Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN TERPADU

MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK 1


PUSKESMAS SARIO KOTA MANADO

Disusun Oleh:

Nama:
Syalomita Dalipang
NIM:
220111040093
Kelas/Semester:
B/Semester 3

Clinical Teacher :
Ns. Gresty N. M, Masi, M.Kep, Sp.Kep.MB

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
DIARE

Disusun Oleh:

Nama:
Syalomita Dalipang
NIM:
220111040093
Kelas/Semester:
B/Semester 3

Clinical Teacher :
Ns. Gresty N. M, Masi, M.Kep, Sp.Kep.MB

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
2023
A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Definisi Diare
Diare adalah berak encer atau bahkan berupa air saja (mencret) yang terjadi
lebih sering dari biasanya (3 kali atau lebih) dalam sehari, dapat berwarna hijau
atau bercampur dengan lendir dan darah (Lita et al., 2021).
Akan tetapi tidak semua BAB cair merupakan diare. Pada bayi baru lahir,
sistem pencernaan belum sepenuhnya sempurna, sehingga bayi belum mampu
mencerna makanan dengan baik. Akibatnya, tinja bayi menjadi berair dalam kurun
waktu tertentu, dan kondisi ini merupakan hal yang normal. Bayi yang baru lahir
sampai usia 2 bulan juga memiliki frekuensi BAB yang cukup sering hingga 10x
dalam sehari (Marito, 2022).

2. Epidemiologi/insiden kasus
Diare merupakan penyebab kematian terbesar kedua setelah pneumonia pada
anak dibawah umur lima tahun dan secara global menurut WHO setiap tahunnya
hampir sekitar 1,7 miliar kejadian kasus diare dan sekitar 525.000 anak meninggal
dunia akibat diare. Diare membunuh sekitar 1,8 juta jiwa di negara berkembang,
angka ini terus mengalami kenaikan dari 1,5 juta kasus kematian akibat diare
selama 20 tahun terakhir. Berdasarkan hasil riset Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia pada tahun 2018 diperkirakan terdapat sekitar 4 juta kejadian
kasus diare pada balita (Lita et al.,2021).

3. Penyebab/ factor predisposisi


Diare dapat disebabkan oleh beberapa faktor (Lita et al., 2021; Ragil & Dyah,
2017), antara lain:
a. Infeksi bakteri, virus, atau parasite. Rotavirus (40-60%), bakteri Escherichia
coli (20-30%), Shigella sp. (1-2%) dan parasit Entamoeba hystolitica.
b. Infeksi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi atau tidak higienis
c. Keracunan makanan dan alergi
d. Kurang terjaganya kebersihan diri, seperti tidak mencuci tangan menggunakan
sabun
e. Kualitas air dan sanitasi yang buruk. Kamar mandi dan jamban tidak bersih
f. Tidak memberikan vaksin rotavirus pada bayi. Rotavirus sebagai salah satu
penyebab terjadi diare berat pada balita yang dapat menghambat tumbuh
kembang dan dapat menyebabkan kematian (Tarmizi, 2023).
g. Tidak memberikan ASI eksklusif. Pemberian ASI eksklusif dari 0-2 tahun
bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap berbagai jenis
penyakit.

4. Patofiosiologi
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih penyebab (Sari, N. K., Lukito, A.,
& Astria, A. 2018). Antara lain adalah sebagai berikut.
a. Diare Osmotik:
Diare ini disebabkan oleh peningkatan osmolaritas intraluminal, yang
disebabkan oleh obat-obatan atau zat kimia hiperosmotik, malabsorbsi umum,
dan defek dalam absorbsi mukosa usus, seperti pada defisiensi disararidac dan
malabsorbsi glukosa/galaktosa.
b. Diare Sekretorik:
Diare ini disebabkan oleh peningkatan sekresi cairan dan elektrolit dari
usus, disertai dengan penurunan absorbsi. Diare tipe ini dapat tetap berlanjut
bahkan saat puasa makan/minum dan dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
termasuk efek enteroksin pada infeksi vibrio cholerae atau Escherichia coli,
penyakit yang menghasilkan hormone (VIPoma), dan reaksi ilium (gangguan
absorbsi garam empedu dan efek obat laksatif dioctyil sulfosuksinat).
c. Malabsorbsi Asam Empedu dan Lemak:
Diare tipe ini terjadi karena gangguan pembentukan/produksi micelle
empedu dan penyakit pada saluran bilier dan hati.
d. Defek Sistem Pertukaran Anion/Transport Elektrolit Aktif:
Diare ini disebabkan oleh hambatan mekanisme transport aktif
Na+K+ATP ase di enterosit, yang mengakibatkan absorbsi abnormal Na+ dan
air.Motilitas dan Waktu Transit Usus Abnormal:
Diare ini disebabkan oleh hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus,
mengakibatkan absorbsi yang abnormal di usus halus. Gangguan motilitas
dapat disebabkan oleh kondisi seperti diabetes melitus, pasca vagatomi, dan
hipertiroid.
e. Gangguan Permeabilitas Usus:
Diare ini disebabkan oleh kelainan morfologi membrane epitel spesifik
pada usus halus.
f. Inflamasi Dinding Usus:
Diare ini muncul karena kerusakan mukosa usus akibat proses inflamasi,
menyebabkan produksi mucus yang berlebihan dan eksudasi air dan elektrolit
ke dalam lumen. Inflamasi mukosa usus halus dapat disebabkan oleh infeksi
(disentri Shigella) atau non-infeksi (colitis ulseratif dan penyakit Crohn)
g. Infeksi Dinding Usus atau Diare Infeksi:
Infeksi bakteri adalah penyebab umum diare. Diare oleh bakteri dibagi
menjadi non-invasif (tidak merusak mukosa) dan invasif (merusak mukosa).
Bakteri non-invasif menyebabkan diare melalui toksin yang dihasilkan, seperti
pada kolera atau E. coli. Enterotoksin yang dihasilkan oleh Vibrio
cholerae/eltor dapat menyebabkan sekresi aktif anion klorida, diikuti oleh air,
ion bikarbonat, dan kation natrium dan kalium.

