Anda di halaman 1dari 30

POLA KEBIJAKAN BADAN OTONOM

KOORDINATOR PUSAT KORPS PII WATI

PELAJAR ISLAM INDONESIA (PII)

PERIODE 2023-2025

A. MUQADIMAH
Barangsiapa mengerjakan amal-amal kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan
sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka
tidak dianiaya sedikitpun.
(Q.S Annisa: 124).

Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah)
menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang
ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan
mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah;
sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (At-Taubah: 71).

Islam adalah pelopor keadilan antara laki-laki dan perempuan. Karena pada
dasarnya perintah dan larangan Allah ditujukan untuk laki-laki dan perempuan
sampai ada nash yang memerintahkan kekhususan secara jelas, sebagaimana
dikatakan oleh Ibn Rusyd bahwa “laki-laki dan perempuan itu setara, karena pada
awalnya hukum keduanya adalah satu, sampai ditetapkannya pengecualian yang
syar’i yang menjelaskan hal itu”. Tingkat keimanan manusia tidak ditentukan dari
kelaki-lakian atau kewanitaannya, laki-laki dan perempuan justru dituntut untuk
berkolaborasi dalam menjalankan misi sebagai khalifatullah fi lard. Menanggalkan
ketidakadilan, diskriminasi, marjinalisasi, kebodohan, kesenjangan sosial dan jenis
kemungkaran lainnya merupakan kewajiban laki-laki dan perempuan. Mendapatkan
akses fasilitas pendidikan, peningkatan SDM dan terlibat dalam pengambilan
keputusan dan kebijakan publik merupakan hak laki-laki dan perempuan tanpa
diskriminasi.
Dewasa ini dikotomi peran publik antara laki-laki dan perempuan kian
menipis. Masyarakat mulai sadar bahwa perempuan memiliki peran yang sama
pentingnya dalam berkontribusi untuk hajat dan cita-cita negara, bahwa negara butuh
sentuhan-sentuhan tangan perempuan dalam agenda besar perubahan. Bukan lagi soal
kesetaraan gender namun terkait bahwa perempuan juga bagian dari masyarakat yang
semestinya mendapatkan hak-hak dasar yang mesti dipastikan keterpenuhannya oleh
semu pihak, semestinya tidak dimarjinalkan dalam beberapa hal. Dengan demikian
masih ada sektor-sektor yang kembali menuntut penekana bahwa perempuan butuh
perhatian lebih.
Setelah dihantam ombak pandemi Covid-19 selama dua tahun kini Indonesia
sedang dalam fase merehabilitasi dirinya, menyesuaikan perubahan dalam tubuh
yang kini tidak lagi sama seperti sebelumnya. Pandemi menstimulus masyarakat
untuk lebih memaksimalkan penggunaan teknologi dan informasi dalam kehidupan
sehari-hari. Pola hidup dan budaya masyarakat telah bergeser, kini masyarakat tengah
hidup di lautan digital, sebagian mahir berselancar sebagian lain masih belajar
berenang. Pola masyarakat Indonesia dan dunia pasca pandemi berubah, maka
segalannya dipaksa untuk ikut menyesuaikan agar tidak basi dan mati.
Digitalisasi dan kemajuan tekhnologi banyak membawa kebermanfaatan di
banyak sektor, hal tersebut tentu menuntut manusia sebagai subjek juga dituntut ikut
menyesuaikan. Kemampuan sumber daya manusianya harus terus diperbaharui sesuai
dengan kebutuhan zamannya. Kemajuan tekhnologi tentu bukan semat-mata hanya
dilihat dari satu sektor saja, misalnya sektor ekonomi. Sehingga tidak cukup hanya
mempersiapkan perempuan untuk masuk dalam bursa kerja, tapi lebih dari itu.
Perempuan harus lebih dipersiapkan menjadi ibu masa depan yang mengemban
amanah sebagai rahim peradaban bangsa dan menjaga generasi.
Namun, terlepas dari banyaknya perubahan masyarakat kearah kemajuan
tekhnologi nyatanya ‘Pekerjaan Rumah’ Indonesia terkait dengan kejahatan
kovensional terhadap perempuan dan anak masih harus terus banyak dipikirkan,
karena perempuan dan anak masih rentan menjadi korban kejahatan. Perkembangan
teknologi bahkan memunculkan resiko perkembangan kejahatan pula, kejahatan
konvensional masih belum terselesaikan kini muncul media kejahatan baru.
PII Wati sebagai sayap organisasi pelajar yang konsen terhadap isu-isu
perempuan dan anak tentu harus ikut berkontribusi dan memberikan solusi, hadir
dalam mengupayakan langkah-langkah preventif dan kuratif atas permasalah umat
kontemporer saat ini. Selain menyiapkan perempuan untuk menjadi penjaga marwah
dan fitrah generasi, namun juga menghadirkan upaya advokasi atas persoalan anak
dan perempuan.
B. LANDASAN
1. Ideal : Al-Qur’an dan Assunah
2. Filosofis : Falsafah Gerakan dan Khittah Perjuangan
3. Konstitusional : Anggaran Dasar (AD)/Anggaran Rumah Tangga (ART) PII
Peraturan Dasar (PD)/Peraturan Rumah Tagga (PRT)
BO Korps PII Wati
4. Strategis : a. Garis-garis Besar Haluan Organisasi tahun 2017-2025
b. Keputusan / Ketetapan MUKNAS ke-32 PII.
c. Rencana strategis Badan Otonom Korps PII Wati.
d. Keputusan dan ketetapan MUNAS XIV Korps PII Wati.
e. Pola Kebijakan Umum Pengurus Besar Pelajar Islam
Indonesia periode 2023-2025

C. MAKSUD DAN TUJUAN


Pola Kebijakan Badan Otonom ini dimaksudkan untuk menjadi landasan kebijakan
Badan Otonom Korps PII Wati selama 1 (satu) periode kepengurusan tahun 2023-
2025 ke depan dengan memperhatikan kontinuitas gerakan dan sinergitas serta
koordinasi dengan seluruh lembaga, baik internal maupun eksternal PII.

D. ANALISIS KONDISI
1. EKSTERNAL

SEKTOR TANTANGAN PELUANG


POLITIK - Menguatnya polarisasi - Kesempatan sinergitas misi
identitas ditengah kelembagan antara PII dan
masyarakat yang bisa
menyebabkan perpecahan pemerintah terbuka luas.
akibat panasnya persaingan - Demokrasi menjamin
politik menuju pemilu keterbukaan pengawalan
2024 birokrasi pemerintah dalam
- Tahun politik menjadikan pengambilan kebijakan publik.
kolaborasi program - Kesempatan perempuan
lembaga dengan berperan dalam menentukan
pemerintah menjadi rentan arah dan pengambilan
terjadinya transaksi kebijakan publik dengan
kepentingan politik. affirmative action 30% posisi
- Trust issue masyarakat perempuan di struktural
terhadap integritas dan pemerintah.
kinerja konkret pemerintah
dan lembaga negara.
EKONOMI -Kesenjangan kualitas SDM - Peningkatan ekonomi dan
perempuan berakibat pariwisata pasca pandemi
perempuan tidak mudah - Ekonomi digital dan
bersaing di sektor ekonomi keterbukaan akses pasar
-Buruh perempuan, ibu hamil, berbasis digital
dan ibu menyusui masih - Perempuan sebagai aktor
mendapatkan diskriminasi perkembangan dan kemajuan
gender. ekonomi.
-Independensi finansial - Perempuan sudah banyak
perempuan tanpa dibarengi terlibat dalam gerakan
kesadaran kiprah UMKM.
berpotensi mengancam
ketahanan keluarga.
SOSIAL -Kuatnya stigmatisasi - Demokratisasi gerakan
BUDAYA masyarakat terhadap aktivisme dikalangan pelajar
perempuan menjadi dan pemuda
tempurung peningkatan - Akses internet memberikan
potensi dan bakat pelung akulturasi yang
-Menurunnya kualitas peran mengakibatkan keterbukaan
keluarga sebagai lembaga pola pikir
pendidikan dan kontrol - Sekolah sebagai lembaga
sosial terkecil belajar formal, dan di
-Perempuan dan anak sebagai lingkungan luar sekolah anak
kelompok rentan. belajar dari masyarakat tentang
-Pergaulan bebas dan menjalani kehidupan. Dengan
penyimpangan sosial di pendidikan berbasis teladan
kalangan pelajar masyarakat. Karena itu
-Pergeseran tata nilai dan menciptakan lingkungan yang
standarisasi moral ditengah ramah terhadap tumbuh
masyarakat akibat kembang anak menjadi
akulturasi kebutuhan utama
LINGKUNGAN -Berdasarkan letak geografis - PII Wati berperan dalam upaya
DAN Indonesia merupakan preventif memberikan edukasi
KESEHATAN negara rentan bencana. kesehatan.
-Anak rentan mengidap - PII Wati bisa ikut andil dalam
stunting dimana kondisi pendidikan anak di lokasi
gagal tumbuh kembang bencana
pada anak yang di - PII Wati berkesempatan
sebabkan oleh kekurangan membuat gerakan kampanye
gizi kronis yang kesehatan anak
berlangsung selama
kehidupan anak.
TEKNOLOGI - Peningkatan teknologi - Perkembangan IPTEK
tidak dibarengi dengan mempermudah akses dan
kesiapan masyarakat arus informasi
dalam menguasai teknologi - Trend pertemuan virtual
- Perkembangan sosial membuka kesempatan baru
media tidak dibarengi unntuk meningkatkan
dengan kesiapan kualitas pendidikan dan
masyarakat. potensi diri.
- Interaksi sosial media - Teknologi membantu proses
menimbulkan kejahatan pembangunan di berbagai
jenis baru. bidang diantaranya
- Perempuan dan anak pendidikan melalui distance
rentan menjadi korban learning, di pemerintahan
kejahatan berbasis digital. melalui e- goverment, inklusi
- Kapabilitas IT masyarakat keuangan melalui fintech dan
Indonesia yang masih pengembangan UMKM
belum mampu seiring berkembangnya e-
mengimbangi percepatan commerce.
teknologi global.
- Masih jadi pengikut dan
konsumen teknologi dari
negara lain.
PENDIDIKAN -Kesenjangan dan - Kurikulum yang belum cukup
marginalisasi akses mengakomodir penanam nilai-
pendidikan pada nilai dan pembentukan
perempuan karena hierarki karakter sehingga menjadi
prioritas pendidikan laki- posisi tawar untuk mengarap
laki dan perempuan dalam anak usia sekolah di kursus-
keluarga kursus PII Wati.
-Ketimpangan pendidikan, - Aksesibilitas sumber ilmu
terutama daeran 3T. pengetahuan tidak terbatas.
-Perempuan lebih berpotensi - Penyelenggaraan pembelajaran
putus sekolah dan menikah jarak jauh dapat meningkatkan
di usia muda tanpa percepatan kualitas SDM dan
persiapan. peluang kemahiran.
-Formulasi kurikulum - Terlibat langsung dalam proses
pendidikan yang terus kampanye pemerataan akses
berubah pendidikan dengan
-Pergeseran orientasi perkembangan teknologi
penyelenggaraan - Memberikan fasilitas literasi
pendidikan anak dan pelajar diluar fasilitas
-Ketidakmerataan sarana dan pendidikan formal
prasarana pendidikan di
semua daerah.
-Komersialiasasi fasilitas dan
penunjang pendidikan.
ALIRAN -Dampak akulturasi yang tidak - Pergerakan perempuan tidak
PEMIKIRAN terkontrol membawa nilai- dianggap terlarang.
nilai sekularisme dan - Teredukasinya masyarakat
liberalisme yang terbawa tentang hak, kebutuhan dan
pula dalam ilmu kondisi diri perempuan
pengetahuan dan membaik.
mempengaruhi pemikiran - Wacana kesetaraan jender
kaum muslimin. memicu keterbukaan
-Paham feminisme dan kesempatan bagi perempuan
kesetaraan gender masuk untuk mendapatkan akses
ke lini-lini sentral dan pendidikan, kesehatan, dunia
kebijakan negara. kerja serta teknologi informasi
-Gerakan pembelaan hak-hak dan komunikasi.
perempuan bergeser - Kesadaran umat Islam untuk
menjadi gerakan antagonis berdakwah dari segi pemikiran
anti laki-laki dan perang juga semakin bertambah.
yang tak berkesudahan. Kajian dan kampanye untuk
mengkounter isu femininisme
banyak digalakkan untuk
membentengi aqidah dan
pemikiran umat Islam.
ANAK -Kemiskinan menjadikan anak
- Jumlah massa pelajar
kekurangan gizi dan
potensial yang menjadi
meninggal karna penyakit
objek garap Korps PII
yang tidak bisa diobati,
Wati khususnya pelajar
lingkungan yang ramah
putri dan anak.
terhadap anak, memenuhi
- Sikap terbuka masyarakat
kebutuhan pendidikan anak
dalam menerima berbagai
khususnya pendidikan anak
informasi, ide-ide yang
usia dini.
konstruktif menjadi ruang
-Anak masih menjadi pihak yang
gerak PII dalam
rentan mengalami kekerasan
melakukan kontribusi
baik di lingkungan keluarga,
positifnya, untuk
lingkungan pendidikan dan
membangun kesadaran
lingkungan masyarakat.
pelajar-pelajar Indonesia.
-Anak-anak rentan
terpengaruh perilaku - Seluruh komponen budaya
bermasalah seperti merupakan potensi yang
merokok, narkoba dan masih subur untuk
pornografi. dikembangkan dan
dijadikan spirit dalam
kehidupan sehari-hari
masyarakat. PII yang
berbasis pendidikan dan
kebudayaan tentunya
cukup berkompeten dalam
mengembangkan potensi
budaya tersebut menjadi
spirit dasar etika dan moral
untuk membentuk karakter
masyarakat Indonesia.

- Kemudahan akses dan


potensi kolaborasi dengan
pemerintah maupun
organisasi sejenis di
tunjang dengan banyak
program-program
pemerintah yang sejalan
dengan misi organisasi.

- Terbukanya arus informasi


yang didukung dengan
kemajuan teknologi
merubah pola komunikasi
antar masyarakat (red,
fenomena jejaring sosial).

- Jaringan poros pelajar putri,


ormas muslimah nasional
dan internasional

2. INTERNAL

SEKTOR KELEMAHAN KEKUATAN


SDM - Menurunnya budaya - Kader aktif dan prestatif secara
literasi (dikusi, membaca, akademik dan non akademik
menulis, dan riset) dan - Meningkatknya antusiasme
ruang-ruang perempuan pembinaan keputrian
dan anak - Militansi kader putri
- Minim SDM disemua
eselon untuk siap di
struktural Korps PII Wati
- muatan kursus baru
dari segi kognitif
belum sampai
psikomotorik atau
afektif untuk peserta
isteecomah
- Kursus dan Ta’lim
belum memiliki
konsep kursus
sampai tahap
evaluasi sehingga
mempengaruhi
impelementasi dan
sosialisasi akhirnya
belum merata dan
menyeluruh
- Tidak dijalankan
sistem kaderisasi pii
wati secara utuh
- Korwil dan Korpus
yang berstruktur
tidak mengikuti
pembinaan pii wati
yang mengakibatkan
pemahaman pola
kaderisasi
- PII Wati yang
melanggar syariat
baik dari segi
menutup aurat
sesuai syariat,
pacaran, dan
implementasi aqidah
dan syariah serta
muamalah
- Pembinaan PII Wati
melalui kursus
hanya dari segi
kognitif belum
sampai psikomotorik
atau afektif
- PII Wati kehilangan
jati diri dan citra diri
- Peremajaan Kader
KELEMBAGAA - Pengurus Korwil - Memiliki konsep pelatihan
N dan Korpus yang kader PII Wati dan
tidak berproses di pengembaangan potensi
Badan Otonom PII kader
Wati, dijadikan - Memiliki mekanisme
pengurus berdampak organisasi yang banyak
kearah gerak badan memberikann kesempatan
otonom serta untuk terus melakukan
rebutan kader antar perubahan.
badan induk.
- Kader pii wati yang
tidak memiliki
komitmen untuk
aktif secara
kelembagaan di
korwil maupun
korpus
- Pola komunikasi
antar eselon tidak
berjalan dengan baik
- Korwil dan Korpus
belum bergerak
secara kolaboratif
dan bersinergi
- Pola rekrutmen
Badan Otonom tidak
melihat potensi,
minat, bakat, dan
trackrecord dalam
berorganisasi
- Kurangnya
sinergitas badan
induk dan badan
otonom
- Kurangnya
pemahaman
kelembagaan baik
tingkat korda, korwil
dan korpus.
- Pengelolaan
managemen
organisasi yang
lemah khususnya
managemen konflik
- Pemberdayaan SDM
tidak sesuai potensi
dan bidangnya

