Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. RINGKASAN SINGKAT PROYEK


Pada Bab Pendahuluan ini akan dijelaskan latar belakang, maksud dan tujuan serta
Lingkup Pekerjaan pada Perencanaan Cibaliung – Cikeusik – Mr Binangeun 1, Provinsi
Banten, termasuk didalamnya lokasi proyek serta sistematika pelaporannya.
1.1.1. LATAR BELAKANG
Secara umum, kondisi badan jalan di ruas Cibaliung – Cikeusik – Mr Binangeun
telah mengalami kerusakan berupa retakan memanjang dan terjadi penurunan badan
jalan yang di duga oleh pergerakan tanah, akibat kondisi tanah bawah permukaan
kurang stabil (lihat foto 1 ).

Sedangkan disain yang di buat oleh P2JN Banten II merupakan disain tipikal dengan
menggunakan perkerasan lentur dan di bagian bawah nya menggunakan CTRB
(.................tolong isi kepanjangannya ) dan pada bahu luar badan jalan menggunakan
geomembran sedalam 1.50 meter.

1.1.2. MAKSUD DAN TUJUAN


1.1.2.a. MAKSUD
Maksud diterbitkannya Justifikasi Teknik tipikal badan jalan di ruas
Cibaliung – Cikeusik Muara Binangeun mendukung secara teknis setiap
perubahan yang diperlukan, baik perubahan secara struktur yang
mengakibatkan berubahnya dimensi bangunan, penggantian (penambahan/
pengurangan) jenis pekerjaan/ mata pembayaran dan perubahan kuantitas
(tambah - kurang) sesuai kondisi lapangan.

1.1.2.b. Tujuan
Tujuan diterbitkannya Justifikasi Teknik tipikal badan jalan di ruas
Cibaliung – Cikeusik Muara Binangeun ini adalah :
a. Merupakan pertanggungjawaban secara teknis mengenai setiap
perubahan yang diperlukan di lapangan terhadap desain/ lingkup di
dalam kontrak (review desain).
b. Mendapatkan optimasi pekerjaan sesuai dengan tujuan kontrak.
c. Melingkupi kekurangan yang terdapat pada Dokumen Kontrak.
d. Sebagai acuan pelaksanaan, untuk variasi pekerjaan, perubahan desain
atau mata pembayaran baru.

1.2. IDENTIFIKASI MASALAH


Adapun yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Melakukan Pengujian Tanah di daerah yang kondisi nya kritis terhadap gerakan tanah
(longsor).
Pengujian Tanah yang telah dilakukan oleh Sub Direktorat Teknik Jalan – Direktorat
Bina Teknik masih jauh dari memadai mengingat panjang ruas jalan yang lakukan
penanganan 8700 meter ( Paket Pelebaran Jalan Cibaliung – Cikeusik – Muara
Binangeun), sehingga perlu dilakukan penyelidikan lapangan (bore log) dan pengujian
laboratorium disetiap lokasi kritis terhadap gerakan tanah sedang lokasi yang dianggap
berpotensi terjadi gerakan tanah maka dilakukan pengujian sondir dan bor tangan ,
sehingga dari pengujian tersebut dapat diketahui jenis lapisan dan sifat fisik tanah serta
mengetahui konsistensi/ kekuatannya. Parameter yang didapat dari hasil penyelidikan
ini dapat digunakan untuk menunjang perencanaan struktur bangunan yang efisien dan
memenuhi syarat keamanan.
2. Pengujian tanah yang kembali dilakukan saat pelaksanaan adalah dengan melakukan
pemboran teknik di lokasi yang dianggap kritis yaitu sta 0+ 350, sta 4+700 dan sta
8+200, dengan masing masing lokasi 2 titik
3. Pengujian sondir dilakukan sebanyak 11 titik yang dianggap berpontensi kritis dan 17
titik pengujian bor tangan untuk mengetahui kedalaman tanah yang bermasalah dan
memperoleh data muka air tanah setempat.
4. Dilakukan Evaluasi terkait dengan desain struktur perkersan yang akan dipilih kembali
setelah dilakukan review desain .
1.2.1 Kondisi Geologi Teknik

Profil stratifikasi tanah berdasarkan hasil pemboran teknik yang telah dilakukan di
lokasi yang dianggap daerah kritis mengindikasikan bahwa jenis perlapisan terdiri dari
lempung lanauan berwarna kuning agak abu abu, ukuran butir lempung hingga pasir halus
satuan jenis material tersebut dalam peta geologi lembar Cikarang skala 1: 100.000 yang
diterbitkan oleh Badan Geologi – Sumber Energi dan sumber Daya Mineral termasuk
dalam Formasi Cipacar (Tpc) (lihat gambar 1).

