Anda di halaman 1dari 6

TUGAS

PROMOSI KESEHATAN

Ditujukan untuk memenuhi tugas Promosi Kesehatan

Dosen Pengampu : H. Wasludin , SKM.M.Kes

Disusun Oleh :
Eka Maya Febriyanti (P27901122063)

POLTEKKES KEMENKES BANTEN


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
2023
5 STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

1. Primary Care

Pelayanan Kesehatan Dasar atau primary health care (PHC) adalah pelayanan kesehatan
pokok yang menggunakan metoda dan teknologi praktis, ilmiah, dan sosial serta dapat
diterima dan diikuti sepenuhnya oleh masyarakat, keluarga, dan individu dengan biaya yang
terjangkau. PHC diselenggarakan berdasarkan kesepakatan World Health Assembly (WHA)
yang menetapkan Health for all by the year 2000.

Health for all atau kesehatan untuk semua bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan yang
optimal sehingga semua orang dapat hidup secara produktif baik secara ekonomi maupun
secara social. Ketetapan WHA yang terjadi pada tahun 1977 ditindak lanjuti dengan
pertemuan atau konferensi di Alma Ata Kazakstan yang menghasilkan deklarasi Alma Ata
pada tahun 1978. Deklarasi tersebut menetapkan PHC sebagai pendekatan atau strategi
global untuk mencapai health for all atau kesehatan untuk semua pada tahun 2000.

Untuk mewujudkan health for all atau kesehatan untuk semua diperlukan perubahan orientasi
pelayanan kesehatan dari pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif menjadi pelayanan
kesehatan yang bersifat promotif dan preventif. Orientasi pelayanan juga dilakukan
pergeseran dari perkotaan ke pedesaan dan dari golongan berpenghasilan tinggi ke golongan
berpenghasilan rendah.

PHC merupakan pelayanan kesehatan esensial yang menggunakan metode praktis dan
secara ilmiah dapat dibenarkan. PHC juga menggunakan teknologi yang dapat diterima
secara umum oleh individu-individu dan masyarakat. PHC menekankan partisipasi penuh dari
masyarakat sehingga menetapkan biaya yang rendah dan terjangkau oleh masyarakat dan
negara agar mampu memelihara pembangunannya secara mandiri.

Visi PHC adalah menjadi katalisator dan media untuk menjadikan Indonesia sehat dengan
menjalankan misi-misi sebagai berikut :
a. Memberdayakan masyarakat di bidang kesehatan melalui pendekatan keluarga.
b. Meningkatkan kesehatan masyarakat dengan menumbuhkan potensi keluarga/masyarakat
dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
c. Meningkatkan kemitraan di bidang kesehatan seperti pelaksanaan kerjasama lintas
program dan lintas sektoral.
d. Menumbuhkan kesadaran masyarakat di bidang kesehatan seperti mengutamakan
kemandirian keluarga dan pendanaan
e. Memanfaatkan teknologi tepat guna untuk mewujudkan keluarga mandiri di bidang
kesehatan

Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut strategi yang digunakan dalam menyelenggarakan
pelayanan kesehatan dasar adalah mewujudkan kemandirian masyarakat dalam bidang
kesehatan, mengoptimalkan teknologi tepat guna, mewujudkan lingkungan sehat bagi
masyarakat dan mengembangkan kebersamaan dlm mengatasi masalah kesehatan.

Adapun pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dengan strategi-strategi tersebut


dilakukan dengan cara mengetahui kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
yang memuaskan. Untuk mewujudkan tujuan pelayanan kesehatan yang demikian itu, maka
pelayanan kesehatan harus menjangkau seluruh penduduk, pelayanan tersebut harus
diterima oleh seluruh penduduk dan pelayanan tersebut sesuai dengan kebutuhan medis
masyarakat. Pelayanan tersebut hendaknya juga dilakukan dengan menggunakan sumber
daya manusia dan sumber daya yang lain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

2. Pendidikan kesehatan dan perubahan perilaku

Pendidikan kesehatan mempunyai peran yang penting dalam mewujudkan manusia yang
sehat. Kesehatan merupakan dambaan setiap manusia. Manusia yang sehat dapat
melakukan aktivitasnya dengan optimal. Pendidikan kesehatan dapat diberikan melalui
pendidikan formal maupun non formal.

Pendidikan kesehatan identik dengan penyuluhan kesehatan karena kedua nya berorientasi
pada perubahan perilaku yang diharapkan, yaitu Perilaku sehat, sehingga mempunyai
kemampuan mengenal masalah kesehatan dirinya, keluarga dan kelompoknya dalam
meningkatkan kesehatannya. Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari promosi
kesehatan, yaitu suatu proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatannya dan tidak hanya mengikat diri pada
peningkatan pengetahuan, sikap dan praktek kesehatan saja tetapi juga meningkatkan dan
memperbaiki lingkungan (baik fisik maupun Non fisik) dalam rangka memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka (Notoatmodjo, 2007).

