Anda di halaman 1dari 157

Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

BAB II
KOMPENDIUM ADVIS TEKNIS BERBAGAI JENIS BENDUNG

2.1 KOMPENDIUM ADVIS TEKNIS BEN DUNG TETAP

2.1.1 PEMBANGUNAN BENDUNG BATANG ALAI, KALIMANTAN SELATAN

LOKASI DAN DATATEKNIS

• Lokasi
Bendung Satang Alai terletak di Sungai Satang Alai dan secara administratif berada di
Desa Labuhan, Kecamatan Satang Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, berjarak 380
km dari Kota Banjarmasin dan dapat dicapai dengan mobil dalam waktu tempuh 5 jam
melalui Kota Barabai.

• Data Teknis
Pembangunan Bendung Satang Alai dimulai pada tahun anggaran 2003 dan
direncanakan selesai pada tahun anggaran 2005. Pada tahun anggaran 2003
dilaksanakan pekerjaan pembangunan Bendung Satang Alai Tahap I.
Data pokok desain bendung:
Bendung dibuat di sudetan sungai.
- Jenis bendung tetap.
Bahan konstruksi bendung yaitu beton bertulang.

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

• Masalah yang Dihadapi


Pada dasar gal ian bendung pada elevasi + 17.5 m muncul mata air yang menimbulkan
genangan air yang menutupi sebagian besar daerah gal ian seluas 60 m x 40 m dengan
tinggi genangan lebih dari 2m.

• Upaya-upaya Penanggulangan
Telah dilakukan pekerjaan grouting tirai, ,namun tidak mampu menahan ali ran rembesan
air pada daerah yang lemah secara geologi. Kemudian dicoba mengatasi genangan air
dengan pemompaan yang menggunakan 5 unit pampa, namun pekerjaan dewatering
ini pun tidak mampu mengeringkan daerah genangan karena debit mata air yang
terlalu besar. Sebagai akibat dari ketidakberhasilan upaya-upaya penanggulangan ini,
pekerjaan galian dan pekerjaan lantai kerja pada dasar bendung tidak dapat
dilaksanakan sama sekali.

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB

• Peninjauan Lapangan
Telah dilakukan peninjauan lapangan oleh tim advis teknis yang bertujuan untuk
mengetahui kondisi geologi yang mengendalikan terjadinya mata air tersebut. Hasil

3
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

peninjauan lapangan memberikan informasi bahwa mata air dikendalikan oleh lapisan
batugamping berongga dengan data teknis sebagai berikut:

1) Posisi batugamping, 28 m dari pintu pengambilan;


2) Tebal batugamping, t =3-7m;
3) Arah jurus kemiringan lapisan, N = 225° E I 70° - 80° (searah aliran sungai atau tegak lurus
arah as mercu bendung).

• Evaluasi Terhadap Desain


Diduga kondisi aktual geologi di lapangan tersebut tidak diperkirakan sebelumnya
dalam desain pondasi bendung. Desain grouting tirai dibuat dengan anggapan sebagai
berikut:
1) Kondisi geologi pondasi bendung relatif sama,
2) Variasi harga lugeon tidak berbeda terlalu jauh,
3) Tidak ada rongga-rongga pada batuan pondasi.

TINDAKAN PENANGANAN DAN SARAN-SARAN TINDAK LANJUT

Untuk menanggulangi bocoran air tersebut harus dilakukan pekerjaan filling grouting yang
khusus diarahkan untuk mengisi atau menyumbat rongga-rongga dan celah yang terdapat
pada lapisan batugamping. Pekerjaan filling grouting ini dilakukan dalam 2 tahap, Tahap I
dalam tahun anggaran 2003, Tahap II dalam tahun anggaran 2004.

• Pelaksanaan GroutingTahap I (Tahun Anggaran 2003)

Dalam tahun anggaran 2003 telah dilaksanakan pekerjaan filling grouting untuk
menanggulangi bocoran air, dan juga evaluasi teknis terhadap kondisi geologi di
lapangan dan hasil pelaksanaan grouting.
1) Penanggulangan Bocoran Air

Dari pelaksanaan pekerjaan filling grouting pada lapisan batugamping berongga,


diperoleh data hasil pelaksanaan sebagai berikut:
a) Volume pekerjaan filling grouting yang telah dilaksanakan keseluruhannya
mencapai 650 m yang meliputi pemboran primary hole/pilot hole 200 m,
pemboran grouting 400 m dan pemboran lubang uji (check hole) 50 m.
b) Komposisi campuran air dan semen disesuaikan dengan kondisi batuan yang
akan dig rout dengan perbandingan air dan semen 4: 1, 2: 1, 1 : 1 dan 0,5 : 1,0.
c) Penggunaan tekanan injeksi semen yang diizinkan adalah 2 - 8 kg/cm 2 pada
kedalaman 5 - 20 m dengan kenaikan tekanan 2 kg/cm 2 pada setiap
penambahan kedalaman 5 m.
d) Dari data kelulusan air batuan dalam satuan lugeon unit, Lu, dan pemakaian
semen dibuat grafik hubungan antara Lu dengan berat semen yang terpakai
sebagai berikut (Gambar 1):

4
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

~ .--,----------------------~-,-----,----~--,

7000 -

5000 ----·--- - --

2000

1000

0~~~------------------------~----------~~
0 ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~
Lugeon UnH

Gambar 1. Grafik Hubungan antara Lu dengan Berat Semen

2) Evaluasi Teknis

Kondisi geologi di lokasi tapak bendung memperlihatkan adanya beberapa lapisan


batugamping berongga yang merupakan sisipan di dalam formasi batulempung.
Teridentifikasi adanya 4 sisipan yang memotong hampir tegak lurus terhadap as
mercu bendung, di mana satu lapisan pada posisi di bawah pintu penguras dan tiga
lapisan yang lain pada posisi 28 m, 60 m dan 65 m dari pintu pengambilan, dengan
ketebalan lapisan antara 1 m sampai 7 m.

Pekerjaan filling grouting telah berhasil mengisi/menyumbat celah terbuka dan rongga-
rongga di dalam batugamping dan n:!enanggulangi rembesan/bocoran air dengan
sangat efektif, sehingga
1) Pekerjaan dewatering dengan cara pemompaan berhasil mengeringkan genangan
air.
2) Pekerjaan pengecoran beton lantai kerja dapat dilaksanakan dengan lancar.
3) Pekerjaan beton mercu bendung dan peredam energi telah dapat dilaksanakan.

• Saran Pelaksanaan Grouting Tahap II (Tahun Anggaran (2004)


Dari hasil pelaksanaan pekerjaan fisik Tahap I (TA 2003), disarankan untuk pelaksanaan
fisik tahap II (TA 2004) perlu diadakan langkah-langkah sebagai berikut:
1) ldentifikasi lapisan batugamping berpotensi rembesan air dengan debit besar.
2) Rancangan grouting penanggulangan timbulnya mata air pada saat penggalian
pondasi.
3) Perkiraan volume material injeksi berdasarkan hasil pelaksanaan Tahap I.

Rancangan grouting tirai dilakukan sebagai berikut:


1) Untuk formasi batulempung tetap mengacu kepada desain yang ada.
2) Untuk pencegahan bocoran air "dilaksanakan dari puncak tanggul dengan
kedalaman minimum antara 10 m sampai 15 m dan maksimum antara 20 m sampai
25m.

5
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

Rancangan grouting pengisian rongga pada batugamping didasarkan pada hasil


identifikasi terhadap sisipan batugamping berongga, desain struktur pondasi bendung,
dan hasil pelaksanaan sementasi Tahap I, dengan ketentuan sebagai berikut:
Jumlah lubang grouting = 75 lubang
Volume pemboran = 3.375 meter kubik
Packer test = 600
• Perkiraan material grouting (semen PC) = 300ton

Perkiraan volume material grouting didasarkan pada asumsi harga Lugeon, Lu, rata-rata
100 dan mengacu pada grafik hubungan an tara Lu dengan berat semen.
Rancangan ini dapat berubah serta harus disesuaikan dengan kondisi di lapangan pada
saat pelaksanaan pekerjaan grouting.
Metode pelaksanaan pekerjaan dilakukan dengan urutan sebagai berikut
1) Pekerjaan pemboran yang membutuhkan waktu paling lama dari seluruh rangkaian
pekerjaan grouting, dilakukan dengan memerhatikan jadwal yang disesuaikan
dengan pelaksanaan pembangunan fisik bendung.
2) Pekerjaan packer test harus dilakukan sesuai dengan spesifikasi teknis. Untuk kondisi
di mana terdapat rongga atau celah, harga koefisien permeabilitas dihitung
berdasarkan debit air maksimum yang diinjeksikan dan tekanan P efektif yang
terjadi, yaitu sebesar beda tinggi kolom air pada lubang grouting (diukur dari muka
air tanah setempat).
3) Pelaksanaan pekerjaan grouting harus mengacu kepada spesifikasi teknis yang ada.
Untuk grouting pengisian rongga pada batugamping disarankan mengacu kepada
hasil pelaksanaan Tahap I untuk perbandingan campuran material dan tekanan
maksimum.
Pelaksanaan pembangunan Bendung Batang Alai, jenis batuan dan tanah, dan
persiapan pekerjaan grouting, berturut-turut dapat dilihat pada Foto 1, 2, dan 3.

Foto 1. Pelaksanaan Pembangunan Bendung Satang Alai

6
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

Foto 2. Kondisi Tanah dan Batuan

Foto 3. Persiapan Pekerjaan Grouting

7
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

2.1.2 PEMBANGUNAN BENDUNG PITAP, KALIMANTAN SELATAN

LOKASI DAN DATATEKNIS

• Lokasi
Bendung Pitap terletak di Sungai Pitap, Provinsi Kalimantan Selatan.

• Data Teknis
Data pokok Bendung Pitap:
Bendung dibuat di sudetan sungai.
- Jenis: bendung tetap dengan lantai hulu dan peredam energi tipe long shallow
energy dissipator.
- Bahan konstruksi bendung: beton bertulang.

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

• Masalah yang Dihadapi

Diidentifikasi masalah-masalah yang ada pada pembangunan Bendung Pitap sebagai


berikut:
1) Masalah Grouting
Rencana grouting test yang tidak efektif.
Penentuan karakteristik batuan yang tidak tepat.
2) Masalah Desain Bendung
Pemilihan tipe peredam energi yang tidak tepat.
- Sistem pengelakan sedimen yang perlu disempurnakan.

• Upaya-upaya Penanggulangan
Untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan pada masa pembangunan
sekarang maupun pada masa pengoperasian yang akan datang, akan dilakukan upaya-
upaya penanggulangan dengan mengacu kepada Advis Teknis dari Pusat Litbang
Sumber Daya Air.

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB

• Peninjauan Lapangan

1) Kondisi Geologi
Pada saat peninjauan lapangan, pekerjaan galian dan pembuatan lantai kerja masih
berlangsung. Kondisi geologi tapak bendung dapat diamati pada lereng dan Iebar
galian pondasi dengan batas-batas yang sangat jelas. Pengamatan secara sekilas
terhadap singkapan batuan, memberikan hasil sebagai berikut:
a) Batuan dasar sebagai pondasi bendung adalah batulanau pasiran, berwarna abu-
abu muda, kompak, dan keras. Terdapat sisipan-sisipan batupasir kasar, kompak
dan keras.
b) Pengamatan langsung terhadap inti bor di lapangan memperlihatkan adanya 2
sisipan batupasir kasar yaitu pada kedalaman 0-2 m dan pada -17m.

8
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

c) Batulanau pasiran tersebut ditutupi secara tidak selaras oleh endapan alluvial
sungai Pitap yang terdiri dari campuran pasir dengan koral, bersifat urai.

Skematisasi profil geologi sepanjang·as bendung dapat dilihat pada sketsa di bawah
ini (Gambar 2).

±3m

Gambar 2. Skematisasi Profil Geologi Sepanjang As Ben dung


2) Grouting Test
Pada saat peninjauan lapangan, pekerjaan grouting test telah menyelesaikan 2
lubang dari rencana 7 lubang test. Data teknik pengeboran lubang grouting tersebut
adalah sebagai berikut (lihat Gam bar 3 di bawah):
- jumlah lubang = 71ubang
- jumlah jalur = 1 jalur (sepanjang as mercu)
kedalaman lubang 6 x 20 m dan 1 x 25 m
pola lubang lubang tanggul
spasi lubang = 15m

Rencana grouting test (PIRA Kalimantan Selatan 2004), secara skematis, digambarkan
sebagai berikut:

" GT·7

2~m

Gambar 3. Rencana Grouting Test Dengan Pengeboran Lubang

9
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

Rencana grouting test dengan pengeboran lubang seperti terlihat pada gam bar di
atas akan kurang bermanfaat, karena tidak dapat dimanfaatkan untuk:
i) Mengetahui efektivitas grouting
ii) Menentukan pola dan spasi lubang grouting yang optimum.

Dalam kunjungan lapangan Tim Puslitbang SDA juga menjumpai kejanggalan pada
data koetisien permeabilitas, k, dan data lugeon, Lu, sebagai berikut:
i) Harga koefisien permeabilitas cenderung terlalu besar bila dibandingkan dengan
deskripsi visual terhadap sam pel inti bor.
ii) Perbandingan harga k dan Lu tidak konsisten.

Pemeriksaan terhadap data tersebut menunjukkan adanya kesalahan-kesalahan


perhitungan, oleh karena itu perlu dilakukan perhitungan ulang. Di samping hal
tersebut, terlalu besarnya harga k dapat terjadi karena adanya kebocoran pada saat
pelaksanaan packer test.

Berdasarkan data sam pel inti bor dan pengalaman Tim Balai Bangunan Hidraulik dan
Geoteknik Keairan dalam pelaksanaan pekerjaan grouting di berbagai proyek
bendung dan bendungan yang tersebar di seluruh wilayah indonesia, dapat
diperkirakan besar harga koefisien permeabilitas, k dan Lu, di Bendung Pitap sebagai
berikut:
i) Batulanau pasiran, kompak, keras, k ~ 1 x 10 -s cm/det dan Lu ~ 2.
ii) Batupasir kasar, kompak, keras, k ~ 1 x 10 -4 cm/det dan Lu ~ 30.

Belajar dari pengalaman dan data tersebut di atas, kiranya cukup jelas bahwa
batulanau pasiran bersifat kedap air sehingga tidak perlu grouting karena tidak
dapat menyerap bubur semen. Bagian yang masih dapat menyerap bubur semen
adalah lapisan batupasir kasar.

• Evaluasi Terhadap Desain

a) Peredam energi bendung


Peredam energi yang akan dibangun pada Bendung Pitap dapat dikategorikan
sebagai long sha/ow energy dissipator. Berdasarkan pengalaman menangani
bendung-bendung yang mengalami problema di Indonesia dapat dikemukakan
bahwa jenis peredam energi ini sangat rentan terhadap degradasi dasar sungai di
hilir bendung. Pada Bendung Batang Alai, problema degradasi tidak terlalu
merisaukan karena pada ruas sungai di hilir bendung terdapat beberapa ambang-
ambang alam berupa formasi batugamping melintang di dasar sungai. Kondisi ini
tidak terjadi pada Bendung Pitap.
b) Sistem pengelakan sedimen
Sistem pengelakan sedimen perlu disempurnakan sehubungan dengan hal-hal
sebagai berikut:
i) Pembilas bendung dengan tipe pembilas bendung biasa, yang hanya
menggunakan pintu bilas, kurang efektif, karena daerah bersih endapan yang

10
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

dihasilkan terjadi hanya di sekitar pintu bilas, sehingga di depan pintu


pengambilan masih tersisa timbunan endapan sedimen.
ii) Desain penangkap pasir:
Kriteria desain penangkap, pasir yang didasarkan pada besar butir yang
diendapkan, D = 0,01 mm (Laporan Nota Desain, 2004) dinilai tidak efisien,
karena untuk mengendapkan partikel dengan ukuran tersebut kecepatan
ali ran harus cukup rendah, sehingga dimensi (plane area of sedimentation)
penangkap pasir menjadi besar.
Penangkap pasir hanya mempunyai 1 kompartemen, sehingga untuk
melakukan pembilasan, pasokan air ke jaringan irigasi harus dihentikan.

SARAN-SARAN TINDAK LANJUT

Untuk menangani masalah-masalah yang dihadapi dalam pekerjaan grouting dan desain
bendung, telah diberikan saran-saran seperti diuraikan di bawah ini.

• Penanganan Masalah Grouting

Agar hasil grouting test dapat dimanfaatkan secara maksimal, disarankan rencana
grouting testdimodifikasi sebagai berikut:
i) Pola lubang grouting diubah dari semula 1 jalur dengan spasi lubang lebih kurang 15
m menjadi segitiga dengan spasi lubang 1 m dan 2 m dengan check hole di tengah-
tengah (lihat Gam bar 4 di bawah).
ii) Kedalaman grouting diubah dari semula 20 m dan 25 m menjadi 15 m dan 20m.

GT1 GT6

~m lm

GTI GT:! GT4 (j 15


2m Jm

Gam bar 4. Pol a Lubang Grouting

Namun demikian karena kegiatan uji grouting sedang qilaksanakan di lapangan, maka
untuk menentukan perlu tidaknya grouting tirai, disarankan sebagai berikut:
i) Menunggu hasil grouting test
ii) Mengadakan uji permeabilitas di laboratorium Pusat Litbang Sumber Daya Air
terhadap contoh inti bor yang mewakili batulanau dan batupasir sebagai data
pembanding.

11
Pus at Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

• Penanganan Masalah Desain Bendung


Memerhatikan desain peredam energi dan sistem pengelak sedimen Bendung Pitap
dapat disampaikan saran penyempurnaan sebagai berikut:
a) Peredam energi bendung
Peredam energi yang akan dibangun pada Bendung Pitap disarankan untuk diganti
dengan jenis peredam energi yang lebih tahan terhadap degradasi dasar sungai,
misalnya tipe MOO.
b) Sistem pengelakan sedimen
Untuk meningkatkan efektivitas sistem pengelakan sedimen, disarankan langkah
penyempurnaan desain sebagai berikut:
i) Mengubah tipe pembilas bendung menjadi tipe pembilas bawah (undersluice)
untuk mendapatkan pembilasan yang lebih efektif dengan hasil daerah bebas
endapan di sekitar pintu pengambilan, sehingga masuknya angkutan sedimen
dasar ke bangunan pengambilan dapat dielakkan.
ii) Menyesuaikan desain penangkap pasir dengan kriteria: mampu mengendapkan
sedimen layang fraksi pasir yang lebih besar dari D = 0.063 mm sesuai standar
perencanaan irigasi, kriteria perencanaan bagian bangunan utama KP 02.
Bangunan penangkap pasir terdiri dari minimum 2 kompartemen agar dapat
dibilas secara bergantian tanpa menggangu pasokan air ke sistem irigasi. Sebagai
acuan, Penangkap Pasir Jenis PUSAIR memenuhi kriteria tersebut (RPT 4 -
Pedoman Teknik Perencanaan Hidraulik, Operasi ,dan Pemeliharaan Bangunan
Penangkap Pasir Tipe PUSAIR).

12
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

2.1.3 PEMBANGUNAN BENDUNG WAY GEREN, MALUKU

LOKASI DAN DATA TEKNIS

• Lokasi
Bendung Way Geren terletak di Sungai Way Geren, Pulau Buru dan secara administratif
berada di Kabupaten Pulau Buru, Provins'i Maluku.

• Data Teknis

Bendung Way Geren dibangun pada ruas Sungai Way Geren bag ian peralihan, dari ruas
dengan kemiringan yang curam ke ruas dengan kemiringan landai. Seperti pada sungai-
sungai lain di kepulauan jenis tektonik seperti Pulau Buru, maka ruas Sungai Way Geren
mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a. Sungai mengalir di atas lapisan alluvial yang san gat tebal. Lapisan alluvial ini terdiri
atau didominasi oleh pasir kasar d.i!n kerakal. Ketebalan lapisannya diperkirakan
lebih dari 15 m dengan angka koefisien permeabilitas pad a orde, k = 1o· 3
(sangat porous)
b. Aliran sungai dapat sangat deras dan alur sungai mudah berpindah-pindah (sungai
berjalin).

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

• Masalah yang Dihadapi


Bendung Way Geren sedang dalam p~)aksanaan Pembangunan Tahap II (Foto 4), di
mana dijumpai ada potensi masalah yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
konstruksi maupun pada waktu bendung sudah dioperasikan, akibat kondisi dasar
sungai berupa lapisan alluvial yang sang at tebal.
Selain itu, penggunaan bahan konstruksi dari beton tidak bertulang untuk tubuh
bendung dan bagian bangunan lainnya akan menimbulkan masalah keamanan
terhadap gaya-gaya yang bekerja pada bangunan.

• Upaya-upaya Penanggulangan
Upaya-upaya penanggulangan akan dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi
dengan mengacu kepada Advis Teknis dari Pusat Litbang Sumber Daya Air.

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB

• Peninjauan Lapangan

Karena kondisi dasar sungai yang menjadi dasar pondasi bendung berupa lapisan
alluvial yang sangat tebal, dan didominasi oleh pasir kasar dan kerakal (Foto 5), tahap
pelaksanaan konstruksi, tahap operasi, dan tahap pemeliharaan Bendung Way Geren
menghadapi masalah-masalah berikut: "

a. Pada tahap pelaksanaan konstruksi.


Pekerjaan pengeringan lahan (dewatering) cukup rumit, karena lapisan alluvial
sangat porous sehingga volume bocoran air akan sangat tinggi. Pengeringan lahan
akan memerlukan kapasitas pompa yang besar. Namun demikian jika digunakan

13
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

pompa yang terlalu besar, maka ada kemungkinan butir-butir pasir di bawah
tanggul kerja sementara (cofferdam) akan terbawa (boiling) dan mengakibatkan
keruntuhan tanggul. (cofferdam yang telah dibangun dapat dilihat pada Foto 6)
b. Pada tahap operasi dan pemeliharaan.
Masalah erosi buluh (piping) dapat mengakibatkan keruntuhan bendung
dan/atau bangunan pelengkapnya jika pondasi bendung tidak didesain dengan
baik.
Masalah degradasi dasar sungai di hilir bendung dapat menurunkan efektivitas
peredam energi dan membentuk gerusan lokal di hilir peredam energi yang
cukup dalam yang pada gilirannya akan memperburuk masalah erosi buluh di
bawah dan sam ping bendung.
Masalah pemasukan sedimen yang berlebihan ke bangunan pengambil.

• Evaluasi Terhadap Desain


Karena pondasi bangunan diletakkan pada lapisan alluvial yang sangat tebal dan
porous, maka desain pondasi harus memperhitungkan aliran air melalui bawah pondasi
(seepage) dengan membuat panjang rayapan ali ran (creep length) yang cukup agar tidak
terjadi gejala erosi buluh (piping).
Penggunaan bahan konstruksi dari beton tanpa tulangan memerlukan pemeriksaan
pada bagian-bagian bangunan yang mungkin mengalami tegangan tarik dan
penyesuaian rancangan pada bagian sambungan bangunan (construction joint atau
siar).
Penggunaan tipe pembilas bendung biasa tidak efektif karena daerah bersih endapan
hasil pembilasan terjadi hanya di sekitar pintu bilas. Karena bangunan penangkap pasir
hanya mempunyai satu saluran pengendap sedimen, maka pasokan air ke jaringan
irigasi saat akan melakukan pembilasan harus dihentikan.

SARAN-SARAN TIN OAK LANJUT

• Pelaksanaan Konstruksi
Berikut adalah saran-saran untuk mengatasi masalah yang timbul saat melaksanakan
konstruksi akibat kondisi tanah pondasi yang berupa lapisan alluvial yang sangat tebal
dan porous.

a. Membangun tanggul kerja sementara (cofferdam) yang lebih memadai dengan


kriteria:
- Tahan terhadap daya gerus aliran air.
Dapat mengurangi bocoran air pada lapisan alluvial
Struktur/komponen tanggul dapat digunakan sebagai bagian dari struktur
permanen.

