Anda di halaman 1dari 13

PENINGKATAN KEMAMPUAN TINDAKAN OPERASI HISTEREKTOMI TOTAL

DENGAN LATIHAN MENGGUNAKAN MODEL SIMULASI JARINGAN


SINTETIK
PADA PESERTA PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS
OBSTETRI GINEKOLOGI

Diajukan oleh:
Dolly Nurdin Lubis

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS


OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2023
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................3
1.1. Latar Belakang..........................................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah....................................................................................................4
1.3. Tujuan Penelitian..................................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................5
2.1. Histerektomi............................................................................................................ 5
2.2. Metode Simulasi Pembelajaran Bedah....................................................................7
BAB III METODE PENELITIAN...............................................................................................9
3.1. Tempat Penelitian....................................................................................................9
3.2. Waktu Penelitian......................................................................................................9
3.3. Subjek Penelitian......................................................................................................9
3.4. Data dan Sumber Data.............................................................................................9
3.5. Sumber Data............................................................................................................ 9
3.6. Teknik Pengumpulan Data.......................................................................................9
3.7. Validitas Data......................................................................................................... 10
3.8. Analisis Data...........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................11

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Histerektomi adalah tindakan pengangkatan rahim/uterus dan merupakan
salah satu prosedur yang paling sering dilakukan dalam bidang obstetri
ginekologi. Indikasi utama dari tindakan ini adalah; mioma, adenomiosis, dan
perdarahan uterus abnormal maupun pasca salin. [1] Bagi seorang dokter yang
sedang menempuh pendidikan Spesialis Obstetri Ginekologi (SpOG) di
Indonesia, termasuk di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas (FKUA)
Padang, tingkat kompetensi yang diharapkan untuk tindakan histerektomi ini
adalah level 4A (does). Pada level ini, peserta didik setelah lulus nantinya harus
mampu melakukan tindakan histerektomi termasuk langkah-langkah penanganan
komplikasinya secara mandiri. Tingkat kompetensi ini diharapkan tercapai
dengan target selama pendidikan melakukan 10 tindakan baik yang dibawah
supervisi maupun secara mandiri. [2]

Namun realita yang terjadi saat ini berbeda dengan harapan tersebut. Masih
banyak lulusan pendidikan dokter SpOG FKUA Padang yang ditemukan di
lapangan belum mandiri dalam melakukan tindakan histerektomi. Pada
umumnya, kondisi ini dilatarbelakangi oleh kekhawatiran dari operator terhadap
komplikasi tindakan histerektomi yang akan dilakukan. Kurangnya jumlah kasus
selama pendidikan ditengarai merupakan salah satu faktor penting dari rendahnya
kemampuan peserta didik untuk melakukan tindakan histerektomi setelah lulus.
Oleh karena itu, dibutuhkan suatu terobosan untuk meningkatkan mutu pelatihan
teknik histerektomi dalam kurikulum pendidikan SpOG di FKUA Padang.

Selama beberapa dekade terakhir, pelatihan teknik bedah telah mengalami


kemajuan secara signifikan. Konsekuensi dari perkembangan ini adalah adanya
peluang untuk mengajarkan keterampilan bedah diluar kamar operasi. Melalui
pendekatan ini, keterampilan yang didapatkan dari pengajaran dapat
diaplikasikan di kamar operasi setelah peserta didik terlebih dahulu
menyelesaikan simulasi anatomi tubuh dan prosedur pembedahannya di
laboratorium. Saat ini, telah tersedia juga berbagai metode simulasi, termasuk di

3
dalamnya jaringan tubuh sintetik, model hewan, dan simulasi komputer realitas
virtual dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. [3] Alhasil,
laboratorium yang khusus didedikasikan untuk pengajaran aspek teknis prosedur
bedah menjadi semakin populer di seluruh dunia. [4]