KE-PII WATI- - kurang dipahaminya - Pengalaman berorganisasi


AN fungsi dan peran PII Wati. selama 59 tahun
- Tidak tercatatkannya - Status sebagai Badan Otonnom
sejarah pergerakan PII - Berdasarkan konstitusi yang
Wati sejak terbentuknya jelas
- Belum - Kesadaran untuk selalu
terinnternalisasinya nilai menghargai sejarah korps pii
dan citra diri Korps PII wati.
Wati pada kadernya.
- Asumsi-asumsi tidak
berdasar menjadikan
kader merasa berat berada
di struktural pii wati
ADMINISTRAS - pemahaman administrasi - Adanya buku panduan
I DAN yang tidak merata dan adminnistrasi yang terpadu
MANAJEMEN setara disetiap wiayah dan - Adanya kursus khhusus
daerah manajemen dan adminnistrasi
- belum ada pembakuan
sistem manajemen yang
terstruktur khusus untuk
manajemen program.
FINANSIAL - Belum memiliki sumber - Memiliki jaringan yang ada di
dana mandiri untuk seluruh wilayah Indonesia
mendukung aktivitas - Peluang pembiayaan program
kelembagaan dari pemerinntah maupun
swasta
- Kemampuan kewirausahaan
kader

3. VISI
VISI PB PII 2023-2025 “PII ABAD 21: KOLABORASI MENGGAGAS
PERUBAHAN”
Visi diatas akan diimplementasikan dengan gerakan prioritas PII nasional dengan
misi:
a. Menghadirkan kader (sumber daya manusia) PII berintegritas dan berkarakter
sebagai penggerak perubahan.
b. Menghadirkan organisasi yang mandiri dan smart teknologi
c. Menghadirkan rumah kolaborasi

Adapun turunan dari visi tersebut dan berdasarkan amanah Munas ke-XIV Korps PII
Wati sepakat membakukan visi PII Wati dari Fitrah ke Kiprah sebagai visi
gerakan Korpus Korps PII Wati periode 2023-2025, dengan indikator:

a. Internalisasi nilai-nilai fitrah pada kader dalam proses pembinaan

b. Implementasi kiprah PII Wati dalam mempersiapkan masyarakat madani


yang dimulai dari pembinaan masyarakat pelajar putri dan anak untuk
mencapai tujuan yang lebih jauh lagi, yaitu Izzul Islam Wal Muslimin.

Dari proses pembinaan (berdasar pendidikan fitrah perempuan) mengasah segala


sumber daya yang telah diamanahkan kepadanya maka kemudian gerakan Korps
PII Wati membangun kontribusinya berkiprah untuk pembangunan dalam segala
aspek kehidupan dengan berprinsip dan tidak melupakan hal asasi dari dirinya.

Misi yang oleh Korps PII Wati adalah misi transformasi (perubahan) melalui
upaya membina, mengembangkan dan meningkatkan potensi dan peranan kader
putri sebagai muslimah dan pemimpin dalam rangka untuk melakukan
perubahan dalam bidang pendidikan dan kebudayaan.

Berdasarkan kondisi internal dan analisa eksternal serta merujuk pada visi PII
Wati dari Fitrah ke Kiprah misi gerakan yang diusung Korps PII Wati 2023-
2025 adalah Merdeka Berkiprah.

Merdeka Berkiprah artinya gerakan Korps PII Wati merupakan elaborasi


nilai-nilai tauhid yang menjamin kebebasan manusia dalam mengemban
amanah sebagai khalifatullah fil ard dan kontribusi membangun umat dan
bangsa.

Merdeka: Tauhid adalah inti ajaran Islam, tauhid mensyaratkan manusia


melakukan kepatuhan penuh kepada Allah. Bertauhid artinya meng-Esakan
Allah, bahwa Allah dan semua perintahnya adalah pondasi utama dalam
berprilaku sebagai manusia. Sementara merdeka (KBBI) adalah kebebasan,
lepas, tidak mendapat tekanan dari luar, tidak terjajah dan lain-lain. Maka,
pengertian merdeka disini bahwa, ketika manusia mengikrarkan diri dengan dua
kalimat syahadat itu artinya ia menjadi manusia yang merdeka, menjadi manusia
yang terbebas dari: intervensi, dogma, doktrin, dan stereotype apapun selain
berasal dari perintah Tuhannya.

Berkiprah: Merupakan komitmen diri sebagai manusia yang diamanahkan


menjadi khalifah Allah di bumi untuk mengimplementasikan nilai-nilai tauhid
dalam segala aspek kehidupan dengan mengambil peran penting dalam hajat-
hajat keumatan, bangsa dan negara.

Merdeka berkiprah juga merupakan keinsafan atas dasar pembacaan realitas


saat ini dimana perempuan ditempatkan pada tempat dengan ruang gerak yang
lebih sempit. Ruang gerak perempuan seringkali terhimpit dan terhalang adat
istiadat, dogma, doktrin, stereotype dan standar nilai masyarakat yang tidak
berdasar juga tidak selaras dengan nilai-nilai keislaman sehingga perempuan
tidak bertumbuh dan berkembang sebagaimana mestinya, bahwa dengan
demikian perempuan tidak memiliki kesempatan yang sama sebagaimana laki-
laki bertumbuh. Maka dengan ini Korps PII Wati berlepas diri dari nilai-nilai
tidak berdasar tersebut.

