Disusun Oleh:
Nama:
Syalomita Dalipang
NIM:
220111040093
Kelas/Semester:
B/Semester 3
Clinical Teacher :
Ns. Gresty N. M, Masi, M.Kep, Sp.Kep.MB
Disusun Oleh:
Nama:
Syalomita Dalipang
NIM:
220111040093
Kelas/Semester:
B/Semester 3
Clinical Teacher :
Ns. Gresty N. M, Masi, M.Kep, Sp.Kep.MB
1. Definisi Diare
Diare adalah berak encer atau bahkan berupa air saja (mencret) yang terjadi
lebih sering dari biasanya (3 kali atau lebih) dalam sehari, dapat berwarna hijau
atau bercampur dengan lendir dan darah (Lita et al., 2021).
Akan tetapi tidak semua BAB cair merupakan diare. Pada bayi baru lahir,
sistem pencernaan belum sepenuhnya sempurna, sehingga bayi belum mampu
mencerna makanan dengan baik. Akibatnya, tinja bayi menjadi berair dalam kurun
waktu tertentu, dan kondisi ini merupakan hal yang normal. Bayi yang baru lahir
sampai usia 2 bulan juga memiliki frekuensi BAB yang cukup sering hingga 10x
dalam sehari (Marito, 2022).
2. Epidemiologi/insiden kasus
Diare merupakan penyebab kematian terbesar kedua setelah pneumonia pada
anak dibawah umur lima tahun dan secara global menurut WHO setiap tahunnya
hampir sekitar 1,7 miliar kejadian kasus diare dan sekitar 525.000 anak meninggal
dunia akibat diare. Diare membunuh sekitar 1,8 juta jiwa di negara berkembang,
angka ini terus mengalami kenaikan dari 1,5 juta kasus kematian akibat diare
selama 20 tahun terakhir. Berdasarkan hasil riset Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia pada tahun 2018 diperkirakan terdapat sekitar 4 juta kejadian
kasus diare pada balita (Lita et al.,2021).
4. Patofiosiologi
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih penyebab (Sari, N. K., Lukito, A.,
& Astria, A. 2018). Antara lain adalah sebagai berikut.
a. Diare Osmotik:
Diare ini disebabkan oleh peningkatan osmolaritas intraluminal, yang
disebabkan oleh obat-obatan atau zat kimia hiperosmotik, malabsorbsi umum,
dan defek dalam absorbsi mukosa usus, seperti pada defisiensi disararidac dan
malabsorbsi glukosa/galaktosa.
b. Diare Sekretorik:
Diare ini disebabkan oleh peningkatan sekresi cairan dan elektrolit dari
usus, disertai dengan penurunan absorbsi. Diare tipe ini dapat tetap berlanjut
bahkan saat puasa makan/minum dan dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
termasuk efek enteroksin pada infeksi vibrio cholerae atau Escherichia coli,
penyakit yang menghasilkan hormone (VIPoma), dan reaksi ilium (gangguan
absorbsi garam empedu dan efek obat laksatif dioctyil sulfosuksinat).
c. Malabsorbsi Asam Empedu dan Lemak:
Diare tipe ini terjadi karena gangguan pembentukan/produksi micelle
empedu dan penyakit pada saluran bilier dan hati.
d. Defek Sistem Pertukaran Anion/Transport Elektrolit Aktif:
Diare ini disebabkan oleh hambatan mekanisme transport aktif
Na+K+ATP ase di enterosit, yang mengakibatkan absorbsi abnormal Na+ dan
air.Motilitas dan Waktu Transit Usus Abnormal:
Diare ini disebabkan oleh hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus,
mengakibatkan absorbsi yang abnormal di usus halus. Gangguan motilitas
dapat disebabkan oleh kondisi seperti diabetes melitus, pasca vagatomi, dan
hipertiroid.
e. Gangguan Permeabilitas Usus:
Diare ini disebabkan oleh kelainan morfologi membrane epitel spesifik
pada usus halus.
f. Inflamasi Dinding Usus:
Diare ini muncul karena kerusakan mukosa usus akibat proses inflamasi,
menyebabkan produksi mucus yang berlebihan dan eksudasi air dan elektrolit
ke dalam lumen. Inflamasi mukosa usus halus dapat disebabkan oleh infeksi
(disentri Shigella) atau non-infeksi (colitis ulseratif dan penyakit Crohn)
g. Infeksi Dinding Usus atau Diare Infeksi:
Infeksi bakteri adalah penyebab umum diare. Diare oleh bakteri dibagi
menjadi non-invasif (tidak merusak mukosa) dan invasif (merusak mukosa).
Bakteri non-invasif menyebabkan diare melalui toksin yang dihasilkan, seperti
pada kolera atau E. coli. Enterotoksin yang dihasilkan oleh Vibrio
cholerae/eltor dapat menyebabkan sekresi aktif anion klorida, diikuti oleh air,
ion bikarbonat, dan kation natrium dan kalium.
5. Klasifikasi
Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan: 1) Lama waktu diare: Akut dan
Kronik, 2) Mekanisme patofisiologis, 3) Berat ringan diare, 4) Infektif atau non-
infekstif, 5) Penyebab organik atau fungsional. (Sari, N. K., Lukito, A., & Astria,
A.2018)
a. Diare akut
Diare akut merujuk pada keadaan diare yang berlangsung selama kurang
dari 15 hari. Menurut panduan global World Gastroenterology Organisation
tahun 2005, diare akut didefinisikan sebagai keluarnya tinja dalam bentuk cair
dan lembek dengan jumlah yang lebih banyak dari kondisi normal, dan
berlangsung selama kurang dari 14 hari.
Penyebab utama terjadinya diare akut dapat dikaitkan dengan faktor kausal
(agen) dan faktor pejamu (host). Faktor pejamu melibatkan kemampuan tubuh
untuk melawan organisme penyebab diare akut, termasuk faktor daya tahan
tubuh atau lingkungan internal saluran pencernaan, seperti tingkat keasaman
lambung, motilitas usus, imunitas, dan keberagaman mikroflora usus.
Sementara faktor kausal melibatkan daya penetrasi yang dapat merusak sel
mukosa, kemampuan untuk menghasilkan toksin yang mempengaruhi
produksi cairan di usus halus, dan daya lekat kuman. (Sari, N. K., Lukito, A.,
& Astria, A. 2018)
b. Diare kronis
Diare kronis merujuk pada kondisi diare yang berlangsung selama minimal
15 hari. Para ahli di seluruh dunia telah mengusulkan beberapa kriteria untuk
menetapkan batasan waktu kronis pada kasus diare, termasuk 15 hari, 3
minggu, 1 bulan, dan 3 bulan. Namun, di Indonesia, batasan waktu lebih dari
15 hari telah dipilih agar dokter dapat lebih proaktif dalam menyelidiki
penyebab diare dengan lebih cepat, sehingga mencegah kelalaian dan dapat
lebih cepat mengivestigasi penyebab diare dengan lebih cepat.
Diare kronis dapat diklasifikasikan berdasarkan patofisiologi menjadi 7
macam diare yang berbeda (Sari, N. K., Lukito, A., & Astria, A. 2018), yaitu:
Diare osmotik: terjadi peningkatan osmotic isi lumen usus.
Diare sekretonik :terjadi peningkatan sekresi cairan usus
Malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi lemak: terjadi motilitas yang lebih
cepat pembentukan micelle empedu.
Defek system pertukaran anion/transport ion aktif di enterosit: terjadi
penghentian mekanisme transport ion aktif di enterosit, Gangguan
absorbsi natrium dan air
Motilitas dan waktu transit usus abnormal: terjadi motilitas yang lebih
cepat, tak teratur, sehingga isi usus tidak sempat diabsorbsi
Gangguan permeabilitas usus: terjadi kelainan morfologi usus di
membrane epitel spesifik sehingga permeabilitas mukosa usus halus dan
usus besar terhadap air garam/elektrolit terganggu
Eksudasi cairan, elektrolit dan mucus berlebihan: terjadi peradangan dan
keruskan mukosa usus halus serta daya lekat kuma
6. Gejala klinis
Terdapat beberapa tanda dan gejala diare (Lita et al., 2021; Marito, 2022),
antara lain:
1) Buang air besar cair/lembek, frekuensi 3x atau lebih dalam sehari
2) Perut kembung
3) Mual dan muntah
4) Nyeri perut
5) Tampak pucat dan lemah
6) Demam
7) Kulit yang kering akibat dehidrasi
8) Tinja disertai darah (disentri) akibat infeksi bakteri
7. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dapat melibatkan palpasi abdomen untuk mencari tanda-
tanda nyeri atau pembesaran organ, serta evaluasi tanda-tanda vital dan status
hidrasi.
Kelainan-kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik sangat berguna
dalam menentukan beratnya diare dari pada menentukan penyebab diare. Status
volume dinilai dengan memperhatikan perubahan ortostatik pada tekanan darah
dan nadi, temperature tubuh dan tanda toksisitas. Pemeriksaan abdomen yang
seksama merupakan hal yang penting. Adanya dan kualitas bunyi usus dan ada
atau tidaknya distensi abdomen dan nyeri tekan merupakn “clue” bagi penentuan
etiologi. (Sari, N. K., Lukito, A., & Astria, A. 2018)
8. Pemeriksaan diagnosis
Pemeriksaan diagnosis untuk pasien dengan keluhan diare dapat mencakup
sejumlah uji dan evaluasi untuk membantu menentukan penyebab diare.
Berikut adalah beberapa pemeriksaan yang mungkin dilakukan. (Sari, N. K.,
Lukito, A., & Astria, A. 2018).
a. Riwayat Medis dan Anamnesa:
Perawat akan melakukan wawancara mendalam untuk memahami lebih lanjut
tentang keluhan diare, frekuensi buang air besar, durasi, warna tinja, gejala
lain yang mungkin terkait, dan faktor risiko seperti perjalanan atau paparan
terhadap makanan tertentu.
b. Tes Laboratorium
1) Pemeriksaan tinja
a) Makroskopis dan mikroskopis
b) Ph dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet
clinitest, bila diduga terdapat intoleransi gula
2) Pemeriksaan gangguan kesimbangan asam-basa dalam darah, dengan
menentukan pH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan
pemeriksaan Analisa gas darah menurut ASTRUP (bila memungkinkan)
3) Pemeriksaan kadar ureum dan keratinin untuk mengetahui faal ginjal
4) Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium dan fosfor dalam
serum (terutama pada penderita diare yang disertai kejang)
5) Pemeriksaan intubasi duodenum unutk mengetahui jenis jasad renik atau
parasite secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita
diare kronik.
9. Therapy/Tindakan penanganan
Penanganan dan pengobatan diare dapat dilakukan dengan terapi farmakologis
dan nonfarmakologis (Lita et al., 2021):
a. Farmakologis
1) Oralit
Oralit untuk mengantikan cairan dan elektrolit pada tubuh untuk
mencegah terjadinya dehidrasi saat anak mengalami diare. Oralit
mengandung glukosa, natrium klorida, kalium klorida dan tri sodium
klorida yang mudah diserap tubuh, sehingga dapat memenuhi kebutuhan
cairan tubuh. Oralit tersedia dalam bentuk bubuk dan akan diseduh
dengan air hangat.
Cara pembuatan oralit rumah tangga, antara lain:
a) Mencuci kedua tangan menggunakan sabun hingga bersih
b) Siapkan gelas atau botol yang cukup 1 liter air, cuci bersih
sebelum digunakan
c) Masukkan 1/2 sdt garam dan 2 sdm gula dalam wadah yang sudah
ditambahkan garam dan gula
d) Tambahkan 1 liter air matang ke dalam wadah yang sudah
ditambahkan garam dan gula
e) Aduk rata hingga garam dan gula larut dalam air
2) Probiotik
Bagi penderita diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri pada usus
dengan mengonsumsi probiotik. Probiotik akan mendorong pertumbuhan
bakteri baik dan melawan bakteri jahat yang menjadi penyebab diare.
Salah satunya adalah yakult dan yoghurt (Maulana, 2023).
3) Antipiretik
Apabila diperlukan, seperti parasetamol atau ibuprofen. Sebagian besar
diare pada anak disebabkan oleh virus, maka tidak perlu diberikan
antibiotik. Antibiotik hanya diberikan jika diare disebabkan oleh bakteri.
4) Obat antidiare
Obat antidiare yang diberikan pada anak, seperti mengandung sinc
sulfate (zinkid sirup, daryazinc syrup, orezinc sirup), kaolin dan pektin
(guanistrep suspensi).
b. Non Farmakologis
1) Rebusan daun jambu
Jambu biji merupakan tanaman yang berasal dari famili Myrtaceae.
Sudah banyak jurnal penelitian yang mengungkap aktivitas antidiare
tanaman ini dengan berbagai senyawa kimianya. Daun jambu biji
mengandung tanin, flavonoid, dan alkaloid. Kandungan yang akan
digunakan sebagai antidiare adalah tanin. Tanin memiliki sifat sebagai
efek spasmolitik pengkelat yang mengecilkan atau berkontraksi usus
sehingga peristaltik usus berkurang. Ketika tanin bersentuhan dengan
selaput lendir, mereka bereaksi dengan protein dalam lendir dan sel epitel
untuk membentuk ikatan silang. Akibatnya, mukosa menjadi lebih padat
dan kurang permeabel, suatu proses yang dikenal sebagai adstringensia
(Zulfiana & Fatmawati, 2022).
10. Komplikasi
Diare yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan sejumlah komplikasi
berikut (Nareza, Meva 2023)
Dehidrasi berat
Pingsan
Kerusakan organ, seperti gagal ginjal
Syok hipovolemik
Koma
Banyaknya cairan yang kelaur saat diare atau muntah akan diikuti oleh
kehilangan elektrolit dalam jumlah yang signifikan. Fenomena ini mungkin
mengakibatkan ketidakseimbangan kadar elektrolit dalam darah, yang mencakup:
Hipokalemia, yang mungkin mengakibatkan kelemahan otot dan
ketidaknormalan irama jantung (aritmia).
Kekurangan bikarbonat darah, yang bisa menyebabkan asidosis metabolik.
Hipomagnesemia, yang bisa menimbulkan kram otot dan kejang.
Selain itu, evakuasi usus yang berulang kali selama episode diare dapat
menyebabkan iritasi di daerah anus. Pada kasus diare yang parah atau
berkepanjangan, dapat terjadi prolap rektum, yakni penurunan bagian akhir
dari usus besar karena kelemahan otot panggul
1. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan dengan
mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai
permasalahan yang ada. Tujuan umum dari pengkajian yaitu mengumpulkan data
yang berhubungan dengan pasien untuk menegakan diagnosa keperawatan.
Pengkajian dibagi menjadi dua yaitu anamnesa atau wawancara dan
pemeriksaan fisik. Anamnesa atau wawancara bertujuan untuk mengidentifikasi
identitas pasien dan mengumpulkan data subjektif sedangkan observasi dan
pemeriksaan fisik untuk menentukan data objektif.
Ketika mengkaji pasien dengan keluhan diare, data subjektif dan data objektif
yang dikumpulkan dapat memberikan informasi yang komprehensif untuk
membantu dalam perencanaan asuhan keperawatan. Berikut beberapa data
subjektif dan objektif yang dapat ditanya saat melakukan pengkajian keperawatan:
a. Data Subjektif:
1) Riwayat Keluhan:
Sejak kapan pasien mengalami diare?
Seberapa sering pasien mengalami diare?
Apakah ada makanan tertentu yang mungkin menyebabkan diare?
Adakah perubahan dalam kebiasaan buang air besar?
2) Karakteristik Diare:
Apakah diare disertai darah atau lendir?
Seberapa cair diare tersebut?
3) Nyeri Abdomen:
Apakah ada nyeri perut atau kram?
Di mana lokasi nyeri tersebut?
4) Gejala Tambahan:
Adakah gejala seperti mual, muntah, atau demam?
Apakah pasien mengalami dehidrasi atau haus?
5) Riwayat Kesehatan:
Apakah pasien memiliki riwayat penyakit pencernaan atau
intoleransi makanan?
Apakah ada riwayat perjalanan atau paparan terhadap zat beracun?
b. Data Objektif:
1) Pemeriksaan Fisik:
Perhatikan tanda-tanda dehidrasi seperti kulit kering, bibir pecah-
pecah, dan turgor kulit.
Ukur suhu tubuh untuk mengetahui adanya demam.
Periksa abdomen untuk menilai nyeri atau distensi.
2) Frekuensi Buang Air Besar:
Catat frekuensi dan konsistensi dari diare.
Perhatikan adanya darah atau lendir pada tinja.
3) Tanda Vital:
Rekam suhu, nadi, dan tekanan darah pasien.
Perhatikan adanya peningkatan frekuensi jantung atau perubahan
tekanan darah.
4) Pemeriksaan Laboratorium:
Lakukan pemeriksaan tinja untuk menilai adanya infeksi bakteri,
parasit, atau penyakit lain yang mungkin menjadi penyebab diare.
Data subjektif dan objektif penting untuk membantu menentukan penyebab
diare, tingkat keparahan, dan membimbing rencana perawatan yang tepat untuk
pasien.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon individu
keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
aktual atau potensial. Berikut diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada
pasien dengan keluhan diare.
Diare (SDKI D.0020) berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal, proses
infeksi, efek samping obat, atau malabsorbsi dibuktikan dengan Frekuensi
buang air besar yang meningkat, konsistensi tinja yang lembek atau cair, dan
kemungkinan adanya darah atau lendir dalam tinja.
Resiko Ketidakseimbangan Cairan (SDKI D.0036 Dibuktikan dengan
obstruksi intestinal dan disfungsi intestinal
Resiko Ketidakseimbangan Elektrolit (SDKI D.0037) Dibuktikan dengan
ketidakseimbangan cairan (dehidrasi), dan diare.
3. INTERVENSI
Perencanaan Rencana perawatan terorganisasi sehingga setiap perawat dapat
dengan cepat mengidentifikasi tindakan perawatan yang diberikan. Rencana
asuhan keperawatan yang di rumuskan dengan tepat memfasilitasi kontinuitas
asuhan perawatan dari satu perawat ke perawat lainnya (Simamora, 2019).
4. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik untuk menunjang perbaikan kondisi klien. Tahap
pelaksanaan dimulai setelaah perencanaan disusun sesuai dengan kebutuhan untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan (Simamora, 2019).
5. EVALUASI
Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan antara proses
dengan rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat
dengan membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan
sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di
rumuskan sebelumnya (Simamora, 2019).
DAFTAR PUSTAKA
Lita, T., Fradianto, I., & Tafwidhah, Y. (2021). 5 TUGAS KESEHATAN KELUARGA
PADA BALITA DENGAN DIARE : LITERATUR REVIEW. ProNers, 6.
Marito, S. (2022). Diare Akut Pada Anak. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Maulana, I. F. (2023). 4 Probiotik Utama yang Baik untuk Mengobati Diare. Hello
Sehat.
Nareza, Meva. (November, 2023). Komplikasi Diare. URL:
https://www.alodokter.com/diare/komplikasi. Diakses pada 7 Desember 2023
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Sari, N. K., Lukito, A., & Astria, A. (2018). Hubungan pengetahuan ibu tentang diare
dengan kejadian diare pada anak 1-4 tahun di wilayah
Puskesmas Pekan Bahorok.
Zulfiana, Y., & Fatmawati, N. (2022). Pengaruh Pemberian Daun Jambu Biji (Psidium
Guajava L.) Sebagai Upaya Mencegah Diare Akut Pada Balita. Journal Of
Midwifery, 10(2), 121–126. https://doi.org/10.37676/jm.v10i2.3266
RESUME KEPERAWATAN PADA AN. A DENGAN DIARE
DI PUSKESMAS SARIO
Disusun Oleh:
Nama:
Syalomita Dalipang
NIM:
220111040093
Kelas/Semester:
B/Semester 3
Clinical Teacher :
Ns. Gresty N. M, Masi, M.Kep, Sp.Kep.MB
E. RIWAYAT KELUARGA
1. Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga (baik berhubungan/tidak berhubungan
dengan penyakit yang diderita klien)
Ayah dari pasien menderita hipertensi dan mengonsumsi obat secara rutin
2. Gambarkan genogram sesuai dengan ketentuan yang berlaku (simbol & 3generasi)
Pihak Ibu Pihak ayah
G1
G2
G3 5 thn
F. RIWAYAT SOSIAL
1. Yang mengasuh : An.A diasuh sepenuhnya oleh Ibu dan Ayahnya
2. Hubungan dengan anggota keluarga : baik
3. Hubungan dengan teman sebaya : Tidak dapat diidentifikasi
4. Pembawaan secara umum : An.A tampak pemalu dan pendiam saat bertemu
dengan orang baru, namun kalua sudah akrab An. A akan sangat cerewet
2. SDIDTK
I. ANALISA DATA
II. DIAGNOSA
1. D.0020 Diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal, proses infeksi, dibuktikan
dengan Frekuensi buang air besar yang meningkat, konsistensi tinja yang lembek atau
cair, frekuensi peristaltic meningkat
2. D.0036 Resiko Ketidakseimbangan Cairan Dibuktikan dengan disfungsi intestinal
III. INTERVENSI
Diagnosa
No SLKI SIKI
Keperawatan
IV.
1 Diare (SDKI D.0020) Setelah dilakukan a. Observasi
berhubungan dengan tindakan Identifikasi penyebab diare
keperawatan 1x24 Identifikasi Riwayat pemberian
inflamasi
jam, diharapkan makanan
gastrointestinal, proses eliminasi fekal Monitor tanda dan gejala
infeksi, dibuktikan membaik, dengan hipovolemia
kriteria hasil: Monitor jumlah pengeluaran
dengan Frekuensi buang
1. konsistensi feses diare
air besar yang membaik (5) b. Terapeutik
meningkat, konsistensi 2. frekuensi BAB Berikan asupan cairan oral, mis.
membaik (5) larutan garam gula, oralit,
tinja yang lembek atau
3. peristaltic usus pedialyte, renalyte
cair, frekuensi membaik (5) c. Edukasi
peristaltic meningkat Anjurkan menghindari makanan
pembentuk gas, pedas dan
mengandung laktosa.
Anjurkan makanan porsi kecil
dan sering secara bertahap
2 Resiko Setelah dilakukan a. Observasi
Ketidakseimbangan tindakan Monitor status hidrasi
keperawatan 1x24 b. Terapeutik
Cairan (SDKI D.0036) jam, diharapkan
Berikan asupan cairan berupa
Dibuktikan dengan keseimbangan larutan gula dan garam atau
disfungsi intestinal cairan meningkat, oralit
dengan kriteria
hasil:
1.Intake cairan
membaik(5)
2.Dehidrasi
menurun (5)
Disusun oleh:
Hendrick (220111040085)
Syalomita Dalipang (220111040093)
Clinical Teacher:
Ns. Gresty N. M. Masi, M.Kep., Sp.Kep.MB
1. Materi
Penyuluh
(…………………………………)
MATERI PENYULUHAN
1. Definisi diare
Diare adalah berak encer atau bahkan berupa air saja (mencret) yang terjadi lebih sering
dari biasanya (3 kali atau lebih) dalam sehari, dapat berwarna hijau atau bercampur dengan
lendir dan darah (Lita et al., 2021).
Akan tetapi tidak semua BAB cair merupakan diare. Pada bayi baru lahir, sistem
pencernaan belum sepenuhnya sempurna, sehingga bayi belum mampu mencerna makanan
dengan baik. Akibatnya, tinja bayi menjadi berair dalam kurun waktu tertentu, dan kondisi
ini merupakan hal yang normal. Bayi yang baru lahir sampai usia 2 bulan juga memiliki
frekuensi BAB yang cukup sering hingga 10x dalam sehari (Marito, 2022).
Diare merupakan penyebab kematian terbesar kedua setelah pneumonia pada anak
dibawah umur lima tahun dan secara global menurut WHO setiap tahunnya hampir sekitar
1,7 miliar kejadian kasus diare dan sekitar 525.000 anak meninggal dunia akibat diare. Diare
membunuh sekitar 1,8 juta jiwa di negara berkembang, angka ini terus mengalami kenaikan
dari 1,5 juta kasus kematian akibat diare selama 20 tahun terakhir. Berdasarkan hasil riset
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2018 diperkirakan terdapat sekitar 4
juta kejadian kasus diare pada balita (Lita et al.,2021).
2. Penyebab diare
Diare dapat disebabkan oleh beberapa faktor (Lita et al., 2021; Ragil & Dyah, 2017),
antara lain:
a. Infeksi bakteri, virus, atau parasite
Rotavirus (40-60%), bakteri Escherichia coli (20-30%), Shigella sp. (1-2%) dan
parasit Entamoeba hystolitica.
b. Infeksi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi atau tidak higienis
c. Keracunan makanan dan alergi
d. Kurang terjaganya kebersihan diri, seperti tidak mencuci tangan menggunakan sabun
e. Kualitas air dan sanitasi yang buruk,kamar mandi dan jamban tidak bersih
f. Tidak memberikan vaksin rotavirus pada bayi. Rotavirus sebagai salah satu penyebab
terjadi diare berat pada balita yang dapat menghambat tumbuh kembang dan dapat
menyebabkan kematian (Tarmizi, 2023).
g. Tidak memberikan ASI eksklusif. Pemberian ASI eksklusif dari 0-2 tahun bermanfaat
untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap berbagai jenis penyakit.
3. Poster