Konstruksi tanggul yang disarankan dibuat dari timbunan tanah liat yang
dipadatkan dan pada bagian hulu/muka dilindungi dengan turap baja (steel street-
pile - SSP) yang dipancang cukup dalam. Turap baja dapat dipancang dengan alat

14
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

0
Vibro-hammer". Penentuan jenis dan panjang SSP memerlukan penyelidikan
geoteknik tambahan.
Sebagai alternatif, dapat digunakan konstruksi yang lebih murah namun dengan
kestabilan yang lebih rendah dengan membuat lapisan kedap air dari tanah liat
sebagai pengganti SSP.
b. Melaksanakan konstruksi dengan sistem nblok per blok" agar dapat melakukan
penggalian terbatas sesuai denga'n kebutuhan pelaksanaan dan kemampuan
peralatan dewatering. Karena itu, untuk menanggulangi masalah erosi buluh
hendaknya rancangan disesuaikan dengan ketentuan berikut:
- Melengkapi struktur tubuh bendung, tembok pangkal, sayap udik dan hilir
dengan tulangan besi agar pengecoran dapat dilakukan "blok per blok" dan
dihubungkan dengan ndowel-bar" ukuran 020-800 dengan jarak antara 0,75 m
dan plastik penyekat air (water-stop).
- Memasang turap baja atau buis beton diisi beton cyclop di bagian bawah ujung
hilir peredam energi, di bagian awal tubuh bendung, di bawah tembok pangkal
bendung memanjang di bawah setiap blok-blok pengecoran.

Jika struktur bendung diubah menjadi struktur beton bertulang, maka rib-rib penguat
tembok sayap udik, sayap hilir dan tembok pangkal bendung akan memperpanjang
garis rayapan aliran di sisi bendung. Kondisi ini akan sangat efektif dalam mencegah
bahaya erosi buluh di sisi bendung (side piping).

• Penyesuaian Rancangan Sistem Pengelakan Sedimen


Rancangan sistem pengelakan sedimen ~isesuaikan dengan cara berikut:
Bangunan pembilas bendung diganti dengan tipe pembilas bawah (undersluice).
Bangunan penangkap pasir dibuat dengan dua kompartemen agar dapat dilakukan
pembilasan secara bergantian tanpa mengganggu pasokan air ke jaringan irigasi.
Konsep usulan bangunan pembilas bawah dan bangunan penangkap pasir akan
disusulkan.

• Pemberhentian dan Penerusan Pekerjaan Beton


Struktur utama bendung, tembok pangkal, tembok pengiring hulu dan hilir adalah
beton tanpa tulangan. Karena itu, pemberhentian dan penerusan pekerjaan beton perlu
dirancang dengan cermat dan hati-hati. Stabilitas masing-masing segmen perlu
dianalisis dengan baik.
Agar hubungan antara beton baru dan beton lama kuat, hendaknya hal-hal berikut
diperhatikan.
a). Pada setiap pemberhentian satu segmen pembetonan, pada penyambungan lebih
lanjut perlu dipasang dowel-bar besi 020-800 dengan jarak antara dowel 0,75 m.
b). Saat pembetonan akan dilanjutkan, permukaan beton lama perlu dikasarkan, di
bersihkan dan diberi zat aditif pereka.~ beton baru-lama.

15
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

• Lanjutan Pembangunan Tembok Pangkal Bendung


Pada saat meninjau lapangan, tembok pangkal udik bendung telah dilaksanakan hingga
elevasi lebih kurang El. + 21,65 m. Sebelum melanjutkan pekerjaan struktur tembok
pangkal disarankan mengambillangkah sebagai berikut:
a. Mengasarkan permukaan beton lama dan membersihkannya.
b. Memasang angker "rock-bolt" sebagai pengganti dowel-bar yang sudah terlanjur
tidak dipasang.
c. Melapisi permukaan beton lama dengan zat perekat beton lama-baru. lni dilakukan
pada saat pembetonan akan dilanjutkan.

• Alternatif Desain
Untuk menghindari masalah di lapangan saat melakukan pengeringan dan penahapan
pekerjaan (pembagian blok-blok pelaksanaan pekerjaan), rancangan hendaknya diubah
dengan langkah sebagai berikut:

a. Mengubah struktur beton tak bertulang menjadi struktur beton bertulang praktis
untuk tubuh bendung.
b. Menerapkan struktur beton bertulang untuk tembok sayap hulu, tembok pangkal
bendung dan tembok sayap hilir bendung. Struktur ini juga diterapkan pada pilar-
pilar pintu bilas dan pengambil.
Untuk mengurangi galian, gunakan struktur pondasi buis beton yang diisi beton
cyclop. Konsep usulan alternatif desain tersebut dapat dilihat pada Gambar 5 dan
Gam bar 6, dengan data pokok desain sebagai berikut:

- Tipe bendung Bendung tetap


- Tipe pelimpah Mereu bulat R = 1,75 m
- Tipe pembilas bendung Undersluice
- Lebar Bendung 70m
- Elevasi mercu bendung El. +22,65
- Elevasi lantai hulu El. +20,65
- Elevasi lantai hilir El. + 16,65
- Elevasi am bang akhir El. + 18,15
- Elevasi puncak tembok pengiring hulu El. + 26,85
- Elevasi puncak tembok pengiring hilir El. + 24,10
- Elevasi muka air udik banjir El. +25,65
- Elevasi muka air hilir banjir El. +22,67

• Penyelidikan Tambahan
Untuk menyempurnakan rancangan bendung dan membantu pemecahan masalah
pelaksanaan konstruksi di lapangan, disarankan untuk melakukan penyelidikan
tambahan sebagai berikut
a. Penyelidikan geoteknik untuk mendapatkan parameter teknik dan fisik tanah
pondasi dan tanah yang diperlukan untuk tanggul banjir.
b. Uji model hidraulik fisik untuk memeriksa kesempurnaan desain hidraulik dan
operasi bendung.

16
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

Di samping penyelidikan di atas, untuk memantapkan desain bendung dan


menentukan tata letak tanggul penutup disarankan untuk melakukan pengukuran
geometri sungai tambahan dengan cakupan 1 Km ke arah hulu dan 1,5 Km ke arah hilir
poros bendung.

Foto 4. Pelaksanaan Konstruksi

Foto 5. Cofferdam dari Tumpukan Pasir

17
Pusat Penefitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

Foto 6. Material Dasar Sungai yang Didominasi oleh Fraksi Kerakal dan Pasir Kasar.

18
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

Ii
IP
ld

19
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

20
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

2.1.4 PEMBANGUNAN BENDUNG WAY SAMAL, MALUKU

LOKASI DAN DATATEKNIS

• Lokasi
Bendung Way Samal terletak di Sungai Way Sa mal, Pulau Seram dan secara administratif
berada di Kabupaten Maluku Tengah, Propinsi Maluku.

• Data Teknis
Bendung Way Samal dibangun pada ru~.s Sungai Way Samal bagian peralihan, dari ruas
dengan kemiringan yang curam ke ruas dengan kemiringan landai. Seperti pada sungai-
sungai lain di kepulauan jenis tektonik seperti Pulau Seram, maka ruas Sungai Way
Samal mempunyai karakteristik yang sam a dengan Sungai Way Geren sebagai berikut:
1) Sungai mengalir di atas lapisan alluvial yang sang at tebal. Lapisan alluvial terdiri
atau didominasi oleh pasir kasar dan kerakal. Ketebalan lapisan alluvial ini
diperkirakan lebih dari 15 m dengan angka koefisien permeabilitas pad a orde, k = 1o·
3 (sang at porous)

2) Aliran sungai dapat sangat deras dan alur sungai mudah berpindah-pindah (sungai
berjalin) (Foto 7)
Bendung di bangun di bantaran yang merupakan hasil endapan sedimen di tikungan
dalam sungai. Endapan sedimen yang selalu terjadi pada tikungan dalam menyebabkan
lapisan tanah pondasi di lokasi Bendung Way Samal tidak se-porous yang terdapat di
lokasi Bendung Way Geren.
Berdasarkan data yang diambil dari gambar-gambar rancangan dapat dilihat bahwa
muka air hilir relatif sangat tinggi dan lebih tinggi daripada elevasi mercu bendung.

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

• Masalah yang Dihadapi

Bendung Way Samal sedang dalam pelaksanaan Pembangunan Tahap II (Foto 8), di
mana dijumpai adanya potensi masalah yang perlu diperhatikan saat melaksanakan
konstruksi maupun pada saat bendung sudah dioperasikan, karena kondisi dasar sungai
yang berupa lapisan alluvial yang sang at tebal dan elevasi muka air hilir yang tinggi.

• Upaya-upaya Penanggulangan

Untuk mengatasi masalah yang dihadapi, lakukan upaya-upaya penanggulangan


dengan mengacu kepada Advis Teknis dari Pusat Litbang Sumber Daya Air.

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB


• Peninjauan Lapangan
Karena kondisi tanah dasar pondasi bendung berupa lapisan alluvial yang sangat tebal,
masalah yang dihadapi oleh Bendung Way Samal pada tahap pelaksanaan konstruksi,
pada tahap operasi dan pemeliharaan dapat dikemukakan sebagai berikut:

21
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

1) Pad a tahap pelaksanaan konstruksi.


Pekerjaan pengeringan lahan (dewatering) perlu diperhatikan, karena lapisan alluvial
sangat tebal. Sekalipun tidak terlalu porous, tebalnya lapisan alluvial dapat
menyebabkan besarnya volume bocoran air sehingga memerlukan pompa yang
berkapasitas cukup besar. Namun demikian, pelaksanaan pemompaan harus
dilakukan secara berhati-hati dengan memperhitungkan kemungkinan tersedotnya
butir-butir pasir di bawah tanggul kerja sementara (cofferdam) yang dapat
mengakibatkan keruntuhan tanggul.
2) Pada tahap operasi dan pemeliharaan.
Karena muka air hilir tinggi, maka rancangan bendung perlu dikaji efektivitas sistem
pengelakan sedimen dan kapasitas pengaliran bendungnya. Selain itu, karena tanah
dasar pondasi berupa lapisan alluvial yang sangat tebal, maka kajian mengenai
kemungkinan terjadinya erosi buluh (piping) yang membahayakan keamanan
bangunan perlu pula dikaji.

• Evaluasi Terhadap Rancangan


Karena pondasi bangunan diletakkan pada lapisan alluvial yang sangat tebal dan
porous, maka rancangan pondasi harus memperhitungkan aliran air melalui bawah
pondasi (seepage) dengan membuat panjang rayapan aliran (creep length) yang eukup
agar tidak terjadi gejala erosi buluh (piping).
Selain itu, raneangan bendung dengan elevasi mereu yang sangat rendah dibandingkan
dengan elevasi muka air hilir perlu dikaji, karena kapasitas pengaliran bendung dan
kemampuan sistem pengelakan sedimen meneegah sedimen dengan ukuran butir lebih
besar dari yang diijinkan masuk ke jaringan irigasi.
Penggunaan tipe pembilas bendung biasa tidak efektif karena daerah bersih endapan
hasil pembilasan terjadi hanya di sekitar pintu bilas.
Apabila akan melakukan operasi pembilasan, hentikan pasokan air ke jaringan irigasi
karena bangunan penangkap pasir hanya mempunyai satu saluran pengendap
sedimen.

SARAN-SARAN TINDAK LANJUT


• Tinggikan Mereu Bendung
Mereu bendung harus di pertinggi untuk meningkatkan efektivitas sistem pengelakan
sedimen dengan eara memperbesar daya bilas bangunan pembilas bendung dan
bangunan penangkap pasir. Mereu yang lebih tinggi juga akan meningkatkan kapasitas
pengaliran bendung karena elevasi muka air hilir tinggi. Sebelum mempertinggi mereu,
lakukan analisis untuk menentukan ukuran tinggi yang optimal.