Bahwa pelajar putri memiliki kebebasan dalam belajar, bertumbuh,


bereksplorasi dan mengambil peran sebagaimana mestinya manusia pada
umumnya berkesempatan dengan tetap berprinsip dan dalam koridor
sebagaimana hukum dan ketetapan Allah mengaturnya. Merdeka berkiprah
tentunya bukan merupakan gerakan perlawanan, namun sebagai dorongan untuk
meningkatkan potensi, minat dan peran kader putri sebagai mata rantai
perjuangan umat Islam menuju izzul islam wal muslimi.

Merdeka berkiprah ditopang dengan 3 pilar gerakan yakni: perempuan


merdeka bersuara, percepatan peningkatan potensi berbasis skill, gerakan
advokasi perempuan dan anak.

4. STRUKTUR DIVISI DAN PERSONALIA


Ketua Rohayati
Sekretaris Hilda Nurazizah
Wakil Sekretaris Misi Islami
Divisi I Pembinaan Pembina dan Kader Tunas Farhati Sungkar
(PPKT)
Ketua II Divisi Pembinaan Kader Putri (PKP) Shafia Luluah Nadirah

Divisi III Pembinaan dan Pengembangan Korps Siti Aisyah Nadianty


(PPK)
Divisi IV Kajian Isu Strategis dan Komunikasi Ajeng Riadwi Yunanto
Eksternal (KISKE)

Departemen-departemen
Departemen Kursus dan Ta’lim Hamida Machdum Rumatumia
Departemen Pengembangan Kaderisasi Nauli Nasari Munthe

Departemen Pembinaan Korps Salwa Fahrizza

Departemen Pembinaan Tunas Nova


Departemen Pembinaan Pembina Tunas Rahmania

Departemen Kajian dan Advokasi Miftahur Rohmah


Departemen Media dan Informasi Selly Veronika
Departemen Pengembangan Potensi Sri Wahyuni Daud
5. POKOK KEBIJAKAN UMUM
TARGET INDIKATOR
1. Tanggap dalam 1. Terdepan dalam
memperjuangkan hak-hak mengadvokasi hak-hak
perempuan dan anak. perempuan dan anak.
2. Konsisten dalam melakukan 2. Terwujudnya pembinaan
pembinaan Kader Tunas dan Kader Tunas dan pelajar
pelajar putri sebagai seorang putri sebagai seorang
Muslimah yang berdaya. Muslimah yang berdaya.
3. Menjalin komunikasi dan 3. Terjalinnya komunikasi
Kerjasama dengan dan Kerjasama dengan
organisasi yang konsen organisasi yang konsen
terhadap isu perempuan dan terhadap issu perempuan
anak. dan anak.
4. Menciptakan strategi dalam 4. Terciptanya strategi dalam
penyiapan dan penguatan penyiapan dan penguatan
seluruh eselon kelembagaan seluruh eselon
PII Wati sampai ditingkat kelembagaan PII Wati
wilayah, daerah maupun sampai ditingkat wilayah,
komisariat. daerah maupun komisariat.

Turunannya dalam kebijakan umum Korpus Korps PII Wati sebagai berikut:
1. Finalisasi desain pembinaan pelajar putri dan anak
2. Sustainibilitas pelaksanaan pembinaan PII Wati terhadap kader putri
dan anak
3. Pembangunan Koordinator Wilayah dan Kordinator Daerah di setiap
eselon dengan pembinaan yang terkontrol
4. Percepatan peningkatan kapasitas sumber daya manusia sesuai
kebutuhan zaman, cakap teknologi dan tanggap sosial
5. Membangun jaringan organisasi yang kuat serta penyelenggaraan
komunikasi dan informasi organisasi yang masif
6. Pemapanan administrasi dan manajemen kelembagaan
7. Reformulasi struktural yang akomodatif terhadap kebutuhan minat dan
bakat
8. Pemusatan data organisasi berbasis teknologi digital sebagai basis data
dan sumber informasi untuk kepentingan pengembangan organisasi
9. Mengawal isu kesehatan kesehatan dan hak perlindungan anak
10. Terdepan dalam advokasi dan rehabilitasi perempuan dan anak

6. STRATEGI IMPLEMENTASI PROGRAM

1. Divisi Kursus dan Pembinaan Kader Putri (KPKP)

TARGET INDIKATOR
1. Melakukan pendataan kader PII - Tersusunnya data yang rapi dan
Wati dan pelaksanaan pembinaan uptodate
di setiap eselon - Implementasi kursus isteecomah
2. Finalisasi konsep dan dan ta’lim secara intensif di setiap
pembukuan buku induk dan eselon
ta’lim qonita - Peningkatan kuantitas dan kualitas
3. Pengawalan sistem dan konsep kader putri dan instruktur putri
pembinaan kader - Dimilikinya kesadaran mengenai
4. Penyelenggaraan sarasehan dan pentingnya penjagaan nilai dan isu
coaching intruktur PII Wati kaderisasi putri
secara berkala - Menjadikan kursus PII Wati sebagai
5. Mengintensifkan kursus wajib bagi setiap kader putri
penyelenggaraan pembinaan PII
kader putri

