Anda di halaman 1dari 2

OPINI : Nafas Baru Iklim Demokrasi pada Pemilu 2024

Oleh : Priral Fino (Mahasiswa Administrasi Bisnis, Universitas Halu Oleo)


Dalam kurun waktu kurang dari satu tahun, tepatnya 14 Februari 2024 salah satu hajatan
terbesar dalam pesta demokrasi di republik ini akan dihelat yang tentunya menentukan
nasib bangsa indonesia kedepan.
Pada pemilu serentak tahun 2024, dengan berakar pada kekuatan multi partai yang
berusaha mengembalikan perimbangan kekuatan antar lembaga negara, antar eksekutif,
legislatif dan yudikatif. Sangat diharapkan khususnya kepada masyarakat indonesia sebagai
unsur terpenting dalam sebuah negara memiliki kesamaan dalam hak berpolitik baik untuk
dipilih maupun memilih wakil-wakil rakyat melalui sistem pemilu yang sudah ditentukan.
Dalam sejarah negara Republik Indonesia yang telah lebih dari setengah abad,
perkembangan demokrasi telah mengalami pasang surut sistem politik dan turut
mempengaruhi character and nation building negara ini dalam mewujudkan kehidupan
berbangsa dan bernegara yang sesuai dengan dasar dan ideologi, konstitusi, haluan negara,
serta potensi kolektifnya dalam konteks kehidupan nasional, regional, dan global.
Seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat indonesia sangat mengharapkan adanya
demokrasi yang terkonsolidasi dengan baik. Untuk menciptakan demokrasi yang
terkonsolidasi dengan baik, di pemilu 2024 penyelenggaraan pemilu tentunya memiliki
prinsip sebagaimana diatur dalam UU No. 7 Tahun 2017 dalam Bab II pasal 3 yaitu: mandiri,
jujur, adil, berkepastian hukum, tertib, terbuka, proporsional, professional, akuntabel,
efektif, dan efisien. Yang tentunya sangat diharapkan dapat diwujudkan di setiap tataran
organisasi dari pusat sampai daerah.
Dalam implementasinya, terdapat beberapa indikator penting dalam demokrasi seperti
terwujudnya sistem ketatanegaraan yang semakin demokratis, adanya konsistensi sistem
pengaturan penyelenggaraan pemilu, adanya penyelenggaraan pemilu yang adil dan
berintegritas serta efektif dan efisien.
Tanpa semua itu, masyarakat mungkin hanya akan melaksanakan pemilu yang bersifat
prosedural.
Mengingat esensi demokrasi adalah persatuan dan kebangsaan, maka pemilu yang secara
substantif membawa pesan moral agar rakyat bisa memilih wakilnya yang mempunyai hati
nurani khususnya terhadap masyarakat indonesia, sekaligus menjadi penyambung lidah
untuk mencapai tujuan yang bisa membawa kesejahteraan bagi rakyat dan bangsa
Indonesia.
Dalam upaya mencapai kepentingan-kepentingan tersebut, harus ada wadah bersama yang
menetapkan dan menentukan langkah-langkah mewujudkan kepentingan bersama. Wadah
itu dibentuk melalui kontrak sosial, dalam teorinya John Locke dan JJ. Rosseau. Kontrak
sosial dapat terwujud melalui dua tahap atau cara :
1. Perjanjian Masyarakat, yaitu perjanjian antar individu untuk membentuk
masyarakat.
2. Perjanjian Pemerintah, yaitu perjanjian antar masyarakat untuk membentuk
pemerintahan.
Pada pemilu 2024, Presiden dan Wakil Presiden yang dilakukan secara serentak dengan
pemilihan Anggota DPR, DPD, dan DPRD mempunyai relevansi terhadap penguatan sistem
yang menganjurkan tanggungjawab lebih kepada negara untuk mengurusi kesejahteraan
sosial.
Seperti apa yang disampaikan oleh John F. Kennedy, “Pemilu mengingatkan kita tidak hanya
tentang hak tetapi tanggung jawab kewarganegaraan dalam demokrasi”.
Sehingga iklim demokrasi memperoleh nafas baru pada pemilu tahun 2024 mendatang, dan
besar harapan kepada wakil rakyat yang terpilih dapat membawa perubahan yang sangat
luar biasa berdampak baik, yang tidak hanya untuk kemaslahatan umat tetapi juga bangsa
dan negara kedepannya.
Perkembangan berikutnya masih akan kita tunggu di hajatan nasional di Pemilu Serentak
tahun 2024.

Anda mungkin juga menyukai