Kegiatan Belajar 1
Catu Daya Switching
A. Pendahuluan
Kegiatan belajar ini akan mengajak peserta untuk memahami dan
menganalisis komponen elektronika sebagai switching pada sistem catu daya.
Peserta diharapkan dapat menguraikan prinsip kerja komponen switching pada
catu daya. Pemahaman tersebut diharapkan menjadi bekal dalam perancangan
catu daya switching pada rangkaian tertentu. Peserta juga diharapkan dapat
mengevaluasi kinerja catu daya switching.
B. Capaian Pembelajaran
Menganalisis dan mengevaluasi komponen elektronika sebagai switching pada
sistem catu daya
Sub capaian pembelajaran :
1. Menguraikan Catu Daya Secara Umum
2. Menguraikan prinsip kerja komponen switching pada catu daya
3. Merancang catu daya switching pada rangkaian tertentu
4. Mengevaluasi kinerja catu daya switching
C. Materi
Materi 1. Catu Daya Secara Umum
Dikutip dari teknikelektronika.com dalam artikel yang berjudul
Pengertian power supply dan jenis-jenisnya, power supply atau dalam bahasa
Indonesia disebut dengan catu daya adalah suatu alat listrik yang dapat
menyediakan energi listrik untuk perangkat listrik ataupun elektronika
lainnya. Pada dasarnya power supply atau catu daya memerlukan sumber
energi listrik yang kemudian mengubahnya menjadi energi listrik yang
dibutuhkan oleh perangkat elektronika lainnya. Oleh karena itu, power supply
kadang-kadang disebut juga dengan istilah electric power converter.
1. Klasifikasi Power Supply
Dikutip dari teknikelektronika.com dalam artikel yang berjudul
Pengertian power supply dan jenis-jenisnya, pada umumnya power
supply dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Power Supply Berdasarkan Fungsinya
1) Regulated Power Supply
Regulated Power Supply adalah power supply yang dapat
menjaga kestabilan tegangan dan arus listrik, meskipun terdapat
perubahaan atau variasi pada beban atau sumber listrik (tegangan
dan arus input).
2) Unregulated Power Supply
Unregulated Power Supply adalah power supply tegangan
ataupun arus listriknya dapat berubah ketika beban berubah atau
sumber listriknya mengalami perubahan.
3) Adjustable Power Supply
Adjustable Power Supply adalah power supply yang
tegangan atau arusnya dapat diatur sesuai kebutuhan dengan
menggunakan knob mekanik. Terdapat 2 jenis Adjustable Power
Supply yaitu Regulated Adjustable Power Supply dan Unregulated
Adjustable Power Supply.
b. Power Supply Berdasarkan Bentuknya
1) Power supply internal (built in)
Power supply biasanya ditempatkan di dalam atau menyatu ke
dalam perangkat-perangkat tersebut sehingga konsumen tidak
dapat melihatnya secara langsung. Jadi hanya sebuah kabel listrik
yang dapat terlihat dari luar. Misalnya pada televisi, monitor
komputer, komputer desktop maupun DVD player,
2) Power supply stand alone
Berada diluar perangkat elektronika seperti charger handphone
dan adaptor laptop. Ada juga power supply stand alone yang
bentuknya besar dan dapat disetel tegangannya sesuai dengan
kebutuhan.
c. Power Supply Berdasarkan Metode Konversinya
1) Power Supply Linier
Power supply mengkonversi tegangan listrik secara langsung dari
input-nya
2) Power Supply Switching
Mmengkonversi tegangan input ke pulsa AC atau DC terlebih
dahulu.
2. Jenis-Jenis Power Supply
a. DC Power Supply
Pencatu daya yang menyediakan tegangan maupun arus listrik dalam
bentuk direct current (DC) dan memiliki polaritas yang tetap yaitu
positif dan negatif untuk bebannya. Terdapat 2 jenis DC power supply
yaitu :
1) AC to DC power supply
AC to DC Power Supply, yaitu DC Power Supply yang
mengubah sumber tegangan listrik AC menjadi tegangan DC yang
dibutuhkan oleh peralatan elektronika. AC to DC Power Supply
pada umumnya memiliki sebuah transformator yang menurunkan
tegangan, dioda sebagai penyearah dan kapasitor sebagai
penyaring (filter).
