Susulan Produksi Ternak Besar
Susulan Produksi Ternak Besar
OLEH:
Andi Ade Wijaya baso
4521035014
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BOSOWA
2023
2
KATA PENGANTAR
ini dengan baik dan selesai tepat pada waktunya. Makalah ini kami susun dengan
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Produksi Ternak Besar yang diberikan oleh dosen penganmpu. Selain itu makalah
ini juga bertujuan untuk memberikan tambahan wawasan pengetahuan bagi kami
Terakhir, kami sadar bahwa makalah ini masih perlu untuk disempurnakan.
Maka dari itu kami sangat terbuka pada kritik dan saran yang meningkatkan
kemampuan kami, agar pada tugas berikutnya kami dapat menyusun makalah
dengan lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
3
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.....................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN SINKRONISASI BERAHI....................................................2
B. MANFAAT SINKRONISAS BERAHI...........................................................3
C. METODE SINKRONISASI BERAHI............................................................
BAB III KESIMPULAN
A. KESIMPULAN.............................................................................................12
LAMPIRAN.............................................................................................................14
4
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
teks
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu sinkronsasi berahi?
2. Apa manfaat dari sinkronisasi berahi?
3. Bagaimana metode yang dilakukan untuk sinkronisasi berahi?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Siklus estrus sapi secara umum dibagi dalam 4 fase, yaitu proestrus,
estrus, metestrus dan diestrus. Berdasarkan perubahan-perubahan dalam ovaria
siklus estrus dapat dibedakan pula menjadi 2 fase, yaitu fase folikel, meliputi
proestrus, estrus serta awal metestrus, dan fase lutea, meliputi akhir metestrus dan
diestrus.
Fase 1. Proestrus (prestanding events). Fase ini hanya berlangsung 1 – 2
hari. Betina berperilaku seksual seperti jantan, berusaha menaiki teman-
temannya (homoseksualitas), menjadi gelisah, agresif, dan mungkin akan
menanduk, melenguh, mulai mengeluarkan lendir bening dari vulva, serta svulva
mulai membengkak.
Fase 2. Estrus (Standing Heat). Pada fase ini hewan betina diam bila dinaiki
oleh temannya atau standing position. Tetapi juga perlu diperhatikan hal lain
seperti seringkali melenguh, gelisah, mencoba untuk menaiki teman-temannya.
Sapi betina menjadi lebih jinak dari biasanya. Vulva bengkak, keluar lendir vulva jer
nih, mukosa terlihat lebih merah dan hangat apabila diraba.
Fase 3. Metestrus (Pasca Birahi). Periode ini berlangsung selama 3 – 4 hari setelah
birahi, sedikit darah mungkin keluar dari vulva induk atau dara
beberapa jam setelah standing heat berakhir. Biasanya 85% dari periode birahi pada
sapi dara dan 50% pada sapi induk berakhir dengan keluarnya darah dari
vulva (untuk cek silang saat mengawinkan inseminasi harus sudah dilakukan 12-24
jam sebelum keluarnya darah). Keadaan ini disebut perdarahan metestrus
(metestrual bleeding), ditandai dengan keluarnya darah segar bercampur lendir dari
vulva dalam jumlah sedikit beberapa hari setelah birahi. Perdarahan ini biasanya
akan berhenti sendiri setelah beberapa saat. Yang perlu diingat adalah bahwa tidak
semua siklus birahi pada sapi berakhir dengan keluarnya darah. Keluarnya
4
darah tidak selalu berarti ovulasi telah terjadi dan tidak selalu menunjukkan bahwa
bila diinseminasi ternak akan bunting atau tidak. Keluarnya darah hanya
akan menunjukkan bahwa ternak telah melewati siklus birahi.
Fase 4. Diestrus. Berlangsung selama 12 – 18 hari setelah periode
metestrus sampai periode proestrus berikutnya dan alat reproduksi praktis ”tidak
aktif” selama periode ini karena di bawah pengaruh hormon progesteron dari
korpus luteum.
Sikronisasi estrus pada sapi dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
1. Menghilangkan corpus luteum atau enukleasi luteal
a. Perusakan fisik pada CL dngan menggunakan jari melalui rektum,
pada saat CL dalam keadaan berfungsi (masak).
b. Perlu tenaga yang profesional.
c. 50 – 60 % dari sekelompok sapi yang peka, empat hari kemudian
akan birahi.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fertilitas yang dihasilkan dari estrus hasil sinkronisasi menurut laporan laporan
dari negara maju dan berdasarkan pengalaman pribadi penulis dapat dikatakan sama
dengan hasil dari estrus alami. Inseminasi buatan berdasarkan deteksi birahi alami
mempunyai angka konsepsi normal 60 –75%, sedangkan sinkronisasi estrus dengan
inseminasi terjadwal juga menghasilkan angka yang sama.
Pada aplikasi sinkronisasi estrus dengan inseminasi buatan terjadwal
pelaksanaannya akan lebih efisien, karena tanpa diperlukan lagi deteksi birahi. Hasil
konsepsi dari sinkronisasi estrus dan inseminasi buatan memang tidak dapat
dibandingkan dengan hasil kawin alami dengan pejantan langsung. Pejantan
sapi sesungguhnya merupakan detektor birahi terbaik bagi sapi betina, dalam
aplikasi IB peran deteksi itu digantikan oleh manusia yaitu peternak dan inseminator
dengan hanya mengandalkan visualisasi gejala estrus. Perkawinan alam pada
sapi secara bebas tanpa diatur manusia (natural mating) normal dapat mencapai
hasil 90% atau lebih, bahkan kalau sapi Bali yang dipelihara ekstensif dapat
mendekati 100%. Hasil konsepsi aplikasi teknologi sinkronisasi estrus baku
diharapkan tidak kurang dari 60% hasil konsepsinya apabila persyaratan minimum
sapi betina akseptor sinkronisasi dipenuhi.
10
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN