Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PRODUKSI TERNAK BESAR


SINKRONSASI BERAHI

OLEH:
Andi Ade Wijaya baso
4521035014

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BOSOWA
2023
2

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadiran Allah SWT, karena dengan

rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah

ini dengan baik dan selesai tepat pada waktunya. Makalah ini kami susun dengan

judul “Sinkronisasi Berahi”.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah

Produksi Ternak Besar yang diberikan oleh dosen penganmpu. Selain itu makalah

ini juga bertujuan untuk memberikan tambahan wawasan pengetahuan bagi kami

sebagai penulis dan juga bagi para pembaca.

Terakhir, kami sadar bahwa makalah ini masih perlu untuk disempurnakan.

Maka dari itu kami sangat terbuka pada kritik dan saran yang meningkatkan

kemampuan kami, agar pada tugas berikutnya kami dapat menyusun makalah

dengan lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Makassar,5 Januari 2024

Penulis
3

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... i

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.....................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN SINKRONISASI BERAHI....................................................2
B. MANFAAT SINKRONISAS BERAHI...........................................................3
C. METODE SINKRONISASI BERAHI............................................................
BAB III KESIMPULAN
A. KESIMPULAN.............................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................13

LAMPIRAN.............................................................................................................14
4

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

teks

1. Gambar produk susu skim.............................................................................14


1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Beternak ruminansia seperti sapi membutuhkan kepekaan dalam mengetahui


kapan ternak minta dikawinkan dan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Pada sapi sendiri,
khususnya untuk sapi perah, tentu yang dibutuhkan adalah produksi susunya. Maka
dari itu, sapi hari beranak guna dapat memproduksi susu yang diharapkan.
Proses sapi dari kawin hingga beranak pun tidak mudah, sebab sapi betina
memiliki siklus birahi atau estrus. Menurut Daud Samsudewa (2023) bahwa waktu
estrus hanya sebagian kecil dari total siklus birahi. “Sapi betina itu minta kawin 21
hari sekali, begitu pula pada kambing dan juga domba”.
Dengan begitu, sapi betina tidak dapat dipaksakan untuk dikawinkan di hari
lain, karena tidak akan terjadi pembuahan. Waktu yang tepat untuk sapi betina
dikawinkan ialah pada saat masa estrus. Adapun siklus birahi dibagi menjadi 4,
yakni pertama ada masa proestrus atau awalan estrus yang waktunya 1-2 hari.
Kedua adalah masa estrus, yaitu masa yang tepat untuk perkawinan, itu waktunya
hanya 1-2 hari di antara 21 hari. “Kemudian yang ketiga ada masa metestrus, itu
waktunya 1-2 hari. Keempat ialah diestrus, yakni waktu persiapan kebuntingan yakni
15-18 hari. Maka dari itu, jika kita ingin bisa mengawinkan ternak dan bisa bunting,
kemudian melahirkan anak guna memberikan keuntungan untuk kita, harus
mengawikannya di masa ketika dia mau dikawinkan atau yang disebut masa estrus”.
Ada istilah yang disebut dengan sinkronisasi birahi, yaitu upaya di mana
peternak membuat ternaknya ada di dalam kondisi minta kawin atau estrus. Ternak
itu meminta kawinnya pasti di hari dan waktu yang berbeda-beda. Namun dengan
sinkronisasi birahi ini, peternak berusaha membuat ternak dalam satu kelompok
minta kawin bersama.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu sinkronsasi berahi?
2. Apa manfaat dari sinkronisasi berahi?
3. Bagaimana metode yang dilakukan untuk sinkronisasi berahi?
2