Gambar 1. Geologi Regional lembar Cikarang - Banten

Karateristik satuan batuan yang termasuk dalam Formasi Cipacar (Tpc) tersebut
diatas adalah jenis material tuf, tuf berbatu apung, batupasir tufaan, batulempung tufaan,
tuf breksian dan napal. Khusus jenis lempung tufaan , warna kuning kecoklatan
merupakan jenis lempung kaolinite yang sangat rentan terhadap pengaruh air
karena dapat mengikat kandungan air H2O, sehingga menjadi sangat lunak dan
licin.
Sedangkan dibagian bawah satuan batuan yang termasuk Formasi Cipacar (Tpc)
adalah Formasi Bojomanik (Tmp) ; formasi ini memiliki satuan batuan yang terdiri dari
batu pasir, batu lempung menyerpih, bersisipan batugampingan, napal konglomerat, tuf
dan lignit. Satuan batuan yang termasuk Formasi Bojomanik (Tmp) khususnya batu
lempung menyerpih mempunyai sifat ekspansif, formasi Bojomanik merupakan lapisan
yang kedap (impermeable)
Muka air tanah berdasarkan hasil pemboran teknik maupun hasil bor tangan berda di
interface aantara satuan batuan yang termasuk Formasi Cipacar (Tpc) dengan Formasi
Bojomanik (Tmp) (lihat Gambar 2)

Gambar 2. Deskripsi satuan batuan Formasi Cipacar dengan Formasi Bojomanik

Berdasarkan pengamatan dilapangan dan memperhatikan kerusakan jalan yang


ditimbulkan dapat disimpulkan kerusakan jalan diakibatkan oleh :
a. Biila terjadi retakan di badan jalan sehingga air permukaan masuk ke tanah dasar yang
merupakan batulempung tufaan menyebabkan perubahan sifat kimia dari batu lempung
tersebut dan mejadi lunak , apabila satuan lapisan di tanah dasar memiliki kemiringan
dapat menyebabkan gerakan tanah kesamping badan jalan, dapat berupa longsoran bila
adanya beda tinggi di sisi luar badan jalan atau dapat menyebabkan badan jalan
mengalami deformasi kesamping (lihat gambar 3).
Gambar 3. Tipikal kerusakan jalan akibat adanya kemiringan lapisan

Foto 1. Kerusakan jalan akibat masuknya air permukaan badan jalan ke tanah dasar

b. Kemungkinan yang lain bila adanya pelebaran badan jalan dengan menggunakan
perkerasan kaku, sehingga adanya perbedaan antara badan jalan yang menggunakan
perkesan lentur dengan pelebaran badan jalan menggunakan perkerasan kaku.
Perbedaan ini dapat menyebabkan retakan yang memanjang di bagian kedua perbedaan
tersebut dan sebagai media air masuk, dengan air permukaan masuk ke bawah badan
jalan hingga tanah dasar menyebabkan terjebaknya air di bawah badan jalan sehingga
badan jalan akan menjadi rusak (lihat gambar 4).
Gambar 4. Kerusakan jalan akibat terjebaknya air permukaan ke tanah dasar

Foto 2. Kerusakan badan jalan akibat terjebaknya air permukaan ke dalam badan jalan
c. Hasil pemboran di sta 0+350

1.2.2 Kondisi Geoteknik

Berdasarkan hasil kajian advis teknis yang dilakukan oleh Sub Direktorat Teknik
Jalan _ Direktorat Bina Teknik untuk kondisi jalan di ruas tersebut disimpulkan sebagai
berikut :

1. Perlapisan tanah dasar di bawah perkerasan jalan terdiri dari tanah lempung coklat
kekuningan dengan klasifikasi CH (plastisitas tinggi) dan mempunyai potensi
pengembangan (swelling potensial) sangat tinggi dengan nilai swelling berdasarkan uji
CBR swelling sekitar 2 - 6%.

2. Berdasarkan hasil analisis kimia lempung diketahui bahwa tanah dasar mengandung
unsur SiO2 (56-58%) dan Al2O3 (17%). Disamping itu dari hasil analisis mineral
lempung diketahui bahwa komponen mineral terbesar adalah halloysite dan saponite
dengan persentase 10 – 15%, sehingga tanah lempung dapat dikategorikan sebagai
lempung ekspansif yang tingkat agresifitasnya tidak terlampau tinggi.

3. Nilai CBR tanah dasar (subgrade) pada kedalaman –1.00 meter mempunyai nilai CBR
Unsoaked berkisar antara 3.71 – 11.32%, sedangkan pada kondisi Soaked menurun
cukup tajam menjadi berkisar antara 1.79 – 4.02%. Berdasarkan kriteria material
subgrade,maka pada kondisi terendam (jenuh air) material subgrade masuk dalam
klasifikasi “Poor” yang tidak akan mampu untuk mendukung beban yang bekerja jika
air masuk ke dalam subgrade hingga membuat lapisan subgrade menjadi jenuh.
4. Kedalaman zona aktif tanah berpotensi kembang-susut (shrinkage-swelling) adalah
sampai dengan kedalaman – 4.00 meter dari muka tanah setempat.

5. Faktor penyebab kerusakan perkerasan jalan diperkirakan terjadi dengan mekanisme


sebagai berikut :

Pada musim kemarau panjang terjadi pengurangan kadar air tanah sehingga terjadi
penyusutan (shrinkage) tanah yang mengakibatkan terjadinya retak-retak dan celah
vertikal pada tanah tersebut. Proses retak dimulai dari daerah bahu jalan dan kemudian
“successive” masuk ke daerah tanah dasar di bawah perkerasan aspal badan jalan.
Akibatnya retak-retak tersebut terefleksi ke permukaan aspal yang mengakibatkan
terjadinya retak-retak yang sama pada permukaan aspal. Pada musim hujan, air hujan
masuk lewat celah retakan dan mineral lempung akan mengikat air sehingga terjadi
proses pengembangan (swelling) tanah.Pada kondisi ini tanah terdesak hingga terjadi
permukaan bergelombang. Bila infiltrasi air makin meningkat jumlahnya maka
pengikatan air oleh tanah lempung semakin besar yang akan mengakibatkan tanah
mengalami proses pelembekan (softening).ada kondisi ini daya dukung tanah akan
menurun drastis, sehingga permukaan tanah menjadi ambles.

1.3. PENYELESAIAN MASALAH

1.3.1 Tipikal Desain

Desain tipikal perkerasan yang tertuang di dalam kontrak sesuai kriteria desain yang di
buat oleh P2JN Banten II merupakan disain tipikal dengan menggunakan perkerasan lentur
dan di bagian bawah nya menggunakan CTRB (.................tolong isi kepanjangannya ) dan
pada bahu luar badan jalan menggunakan geomembran sedalam 1.50 meter.
(kalo bisa masukkan tipikal desain yang ada dalam kontrak)
Mengingat karateristik dan kondisi tanah dasar yang ada di lokasi yang menjadi kajian
masih belum diakomodir dalam gambar tipikal desain sesuai kontrak, sehingga
dikhawatirkan tidak akan menyelesaikan permasalahan yanga ada dilapangan dapat
menangani permasalahan yang ada maka perlu dilakukan evaluasi terhadap desain yang
ada dalam kontrak.

1.3.2 Rekomendasi Desain

Berdasarkan kondisi lapangan serta data pengujian lapangan, direkomendasikan


penanganan sebagai berikut :
a. Desain konstruksi badan jalan diharapkan merupakan konstruksi yang kedap terhadap
air permukaan dan tidak menimbulkan retakan yang dapat mengakibatkan masuknya
air ke bawah badan jalan.
b. Konstruksi harus berfungsi menjadi lapisan beban kontra terhadap kemungkinan
terjadinya pengembagan di tanah dasar.
c. Konstruksi badan jalan diharapkan apabila terjadi penurunan secara bersamaan
d. Pembuatan lapisan pengaliran air di bawah konstruksi badan jalan
e. Badan jalan eksisting dilakukan pengembalian kondisi dan permukaan badan jalan
eksisting agar ditutup oleh plastik untuk mencegah rembesan air dari lapisan pengaliran
f. Pembuatan saluran bawah permukaan (subdrain)
g. Pembuatan konstruksi TPT agar memperhatikan dasar lantai kerja, untuk dihindari
peletakan lantai kerja pada lapisan yang lunak ( nilai sondir 4 atau nilai spt < 5), bila
tidak memungkinkan agar di dasar lantai kerja dilakukan pemasangan batu kosong
untuk meningkatkan daya dukung tanah.

Anda mungkin juga menyukai