2. Divisi Kursus Pembina dan Pembinaan Kader Tunas (KPPKT)


PROGRAM INDIKATOR
1. Penyelenggaraan training - Memiliki sumber daya pembina tunas
pemandu tunas (trapenas) yang merata di setiap eselon
2. Finalisasi dan implementasi - Terselenggaranya pembinaan tunas di
konsep pembinaan tunas setiap eselon
3. Melakukan pendataan kader tunas - Menggerakkan lingkungan ramah
4. Memfungsikan sekertariat sebagai anak (Gelira) dimulai dari
lingkungan ramah anak dengan lingkungan terdekat
sarana dan prasarana yang - Menjadi lembaga yang komitmen
mendukung. dan diperhitungkan dalam urusan
5. Menciptakan produk-produk yang anak
dapat digunakan sebagai sarana - Mampu menyelesaikan masalah
pembinaan tunas dalam menyikapi isu-isu yang
6. Melakukan pengkajian terhadap berkembang ditengah-tengah
isu dan kondisi eksternal, masyarakat khususnya isu pelajar
kebijakan pemerintah, UU, dan putri dan anak
kajian lainnya yang berkaitan Menjadi mitra pemerintah dan
dengan anak secara intensif kerjasama dengan lembaga lainnya
dalam menjalankan program-
program keperempuanan yang
sesuai visi dan misi organisasi

3. Divisi Pembinaan dan Pengembangan Korps (PPK)

PROGRAM INDIKATOR
1. Melakukan pendataan dan - Memiliki koordinator BO Korps PII
pemetaan kondisi korwil dan Wati di setiap wilayah dan daerah di
korda se-Indonesia seluruh Indonesia
2. Implementasi strategi dan - Profesionalitas penyelenggaraan
pelaksanaan turba secara efektif kelembagaan BO Korps PII Wati
3. Peningkatan dan pengembangan - Terciptanya ukhuwah yang
skill manajerial organisasi dan membangun bagi kelembagaan antar
capacity building melalui kader dan pengurus
upgrading rutin pengurus - Terbangunnya budaya dan
4. Membuat jaringan komunikasi kreatifitas per zona untuk masifikasi
yang tersistem di seluruh korwil gerakan di seluruh wilayah
5. Peningkatan pemahaman
konstitusional lembaga bagi
pengurus di setiap eselon

4. Divisi Kajian Isu Strategis dan Komunikasi Eksternal (KISKE)


PROGRAM INDIKATOR
1. Melakukan pengkajian terhadap - Mampu menyelesaikan masalah
isu dan kondisi eksternal, dalam menyikapi isu-isu yang
kebijakan pemerintah, UU, dan berkembang ditengah-tengah
kajian lainnya yang berkaitan masyarakat khususnya isu pelajar
dengan perempuan secara putri dan anak
intensif Menjadi mitra pemerintah dan
2. Mensosialisasikan perangkat kerjasama dengan lembaga lainnya
advokasi dan pembekalan dalam menjalankan program-
keterampilan advokasi bagi program keperempuanan yang
pengurus Korps PII Wati sesuai visi dan misi organisasi
3. Merumuskan pelatihan alternatif - Memperkokoh kedudukan peran
yang menunjang kapasitas dan Korps PII Wati sebagai organisasi
membangun budaya keilmuan yang dapat dipercaya dalam
kader persoalan terkait pelajar putri dan
4. Melakukan advokasi terhadap anak
hak-hak pelajar putri dan anak - Mengembangkan bentuk pembinaan
5. Publikasi kajian dan penerbitan pelajar putri yang disesuaikan dengan
buku-buku karya kader PII Wati potensi, bakat, minat dan kebutuhan
6. Membentuk tim media beserta pelajar.
pelatihan ketrampilan yang
terkait untuk menunjang
pelaksanaan publikasi dan
pengelolaan pusat informasi
organisasi (website, media
sosial, youtube, dll)

5. Administrasi dan Kesekretariatan

PROGRAM INDIKATOR
1. Menyusun dan mengawal - Terselenggaranya sistem kerja
timeline agenda organisasi dan organisasi yang profesional dan
melakukan evaluasi berkala efektif
terhadap ketercapaian program - Terimplementasikannya manajemen
organisasi administrasi sesuai standar (PPA) di
2. Pengadaan PPA PII Wati dan setiap eselon
implementasi menyeluruh di tiap - Memiliki database kelembagaan
eselon yang lengkap dan rapih
3. Membuat sistem pendataan - Tersedianya sekertariat PII Wati
nasional berbasis teknologi digital sebagai pusat aktifitas, data dan
yang terintegrasi informasi kelembagaan serta fungsi
4. Berkorespondensi (menjalin layanan masyarakat di setiap eselon
komunikasi) aktif baik dengan - Memiliki sarana dan prasarana yan
internal dan eksternal dapat menunjang mobilitas
5. Menjalin kemitraan program organisasi
terhadap lembaga eksternals
6. Pengadaan kelengkapan
sarana dan prasarana
kesekretariatan
7. Penguatan kerjasama dalam
poros pelajar putri.

8. Keuangan (Bendahara)
PROGRAM INDIKATOR
1. Merumuskan sistem pelaporan - Penerapan sistem akutansi keuangan
keuangan organisasi untuk yang efektif dan transparan disetiap
seluruh eselon eselon
2. Menciptakan usaha dan - Memiliki sumber keuangan mandiri
memanfaatkan peluang kerjasama yang mampu menopang aktivitas
dengan lembaga lain untuk lembaga
mewujudkan kemandirian - Membangun dan memfasilitasi
finansial organisasi peningkatan kemandirian finansial
3. Menggerakkan program kader pii wati melalui program
kewirausahaan bagi kader kewirausahaan nasional
- Penambahan asset fisik organisasi

7. STRATEGI GERAKAN
Lingkup fungsi dan usaha PII Wati diatur dalam Peraturan Dasar dan Peraturan
Rumah Tangga Korps PII Wati dengan prioritas pembinaan sebagai berikut, dengan
lingkaran terluar yaitu keluarga, umat Islam dan masyarakat.