Ruang lingkup Pendidikan Kesehatan


Menurut Notoatmodjo (2003b) ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai
dimensi, antara lain: dimensi aspek kesehatan, dimensi tatanan atau tempat pelaksanaan
pendidikan kesehatan,dan dimensi tingkat pelayanan kesehatan.
1. Aspek Kesehatan Telah kesepakatan umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup
empat aspek pokok yaitu:
a. Promosi ( promotif )
b. Pencegahan ( preventif )
c. Penyembuhan ( kuratif )
d. Pemulihan ( rehabilitatif )
2. Tempat Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Menurut dimensi
pelaksanaannya, pendidikan kesehatan dapat dikelompokkan menjadi lima yaitu:
a. Pendidikan kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga)
b. Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran murid.
c. Pendidikan kesehatan di tempat - tempat kerja dengan sasaran buruh atau karyawan yang
bersangkutan.
d. Pendidikan kesehatan di tempat - tempat umum, yang mencakup terminal bus, stasiun,
bandar udara, tempat-tempat olahraga, dan sebagainya.
e. Pendidikan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan, seperti: rumah sakit,
Puskesmas, Poliklinik rumah bersalin, dan sebagainya.
3. Tingkat Pelayanan Kesehatan Dimensi tingkat pelayanan kesehatan pendidikan kesehatan
dapat dilakukan berdasarkan
4. Tingkat pencegahan dari leavel and clark, sebagai berikut;
a. Promosi kesehatan seperti peningkatan gizi, kebiasaan hidup dan perbaikan sanitasi
lingkungan.
b. Perlindungan khusus seperti adanya program imunisasi.
c. Diagnosis dini dan pengobatan segera.
d. Pembatasan Cacat yaitu seperti kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang
kesehatan dan penyakit seringkali mengakibatkan masyarakat tidak melanjutkan
pengobatannya sampai tuntas, sedang pengobatan yang tidak sempurna dapat
mengakibatkan orang yang bersangkutan menjadi cacat.
e. Rehabilitasi (pemulihan).

Tujuan Pendidikan Kesehatan merupakan domain yang akan dituju dari pendidikan
kesehatan. Tujuan pendidikan kesehatan adalah mengubah perilaku dari yang merugikan
kesehatan atau tidak sesuai dengan norma kesehatan ke arah tingkah laku yang
menguntungkan kesehatan atau norma yang sesuai dengan kesehatan.
Pendidikan kesehatan memiliki beberapa tujuan antara lain:
1. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga, dan masyarakat dalam membina dan
memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta peran aktif dalam upaya mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal.
2. Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, dan mental maupun sosial sehingga
dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian.
3. Menurut WHO, tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk mengubah perilaku
perseorangan dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan. (Effendi, 2009).

Perilaku kesehatan merupakan tindakan individu, kelompok, dan organisasi termasuk


perubahan sosial, pengembangan dan implementasi kebijakan, peningkatan keterampilan
koping, dan peningkatan kualitas hidup. Perilaku kesehatan juga didefinisikan sebagai atribut
pribadi seperti keyakinan, harapan, motif, nilai, persepsi, dan elemen kognitif lainnya,
karakteristik kepribadian, termasuk keadaan dan sifat afektif dan emosional, dan pola
perilaku, tindakan, dan kebiasaan terbuka yang terkait dengan pemeliharaan kesehatan,
pemulihan kesehatan, dan peningkatan kesehatan.

Casl dan Cobb mendefinisikan tiga kategori perilaku kesehatan (Glanz, Lewis and Rimer,
2008):
1. Preventive health behavior, di mana setiap aktivitas yang dilakukan oleh seseorang yang
meyakini dirinya sehat dengan tujuan mencegah atau mendeteksi penyakit dalam keadaan
asimtomatik. Menurut Casl and Cobb tahun 1966 preventive health behavior juga dijelaskan
sebagai aktivitas yang dilakukan oleh seseorang yang meyakini dirinya sehat, untuk tujuan
mencegah penyakit atau mendeteksinya dalam tahap tanpa gejala (Wacker, 1990).

2. Illness behavior, di mana setiap aktivitas yang dilakukan seseorang yang merasa dirinya
sakit, untuk menentukan keadaan kesehatan dan menemukan obat yang sesuai. Illness
behavior umumnya dianggap sebagai tindakan yang diambil seseorang setelah gejala muncul
dan dirasakan (Wacker, 1990)
3. Sick role behavior, di mana setiap aktivitas yang dilakukan seseorang yang menganggap
dirinya sakit, dengan tujuan untuk sembuh, termasuk menerima perawatan dari layanan
kesehatan. Menurut Parsons, ada empat komponen sick role yaitu (Wacker, 1990):
a. Seseorang tidak bertanggung jawab atas penyakitnya
b. Penyakit memberi individu alasan yang sah untuk tidak berpartisipasi dalam tugas dan
kewajiban
c. Seseorang yang sakit diharapkan menyadari bahwa penyakit
merupakan kondisi yang tidak diinginkan dan mereka harus dimotivasi untuk sembuh.
d. Sembuh diasumsikan terkait dengan mencari bantuan layanan kesehatan