Pembelajaran berbasis simulasi dalam pembedahan merupakan model


pembelajaran yang dilakukan dengan cara menciptakan lingkungan yang mirip
dengan situasi bedah nyata sehingga peserta pelatihan dapat menguasai berbagai
keterampilan bedah. Metodologi ini membantu peserta didik melatih
keterampilan secara berulang kali pada subjek yang tidak hidup sehingga
memiliki keterampilan yang mendekati sempurna saat mengoperasi pasien secara
langsung nantinya. [5] Peranan guru/konsultan dalam pendidikan bedah terkini
juga akhirnya harus ikut berubah dengan cepat. Perkembangan teknologi baru
seperti portal pembelajaran online, media sosial, dan realitas virtual, membuat
pendidik bedah menghadapi tantangan untuk menyesuaikan metode pengajaran
dengan kebutuhan pembelajar kedokteran abad ke-21 ini. [6] Namun demikian,
hingga saat ini, metode simulasi belum pernah diterapkan dalam kurikulum
pelatihan bedah di FKUA. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh integrasi metode berbasis stimulasi dalam pelatihan teknik
bedah histerektomi bagi peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS)
Obgin FKUA Padang.

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa
besar efek pemanfaatan metode simulasi dengan model jaringan sintetik terhadap
tingkat keterampilan teknik bedah histerektomi peserta PPDS Obgin FKUA?

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi lulusan peserta
PPDS Obgin FKUA dalam memberikan pelayanan pada masyarakat di tempat
kerjanya masing-masing.

1.3.2. Tujuan Khusus Penelitian

4
Secara khusus, penelitian ini diharapkan dapat membantu meningkatkan
keterampilan peserta PPDS Obgin FKUA dalam melakukan tindakan
histerektomi selama mengikuti program pendidikannya.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Histerektomi
Histerektomi adalah prosedur bedah obgin yang paling sering dilakukan di
Amerika Serikat setelah tindakan seksio sesarea. Menurut survei, histerektomi
dilakukan pada 5 dari 1000 wanita di AS dengan jumlah terbanyak pada usia 40 –
49 tahun dengan usia rata-rata 46 tahun. Mioma uteri menjadi indikasi tersering
(40,7%) dari tindakan histerektomi, diikuti oleh endometriosis, dan indikasi
lainnya seperti perdarahan uterus abnormal, prolaps uteri, maupun hiperplasia
endometrium. Pada prakteknya, histerektomi dapat dilakukan melalui jalur
perabdominam, secara laparotomi atau laparoskopi, maupun jalur transvaginal.
Tipe histerektomi sendiri dibagi menjadi total dan supraservikal, tergantung pada
pengangkatan serviknya. [1]

Teknik bedah histerektomi secara umum terbagi menjadi: [1,7,8]


1. Insisi abdomen
2. Eksplorasi rongga abdomen dan pemasangan rekraktor abdomen
3. Elevasi uterus
4. Transeksi dan ligasi ligamentum rotundum
5. Insisi ligamentum latum anterior untuk mengawali diseksi vesiko-uterina
6. Insisi ligamentum latum posterior untuk identifikasi ureter
7. Transeksi ligamentum infundibulopelvikum (jika dilakukan salpingo-ooporektomi), atau
8. Transeksi ligamentum ovarii propium (jika dilakukan preservasi ovarium)
9. Menurunkan vesika (kandung kencing) dan memisahkannya dari serviks dan vagina
10. Isolasi arteri dan vena uterina dilanjutkan dengan penjepitan, pemotongan, dan ligasi
11. Amputasi uterus jika dilakukan histerektomi tipe supraservikal
12. Transeksi dan ligasi ligamentum kardinal – sakrouterina
13. Pemotongan vagina dilanjutkan dengan penjahitan puncak vagina
14. Tindakan hemostasis
15. Penutupan peritoneum dan dinding abdomen

Komplikasi yang sering terjadi dari tindakan-tindakan histerektomi adalah


cedera ureter, laserasi usus, dan perforasi vesika urinaria. Tahapan-tahapan yang