• Pelaksanaan Konstruksi
Untuk mengatasi masalah pelaksanaan konstruksi yang disebabkan oleh kondisi tanah
pondasi yang berupa lapisan alluvial yang sangat tebal dan porous, disarankan agar
melaksanakan konstruksi dengan sistem "blok per blok", sehingga penggalian terbatas
dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan dan kemampuan peralatan
dewatering. Mengingat hal ini juga untuk kebutuhan akan penanggulangan masalah
erosi buluh maka disarankan agar menyesuaikan raneangan dengan tahapan sebagai
berikut:

22
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

1) Lengkapi struktur tubuh bendung, tembok pangkal, sayap hulu ,dan hilir dengan
tulangan besi agar pengecoran dapat dilakukan "blok per blok" dan dihubungkan
dengan "dowel-bar" ukuran 020-800 dengan jarak antara 0,75 m dan sekat penahan
air (water-stop).
2) Pasang turap baja atau buis beton diisi beton cyclop di bagian bawah ujung hilir
peredam energi, di bagian awal tubuh bendung, di bawah tembok pangkal
bendung memanjang di bawah setiap blok-blok pengecoran.

Jika struktur bendung diubah menjadi struktur beton bertulang, maka rib-rib penguat
tembok sayap udik, sayap hilir dan tembok pangkal bendung akan memperpanjang
garis rayapan aliran di sisi bendung. Kondisi ini akan sangat efektif untuk mencegah
bahaya erosi buluh di sisi ben dung (side piping).

• Penyesuaian Rancangan Sistem Pengelakan Sedimen


Rancangan sistem pengelakan sedim.~n hendaknya disesuaikan dengan langkah
berikut:
1) Bangunan pembilas bendung dig anti dengan tipe pembilas bawah (undersluice).
2) Bangunan penangkap pasir dibuat dengan dua kompartemen agar dapat
melakukan pembilasan secara bergantian tanpa mengganggu pasokan air ke
jaringan irigasi.

• Pembuatan Tembok Pengarah Aliran


Lengkapi bendung dengan tembok pengarah aliran di sebelah udik berupa tongkat
hoki (hockey stick). Tembok pengarah .. diperlukan untuk menghadapi kemungkinan
masalah:

1) Berpindah-pindahnya alur sungai di hulu bendung, dan


2) Aliran menyusur tanggul penutup yang dapat mengakibatkan kerusakan pada
tanggul penutup.

• Usulan Perubahan Rancangan


Konsep usulan perubahan rancangan dapat dilihat pada Gambar 7 dan 8, dengan data
pokok rancangan sebagai berikut:
a). Tipe bendung Bendung tetap
b). Tipe pelimpah Mereu bulat R = 1,75 m
c). Tipe pembilas bendung Undersluice
d). Lebar Bendung 85m
e). Elevasi mercu bendung El. + 50,00
f). Elevasi lantai udik El. +47,00
g). Elevasi lantai hilir El.+42,50
h). Elevasi ambang akhir El. +43,50
i). Elevasi puncak tembok pengiring udik El.+54,00
j). Elevasi puncak tembok pengiring hilir El. + 52,00
k). Elevasi muka air hulu banjir El. + 51,35

23
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

• Penyelidikan Tambahan
Untuk menyempurnakan rancangan bendung dan membantu memecahkan masalah
ketika melaksanakan konstruksi di lapangan, lakukan penyelidikan tambahan berikut:
1) Selidiki geoteknik untuk mendapatkan parameter teknik dan fisik tanah pondasi
serta tanah yang diperlukan untuk tanggul banjir.
2) Uji model hidraulik fisik untuk memeriksa kesempurnaan rancangan hidraulik dan
operasi bendung.
Di samping penyelidikan di atas, untuk memantapkan rancangan bendung dan
menentukan tata letak tanggul penutup disarankan untuk melakukan pengukuran
geometri sungai tambahan dengan cakupan 1 Km ke arah hulu dan 1,5 Km ke arah hilir
poros bendung.

Foto 7. Sungai Way Samal dan Bangunan Pengambil Bebas Lama.

Foto 8. Pelaksanaan Konstruksi.

24
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

z ~
<
::r::
<
co
:::>
0:::
r.l
a..
z
j
:::>
en
:::>

41"1!• )!_

1
1
Iii
E
ltl
V1
>-
ltl
s:
Cl
c
::::1
-o
cQ)
co
..c
::::1
..0
::::1
I-
..c
ltl
cQ)
0
....:
...ftl
,g
E
ftl
\.!'

25
r' ~· sor ·~ •••l
.-~,

roo-r·ooroor·oor·jtt~JJ!ll • :.sw L - -11 = -T -3~------~--------


··~
, -0(>0-

• noo~ ~~~,~
~-z~ zzq.z11.zz.;~zz9c
::- ------- ---------
· «~~
··.· .·."r~
,- ix·,
--------- ---- . . :-:>:- .0if:>. ' 8
••• 00

•41 00

~
g_
c3.... ~60

~ L. 261.\-.J.--e.oe?____j 12 ~-
~ OIPAS.UIC RAPAT DAN DUSI 8~ CYCLOP
§
..
t!WNGAII I - I

l
l
~
t:
USULAN PERUBAHAN

Gambar 8 . Potongan Memanjang Melalui Tubuh Bendung Way Sa mal.


~
~....
"'~
Q..
10
N
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

2.1.5. PERBAIKAN BENDUNG KOBE, MALUKU UTARA

LOKASI DAN DATATEKNIS

• Lokasi
Bendung Kobe terletak di Sungai Jira dan secara administratif berada di Provinsi Maluku
Utara.

• Data Teknis
Bendung Kobe dibangun oleh Proyek lrigasi Maluku Utara - Bagian Proyek Halmahera
Tengah Selatan untuk menyediakan air yang sangat dibutuhkan oleh para petani di
Daerah Transmigrasi Kobe, terutama untuk Satuan Permukiman 1 (SP 1) dan SP 2.
Bendung Kobe direncanakan untuk mengairi daerah irigasi di sisi kanan bendung seluas
657 hektar dan daerah irigasi di sisi kiri bendung seluas 342 hektar.
Di samping Bendung Kobe, Proyek lrigasi Maluku Utara saat ini juga sedang
merencanakan Bendung Kobe Kiri yang akan di bangun pada ruas Sungai Jira pada
lokasi lebih kurang 5 Km di hulu Bendung Kobe. Bendung Kobe kiri diharapkan dapat
mengairi daerah irigasi yang terletak di SP 3 seluas 532 hektar. Daerah irigasi tersebut
berada di sisi kanan Bendung Kobe.
Data pokok Bendung Kobe:
1) Situasi bendung dan jenis bendung
a) Bendung dibangun di ruas sungai bagian hilir. Lebar sungai di lokasi rencana
bendung lebih kurang 30 m dengan tinggi tebing 1,5 sampai 2 m. Material dasar
sungai didominasi oleh fraksi kerikil dan pasir kasar. Sedangkan tebing sungai
didominasi oleh lempung pasiran yang mudah tergerus. Lokasi Bendung Kobe
terletak di ujung hilir berbatasan dengan SP 3.
b) Jenis bendung: Bendung Tetap dengan lantai udik dan peredam energi tipe
Vlugter.
2) Mereu pelimpah bendung
a) Jenis Mereu bulat satu jari-jari dengan R = 1,0 m
b) Elevasi mercu El. +118,39 m
c) Lebar pelimpah 28,60 m
3) Peredam energi
a) Jenis Vlugter
b) Jari-jari, R 4,50m
c) Elevasi lantai El. +113,39 m
d) Panjang lantai "" 4,00m
e) Elevasi ambang hilir El. +114,65 m
4) Bangunan pengambil dan pembilas kiri
a) Lebar bangunan pengambil, 1,00 m
b) Elevasi am bang El. + 116,39 m
c) Jenis pembilas Pembilas biasa tanpa Iorang bawah
d) Lebar pembilas 2,00 m
e) Elevasi lantai pembilas El. +116,39 m
f) Lebar pilar pembilas 1,20 m

27
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

5) Bangunan pengambil dan pembilas kanan


a) Lebar bangunan pengambil 1,60 m
b) Elevasi am bang El. + 116,99 m
c) Jenis pembilas Pembilas biasa tanpa Iorang bawah
d) Lebar pembilas 2,00 m
e) Elevasi lantai pembilas El. + 116,39 m
f) Lebar pilar pembilas 1,20 m
6) Struktur bangunan
Memanfaatkan material yang mudah didapat di lapangan, maka Bendung Kobe
direncanakan menggunakan struktur utama beton siklop

Data pokok Bendung Kobe Kiri I Bendung Jira:


1) Situasi bendung dan jenis bendung
a) Bendung Kobe Kiri menurut rencana akan dibangun pada ruas sungai peralihan
antara ruas sungai bagian hulu dengan ruas sungai bagian tengah. Seperti pada
ruas-ruas sungai peralihan lainnya yang mengalir di atas ali ran alluvial, maka alur
sungai cenderung berpindah sehingga Iebar palung sungai di lokasi Bendung
Kobe Kiri relatif lebih Iebar dari pada ruas sungai di rencana Bendung Kobe. Lebar
sungai lebih kurang 45 m dengan tinggi tebing sungai 1,5 - 2 m. Material dasar
sungai didominasi oleh kerakal, kerikil dan pasir kasar.
b) Jenis bendung: Bendung Tetap dengan lantai udik dan peredam energi tipe
Vlugter.
2) Mereu pelimpah bendung
a) Jenis mercu Mereu bulat dengan satu jari-jari,
R;=2,00 m
b) Elevasi mercu El. +131,18 m
c) Lebar pelimpah 54,00 m
3) Peredam energi
a) Jenis Peredam energi jenis Vlugter
b) Elevasi lantai El. +125,87 m
c) Panjang lantai 5,05m
d) Elevasi am bang akhir El. +126,32 m
4) Bangunan pengambil dan pembilas
a) Lebar pengambil 0,60m
b) Elevasi am bang El. + 129,48 m
c) Jenis pembilas Pembilas biasa tanpa Iorang bawah
d) Lebar pembilas 2,00m
e) Lebar pilar 2,00m
f) Elevasi lantai bilas El. + 125,98 m
5) Struktur bangunan
Memperhatikan gam bar desain yang ada, Bendung Kobe Kiri direncanakan akan
dibangun dengan menggunakan struktur utama pasangan batu kali.

28
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

IDENTIFIKASI MASALAH

• Masalah yang Dihadapi


Lokasi Bendung Kobe terletak di ruas bag ian hilir Sungai Jira. Untuk mengarahkan ali ran
sungai menuju bendung diperlukan tanggul penutup sebelah kanan sepanjang lebih
kurang 1,5 km dan tanggul penutup sebelah kiri dengan panjang lebih kurang 800 m.
Tanggul penutup sebelah kanan akan menyusur tebing sungai dan masuk ke wilayah
SP3.
Sehubungan dengan lokasi Bendung Kobe yang terletak di sebelah hilir SP 3 dengan
tanggul penutup sebelah kanan yang panjang, maka lahan di wilayah SP 3, yang
terletak di sebelah kanan sungai, tidak dapat diairi, padahal Bendung Kobe Kiri yang
direncanakan untuk mengairi lahan di SP 3 masih dalam tahap desain. Kondisi ini
dikhawatirkan akan menimbulkan kecemburuan sosial dari warga di SP 3 terhadap
warga di SP 1 dan SP 2.

• Upaya-upaya Penanggulangan
Untuk mengatasi masalah yang dihadap!,. akan dilakukan upaya-upaya penanggulangan
dengan mengacu kepada Advis Teknis dari Pusat Litbang Sumber Daya Air.

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB


• Peninjauan Lapangan
Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa dasar Sungai Jira di daerah lokasi
bendung berupa lapisan alluvial yang tebal dengan material dasar yang didominasi
oleh kerakal, kerikil dan pasir kasar. Penampang palung sungai Iebar dan kedalaman
ali ran relatif dangkal, dengan alur utama ali ran sungai yang berpindah-pindah. Porositas
lapisan alluvial ini cukup tinggi dengan angka rembesan antara 1o-2 - 1o- 3 cm/s.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari masyarakat tentang kondisi aliran sungai
diketahui bahwa Sungai Jira pada waktu banjir membawa angkutan sedimen yang
tinggi dan sampah padat berupa batang-batang pohon dalam jumlah yang cukup
besar.
Dengan kondisi sungai yang demikian, maka desain bendung perlu mengantisipasi
masalah-masalah yang akan dihadapi, antara lain dengan membuat tanggul penutup
untuk mengarahkan aliran sungai menuju bendung dan mencegah terjadinya gejala
ali ran buluh (piping) dengan membuat l~ntai hulu dan dinding sekat (cut off wall) untuk
memperbesar panjang rayapan aliran (creep length) melalui tanah pondasi. Selain itu
untuk pelaksanaan konstruksi perlu diantisipasi terjadinya aliran rembesan yang besar
pada waktu penggalian.

