Anda di halaman 1dari 31

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Bayi berat lahir rendah

Berat badan merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir.

Rerata berat bayi normal (usia gestasi 37 sampai 41 minggu) adalah 3200 (7 lbs).

secara umum bayi berat lahir rendah maupun berlebih ( ≥ 3800 gram) lebih besar

risikonya untuk mengalami masalah. Masa gestasi merupakan indikasi

kesejahteraan bayi baru lahir karena semakin cukup masa gestasi semakin baik

kesejahteraan bayi. Penentuan umur kehamilan bisa dilakukan mulai dari

antenatal sampai setelah persalinan. Pada masa antenatal ditentukan dengan cara

sederhana yaitu dengan menghitung hari pertama haid terakhir (HPHT) dan

kejadian-kejadian selama kehamilan yang penting. Grafik pertumbuhan terhadap

usia kehamilan digunakan untuk menentukan apakah berat badan lahir bayi sesuai

untuk usia kehamilan. Setelah persalinan penentuan umur kehamilan dilakukan

dengan pemeriksaan berdasarkan pada kriteria perkembangan saraf yang spesifik

serta berbagai fisik luar yang terus menerus siring dengan perkembangan suia

kehamilan diantaranya Dubowitz, Usher dan Farr.8

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat

badannya saat lahir kurang dari 2500 gram. Sejak tahun 1961 WHO telah

menggantikan istilah prematuritas dengan BBLR. Hal ini dilakukan karena tidak

semua bayi yang berat yang berat kurang dari 2500 gram pada waktu lahir bayi

disebut prematur.8

15
16

3.1.1 Definisi

Bayi berat lahir rendah didefinisikan oleh World Health Organization

(WHO) sebagai bayi dengan berat lahir < 2500 gram (5,5 lb). Istilah bayi berat

lahir sangat rendah (BBLSR) digunakan untuk bayi dengan berat lahir <1500

gram, dan bayi berat lahir sangat amat rendah (BBLSAR) untuk bayi dengan berat

lahir <1000 gram.9,10

Sedangkan kecil untuk masa kehamilan (KMK) didefinisikan sebagai berat

lahir bayi di bawah persentil 10, sesuai masa kehamilan (SMK) sebagai berat lahir

bayi di antara persentil 10 dan 90, dan besar masa kehamilan (BMK) sebagai berat

lahir bayi di atas persentil 90, mengacu pada survei nasional tahun 1998. 1 Bayi

kecil untuk masa kehamilan diklasifikasikan lagi menjadi moderate dan severe.

Dikatakan moderate atau sedang jika berat lahir di antara persentil 3 hingga

persentil 10, dan severe atau berat jika berat lahir kurang dari persentil 3.11

3.1.2 Epidemiologi

World Health Organization memperikirakan sebanyak 25 juta bayi lahir

dengan berat lahir rendah setiap tahunnya. Kejadian BBLR diperkirakan terjadi

pada 15-20% dari seluruh kelahiran di dunia, menggambarkan lebih dari 20 juta

balita lahir dengan berat lahir rendah. Sebesar 95% kasus BBLR terjadi pada

negara-negara berkembang, khususnya pada populasi yang rentan. Sebanyak 4

juta kematian bayi per tahunnya terjadi pada bayi dengan BBLR. Bayi dengan

berat lahir antara 1500-2500 gram 20 kali lebih berisiko mengalami kematian

dibandingkan bayi dengan berat lahir normal. Bayi berat lahir rendah menjadi
17

suatu prediktor mortalitas bayi yang terutama terjadi pada bulan pertama

kehidupan.9,10,12

Lebih dari 20 juta bayi di seluruh dunia mewakili 15,5% dari semua

kelahiran dilahirkan dengan berat lahir rendah, 95,6% dari mereka di negara

berkembang. Prevalensi berat lahir rendah di negara berkembang (16,5%) adalah

dua kali bahwa di daerah maju (7%). Sebuah penelitian dilakukan di Gondar

menunjukkan bahwa prevalensi keseluruhan berat lahir rendah adalah 17,4%. bayi

berat lahir rendah dianggap sebagai yang paling penting prediktor kematian bayi,

terutama kematian dalam bulan pertama kehidupan. Ini juga merupakan penentu

signifikan morbiditas bayi dan anak-anak, terutama perkembangan saraf gangguan

seperti keterbelakangan mental dan pembelajaran akan terjadinya kecacatan.

Setengah dari semua perinatal dan sepertiga dari semua bayi kematian terkait

langsung atau tidak langsung dengan BBLR. Kematian bayi BBLR adalah 40 kali

lebih banyak dari berat normal bayi. Bayi yang lahir dengan berat badan sangat

rendah lebih dari 100 kali lebih mungkin meninggal pada tahun pertama

kehidupan daripada yang ada bayi dengan berat lahir normal.9

Insiden BBLR dilaporkan terjadi sebesar 16% di seluruh dunia, dan

sebesar 75% dari seluruh kasus di dunia terjadi di benua Asia. Menurut WHO,

BBLR diperkirakan terjadi sebesar 28% di Asia Selatan, 14% di Afrika Tengah

dan Barat, 13% di Afrika sub-Sahara, 11% di Afrika Selatan dan Timur, 9% di

Amerika Latin, dan 6% di Asia Barat dan Pasifik. 10 Angka kejadian BBLR di

tahun 2012 adalah sebesar 10.2 % dan prevalensi di Sumatera Barat meningkat

7.5% dari yang sebelumnya 6% pada tahun 2011.13


18

3.1.3 Faktor risiko

Bayi berat lahir rendah disebabkan karena berbagai faktor risiko yang

mendasari seperti pada gambar 3.1. Pada pertumbuhan intrauterin normal,

pertambahan berat plasenta sejalan dengan pertambahan berat janin, aliran darah

uterus, juga transfer oksigen dan nutrisi plasenta dapat berubah pada berbagai

penyakit vaskular pada ibu. Difungsi plasenta yang terjadi sering berakibat pada

ganggua pertumbuhan janin. Keadaan klinis yang melibatkan aliran darah plasenta

yang buruk meliputi kehamilan ganda, penyalah-gunaan obat, penyakit vaskular

(hipertensi pada kehamilan), penyakit ginjal, infeksi (TORCH), insersi plasneta

umbilikus yang abnormal dan keganasan.8

Gambar 3.1 Faktor risiko terjadinya BBLR 9


Kerangka konseptual untuk menilai prevalensi dan faktor-faktor
terkait dari berat lahir rendah di antara neonatus. Faktor dari
sosiodermografik ditemukan faktor usia, berat maternal, status
maternal, kediaman dan suku; Riwayat kehamilan sebelumnya perlu
dianamnesis lebih lanjut berbagai kemungkinan yang sama; Selama
kehamilan ibu perlu mendapatkan suplemen zat besi beserta injeksi
tetanus; Serata selama kehamilan pastikan ibu terhidar dari
penyakit seperti anemia, HIV maupun hipertensi.9
19