BAB II
PEMBAHASAN

A. PEGERTIAN SINKRONISASI BERAHI

Sinkronisasi estrus (birahi) adalah salah satu teknologi reproduksi untk


menciptakan munculnya estrus dalam waktu yang tepat dan bersamaan pada
sekelompok ternak betina, sehingga memudahkan prediksi waktu birahi dan
perkawinan untuk menghasilkan kebuntingan (Wayan, 2022).
Sinkronisasi adalah suatu pengendalian estrus yang dilakukan
pada sekelompok ternak betina sehat dengan memanipulasi mekanisme
hormonal, sehingga keserentakan estrus dan ovulasi dapat terjadi pada hari yang
sama atau dalam kurun 2 atau 3 hari setelah perlakuan dilepas, sehingga Inseminasi
Buatan dapat dilakukan serentak (Toelihere, 1985). Sikronisasi ini mengarah
pada hambatan ovulasi dan penundaan aktivitas regresi Corpus Luteum (CL)
(Hafes, 1993). Ada dua tujuan dalam melakukan sinkronisasi estrus yakni 1)
untuk mendapatkan seluruh ternak yang diberikan perlakuan mencapai estrus
dalam waktu yang diketahui dengan pasti sehingga masing-masing ternak tersebut
dapat di IB dalam waktu bersamaan. 2) untuk menghasilkan angka kebuntingan
yang sebanding atau lebih baik disbanding dengan kelompok yang tidak
mendapat perlakuan yang dikawinkan dengan IB atau oleh pejantan.
Pada prinsipnya siklus estrus bisa dilakukan karena dalam siklus estrus
ada dua fase yaitu fase folikuler dan fase luteal yang sangat brbeda secara
hormonal. Fase luteal memerlukan waktu yang lebih panjang dari pada fase
folikuler. Sikronisasi estrus dapat dilakukan dengan memanipulasi siklus birahi yaitu:
 Menghilangkan fungsi korpus luteum.
 Menekan perkembangan folikel selama fase luteal. Sinkronisasi estrus dengan
memperpanjang fase luteal
 Corpus luteum beregresi secara alami.
 Memblok FSH & LH setelah CL beregresi.
 Preparat : Progesteron (P4) yang diberikan selama 14-21 hari
(tergantung spesies)
 Penghentian P4 : Folikel berkembang, estrus, dan ovulasi
 Estrus : 2-8 hari setelah penghentian pemberian P4
3

 Metode Pemberian: orally, pessaries, ear implant and intravaginal


devices Sinkronisasi estrus dengan memperpendek fase luteal

 Menginduksi regresi CL lebih awal (Luteolisis)


 Preparat: PGF2 α atau analognya (Cloprostenol) daya luteolitik pada
semua spesies (fase perkemabangan CL); Estrogen daya luteolitik pada
ruminansia, tidak pada kuda & babi.

Siklus estrus sapi secara umum dibagi dalam 4 fase, yaitu proestrus,
estrus, metestrus dan diestrus. Berdasarkan perubahan-perubahan dalam ovaria
siklus estrus dapat dibedakan pula menjadi 2 fase, yaitu fase folikel, meliputi
proestrus, estrus serta awal metestrus, dan fase lutea, meliputi akhir metestrus dan
diestrus.
Fase 1. Proestrus (prestanding events). Fase ini hanya berlangsung 1 – 2
hari. Betina berperilaku seksual seperti jantan, berusaha menaiki teman-
temannya (homoseksualitas), menjadi gelisah, agresif, dan mungkin akan
menanduk, melenguh, mulai mengeluarkan lendir bening dari vulva, serta svulva
mulai membengkak.
Fase 2. Estrus (Standing Heat). Pada fase ini hewan betina diam bila dinaiki
oleh temannya atau standing position. Tetapi juga perlu diperhatikan hal lain
seperti seringkali melenguh, gelisah, mencoba untuk menaiki teman-temannya.
Sapi betina menjadi lebih jinak dari biasanya. Vulva bengkak, keluar lendir vulva jer
nih, mukosa terlihat lebih merah dan hangat apabila diraba.
Fase 3. Metestrus (Pasca Birahi). Periode ini berlangsung selama 3 – 4 hari setelah
birahi, sedikit darah mungkin keluar dari vulva induk atau dara
beberapa jam setelah standing heat berakhir. Biasanya 85% dari periode birahi pada
sapi dara dan 50% pada sapi induk berakhir dengan keluarnya darah dari
vulva (untuk cek silang saat mengawinkan inseminasi harus sudah dilakukan 12-24
jam sebelum keluarnya darah). Keadaan ini disebut perdarahan metestrus
(metestrual bleeding), ditandai dengan keluarnya darah segar bercampur lendir dari
vulva dalam jumlah sedikit beberapa hari setelah birahi. Perdarahan ini biasanya
akan berhenti sendiri setelah beberapa saat. Yang perlu diingat adalah bahwa tidak
semua siklus birahi pada sapi berakhir dengan keluarnya darah. Keluarnya
4

darah tidak selalu berarti ovulasi telah terjadi dan tidak selalu menunjukkan bahwa
bila diinseminasi ternak akan bunting atau tidak. Keluarnya darah hanya
akan menunjukkan bahwa ternak telah melewati siklus birahi.
Fase 4. Diestrus. Berlangsung selama 12 – 18 hari setelah periode
metestrus sampai periode proestrus berikutnya dan alat reproduksi praktis ”tidak
aktif” selama periode ini karena di bawah pengaruh hormon progesteron dari
korpus luteum.