• Evaluasi Terhadap Desain


Desain bendung masih memerlukan pengkajian yang lebih mendalam berkaitan
dengan sistem pemasokan air untuk daerah irigasi di SP 1, SP 2, dan SP 3 dengan
menggunakan Bendung Kobe dan Bendung Kobe Kiri. Penentuan lokasi bendung perlu
dikaji sehubungan dengan efisiensi sistern dan kondisi sungai di lokasi bendung.

29
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

Untuk mengefektifkan kinerja bendung, desain bendung perlu disempurnakan dengan


pembuatan tanggul penutup untuk mengarahkan aliran sungai, konstruksi pondasi
untuk pencegahan terjadinya gejala ali ran buluh, dan peredam energi yang efektif.
Selain itu, desain bendung juga harus mengantisipasi angkutan sedimen sungai yang
tinggi dengan membuat bangunan pembilas bendung dan saluran penangkap sedimen
yang efektif, serta mengantisipasi terbawanya batang-batang pohon oleh aliran sungai
dengan membuat bangunan-bangunan pengaman yang diperlukan.
Penggunaan tipe pembilas bendung biasa tidak efektif karena daerah bersih endapan
hasil pembilasan terjadi hanya di sekitar pintu bilas.
Bangunan penangkap pasir yang hanya mempunyai satu saluran pengendap sedimen
mengharuskan penghentian pasokan air ke jaringan irigasi apabila akan dilakukan
operasi pembilasan.

SARAN-SARAN TIN OAK LANJUT

• Sistem Pemasokan Air


Berikut adalah saran-saran untuk mengefisienkan dan mengamankan sistem
pemasokan air ke daerah irigasi di SP 1, SP 2, dan SP 3:
a) Setelah memperhatikan desain Bendung Kobe dan Bendung Kobe Kiri yang
lokasinya hanya berjarak ± 5 km, maka akan lebih efisien dan akan dapat
memecahkan masalah sosial yang mungkin timbul apabila sistem pemasokan air ke
daerah irigasi di SP 1, SP 2, dan SP 3 hanya menggunakan satu bendung.
Berdasarkan pengamatan lapangan, lokasi yang cukup baik untuk membuat
bendung baru dimaksud adalah di lokasi lebih kurang 1,0 Km di hulu Bendung Kobe
Kiri.
b) Keuntungan yang akan diperoleh dengan menggunakan satu bendung tersebut,
disamping efisiensi dalam pelaksanaan konstruksi, juga efisiensi dalam operasi dan
pemeliharaan.
c) Dengan memilih lokasi yang tepat dan perencanaan yang baik, bendung yang
direncanakan diperkirakan juga dapat mengairi daerah irigasi kanan Bendung Slowe
seluas ± 208 Ha.
d) Namun demikian perlu dipertimbangkan juga bahwa konsekuensi mengubah sistem
pemasokan air, dari yang semula menggunakan dua bendung menjadi hanya
menggunakan satu bendung untuk melayani seluruh daerah irigasi adalah perlunya
dibuat rancangan bendung baru.
e) Memperhatikan kondisi morfologi Sungai Jira di sekitar lokasi bendung baru, yang
merupakan peralihan dari ruas sungai bagian hulu ke ruas sungai bagian tengah,
maka lokasi bendung yang dipilih termasuk di dalam ruas sungai bagian hulu, agar
alur ali ran utama sungai relatif stabil.

• Kriteria Desain Bendung Baru


Dalam mendesain bendung yang baru perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Bendung baru akan dibangun di atas lapisan alluvial yang diperkirakan cukup tebal.
Berkaitan dengan hal ini maka diperlukan penyelidikan geoteknik yang memadai
agar mendapatkan parameter fisik dan teknik lapisan tanah pondasi. Jika bor inti

30
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

tidak dapat dilakukan maka penyelidikan geoteknik minimal yang perlu dilakukan
adalah penyelidikan geolistrik yang dikombinasikan dengan pembuatan sumur uji.
b) Rancangan pondasi bendung dapat dibuat berdasarkan parameter fisik dan teknik
tanah pondasi. Namun demikian desain pondasi ini perlu dikaji ulang pada saat
penggalian pondasi telah dilaksanakan.
c) Hasil pengamatan visual di lapang.!!n terhadap singkapan tanah dan batuan di
sekitar lokasi rencana bendung menyatakan bahwa kondisi geologi lokasi terdiri dari
tanah penutup setebal 1 - 3 m, yang meliputi jenis tanah lempung, lanau, pasir hal us
warna coklat yang diikuti dengan lapisan batupasir lempungan, bersifat padat,
koefisien rembesan berkisar pada k = 1Q-4 - 1a-s cm/s dengan ketebalan 2 - 3 m.
Perlu diwaspadai bahwa apabila bendung diletakkan di palung sungai, maka ada
kemungkinan pondasi bendung akan duduk di atas lapisan alluvial yang tebal, yang
terdiri dari koral, kerikil, dan kerakal yang mempunyai nilai koefisien rembesan 1o- 2 -
1o-3 cm/s. Kondisi seperti ini akan menimbulkan kesulitan pada waktu mengerjakan
konstruksi.
d) Mereu bendung dan peredam energi perlu dirancang dengan meperhatikan
kemungkinan angkutan sedimen dasar sungai yang cukup tinggi dan batang-
batang pohon yang terbawa aliran sungai. Karakteristik ini perlu diperhatikan dalam
menentukan jari-jari mercu pelimpah dan kekuatan mercu bendung.
e) Ketika membuat rancangan peredam energi perhatikanlah degradasi dasar sungai
yang diakibatkan oleh kondisi morfologi sungai maupun oleh eksploitasi material
dasar sungai saat menambang bahan galian C.
f) Agar angkutan muatan sedimen dasar tidak masuk ke bangunan pengambil,
bendung perlu dilengkapi dengan bangunan pembilas bawah.
g) Mengingat tingginya angkutan sedimen pada waktu banjir, bendung perlu
dilengkapi dengan bangunan penangkap pasir yang dirancang dengan
memperhitungkan kebutuhan tinggi tekan untuk pembilasan secara hidraulik.
h) Untuk mendapatkan rancangan peredam energi yang efektif, ujilah model hidraulik
dua dimensi di saluran kaca di laboratorium.
i} Sambil menunggu pembuatan rancangan bendung maka kontraktor disarankan
untuk mulai mempersiapkan dan "membuat saluran pengelak. Konsep desain
hidraulik Bendung Kobe yang diusulkan dapat dilihat pada Gambar 9 dan
Gambar 10.

31
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

r
I

I
;;
f

32
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

. ~
:::::::: ~:::~:

Q)
..c
0
~
Cl
c:
::J
"'C
c:
Q)

~
co
Cl
c:

~
j ~
~
<
"'
·c-
"'Q)
E
::2:
c:

I2 "'Clc:

---1 0
.....
0
Cl.

....
0
ftl
..Q
E
ftl
\!1

33
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

2.1.6. PERBAIKAN BENDUNG TUTILING UNTUK MENINGKATKAN KINERJA, MALUKU


UTARA

LOKASI DAN DATA TEKNIS

• Lokasi
Bendung Tutiling terletak di Sungai Tutiling di Propinsi Maluku Utara.

• OataTeknis
Bendung Tutiling dibangun untuk mengairi daerah irigasi yang terletak di Permukiman
Transmigrasi. Untuk meningkatkan kinerja bendung, telah dilaksanakan pekerjaan
pelapisan tubuh bendung, yang terbuat dari susunan bronjong, dengan beton
bertulang.
Data pokok bendung:
1) Situasi bendung, jenis bendung dan debit banjir rencana
a) Bendung di bangun di sungai pada posisi ± 50 m di hilir tikungan sungai yang
cukup tajam.
b) Jenis: bendung tetap dengan lantai hulu dan peredam energi tipe lantai datar
dengan ambang akhir.
2) Mereu pelimpah bendung
a) Jenis mercu ambang Iebar
b) Elevasi mercu El. +22,357 m
c) Panjang mercu 45m
d) Lebar mercu 2,60m
3) Peredam energi
a) Peredam energi lantai datar dengan am bang akhir
b) Elevasi lantai El. + 18,357 m
c) Panjang 14,0 m
d) Elevasi am bang akhir El. + 18,857 m
4) Bangunan pengambil dan pembilas kiri
a) Lebar pengambil 1,0m
b) Elevasi am bang El. +21,257 m
c) Jenis pembilas pembilas biasa dengan pintu tunggal
d) Lebar pembilas 2,0m
e) Lebar pilar 0,80m
f) Elevasi lantai pembilas El. +20,357 m
5) Bangunan pengambil dan pembilas kanan
a) Lebar pengambil 1,0 m
b) Elevasi ambang El. +21,257 m
c) Jenis pembilas pembilas biasa dengan pintu tunggal
d) Lebar pembilas 2,0 m
e) Lebar pilar 0,80 m
f) Elevasi lantai pembilas El. +20,357 m

34
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

6) Struktur bangunan
a) Bendung dan peredam energi ronjong batu dengan permukaan dilapis
dengan beton bertulang
b) Bangunan pelengkap lain : pasangan batu kali
7) Morfologi sungai
Bendung dibangun pada ruas sungai peralihan dari ruas sungai bagian hulu yang
curam ke ruas sungai bagian tengah dengan kemiringan dasar yang lebih landai.
Dasar sungai didominasi oleh fraksi kerakal, kerikil dan pasir kasar.

IDENTIFIKASI MASALAH

• Masalah yang Dihadapi


Untuk meningkatkan kinerja bendung, struktur bronjong pada tubuh bendung diberi
lapisan beton bertulang. Pada musim banjir yang baru lalu, tubuh bendung yang baru
direhabilitasi ini hancur. Bagian-bagi~.n bendung yang tersisa hanya bangunan-
bangunan pelengkap yang terdiri tembok pangkal, tembok sayap hulu dan hilir,
bangunan pengambil dan pembilas bendung bagian kanan dan kiri serta lantai udik
bendung. Kerusakan Bendung Tutiling telah mengakibatkan lahan persawahan subur
yang mendapat pasokan air dari bendung ini menghadapi masalah kekeringan.

• Upaya-upaya Penanggulangan
Upaya-upaya penanggulangan untuk mengatasi masalah yang dihadapi akan dilakukan
dengan mengacu kepada advis teknis dari Pusat Litbang Sumber Daya Air.

