7/Jun/2021
107
Lex Crimen Vol. X/No. 7/Jun/2021
108
Lex Crimen Vol. X/No. 7/Jun/2021
109
Lex Crimen Vol. X/No. 7/Jun/2021
harta benda itu diperoleh dari tindak pidana tidak lagi terfokus pada Jaksa Penuntut Umum
korupsi seperti pada ketentuan pasal 37A ayat untuk membuktikan kesalahan terdakwa
(3). 12 terhadap tindak pidana yang didakwakan,
Tuntutan perampasan harta benda milik melainkan ada tiga sistem berikut :
terdakwa yang belum dimasukkan dalam 1. Pertama, sistem pembebanan
dakwaan ini dapat diajukan oleh jaksa penuntut sepenuhnya pada terdakwa yang in casu
umum pada saat membacakan surat tuntutan jika terdakwa tidak berhasil
pada perkara pokok (pasal 38B ayat 3). Dalam membuktikan bahwa ia tidak bersalah
hal terdakwa membuktikan bahwa harta mengenai tindak pidana yang
bendanya bukan diperoleh dari korupsi didakwakan kepadanya, maka dia
diperiksa dalam sidang yang khusus memeriksa dianggap telah terbukti bersalah
pembuktian terdakwa tersebut dan diucapkan melakukan tindak pidana korupsi
dalam pembelaannya dalam perkara pokok, tersebut (pada sistem terbalik).
serta dapat diulangi dalam memori banding 2. Kedua, sistem pembebanan sebagian
maupun memori kasasinya (pasal 38B ayat 4 pada terdakwa, bila tidak berhasil
dan 5). membuktikan ketidak bersalahannya
Praktik korupsi semakin canggih, adakalanya dalam tindak pidana korupsi yang
dari luar dibalut dengan kebijakan publik yang didakwakan (yang in casu asal muasal
sangat rapi sehingga sifat melawan hukum kekayaannya yang didakwakan maupun
formilnya menjadi tidak tampak. Misalnya yang belum/tidak didakwakan), maka
korupsi oleh para anggota DPR Daerah yang akan digunakan untuk memperkuat bukti
dilakukan dengan menetapkan anggaran yang sudah ada (in casu dari JPU) bahwa
belanja sendiri secara tidak patut, baik terdakwa telah bersalah melakukan
mengenai nilai rupiahnya maupun tindak pidana korupsi. Sistem ini disebut
peruntukannya. Namun, dengan keberanian dengan semi terbalik.
aparat penegak hukum untuk menerapkan atau 3. Ketiga, khusus tindak pidana korupsi
memberlakukan sifat melawan hukum materiil menerima pemberian gratifikasi berlaku
dalam fungsinya yang positif, perbuatan para sistem berimbang bersyarat. Jika
wakil rakyat itu pun sudah termasuk korupsi penerimaan gratifikasi yang nilainya Rp
(pasal 2, 3, dan 8), oleh “karena itu para 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) atau
pembuatnya telah dapat dipidana. Dilihat dari lebih, maka berlaku sistem terbalik. Ada
upaya hukum luar biasa dalam memberantas juga yang menyebutnya dengan sistem
korupsi yang merupakan kejahatan luar biasa, terbalik murni, yakni pembuktian ada
memberlakukan sifat melawan hukum materiil pada terdakwa sendiri. Jika terdakwa
dalam fungsinya yang positif dapat dipandang berhasil membuktikan ketidak
sebagai kemajuan yang luar biasa pula dalam bersalahannya, maka keberhasilan
hukum pidana korupsi di Indonesia. terdakwa itu digunakan oleh majelis
Sistem pembebanan pembuktian dapat pula hakim untuk menyatakan bahwa
dipandang sebagai kemajuan yang luar biasa dakwaan JPU tidak terbukti (pasal 37 ayat
dalam hukum pidana korupsi kita. Walaupun 2). Dalam hal demikian JPU pasif dan
prinsip dasar sistem pembuktian tindak pidana pembuktian JPU tidak diperlukan. Akan
korupsi tetap berpegang pada sistem negatif tetapi, dalam hal nilai penerimaan
menurut Undang-Undang yang terbatas gratifikasi itu kurang dari Rp
(negatief wettelijk), khususnya dalam hal 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah)
membentuk keyakinan hakim tentang pembuktian ada pada JPU (dengan
kesalahan terdakwa dalam rangka menjatuhkan menggunakan sistem biasa). Jadi, syarat
pidana, sebagaimana tercermin dalam pasal 1 dalam sistem berimbang bersyarat dalam
KUHAP Namun, soal pembebanan pembuktian hal hendak menggunakan sistem terbalik
telah jauh lebih maju, yakni beban pembuktian atau sistem biasa yang diletakkan pada
syarat nilai kurang atau lebih dan Rp
12 R. Wiyono, Pembahasan Undang – Undang 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Sinar Grafika,
Jakarta, 2011, hlm.112
110
Lex Crimen Vol. X/No. 7/Jun/2021
111
Lex Crimen Vol. X/No. 7/Jun/2021
terjadinya tindak pidana korupsi dalam 1. Pejabat Negara pada Lembaga Tertinggi
penyelenggaraan pemerintahan. Negara,
Keterbukaan informasi juga merupakan hak 2. Pejabat Negara pada Lembaga Tinggi
masyarakat yang harus dipenuhi oleh Negara,
Pemerintah. Hal ini bahkan telah dijamin oleh 3. Menteri,
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 yang 4. Gubernur,
sampai saat ini masih perlu dilaksanakan secara 5. Hakim,
menyeluruh dan berkualitas. Akses yang mudah 6. Pejabat negara yang lain sesuai dengan
dan efektif bagi masyarakat terhadap informasi ketentuan peraturan
menjadi penting. perundangundangan yang berlaku, dan
Salah satu informasi yang penting untuk 7. Pejabat lain yang memiliki fungsi
dibuka adalah mengenai perencanaan . dan strategis dalam kaitannya dengan
realisasi anggaran, di mana saat ini amat minim penyelenggaraan negara sesuai
proses yang dapat diikuti oleh masyarakat ketentuan peraturan perundang-
untuk mengawal bersihnya perencanaan dan undangan yang berlaku.