B. MANFAAT SINKRONISASI BERAHI

Sinkronisasi atau induksi estrus adalah tindakan menimbulkan birahi, diikuti


ovulasi fertil pada sekelompok atau individu ternak dengan tujuan utama untuk
menghasilkan konsepsi atau kebuntingan. Sinkronisasi estrus biasanya menjadi satu
paket dengan pelaksanaan IB, baik berdasarkan pengamatan birahi maupun IB
terjadwal (timed artificial insemination). Angka konsepsi atau kebuntingan yang
optimum merupakan tujuan dari aplikasi sinkronisasi estrus ini.
Manfaat dari tindakan sinkronisasi estrus pada sapi ada beberapa, antara lain:
1. Optimalisasi dan efisiensi pelaksanaan IB. Dengan teknik ini
dimungkinkan pelaksanaan IB secara massal pada suatu waktu tertentu.
2. Mengatasi masalah kesulitan pengenalan birahi. Subestrus atau birahi
tenang yang umum terjadi pada sapi perah dan potong di Indonesia dapat
diatasi dengan teknik sinkronisasi estrus.
3. Mengatasi masalah reproduksi tertentu, misalnya anestrus post partum
(anestrus pasca beranak).
4. Fasilitasi program perkawinan dini pasca beranak (early post
partum breeding) pada sapi potong dan perah. Teknik ini dapat digunakan
untuk mempercepat birahi kembali pasca beranak, pemendekkan days open
(hari-hari kosong) dan pemendekkan jarak beranak.
5. Manajemen reproduksi resipien pada pelaksanaan transfer embrio
sapi. Dalam program transfer embrio, embrio beku maupun segar (diambil
dari sapi donor pada hari ke 7 setelah estrus) ditransfer ke resipien pada
fase siklus estrus yang sama. Sinkronisasi estrus biasanya digunakan
untuk maksud tersebut.
5

Dalam literatur lain menyebutkan manfaat sinkronisasi estrus yaitu :


1. Optimalisasi dan Efisiensi Pelaksanaan IB. Dengan teknik ini pelaksanaan IB
dapat dilakukan secara massal. Kombinasi sinkronisasi estrus dan
Inseminasi Buatan pada sapi bertujuan untuk meningkatkan mutu genetis,
efisiensi pelaksanaan Inseminasi Buatan, adanya kelahiran pedet yang relatif
sama umurnya dan meniadakan deteksi estrus.
2. Mengatasi Masalah Kesulitan Pengenalan Birahi. Subestrus atau birahi
tenang yang umum terjadi pada sapi potong dapat diatasi dengan teknik
sinkronisasi estrus.
3. Mengatasi Masalah Reproduksi tertentu, misalnya anestrus post
partum (anestrus pasca beranak).
4. Fasilitasi Program Perkawinan Dini Pasca Beranak (early post
partum breeding) pada sapi potong. Teknik ini dapat digunakan untuk memp
ercepat birahi kembali pasca beranak, pemendekkan days open (hari-hari
kosong) dan pemendekan jarak beranak.

Inseminaasi Buatan tidak bisa dilakukan langsung setelah pemberian hormon


prostaglandin F2α . Dibutuhkan waktu 2-4 hari atau hingga timbul
gejala birahi. Setelah timbul gejala berahi maka petugas inseminator mendatangi
peternak untuk melakukan Inseminasi Buatan.
Adanya Kegiatan sinkronisasi estrus ini diharapkan dapat
meningkatkan kinerja reproduksi sapi Madura, meningkatkan produktivitas sapi
Madura, meningkatkan penghasilan peternak, meningkatkan jumlah Akseptor IB,
dan membantu program pemerintah dalam swasembada daging Tahun 2014,
sehingga diharapkan kegiatan ini dapat diadakan secara berkelanjutan di tahun-
tahun berikutnya.