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB

• Peninjauan Lapangan
Kondisi pada saat melakukan peninjauan lapangan :
1) Situasi bendung dan morfologi sungai
Bendung Tutiling dibangun pada ruas peralihan dari ruas sungai bagian hulu ke ruas
sungai bagian tengah. Di hulu bendung, palung sungai relatif sempit dengan tebing
sungai yang tegas dan tinggi. Ruas sungai bagian hilir bendung adalah tipikal ruas
sungai yang mengalir di atas endapan alluvial yang tebal. Palung sungai relatif Iebar
dengan alur sungai yang cenderung berpindah-pindah.
Dari sisi morfologi sungai, penempatan bendung dapat dikatakan sudah cukup baik,
walaupun agak terlalu dekat dengan tikungan sungai di udik bendung. Kondisi ini
mengakibatkan aliran utama selalu berada di sisi kiri bendung yang terletak di sisi
luar tikungan sungai. Pada sisi kanan di hulu bendung cenderung terjadi endapan
sedimen dan akan mengganggu pengambilan air di sisi kanan bendung. Material
dasar sungai di hilir bendung dapat dilihat pada Foto 9 yang diambil pada saat
peninjauan lapangan.
2) Kondisi Bendung Tutiling
a) Mereu pelimpah, tubuh bendung dan peredam energi telah hancur dan hanyut
terbawa aliran sungai. Kemungkinan besar hal ini terjadi akibat erosi buluh yang
sangat intensif sehingga membuat gerowongan-gerowongan yang terjadi di
bawah bendung. Selanjutnya tubuh bendung turun, retak dan patah. Pada

35
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

kondisi ini stabilitas tubuh bendung sangat rendah dan mudah hanyut. Kondisi
sisa-sisa bangunan dapat dilihat pad a Foto 10 pad a saat peninjauan lapangan.
b) Bangunan pengambil, bangunan bilas, tembok pangkal bendung, sayap hulu
dan hilir masih berdiri. Namun demikian kualitas pasangan batukali yang ada
sangat rendah. Retakan-retakan mulai terlihat pada tembok pangkal dan tembok
sayap hilir bangunan seperti ditunjukkan pada Foto-foto peninjauan lapangan
(Foto 11 dan Foto 12). Lantai pangkal bendung sisi kiri mengalami masalah
amblasan yang kemungkinan disebabkan oleh pemadatan yang kurang baik atau
erosi buluh yang terjadi di bawah struktur tembok tersebut. Bila memperhatikan
material di lokasi bendung yang didominasi oleh kerikil dan pasir kasar yang
mudah dipadatkan, maka kemungkinan terbesar penyebab amblasan adalah
erosi buluh.

3) Saluran irigasi dan persawahan


Kerusakan Bendung Tutiling telah mengakibatkan saluran induk dan saluran
sekunder menjadi tidak terpelihara. Sebagian lahan ditanami dengan tanaman
kacang-kacangan dan jagung yang tidak terlalu banyak memerlukan air. Para petani
yang dapat ditemui sangat mengharapkan agar bendung dapat segera diperbaiki
sehingga lahan-lahan persawahan dapat ditanami padi lagi dan fungsi daerah ini
sebagai lumbung padi Propinsi Maluku Utara dapat dipulihkan.

• Evaluasi Terhadap Desain dan Pelaksanaan Konstruksi


Hasil pengamatan terhadap kondisi bendung menunjukkan beberapa hal yang
berkaitan dengan rancangan dan pelaksanaan konstruksi bangunan bendung sebagai
berikut:
1) Posisi penempatan bendung di sungai masih agak dekat dengan tikungan di
sebelah hulu, sehingga ali ran utama sungai mengarah ke sebelah kiri palung sungai.
Akibat lebih jauh adalah di sebelah kanan terjadi endapan yang mengganggu
masuknya air ke pengambilan sebelah kanan.
2) Ambruknya bangunan tubuh bendung dan peredam energi, diperkirakan sebagai
akibat terjadinya gerowongan pada tanah fondasi di bawah tubuh bendung. Hal ini
akibat adanya aliran buluh yang cukup besar, juga mengindikasikan kurang
sempurnanya desain bangunan pengendali aliran bawah (seepage), yang antara lain
berupa lantai hulu.
3) Keretakan bagian bangunan yang masih berdiri, seperti tembok pangkal bendung
dan tembok sayap, mengindikasikan bahwa rancangan bangunan dan/atau kualitas
konstruksi pasangan batu yang digunakan tidak cukup baik.

SARAN-SARAN TIN OAK LANJUT


Karena kerusakan yang dialami Bendung Tutiling sangat parah dan dampak kerusakan
terhadap produktifitas Daerah lrigasi Tutiling sangat serius, maka disarankan agar masalah
yang mencakup penanganan jangka pendek dan penanganan jangka panjang diatasi
dengan cara seperti diuraikan di bawah ini.

36
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

• Penanganan Jangka Pendek

a) Agar Daerah lrigasi Tutiling tidak menghadapi problema kekeringan yang terlalu
panjang, maka diperlukan rekayasa untuk membantu penyadapan air sungai ke
bangunan pengambil I saluran induk yang ada. Rekayasa darurat ini setidaknya
perlu berfungsi selama musim tanam tahun 2004 dan 2005.
b) Karena kondisi bendung yang tersisa dan bangunan pelengkap yang secara teknik
kurang memadai untuk ditingkatkan menjadi bendung permanen dan waktu yang
tersisa untuk segera mengalirkan air ke daerah irigasi tidak memadai, bagian-bagian
bendung yang saat ini masih tersisa sebagai bendung darurat I sementara dapat
dimanfaatkan agar lebih menguntungkan.
c) Aliran Sungai Tutiling yang cukup deras dan terkonsentrasi di satu sisi bendung,
memerlukan suatu struktur fleksibel I lentur namun cukup kuat untuk menahan
gaya-gaya hidrodinamik dan benturan batang-batang pohon yang terbawa aliran
sungai pada musim hujan.
d) Untuk menyesuaikan dengan karakteristik Sungai Tutiling dan waktu yang tersedia,
maka disarankan untuk menerapkan bendung darurat dengan struktur utama blok-
blok beton terkunci muka air SungaiTutiling naik. Gambar desain bendung darurat
Tutiling dapat dilihat pada Gambar 11.

• Penanganan Jangka Panjang

SID (Survei, lnvestigasi, dan Desain) yang baik diperlukan di lokasi yang dipilih dan
mudah disesuaikan dengan jejaring irigasi yang telah ada untuk mendapatkan
rancangan bendung yang handal, sesuai dengan karakteristik dan kondisi geoteknik
Sungai Tutiling,. Karena itu, secara garis besar dapat dikemukakan hal-hal sebagai
berikut:
a) Untuk mengurangi kemungkinan aliran terkonsentrasi di satu sisi dan memberi
kemungkinan untuk pembuatan saluran pengelak, maka disarankan untuk
meletakkan bendung permanen ± 100 m di hilir bendung yang ada. Penempatan
bendung di lokasi ini akan memudahkan penyambungan bangunan pengambil ke
saluran induk yang ada.
b) Bendung dibangun di atas lapisan alluvial yang diperkirakan cukup tebal. Karena itu,
diperlukan penyelidikan geoteknik yang memadai untuk mendapatkan parameter
fisik dan geoteknik lapisan tanah pondasi.
c) Mereu bendung dan peredam energ!, hendaknya dirancang dengan memperhatikan
angkutan sedimen dasar sungai, batang-batang pohon yang terbawa aliran saat
banjir dan kemungkinan degradasi dasar yang diperkirakan tidak kurang dari 1,5 m.
d) Bendung hendaknya dilengkapi dengan bangunan pembilas bawah agar angkutan
muatan sedimen dasar tidak masuk ke bangunan pengambil.
e) Pada saat meninjau lapangan, debit sungai tidak terlalu besar. Pada kondisi ini
secara visual kondisi aliran sungai jernih. Namun demikian bila memperhatikan
kondisi material dasar sungai, disarankan untuk melengkapi bendung dengan
bangunan penangkap pasir (sandtrap). Karena itu, ketika menentukan elevasi mercu
bendung perhatikan kebutuhan tinggi tekan hidraulik yang diperlukan untuk
membilas endapan sedimen di penangkap pasir secara hidraulik.

37
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

Untuk menunjang kegiatan SID, ujilah model hidraulik di laboratorium untuk


mendapatkan rancangan hidraulik bendung dan bangunan-bangunan pelengkap
yang baik.

Foto 9. Material Dasar Sungai di Hilir Foto 11. Amblasan di Tembok Pangkal Kanan
Bendung.

Foto 10. Kondisi Sisa Bagian Kiri Bendung Foto 12. Retakan pada Tembok Pangkal Kanan.
Tutiling

38
f Karel lebal1 ,5 em atau HOPE Geomembranes

i
/+22.61

+20.36
.~ Susunan blok bem

Rip-rap balu • > 0,4 m


I +1B.oo
-~
=tP--~ 1
:r
1: .../ /

Bui: beD! • o.4 mtiap 2 I '


_I

atau ~ ' , lantai kerja, bail kali +> 0,2 m


cerucuk L = 3 mdipasang 2 baris liap 0,5 m ~
~
~

~
)>
1:4

~
Gam bar 11. Potongan Memanjang Ben dung Darurat Tutiling. ~
e;·

~
~.
~
e;·
~
w
§
\Q
\0
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

2.1.7. PERBAIKAN BENDUNG DAERAH IRIGASI AIRSELAGAN, BENGKULU

LOKASI DAN DATATEKNIS

• Lokasi
Bendung Air Selagan (Foto 13) terletak di Sungai Air Selagan yang secara administratif
berada di Dusun Sungai. lpuh, Desa Pondok Baru, Kecamatan Teras Terunjam,
Kabupaten Mukomuko, Propinsi Bengkulu.

• Data Teknis
Data pokok bendung:
1) Umum
a. Luas areal Potensial 556 ha dan fungsional480 ha.
b. Petani Penggarap 850 KK
c. Sumber air Sungai Selagan.
2) Data teknis
d. Luas cathment area 167 km 2
e. Debit rata-rata tahunan 36,8 m 3/s
f. Debit maksimum 172,62 m 3/s
g. Debit minimum 12,6 m 3/s
h. Lebarbendung 50m
i. Intake 1 unit
j. Type mercu Bulat
k. Elevasi Mereu +253m
I. Elevasi derzeek +256m
m. Elevasi lantai muka +251m
n. Elevasi lantai olakan +247m
0. Elevasi tanggul hilir +253,3 m
p. Elevasi sawah tertinggi +252,3 m

IDENTIFIKASI MASALAH
• Masalah yang Dihadapi
Peninjauan awal menunjukkan data kerusakan Bendung Air Selagan akibat banjir yang
terjadi pad a tanggal4, 5, dan 6 Januari 2004 (Foto 14 dan Foto 15) yaitu sebagai berikut:
- Debit banjir 458 m 3/s.
- Tebing sungai sebelah kiri mengalami kerusakan sepanjang 65 m.
- Timbunan tanggul penutup jebel selebar 30 m.
- Pelapis saluran putus sepanjang 25 m.
- Tanggul penutup bendung tergerus sepanjang ± 97m dengan jarak ke as
bendung ± 23 m.
- Dasar sungai sebelah kiri di hilir ruang olakan tergerus sepanjang ± 8 m.
- Dihulu mercu bendung terjadi endapan sedimen setebal ± 1,5 m.
- Areal kiri seluas 40 ha tidak mendapat air dan areal kanan seluas 516 ha kekurangan
air.

40
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

Jika kerusakan tersebut tidak segera diatasi dikhawatirkan dampak kerusakannya akan
lebih parah, misalnya sayap bendung sebelah hulu dan hilir bagian kiri tergerus, serta
mempengaruhi kestabilan tubuh bendung.

• Upaya-upaya Penanggulangan
perbaikan tanggul sungai sepanjang 65.rn, timbunan tanggul penutup sepanjang 30m
dan pelapis saluran sepanjang 25 m dengan kebutuhan dana tanggap darurat sebesar
Rp 289.466.000,- telah direncanakan.
Dalam tahun anggaran 2004 program perbaikan bendung dan rehabilitasi jaringan
utama beserta bangunan-bangunan pelengkapnya yang diharapkan akan menjamin
pasokan air irigasi untuk areal kiri maupun kanan akan dilanjutkan sehingga
swasembada pangan akan dapat dipertahankan, mengingat Dl (Daerah lrigasi) Air
Selagan Sungai lpuh merupakan lumbung padi andalan untuk Kabupaten Mukomuko.

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB


• Peninjauan Lapangan
Data banjir maksimum rencana sebesar 172,62 m 3/s, yang diperoleh pada waktu
peninjauan lapangan yang nilainya jauh lebih kecil dibanding dengan hasil perkiraan
banjir yang terjadi sebesar 458 m3 /s, memastikan bahwa penyebab kerusakan adalah
debit banjir yang terjadi jauh melebihi debit banjir rencana yang digunakan dalam
rancangan.

• Evaluasi Terhadap Desain


Setelah memperhatikan kenyataan yang menunjukkan adanya perbedaan yang sangat
besar antara debit banjir rencana yang digunakan dalam desain dengan perkiraan debit
banjir yang terjadi pada Januari 2004, dapat dikemukakan dua kemungkinan: pertama,
penentuan debit banjir rencana dalam desain yang tidak tepat, atau kedua telah terjadi
perubahan luar biasa pada catchment area sehingga terjadi peningkatan debit banjir
yang sangat besar.