Terdapat dua variabel bebas yang diketahui mempengaruhi pertumbuhan

janin, yaitu berat ibu selama kehamilan dan pertambahan selama kehamilan. Ibu

dengan dengan berat badan kurang sekali melahirkan bayi yang berukuran kecil

daripada yang dilahirkan ibu dengan berat normal atau berlebihan. Selama

embriogenesis status ibu memiliki efek terhadap pertumbuhan janin. Meskipun

demikian, fase pertumbuhan trimester ketiga saat hipertrofi seluler janin dimulai,

kebutuhan nutrisi janin dapat melebihi persediaan ibu jika masukan nutrisi ibu

rendah.8

Infeksi virus tertentu berhubungan dengan gangguan pertumbuhan janin.

Wanita dengan status sosioekonomi rendah diketahui melahirkan bayi dengan

gangguan pertumbuhan maupun bayi kecil disamping memilki insidensi perinatal

yang lebih tinggi. Bayi yang menderita infeksi rubela kongenital dan citomegalo

virus (CMV) umum terjadi gangguan pertumbuhan janin, tidak tergantung pada

umum kehamilan saat mereka dilahirkan. Selain itu diperkirakan 40% dari

keseluruhan variasi berat lahir berkaitan dengan kontribusi genetik ibu dan janin.

Wanita normal tertentu memiliki kecenderungan untuk berulang kali melahirkan

bayi KMK dengan tingkat pengulangan 25-50%.8

Bayi berat lahir rendah merupakan sindrom kompleks yang disebabkan

oleh multifaktorial, seperti prematuritas (kelahiran <37 minggu usia gestasi) atau

bayi kurang bulan, kecil untuk masa kehamilan (KMK) pada bayi cukup bulan,

atau kondisi tumpang tindih keduanya yang akan memperburuk prognosis ke

depannya. Ketiga kelompok ini memiliki sub-kelompok mereka sendiri, dengan

masing-masing komponen terkait dengan faktor penyebab, efek jangka panjang


20

yang berbeda, dan distribusi antarpopulasi, bergantung pada prevalensi faktor

penyebab yang mendasarinya. Secara garis besar, BBLR mungkin disebabkan

oleh kondisi prematuritas, pertumbuhan janin terhambat (PJT), atau kombinasi

keduanya.9,10

Telah banyak dilaporkan bahwa bayi kurang bulan dan kecil untuk masa

kehamilan terkait dengan hipertensi kronis dan preeklampsia atau eklampsia pada

ibu. Hipertensi kronis menjadi satu faktor risiko penting dalam terjadinya

preeklampsia, yang akhirnya dapat menyebabkan kelahiran prematur dan KMK.

Kemunculan preeklampsia menyoroti interaksi kompleks yang ada antara nutrisi,

kelahiran prematur, dan bayi KMK.9

Bayi dengan berat lahir rendah sering dikaitkan dengan potensial genetik

dan hambatan pertumbuhan janin selama masih di dalam kandungan. Fenomena

hambatan pertumbuhan ini disebut dengan PJT atau intrauterine growth

restriction (IUGR).12 Insidensi IUGR terjadi enam kali lebih tinggi di negara-

negara berkembang. Sebesar 75% bayi dengan IUGR banyak ditemukan di

wilayah Asia, dan menjadi penyebab BBLR paling sering di negara-negara

berkembang. Fenomena IUGR dapat muncul akibat kondisi yang kompleks dan

bervariasi, mulai dari faktor maternal, plasenta, janin, genetik, atau kombinasi

beberapa faktor tersebut.14 Status nutrisi, gaya hidup, dan penyakit atau

komplikasi yang diderita ibu semasa hamil menentukan perkembangan dan

pertumbuhan janin. Selain faktor maternal, faktor janin juga ikut menentukan

kejadian IUGR, yakni adanya kelainan kromosom, kelainan bawaan lain, infeksi

kongenital, serta penyakit metabolisme saat lahir seperti galaktosemia dan


21

fenilketonuria. Sedangkan faktor plasenta, terkait dengan kondisi insufisiensi

plasenta akibat kelainan maternal, masalah anatomi plasenta, serta gemelli.15

Faktor predisposisi terjadinya BBLR yang paling sering terjadi disebabkan

oleh kondisi seperti kehamilan gemelli, infeksi, dan kondisi kronik seperti

diabetes dan hipertensi. Faktor-faktor tersebut memainkan peran penting dalam

menentukan berat lahir bayi dan status kesehatan bayi di masa depan. Seringkali

BBLR dikaitkan dengan riwayat kehamilan ibu yang dulu maupun sekarang.16

Faktor-faktor maternal yang sering dikaitkan dengan BBLR yakni kondisi

kesehatan ibu, penyakit selama masa kehamilan (hipertensi, penyakit

kardiovaskuler, DM tipe II, sindrom metabolik, penyakit paru kronis, dan

sebagainya), riwayat pengobatan saat kehamilan, kondisi kesehatan mental

(kondisi psikologis ibu), masalah pada plasenta dan kehamilan (preeklampsia,

eklampsia, gemelli, malpresentasi, solusio plasenta, ketuban pecah dini prematur,

prematuritas, dan plasenta previa), merokok, dan konsumsi alkohol serta obat-

obatan selama kehamilan.16 Faktor sosiodemografik ibu seperti usia ibu saat hamil

yang terlalu muda ataupun tua, status nutrisi ibu yang buruk sebelum dan selama

kehamilan, indeks masa tubuh ibu yang rendah, tingkat pendidikan ibu yang

rendah, serta suku dan etnis tertentu. Faktor riwayat kehamilan seperti

primigravida, multiparitas, jarak kehamilan terlalu dekat, suplementasi zat besi

dan asam folat tidak adekuat, status hemoglobin <11 gr/dl atau anemia maternal,

kondisi kesehatan ibu saat hamil yang buruk, status HIV positif, riwayat obstetri