2) Linear power supply
Linear power supply berfungsi untuk mengubah tegangan
DC yang berfluktuasi menjadi konstan (stabil) dan biasanya
menurunkan tegangan DC Input.
b. AC Power Supply
Power supply yang mengubah suatu taraf tegangan AC ke taraf
tegangan lainnya. Contohnya AC Power Supply yang menurunkan
tegangan AC 220V ke 110V untuk peralatan yang membutuhkan
tegangan 110VAC. Atau sebaliknya dari tegangan AC 110V ke 220V.
c. Switch Mode Power Supply
Switch-Mode Power Supply (SMPS) adalah jenis power supply
yang langsung menyearahkan (rectify) dan menyaring (filter)
tegangan Input AC untuk mendapatkan tegangan DC. Tegangan DC
tersebut kemudian di-switch ON dan OFF pada frekuensi tinggi
dengan sirkuit frekuensi tinggi sehingga menghasilkan arus AC yang
dapat melewati transformator frekuensi tinggi.
d. Programable Power Supply
Programmable Power Supply adalah jenis power supply yang
pengoperasiannya dapat dikendalikan oleh remote control melalui
antarmuka (interface) Input Analog maupun digital seperti RS232 dan
GPIB.
e. Uninterruptible Power Supply
Uninterruptible Power Supply atau sering disebut dengan UPS
adalah power supply yang memiliki 2 sumber listrik yaitu arus listrik
yang langsung berasal dari tegangan input AC dan baterai yang
terdapat didalamnya. Saat listrik normal, tegangan input akan secara
simultan mengisi baterai dan menyediakan arus listrik untuk beban
(peralatan listrik). Tetapi jika terjadi kegagalan pada sumber tegangan
AC seperti matinya listrik, maka baterai akan mengambil alih untuk
menyediakan tegangan untuk peralatan listrik/elektronika yang
bersangkutan.
f. High Voltage Power Supply
High Voltage Power Supply adalah power supply yang dapat
menghasilkan tegangan tinggi hingga ratusan bahkan ribuan volt.
High Voltage Power Supply biasanya digunakan pada mesin X-ray
ataupun alat-alat yang memerlukan tegangan tinggi.
a. Transformator
Transformator (Transformer) atau disingkat dengan trafo yang
digunakan untuk DC Power supply adalah transformer jenis step-down
yang berfungsi untuk menurunkan tegangan listrik sesuai dengan
kebutuhan komponen elektronika yang terdapat pada rangkaian
adaptor (DC Power Supply). Transformator bekerja berdasarkan
prinsip induksi elektromagnetik yang terdiri dari 2 bagian utama yang
berbentuk lilitan yaitu lilitan primer dan lilitan sekunder. lilitan primer
merupakan input dari pada transformator sedangkan output-nya adalah
pada lilitan sekunder. Meskipun tegangan telah diturunkan, output dari
transformator masih berbentuk arus bolak-balik (arus AC) yang harus
diproses selanjutnya.
Vrip = (3)
d. Voltage Regulator
Untuk menghasilkan Tegangan dan Arus DC (arus searah)
yang tetap dan stabil, diperlukan voltage regulator yang berfungsi
untuk mengatur tegangan sehingga tegangan output tidak
dipengaruhi oleh suhu, arus beban dan juga tegangan input yang
berasal output filter. Voltage regulator pada umumnya terdiri
dari dioda zener, transistor atau IC (Integrated Circuit).
Pada DC Power Supply yang canggih, biasanya voltage
regulator juga dilengkapi dengan short circuit protection
(perlindungan atas hubung singkat), current limiting (pembatas arus)
ataupun over voltage protection (perlindungan atas kelebihan
tegangan).
Malvino (1979) dalam terjemahan Hanapi gunawan (1992:
83) mengatakan bahwa “Cara yang sederhana untuk
menyempurnakan pengaturan tegangan adalah dengan regulator
zener”. Tegangan yang berasal dari power supply digunakan sebagai
tegangan input terhadap regulator zener. Selama tegangan input
lebih besar dari tegangan dioda zener (Vz), dioda zener akan bekerja
pada daerah breakdown. Dioda zener biasanya digabungkan dengan
resistor pembatas seri. Resistor pembatas seri (Rs) berfungsi
mencegah arus zener melebihi batas arus maksimum.
b. Optocoupler
Optocoupler adalah komponen elektronika yang berfungsi sebagai
penghubung berdasarkan cahaya optik. Pada dasarnya optocoupler
terdiri dari 2 bagian utama yaitu transmitter yang berfungsi sebagai
pengirim cahaya optik dan receiver yang berfungsi sebagai pendeteksi
sumber cahaya.
Pada prinsipnya, optocoupler dengan kombinasi LED (Light
Emitting Diode) yang memancarkan cahaya infra merah (IR LED) dan
sebuah komponen semikonduktor yang peka terhadap cahaya
(Phototransistor) sebagai bagian yang digunakan untuk mendeteksi
cahaya infra merah yang dipancarkan oleh IR LED.