SARAN-SARAN TINDAK LANJUT


a. Membuat tanggul darurat dari bronjong kawat untk menghindari kerusakan tubuh
bendung dalam menghadapi kejadian banjir dalam waktu dekat.
b. Saluran induk Selagan Kiri agar secepatnya diperbaiki untuk mengairi sawah seluas 40
ha.
c. Dicari kemungkinan untuk memperlebar bendung yang semula 50 m menjadi 85 m
dengan asumsi debit banjir Q = 600 m 3/s dapat tertampung melewati bendung.

41
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

Foto 14. Gerusan yang Terjadi d i Bawah Tangga Dekzerk Akibat Banjir.

42
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

Foto 15. Kondisi Sawah yang Terkikis oleh Banjir.

43
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

2.1.8. PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN BENDUNG-BENDUNG Dl PULAU BURU DAN


PULAUSERAM,MALUKU

LOKASI DAN DATA TEKNIS

• Lokasi
a) Pulau Buru
a-7 J Intake Bebas Geren
Terletak di Sungai Way Geren yang secara administratif berada di Desa Way
Geren, Kecamatan Mako, Kabupaten Pulau Buru, Propinsi Maluku.
a-2) Bendung Geren
Terletak di Sungai Way Geren yang secara administratif berada di Desa Way
Geren, Kecamatan Mako, Kabupaten Pulau Buru, Propinsi Maluku.
a-3) Potensi Mikrohidro di Daerah lrigasi Way Meten
Terletak di Saluran lnduk Meten yang secara administratif berada di Desa
Waekarta, Kecamatan Mako, Kabupaten Pulau Buru, Propinsi Maluku.
b) Pulau Seram
b-7 J Intake Bebas Samal
Terletak di Sungai Way Samal yang secara administratif berada di Desa Way
Asih, Kecamatan Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah, Propinsi Maluku.
b-2) Bendung Samal
Terletak di Sungai Way Samal yang secara administratif berada di Desa Way
Asih, Kecamatan Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah, Propinsi Maluku.
b-3) Bendung Matakabo
Terletak di Sungai Way Mataka yang secara administratif berada di Desa
Matakabo, Kecamatan Bula, Kabupaten Seram Bag ian Timur, Propinsi Maluku.
b-4) Bendung Akebobo
Terletak di Sungai Way Akebobo yang secara administratif berada di Desa
Namto, Kabupaten Seram Bagian Timur, Propinsi Maluku.
b-5) Potensi Mikrohidro di Daerah lrigasi Matakabo
Terletak di Saluran lnduk Matakabo yang secara administratif berada di Desa
Matakabo, Kecamatan Bula, Kabupaten Seram Bagian Timur, Propinsi Maluku.

b-6) Potensi Mikrohidro di Daerah lrigasi Sa mal


Terletak di Saluran lnduk Samal yang secara administratif berada di Desa Way
Asih, Kecamatan Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah, Propinsi Maluku.

• Data Teknis
a) Pulau Buru
Luas wilayah Pulau Buru mempunyai adalah 9247 km 2; penduduknya berjumlah
131.744 jiwa; iklim: musim hujan Desember-Mei; musim kemarau Juni-November;
curah hujan per tahun 1000 - 3000 mm rata-rata 1688 mm; suhu udara 26°- 30° C.
Daerah irigasi dibangun sejak tahun 1980 di DAS Way Apu dengan luas keseluruhan
5.222 ha (Gambar 12) yang mencakup:
- D I Way Bini 396 ha (1992 s.d 1994)

44
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

D IWayMeten 2.020 ha (1990 s.d 1994)


D I Way Geren 750 ha (1992 s.d 1994)
D I Way lata 931 " ha (1990 s.d 1994)
D I Way Leman 625 ha (1995 s.d 1996)
D IWayTele 90 ha (1990 s.d 1995)
200 ha (2005)
D IWaylo 300 ha

Potensi daerah irigasi:


Dl Geren 300 ha (kanan)
1360 ha (kiri)
Dl Apu Atas 2000 ha (kiri)
2000 ha. (kanan)

45
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

u
1..
j'
7

11.1< I<AYELI

Gambar 12. Daerah irigasi di DAS Way Apu, Pulau Buru.

46
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

a- 1) Intake Bebas Geren


Sungai Way Geren yang merupakan anak sungai Way Apu mengalir di atas
lapisan alluvial yang sangat tebal. yang didominasi oleh pasir kasa r sampai
kerakal dengan ketebalan lebih dari 15,0 m. AI iran sungai sangat deras dan alur
sungai mudah berpindah-pinda·h.
Maksud dibangunnya intake Bebas Geren di Sungai Way Geren (Foto 16) pada
tahun 1980-an adalah untuk menyadap aliran sungai guna mengairi lahan
seluas 750 ha. Bangunan intake ditempatkan di tikungan luar ali ran sebelah kiri
sungai, terdiri atas dua pintu dengan Iebar masing-masing pintu 1,50 m dan
pilar penempf!tan pintu selebar 0,60 m.
Karena terjadi penurunan dasar sungai maka aliran sungai tidak dapat disadap
secara gravitasi ke saluran induk, dan untuk mengatasinya, dibangun ambang
bronjong (Foto 17) dengan t inggi sekitar satu meter di palung sunga i .

Foto 16. Bangunan Intake Bebas Geren.

Foto 17. Ambang Bronjong Peninggi Muka Air Sungai.

47
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

a-2) Bendung Geren


Bendung Geren dibangun oleh Proyek lrigasi Maluku - Bagian Pelaksana lrigasi
Buru dengan kontraktor PT. Atamari Jaya Perkasa, dengan penempatan pada
sudetan sungai. Pelaksanaan pembangunan sudah mencapai tiga tahap: Tahap
I Tahun Anggaran 2003, Tahap II Tahun Angaran 2004, Tahap Ill Tahun
Anggaran 2005.
Data pokok bendung:
- Luas DAS Way Geren 41 0 km 2
- Panjang sungai Way Geren 54,5 km
- Luas areal irigasi potensial 5.660 ha
- Jenis bendung bendung tetap - beton K125
- Tipe mercu mercu bulat R =1,75 m
- Tubuh bendung udik miring 3:1, hilir miring 1:1
- Lebar total bendung 70 m
- Ketinggian mercu bendung +22,65 m
- Ketinggian tembok pangkal +26,85 m
- Ketinggian tembok pengiring hilir +24,10 m
- Ketinggian muka air udik rencana +25,65 m
- Ketinggian muka air hilir rencana +22,67 m
- Ketinggian lantai udik +20,65 m
- Tipe peredam energi lantai datar dengan am bang akhir
- Ketinggian lantai peredam energi + 16,65 m
- Ketinggian am bang akhir + 18,15 m
- Ketinggian dasar sudetan hilir +20, 10 m
- Perlindungan di hilir peredam energi blok-blok beton K125 1m x 1m x 1m

Bangunan pembilas bendung:


- jumlah 2 unit (kiri dan kanan)
- tipe undersluice (kiri dan kanan)
- Iebar lubang bilas 2 x 1,60 m (kiri dan kanan)
- tinggi lubang bilas 0,80 m (kiri dan kanan)
- pintu bilas atas dan bawah (kiri dan kanan)
Bangunan pengambil (intake):
- jumlah 2 unit (kiri dan kanan)
- Iebar pintu 2 x 2,15 m (kiri dan kanan)

Catatan tentang riwayat perencanaan bendung:


Desain awal dibuat oleh PT. Bina Karya dengan bentang bendung 50 m dan
pembilas bendung tipe pembilas bawah (undersluice) 2 x 1,60 m. Desain kedua
juga dibuat oleh PT. Bina Karya dengan bentang bendung 70 m dan pembilas
bendung tipe pembilas biasa 2 x 2,50 m. Desain ketiga yang merupakan us ulan
Pusat Litbang SDA (Gambar 13) dengan bentang bendung 70 m dan pembilas
bendung tipe pembilas bawah 2 x 1,60 m yang dilaksanakan.
Pelaksanaan konstruksi Tahap II Tahun Anggaran 2004:
Lantai peredam energi, am bang akhir, dan blok-blok beton.

48
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

Lantai pembilas kiri dan kanan.


Tembok pangkal kiri dan kanan pada bagian pembilas.
Tembok pangkal kiri dan kanan di udik intake sampai El. + 26,85
Lantai hulu sepanjang 25,0 m.
Sebagian pilar pembilas kiri dan kanan.
Korelasi hasil pelaksanaan konstruksi tahap II pada saat peninjauan lapangan
dapat dilihat pada Foto 18 dan Foto 19.
Rencana Pelaksanaan Konstruks'l Tahap Ill Tahun Anggaran 2005:
Perpanjangan lantai hulu sepanjang 5,0 m dari lantai yang telah dibangun.
Pembuatan cut off sedalam 6,00 m tepat di hulu lantai hulu.
Pelapisan lantai hulu setebal 0,10 m dengan beton K-225 sepanjang 31,0 m.
Pembuatan sayap hulu kiri dan tanggul banjir kiri.
Pembuatan kantong sedimen kiri bendung.
Pelapisan tubuh bendung dengan beton K-225 setebal 0,30 m.

49
V1 "0
0 s;
~
~
~
§·
I •• 1..1 •• I .. I •• I §
I ~
IC
~
g
IC
g
V1
§
!f0
~
Cl
):,.
::;·

Gambar 13. Potongan Memanjang Rencana Bendung Geren Desain Perubahan Pusat Litbang SDA.
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

Foto 18. Kondisi Hasil Pelaksanaan Konstruksi Tahap II

Foto 19. Bendung Geren Dilihat dari Hilir.

a-3) Potensi Mikrohidro di Daerah lrigasi Way Meten

Potensi Mikrohidro di Daerah lrigasi Way Meten berupa tiga bangunan terjun
dengan tinggi terjunan berturut-turut 4 m, 1 m, dan 1 m (Foto 20, 21, dan 22)

ngunan Terjun 8M2 51 Meten:


2,80 m
0,60 m
4,00 m

Foto 20. Bangunan Terjun BM2 51 Meten

51
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

Bangunan Terjun BMa2 51 Meten:


Lebarsaluran,b 1,20 m
Tinggi aliran, h 0,40 m
Tinggi terjun, z 1,00 m

Foto 21. Bangunan Terjun BMa2 51 Meten

Bangunan Terjun BMe5b Sl Meten:


Tinggi ali ran, h 0,40 m
Tinggi terjun, z 1,00 m

Foto 22. Bangunan Terjun BMeSb 51 Meten

Gambar 14. Daerah irigasi di Dataran Pasahari, Pulau 5eram.

Daerah lrigasi di Pulau Seram (Gambar 14) berada di Dataran Pasahari dengan luas
keseluruhan 9.028 ha, yang mencakup Dl Samal Kanan 2.217 ha, Dl Kobi 2.898 ha, Dl
Lofin 750 ha, Dl Matakabo kiri 1.842 ha, Dl Kairatu 1715 ha, Dl Kairatu 11545 ha, dan Dl
Kawa (mata air) 61 ha. Curah hujan per tahun 2500 - 3500 mm.

52
Ko mpendiu m Advis Tekn is Berbagai Jenis Bendung

b- 1) Intake Bebas Somal


Sungai Way Samal mengalir dari pegunungan Manusela dan bermuara di Laut
Seram. Sungai ini mengalir di atas lapisan alluvial yang sangat tebal. Lapisan
alluvial didom inasi oleh pasir kasar sampai kerakal. Ketebalan lapisan alluvial
diperkirakan lebih dari 15,0 rri'. Aliran sungai sangat deras dan alur sungai
mudah berpindah-pindah. Penyadapan aliran sungai untuk Daerah lrigasi
Samal dilakukan oleh bangunan Intake Bebas Samal (Foto 23).
Daerah irigasi Samal berada di kanan sungai seluas 2.217 ha. Intake Bebas
Samal yang dibangun sekitar tahun 1980-an telah rusak dan t idak berfungsi
lagi. Agar aliran sungai dapat disadap, lokasi penyadapan dipindahkansedikit
ke hilir bangunan intake yang rusak. Karena dasar sunga i Way Samal t urun,
maka agar ali ran sungai dapat disadap, muka air dipertinggi dengan membuat
am bang dari tumpukan batu pa,da dasar sunga i (Foto 24).