realisasi anggaran pada instansi pemerintahan. Upaya mengoptimalkan fungsi LHKPN dalam
Dengan optimalnya keterbukaan informasi mencegah terjadinya korupsi, maka
publik, masyarakat dapat turut serta melakukan penyelenggara negara yang wajib
pengawasan sehingga dapat meminimalisir menyampaikan LHKPN ke KPK. Selanjutnya
terjadinya penyimpangan dan penyalahgunaan diperluas, yaitu meliputi seluruh PNS (bukan
kekuasaan atau jabatan. penyelenggara negara) terutama yang pangkat
d. Optimalisasi Pendidikan dan Kampanye Anti dan golongannya III/a ke atas wajib melaporkan
Korupsi Harta Kekayaan Aparatur Sipil Negara
Kejujuran merupakan nilai yang dijunjung (LHKASN). Selain itu, bila dalam laporan
tinggi bangsa Indonesia, namun praktik korupsi tersebut KPK menemukan kejanggalan dalam
yang jelas bertentangan dengan kejujuran jumlah harta yang dimiliki dengan
kerap terjadi di Indonesia. Salah satu faktor penghasilannya sebagai pejabat negara, maka
penyebab maraknya korupsi adalah masih KPK perlu melakukan klarifikasi dan tindakan
rendahnya budaya anti korupsi. Peningkatan lebih lanjut. Begitu pula bila ada harta kekayaan
kesadaran budaya anti korupsi perlu dilakukan pejabat atau PNS yang sengaja tidak
melalui Optimalisasi program pendidikan dan dicantumkan dalam LHKPN ataupun LHKSN,
kampanye anti korupsi. Pada tahun 2012, maka KPK harus melakukan tindakan lebih
program pendidikan dan kampanye anti korupsi lanjut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
tampaknya baru intensif dilakukan oleh KPK. 1. Upaya Penindakan
Hal ini sangat wajar karena KPK secara tegas Upaya penindakan dilakukan melalui sebuah
diberi kewenangan untuk melakukan proses penegakan hukum. Beberapa tahun
pencegahan korupsi. Namun demikian alangkah terakhir, penindakan perkara korupsi memang
baiknya bila upaya tersebut digerakkan sudah berjalan dengan semarak seiring dengan
bersama oleh seluruh institusi negara dan banyaknya kasus korupsi yang diusut oleh
elemen masyarakat. kepolisian, kejaksaan, dan KPK Dari sisi pelaku,
e. Optimalisasi Pelaporan LHKPN banyak di antara tokoh ber-pengaruh dan dekat
Penyampaian Laporan Harta Kekayaan dengan kekuasaan yang harus duduk di kursi
Pejabat Negara (LHKPN) merupakan kewajiban pesakitan. Lembaga-lembaga yang sebelumnya
bagi penyelenggara negara yang diamanatkan dianggap masyarakat tidak tersentuh oleh
oleh Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999. pemberantasan korupsi, juga mulai ditindak.
Namun undang-undang tersebut hanya Namun berbagai upaya yang sudah dilakukan
mewajibkan penyelenggara tertentu saja, tidak pemerintah tidak sertamerta menyebabkan
kepada seluruh PNS. Penyelenggara negara penurunan angka korupsi serta semakin
yang wajib menyampaikan LHKPN menurut bersihnya tata kepemerintahan dan tata
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 kemasyarakatan.