6
membutuhkan perhatian khusus dari tindakan histerektomi berhubungan dengan
pencegahan kejadian komplikasi adalah; pada saat transeksi ligamentum
infundibulopelvikum dan vasa uterina (ureter), menurunkan vesika urinaria, dan
transeksi ligamentum kardinal – sakrouterina (rektum). Agar bisa mencegah
terjadinya komplikasi tersebut, penting bagi seorang operator untuk mengikuti
alur prosedur pemotongan jaringan yang benar dan memastikan uterus dapat
dilepaskan se-alamiah mungkin. [1,7,8]

Menurut Hiramatsu, [8] dua prinsip penting yang harus dilakukan oleh
seorang operator pada saat operasi histerektomi adalah;
1. Lakukan pemotongan ligamen secara berurutan dengan arah menjauhi ureter agar ureter
bergeser semakin jauh dari serviks pada setiap tahap transeksi
2. Potong jaringan parametrial sepanjang lingkaran serviks pada tiga langkah berikutnya,
yaitu:
a. Langkah pertama: menjepit dan memotong arteri uterina dan bagian atas
ligamentum kardinal
b. Langkah kedua: menjepit dan memotong ligamentum sakrouterina dan bagian
posterior ligamentum kardinal
c. Langkah ketiga: menjepit dan memotong ligamentum vesikouterina dan
setengah anterior ligamentum kardinal.

Bagi seorang dokter yang mengikuti Program PPDS Obgin di Indonesia,


diharapkan mampu untuk menguasai langkah-langkah prosedur tindakan
histerektomi secara mandiri dan sekaligus dapat mengerjakannya tanpa adanya
komplikasi atau mengendalikan jika terjadi komplikasi seperti yang disyaratkan
dalam tingkat kemampuan 4 (does). Menurut standar, jumlah kasus histerektomi
yang harus dikerjakan untuk sampai ke level ini adalah 10 kasus, baik di bawah
supervisi maupun secara mandiri. Kemampuan klinis di dalam standar
kompetensi ini dapat ditingkatkan melalui pendidikan dan pelatihan
berkelanjutan dalam rangka menyerap perkembangan ilmu dan teknologi
kedokteran. [2]

7
2.2. Metode Simulasi Pembelajaran Bedah
Pendidikan teknik pembedahan bagi peserta PPDS telah mengalami
transformasi yang luar biasa sejak kemunculannya di awal abad ke-20, beralih
dari sistem "magang" menuju model pelatihan berdasarkan pengetahuan ilmu
dasar, penelitian, dan kelulusan berdasar tanggung jawab terhadap pasien.
Melatih ahli bedah yang kompeten dan profesional secara efisien dan efektif
membutuhkan inovasi dan modernisasi metode pendidikan. Saat ini dibutuhkan
pemahaman tentang pembelajaran dan gaya belajar terkini. [6]

Akibat dari adanya perkembangan ilmu dan teknologi serta keterbatasan


jam kerja dalam pendidikan bedah, telah terjadi peningkatan penggunaan metode
simulasi dalam pembelajaran. Perubahan ini bisa berupa penggunaan jaringan
tubuh sintetik, model hewan, dan simulasi komputer realitas virtual dengan
kelebihan dan kekurangannya masing-masing. [3] Pembelajaran teknik bedah dasar
kini telah banyak dipindahkan ke laboratorium untuk mengatasi keterbatasan
waktu di kamar operasi dalam menguasai teknik bedah yang kompleks. [4]