3. Partisipasi Pendidikan Kesehatan

Tujuannya adalah untuk memberikan informasi kesehatan dan memastikan bahwa


pengetahuan atau pemahaman tersebut diterapkan oleh masyarakat. Lawrencee Green
menjelaskan bahwa perilaku itu dilatar belakangi atau dipengaruhi 3 faktor pokok yaitu:
a. Faktor-faktor prediposisi (predisposing factors)
b. Faktor-faktor yang mendukung (enabling factors)
c. Factor-faktor yang memperkuat atau mendorong (reinforcing factors)

Dari faktor tersebut kita tahu bahwa peranan pendidikan kesehatan ini merupakan factor
perilaku sehingga perilaku individu kelompok atau masyarakat sesuai dengan nilai-nilai
ksesehatan.

4. Community Action

Community Action Plan (CAP) adalah salah satu bentuk metode pendekatan efektif dalam
proses perencanaan dan pembangunan partisipatif. Dengan CAP ini, segala bentuk
perencanaan tindakan dilakukan bersama masyarakat. Selain itu, CAP juga dapat dijadikan
sebagai upaya untuk merangsang suatu proses perencanaan yang berbasis pada
keterlibatan aktif masyarakat dari wilayah perencanaan itu sendiri.
Tahapan dalam CAP :
a. Pra-CAP
Merupakan tahap persiapan yang meliputi pengarahan masyarakat untuk berkomitmen dalam
kegiatan CAP, penyiapan profil komunitas dan pembuatan panitia lokakarya. Tahapan ini
berfungsi untuk menginformasikan tentang apa yang diharapkan dari kegiatan CAP yang
terdiri atas kegiatan sosialisasi awal sebagai tahapan perkenalan kepada masyarakat dan
semua stakeholder, pembuatan social mapping untuk memetakan wilayah perencanaan
mereka sendiri yang berisikan segala bentuk potensi, permasalahan, dan peta aktivitas
sosial, ekonomi, dan politik lokal termasuk kelembagaan-kelembagaan lokal yang ada, serta
pengorganisasian masyarakat untuk membentuk wadah kegiatan bersama.

b. Lokakarya (Musyawarah/Diskusi) CAP


Tahap lokakarya ini berisikan presentasi dan diskusi dari hasil pemetaan seluruh
permasalahan yang diawali dengan merumuskan dan membahas seluruh permasalahan
dalam suatu kelompok-kelompok kerja kecil atau secara musyawarah. Setelah ditemukan
rumusan-rumusan permasalahan yang lebih komprehensif, baru lah dilakukan presentasi dan
diskusi oleh seluruh anggota masyarakat yang terlibat untuk mencapai suatu komitmen
bersama. Hasil dari setiap lokakarya didokumentasikan dalam sebuah folder kemudian
diserahkan kepada masyarakat dan pemerintah sebagai rekaman kesepakatan yang telah
dicapai. Dalam tahap lokakarya ini, masyarakat nantinya akan dibagi menjadi kelompok-
kelompok kecil dalam suatu kegiatan microproject dimana mereka nantinya akan berdiskusi
sesuai kelompok-kelompok kecil ini. Pembagian kelompok kecil ini dapat dibagi berdasar
kesamaan kondisi sosial, ekonomi (mata pencaharian), atau pun yang memiliki suatu
kepentingan yang sama.

c. Post-CAP (Implementasi)
Tahap Post-CAP ini lebih dititikberatkan pada kesepakatan-kesepakatan yang telah didapat
dalam tahap lokarya sebelumnya. Kesepakatan-kesepakatan tidak saja berupa pelaksanaan
dari program dan budgeting (pendanaan), tetapi juga terkait dengan komitmen masyarakat
terhadap perubahan perilaku dan pola ocal masyarakat yang lebih baik. Tahapan ini berisi
pula monitoring proses implementasi kegiatan yang telah dilakukan.

5. Socio Ecological Promotion

Merupakan upaya peningkatan kesehatan baru yang dapat dicapai dengan melakukan Upaya
pada faktor determinan sosial dan lingkungan yang diintegrasikan dengan Upaya pada faktor
biologis dan medis. Pendekatan sosio ekologi secara sederhana didasarkan atas tiga prinsip.
a. Lingkungan dan manusia
Saling berinteraksi mengakibatkan kejadian kesakitan dan kesehatan secara dinamis dan
interaktif.
b. Lingkungan sosial
Dimana tatanan ini dibedakan atas tingkatan personal, keluarga, interaksi personal, dan
komunitas. Selain itu pada institusi dan organisasi sosial serta tatanan yang lebih luas
ditingkat meso, kebijakan tingkat nasional, kota dan lokal yang berkaitan lingkungan fisik dan
sosial.
c. Perubahan individu dan konteksual secara bersamaan lebih efektif dan lebih besar
mencapai sasaran dibandingkan pendekatan individu.

Anda mungkin juga menyukai