besarnya kapasitas batere terdiri dari 2 macam yaitu:
1. Kapasitas baterai dengan harga rendah/menengah.
Besarnya kapasitas baterai bisa sampai 235 Ah, dengan lama
pengosongan selama 8 jam dengan suhu 250℃ [2]. Baterai
digunakan sebagai sumber arus DC untuk :
a. Alat kontrol, tanda-tanda isyarat
b. Motor-motor PMT dan PMS
c. Penerangan darurat
d. Proteksi

19
e. Telekomunikasi
2. Kapasitas baterai dengan harga tinggi.
Besarnya kapasitas pada baterai dari 235 Ah sampai dengan 450
Ah, dengan lama pengosongan selama 8 jam pada suhu 25℃ [2].
Baterai ini fungsi sebagai sumber arus untuk :
a. Menjalankan mesin (engine starting)
b. Penerangan darurat
2.3.3 Prinsip Kerja Baterai
1. Proses discharge pada sel baterai berlangsung menurut gambar 2.10
Proses Discharging, bila sel baterai dihubungkan dengan beban
maka elektron mengalir dari anoda ke katoda, selanjutnya ion
negatif mengalir ke dalam anoda dan ion positif mengalir ke katoda
[2].

Gambar 2.10 Proses Discharging[2]


2. Pada proses pengisian baterai menurut gambar 2.11 Proses
Charging, dibawah ini yaitu apabila sel disambungkan dengan
power supply maka yang terjadi adalah elektroda positif menjadi
anoda dan elektroda negatif menjadi katoda [2]. Proses kimia yang
terjadi pada saat pengisian yaitu:
1. Aliran elektron menjadi terbalik, kemudian mengalir dari anoda
melalui power suplai ke katoda.
2. Ion-ion negatif rnengalir dari katoda ke anoda.
3. Ion positif mengalir dari anoda ke dalam katoda
Jadi reaksi kimia pada saat pengisian merupakan kebalikan dari saat
pengosongan [2].

20
Gambar 2.11 Proses Charging[2]
2.3.4 Jenis Jenis Baterai
1. Baterai Asam
Baterai asam memilki bahan elektrolit merupakan larutan asam
belerang atau sulpuric acid=H2SO4. Didalam suatu baterai asam
elektroda terdiri dari beberapa plat-plat timah peroksida PbO2 yang
dugunakan sebagai anoda dan timah murni Pb sebagai katoda [3].

Gambar 2.12 Baterai Lead Acid[3]


2. Baterai Alkali
Baterai alkali merupakan baterai yang memiliki bahan elektrolit dari
larutan alkali (potassium hidroxide) terdiri dari:
a. Nickel-Iron Alkaline Baterai (Ni-Fe baterai)
b. Nickel Cadium Alkaline Baterai (Ni-Cd baterai)
Umum yang banyak diinstalasi PLN adalah baterai alkali nickel-
cadmium (Ni-Cd) [3].
Ciri-ciri baterai alkali yaitu:
1. Tegangan nominal per sel 1,2 volt.
2. Nilai berat jenis elektrolitnya tidak sebanding dengan kapasitas
baterai.

21
3. Umur baterai tergantung pada operasi dan pemeliharaan.
4. Tegangan pengisian
5. Tegangan pengosongan akhir per sel 1 volt.

Gambar 2.13 Baterai Ni - Cad[3]


3. Baterai Kering/ Lithium
Baterai lithium merupakan baterai yang bekerja dengan cara
digerakan oleh ion lithium. Pada baterai lithium memiliki anoda
dan katoda yang terbuat dari karbon dan oksida lithium, sedangkan
elektrolitnya terbuat dari bahan garam lithium yang dilarutkan dalam
suatu pelarut organik. Bahan pembuat untuk anoda merupakan
grafit sedangkan bahan katoda terbuat dari salah satu bahan, lithium
kobalt oksida, lithium besi fosfat, atau lithium oksida mangan.
Elektrolit yang umum digunakan yaitu garam lithium seperti lithium
hexafluorophosphate, lithium tetrafluoroborate, dan lithium
perklorat yang dilarutkan pada larutan organik seperti etilen
karbonat, dimetil karbonat, dan dietil karbonat [3].

Gambar 2.14 Baterai Lithium-ion[3]

22
2.3.5 Type Baterai Menurut Karakteristik Pembebanan
a. Tipe X Very High Loading.
Yatu tipe pembebanan diatas 7 can dengan jenis pembebanan
dengan arus yang sangat tinggi dalam waktu yang singkat, kurang
lebih 2 menit dengan tegangan akhir 0,8 volt per sel [3].
b. Tipe H High Loading
Merupakan jenis pembebanan yang digunakan pada arus yang tinggi
dengan waktu yang cukup singkat dengan pembebanan 3,5 sampai
7 can dengan lama waktu pembebanan kurang lebih 4 menit dan
biasanya digunakan disuatu pembangkit-pembangkit pada saat start
mesin dengan tegangan akhir 0,8 volt per sel [3].
c. Tipe M Medium Loading
Merupakan jenis pembebanan yang digunakan pada arus sedang
dengan waktu yang singka kemudian dengan pembebanan 0,5
sampai 3,5 can dan ama waktu pembebanan kurang lebih 40 menit.
Tipe M digunakan padagardu induk dengan tegangan akhir 0,9 volt
per sel [3].
d. Tipe L Low Loading
merupakan jenis pembebanan yang digunakan pada arus kecil,
dengan pembebanan 0,5 can dan waktu pembebanan memkan waktu
5 jam, dan tegangan akhir 1 volt per sel [3].
2.3.6 Ruang Baterai
Pemasangan baterai di dalam ruangan tertutup, maka dari itu
diperlukan adanya sirkulasi udara yang cukup di ruang baterai. Selain
itu juga harus dilengkapi dengan pendingin dan juga dibutuhkan
ventilasi udara, ventilasi udara di desain khusus yang dilengkapi
penyaring udara dengan tujuan suapay ruang baterai tidak mudah kotor
dan volume udara yang berputar cukup bagus dengan tujuan membuang
gas hidrogen dan oksigen yang timbul akibat proses kimia baterai.
Kebersihan ruangan sangat diutamakan baik lantai ruangan maupun
kondisi sambungan anatari sel baterai untuk menghindari terjadinya
korosif pada material dan pengosongan sendiri [3].

23
Gambar 2.15 Ruang Baterai[3]

Gambar 2.16 Standar Ruangan Baterai[3]

24

Anda mungkin juga menyukai