5. Klasifikasi
Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan: 1) Lama waktu diare: Akut dan
Kronik, 2) Mekanisme patofisiologis, 3) Berat ringan diare, 4) Infektif atau non-
infekstif, 5) Penyebab organik atau fungsional. (Sari, N. K., Lukito, A., & Astria,
A.2018)
a. Diare akut
Diare akut merujuk pada keadaan diare yang berlangsung selama kurang
dari 15 hari. Menurut panduan global World Gastroenterology Organisation
tahun 2005, diare akut didefinisikan sebagai keluarnya tinja dalam bentuk cair
dan lembek dengan jumlah yang lebih banyak dari kondisi normal, dan
berlangsung selama kurang dari 14 hari.
Penyebab utama terjadinya diare akut dapat dikaitkan dengan faktor kausal
(agen) dan faktor pejamu (host). Faktor pejamu melibatkan kemampuan tubuh
untuk melawan organisme penyebab diare akut, termasuk faktor daya tahan
tubuh atau lingkungan internal saluran pencernaan, seperti tingkat keasaman
lambung, motilitas usus, imunitas, dan keberagaman mikroflora usus.
Sementara faktor kausal melibatkan daya penetrasi yang dapat merusak sel
mukosa, kemampuan untuk menghasilkan toksin yang mempengaruhi
produksi cairan di usus halus, dan daya lekat kuman. (Sari, N. K., Lukito, A.,
& Astria, A. 2018)
b. Diare kronis
Diare kronis merujuk pada kondisi diare yang berlangsung selama minimal
15 hari. Para ahli di seluruh dunia telah mengusulkan beberapa kriteria untuk
menetapkan batasan waktu kronis pada kasus diare, termasuk 15 hari, 3
minggu, 1 bulan, dan 3 bulan. Namun, di Indonesia, batasan waktu lebih dari
15 hari telah dipilih agar dokter dapat lebih proaktif dalam menyelidiki
penyebab diare dengan lebih cepat, sehingga mencegah kelalaian dan dapat
lebih cepat mengivestigasi penyebab diare dengan lebih cepat.
Diare kronis dapat diklasifikasikan berdasarkan patofisiologi menjadi 7
macam diare yang berbeda (Sari, N. K., Lukito, A., & Astria, A. 2018), yaitu:
 Diare osmotik: terjadi peningkatan osmotic isi lumen usus.
 Diare sekretonik :terjadi peningkatan sekresi cairan usus
 Malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi lemak: terjadi motilitas yang lebih
cepat pembentukan micelle empedu.
 Defek system pertukaran anion/transport ion aktif di enterosit: terjadi
penghentian mekanisme transport ion aktif di enterosit, Gangguan
absorbsi natrium dan air
 Motilitas dan waktu transit usus abnormal: terjadi motilitas yang lebih
cepat, tak teratur, sehingga isi usus tidak sempat diabsorbsi
 Gangguan permeabilitas usus: terjadi kelainan morfologi usus di
membrane epitel spesifik sehingga permeabilitas mukosa usus halus dan
usus besar terhadap air garam/elektrolit terganggu
 Eksudasi cairan, elektrolit dan mucus berlebihan: terjadi peradangan dan
keruskan mukosa usus halus serta daya lekat kuma

6. Gejala klinis
Terdapat beberapa tanda dan gejala diare (Lita et al., 2021; Marito, 2022),
antara lain:
1) Buang air besar cair/lembek, frekuensi 3x atau lebih dalam sehari
2) Perut kembung
3) Mual dan muntah
4) Nyeri perut
5) Tampak pucat dan lemah
6) Demam
7) Kulit yang kering akibat dehidrasi
8) Tinja disertai darah (disentri) akibat infeksi bakteri

7. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dapat melibatkan palpasi abdomen untuk mencari tanda-
tanda nyeri atau pembesaran organ, serta evaluasi tanda-tanda vital dan status
hidrasi.
Kelainan-kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik sangat berguna
dalam menentukan beratnya diare dari pada menentukan penyebab diare. Status
volume dinilai dengan memperhatikan perubahan ortostatik pada tekanan darah
dan nadi, temperature tubuh dan tanda toksisitas. Pemeriksaan abdomen yang
seksama merupakan hal yang penting. Adanya dan kualitas bunyi usus dan ada
atau tidaknya distensi abdomen dan nyeri tekan merupakn “clue” bagi penentuan
etiologi. (Sari, N. K., Lukito, A., & Astria, A. 2018)

8. Pemeriksaan diagnosis
Pemeriksaan diagnosis untuk pasien dengan keluhan diare dapat mencakup
sejumlah uji dan evaluasi untuk membantu menentukan penyebab diare.
Berikut adalah beberapa pemeriksaan yang mungkin dilakukan. (Sari, N. K.,
Lukito, A., & Astria, A. 2018).
a. Riwayat Medis dan Anamnesa:
Perawat akan melakukan wawancara mendalam untuk memahami lebih lanjut
tentang keluhan diare, frekuensi buang air besar, durasi, warna tinja, gejala
lain yang mungkin terkait, dan faktor risiko seperti perjalanan atau paparan
terhadap makanan tertentu.
b. Tes Laboratorium
1) Pemeriksaan tinja
a) Makroskopis dan mikroskopis
b) Ph dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet
clinitest, bila diduga terdapat intoleransi gula
2) Pemeriksaan gangguan kesimbangan asam-basa dalam darah, dengan
menentukan pH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan
pemeriksaan Analisa gas darah menurut ASTRUP (bila memungkinkan)
3) Pemeriksaan kadar ureum dan keratinin untuk mengetahui faal ginjal
4) Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium dan fosfor dalam
serum (terutama pada penderita diare yang disertai kejang)
5) Pemeriksaan intubasi duodenum unutk mengetahui jenis jasad renik atau
parasite secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita
diare kronik.

9. Therapy/Tindakan penanganan
Penanganan dan pengobatan diare dapat dilakukan dengan terapi farmakologis
dan nonfarmakologis (Lita et al., 2021):
a. Farmakologis
1) Oralit
Oralit untuk mengantikan cairan dan elektrolit pada tubuh untuk
mencegah terjadinya dehidrasi saat anak mengalami diare. Oralit
mengandung glukosa, natrium klorida, kalium klorida dan tri sodium
klorida yang mudah diserap tubuh, sehingga dapat memenuhi kebutuhan
cairan tubuh. Oralit tersedia dalam bentuk bubuk dan akan diseduh
dengan air hangat.
Cara pembuatan oralit rumah tangga, antara lain:
a) Mencuci kedua tangan menggunakan sabun hingga bersih
b) Siapkan gelas atau botol yang cukup 1 liter air, cuci bersih
sebelum digunakan
c) Masukkan 1/2 sdt garam dan 2 sdm gula dalam wadah yang sudah
ditambahkan garam dan gula
d) Tambahkan 1 liter air matang ke dalam wadah yang sudah
ditambahkan garam dan gula
e) Aduk rata hingga garam dan gula larut dalam air
2) Probiotik
Bagi penderita diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri pada usus
dengan mengonsumsi probiotik. Probiotik akan mendorong pertumbuhan
bakteri baik dan melawan bakteri jahat yang menjadi penyebab diare.
Salah satunya adalah yakult dan yoghurt (Maulana, 2023).
3) Antipiretik
Apabila diperlukan, seperti parasetamol atau ibuprofen. Sebagian besar
diare pada anak disebabkan oleh virus, maka tidak perlu diberikan
antibiotik. Antibiotik hanya diberikan jika diare disebabkan oleh bakteri.
4) Obat antidiare
Obat antidiare yang diberikan pada anak, seperti mengandung sinc
sulfate (zinkid sirup, daryazinc syrup, orezinc sirup), kaolin dan pektin
(guanistrep suspensi).
b. Non Farmakologis
1) Rebusan daun jambu
Jambu biji merupakan tanaman yang berasal dari famili Myrtaceae.
Sudah banyak jurnal penelitian yang mengungkap aktivitas antidiare
tanaman ini dengan berbagai senyawa kimianya. Daun jambu biji
mengandung tanin, flavonoid, dan alkaloid. Kandungan yang akan
digunakan sebagai antidiare adalah tanin. Tanin memiliki sifat sebagai
efek spasmolitik pengkelat yang mengecilkan atau berkontraksi usus
sehingga peristaltik usus berkurang. Ketika tanin bersentuhan dengan
selaput lendir, mereka bereaksi dengan protein dalam lendir dan sel epitel
untuk membentuk ikatan silang. Akibatnya, mukosa menjadi lebih padat
dan kurang permeabel, suatu proses yang dikenal sebagai adstringensia
(Zulfiana & Fatmawati, 2022).

10. Komplikasi
Diare yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan sejumlah komplikasi
berikut (Nareza, Meva 2023)
 Dehidrasi berat
 Pingsan
 Kerusakan organ, seperti gagal ginjal
 Syok hipovolemik
 Koma
Banyaknya cairan yang kelaur saat diare atau muntah akan diikuti oleh
kehilangan elektrolit dalam jumlah yang signifikan. Fenomena ini mungkin
mengakibatkan ketidakseimbangan kadar elektrolit dalam darah, yang mencakup:
 Hipokalemia, yang mungkin mengakibatkan kelemahan otot dan
ketidaknormalan irama jantung (aritmia).
 Kekurangan bikarbonat darah, yang bisa menyebabkan asidosis metabolik.
 Hipomagnesemia, yang bisa menimbulkan kram otot dan kejang.
Selain itu, evakuasi usus yang berulang kali selama episode diare dapat
menyebabkan iritasi di daerah anus. Pada kasus diare yang parah atau
berkepanjangan, dapat terjadi prolap rektum, yakni penurunan bagian akhir
dari usus besar karena kelemahan otot panggul

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan dengan
mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai
permasalahan yang ada. Tujuan umum dari pengkajian yaitu mengumpulkan data
yang berhubungan dengan pasien untuk menegakan diagnosa keperawatan.
Pengkajian dibagi menjadi dua yaitu anamnesa atau wawancara dan
pemeriksaan fisik. Anamnesa atau wawancara bertujuan untuk mengidentifikasi
identitas pasien dan mengumpulkan data subjektif sedangkan observasi dan
pemeriksaan fisik untuk menentukan data objektif.
Ketika mengkaji pasien dengan keluhan diare, data subjektif dan data objektif
yang dikumpulkan dapat memberikan informasi yang komprehensif untuk
membantu dalam perencanaan asuhan keperawatan. Berikut beberapa data
subjektif dan objektif yang dapat ditanya saat melakukan pengkajian keperawatan:
a. Data Subjektif:
1) Riwayat Keluhan:
 Sejak kapan pasien mengalami diare?
 Seberapa sering pasien mengalami diare?
 Apakah ada makanan tertentu yang mungkin menyebabkan diare?
 Adakah perubahan dalam kebiasaan buang air besar?
2) Karakteristik Diare:
 Apakah diare disertai darah atau lendir?
 Seberapa cair diare tersebut?
3) Nyeri Abdomen:
 Apakah ada nyeri perut atau kram?
 Di mana lokasi nyeri tersebut?
4) Gejala Tambahan:
 Adakah gejala seperti mual, muntah, atau demam?
 Apakah pasien mengalami dehidrasi atau haus?
5) Riwayat Kesehatan:
 Apakah pasien memiliki riwayat penyakit pencernaan atau
intoleransi makanan?
 Apakah ada riwayat perjalanan atau paparan terhadap zat beracun?
b. Data Objektif:
1) Pemeriksaan Fisik:
 Perhatikan tanda-tanda dehidrasi seperti kulit kering, bibir pecah-
pecah, dan turgor kulit.
 Ukur suhu tubuh untuk mengetahui adanya demam.
 Periksa abdomen untuk menilai nyeri atau distensi.
2) Frekuensi Buang Air Besar:
 Catat frekuensi dan konsistensi dari diare.
 Perhatikan adanya darah atau lendir pada tinja.
3) Tanda Vital:
 Rekam suhu, nadi, dan tekanan darah pasien.
 Perhatikan adanya peningkatan frekuensi jantung atau perubahan
tekanan darah.
4) Pemeriksaan Laboratorium:
 Lakukan pemeriksaan tinja untuk menilai adanya infeksi bakteri,
parasit, atau penyakit lain yang mungkin menjadi penyebab diare.
Data subjektif dan objektif penting untuk membantu menentukan penyebab
diare, tingkat keparahan, dan membimbing rencana perawatan yang tepat untuk
pasien.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon individu
keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
aktual atau potensial. Berikut diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada
pasien dengan keluhan diare.
 Diare (SDKI D.0020) berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal, proses
infeksi, efek samping obat, atau malabsorbsi dibuktikan dengan Frekuensi
buang air besar yang meningkat, konsistensi tinja yang lembek atau cair, dan
kemungkinan adanya darah atau lendir dalam tinja.
 Resiko Ketidakseimbangan Cairan (SDKI D.0036 Dibuktikan dengan
obstruksi intestinal dan disfungsi intestinal
 Resiko Ketidakseimbangan Elektrolit (SDKI D.0037) Dibuktikan dengan
ketidakseimbangan cairan (dehidrasi), dan diare.

3. INTERVENSI
Perencanaan Rencana perawatan terorganisasi sehingga setiap perawat dapat
dengan cepat mengidentifikasi tindakan perawatan yang diberikan. Rencana
asuhan keperawatan yang di rumuskan dengan tepat memfasilitasi kontinuitas
asuhan perawatan dari satu perawat ke perawat lainnya (Simamora, 2019).

4. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik untuk menunjang perbaikan kondisi klien. Tahap
pelaksanaan dimulai setelaah perencanaan disusun sesuai dengan kebutuhan untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan (Simamora, 2019).