Tanggung jawab pengajaran teknik pembedahan kepada peserta didik


terutama terletak pada dokter ahli bedah klinis di rumah sakit yang jarang atau
bahkan tidak pernah mengikuti pelatihan formal tentang metode dan prinsip
pengajaran sama sekali. Oleh karena itu, pengajaran dilakukan sebagaimana
mereka dulu diajar oleh para guru/profesor atau seniornya. Selain itu, tenaga
pendidik yang ada bisa terdiri dari profesor bedah dari institusi akademis yang
sudah memiliki banyak publikasi hingga ahli bedah klinis di rumah sakit daerah
yang kaya pengalaman namun tidak ditemukan tekniknya dalam buku teks
standar manapun. Oleh sebab itu, peranan pendidik dalam sistem pendidikan
bedah terkini juga akhirnya harus ikut berubah dengan cepat dalam menghadapi
tantangan untuk menyesuaikan metode pengajaran dengan kebutuhan pembelajar
kedokteran abad ke-21 ini. [6]

Keterampilan bedah tidak dapat dikuasai hanya dengan observasi saja.


Selain itu, seringkali sulit untuk mendapatkan kadaver meskipun di pusat
pendidikan. Agar bisa mengatasi kesulitan tersebut, pembelajaran simulasi
menjadi metode yang memungkinkan. Pembelajaran berbasis simulasi dalam
pembedahan merupakan model pembelajaran yang dilakukan dengan cara

8
menciptakan lingkungan yang mirip dengan situasi bedah nyata sehingga peserta
pelatihan dapat menguasai berbagai keterampilan bedah. Metodologi ini
membantu peserta didik melatih keterampilan secara berulang kali pada subjek
yang tidak hidup sehingga memiliki keterampilan yang mendekati sempurna saat
mengoperasi pasien secara langsung nantinya. Metode ini akan memberi mereka
kesempatan untuk berlatih secara ekstensif dan mendapatkan kepercayaan diri
sebelum memasuki ruang operasi dan pembedahan pada pasien sesungguhnya. [4]

Model untuk simulasi dapat berupa jaringan yang menyerupai manusia


hidup (seperti hewan model, kadaver) atau bahan sintetik. Meskipun sangat mirip
dengan kenyataan, penggunaan hewan atau kadaver memiliki kekurangan yaitu
ketersediaan, risiko infeksi, dan masalah etika. Sebaliknya, model sintetik bisa
disediakan dengan mudah dan dapat digunakan berulang kali namun dengan
biaya model yang biasanya lebih mahal. Berbagai tahapan pembelajaran berbasis
simulasi meliputi: [5]

1. Pembelajaran verbal diarahkan oleh instruktur, berdasarkan materi pembelajaran,


diagram, buku, alat online, dan video yang dinarasikan oleh para ahli;
2. Pelatihan yang dipimpin instruktur dengan model sintetik;
3. Pelatihan mandiri di luar kelas, misalnya di rumah;
4. Pelatihan terfokus pada prosedur yang dilakukan di luar kelas oleh seorang instruktur

Salah satu kekuatan pendorong integrasi simulasi ke dalam pelatihan bedah


adalah keharusan etis untuk memberikan perawatan terbaik kepada pasien.
Meskipun dipahami bahwa peserta didik pada akhirnya akan mengembangkan
keterampilan teknis dengan merawat pasien, namun pasien tidak boleh
mengalami bahaya ketika metode pelatihan lain tersedia untuk memperoleh
keterampilan. [3]

Metode simulasi juga memberikan kesempatan untuk mengajar dan


kemudian menilai peserta didik secara objektif. Standar emas yang saat ini
digunakan untuk mengevaluasi seseorang yang mempelajari keterampilan bedah
melalui simulasi adalah Objective Structured Assessment of Technical Skills
(OSATS). OSATS terdiri dari dua subskala: Daftar tilik khusus dan Skala
Peringkat Global (Global Rating Scale/GRS). [5] Model OSATS awalnya
dikembangkan untuk bidang bedah umum, namun sekarang telah dikembangkan

9
untuk spesialisasi bedah lainnya, termasuk obstetri ginekologi. Syamsuri et al [9]
meneliti aplikasi pelatihan histerektomi berbasis simulasi pada PPDS Obgin
Surabaya menggunakan model manekin dan evaluasi OSATS-GRS. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa pelatihan berbasis simulasi dengan manekin
berikut demonstrasi video dapat menjadi jembatan pembelajaran histerektomi
abdominal bagi residen yang kurang memiliki pengalaman operasi. [9]

10
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Tempat Penelitian


Penelitian akan dilakukan di lokasi Gedung Departemen Program Studi
Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas / Rumah Sakit
Umum Pusat Dr. Muhammad Djamil Padang.