meliputi: Upaya penindakan belum mampu
menimbulkan efek jera, karena ternyata sampai
112
Lex Crimen Vol. X/No. 7/Jun/2021
saat ini korupsi masih banyak terjadi di pemberantasan korupsi, sehingga perlu
Indonesia. Bahkan sosok yang selama ini dipastikan hadirnya perangkat peraturan anti
dipandang masyarakat punya integritas juga korupsi yang memadai. Caranya adalah dengan
terjebak pada praktik korupsi, sebagaimana mengevaluasi, merevisi, atau melengkapi
yang dialami oleh Ketua SKK Migas RR (pernah peraturan yang sudah ada. Harmonisasi
dinobatkan sebagai Dosen Teladan ITB) dan peraturan perundang-undangan juga perlu
pimpinan partai yang berasaskan agama, LHI. dilakukan terkait dengan kewenangan
Upaya penindakan juga belum mampu penyidikan korupsi. Saat ini ada tiga lembaga
secara maksimal mengembalikan aset negara, yang berwenang menyidik perkara korupsi,
terutama yang dilarikan ke luar negeri. yaitu kepolisian, kejaksaan, dan KPK. Agar
Semaraknya upaya penindakan juga diwarnai masing-masing lembaga tidak merasa paling
situasi yang mengkhawatirkan bagi upaya berhak mengusut kasus korupsi, terutama yang
pemberantasan korupsi, yaitu adanya terjadi di lingkungan institusinya dan untuk
ketegangan antarlembaga sebagaimana yang menghindari ketegangan antarlembaga,
terjadi dalam kasus Cicak-Buaya dan dalam sebaiknya dibuat aturan: apabila korupsi terjadi
kasus Simulator SIM. Kemudian diberitakan di kepolisian, yang berhak menyidik adalah KPK,
salah satu media massa dengan topik pilihan apabila terjadi di KPK, yang berhak menyidik
Noda Pendekar Hukum Menegakkan Hukum, adalah kejaksaan, dan apabila terjadi di
Penangkapan Pengacara Kondang OCK dan tiga kejaksaan yang berhak menyidik adalah KPK.
hakim PTUN Medan oleh KPK terkait dengan Aturan seperti ini diperlukan agar proses
penyuapan menambah panjang daftar aparat hukum benar-benar ditujukan untuk
penegak hukum yang terjerat kasus hukum. menegakkan hukum dan keadilan, bukan untuk
Sebagai pendekar hukum alih-alih menegakkan tujuan yang lain apalagi dimaksudkan untuk
hukum namun para pengacara dan hakim ini melindungi pelaku korupsi yang sesungguhnya.
justru mengangkangi hukum demi uang.16 b. Optimalisasi Penanganan Perkara
Untuk meningkatkan keberhasilan upaya Penanganan perkara korupsi harus dilakukan
penindakan dalam pemberantasan tindak dengan konsisten. Inkonsistensi justru
pidana korupsi, perlu optimalisasi hal-hal melemahkan kepercayaan masyarakat
sebagai berikut : terhadap hukum beserta aparaturnya, yang
a. Harmonisasi Peraturan Perundang- pada akhirnya menggiring masyarakat pada
undangan pola kehidupan sosial yang tidak mempercayai
b. Optimalisasi Penanganan Perkara hukum sebagai sarana penyelesaian konflik. Hal
c. Optimalisasi Penyelamatan Kerugian ini memicu kecenderungan penyelesaian konflik
Negara. 17 dengan cara sendiri, sehingga ada pihak yang
Pembahasan tentang upaya penindakan memanfaatkan inkonsistensi penegakan hukum
dalam pemberantasan tindak pidana korupsi untuk kepentingannya sendiri, yang berdampak
yang perlu dioptimalisasikan di atas, sebagai pada kerugian pihak lainnya. Akibatnya efek
berikut: jera upaya penindakan tidak dapat terwujud.
a. Harmonisasi Peraturan Perundang- Menurunnya kepercayaan masyarakat dapat
undangan melahirkan ketidakpuasan terhadap lembaga
Salah satu kendala dalam pemberantasan hukum beserta aparaturnya yang semakin
korupsi adalah peraturan perundang-undangan menguat. Hal ini ke depannya, dapat menjadi
yang masih belum memadai. Masih terdapat hambatan tersendiri takala dilakukan upaya-
aturan yang menyulitkan penegak hukum, upaya perbaikan dalam rangka penguatan
tumpang-tindih, dan inkonsistensi penegakan hukum di Indonesia. Oleh karena
antarperaturan perundang-undangan. itu, perlu dilakukan Optimalisasi penanganan
Peraturan perundang-undangan merupakan perkara dengan cara-cara sebagai berikut:
salah satu faktor pendukung keberhasilan 1. Percepatan penyelesaian perkara.
Percepatan penyelesaian perkara perlu
16
segera dilakukan, terutama terhadap
Koran Sindo. 7 Agustus 2015, hlm.8
17Chaerudin. Strategi Pencegahan dan Penegakan Hukum perkara yang menarik perhatian
Tindak Pidana Korupsi. Refika Aditama. Bandung. 2018. masyarakat sebab lambannya
Hlm.56
113
Lex Crimen Vol. X/No. 7/Jun/2021
114
Lex Crimen Vol. X/No. 7/Jun/2021
115