jelek, riwayat ibu melahirkan anak terdahulu dengan BBLR, dan jumlah

kunjungan ANC ibu yang jarang atau tidak pernah.9


22

Ibu hamil umumnya mengalami deplesi atau penyusutan besi sehingga

hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi

yang normal. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan

pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat

mengakibatkan kematian janin di dalam kandungan, abortus, cacat bawaan, dan

BBLR. Hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal

secara bermakna lebih tinggi, sehingga kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan

prematur juga lebih besar. Status gizi ibu juga mempengaruhi kejadian

preeklampsia.9,16 Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan

janin tidak mengalami hambatan dan dapat melahirkan bayi dengan berat badan

lahir normal. Kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak

menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat

hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat dari pada ibu dengan

kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada

masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian

yang tinggi, terlebih lagi jika ibu menderita anemia.9

Jumlah kunjungan ANC menjadi prediktor kuat dalam menilai rekurensi

BBLR. Kunjungan ANC dapat digunakan sebagai skrining faktor-faktor risiko

potensial dan sebagai langkah intervensi mencegah BBLR dan kondisi buruk

lainnya saat kelahiran nantinya. Faktor risiko tersebut dapat terlewatkan jika ibu

tidak melakukan kunjungan ANC.15,17

3.1.4 Patofisiologi
23

Bayi berat lahir rendah seperti yang telah disebutkan sebelumnya, erat

hubungannya dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan atau prematuritas,

tetapi juga dapat disebabkan oleh dismaturitas, yakni pada bayi lahir cukup bulan

tetapi berat lahirnya lebih kecil dari masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai

2500 gram.16 Terdapat banyak penyebab gangguan pertumbuhan intrauterin, yang

disebut Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) dan efeknya tehadap janin

bervariasi sesuai dengan cara dan lama terpapar serta tahap pertumbuhan janin

saat penyebab itu terjadi. Walupun setiap organ dapat dipengaruhi oleh gangguan

tersebut, efeknya pada setiap organ sangatlah berbeda. Jika gangguan

pertumbuhan pada akhir kehamilan, pertumbuhan jantung, otak dan tulang rangka

tampak sedikit berpengaruh, sedangkan ukuran hati, limpa dan timus sangat

berkurang. Keadaan klinis ini disebut gangguan pertumbuhan asimetri dan

biasanya terjadi pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh penderita hipertensi

kehamilan (preeklamsia). Sebaliknya, jika gangguan terjadi pada awal kehamilan

tampak pertumnuhan otak dan rangak terganggu. Keadaan klinis ini disebut

gangguan pertumbuhan simetri dan seringkali berkaitan dengan hasil akhir

perkembangan syaraf yang buruk.8

3.1.5 Diagnosis

Penelusuran riwayat dan pengawasan selama masa antenatal dilakukan

untuk mendeteksi secara dini kemungkinan adanya bayi dengan IUGR, khususnya

terhadap ibu dengan risiko tinggi. Sangat penting untuk ditelusuri dan diperiksa

mengenai riwayat penyakit dahulu ibu maupun keluarga ibu, antropometri ibu
24

dengan berat dan tinggi badan sebelum dan selama kehamilan, status nutrisi ibu,

dan usia kehamilan pasti.14

Pemeriksaan janin selama masa antenatal juga perlu dilakukan.

Pemeriksaan dilakukan dengan mengukur tinggi fundus uteri, palpasi janin, dan

kardiotokografi.14 Bayi dengan BBLR maupun KMK dapat dideteksi sebelumnya

selama masa kehamilan menggunakan fetal biometry (abdominal circumference

[AC], head circumference [HC], biparietal diameter, and femur length [FL], dan

berat janin dapat dihitung melalui pemeriksaan ultrasound dengan Doppler.18

Adanya pertumbuhan janin yang cenderung lambat dan tidak sesuai

dengan usia kehamilan sebenarnya sering disebut IUGR atau pertumbuhan janin

terhambat (PJT). Intrauterine growth restriction didefinisikan sebagai rata-rata

pertumbuhan janin di bawah normal (disesuaikan dengan faktor potensial

pertumbuhan yang spesifik seperti ras dan jenis kelamin). Bayi dinyatakan

mengalami IUGR jika lahir dengan gejala klinis malnutrisi dan terlepas dari

persentil berat lahir neonatus. Sedangkan persentil berat lahir neonatus dinyatakan

tanpa tanda dan gejala malnutrisi dan retardasi pertumbuhan, hanya berdasarkan

berat lahir dan usia kehamilan.Terdapat tiga tipe IUGR, yakni IUGR asimetris

(bayi kurang gizi), simetris (hipoplasia selama masa kehamilan), dan gabungan

antara keduanya. Ketiga tipe tersebut ditentukan berdasarkan pemeriksaan

antropometri dan klinis.14

Tipe simetris ditandai dengan lingkar kepala, panjang, dan berat badan

seluruhnya yang berkurang secara proporsional untuk usia kehamilan. Tipe ini
25

sering disebabkan oleh infeksi kongenital atau kelainan genetik dan terjadi di awal

kehamilan.19

Tipe asimetris ditandai oleh berat janin yang lebih rendah secara tidak

proporsional terhadap panjang dan lingkar kepala. Pertumbuhan otak biasanya

terpisah. Pertumbuhan otak terjadi di masa kehamilan lanjut dan disebabkan oleh

insufisiensi uteroplasenta atau nutrisi ibu yang buruk. 18 Rasio AC digunakan untuk

mendiagnosis tipe asimetris. Pada tipe tersebut, ukuran hepar terlalu kecil jika

dibandingkan dengan HC dan FL, yang sama sekali tidak terpengaruh pada proses

hambatan pertumbuhan janin. Rasio HC/AC menurun pada kehamilan dengan

pertumbuhan janin yang normal, dan lebih besar dari 2 SD di atas rata-rata. Tipe

ketiga, yakni gabungan antara simetris dan asimetris, sering ditemukan di negara

berkembang, memiliki jumlah sel yang lebih sedikit dan ukuran sel yang lebih

kecil, serta memiliki klinis simetris dan asimetris. Tipe tersebut merupakan hasil

dari proses IUGR yang terjadi pada awal kehamilan dan lebih lanjut dipengaruhi

oleh faktor plasenta pada akhir kehamilan.10

Diagnosis postnatal bayi dengan IUGR dapat ditegakkan melalui

pemeriksaan klinis, antropometri, indeks Ponderal, skor clinical assesment of

nutrition (CAN), lingkar kepala, lingkar lengan atas, dan ratio Lingkar lengan atas

atau kepala. Bayi dengan IUGR akan memiliki variasi manifestasi malnutrisi

sebagai berikut: 14

 Bayi tampak rewel dan mudah terkejut.