5. EVALUASI
Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan antara proses
dengan rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat
dengan membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan
sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di
rumuskan sebelumnya (Simamora, 2019).
DAFTAR PUSTAKA

Lita, T., Fradianto, I., & Tafwidhah, Y. (2021). 5 TUGAS KESEHATAN KELUARGA
PADA BALITA DENGAN DIARE : LITERATUR REVIEW. ProNers, 6.
Marito, S. (2022). Diare Akut Pada Anak. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Maulana, I. F. (2023). 4 Probiotik Utama yang Baik untuk Mengobati Diare. Hello
Sehat.
Nareza, Meva. (November, 2023). Komplikasi Diare. URL:
https://www.alodokter.com/diare/komplikasi. Diakses pada 7 Desember 2023
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Sari, N. K., Lukito, A., & Astria, A. (2018). Hubungan pengetahuan ibu tentang diare
dengan kejadian diare pada anak 1-4 tahun di wilayah
Puskesmas Pekan Bahorok.
Zulfiana, Y., & Fatmawati, N. (2022). Pengaruh Pemberian Daun Jambu Biji (Psidium
Guajava L.) Sebagai Upaya Mencegah Diare Akut Pada Balita. Journal Of
Midwifery, 10(2), 121–126. https://doi.org/10.37676/jm.v10i2.3266
RESUME KEPERAWATAN PADA AN. A DENGAN DIARE
DI PUSKESMAS SARIO

Disusun Oleh:

Nama:
Syalomita Dalipang
NIM:
220111040093
Kelas/Semester:
B/Semester 3

Clinical Teacher :
Ns. Gresty N. M, Masi, M.Kep, Sp.Kep.MB

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
2023

RESUME KEPERAWATAN ANAK DI


POLI ANAK PUSKESMAS SARIO
I. PENGKAJIAN
Nama Mahasiswa : Syalomita Dalipang
NIM : 220111040093
Ruang : Poli Anak
Tanggal Pengkajian : 27 November 2023
Tanggal Praktek : 01, Desember - 06, Desember
Paraf :
A. IDENTITAS PASIEN
No. Rekam Medis :
Nama Klien : An. A
Tempat/tanggal lahir : Manado, 12 Juli 2018
Umur : 5 tahun 4 bulan
Jenis kelamin : laki-laki
Bahasa yang dimengerti : Bahasa Indonesia
Oran g tua/wali Nama Ayah/Ibu/Wali : Sri
Pekerjaan Ayah/Ibu/Wali : IRT
Pendidikan Ayah/Ibu/Wali : SMA
Alamat Ayah/Ibu/Wali : Sario Utara Lingkungan II
B. KELUHAN UTAMA
Diare disertai dengan muntah-muntah
C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
1. Munculnya keluhan
a. Tanggal munculnya keluhan
Ibu mengatakan bahwa diare muncul pada tanggal 25 November malam,
kemudian mutah-muntah pada tanggal 26 November
b. Waktu munculnya keluhan
Ibu mengatakan bahwa munculnya keluhan diare disertai muntah-muntah
muncul 1-2 hari yang lalu
c. Presipitasi/predisposisi
Ibu mengatakan bahwa An. A sering jajan diluar bersama temannya, dan
jarang mencuci tangan Ketika selesai bermain
2. Karakteristik
a. Karakter : Diare lebih dari 3 kali sehari disertai dengan muntah-muntah
b. Lokasi : abdomen
c. Timing: 1-2 hari yang lalu
d. Hal-hal yang meningkatkan/menghilangkan/mengurangi keluhan : hal yang
meningkatkan diare: kebiasan buruk yaitu An. A jarang mencuci tangan
sebelum makan, dan suka jajan sembarangan
e. Gejala-gejala lain yang berhubungan : kram di perut
3. Masalah sejak munculnya keluhan
a) Serangan mendadak berulang
- Kejadian mendadak berulang :Ibu pasien mengatakan An. A sering bolak-
balik minta ditemani ke toilet
- Kejadian sehari-hari : ibu pasien mengatakan pasien mengalami diare karena
sering jajan sembarangan
- Kejadian periodik :
b) Perkembangan
c) Efek dari pengobatan : ibu pasien mengatakan diare menurun setelah minum obat
herbal seperti larutan jahe yang dicampur dengan gula merah
D. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
1. Prenatal
a) Keluhan saat hamil: Ibu tidak memiliki keluhan saat hamil An. A
b) Tempat ANC: Ibu biasa melakukan kontrol kehamilan di Puskesmas Sario
c) Kebutuhan nutrisi saat hamil:
d) Usia kehamilan : 39 minggu
e) Kesehatan saat hamil & obat yang diminum: tidak ada obat yang diminum, Ibu
pasien juga tidak mengonsumsi susu ataupun vitamin saat hamil
2. Perinatal
a) Tindakan persalinan
Ibu pasien dibantu oleh bidan ketika bersalin
b) Tempat bersalin
Ibu pasien bersalin di puskesmas
c) Obat-obatan
Ketika bersalin Ibu pasien mengungkapkan mendapat obat yang dapat mengurangi
perdarahan.
3. Postnatal
a) Kondisi Kesehatan: Baik
b) APGAR score: -
c) BB lahir : 28 Kg
PB lahir : 48 cm
4. Penyakit yang pernah diderita: -
5. Hospitalisasi/tindakan operasi: -
6. Injury/kecelakaan:-
7. Alergi : -
8. Imunisasi dan tes laboratorium
No Nama Vaksin Tanggal pemberian
1. HB-0 12-07-2019
2. BCG 02-08-2019
3. POLIO 1 31-08-2018
4. DPT HB HIB 1 22-09-2019
5. POLIO 2 22-09-2019
6. DPT HB HIB 2 20-10-2019
7. POLIO 3 20-10-2019
8. DPT HB HIB 3 15-11-2019
9 POLIO 4 15-11-2019
10 IPV 15-11-2019
11 CAMPAK 18-04-2020
12 CAMPAK LANJUTAN 12-10-2021

E. RIWAYAT KELUARGA
1. Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga (baik berhubungan/tidak berhubungan
dengan penyakit yang diderita klien)
Ayah dari pasien menderita hipertensi dan mengonsumsi obat secara rutin
2. Gambarkan genogram sesuai dengan ketentuan yang berlaku (simbol & 3generasi)
Pihak Ibu Pihak ayah
G1

G2

G3 5 thn

F. RIWAYAT SOSIAL
1. Yang mengasuh : An.A diasuh sepenuhnya oleh Ibu dan Ayahnya
2. Hubungan dengan anggota keluarga : baik
3. Hubungan dengan teman sebaya : Tidak dapat diidentifikasi
4. Pembawaan secara umum : An.A tampak pemalu dan pendiam saat bertemu
dengan orang baru, namun kalua sudah akrab An. A akan sangat cerewet

G. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI


1. Diagnosa Medis : Tidak ada
2. Tindakan Operasi : Tidak ada
3. Obat-obatan : Tidak ada
H. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN KLIEN SAAT INI
1. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan :
Ibu pasien mengatakan saat pasien mengeluhkan sakit perut dan BAB berulang maka
akan diberikan larutan air jahe hangat oleh ibunya
2. Nutrisi
Ibu pasien mengatakan sehari An. A biasa makan 3 kali, isi porsinya ada nasi, ikan,
tahu/tempe, ayam dan sayuran, namun ia jarang sarapan di pagi hari, dan sangat suka
mengonsumsi jajanan diluar juga
3. Cairan :
An.A hanya minum setelah makan, dan saat ia haus, biasanya sehari 4-5 gelas sehari.
4. Aktivitas :
Ibu pasien mengatakan An.A sering diajak bermain oleh kakaknya yang berusia 7
tahun
5. Tidur dan istirahat
Kakak pasien mengatakan An.A tidur teratur mulai dari jam 9 malam sampai 6 pagi
serta tidur siang 1-2 jam
6. Eliminasi
Ibu pasien mengatakan An.A Ketika sedang sehat BAB sekali dalam sehari, namun
jika sedang sakit bisa sampai 3-5 kali BAB
7. Pola hubungan
An.A pendiam dan pemalu Ketika bertemu dengan orang baru yang tidak dekat
dengan dirinya, namun Ketika sudah lam kenal An. A akan cukup aktif untuk
mengajaknya bermain
8. Kognitif dan persepsi
a) Respon secara umum dari anak
An.A tampak pemalu
b) Respon anak untuk bicara, suara atau objek sentuhan
An.A sudah cukup lancar dalam berbicara, namun masih kesulitan diajak bicara
Ketika bertemu dengan orang baru
c) Kemampuan untuk mengidentifikasi kebutuhan misalnya lapar, haus, nyeri dll
ibu pasien mengatakan An.A akan mengatakan jika merasa lapar, hasus atau
Ketika sedang sakit.
9. Konsep diri :
An. A belum bisa mengungkapkan konsep dirinya
10. Seksual dan menstruasi
An.A berjenis kelamin laki-laki
11. Nilai
a) Perkembangan moral anak dan perilaku anak
Ibu pasien mengatakan An.A memang pendiam ketika bertemu dengan orang
baru, namun Ketika sudah cukup akrap ia akan menjadi sangat aktif
berkomunikasi
b) Keyakinan akan kesehatan, keyakinan agama
An.A beragama Islam
I. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
a) Tingkat kesadaran : compos mentis
b) TTV
Nadi: 116 x/m Suhu: 35,6ºC RR: 25 x/m
c) Respon nyeri : Merasa nyeri ketika perutnya akan dipegang
d) BB : 14 kg TB : 98 cm LLA: 16 cm LK: 39 cm
2. Kulit
I : kulit berwarna sawo matang, terdapat lesi di tangan, kebersihan kulit kurang,
tampak dari penumpukan kotoran di siku dalam tangan, kulit kaki dan kuku
P:-
3. Kepala
I : Rambut tampak ikal dan hitam, tidak terdapat lesi
P : tidak terdapat hematoma atau benjolan
4. Mata
I : tidak ditemukannya tanda-tanda anemis, mata bersih dan simetris
5. Telinga
I : Terdapat kotoran di dibagian dalam dan bagian daun telinga, telinga simetris
P:-
6. Hidung
I : Terdapat sedikit kotoran di dalam hidung
P:-
7. Mulut
I : bagian dalam tampak bersih, mukosa mulut sedikit kering, gigi tampak rapih,
namun
ada beberapa gigi belakang yang berlubang, tidak ditemukannya lessi
8. Leher
I : terdapat sedikit kotoran di lipatan belakang leher
P : Tidak teraba massa
9. Dada
I : Bentuk dada normal
P :Taktil fermitus normal
P : Suara perkusi sonor
A : Suara napas stridor, terdengar bunyi gurgling di bagian dada dekat abdomen
10. Payudara: Tidak ada kelainan pada payudara
11. Jantung
A: Suara jantung normal
12. Abdomen
I : Abdomen tampak cembung
P: terdapat nyeri tekan di abdomen
A: terdengar bunyi gurgling, bising usus hiperaktif, bunyi lebih keras frekuensi (>30
x/menit)
13. Muskuloskeletal : 5/5/5/5
ROM aktif
14. Ekstremitas atas
I: kuku tidak terdapat clubbing finger
P: denyutan a. brachialis dan a. radialis teraba jelas
Tes refleks: refleks bisep dan trisep positif
15. Ekstremitas Bawah
Tes refleks : refleks patella dan archilles positif
16. Genetalia : (Tidak dikaji)
17. Anus dan rektum : tidak terdapat hemoroid
J. PEMERIKSAAN PERKEMBANGAN
1. Denver II
(Berdasarkan hasil pengkajian melalui DDST untuk anak usia 0-6 tahun)
SEKTOR RESPON ANAK KESIMPULAN
Personal social 1. Anak bisa menggengam tangannya
2. Anak bisa menggosok gigi tanpa
bantuan
3. Anak bisa berpakaian tanpa PERKEMBANGAN
bantuan ANAK SESUAI
4. Anak bisa memakai t-shirt USIA
5. Anak bisa menyebut nama teman
6. Anak bisa mengambil makan
Adaptif 1. Anak bisa meraih benda yang ada
motoric halus dalam jangkauannya
2. Anak bisa menggambar
3. Anak bisa menggambar orang 6
bagian
4. Anak bisa menggambar
5. Anak bisa mencontoh ⸰
6. Anak bisa memilih garis yang
lebih panjang
Kognitif dan 1. Anak bisa memperluas
bahasa pandangannya
2. Anak bisa mengarahkan matanya
pada benda-benda kecil
3. Anak bisa menyebutkan 4 warna
4. Anak bisa mengartikan 5 kata
5. Anak mengetahui 3 kata sifat
6. Anak bisa bicara semua mengerti,
tapi tidak mau berbicara PERKEMBANGAN
7. Respon anak kurang ketika diajak ANAK SESUAI
berkomunikasi, anak lebih USIA
memilih diam dan kurang
merespon
Motorik kasar 1. Anak bisa berdiri satu kaki selama
1-5 detik
2. Anak bisa melompat dengan 1
kaki
3. Anak bisa mengendarai sepeda 3
roda

2. SDIDTK




I. ANALISA DATA

DATA PENYEBAB MASALAH


Data Subjektif : inflamasi Diare
- Ibu pasien mengatakan An. gastrointestinal,
A mengalami diare disertai
proses infeksi
dengan muntah-muntah
- Ibu pasien mengatakan An.
A sangat suka mengonsumsi
jajanan diluar
- Ibu pasien mengatakan An.A
ketika sedang sehat BAB
sekali dalam sehari, namun
jika sedang sakit bisa
sampai 3-5 kali BAB
Data Objektif :
- terdengar bunyi gurgling,
bising usus hiperaktif, bunyi
lebih keras frekuensi 25-
38x/menit
Data Subjektif : disfungsi intestinal Resiko
-
Ibu pasien mengatakan Ketidakseimbangan
An. A mengalami diare
Cairan
disertai dengan muntah-
muntah
Data Objektif :
- Pasien tampak lemah
- Tampak BAB cair, dengan
frekuensi 3-5 kali sehari

II. DIAGNOSA
1. D.0020 Diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal, proses infeksi, dibuktikan
dengan Frekuensi buang air besar yang meningkat, konsistensi tinja yang lembek atau
cair, frekuensi peristaltic meningkat
2. D.0036 Resiko Ketidakseimbangan Cairan Dibuktikan dengan disfungsi intestinal
III. INTERVENSI

Diagnosa
No SLKI SIKI
Keperawatan
IV.
1 Diare (SDKI D.0020) Setelah dilakukan a. Observasi
berhubungan dengan tindakan  Identifikasi penyebab diare
keperawatan 1x24  Identifikasi Riwayat pemberian
inflamasi
jam, diharapkan makanan
gastrointestinal, proses eliminasi fekal  Monitor tanda dan gejala
infeksi, dibuktikan membaik, dengan hipovolemia
kriteria hasil:  Monitor jumlah pengeluaran
dengan Frekuensi buang
1. konsistensi feses diare
air besar yang membaik (5) b. Terapeutik
meningkat, konsistensi 2. frekuensi BAB Berikan asupan cairan oral, mis.
membaik (5) larutan garam gula, oralit,
tinja yang lembek atau
3. peristaltic usus pedialyte, renalyte
cair, frekuensi membaik (5) c. Edukasi
peristaltic meningkat  Anjurkan menghindari makanan
pembentuk gas, pedas dan
mengandung laktosa.
 Anjurkan makanan porsi kecil
dan sering secara bertahap
2 Resiko Setelah dilakukan a. Observasi
Ketidakseimbangan tindakan  Monitor status hidrasi
keperawatan 1x24 b. Terapeutik
Cairan (SDKI D.0036) jam, diharapkan
 Berikan asupan cairan berupa
Dibuktikan dengan keseimbangan larutan gula dan garam atau
disfungsi intestinal cairan meningkat, oralit
dengan kriteria
hasil:
1.Intake cairan
membaik(5)
2.Dehidrasi
menurun (5)

IMPLEMENTASI & EVALUASI

No Waktu Diagnosa Implementasi Evaluasi


1. 27 Diare (SDKI Observasi S:
November D.0020) 1. Identifikasi penyebab 1. Orang tua klien
2023 diare mengatakan
memahami penyebab
Hasil: penyebab diare
diare yang dialami
berasal kuman dan An.A
bakteri (klien suka 2. Orang tua klien
mengonsumsi jajanan mengatakan dapat
yang tidak terjamin melakukan tindakan
kebersihannya dan tidak agar anak tidak lagi
mencuci tangan saat jajan sembarangan
makan) dan rajin cuci tangan
3. Orang tua klien
2. Identifikasi Riwayat
mengatakan
pemberian makanan memahami bagaimana
Hasil: dua hari sebelum cara pembuatan dan
diare muncul, klien pemberian larutan
makan beragam jajanan gula dan garam
dari luar dirumah untuk
3. Monitor tanda dan gejala memenuhi kebutuhan
cairan dan elektrolit
hypovolemia
klien
Hasil: pasien tampak 4. Orang tua klien
lesuh, mukosa bibir mengerti tentang
tampak kering pantangan makan
4. Monitor jumlah yang harus dihindari
pengeluaran diare oleh klien
Hasil: 3-5 dalam sehari 5. Orang tua klien
memahami
pentingnya
Terapeutik pemenuhan nutrisi
1. Berikan asupan cairan dan cairan ketika
oral; larutan garam sedang sakit
gula, /oralit
Hasil: O:
mendemonstrasikan 1. konsistensi feses
bagaimana cara membaik
pembuatan dan 2. frekuensi BAB
pemberian larutan gula membaik
dan garam untuk 3. peristaltic usus
memenuhi kebutuhan membaik
cairan dan elektrolit klien
A: Masalah Diare teratasi
Edukasi
1. Anjurkan menghindari P: Intervensi di hentikan
makanan pembentuk gas,
pedas dan mengandung
laktosa.
Hasil: orang tua klien
tidak memberikan
makanan yang harus
dihindari oleh klien
2. Anjurkan makanan porsi
kecil dan sering secara
bertahap
Hasil: orang tua klien
memberikan makanan
dalam porsi kecil secara
bertahap
2. 27  Resiko a. Observasi S:
November Ketidakseimbangan  Monitor status hidrasi 1. Orang tua klien
2023 Hasil : klien tampak lemah, mengatakan
Cairan (SDKI
mukosa bibir tampak memahami
D.0036) bagaimana cara
kering
pembuatan dan
b. Terapeutik pemberian
- Berikan asupan cairan larutan gula dan
berupa larutan gula dan garam dirumah
garam atau oralit: untuk memenuhi
Hasil : mendemonstrasikan kebutuhan cairan
bagaimana cara pembuatan dan elektrolit
dan pemberian larutan gula klien
dan garam untuk memenuhi O:
kebutuhan cairan dan 1. Intake cairan
elektrolit klien membaik
2. Tanda dehidrasi
menurun
A:
Resiko
Ketidakseimbangan
Cairan teratasi
P: Intervensi
dihentikan
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN TERINTEGRASI I
KEPERAWATAN ANAK I

Disusun oleh:
Hendrick (220111040085)
Syalomita Dalipang (220111040093)

Clinical Teacher:
Ns. Gresty N. M. Masi, M.Kep., Sp.Kep.MB

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2023
FORMAT SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Kenali dan Cegah Diare pada Anak


Tujuan Umum : Setelah dilakukan penyuluhan, para orangtua diharapkan dapat
memahami terkait diare pada anak dan pencegahannya
Tujuan Khusus : a. Menjelaskan definisi diare
b. Menjelaskan penyebab diare
c. Menjelaskan tanda dan gejala diare
d. Menjelaskan bahaya yang dapat ditimbulkan diare
e. Menjelaskan upaya pencegahan diare
f. Menjelaskan cara penanganan dan pengobatan diare
Garis-Garis Besar : a. Definisi diare
Materi b. Penyebab diare
c. Tanda dan gejala diare
d. Bahaya yang dapat ditimbulkan diare
e. Upaya pencegahan diare
f. Penanganan dan pengobatan diare
Tempat : Poli Anak Puskesmas Sario
Hari/Tanggal : Rabu, 6 November 2023
Waktu : 20 Menit
Sasaran : Orangtua anak (ibu/ayah/keduanya), sekitar 3-4 orang
Metode : Ceramah dan tanya jawab
Media : Poster dan leaflet
Pembagian
Kelompok :
1. Ketua : Patricia Christy Tampusu
2. Pemandu : Syalomita Dalipang
3. Fasilitator Al Maghfirah M. Manangkalangi
:
4. Observer Hendrick
:
Rencana Pelaksanaan

