Anda di halaman 1dari 7

Nama Kelompok 27

Muhamad Wahyu Agus Dwi Putra (213020303142)

Brenitha Resuari (213020303229)

Jubiah (213020303187)

Judul Proposal Jurnal

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL DAN KONSERVATISME


AKUNTANSITERHADAP KUALITAS LABA (2020)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
Fenomena
Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM) menyatakan sektor pertambangan bakal menghadapi 8 kondisi
pada tahun ini menuju pasca pandemi.

Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral


(ESDM) menyatakan sektor pertambangan bakal menghadapi 8 kondisi
pada tahun ini menuju pasca pandemi. Staf Khusus Menteri ESDM
Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara Irwandy Arif
mengatakan ada delapan hal dalam menghadapi paradigma fase baru
dalam sektor pertambangan nasional.

Pertama, kata dia, terdapat perubahan lingkungan strategis dari pasca


COVID-19. "Di mana 'security concern' yang bersifat nasional akan
dominan dibandingkan dengan 'global approach'," ucap Irwandy dikutip
dari Antara, Minggu (26/2/2023)

Kedua, fokus terhadap keamanan bangsa semakin meningkat. Dia


mencontohkan bahwa di daerah-daerah saat ini mulai bangkit dengan
keinginan untuk mengelola sumber daya alam (SDA)-nya sendiri."Tetapi
kadang-kadang kemampuan finansialnya kurang sehingga ini terjadi
persekutuan dengan perusahaan nasional tapi kemudian kadang-kadang
jadi tidak karu-karuan. Harusnya pemda harus cukup kuat untuk
masalah-masalah seperti ini. Jadi, kalau kita lihat dalam kaitannya
dengan 'mineral resources', klasifikasi mineral akan lebih dilihat dari sisi
'security of nation', ini yang terjadi sekarang," tuturnya.

Ketiga, rantai pasok global yang dahulu dominan, maka ke depannya


akan berubah menjadi lebih menitikberatkan kepada rantai pasok
domestik."Ini sudah terjadi sekarang struktur industri yang dulu
bergantung dengan 'global supply chain' akan bergeser dengan
memperpanjang mata rantai industri dari hulu hingga ke hilir mulai dari
nikel, nanti bauksit, nanti apalagi," kata Irwandy.

Keempat, peranan pemerintah sebagai pelaku ekonomi khususnya


industri strategis semakin besar. Lalu, "quasi fiscal", baik melalui BUMN
atau institusi lainnya akan dominan dalam mendorong pengembangan
industri strategis Ini sudah mulai terjadi dan kelompok-kelompok untuk
disatukan menjadi 'holding' itu sudah terjadi juga di beberapa sektor
lain," ungkap dia.
Kelima, peranan sektor minerba dalam menghasilkan "foreign exchange"
dengan cara ekspor bahan baku seharusnya akan semakin mengecil,
mengingat ada fenomena kurva berbentuk huruf U."Jadi, memang kita
harus kalau menjadi negara hebat ya harus ke U yang paling kanan itu
industri hilir," kata Irwandy.

Keenam, kebijakan energi harus berbasis lokal. Ia pun menyinggung soal


proyek Dimethyl Ether (DME) yang digarap PT Bukit Asam Tbk. bersama
dengan PT Pertamina (Persero) dan Air Products dalam rangka
mengurangi ketergantungan pada LPG. "Maksudnya begini kalau DME
terjadi yang kira-kira belum tentu berhasil yang di Bukit Asam kerja sama
dengan Pertamina dan Air Products mungkin saja kerja sama ini sampai
sekarang belum final bisa berhasil bisa gagal. Kalau itu sudah dihasilkan,
yang pertama terpenuhi untuk kebutuhan LPG, yang DME ini akan
mengganti LPG itu akan fokus dulu di Sumatera Selatan itu yg dimaksud
dengan berbasis lokal," ujarnya.

Ketujuh, foreign direct investment (FDI) dalam pengembangan sektor


minerba harus dilakukan secara selektif. "Jadi, kita betul-betul harus
melihat apakah dengan masuknya FDI ke depan itu akan menambah
penghasilan kita memberikan 'transfer of technology', memberikan satu
pengembangan-pengembangan masyarakat. Itu harus menjadi
perhatian," ucap Irwandy.

Terakhir, dia mengatakan jika Indonesia masih bersandar pada satu


negara dalam membangun perekonomian, maka Indonesia berada pada
posisi yang kurang menguntungkan secara geopolitik.