 Kulit bayi kendur, kering, dan mudah terkelupas.

 Kepala relatif besar jika dibandingkan dengan tubuh (brain sparing effect)
26

 Fontanella anterior luas dan besar (pembentukan membran tulang yang

tidak memadai).

 Lemak pada bagian pipi atau buccal tampak sedikit (old man look).

 Pembentukan puting susu dan genitalia (pada perempuan) tidak matur.

 Perut bayi tampak kecil (scaphoid abdomen)

 Tali pusat yang lebih kurus dan seringkali terwarnai mekonium.

 Tangan dan kaki relatif lebih besar dan kurus dibandingkan tubuhnya.

 Jari kuku bayi cenderung panjang.

 Massa otot kecil dan jaringan lemak subkutan sedikit.

 Lipatan kulit bayi kendur pada bagian tengkuk, ketiak, interskapula,

pelipatan paha bayi, dan bokong (lebih dari 3 pelipatan).

Pemeriksaan antropometri bayi dilakukan untuk menentukan kondisi

KMK atau IUGR pada bayi. Penelitian menunjukkan bahwa kurva pertumbuhan

yang disesuaikan dengan berbagai karakteristik ibu yang bervariasi lebih akurat

dalam mendiagnosis IUGR pada janin dan neonatus. Pada IUGR simetris, berat

badan, lingkar kepala, dan panjang badan akan menunjukkan kurva dengan nilai

<10 centil, sedangkan pada tipe asimetris hanya pengukuran berat badan yang

akan menujukkan <10 centil, hasil pengukuran lainnya akan sesuai untuk masa

kehamilan.14

3.1.6 Tatalaksana

Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang

memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi dan berbagai masalah kesehatan
27

bisa muncul, terutama pada kasus BBLR. Tanpa penanganan yang tepat, kondisi

ini dapat berakibat fatal pada kelompok ini. 5 Beberapa penatalaksanaan yang

dapat dilakukan pada bayi BBLR yaitu dengan menerapkan beberapa cara, yaitu:19

1. Atur Posisi

Pemberian posisi pada bayi BBLR mempengaruhi pada kesehatan dan

perkembangan bayi. Bayi tidak perlu mengeluarkan energi untuk mengatasi usaha

bernafas, makan atau mengatur suhu tubuh, serta mampu menggunakan energi ini

untuk pertumbuhan dan perkembangan. Posisi telungkup merupakan posisi

terbaik bagi kebanyakan bayi prematur dan BBLR yang dapat menghasilkan

oksigenasi yang lebih baik, toleransi terhadap makanan yang masuk, dan pola

tidur istirahat yang lebih teratur. Bayi memperlihatkan aktivitas fisik dan

penggunaan energi lebih sedikit bila diposisikan telungkup.

Posisi telentang lama bagi bayi prematur dan BBLR tidak dianjurkan, karena

tampaknya mereka kehilangan keseimbangan saat telentang dan menggunakan

energi vital sebagai usaha untuk mencapai keseimbangan dengan mengubah

postur. Posisi telentang jangka lama bayi prematur dan BBLR dapat

mengakibatkan abduksi pelvis lebar (posisi kaki katak), retraksi dan abduksi bahu,

peningkatan ekstensi leher dan peningkatan ekstensi batang tubuh dengan leher

dan punggung melengkung.

2. Dukungan sistem pernapasan yang adekuat

Banyak bayi BBLR memerlukan oksigen suplemen dan bantuan ventilasi, hal

ini bertujuan agar bayi BBLR dapat mencapai dan mempertahankan respirasi.
28

Bayi dengan penanganan suportif ini diposisikan untuk memaksimalkan

oksigenasi. Terapi oksigen diberikan berdasarkan kebutuhan dan penyakit bayi.

3. Termoregulasi

Kebutuhan yang paling krusial pada bayi BBLR adalah pemberian kehangatan

eksternal setelah tercapainya respirasi. Bayi BBLR memiliki masa otot yang lebih

kecil dan deposit lemak coklat lebih sedikit untuk menghasilkan panas,

kekurangan isolasi jaringan lemak subkutan, dan kontrol refleks yang buruk pada

kapiler kulitnya. Pada saat bayi BBLR lahir mereka harus segera ditempatkan

dilingkungan yang dipanaskan hal ini untuk mencegah atau menunda terjadinya

efek stres dingin.

4. Perlindungan terhadap infeksi

Perlindungan terhadap infeksi merupakan salah satu penatalaksanaan asuhan

keperawatan pada bayi BBLR untuk mencegah terkena penyakit. Lingkungan

perilindungan dalam inkubator yang secara teratur dibersihkan dan diganti

merupakan isolasi yang efektif terhadap agen infeksi yang ditularkan melalui

udara. Sumber infeksi meningkat secara langsung berhubungan dengan jumlah

personel dan peralatan yang berkontak langsung dengan bayi.

5. Manajemen cairan dan elektrolit

Hidrasi bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk asupan

tambahan kalori, elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat sangat penting pada bayi

prematur. Hal ini dikarenakan permukaan tubuhnya lebih luas dan kapasitas

osmotik diuresis terbatas pada ginjal bayi prematur yang belum berkembang

sempurna, sehingga bayi tersebut sangat peka terhadap kehilangan cairan.


29

6. Nutrisi

Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi BBLR, tetapi

terdapat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi mereka karena berbagai

mekanisme ingesti dan digesti makanan belum sepenuhnya berkembang. Jumlah,

jadwal, dan metode pemberian nutrisi ditentukan oleh ukuran dan kondisi bayi.

Nutrisi dapat diberikan melalui parenteral ataupun enteral atau dengan kombinasi

keduanya. Kebutuhan bayi untuk tumbuh cepat dan pemeliharaan harian harus

dipenuhi dalam keadaan adanya banyak kekurangan anatomi dan fisiologis.

Meskipun beberapa aktivitas menghisap dan menelan sudah ada sejak sebelu lahir,

namun koordinasi mekanisme ini belum terjadi sampai kurang lebih 32 sampai 34

minggu usia gestasi, dan belum sepenuhnya sinkron dalam 36 sampai 37 minggu.