No. Tahap Waktu Kegiatan Petugas Kegiatan Sasaran


Penyuluhan
1. Pembukaan 3 menit a. Memberikan a. Menjawab salam
salam b. Menyetujui
b. Memperkenalkan kontrak waktu
diri c. Mendengarkan
c. Membuat kontrak dan
waktu memperhatikan
d. Menjelaskan penjelasan
tujuan penyuluhan d. Menyampaikan
dan pokok materi terkait dengan
yang akan apa yang
disampaikan diketahui
e. Mengkaji tentang diare
pengetahuan
orangtua anak
tentang diare
2. Penyajian 10 menit Menjelaskan materi Memperhatikan
i. Menjelaskan definisi penjelasan materi yang
diare diberikan
ii. Menjelaskan penyebab
diare
iii. Menjelaskan tanda dan
gejala diare
iv. Menjelaskan bahaya
yang dapat ditimbulkan
diare
v. Menjelaskan upaya
pencegahan diare
vi. Menjelaskan cara
penanganan
dan pengobatan diare
3. Evaluasi 5 menit a. Memberikan a. Orang tua
kesempatan kepada memberikan
orang tua untuk pertanyaan
bertanya b. Menjawab
b. Memberikan pertanyaan yang
pertanyaan terkait
diberikan
materi yang telah
dijelaskan. Dengan
instrumen evaluasi,
antara lain
i. Apa yang dimaksud
dengan definisi diare?
ii. Apa saja penyebab
diare?
iii. Apa saja tanda dan
gejala diare
iv. Bahaya apa saja yang
dapat ditimbulkan diare?
v. Upaya apa saja yang
dapat dilakukan untuk
mencegahan diare?
vi. Bagaimana bentuk
penanganan dan
pengobatan diare?
4. Penutupan 2 menit a. Menyimpulkan a. Mendengarkan
hasil penyuluhan dan
b. Mengakhiri memperhatikan
dengan salam b. Menjawab salam
Daftar Lampiran

1. Materi

2. Media (poster dan leaflet)


Sumber :
Dinas Kesehatan Provinsi Aceh. (2023). Efektif Cegah Diare Berat, Ini Manfaat Imunisasi
Rotavirus. Dinas Kesehatan Provinsi Aceh.
Kemenkes RI. (2022). Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Lita, T., Fradianto, I., & Tafwidhah, Y. (2021). 5 TUGAS KESEHATAN KELUARGA
PADA BALITA DENGAN DIARE : LITERATUR REVIEW. ProNers, 6.
Marito, S. (2022). Diare Akut Pada Anak. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Maulana, I. F. (2023). 4 Probiotik Utama yang Baik untuk Mengobati Diare. Hello Sehat.
Ragil, D. W., & Dyah, Y. P. (2017). HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN
KEBIASAAN MENCUCI TANGAN PENGASUH DENGAN KEJADIAN DIARE
PADA BALITA Info Artikel. Jhe, 2(1), 39–46.
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jhealthedu/
Tarmizi, S. N. (2023). Cegah Diare Pada Anak Dengan Imunisasi Rotavirus (RV) Secara
Gratis. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Zulfiana, Y., & Fatmawati, N. (2022). Pengaruh Pemberian Daun Jambu Biji (Psidium
Guajava L.) Sebagai Upaya Mencegah Diare Akut Pada Balita. Journal Of
Midwifery, 10(2), 121–126. https://doi.org/10.37676/jm.v10i2.3266

Manado, 04 Desember 2023

Penyuluh

(…………………………………)
MATERI PENYULUHAN

1. Definisi diare
Diare adalah berak encer atau bahkan berupa air saja (mencret) yang terjadi lebih sering
dari biasanya (3 kali atau lebih) dalam sehari, dapat berwarna hijau atau bercampur dengan
lendir dan darah (Lita et al., 2021).
Akan tetapi tidak semua BAB cair merupakan diare. Pada bayi baru lahir, sistem
pencernaan belum sepenuhnya sempurna, sehingga bayi belum mampu mencerna makanan
dengan baik. Akibatnya, tinja bayi menjadi berair dalam kurun waktu tertentu, dan kondisi
ini merupakan hal yang normal. Bayi yang baru lahir sampai usia 2 bulan juga memiliki
frekuensi BAB yang cukup sering hingga 10x dalam sehari (Marito, 2022).
Diare merupakan penyebab kematian terbesar kedua setelah pneumonia pada anak
dibawah umur lima tahun dan secara global menurut WHO setiap tahunnya hampir sekitar
1,7 miliar kejadian kasus diare dan sekitar 525.000 anak meninggal dunia akibat diare. Diare
membunuh sekitar 1,8 juta jiwa di negara berkembang, angka ini terus mengalami kenaikan
dari 1,5 juta kasus kematian akibat diare selama 20 tahun terakhir. Berdasarkan hasil riset
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2018 diperkirakan terdapat sekitar 4
juta kejadian kasus diare pada balita (Lita et al.,2021).

2. Penyebab diare
Diare dapat disebabkan oleh beberapa faktor (Lita et al., 2021; Ragil & Dyah, 2017),
antara lain:
a. Infeksi bakteri, virus, atau parasite
Rotavirus (40-60%), bakteri Escherichia coli (20-30%), Shigella sp. (1-2%) dan
parasit Entamoeba hystolitica.
b. Infeksi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi atau tidak higienis
c. Keracunan makanan dan alergi
d. Kurang terjaganya kebersihan diri, seperti tidak mencuci tangan menggunakan sabun
e. Kualitas air dan sanitasi yang buruk,kamar mandi dan jamban tidak bersih
f. Tidak memberikan vaksin rotavirus pada bayi. Rotavirus sebagai salah satu penyebab
terjadi diare berat pada balita yang dapat menghambat tumbuh kembang dan dapat
menyebabkan kematian (Tarmizi, 2023).
g. Tidak memberikan ASI eksklusif. Pemberian ASI eksklusif dari 0-2 tahun bermanfaat
untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap berbagai jenis penyakit.

3. Tanda dan gejala diare


Terdapat beberapa tanda dan gejala diare (Lita et al., 2021; Marito, 2022), antara lain:
1) Buang air besar cair/lembek, frekuensi 3x atau lebih dalam sehari
2) Perut kembung
3) Mual dan muntah
4) Nyeri perut
5) Tampak pucat dan lemah
6) Demam
7) Kulit yang kering akibat dehidrasi
8) Tinja disertai darah (disentri) akibat infeksi bakteri
4. Bahaya yang dapat ditimbulkan diare
Terdapat beberapa bahaya yang dapat ditimbulkan diare, antara lain:
a. Kehilangan cairan tubuh
Diare yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan dehidrasi. Dibandingkan orang
dewasa, anak-anak lebih rentan mengalami dehidrasi. Terdapat beberapa tanda dan
gejala diare sesuai dengan tingkat keparahannya (Kemenkes RI, 2022), antara lain:
 Diare dehidrasi berat
Terdapat dua atau lebih tanda-tanda berikut:
1) Letargi atau tidak sadar
2) Mata cekung
3) Tidak bisa minum atau malas minum
4) Cubitan kulit perut kembali sangat lambat
 Diare dehidrasi ringan/sedang
Terdapat dua atau lebih tanda-tanda berikut:
1) Rewel atau mudah marah
2) Mata cekung
3) Haus, minum dengan lahap
4) Cubitan kulit kembali lambat
 Diare tanpa dehidrasi
Tidak cukup tanda-tanda untuk diklasifikasikan sebagai diare dehidrasi berat atau
ringan/sedang
b. Lemah dan lesu
Merasa lemah dan lesu akibat kekurangan cairan tubuh yang berlebihan.
c. Kematian akibat kekurangan cairan tubuh yang cukup banyak

5. Upaya pencegahan diare


Terdapat beberapa upaya untuk mencegah terjadinya diare pada anak (Marito, 2022),
antara lain:
a. Memberikan ASI eksklusif pada bayi sampai dengan anak usia 2 tahun. ASI sangat
bermanfaat dalam meningkatkan daya tahan tubuh terhadap berbagai jenis penyakit
termasuk diare.
b. Menjaga kebersihan lingkungan, terutama sumber air minum. Pastikan air dan makanan
yang dikonsumsi bersih dan matang.
c. Membiasakan anak untuk mencuci tangan 6 langkah sebelum dan sesudah makan, setelah
buang air, dan setelah memegang benda kotor.
1) Menggosok kedua telapak tangan dengan cara menempelkan telapak tangan satu
dengan lainnya
2) Menggosok punggung tangan secara bergantian. Gunakan telapak tangan kanan untuk
menggosok punggung tangan kiri dan sebaliknya.
3) Menggosok sela-sela jari kedua tangan dengan cara menyilangkan jari-jari tangan
antara jari-jari tangan kiri dengan jari-jari tangan kanan.
4) Menggosok bagian dalam jari dengan mengunci jari-jari sisi dalam dari kedua tangan.
5) Menggosok ibu jari tangan dengan cara menggosok ibu jari tangan kiri berputar
dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya untuk ibu jari tangan kanan.
6) Bersihkan kuku-kuku jari dengan cara munguncupkan ujung-ujung jari hingga
bertemu kemudian putar telapak tangan yang lainnya, lakukan secara bergantian.
d. Memberikan anak makanan yang bergizi dan hindari semaksimal mungkin pemberian
makanan olahan dan makanan cepat saji (fast food).
e. Memberikan vaksin rotavirus ke anak
Imunisasi rotavirus bermanfaat untuk mencegah pemularan diare akibat rotavirus. Vaksin
rotavirus diberikan sebanyak tiga dosis, pada bulan kedua, bulan ketiga dan pada bulan
keempat dengan interval minimal empat minggu antar dosis. Vaksin ini diberikan mulai
usia 2 bulan dan maksimal usia empat bulan. Vaksin rotavirus diberikan dengan cara
diteteskan di mulut (peroral) sebanyak 0,5 ml atau sekitar 5 tetes per dosis (Dinas
Kesehatan Provinsi Aceh, 2023).

6. Penanganan dan pengobatan diare


Penanganan dan pengobatan diare dapat dilakukan dengan terapi farmakologis dan
nonfarmakologis (Lita et al., 2021):
a. Farmakologis
1) Oralit
Oralit untuk mengantikan cairan dan elektrolit pada tubuh untuk mencegah
terjadinya dehidrasi saat anak mengalami diare. Oralit mengandung glukosa, natrium
klorida, kalium klorida dan tri sodium klorida yang mudah diserap tubuh, sehingga
dapat memenuhi kebutuhan cairan tubuh. Oralit tersedia dalam bentuk bubuk dan
akan diseduh dengan air hangat.
Cara pembuatan oralit rumah tangga, antara lain:
f) Mencuci kedua tangan menggunakan sabun hingga bersih
g) Siapkan gelas atau botol yang cukup 1 liter air, cuci bersih sebelum digunakan
h) Masukkan 1/2 sdt garam dan 2 sdm gula dalam wadah yang sudah ditambahkan
garam dan gula
i) Tambahkan 1 liter air matang ke dalam wadah yang sudah ditambahkan garam
dan gula
j) Aduk rata hingga garam dan gula larut dalam air
2) Probiotik
Bagi penderita diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri pada usus dengan
mengonsumsi probiotik. Probiotik akan mendorong pertumbuhan bakteri baik dan
melawan bakteri jahat yang menjadi penyebab diare. Salah satunya adalah yakult dan
yoghurt (Maulana, 2023).
3) Antipiretik
Apabila diperlukan, seperti parasetamol atau ibuprofen. Sebagian besar diare pada
anak disebabkan oleh virus, maka tidak perlu diberikan antibiotik. Antibiotik hanya
diberikan jika diare disebabkan oleh bakteri.
4) Obat antidiare
Obat antidiare yang diberikan pada anak, seperti mengandung sinc sulfate (zinkid
sirup, daryazinc syrup, orezinc sirup), kaolin dan pektin (guanistrep suspensi).
b. Non Farmakologis
Rebusan daun jambu
Jambu biji merupakan tanaman yang berasal dari famili Myrtaceae. Sudah banyak
jurnal penelitian yang mengungkap aktivitas antidiare tanaman ini dengan berbagai
senyawa kimianya. Daun jambu biji mengandung tanin, flavonoid, dan alkaloid.
Kandungan yang akan digunakan sebagai antidiare adalah tanin. Tanin memiliki sifat
sebagai efek spasmolitik pengkelat yang mengecilkan atau berkontraksi usus sehingga
peristaltik usus berkurang. Ketika tanin bersentuhan dengan selaput lendir, mereka
bereaksi dengan protein dalam lendir dan sel epitel untuk membentuk ikatan silang.
Akibatnya, mukosa menjadi lebih padat dan kurang permeabel, suatu proses yang dikenal
sebagai adstringensia (Zulfiana & Fatmawati, 2022).
Media Penyuluhan: Leaflet dan Poster
1. Leaflet tampak depan

2. Leaflet tampak belakang

3. Poster

Anda mungkin juga menyukai