Jika arus basis (IB) lebih besar atau sama dengan IB(sat), maka
transistor beroperasi pada titik saturasi dan transistor berfungsi seperti
sebuah switch tertutup. Sebaliknya jika arus basis sama dengan nol
(IB=0) , maka transistor beroperasi pada titik cut-off dan transistor
berfungsi sebagai switch terbuka.
Untuk mendesain transistor sebagai switch, maka dikenal istilah
hard saturation yang berarti bahwa arus basis cukup besar untuk
membuat transistor saturasi pada semua harga dari βdc. Pedoman
desain dari hard saturation adalah mempunyai arus basis kira-kira
sepersepuluh dari harga arus saturasi kolektor. Gambar 14
menunjukkan ilustrasi transistor sebagai switch.
Catu daya yang baik harus dirancang dan dibuat sesuai dengan
kebutuhan rangkaian terutama dari sisi nilai tegangan dan besar arus output-
nya. Pada aplikasi tertentu misalnya sebagai catu daya televisi display CRT
diperlukan beberapa nilai tegangan yang dibutuhkan rangkaian. Sehingga pada
output catu daya menggunakan beragam tahapan proses regulasi. Selain kedua
hal tersebut, ada banyak hal lain yang menjadi pertimbangan mengacu kepada
karakteristik catu daya.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam perancangan catu
daya diantaranya :
1. Jenis catu daya.
2. Output tegangan yang dihasilkan.
3. Besar arus output maksimal.
4. Keamanan dan sistem proteksi catu daya.
5. Tingkat ketersediaan komponen.
Pada bagian ini akan diberikan beberapa contoh rancangan rangkaian
catu daya sesuai dengan kebutuhan pemakaiannya.
1. Perancangan catu daya jenis switching (SMPS) tegangan output 12 Volt dan
5 Volt DC 1 Ampere.
Contoh rangkaian di bawah merupakan hasil rancangan sesuai dengan
kegunaannya.
Gambar 18. Rancangan Catu Daya tegangan output 12 Volt dan 5 Volt DC 1 A
Gambar 19. Rancangan Catu daya tegangan output 3,3 V , 5 V dan 9 Vdc 800 mA
Sumber : https://homemade-circuits.com/wp-content/uploads/2015/12/smps-2.png
4. Regulasi beban
Regulasi beban (disebut juga efek beban) ditentukan sebagai
perubahan tegangan keluar yang diatur bila arus beban berubah dari harga
minimum ke harga maksimum (Malvino, 1984, terjemahan Barmawi,
1996: 201). Rumus untuk mencari regulasi beban adalah:
LR = - (5)
Dimana LR = regulasi beban (load regulation)
= tegangan beban tanpa arus beban
= tegangan beban dengan arus beban penuh
2. Pada saat televisi dalam kondisi stand by, hasil pengukuran tegangan input
catu daya (live area),
Tabel 3. Pengukuran input
Titik Pengukuran Tegangan terukur
Input Dioda Bridge (AC) 225 VAC
Output Dioda Bridge / Elco Tegangan Tinggi (DC) 310 VDC
Pin 1 Transformator Switching 0 VDC
Pin 2 Transformator Switching 0 VDC
Pin 3 Transformator Switching 310 VDC
Pin 4 Transformator Switching 310 VDC
3. Hasil pengukuran tegangan output catu daya meliputi setiap pin output
transformator switching, setelah dioda penyearah dan regulator tegangan.
Data hasil pengukuran pada tabel berikut :
Tabel 4. Pengukuran output catu daya televisi dalam keadaan mati (stand-
by)
Titik Pengukuran
Pin output Ket-
tranformator Setelah dioda (dc) Setelah regulator (dc)
switching
Pin Vac Dioda Vdc tr Vdc
10 (gnd) 0V -- 0V -- 0
11 0V D551 0V -- 110 V
12 0V -- 0V -- 0
13 0V D554 0V V518(e) 26 V
14 0V D555 0V V702(e) 12 V 5 Va
V517(e) 8V
15 0V D556 0V -- 12 V
16 (gnd) 0V -- 0V 0 0V
4. Hasil pengukuran bentuk sinyal dengan osiloskop pada salah satu output
transformator switching (output kaki 14)(nilai terkecil) dan setelah dioda
penyearah.(D555) dan emitor V702.
Bentuk sinyal
Pin 14 trafo switching Setelah D555 Setelah regulator 702