3.2. Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan selama 6 (enam) bulan terhitung mulai bulan Juli
sampai dengan Desember 2023.

3.3. Subjek Penelitian


Subjek penelitian adalah Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis
(PPDS) Obstetri dan Ginekologi yang telah memasuki semester IV (empat).

3.4. Data dan Sumber Data


a. Data Kuantitatif
Berupa nilai kemampuan teknik operasi yang diambil pada setiap akhir semester.
b. Data Kualitatif
Data aktivitas belajar PPDS dan dosen dalam kegiatan bimbingan operasi.

3.5. Sumber Data


a. PPDS Stase Uroginekologi
b. Dosen Obstetri Ginekologi
c. Data dokumen berupa nilai tindakan operasi PPDS
d. Dokumen daftar tilik ujian operasi PPDS

3.6. Teknik Pengumpulan Data


a. Observasi
Observasi secara langsung tindakan operasi yang dinilai berdasarkan daftar tilik
operasi.
b. Dokumentasi
Berupa foto tindakan operasi.

11
3.7. Validitas Data
Agar instrumen yang dibuat oleh peneliti dapat dikatakan valid, maka akan
dilakukan validasi. Peneliti menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi
waktu. Triangulasi sumber merupakan teknik pengumpulan data yang sejenis dari
berbagai sumber data yang berbeda. Data tersebut dibuktikan kebenarannya dari
sumber lain yang dianggap paham dengan data. Triangulasi waktu artinya data
tersebut dapat dicek pada responden pertama pada waktu yang berbeda.

3.8. Analisis Data


Hasil belajar dianalisis dengan rumus sebagai berikut :
S = Rx100%
N
Keterangan :
S : Persentase hasil yang diperoleh siswa
R : Skor hasil yang diperoleh siswa
N : Skor maksimal tes

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Berek JS, Berek DL, editor. Bereck & Novak’s Gynecology. 15 ed. New York:
Lippincott Williams & Wilkins; 2012.

2. Hadisaputra W, Ocviyanti D, editor. Standar Kompetensi Dokter Spesialis


Obstetri Ginekologi Indonesia. Jakarta: Kolegium POGI; 2018.

3. Torkington J, Smith S, Reest BI, Darzi A. The role of simulation in surgical


training. Ann R Coll Surg Engl 2000;82:82–94.

4. Moulton CAE, Dubrowski A, MacRae H, Graham B, Grober E, Reznick R.


Teaching surgical skills: What kind of practice makes perfect? A randomized,
controlled trial. Ann Surg 2006;244(3):400–7.

5. Khunger N, Kathuria S. Mastering Surgical Skills Through Simulation-Based


Learning: Practice Makes One Perfect. J Cutan Aesthet Surg 2016;9(1):27–31.

6. Evans CH, Schenarts KD. Evolving Educational Techniques in Surgical Training.


Surgical Clinics of North America2016;96(1):71–88.

7. Te Linde’s Operative Gyneologi. New York: Williams & Wilkins; 2020.

8. Hiramatsu Y. Basic Standard Procedure of AbdominalHysterectomy: Part 1.


Precision Surgery in Obstetrics and Gynecology 2019;5(suppl S1):S2-s10.

9. Syamsuri DD, Tjokroprawiro BA, Kurniawati EM, Utomo B, Kuswanto D.


Simulation-based training using a novel Surabaya hysterectomy mannequin
following video demonstration to improve abdominal hysterectomy skills of
obstetrics and gynecology residents during the COVID-19 pandemic in
Indonesia: a pre- and post-intervention study. J Educ Eval Health Prof 2022;19.

13

Anda mungkin juga menyukai