Latar Belakang
Kualitas laba merupakan suatu ukuran untuk mencocokkan apakah laba
yang dihasilkan sama dengan apa yang sudah direncanakan sebelumnya.
Kualitas laba semakin tinggi jika mendekati perencanaan awal atau
melebihi target dari rencana awal. Kualitas laba rendah jika dalam
penyajian laba tidak sesuai dengan laba sebenarnya sehingga informasi
yang didapat dari laporan laba menjadi bias dan dampak menyesatkan
kreditor dan investor dalam mengambil keputusan. Laba merupakan
informasi penting yang terkandung dalam laporan keuangan karena
merepresentasikan kinerja keuangan perusahaan dan sebagai indikator
dalam pencapaian tujuan operasional perusahaan. Oleh sebab itu, laba
harus disajikan sesuai fakta, agar informasi yang dihasilkan seharusnya
mampu membantu para stakeholders menghasilkan keputusan yang
akurat. Namun, kondisi ini tidak jarang membuat manajemen
perusahaan memanipulasi informasi laba yang sesungguhnya. Akibatnya
kualitas laba akan terpengaruh dan apabila informasi yang dihasilkan
bias, sehingga keputusan yang diambil pengguna laporan keuangan
mungkin akan kurang akurat. Kualitas laba yang diproksikan oleh
discretionary accruals menggunakan model Modified Jones, akan
dijelaskan oleh beberapa faktor, diantaranya human capital, structural
capital, dan capital employed (intellectual capital) serta konservatisme
akuntansi.

Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian berikut yakni untuk menganalisis


pengaruh antara human capital, structural capital, capital employed, dan
konservatisme akuntansi terhadap kualitas laba. Motivasi penelitian ini
yakni untuk mengetahui apakah nilai human capital, structural capital,
capital employed, dan konservatisme akuntansi memberikan pengaruh
terhadap kualitas laba yang dihasilkan perusaahaan.

Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, manfaat yang diharapkan dalam


penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya konsep atau teori


yang mendorong perkembangan ilmu pengetahuan di bidang akuntansi
dan investasi terutama dalam hal pengaruh Intellectual Capital terhadap
Profitabilitas Perusahaan. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat
dijadikan referensi untuk penelitian sejenis di masa yang akan datang.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk mengimplementasikan pengetahuan


yang penulis dapat selama masa perkuliahan. Selain itu penelitian ini
juga menjadi salah satu syarat menyelesaikan studi jenjang Sarjana pada
Universitas Muhammadiyah Surakarta

b. Bagi perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
perusahaan dalam memahami pemanfaatan Intellectual Capital dalam
mencapai efisiensi operasional perusahaan sehingga mampu
memberikan kontribusi dalam peningkatan kinerja keuangan
perusahaan.

c. Bagi Manajer

Harus memegang kendali atas hak dan kewajiban mereka. Hak dan
kewajiban tersebut akan dilaksanakan oleh manajemen berdasarkan
laporan keuangan.

d. Bagi Investor dan Calon Investor

Untuk memberi informasi dan sebagai bahan sehingga para investor dan
calon investor dapat mengambil keputusan yang tepat dalam melakukan
investasi.

e. Bagi peneliti selanjutnya

Dapat dijadikan sebagai bahan tambahan pertimbangan dan pemikiran


atau bahan referensi dalam penelitian lebih lanjut dalam bidang yang
berkaitan dengan Intellectual Capital dan juga Profitabilitas Perusahaan.

Penelitian terdahulu
1. Anggraini, dengan hasil adanya pengaruh positif antara capital employed dan kualitas laba,
et al (2019) sementara tidak terdapat penaruh antara human capital dan structural capital
pada kualitas laba.
2 Suhendah Menemukan adanya pengaruh structural capital terhadap kualitas laba,
(2016) sementara human capital employed tidak memiliki pengaruh pada laba.
3. Tuwentina dan yang menemukan jika konservatisme akuntansi berpengaruh positif pada
Wirama kualitas laba.
(2014)
4. Rahman (2019) menyatakan adanya pengaruh
negatif antara konservatisme
akuntansi dan kualitas laba.