Fungsi Sinkronisasi Estrus

a. Mengurangi waktu untuk menemukan hewan birahi


b. Memberi kemudahan bagi penggunaan inseminasi buatan, terutama
pada kawanan sapi pedaging, dengan memberi perlakuan pada hewan
secara berkelompok.
6

c. Dalam hubungan dengan prosedur saat ovulasi, agar dapat


melakukan inseminasi sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan
sebelumnya
d. Memungkinkan memberi makan hewan dalam kelompok yang
seragam, terutama bila ini menyangkut perubahan ransum sesuai dengan
fase kebuntiongan.
e. Sebagai kelanjutan dari pembiakan serentak, membatasi keseluruhan
periode kelahiran pada kawanan atau kelmpok ternak
f. Memungkinkan melakukan pengawasan kelahiran dengan tujuan
mengurangi kematian anak baru lahir dan pengaturan pengasuhan anak pada
induk lain
g. Setelah pengendalian perkawinan yang berhasil, memungkinkan
untuk melakukan penyapihan, penggemukan, dan pemasaran kawanan
ternak yang seragam.
h. Memudahkan pemanfaatan transfer embrio

Keuntungan siklus estrus pada ternak adalah sebagai berikut :

1) Memudahkan dan efisiensi deteksi birahi.


2) Memudahkan dalam pelaksanaan kawin buatan.
3) Memudahkan tata laksana pemberian pakan ternak bunting.
4) Memudahkan tatalaksana kelahiran dan pemeliharaan anak.
5) Memudahkan tatalaksana penggemukan anak jantan.
6) Memudahkan tatalaksana pemibibitan.
7) Memudahkan pemasaran.

C. METODE SINKRONISASI BERAHI

Sikronisasi estrus pada sapi dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
1. Menghilangkan corpus luteum atau enukleasi luteal
a. Perusakan fisik pada CL dngan menggunakan jari melalui rektum,
pada saat CL dalam keadaan berfungsi (masak).
b. Perlu tenaga yang profesional.
c. 50 – 60 % dari sekelompok sapi yang peka, empat hari kemudian
akan birahi.
7

d. Resiko hemorhagia dan perlekatan fimbria


2. Penyuntikan Progesteron
a. Penyuntikan selama 18 -20 hari (50 mg/hari).
b. Menghambat fase luteal melalui umpan balik negatif.
c. Kelemahannya yaitu injeksi memerlukan waktu dan tenaga,
timbulnya birahi bervariasi kurang lebih 5 hari, fertilisasi menurun
/rendah.
3. Pemberian progestagen aktif per oral (mulut)
a. Mengatasi kesulitan kedua diatas dan lebih tepat untuk kelompok
ternak yang besar dikandang dan terprogram pemberian pakannya
b. Progestagen sintetik yaitu melengestrol Asetat (MGA)
dan Medroxiprogesteron (MPA), namun lebih bagus MGA daripada
MPA.
c. Pemberian lewat pakan selama 15-18 hari dan birahi terjadi 3-5
hari kemudian setelah penghentian perlakuan.
d. Fertilisasi rendah (42%) dan menjadi 82 % pada estrus berikutnya.
e. Pemberian esterogen dan gonadotropin menghambat MGA,
fertilisasi tetap rendah
4. Implan silastik
a. Implan silastik yang mengandung MGA ditanam dibawah kulit leher
atau dibawah kulit luar telinga selama 22-64 hari
b. 36-72 jam setelah penghentian perlakuan terjadi birahi 64 %
5. Spons intravagina
a. Progesteron juga dapat dimasukan ke vagina dengan memakai
spons, diharapkan dapat menghasilkan estrus yang baik.
b. Pemasangan spons selama 18-21 hari dan birahi akan tampak 24-72
jam setelah pengambilan spons dari vagina.
c. Kelemahan: spons sering berubah tempat, kerusakan mukosa vagina
dan serviks.
d. Progesteron releasing intra vagina device (PRID) adalah alat
intravagina pelepas progesteron dengan speculum pada bagian
vagina anterior
e. Dengan penyuntikan PMSG (750-2000 IU) sebelum dan
sesudah pengeluaran spons dapat meningkatkan birahi dan fertilisasi
8