Pemberian makan bayi awal (dengan syarat bayi stabil secara medis) dapat

menurunkan insidens faktor komplikasi seperti hipoglikemia, dehidrasi, derajat

hiperbilirubinemia bayi BBLR dan preterm yang terganggu memerlukan metode

alternatif, air steril dapat diberikan terlebih dahulu. Jumlah yang diberikan

terutama ditentukan oleh pertambahan berat badan bayi BBLR dan toleransi

terhadap pemberian makan sebelum dan ditingkatkan sedikit demi sedikit sampai

asupan kalori yang memuaskan dapat tercapai. Bayi BBLR dan prematur

menuntut waktu yang lebih lama dan kesabaran dalam memberikan makan

dibandingkan pada bayi cukup bulan, dan mekanisme oral-faring dapat terganggu

oleh usaha pemberian makan yang terlalu cepat. Penting untuk tidak membuat

bayi kelelahan atau melebihi kapasitas mereka dalam menerima makanan.

7. Perawatan metode kanguru (Kangaroo Mother Care)


30

Pada BBLR, membutuhkan bantuan dan waktu untuk penyesuaian kehidupan

di luar rahim. Mereka juga memerlukan bantuan untuk tetap hangat dan

mendapatkan ASI yang cukup untuk tumbuh. Satu cara untuk menolong bayi

mendapatkan kebutuhan ini adalah menjaga bayi tetap kontak kulit dengan kulit

ibunya. Perawatan metode kanguru adalah suatu cara agar BBLR terpenuhi

kebutuhan khusus mereka terutama dalam mempertahankan kehangatan suhu

tubuh. Untuk melakukan PMK, tentukan bayi memiliki berat lahir <2500 gram,

tanpa masalah/komplikasi.

Syarat melakukan PMK :

 Bayi tidak mengalami kesulitan bernapas

 Bayi tidak mengalami kesulitan minum

 Bayi tidak kejang

 Bayi tidak diare

 Ibu dan keluarga bersedia dan tidak sedang sakit

Perawatan metode kanguru (PMK) merupakan salah satu alternatif cara

perawatan yang murah, mudah, dan aman untuk merawat bayi BBLR. Dengan

PMK, ibu dapat menghangatkan bayinya agar tidak kedinginan yang membuat

bayi BBLR mengalami bahaya dan dapat mengancam hidupnya, hal ini

dikarenakan pada bayi BBLR belum dapat mengatur suhu tubuhnya karena

sedikitnya lapisan lemak dibawah kulitnya. Perawatan metode kanguru dapat

memberikan kehangatan agar suhu tubuh pada bayi BBLR tetap normal, hal ini

dapat mencegah terjadinya hipotermi karena tubuh ibu dapat memberikan

kehangatan secara langsung kepada bayinya melalui kontak antara kulit ibu
31

dengan kulit bayi, ini juga dapat berfungsi sebagai pengganti dari inkubator.

Perawatan metode kanguru dapat melindungi bayi dari infeksi, pemberian

makanan yang sesuai untuk bayi (ASI), berat badan cepat naik, memiliki

pengaruh positif terhadap peningkatan perkembangan kognitif bayi, dan

mempererat ikatan antara ibu dan bayi, serta ibu lebih percaya diri dalam merawat

bayi.

Selama pelaksanaan PMK, BBLR hanya diberikan ASI. Melalui PMK akan

mendukung dan mempromosikan pemberian ASI eksklusif, karena ibu menjadi

lebih cepat tanggap bila bayi ingin menyusu. Bayi bisa menyusu lebih lama dan

lebih sering. Bila bayi dibawa ke fasilitas kesehatan dan bayi tidak mampu

menelan ASI dapat dilakukan pemasangan Oro Gastric Tube (OGT) untuk dirujuk

ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.

BBLR yang dirawat di fasilitas kesehatan yang dapat dipulangkan lebih

cepat (berat < 2000 gram) harus dipantau untuk tumbuh kembangnya. Apabila

didapatkan tanda bahaya harus dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.

3.1.7 Komplikasi

Bayi dengan berat lahir rendah 40 kali berisiko mengalami kematian pada

empat minggu pertama kehidupannya, serta 30 kali berisiko mengalami

komplikasi berupa gangguan perkembangan saraf dan kelainan kongenital,

dibandingkan bayi dengan berat lahir cukup.12

3.2 Pengaruh Bayi Berat Lahir Rendah Terhadap Gawat Nafas


32

Gawat nafas pada neonatus merupakan suatu gejala yang sering ditemukan

pada noenatus dan mejadi penyebab morbiditas utama pada bayi berat lahir rendah

(BBLR). Gejala ini muncul pada usia gestasi 28 minggu 60-80%, pada usia

kelahiran 30 minggu 25%, sedangkan pada usia 32-36 minggu sebesar 15-30 %

dam pada bayi aterm 0.3-1% kelahiran hidup dan merupakan penyebab neonatus

sebesar 15-20%.20

Gagal nafas merupakan kegagalan sistem respirasi dalam memenuhi

kebutuhan pertukaran gas oksigen dan karbondioksida antara udara dan darah,

sehingga terjadi gangguan dalam asupan oksigen dan ekskresi karbondioksida,

keadaan ini ditandai dengan abnormalitas nilai PO 2 dan PCO. Gagal nafas dapat

disebabkan oleh penyakit paru yang melibatkan jalan nafas, alveolus, sirkulasi

paru atau kombinasi ketiganya. Gagal nafas juga dapat disebabkan oleh gangguan

fungsi otot pernafasan, gangguan neuromuskular dan gangguan sistem saraf pusat.

neonatus rentan terhadap kejadian gagal nafas akibat: (1) ukuran jalan nafas yang

kecil dan resistensi yang besar terhadap aliran udara, (2) compliance paru yang

lebih besar, (3) otot pernafasan dan diafragma cenderung yang lebih mudah lelah ,

serta (4) predisposisi terjadinya apnea yang lebih besar. Gangguan pernapasan

adalah salah satu alasan paling umum bayi dirawat di unit perawatan intensif

neonatal. Lima belas persen bayi cukup bulan dan 29% prematur terlambat bayi

dirawat di unit perawatan intensif neonatal berkembang morbiditas pernapasan

yang signifikan; ini bahkan lebih tinggi untuk bayi yang lahir sebelum usia

kehamilan 34 minggu.21
33

Risiko tertentu faktor meningkatkan kemungkinan penyakit pernapasan

neonatal. Faktor-faktor ini termasuk prematuritas, cairan mekonium (MSAF),

pelahiran seksio sesaria, gestasional diabetes, korioamnionitis ibu, atau

ultrasonografi prenatal temuan, seperti oligohidramnion atau paru struktural

kelainan. Namun, memprediksi bayi mana yang menjadi gejala tidak selalu

memungkinkan sebelum lahir. Apapun penyebabnya, jika tidak dikenali dan

dikelola dengan cepat, gangguan pernapasan dapat meningkat ke pernapasan

kegagalan dan henti jantung paru. Karena itu Sangat penting bahwa setiap praktisi

perawatan kesehatan merawat bayi yang baru lahir bayi dapat dengan mudah

mengenali tanda dan gejala gangguan pernapasan, membedakan berbagai

penyebab, dan memulai strategi manajemen untuk mencegah komplikasi yang

signifikan atau mati.21

Gangguan pernapasan pada bayi baru lahir diakui sebagai satu atau lebih

lebih banyak tanda-tanda peningkatan kerja pernapasan, seperti takipnea, hidung

melebar, retraksi dada, atau mendengus. Biasanya, laju pernapasan bayi baru lahir

adalah 30 hingga 60 napas per menit. Takipnea didefinisikan sebagai tingkat

pernapasan lebih dari 60 napas per menit. Takipnea adalah mekanisme

kompensasi untuk hiperkarbia, hipoksemia, atau asidosis (keduanya metabolik

dan pernapasan), menjadikannya hal yang umum tetapi tidak spesifik menemukan

dalam berbagai macam pernapasan, kardiovaskular, metabolisme, atau penyakit

sistemik. Penyakit paru bisa memicu takipnea, terutama pada neonatus. Properti

elastis alami paru-paru adalah untuk mengempis. Ketika diimbangi oleh recoil

luar dinding dada, Fungtional Residual Capacity (FRC) terjadi pada akhir
34

kedaluwarsa untuk mencegah alveoli runtuh. Itu dinding dada yang baru lahir,

terutama terdiri dari tulang rawan, lebih lentur, predisposisi paru-paru neonatal ke

atelektasis paru dan penurunan FRC.21

Penyebab gangguan pernapasan pada bayi baru lahir sangat beragam dan

multisistemik. Penyebab paru mungkin terkait dengan perubahan selama

perkembangan paru normal atau transisi kehidupan ekstrauterin. Perkembangan

paru normal terjadi dalam 5 fase pada tabel 3.1. Penyakit pernapasan dapat terjadi

akibat kelainan perkembangan yang terjadi sebelum atau sesudah kelahiran.

Malformasi perkembangan awal termasuk tracheoesophageal fistula, sekuestrasi

bronkopulmonalis (abnormal massa jaringan paru tidak terhubung ke pohon

trakeobronkial), dan kista bronkogenik (abnormal percabangan pohon

tracheobronchial). Kemudian dalam usia kehamilan, malformasi paru parenkim,

termasuk kistik kongenital dari malformasi adenomatoid atau hipoplasia paru

hernia diafragma bawaan atau oligohidramnion berat, dapat berkembang. Penyakit

pernapasan yang lebih umum, seperti TTN, RDS, pneumonia neonatal, MAS, dan

paru persisten hipertensi pada bayi baru lahir (PPHN), hasil dari komplikasi

selama transisi prenatal ke periode postnatal. Meskipun alveoli dewasa hadir pada

36 minggu kehamilan, banyak septasi alveolar dan mikrovaskular pematangan

terjadi pascakelahiran.21
35

Tabel 3.1 Tahap Perkembangan Paru dan Patogenesis Penyakit Pernapasan21


Terdapat 5 tahapan perkembangan paru sesuai dengan usia kehamilan
sehingga dapat dijadikan perkiraan kegagalan pembentukan paru serta
dapat menjadi diagnosis banding dalam kasus gangguan pernafasan pada
bayi baru lahir berdasarkan usia kehamilan.21

Diagnosis gagal nafas dapat ditegakkan berdasarkan manifestasi klinis dan

dikonfirmasi dengan hasil pemeriksaan analisis gas darah. Gambaran klinis yang

dapat terjadi pada neonatus yang harus meningkatkan kewaspadaan klinisi akan

terjadinya gagal nafas antara lain: 22

 Peningkatan respirasi

 Peningkatan usaha nafas

 Periodic breathing

 Apnea

 Sianosis yang tidak berkurang dengan pemberian oksigen


36

 Turunnya tekanan darah disertai takikardi, pucat, kegagalan sirkulasi yang

diikuti

 Bradikardi

 Penggunaan otot-otot pernafasan tambahan.

Derajat beratnya distress nafas dapat dinilai dengan menggunakan skor

Silverman Anderson dan skor Downes. Skor Silverman-Anderson lebih sesuai

digunakan untuk bayi prematur yang menderita hyaline membrane disease

(HMD), sedangkan skor Downe merupakan sistem skoring yang lebih

komprehensif dan dapat digunakan pada semua usia kehamilan.22

Tabel 3.2 Tabel Skor Downe22


Skor Downe adalah pemeriksaan yang dilakukan pada bayi yang baru
lahir, bertujuan untuk mengevaluasi status gawat nafas dapat dibagi
menjadi 3 yaitu skor < 4 = Tidak ada gawat napas; skor 4-7 = Gawat
Nafas; Skor > 7 = Ancaman Gagal Napas22

0 1 2
Frekuensi Napas < 60 60-80 > 80
Udara Penurunan
Air entry Penurunan Berat
masuk bebas Ringan
Sianosis - Hilang dengan O2 Menetap
Retraksi - Ringan Berat
Tidak dapat
Dapat didengar
Merintih - didengar dengan
dengan stetoskop
stetoskop

Analisis gas darah merupakan indikator definitif dari pertukaran gas untuk

menilai gagal nafas akut. Meskipun manifestasi klinis yang ada memerlukan

tindakan intubasi segera dan penggunaan ventilasi mekanis, pengambilan sampel

darah arterial diperlukan untuk menganalisis tekanan gas darah (PaO 2, PaCO, dan

pH)sambil melakukan monitoring dengan pulse oxymetri. Hipoksemia berat


37

ditandai dengan PaO2 < 50-60 mmHg dengan FiO2 60% atau PaO2 < 60 mmHg

dengan FiO2 > 40% pada bayi < 1250 g, Hiperkapnik berat dengan PaCO2 > 55-

60 mmHg dengan pH < 7,2-7,25.22

Tabel 3.3 Analisis Gas Darah22


Analisis gas darah penting untuk menentukan tatalaksana distres
pernapasan, seperti menegakkan diagnosis, menentukan terapi,
maupun untuk evaluasi setelah mendapat terapi.22

0 1 2 3
PaO2 > 60 50-60 < 50 < 50
pH > 7.3 7.2-7.29 7.1-7.19 < 7.1
PaCO2 < 50 50-60 61-70 > 70
Skor > 3 Memerlukan Ventilator

Penatalaksanaan neonatus dengan gagal nafas sebaiknya ditujukan pada

penyakit yang mendasarinya. Saat ini terapi gagal nafas pada neonatus ditujukan

untuk mencegah komplikasi dan memburuknya keadaan yang terjadi akibat

penyakit paru-paru pada neonatus, seperti hipoksemia dan asidemia, sehingga

proses penyembuhan dapat berlangsung. Bayi baru lahir yang mengalami

gangguan nafas berat harus dirawat di ruang rawat NICU, bila tidak tersedia bayi

harus segera dirujuk ke rumah sakit yang memiliki fasilitas NICU.22

Sebelum dirujuk atau dipindahkan ke NICU, penatalaksanaan yang tepat

sejak awal sangat diperlukan untuk mencapai keberhasilan perawatan.

Penanganan awal adalah dengan membersihkan jalan nafas, jalan nafas

dibersihkan dari lendir atau sekret yang dapat menghalangi jalan nafas selama

diperlukan, serta memastikan pernafasan dan sirkulasi yang adekuat. Monitoring

saturasi oksigen dapat dilakukan dengan menggunakan pulse oxymetri secara terus
38

menerus untuk memutuskan kapan memulai intubasi dan ventilasi. Semua bayi

yang mengalami distress nafas dengan atau tanpa sianosis harus mendapatkan

tambahan oksigen. Oksigen yang diberikan sebaiknya oksigen lembab dan telah

dihangatkan.22

Tabel 3.4 Panduan pemantauan saturasi oksigen dengan pulse oxymetri22


Pemantuan berguna untuk menjamin kecukupan pertukaran gas dan
sirkulasi darah dengan komplikasi yang seminimal mungkin. Hal ini
dapat dicapai dengan menangani dan mengatasi etiologi gagal nafas.
Indikasi untuk memulai ventilasi mekanis pada pasien yang mengalami
gagal nafas biasanya didasari atas menetap atau memburuknya keadan
klinis akibat proses pertukaran gas di paru-paru yang terganggu.22
> 95% Bayi Aterm

88-94% Bayi Preterm (28-34 minggu)

85-92% < 28 minggu


39

Gambar 3.2. Algoritma diagnosis dan tatalaksana Gawat Nafas Pada


Neonatus22
Pada saat pemeriksaan fisik perlu diperhatikan keadaan bayi
dengan distress napas ringan atau berat, jika masuk dalam
kategori berat (Pernafasan cuping hidung, apena, grunting maupun
sianosis) segara membersihkan jalan nafas, jalan nafas dibersihkan
dari lendir atau sekret yang dapat menghalangi jalan nafas selama
diperlukan, serta memastikan pernafasan dan sirkulasi yang
adekuat kemudian evalusasi dengan penilaian ulang dengan skor
downe, jika tidak ada perbaikan segera rujuk ke Neonatologi
Intensive Care Unit untuk tatalaksana lebih lanjut.22
40

3.3 Penatalaksanaan Neonatus dengan Ibu Riwayat TB

Tuberkulosis (TB) pada kehamilan selain dapat mengenai ibu juga dapat

menular pada bayi baik intrauterin, saat persalinan, maupun pasca natal. Kejadian

TB kongenital selama persalinan sangat jarang. Gejala klinis TB pada neonatus

sulit dibedakan dengan sepsis bakterial umumnya dan hampir semua kasus

meninggal karena keterlambatan diagnosis. Manifestasi klinis TB kongenital

dapat timbul segera setelah lahir maupun dalam beberapa hari. Gejala yang paling

sering ditemukan adalah distres pernapasan, hepatosplenomegali, dan demam.

Tata laksana TB pada neonatus mencakup beberapa aspek yaitu ibu, bayi yang

dilahirkan dan lingkungan keluarga.23

Pada prinsipnya pengobatan TB pada kehamilan tidak berbeda dengan

pengobatan TB pada umumnya. Menurut WHO, hampir semua obat anti

tuberkulosis (OAT) aman untuk kehamilan, kecuali golongan Aminoglikosida

seperti streptomisin atau kanamisin karena dapat menimbulkan ototoksik pada

bayi (permanent ototoxic) dan dapat menembus barier placenta. Keadaan ini

dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pendengaran dan keseimbangan yang

menetap pada bayi yang akan dilahirkan. Perlu dijelaskan kepada ibu hamil bahwa

keberhasilan pengobatannya sangat penting artinya supaya proses kelahiran dapat

berjalan lancar dan bayi yang akan dilahirkan terhindar dari kemungkinan tertular

TB. Pemberian piridoksin 50 mg/hari dianjurkan pada ibu hamil yang

mendapatkan pengobatan TB, sedangkan pemberian vitamin K 10mg/hari juga

dianjurkan apabila rifampisin digunakan pada trimester 3 kehamilan menjelang

partus.7
41

Gejala klinis TB pada neonatus sulit dibedakan dengan sepsis bakterial

umumnya, dan hampir semua kasus meninggal karena keterlambatan diagnosis

Deteksi dini TB pada neonatus dan penanganan yang baik pada ibu dengan TB

aktif akan memperkecil kemungkinan terjadinya TB kongenital atau TB pada

neonatus di kemudian hari.23

Bila pada neonatus terdapat gejala TB maka diagnosisnya adalah TB

perinatal dan terapi TB langsung diberikan. Terapi yang dianjurkan adalah

isoniasid dosis 5-10 mg/kgBB/hari, rifampisin dosis 10-15 mg/kgBB/hari dan

pirazinamid dosis 25-35 mg/ kgBB/hari. Lakukan pemeriksaan bilas lambung

sebelum pemberian terapi. Setelah terapi TB selama 1 bulan (usia 1 bulan)

lakukan pemeriksaan uji tuberkulin. Namun pada neonatus dengan gejala klinis

TB dan didukung oleh satu atau lebih pemeriksaan penunjang (foto toraks,

patologi anatomi plasenta dan mikrobiologis darah v.umbilikalis) maka dapat

langsung diobati selama 6 bulan tanpa pemerikaan uji tuberkulin. Apabila pada

usia 1 bulan uji tuberkulin positif maka diagnosis TB ditegakkan dan diberikan

terapi TB selama 6 bulan disertai pemeriksaan foto toraks dan bilas lambung.

Namun bila hasil uji tuberkulin negatif, masih mungkin TB karena faktor imunitas

yang imatur pada neonatus. Dalam hal ini terapi TB diteruskan disertai

pemeriksaan tuberkulin pada usia 3 bulan. Apabila hasil uji tuberkulin pada usia 3

bulan positif maka diagnosis TB ditegakkan dan diberikan terapi TB selama 6

bulan. Namun apabila hasilnya negatif maka diagnosis bukan TB dan terapi TB

dihentikan.Selain mendapat terapi TB, pemberian nutrisi harus adekuat. Bayi

dipisahkan selama minimal 2 minggu pemberian terapi TB pada ibu, namun ASI
42

tetap dapat diberikan. Kandungan OAT di dalam ASI. pada ibu yang mendapat

terapi TB hanya dalam jumlah yang kecil dan tidak berpotensi menimbulkan

infeksi pada bayi.23

Selain itu pemantauan peningkatan berat badan, tanda vital, dan keluhan

lain harus dilakukan dengan ketat. Apabila neonatus lahir dari ibu TB aktif namun

pemeriksaan klinis dan penunjang dalam batas normal, maka neonatus tetap

berpotensi untuk terinfeksi M.tuberculosis. Tata laksana awal adalah pemberian

profilaksis primer INH dengan dosis 5-10 mg/kgBB/hari selama 1 bulan

kemudian dilakukan uji tuberkulin untuk mengetahui apakah pasien telah

terinfeksi.23 Tujuan saat ini adalah berfokus pada individu yang bekontak pada

terinfeksi Mycobacterium tuberculosis untuk mengurangi jumlah kasus TB baru

dan M. tuberculosis transmisi berikutnya. Strategi ini membutuhkan pencegahan

isoniazid terapi (IPT). Awal target adalah mereka yang paling berisiko terhadap

terjadinya penyakit, seperti itu sebagai anak kecil dan human immunodeficency

yang terinfeksi virus (HIV) dalam kontak dengan sebuah orang dewasa yang

terinfeksi dengan TB.24 Pada semua anak, terutama balita yang tinggal serumah

atau kontak erat dengan penderita TB dengan BTA positif, perlu dilakukan

pemeriksaan menggunakan sistem skoring. Bila hasil evaluasi dengan skoring

sistem didapat skor < 5, kepada anak tersebut diberikan isoniazid (INH) dengan

dosis 5-10 mg/kg BB/hari selama 6 bulan. Bila anak tersebut belum pernah

mendapat imunisasi BCG, imunisasi BCG dilakukan setelah pengobatan

pencegahan selesai.23
43

Tabel 3.5 Sistem pembobotan (scoring system) gejala dan pemeriksaan


penunjang TB7
Penegakkan diagnosis tuberkulosis (TB) pada pasien anak, sebaiknya
menggunakan berbagai prosedur diagnostik. Apabila terdapat
keterbatasan sarana diagnostik maupun biaya, dapat menggunakan
suatu pendekatan diagnostik lain, yaitu sistem skoring. Pada sistem
skoring, beberapa parameter memerlukan penjelasan khusus. Kontak
dengan pasien pasien dewasa TB BTA positif diberi skor 3, hanya bila
ada bukti tertulis hasil laboratorium BTA dari orang dewasa sebagai
sumber penularan. Data ini dapat diperoleh dari formulir TB 01 atau
dari hasil laboratorium. Penentuan status gizi anak dilakukan dengan
parameter BB/TB atau BB/U dengan Berat Badan, Panjang atau Tinggi
Badan, dan Umur diukur saat pasien datang (moment opname).
Penentuan status gizi untuk anak usia <5 tahun menggunakan panduan
buku KIA terbitan Kemenkes RI, sedangkan untuk anak usia >5 tahun
menggunakan kurva CDC terbitan tahun 2000. Apabila BB kurang,
anak juga harus diberikan upaya perbaikan gizi dan dievaluasi selama
1 bulan.7

Apabila setelah 1 bulan uji tuberkulin positif maka diagnosis TB dapat ditegakkan

dan diberikan terapi TB selama 6 bulan disertai pemeriksaan foto toraks dan bilas

lambung. Namun bila setelah 1 bulan uji tuberkulin negatif maka pemberian
44

profilaksis primer INH diteruskan sampai 3 bulan kemudian dilakukan uji

tuberkulin untuk mengetahui apakah pasien telah terinfeksi. Bila setelah 3 bulan

uji tuberkulin tetap negatif dan telah dibuktikan tidak ada sumber penularan lagi

maka profilaksis primer INH dapat dihentikan. Namun bila positif, harus dinilai

klinis dan pemeriksaan penunjang. Bila terdapat kelainan maka didiagnosis TB

dan diberikan terapi TB selama 6 bulan. Apabila pemeriksaan tidak mendukung

TB, maka diberikan profilaksis sekunder selama 6-12 bulan. Pemberian BCG

hanya dapat dilakukan apabila bayi belum terinfeksi M.tuberculosis yaitu pada

saat 3 bulan dan uji tuberkulin negatif.23,25

Gambar 3.3 Pendekatan skrining berbasis gejala pada manajemen kontak


anak25
Pendekatan berbasis gejala berarti skrining ini dapat dilakukan oleh
petugas kesehatan di tingkat perifer. Hanya kontak simptomatik
mungkin memerlukan rujukan ke tingkat sekunder untuk penilaian
lebih lanjut. Penelitian terbaru tentang skrining berdasarkan kontak
TB anak berdasarkan gejala menunjukkan hal ini strategi
manajemen kontak dan lebih layak daripada tes berbasis diagnostik
dalam keterbatasan sumber daya.25
45

Gambar 3.4 Skema diagnosis dan tatalaksana neonats dari ibu dengan
tuberkulosis aktif23
Bayi dengan ibu BTA positif dengan tanpa gejala begitu pula dengan
klinis TB sampai dapat terbukti dengan pemeriksaan penunjang
lainnya dan diberikan profilaksis INH 5-10 mg/kg/hari selama 1
bulan kemudian dievaluasi pada akhir bulan pertama dengan uji
tuberkulin jika positif, berikan OAT anak selama 6 bulan, jika
negatif lanjutkan profilaksis INH hingga 5 bulan berikutnya dan
eveluasi ulang pada bulan 3 ketiga profilaksis INH.23

Anda mungkin juga menyukai