Anggota BO Korps PII Wati

Kader Putri PII

Pelajar Putri

Anak

Perempuan

Dalam menjalankan visi dan misi organisasi, terdapat beberapa


komponen garapan yang tertuang dalam diagram berikut, sekaligus
menggambarkan posisinya:
SDM & KADERISASI

Pembinaan kader putri dan tunas

Komponen Inti INFRASTRUKTUR


(Pembinaan)
Proses Kelembagaan Koordinator BO

Korps PII Wati


PII WATI DARI FITRAH KE

MANAJEMEN ORGANISASI
Komponen
Pendukung
Administrasi dan Finansial
KEDUDUKAN EKSTERNAL LEMBAGA
KIPRAH

Jaringan Lembaga (stakeholder) & Gerakan

Komponen
Penunjang - Lembaga khusus kursus pilihan
- Lembaga Khusus Media dan Informasi
- Lembaga Advokasi

1. Proses Pembinaan

Kaderisasi PII dalam ta’dib memiliki dua institusi yang saling


berkaitan dan tidak bisa dipisahkan dalam prosesnya. Institusi fungsional ini
memiliki sifat-sifat institusional yang di dalamnya terdapat subsistem tempat
berlangsungnya proses-proses utama Ta’dib, yakni training, ta’lim dan
kursus. Dalam proses Ta’dib institusi fungsional memang tidak dapat berdiri
sendiri. Institusi fungsional ini masih harus dilengkapi dengan institusi
struktural (penunjang). Institusi struktural (penunjang) ini terdiri dari
manajemen administrasi dan struktur kepengurusan beserta aktifitas
keorganisasiannya.
Unsur institusi fungsional dalam kaderisasi PII ada tiga. Diantaranya
Training adalah bentuk pembinaan kader PII yang berorientasi pada
pembinaan kepribadian dan mental kepemimpinan. Ta’lim adalah bentuk
pembinaan kader PII yang berorientasi pada peningkatan fitrah, wawasan
dan pengetahuan serta pembiasaan prilaku Islami. Kursus sendiri secara
umum diarahkan pada pengembangan minat, bakat, keahlian dan potensi diri
kader. PII Wati terdahulu melakukan pembinaan dalam bentuk training.
Dalam perkembangan kaderisasinya, Badan Otonom diposisikan untuk
menangani kursus. Terdapat dua jenis kursus yang ada di sistem kaderisasi
PII Wati, yakni kursus wajib (Isteecomah 1, 2, 3) dan kursus pilihan yang
bebas menyesuaikan sesuai kebutuhan.

2. Proses Kelembagaan

Proses pendewasaan dan belajar di PII terjadi dalam integrasi proses


pembinaan dan proses kelembagaan. PII Wati belum mempunyai identitas
institusi yang baku yang bisa dijadikan tolak ukur dan ciri khas
organisasi. Perlu adanya standarisasi secara kelembagaan di setiap eselon.
Agar dalam menghadapi kondisi ketidakidealan yang terjadi di lapangan,
terdapat penanganan yang jelas dan terukur. Peran eselon diatas sebagai
pendamping wilayah/daerah perlu diperkuat dengan SOP dan kapasitas
personal yang siap. Berkurangnya jumlah bidang keputrian yang sudah
bermetamorfosa menjadi kordinator wilayah/daerah harus terus
didampingi terutama dalam hal pemahaman konstitusi dan kelembagaan.

Adapun jika digambarkan dalam bagan proses kelembagaan PII ibarat


rumah. Rumah merupakan bangunan yang pertama dekat dengan kehidupan.
Komponen- komponen penting dalam rumah merupakan ranah
kepemimpinan perempuan yang diamanahkan oleh pemimpin rumah.
Perempuan perlu memberikan perhatian khusus terhadap rumah. Dimulai
dari letak rumah, isi rumah, sampai komunitas bertetangga disekitar rumah.
Nilai kesederhanaan, kehormatan, kondusifitas, dan rumah yang berorientasi
masa depan menjadi perhatian anggota rumah.
Dalam analogi misi PII Wati, setidaknya ada tiga hal dalam
membangun rumah. Pertama, pondasi yang kuat yakni modal dan prasyarat.
Kedua, bangunan dinding yang memiliki subtansi internal PII Wati, dari
Koorpus, Koorwil, dan Koorda. Ketiga, atap diumpamakan sebagai garda
terdepan, menggambarkan implementasi gerakan PII Wati pada ranah
eksternal (stakeholder). Mekanisme kontrol (saling menasihati) dalam ranah
kelembagaan perlu diperkuat, sesuai dengan peran fungsi masing-masing
eselon.

3. Manajemen Organisasi

Sebagai lembaga, Korps PII Wati tentunya memiliki mekanisme


administrasi dan manajerial dalam menjalankan fungsi dan usahanya. Badan
otonom diberi kewenangan untuk mengelola administrasinya sendiri.
Sebagai komponen penunjang, perlu adanya penyelenggaraan administrasi
dan finansial yang kuat. Pemahaman pola administrasi berpengaruh
terhadap implementasi fungsi administrasi dalam organisasi. Pemapanan
administrasi dan kemandirian finansial organisasi di era ini perlu
memanfaatkan teknologi untuk efektifitas dan efisiensinya tanpa
menghilangkan esensi dan komunikasi organisasi.

4. Kedudukan Eksternal Lembaga

Implementasi gerakan PII Wati adalah tersampaikannya nilai-nilai


organisasi hingga ke lingkaran terluar yaitu masyarakat dan ummat Islam.
Selain melakukan pembinaan internal, PII Wati perlu memperhatikan
posisinya sebagai bentuk kiprah di masyarakat. Untuk itu upaya-upaya
untuk membangun hubungan dengan stake holder menjadi komponen
penunjang untuk mencapai tujuan PII Wati. Stakeholder menurut Freeman
(1984) merupakan individu atau kelompok yang bisa mempengaruhi
dan/atau dipengaruhi organisasi sebagai dampak dari aktivitas-aktivitasnya.

Kebutuhan untuk membangun jaringan (stakeholder) bagi sebuah


organisasi adalah kebutuhan penting. Manusia pada dasarnya merupakan
makhluk sosial yang memiliki kebergantungan pada keberadaan aspek
eksternal diluar diriya. Sejak era internet, keterhubungan menjadi sebuah
keniscayaan. Networking is basically extending the outreach of the
resources in different ways so as to increase the effectiveness of the
program (Jadrian A.Justarelo). Jaringan akan mendukung efektifitas
pelaksanaan program dan secara efisien membantu mempermudah
mencapai tujuan organisasi.

Dalam bersikap terhadap jaringan lembaga (stakeholder), PII Wati


harus sesuai dengan kerangka gerak sebagai berikut:

 Membangun kerjasama yang intensif dengan stakeholder yang


berpengaruh penting dan menjadi prioritas organisasi

 Menjaga nilai-nilai organisasi tetap tersampaikan kepada stakeholder


penting namun tidak berpengaruh besar terhadap organisasi

 Menciptakan ruang pendapat terhadap stakeholder yang


berpengaruh namun tidak menjadi prioritas

Diantara kursus sebagai pembinaan dan ‘pola rekruitmen’ anggota Badan


Otonom, diperlukan juga ta’lim sebagai peningkat pemahaman fikroh beragama,
ghiroh berjuang dan nilai kemuslimahan kader putri PII. Untuk melakukan
pembinaan berupa ta’lim, wilayah menunjuk seorang mu’alim sebagai
koordinator pelaksanaan ta’lim: menentukan tema kajian, mengkondisikan
pemateri dan kehadiran peserta dalam ta’lim serta keistiqomahan peserta dalam
beribadah yaumiyah. Rutinitas ta’lim dapat disesuaikan sesuai kesepakatan
wilayah, baik itu pekanan atau bulanan disela musim training dan kursus.
Adapun untuk pembinaan tunas, penerapan lingkungan ramah anak di
pusat kegiatan PII sebagai bentuk setting pendidikan untuk setiap objek
pendidikan termasuk anak dan masyarakat. Didalam AD ART anggota tunas
adalah pelajar berusia 4 sampai 12 tahun dan dibawah pembinaan PII. Dalam
penyelenggaraannya ditunjuk BO Korps PII Wati sebagai pengelola. Formulasi
kurikulum pembinaan tunas yang baku harus segera dituntaskan.

Selain itu meninjau sumber daya pembina, pada dasarnya setiap manusia
adalah pendidik dan kemampuan mendidik menjadi salah satu karakter kader
pemimpin yang lahir dari proses kaderisasi PII. Di dalam ta’dib ditetapkan
training pembina tunas (trapenas) untuk menghasilkan sumber daya pembina.
Masifikasi pelaksanaan trapenas harus sejalan juga dengan pelaksanaan kursus
lainnya.

8. ALUR IMPLEMENTASI

PERIODE TARGET

Mei-Oktober - Sosialisasi kebijakan dan rencana strategis


ke seluruh wilayah dan daerah.
- Konsolidasi visi dan misi Korpus Korps PII
Wati periode 2023-2025.
- Konsolidasi kolaborasi dengan stakeholder
terkait
- Isteecomah dan ta’lim
- Konsolidasi gerakan advokasi
- Adaptasi kondisi wilayah
- Konsolidasi media
- Pengenalan standar operational procedure
(SOP)
- Penghimpunan data base keluarga besar
- Pengkondisian sumber-sumber keuangan
- Pengawalan isu eksternal
- Meneguhkan visi dan misi
- Pilot projek sekolah alternatif perempuan
- Finalisasi formulasi advokasi perempuan
dan anak

November-April - Persiapan wilayah calon korwil


- Pembinaan Pembina tunas
- Percepatan pemerataan pelaksanaan kursus
dan ta’lim di semua zona
- Konsolidasi gerakan literasi anak
- Pilot projek sekolah advokasi
- Pengawalan isu anak
- Pembinaan wilayah calon korwil
- Basis keuangan terkondisikan
- Penambahan asset-aset organisasi
- Finalisasi kurikulum ta’lim qonita
- Pilot projek sekolah alternatif perempuan

Mei-Okktober - Pilot projek sekolah alternatif perempuan


- Pembinaan kaderisasi putri merata di semua
zona
- Revitalisasi gerakan Korps PII Wati dengan
upgrading maupun agenda lainnya
- Basis tunas aktif
- basis advokasi aktif

November-April - Pilot projek sekolah advokasi


- Finalisasi pengembangan sistem kaderisasi
keputrian tunas
- Adanya rekomendasi-rekomendasi hasil
evaluasi struktural dan kaderisasi
- Database tersusun dan terukur
- Persiapan regenerasi kepengurusan

9. TIMELINE PROGRAM KERJA

Terlampir

10. ANGGARAN BIAYA PROGRAM KERJA

Terlampir

11. KHATIMAH

Kullukum rain wa kullukum mas’uulun‘an raiyyatihi. Demikian Pola Kebijakan ini


disusun sebagai petunjuk dan strategi pelaksanaan kepengurusan Korpus Korps PII Wati
periode 2023-2025. Kepada Allah segala permintaan dipanjatkan dan petunjuk
dimohonkan.

Jakarta, 4 Agustus 2023

ROHAYATI

Ketua Korpus Korps PII Wati


Periode 2023 - 2025

Anda mungkin juga menyukai