6. Progestagen dalam waktu singkat


a. Untuk meningkatkan fertilisasi prostagen diberikan 9-12 hari saja
b. Sebelumnya disuntikan 5-7,5 mg EB dan 50-250 mg progesteron
dan setelah penghentian perlakuan, maka 56 jam kemudian birahi
dan dapat di IB.
7. Injeksi prostaglandin PGF 2alfa
a. Publikasi pertama mengenai terapi prostalglandin baru muncul tahun
1970 dan terus berkembang sejalan ditemukannya analog
prostaglandin.
b. Lebih sederhana dan mencegah menurunya fertilisasi.
c. Penyuntikan intra muskular tunggal untuk fase luteal dan ganda (10-
12 hari) untuk yang heterogen fasenya, IB dilakukan 58-72 jam atau 72
dan 96 jam (IB Ganda)

Pada sapi sering digunakan PGF2 alpha yang berfungsi


menghancurkan korpus leteum yang sedang berfungsi dan tidak efektif pada korpus
luteum yang sedang tumbuh. Pada dasarnya korpus luteum tumbuh pada 0-5 hari
setelah estrus dan pada hari 6-16 korpus luteum berfungsi. Cara penyuntikan PGF2
alpha:
a) Penyuntikan satu kali Pada cara ini sebua betina yang tidak bunting disuntik
dengan PGF2 alpha,estrus akan terjadi 1-3 hari kemudian. Secara teori
kebrhasilan cara ini sekitar 75% kerena diperkirakan 25% ny masih berada
pada kondisi estrus sampai 5 hari setelah estrus.untuk mendapatkan hasil
100% maka diperlukan penyuntikan kedua.
b) Penyuntikan dua kali Semua betina yang tidak bunting disuntik dengan PGF 2
alpha, kemudian penyuntikan diulangi lagi pada hari kesebelas. Berahi terjadi
secara serentak 1-3 hari kemudian dan 100% berahi. Dosis PGF 2 alpha
adalah 5 – 35 mg/ekor.
9

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Fertilitas yang dihasilkan dari estrus hasil sinkronisasi menurut laporan laporan
dari negara maju dan berdasarkan pengalaman pribadi penulis dapat dikatakan sama
dengan hasil dari estrus alami. Inseminasi buatan berdasarkan deteksi birahi alami
mempunyai angka konsepsi normal 60 –75%, sedangkan sinkronisasi estrus dengan
inseminasi terjadwal juga menghasilkan angka yang sama.
Pada aplikasi sinkronisasi estrus dengan inseminasi buatan terjadwal
pelaksanaannya akan lebih efisien, karena tanpa diperlukan lagi deteksi birahi. Hasil
konsepsi dari sinkronisasi estrus dan inseminasi buatan memang tidak dapat
dibandingkan dengan hasil kawin alami dengan pejantan langsung. Pejantan
sapi sesungguhnya merupakan detektor birahi terbaik bagi sapi betina, dalam
aplikasi IB peran deteksi itu digantikan oleh manusia yaitu peternak dan inseminator
dengan hanya mengandalkan visualisasi gejala estrus. Perkawinan alam pada
sapi secara bebas tanpa diatur manusia (natural mating) normal dapat mencapai
hasil 90% atau lebih, bahkan kalau sapi Bali yang dipelihara ekstensif dapat
mendekati 100%. Hasil konsepsi aplikasi teknologi sinkronisasi estrus baku
diharapkan tidak kurang dari 60% hasil konsepsinya apabila persyaratan minimum
sapi betina akseptor sinkronisasi dipenuhi.
10

DAFTAR PUSTAKA

Daud, S. 2023. Teknologi dan Budidaya Peternakan yang Menguntungkan. Webinar


Asosiasi Klaster Indonesia . Universitas Diponegoro.

Ainun, N. A. 2017. Sinkronisasi Berahi. Universitas hasanuddin. Makasar

Wayan, I. L. S. 2022. Sinkronisasi Estrus Untuk Mengatur Waktu Kawin dan


Meminimalisir Kegagaran Reproduksi Ternak Kambing. Jurnal Pepadu.
Universitas Mataram.
11

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai