DISUSUN OLEH:
ANUGRAH BINTANG NOVARTHA
ERLY DAEYYNATI ERINA
PATONI ALAMSYAH
NIKEN ASTUTI
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat yang diberikan-
Nya sehingga tugas Makalah Kimia ini dapat diselesaikan. Makalah ini dibuat sebagai kewajiban
untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Kimia.
Dalam kesempatan ini, penulis menghaturkan terimakasih yang dalam kepada semua
pihak yang telah membantu menyumbangkan ide dan pikiran demi terwujudnya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak terlepas dari kesalahan dan kekurangan,
untuk itu saran dan kritikan yang membangun demi kesempurnaan laporan ini sangat penulis
hargai. Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan inspirasi
untuk pembaca.
Akhir kata kepada segenap pihak yang telah terlibat dalam penulisan makalah ini, penulis
tidak lupa mengucapkan terima kasih, semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal.
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................................................................................
Bab I PENDAHULUAN 4
A. Latar Belakang...................................................................................................4
B. Ruang Lingkup...................................................................................................4
C. Rumusan Masalah..............................................................................................4
Bab II PEMBAHASAN 5
A. PENGERTIAN..................................................................................................5
1. Rumusan Struktur Benzena Menurut Kukele........................................5
2. Teori Resonansi.....................................................................................6
B. TATA NAMA BENZENA................................................................................6
1. Benzena Monosubstitusi........................................................................6
2. Benzena Disubstitusi..............................................................................7
3. Benzena Polisubstitusi...........................................................................8
C. REAKSI – REAKSI BENZENA.......................................................................9
1. Halogenasi..............................................................................................9
2. Nitrasi...................................................................................................10
3. Sulfonasi..............................................................................................10
4. Alkilasi – Friedel Craft........................................................................10
D. SIFAT FISIK DAN SIFAT KIMIA BENZENA.............................................11
1. Sifat Fisik.............................................................................................11
2. Sifat Kimia...........................................................................................11
E. CARA PEMBUATAN HOMOLOG BENZENA...........................................13
1. Dengan Reaksi Friedel – Craft.............................................................13
2. Dengan Reaksi Wurtz – Fitting............................................................14
3. Dengan Reaksi Grignard......................................................................14
4. Ciri Khusus Pembuatan Mestilina.......................................................14
F. KEGUNAAN SERTA DAMPAK BENZENA...............................................15
1. Toluene................................................................................................15
2. Stirena..................................................................................................15
3. Aniline..................................................................................................16
4. Benzaldehida........................................................................................16
5. Fenol....................................................................................................17
6. Asam Benzoat dan turunannya............................................................17
BAB III PENUTUP 19
A. KESIMPULAN................................................................................................19
B. SARAN............................................................................................................19
DAFTAR PUSAKA
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Benzena ditemukan pada tahun 1825 oleh seorang ilmuwan Inggris, Michael Faraday,
yang mengisolasikannya dari gas minyak dan menamakannya bikarburet dari hidrogen. Pada
tahun 1833, kimiawan Jerman, Eilhard Mitscherlich menghasilkan benzena melalui distilasi
asam benzoat (dari benzoin karet/gum benzoin) dan kapur. Mitscherlich memberinya nama
benzin. Pada tahun 1845, kimiawan Inggris, Charles Mansfield, yang sedang bekerja di bawah
August Wilhelm von Hofmann, mengisolasikan benzena dari tir (coal tar). Empat tahun
kemudian, Mansfield memulai produksi benzena berskala besar pertama menggunakan
metode tir tersebut.
Benzena, juga dikenal dengan nama C6H6, PhH, dan benzol, adalah senyawa kimia
organik yang merupakan cairan tak berwarna dan mudah terbakar serta mempunyai bau yang
manis. Benzena adalah sejenis karsinogen. Benzena adalah salah satu komponen dalam bensin
dan merupakan pelarut yang penting dalam dunia industri. Benzena juga adalah bahan dasar
dalam produksi obat-obatan, plastik, bensin, karet buatan, dan pewarna. Selain itu, benzena
adalah kandungan alami dalam minyak bumi, namun biasanya diperoleh dari senyawa lainnya
yang terdapat dalam minyak bumi.
B. RUANG LINGKUP
b. Reaksi Benzena
C. RUMUSAN MASALAH
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Berdasarkan rumus molekulnya, CH, Para pakar kimia saat itu berpendapat bahwa
senyawa ini memiliki ikatan tak jenuh yang lebih banyak dari alkena atau alkuna. Oleh karena
itu, diusulkanlah beberapa rumus struktur benzena seperti:
• Bentuk benzene adalah molekul planar (semua atom berada pada satu bidang datar),
dan hal itu sesuai dengan struktur Kekule. Yang menjadi masalah adalah ikatan
tunggal dan rangkap dari karbon memiliki panjang yang berbeda.
C-C 0.154 nm
CC 0.134 nm
Artinya bentuk heksagon akan menjadi tidak beraturan jika menggunakan struktur
Kekule, dengan sisi yang panjang dan pendek secara bergantian. Pada benzene yang
sebenarnya semua ikatan memiliki panjang yang sama yaitu diantara
panjang C-C and C-C disekitar 0.139 nm. Benzen yang sebenarnya berbentuk
segienam sama sisi.
5
• Benzena yang sebenarnya lebih stabil dari benzena dengan struktur yang diperkirakan
Kekule. Kestabilan ini dapat dijelaskan berdasarkan perubahan entalpi pada
hidrogenasi. Hidrogenasi adalah penambahan hidrogen pada sesuatu. Untuk
mendapatkan perbandingan yang baik dengan benzene, maka benzena akan
dibandingkan dengan sikloheksen C6H10. Sikloheksen adalah senyawa siklik heksena
yang mengadung satu ikatan rangkap 2.
2. Teori resonansi
Pada tahun 1931, Linus Pauling membuat suatu teori yang dikenal dengan Teori
Hibrida Resonansi / Teori Resonansi. Teori ini merumuskan struktur benzena sebagai
suatu struktur yang berada di antara dua struktur Kekule yang memungkinkan, sehingga
ikatan rangkap pada benzena tidak nyata, berbeda dengan teori Kekule yang menyatakan
bahwa tiga ikatan rangkap pada benzena berpindah secara cepat.
Menurut model ikatan valensi, benzena dinyatakan sebagai hibrida resonansi dari
dua struktur penyumbang yang ekivalen, yang dikenal dengan struktur kekule. Masing-
masing struktur kekule memberikan sumbangan yang sama terhadap hibrida resonansi,
yang berarti bahwa ikatan-ikatan C-C bukan ikatan tunggal dan juga bukan. ikatan
rangkap melainkan diantara keduanya.
1. Benzena Monosubstitusi
Sesuai namanya, benzena monosubstitusi merupakan benzena di mana satu atom H
disubstitusi dengan substituen. Tata nama benzena monosubstitusi menurut sistem IUPAC
adalah seperti berikut:
“Nama Substituen + Benzena”
6
Contoh strukturnya sebagai berikut:
Benzena monosubstitusi yang tidak memiliki nama umum yang diterima oleh
IUPAC dinamai sebagai turunan benzen. Sistem IUPAC tetap memakai nama umum
untuk beberapa benzena monosubstitusi, misalnya toluena (bukan metilbenzena), kumena
(bukan isopropilbenzena), dan stirena (bukan feniletena) dll.
2. Benzena Disubstitusi
Apabila benzena mengikat dua substituen, maka nama substituen dan letak
substituen harus dituliskan. Ada 3 (tiga) isomer yang mungkin untuk benzena yang
tersubstitusi oleh 2 gugus. Penamaan digunakan nama orto (1,2-) bersebelahan dalam
cincin benzena), meta (1,3-) dipisahkan oleh satu karbon dalam cincin benzene, para
(1.4-) bersebrangan dalam cincin benzena. Jika salah satu di antara dua substituen yang
terikat pada cincin benzena memberikan nama khusus, seperti misalnya pada toluena dan
anilina, maka senyawanya diberi nama sebagai turunan dari nama khusus tersebut. Perlu
diingat bahwa substituen yang memberikan nama khusus tersebut dianggap menempati
posisi nomor 1.
Uuntuk tata nama benzena disubstitusi sebagai berikut:
7
Contoh strukturnya adalah:
Substituen-substituen pada contoh di atas adalah sama. Tapi, bagaimana jika subtituennya
berbeda? Nah, jika dua substituennya berbeda, maka salah satu dianggap sebagai
senyawa utama dan gugus yang lain dianggap sebagai gugus terikat dengan urutan
prioritas seperti berikut:
Contoh:
3. Benzena polisubstitusi
Apabila terdapat tiga atau lebih substituen terikat pada cincin benzena, maka
posisinya masing-masing ditunjukkan dengan nomor. Jika salah satu substituen
memberikan nama khusus, maka diberi nama sebagai turunan dari nama khusus tersebut.
8
Jika semua substituen tidak memberikan nama khusus, posisinya dinyatakan dengan
nomor dan diurutkan sesuai urutan abjad, dan diakhiri dengan nama benzena. Berikut
urutan prioritasnya:
–COOH> –SO3> –CH3> –CN> –OH> –NH2> –R> –NO2> –X
Benzena cenderung tidak begitu reaktif, namun mudah terbakar. Akibat adanya sistem
delokalisasi elektron yang menstabilkan benzena, benzena cenderung mudah mengalami
reaksi substitusi dibanding reaksi adisi. Reaksi substitusi pada benzena melibatkan serangan
pereaksi bermuatan positif parsial ataupun utuh yang suka elektron (elektrofil) pada cincin
benzena. Oleh karena itu, reaksi substitusi pada benzena sering disebut sebagai reaksi
substitusi elektrofilik. Reaksi-reaksi substitusi pada benzena, antara lain:
1. Halogenasi
Halogenasi merupakan reaksi substitusi atom H pada benzena oleh golongan
halogen seperti F. Cl, Br, 1. Pada reaksi ini atom H digantikan oleh atom dari golongan
halogen dengan bantuan katalis besi (III) halida. Jika halogennya C1 2, maka katalis yang
digunakan adalah halida (FeCl3 atau FeBr3).
9
2. Nitrasi
Nitrasi merupakan reaksi substitusi atom H pada benzena oleh gugus nitro. Reaksi
ini terjadi dengan mereaksikan benzena dengan asam nitrat (HNO 3) pekat dengan bantuan
H3SO4 sebagai katalis.
Istilah ini juga diterapkan secara salah pada proses yang berbeda yaitu
pembentukan ester nitrat antara alkohol dan asam nitrat, yang terjadi pada sintesis
nitrogliserin. Perbedaan antara struktur yang dihasilkan antara senyawa nitro dan nitrat
adalah bahwa atom nitrogen dalam senyawa nitro terikat langsung dengan atom non-
oksigen, biasanya karbon atau atom nitrogen lainnya. Sementara ester nitrat, atau disebut
juga organonitrat, nitrogen berikatan langsung dengan suatu atom oksigen yang biasanya
terikat ke atom karbon.
3. Sulfonasi
Sulfonasi adalah suatu reaksi organik di mana suatu atom hidrogen pada
hidrokarbon aromatik digantikan oleh suatu asam sulfonat (SO3H) dalam suatu substitusi
elektrofilik aromatik. Asam aril sulfonat digunakan sebagai bahan utama dari detergen.
Bahan ini juga digunakan sebagai bahan dasar dari pewarna dan obat-obatan.
4. Alkilasi FriedelhCraft
Reaksi Friedel-Crafts merujuk pada sekelompok reaksi kimia yang dikembangkan
oleh Charles Friedel dan James Crafts pada tahun 1877. Terdapat dua kelompok besar
reaksi Friedel-Crafts, yakni reaksi alkilasi dan reaksi asilasi. Reaksi-reaksi ini termasuk
dalam reaksi substitusi aromatik elektrofilik.
10
Alkilasi Friedel-Crafts melibatkan alkilasi dari cincin aromatik dan alkil halida
menggunakan katalis asam Lewis. Dengan menggunakan feri klorida sebagai katalis,
gugus alkil melekat pada posisi ion klorida sebelumnya. Reaksi ini memiliki beberapa
kerugian, di antaranya adalah produk reaksi ini lebih nukleofilik dari reaktan reaksi
dikarenakan pendonor elektron rantai alkil. Oleh karena ini, hidrogen yang lainnya
tersubstitusikan oleh rantai alkil lainnya, menghasilkan molekul yang kelebihan gugus
alkil. Jika atom klorin tidak berada dalam karbon tersier, reaksi penataan-ulang akan
terjadi. Ini dikarenakan stabilitas karbokation tersier yang lebih stabil dari karbokation
sekunder maupun primer.
1. Sifat Fisik
Benzena termasuk dalam keluarga hiddrokarbon aromatic yang merrupakan molekul
nonpolar dan biasanya berupa cairan atau padatan tidak bewarna atau aroma yang khas,
benzene bersifat non-polar, tidak dapat bercampur dengan air tetapi mudah bercampur
dengan pelarut organic, setelah pembakaran jelaga benzene dihasilkan api. Sifat fisik lain
yang dimiliki oleh benzena yaitu, mudah menguap, titik lelehnya 5,5 derajat Celsius, titik
didihnya 80,1 derajat Celsius, densitas 0,88, senyawanya berupa senyawa lingar atau
siklis, terjadi resonansi (pergerakan electron di dalam molekul), dan terjadi delokalisasi
electron pada struktur benzena.
2. Sifat Kimia:
Sifat substitusi elektrofilik:
a. Nitrasi Benzena, benzena bereaksi dengan asam nitrat pada 232-333 K dengan adanya
asam sulfat membentuk nitrobenzena. Reaksi ini dikenal sebagai nitrasi benzena.
11
c. Halogenasi Benzena, benzena bereaksi dengan halogen dengan adanya asam lewis
seperti FeCl3 dan FeBr3, membentuk ahli halida.
d. Reaksi Alkilasi Friedel Craft, ketika benzena diolah dengan alkil halida dengan
adanya asam lewis seperti alumunium klorida anhidrat, alkil benzena akan terbentuk.
e. Reaksi Asilasi Friedel Craft, ketika benzena diolah dengan hasil halide dengan
adanya asam lewis seperti alumunium anhidrat, hasil benzena akan terbentuk.
12
g. Pembakaran Benzena, setelah pembakaran benzena, benzena terbakar dengan jelaga
seiring dengan pelepasan gas CO2.
Reaksi kimia lainnya yang terdapat pada benzena yaitu, bersifat kasinogenik (racun),
merupakan senyawa nonpolar, tidak begitu reaktif, tapi mudah terbakar dengan
menghasilkan banyak jelaga, Lebih mudah mengalami reaksi substitusi dari pada adisi.
(untuk mengetahui beberapa reaksi subtitusi pada benzene), walaupun sukar diadisi
tapi benzena masih dapat diadisi dengan katalis yang tepat, misalnya:
• Adisi dengan hidrogen dengan katalis Ni/Pt halus.
• Adisi dengan CL 2 atau BR 2 dibawah sinar matahari.
Sukar dioksidasi dengan senyawa oksidator seperti KMnO4, K2Cr2O7, dll. Dan reaksi
pada benzene harus menggunakan katalis karena kestabilan molekul benzena.
13
Homolog benzena yang mengandung sebuah rantai samping dapat dibuat dengan
reaksi alkilasi Friedel-Craft. Dalam hal ini yang direaksikan adalah benzena, alkil halida
yang sesuai dan katalis alumunium halida.
Contoh:
C6H6 + CH3CI C6H5CH3 + HCI
Mengikuti karya Charles Adolphe Wurtz pada penggandengan alkil halida yang
diinduksi natrium (reaksi Wurtz), Wilhelm Rudolph Fittig memperluas pendekatan
penggandengan alkil halida dengan aril halida. Modifikasi reaksi Wurtz ini dianggap
sebagai proses terpisah dan diberi nama sesuai nama kedua ilmuwan tersebut. Reaksi ini
bekerja paling baik untuk membentuk produk asimetris jika reaktan halida terpisah dalam
reaktivitas kimia relatifnya. Salah satu cara untuk mencapai hal ini adalah dengan
membentuk reaktan dengan halogen dengan periode berbeda. Biasanya alkil halida dibuat
lebih reaktif dibandingkan aril halida, meningkatkan kemungkinan bahwa alkil halida
akan membentuk ikatan organosodium terlebih dahulu dan dengan demikian bertindak
lebih efektif sebagai nukleofil terhadap aril halida. Biasanya reaksi ini digunakan untuk
alkilasi aril halida. Dengan penggunaan ultrasound, natrium bereaksi dengan beberapa aril
halida menghasilkan senyawa bifenil.
14
Salah satu contoh pembuatan alkil benzena dengan reaksi Grignard adalah
C6H5MgBr C4H9Br C6115 C4119 + MgBr2.
Kegunaan benzena yang terpenting adalah sebagai pelarut dan sebagai bahan baku
pembuatan senyawa-senyawa aromatik lainnya yang merupakan senyawa turunan benzena.
Masing-masing dari senyawa turunan benzena tersebut memiliki kegunaan yang beragam bagi
kehidupan manusia. Berikut ini beberapa senyawa turunan Benzena dan kegunaannya:
1. Toluena
2. Stirena
15
Stirena, juga dikenal dengan etenilbenzena, vinil benzena dan feniletena adalah
senyawa organik dengan rumus molekul C6H5CH = CH2. Senyawa turunan benzena ini
berbentuk cairan seperti minyak tak berwarna yang mudah menguap dengan bau manis,
meskipun menjadi sedikit busuk pada konsentrasi tinggi. Stirena digunakan sebagai bahan
dasar pembuatan polimer sintetik polistirena melalui proses polimerisasi. Polistirena
banyak digunakan untuk membuat insolator listrik, boneka, sol sepatu serta piring dan
cangkir.
3. Anilina
4. Benzaldehida
16
Benzaldehida (C6H5CHO) adalah sebuah senyawa kimia yang terdiri dari cincin
benzena dengan sebuah substituen aldehida. Ia merupakan aldehida aromatik yang paling
sederhana. Pada suhu kamar, ia berupa cairan tidak berwarna dengan aroma seperti badam
(almond). Ia merupakan komponen utama pada ekstrak kacang almond, dan dapat
diekstraksi dari beberapa sumber alami seperti aprikot, ceri, dan biji persik. Pada saat ini,
benzaldehida pada umumnya dibuat dari toluena menggunakan berbagai macam proses
yang berbeda.
Ekstraksi pertama benzaldehida diperoleh dari kacang almon pahit dan dilakukan
oleh Martres, apoteker Prancis, pada tahun 1803. Selanjutnya, sintesis pertama
benzaldehida dilakukan pada tahun 1832 oleh Kimiawan Jerman, Friedrich Wohler dan
Justus von Liebig. Benzaldehida digunakan sebagai zat pengawet serta bahan baku
pembuatan parfum karena memiliki bau yang khas. Benzaldehida dapat berkondensasi
dengan asetaldehida (etanal), untuk menghasilkan sinamaldehida (minyak kayu manis).
5. Fenol
Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak berwarna yang
memiliki bau khas. Rumus kimianya adalah C6H5OH dan strukturnya memiliki gugus
hidroksil (-OH) yang berikatan dengan cincin fenil. Kata fenol berasal dari Fenil Alkohol
(Phenyl Alcohol). Selain itu, nama fenol juga merujuk pada beberapa zat yang memiliki
cincin aromatik yang berikatan dengan gugus hidroksil. Fenol memiliki kelarutan terbatas
dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya ia
dapat melepaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan
anion fenoksida C6H5O− yang dapat dilarutkan dalam air.
Dibandingkan dengan alkohol alifatik lainnya, fenol bersifat lebih asam. Hal ini
dibuktikan dengan mereaksikan fenol dengan NaOH, di mana fenol dapat melepaskan H+.
17
Pada keadaan yang sama, alkohol alifatik lainnya tidak dapat bereaksi seperti itu.
Pelepasan ini diakibatkan pelengkapan orbital antara satu-satunya pasangan oksigen dan
sistem aromatik, yang mendelokalisasi beban negatif melalui cincin tersebut dan
menstabilkan anionnya. Dalam kehidupan sehari-hari fenol dikenal sebagai karbol atau
lisol yang berfungsi sebagai zat disenfektan.
Asam benzoat pertama kali ditemukan pada abad ke-16. Distilasi kering getah
kemenyan pertama kali dideskripsikan oleh Nostradamus (1556), dan selanjutnya oleh
Alexius Pedemontanus (1560) dan Blaise de Vigenère (1596). Justus von Liebig dan
Friedrich Wöhler berhasil menentukan struktur asam benzoat pada tahun 1832. Mereka
juga meneliti bagaimana asam hipurat berhubungan dengan asam benzoat. Pada tahun
1875, Salkowski menemukan bahwa asam benzoat memiliki aktivitas anti jamur.
Terdapat beberapa turunan dari asam benzoat yang tanpa kita sadari sering kita
gunakan, diantaranya adalah,
1. Asam asetil salisilat atau lebih dikenal dengan sebutan aspirin atau asetosal yang biasa
digunakan sebagai obat penghilang rasa sakit (analgesik) dan penurun panas
(antipiretik). Oleh karena itu aspirin juga digunakan sebagai obat sakit kepala. sakit
gigi, demam dan sakit jantung. Penggunaan dalam jangka panjang dapat menyebabkan
iritasi lapisan mukosa pada lambung sehingga menimbulkan sakit maag, gangguan
ginjal, alergi, dan asma.
2. Natrium benzoat yang biasa ggunakan sebagai pengawet makanan dalam kaleng. Metil
salisilat adalah komponen utama obat gosok atau minyak angin.
Asam tereftalat merupakan bahan serat sintetik polyester.
18
3. Parasetamol (asetaminofen) memiliki fungsi yang sama dengan aspirin tetapi lebih
aman bagi lambung. Hampir semua obat yang beredar dipasaran menggunakan zat
aktif parasetamol. Penggunaan parasetamol yang berlebihan. dapat menimbulkan
gangguan ginjal dan hati.
Untuk dampak dari benzene yaitu bahwa benzena memiliki sifat racun atau
kasinogenik, yaitu zat yang dpat membentuk kanker dalam tubuh manusia jika kadarnya
dalam tubuh manusia berlebih. Beberapa penelitian menunjukan bahwa benzena
merupakan salah satu penyebab leukemia, penyakit kanker darah yang telah banyak
menyebabkan kematian. Dampak kesehatan akibat paparan Benzena berupa depresi pada
sistim saraf pusat hingga kematian. Paparan Benzena antara 50-150 ppm dapat
menyebabkan sakit kepala, kelesuan, dan perasaan mengantuk. Konsentrasi Benzena
yang lebih tinggi dapat menyebabkan efek yang lebih parah, termasuk vertigo dan
kehilangan kesadaran. Paparan sebesar 20.000 ppm selama 5-10 menit bersifat fatal dan
paparan sebesar 7.500. ppm dapat menyebabkan keracunan jika terhirup selama 0.5-1
jam. Dampak yang ringan dapat berupa cuforia, sakit kepala, muntah, gaya berjalan
terhuyung-huyung, dan pingsan.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Menurut Friderich August Kukele,
struktur benzena dituliskan cincin dengan enam atom karbon yang mengandung tiga buah ikatan
tunggal dan tiga buah ikatan rangkap yang berselang-seling.
Benzena merupakan senyawa yang kaya akan elektron, sehingga jenis pereaksi yang akan
menyerang cincin benzena adalah pereaksi yang suka elektron.
Ada beberapa cara pembuatan homolog benzena yaitu: reaksi Friedel-Craft, reaksi Wurtz-Fitting,
reaksi Grignard.
Kegunaan benzena yang terpenting adalah sebagai pelarut dan sebagai bahan. baku pembuatan
senyawa-senyawa aromatik lainnya yang merupakan senyawa turunan benzena.
Dampak kesehatan akibat paparan Benzena berupa depresi pada sistim saraf pusat hingga
kematian
B. Saran
19
Saya sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan sangat jauh
dari kesempurnaan.
DAFTAR PUSTAKA
20