Anda di halaman 1dari 7

TUGAS

ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS


DIARE PADA NEONATUS

Dosen Pengampu:
Suriyati, S.ST., M.Keb.

Disusun oleh : Kelompok 16

Popi Monika (F0G019005)

Ayu Tivanni Ainun Nisa (F0G019006)

Erika Sherly (F0G019040)

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2020
A. Penyebab terjadinya diare pada anak
Diare adalah keadaan tidak normalnya pengeluaran feses yang ditandai
dengan peningkatan volume dan keenceran feses serta frekuensi buang air
besar lebih dari 3 kali sehari (pada neonatus lebih dari 4 kali sehari)
dengan atau tanpa lendir darah.9 Jenis diare ada dua, yaitu diare akut dan
diare kronik. Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14
hari, sementaradiare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 15
hari. Diare dapat mengakibatkan demam, sakit perut, penurunan nafsu
makan, rasa lelah dan penurunan berat badan. Diare dapat menyebabkan
kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, sehingga dapat terjadi
berbagai macam komplikasi yaitu dehidrasi, renjatan hipovolemik,
kerusakan organ bahkan sampai koma. Faktor risiko diare dibagi menjadi
3 yaitu faktor karakteristik individu, faktor perilaku pencegahan, dan
faktor lingkungan.
1. Faktor karakteristik individu yaitu umur balita 24 bulan, status gizi
balita, dan tingkat pendidikan pengasuh balita
2. Faktor perilaku pencegahan diantaranya, yaitu perilaku mencuci
tangan sebelum makan, mencuci peralatan makan sebelum digunakan,
mencuci bahan makanan, mencuci tangan dengan sabun setelah buang
air besar, dan merebus air minum, serta kebiasaan memberi makan
anak di luar rumah.
3. Faktor lingkungan meliputi kepadatan perumahan, ketersediaan sarana
air bersih (SAB), pemanfaatan SAB, dan kualitas air bersih

Mikroorganisme seperti bakteri, virus dan protozoadapat menyebabkan


diare. Eschericia coli enterotoksigenic, Shigella sp, Campylobacterjejuni,
dan Cryptosporidium spmerupakan mikroorganisme tersering penyebab
diare pada anak. Manifestasi klinis dari diare yaitu mula– mula anak balita
menjadi cengeng, gelisah, demam, dan tidak nafsu makan. Tinja akan
menjadi cair dandapat disertai dengan lendir ataupun darah. Warna tinja
dapat berubah menjadi kehijau–hijauan karena tercampur dengan empedu.
Frekeuensi defekasi yang meningkat menyebabkan anus dan daerah
sekitarnya menjadi lecet.Tinja semakin lama semakin asam sebagai akibat
banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat
diabsorbsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat ditemukan
sebelum atau sesudah diare. Muntah dapat disebabkan oleh lambung yang
meradang atau gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit.Anak–
anak adalah kelompok usia rentan terhadap diare. Insiden tertinggi pada
kelompok usia dibawah dua tahun dan menurun dengan bertambahnya
usia anak Faktor–faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada anak ada
tiga.

1. Faktor yang pertama adalah faktor lingkungan. Diare dapat terjadi


karena seseorang tidak memerhatikan kebersihan lingkungan dan
menganggap bahwa masalah kebersihan adalah masalah sepele.
Faktorlingkungan yang dominan dalam penyebaran penyakit diare
pada anak yaitu pembuangan tinja dan sumber air minum
2. demografi. Faktor sosiodemografi yang berpengaruh terhadap kejadian
diare pada anak yaitu pendidikan dan pekerjaan orang tua, serta umur
anak Terdapat hubungan yang signifikan dengan tingkat korelasi kuat
antara tingkat pendidikan ibu dengan perilaku pencegahan diare pada
anak.Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki, maka perilaku
pencegahan terhadap penyakit diare akan semakin baik
3. Faktor ketiga yang dapat memengaruhi kejadian diare yaitu faktor
perilaku. Pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif dan kebiasaan
mencuci tangan merupakan faktor perilaku yang berpengaruh dalam
penyebaran kuman enterik dan menurunkan risiko terjadinya diare
Terdapat hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan diare pada
bayi dibawah 3 tahun. Bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif
sebagian besar (52.9%) menderita diare, sedangkan bayi dengan ASI
eksklusif hanya 32.31% yang menderita diare

B. Patofisiologis Pada Diare


Diare adalah ketidak seimbangan antara absorpsi air dan sekresi air atau
elektrolit. Pada keadaan normal, absorpsi udara dan elektrolit lebih besar
dibandingkan ekskresi. Empat yang menyebabkan ketidakseimbangan dan
elektrolit, adalah:
1) Perubahan transfor aktif yang berakibat pada hari absorpsi natrium (Na)
dan peningkatan sekresi klorida
2) Perubahan motilitasnsaluran pencernaan.
3) Peningkatan osmolaritas luminal saluran pencernaan
4) Peningkatan tekanan hidrostatik jaringan
Diare sekretori dapat terjadi jika dalam saluran pencernaan terdapat zat
sejenis vasoaktif peptida usus atau toksin bakteri yang meningkatkan
sekresi atau menghambat penyerapan udara atau elektrolit dalam jumlah
yang besar.
Adanya gangguan absorpsi suatu zat dalam usus yang menyebabkan
diare osmotic Inflamasi di usus halus yang menyebabkan diare eksudatif
dan terjadi sekresi lendir, protein atau darah dalam usus halus. Adanya
infeksi baik non invesif atau invasive. Pada non invasif (enterotoksigenik)
toksin yang diproduksi akan terikat pada mukosa usus halus, namun tidak
termasuk mukosa. Pada diare invasif, diare kerusakan dinding usus berupa
nekrosis dan ulcerasi dan penyebab sekretorik eksudatif. Penyebab diare
lainnya, seperti parasit penyebab keruakan berupa ulkus yag besar
( hystolitica ), kerusakan vili yang penting untuk penyerapan air, elektrolit
da zat makanan ( G. lambria ).

C. Penatalaksaan Diare
Sebagian besar dari diare akut disebabkan oleh karena infeksi. Banyak
dampak yang dapat terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain:
pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan
reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan
keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa. Dan
bila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat
mengalami invasi sistemik. Beberapa cara penanganan dengan
menggunakan antibiotika yang spesifik dan antiparasit, pencegahan
dengan vaksinasi serta pemakaian probiotik telah banyak diungkap di
beberapa penelitian.
Sebagian besar kasus diare tidak memerlukan pengobatan dengan
antibiotika oleh karena pada umumnya sembuh sendiri (self limiting).
Antibiotika hanya diperlukan pada sebagian kecil penderita diare
misalnya kholera, shigella, karena penyebab terbesar dari diare pada
anak adalah virus (Rotavirus). Kecuali pada bayi berusia di bawah 2
bulan karena potensi terjadinya sepsis oleh karena bakteri mudah
mengadakan translokasi kedalam sirkulasi, atau pada anak/bayi yang
menunjukkan secara klinis gejala yang berat serta berulang atau yang
menunjukkan gejala diare dengan darah dan lendir yang jelas atau gejala
.
sepsis
Beberapa antimikroba yang sering dipakai antara lain.
1) Kolera : Tetrasiklin 50mg/kg/hari dibagi 4 dosis ( 2 hari )
Furasolidon 5mg/kg/hari dibagi 4 dosis ( 3 hari )
2) Shigella : Trimetoprim 5-10mg/kg/hari
Sulfametoksasol 25-50mg/kg/hari
Dibagi 2 dosis ( 5 hari )
Asam Nalidiksat : 55mg/kg/hari dibagi 4 ( 5 hari )
3) Amebiasis : Metronidasol 30mg/kg/hari dibagi 4 dosis ( 5-10 hari)
Untuk kasus berat :
Dehidro emetin hidrokhlorida 1-1,5 mg/kg ( maks 90mg ) ( im )
s/d 5 hari tergantung reaksi ( untuk semua umur )
4) Giardiasis : Metronidasol 15mg/kg/hari dibagi 4 dosis ( 5 hari )

Antisekretorik – Antidiare.

Salazar-Lindo E dkk dari Department of Pediatrics, Hospital


Nacional Cayetano Heredia, Lima, Peru, melaporkan bahwa
pemakaian Racecadotril (acetorphan) yang merupakan enkephalinase
inhibitor dengan efek anti sekretorik serta anti diare ternyata cukup
efektif dan aman bila diberikan pada anak dengan diare akut
oleh karena tidak mengganggu motilitas usus sehingga penderita
tidak kembung. Bila diberikan bersamaan dengan cairan rehidrasi
akan memberikan hasil yang lebih baik bila dibandingkan dengan
hanya memberikan cairan rehidrasi saja. Pemberian obat loperamide
sebagai antisekresi- antidiare walaupun cukup efektif tetapi sering
kali disertai komplikasi kembung dengan segala akibatnya.

Probiotik

Probiotik (Lactic acid bacteria) merupakan bakteri hidup yang


mempunyai efek yang menguntungkan pada host dengan cara
meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik di dalam lumen saluran
cerna sehingga seluruh epitel mukosa usus telah diduduki oleh bakteri
probiotik melalui reseptor dalam sel epitel usus, sehingga tidak
terdapat tempat lagi untuk bakteri patogen untuk melekatkan diri pada
sel epitel usus sehingga kolonisasi bakteri patogen tidak terjadi.
Dengan mencermati fenomena tersebut bakteri probiotik dapat
dipakai sebagai cara untuk pencegahan dan pengobatan diare baik
yang disebabkan oleh Rotavirus maupun mikroorganisme lain,
pseudomembran colitis maupun diare yang disebabkan oleh karena
pemakaian antibiotika yang tidak rasional rasional (antibiotic
associated diarrhea).

Mikroekologi mikrobiota yang rusak oleh karena pemakaian


antibotika dapat dinormalisir kembali dengan pemberian bakteri
probiotik. Mekanisme kerja bakteri probiotik dalam meregulasi
kekacauan atau gangguan keseimbangan mikrobiota komensal
melalui 2 model kerja rekolonisasi bakteri probiotik dan
peningkatan respon imun dari sistem imun mukosa untuk menjamin
terutama sistem imun humoral lokal mukosa yang adekuat yang
dapat menetralisasi bakteri patogen yang berada dalam lumen
usus yang fungsi ini dilakukan oleh secretory IgA (SIgA)

SUMBER MATERI

Nurul Utami. Nabila Luthfiana. Faktor-Faktor yang Memengaruhi


Kejadian Diare pada Anak. Bagian Histologi, Fakultas
Kedokteran, Universitas Lampung Mahasiswa, Fakultas
Kedokteran, Universitas Lampung.
Meivi Yusinta Christy. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Dehidrasi Diare Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Kalijudan. FKM Universitas Airlangga: Departemen
Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Airlangga Surabaya, Jawa Timur, Indonesia.
Subijanto MS, Reza Ranuh, Liek Djupri, Pitono Soeparto.
Managemen Diare Pada Bayi dan Anak ( Diarrheal
management in infant and children ). Divisi Gastroenterologi
Lab / SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair / RSU Dr. Seotomo
Surabaya

Anda mungkin juga menyukai