Pembahasan

H1. Pengaruh Human Hasil uji mengindikasikan hipotesis 1 ditolak, dimana human capital
Capital tidak memiliki pengaruh terhadap kualitas laba, artinya tenaga kerja
Terhadap Kualitas sebagai elemen vital dalam perusahaan nyatanya tidak memberikan
Laba kontribusi ke kualitas laba perusahaan. Serupa dengan penelitian
Anggraini, et al (2019) serta Suhendah (2016) dimana tidak adanya
pengaruh antara human capital dan kualitas laba.penyebabnya dapat
timbul akibat perusahaan pertambangan yang tentu sangat
mengutamakan human capital atau SDM yang terampil untuk
mengoperasikan sarana dan prasarana dalam proses produksi, sehingga
perusahaan biasanya akan memaksimalkan kemampuan karyawannya
dengan memberikan pelatihan. Selain itu pertambangan memiliki
resiko yang sangat tinggi bagi pekerjanya sehingga dibutuhkan
asuransi bagi keselamatan karyawannya. Hal tersebut tentu
membutuhkan biaya yang tinggi. Sehingga menurut penelitian ini
human capital tidakberpengaruh kualitas laba, Berbeda dengan
penelitian Pramanda dan Husnah (2014) dan Darabi, et al (2012) yang
mendapatkan hasil adalah terdapat hubungan positif antara human
capital dan kualitas laba.
H2. Pengaruh Structural Hasil uji regresi mengindikasikan hipotesis 2 ditolak, yang berarti nilai
Capital Terhadap structrual capital perusahaan tidak memiliki kontribusi terhadap
Kualitas Laba kualitas laba perusahaan. serupa dengan penelitian Darabi, et al (2012),
Pramanda dan Husnah (2014) dan Anggraini, et al (2019) dimana
structural capital tidak memiliki pengaruh terhadap kualitas laba.
Perusahaan dengan pengelolaan kurang baik dapat menyebabkan
structural capital tidak mampu menghasilkan nilai tambah yang
maksimal. Industri pertambangan sebagai industri yang padat modal
tentu investasi yang dilakukan pada structural capital perusahaan,
seperti peningkatan teknologi, sistem dan sarana prasarana pendukung
produksi membutuhkan dana pengadaan serta pemeliharaan yang besar
yang dapat membuat nilai efisiensi structural capital rendah. Selain itu,
proses manufacturing perusahaan pertambangan sangat kompleks.
Dibutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk menemukan lokasi
pertambangan. Tak jarang perusahaan menemukan kegagalan. Hal ini
bertentangan dengan penelitian Mojtahedi (2013) dan Suhendah (2016)
dimana hasil penelitiannya yaitu structural capital berpengaruh positif
terhadap kualitas laba.
H3. Pengaruh Capital Uji regresi menunjukkan hipotesis 3 ditolak, sehingga hal ini
Employed Terhadap mengindikasikan nilai capital employed yang dimiliki perusahaan
Kualitas Laba berupa modal fisik tidak memberikan kontribusi terhadap kualitas laba
yang dihasilkan. Hal ini searah dengan penelitian Darabi, et al (2012),
Taheri, et al (2013) dan Suhendah (2016) yang menemukan hasil
capital employed tidak berpengaruh terhadap kualitas laba.
Penyebabnya dapat dikarenakan perusahaan tidak mampu
memaksimalkan modal fisik yang dimiliki secara efisien sehingga tidak
memberikan kontribusi dalam penciptaan value added bagi perusahaan.
Pengelolaan aset persusahaan masih kurang sehingga tidak mampu
mendukung aktivitas produksi perusahaan secara maksimal sehingga
tidak memberikan dampak yang besar pada perolehan laba. Berbeda
dengan penelitian Anggraini, et al (2019) dan Mojtahedi, et al (2013)
menunjukkan arah yang berlawanan yakni adanya hubungan positif
antara capital employed dan kualitas laba.
H4. Pengaruh Hasil uji menunjukkan hipotesis keempat diterima, dimana
Konservatisme konservatisme akuntansi berpengaruh positif terhadap kualitas laba, hal
Akuntansi Terhadap ini mengindikasikan jika penggunaan konservatisme dalam pembuatan
Kualitas Laba laporan keuangan mampu menaikkan kualitas laba. Penelitian yang
serupa adalah penelitian Akbar (2018), Septiana dan Tarmizi (2015),
serta Khotimah (2016), Veronica (2013), dan Pratama (2015) dimana
menunjukkan hasil konservatisme akuntansi memberikan pengaruh
positif terhadap kualitas laba. Penelitian ini membuktikan bahwa
konservatisme dapat menjadi penghalang atas adanya tindakan
manipulasi angka dengan melaporkan laba yang tidak berlebihan
sehingga dapat menghindari timbulnya asimetri informasi. Hasil
berbeda ditemukan oleh Rahman (2019) yang menemukan hasil
terdapat pengaruh negatif antara konservatisme akuntansi dan kualitas
laba

Anda mungkin juga menyukai