Foto 23. Bangunan Intake Bebas Samal.

Foto 24. Ambang Peninggi Muka Air Sungai.

53
Pusat Pene/itian dan Pengembangan Sumber Daya Air

b-2) Bendung Sarna/


Bendung Samal dibangun oleh Proyek lrigasi Maluku- Bagian Pelaksana lrigasi
Seram dengan kontraktor PT. Handayani Gemacitra Maluku, yang bertempat di
sudetan sungai. Pelaksanaan pembangunan sudah mencapai tiga tahap: Tahap
I Tahun Anggaran 2003, Tahap II Tahun Angaran 2004, Tahap Ill Tahun
Anggaran 2005.
Data pokok bendung:
Luas areal irigasi potensial 4.717 ha (total)
2.500 ha (kiri)
2.217 ha (kanan)
- Jenis bendung bendung tetap- beton K125
- Tipe mercu mercu bulat R = 1,75 m
- Tubuh bendung udik miring 3:1, hilir miring 1:1
Ketinggian mercu bendung +49,00 m
Ketinggian tembok pangkal udik +53,20 m
Ketinggian tembok pengiring hilir +50,45 m
Ketinggian lantai hulu +47,00 m
Ketinggian am bang intake +47,80 m
- Tipe peredam energi lantai datar dengan am bang
akhir
- Ketinggian lantai peredam energi +43,00 m
Ketinggian am bang akhir +44,00 m
Perlindungan di hilir peredam energi blok-blok beton K125
1mx1mx1m

Bangunan pembilas bendung:


- Jumlah 2 unit (kiri dan kanan)
- Tipe undersluice (kiri dan kanan)
Lebar lubang bilas 2 x 2,50 m (kiri dan kanan)
- Tinggi lubang bilas 1,30 m (kiri dan kanan)
Pintu bilas atas dan bawah (kiri dan kanan)

Pelaksanaan konstruksi Tahap II Tahun Anggaran 2004:


Lantai peredam energi sampai ketinggian +42,80 m.
- Am bang akhir sampai ketinggian +44,00 m.
- Tubuh bendung sampai ketinggian +44,50 m.
- Tembok pangkal kiri dan kanan sampai ketinggian +44,00 m (Kondisi
pekerjaan waktu peninjauan lapangan terendam air.)

Rencana Pelaksanaan Konstruksi Tahap Ill Tahun Anggaran 2005:


Lanjutan tembok pangkal kiri dan kanan sampai ketinggian +48,00 m.
- Tembok pangkal pembilas dan intake serta tembok pangkal udik sepanjang
10, 0 m dari ujung pilar pembilas sampai ketinggian
+47,00 m.
Lanjutan pelaksaanaan mercu bendung sampai dengan elevasi yang
ditinggikan ( peninggian mercu 0,50 m dari desain asli).

54
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

- Perpanjangan lantai udik sepanjang 10,00 m.


Lanjutan pelaksanaan pilar pembilas sampai ketinggian + 48,00 m.
Pelapisan lantai peredam energi dan tubuh bendung dengan beton K-225
setebal 0,25 m.

b-3) Bendung Matakabo


Bendung Matakabo (Foto 25) dibangun oleh Proyek lrigasi Seram, dengan
kontraktor PT. Waskita Karya, yang bertempat di sudetan sungai. Pembangunan
dilaksanakan dari tahun 1999 sampai tahun 2003.
Data pokok bendung:
- Jenis bendung bendung tetap- beton K125
Tipe mercu mercu bulat R = 1,50 m
- Tubuh bendung udik miring 2:1, hilir miring 1:1
- Lebar total bendung 85m
Ketinggian mercu bendung +24,50 m
Ketinggian tembok pangkal +29,15 m
Ketinggian tembok pengiring hilir +25,65 m
Ketinggian lantai udik +22,50 m
- Tipe peredam energi lantai datar dengan chute block,
floor block dan end sill
- Ketinggian lantai peredam energi +17,32m
Ketinggian ambang akhir +18,62 m
Ketinggian dasar sudetan hilir +20,50 m
Perlindungan di hilir peredam energi blok-blok beton K125
1mx1mx1m

Bangunan pembilas bendung (Foto 26):


- Jumlah 2 unit (kiri dan kanan)
- Tipe undersluice (kiri dan kanan)
Lebar pembilas 2 x 7,50 m (kiri dan kanan)
Lebar lubang bilas 2 x 2,50 m (kiri dan kanan)
- Tinggi lubang bilas 1,00 m (kiri dan kanan)
Pintu bilas atas dan bawah (kiri dan kanan)

Bangunan pengambil (intake):


Jumlah 2 unit (kiri dan kanan)
Lebar pintu 3 x 1,50 m (kiri dan kanan)

Kondisi pada waktu peninjauan lapangan:


Kondisi bangunan cukup baik
Intake kanan belum dioperasikan
Di hulu bendung penuh endapan yang membentuk delta
- Sampah menumpuk di depan pintu bilas

55
Pusat Pene/itian dan Pengembarigan Sumber Daya Air

Foto 25. Bendung Matakabo Dilihat dari Tebing Kiri

Foto 26. Pembilas Kiri Dilihat dari Hi li r.

b-4) Bendung Akebobo


Bendung Akebobo dibangun oleh Proyek lrigasi Seram dengan kontraktor
CV. Aneka Warna Ambon, yang bertempat di sudetan sungai. Pembangunan
dilaksanakan pada tahun 2003, selesai 18 Oktober 2003.
Data pokok bendung:
Jenis bendung bendung tetap- beton K125
Tipe mercu ambang Iebar
Lebar total bendung 15m
- Tubuh bendung udik tegak, hilir miring
Tipe peredam energi tanpa lantai

56
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

Bangunan pembilas bendung:


Jumlah 1 unit (kiri)
Tipe pembilas biasa
Lebar lubang bilas 1 x 2,00 m
Pintu bilas pintu sarong besi
Bangunan pengambil (intake):
- Jumlah 1 unit (kiri)
Kondisi pada waktu peninjauan lapangan dapat dilihat pada Foto 27:
Bendung han cur total dan tidak berfungsi

Foto 27. Kondisi Kerusakan Bendung Akebobo.

b-5) Potensi Mikrohidro di Daerah


lrigasi Matakabo berupa
bangunan teryun dengan
tinggi terjun 0,8 m
(Foto28).
Bangunan Terjun 51
Matakabo:
Lebar saluran, b 3,90 m
Tinggi terjun, z 0,80 m
Foto 28. Potensi Mikrohidro di Daerah lrigasi
Matakabo

57
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

b-6) Potensi Mikrohidro di 51


Sarna/ berupa dua
bangunan teryun dengan
tinggi terjun 1,1 m dan 1,45
m (Foto30).

Bangunan Terjun BS1 Sl


Sa mal:
Lebar saluran, b 2,40 m
Foto 29. Bangunan Terjun B51, 51 5amal
Tinggi aliran, h 0,40 m
Tinggi terjun, z 1,10 m

Bangunan Terjun BS4a Sl Samal:


Lebar saluran, b 1,90 m
Tinggi aliran, h 0,30 m
nnggi terjun,z 1,45 m

Foto 30. Bangunan Terjun B54a, 51 5amal

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
• Masalah yang Dihadapi
a) Pulau Buru
a-1) Intake Bebas Geren
Dasar sungai menurun sehingga aliran sungai tidak dapat disadap dengan
intake bebas secara gravitasi ke saluran induk.
Kapasitas intake hanya untuk irigasi seluas 750 ha, sedangkan kapasitas Dl Way
Geren akan ditingkatkan sampai 5.660 ha.Sebuah bendung perlu dibangun
untuk menjamin penyadapan air sungai dan pemenuhan kebutuhan pasokan
ke daerah irigasi.
a-2) Bendung Geren
Hasil peninjauan lapangan atas pembangunan Bendung Geren Tahap II
(Foto 31 dan Foto 32) menunjukkan adanya masalah-masalah berikut:
- Di tembok pangkal kiri bawah arah tembok pembilas retak sepanjang
kurang lebih 1,0 m dan air jernih keluar dari bag ian yang retak.
Pada tembok pangkal kiri atas terdapat bekas aliran air.
Pada tubuh bendung hilir di antara sambungan segmen/ pelapisan tubuh
bendung tampak bekas aliran air.
Permukaan tubuh bendung tampak retak-retak hal us.
Pekerjaan pelapisan tubuh bendung bagian hilir permukaannya tidak rata.

58
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

Foto 31. Aliran keluar dari Retakan pada Tembok Pangkal Kiri Bendung Geren.

Foto 32. Kondisi Retak dan Bocor pada Tembok Pangkal Kiri Bendung Geren.

b) Pulau Seram
b- 7) Intake Bebas Somal
Bangunan intake bebas telah rusak dan t idak berfungsi lagi; terjadi penurunan
dasar sungai Way Samal sehingga air sungai t idak dapat disadap dengan intake
bebas; perlu dibangun bendung untuk menjamin penyadapan air sungai dan
pemenuhan kebutuhan pasokan ke daerah irigasi.

b-2) Bendung Somal


Desain perlu direvisi dengan mempertinggi mercu bendung sebesar 0,50 m
agar menambah tinggi tekan" (head) pembilasan dari pembilas bendung
(undersluice) dan pembilas kantong sedimen.

59
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

b-3) Bendung Matakabo


Hasil peninjauan lapangan terhadap pengoperasian Bendung Matakabo
menunjukkan adanya masalah-masalah berikut
1) Agradasi dasar sungai terjadi di hulu bendung, bahaya agradasi dasar
sungai dapat menyebabkan kesulitan pengaliran ke intake, dan
mengganggu fungsi pembilasan sedimen di bangunan bilas.
2) Batang pohon, dahan kayu, dan sampah menyangkut di tembok baya-baya
dan di hulu pilar pintu bilas, bahaya angkutan kayu dan sampah dapat
menyebabkan kesulitan pengoperasian dan kerusakan pintu-pintu bilas.
3) Saluran induk kiri terancam bahaya penggerusan tebing sungai, tanggul
sa luran induk yang ada dari tebing sungai tersisa sekitar 2,00 m.
4) Pintu-pintu bilas bendung dan pintu bilas kantong sedimen tidak
dioperasikan dengan semestinya, karena belum ada petugas khusus O&P,
ulir pintu tidak diberi stempet sehingga berkarat.
5) Sebelah kanan intake belum ada pengaliran, karena saluran induk kanan
belum dibangun.
b-4) Bendung Akebobo
Bendung hancur total, fungsi pembendungan dan penyadapan air sungai tidak
dapat dijalankan. Berdasarkan informasi dari Kepala Desa Namto diketahui
bahwa sejak selesai dibangun, bendung tidak mengalirkan air ke jaringan
irigasi. Hal ini diperkirakan karena elevasi bendung kurang tinggi sehingga air
tidak dapat disadap ke jaringan irigasi. Hanya dalam satu kali musim banjir
bendung sudah rusak total.

• Upaya-upaya Penanggulangan
a) Pulau Buru
a-1) Intake Bebas Geren
Untuk mengatasi masalah penurunan dasar sungai yang mengakibatkan aliran
sungai tidak dapat disadap secara gravitasi, telah dibuat ambang bronjong
peninggi muka air setinggi satu meter pada dasar sungai.
Telah dibuat Desain Bendung Geren untuk mengairi Dl Way Geren yang akan
ditingkatkan sampai 5.660 ha telah dibuat Pembangunan bendung ini dimulai
pada Tahun Anggaran 2003 dan sudah memasuki Tahap Ill pada Tahun
Anggaran 2005.
a-2) Bendung Geren
Untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi pada pelaksanaan
pembangunan Tahap II, akan dilakukan upaya-upaya penanggulangan dengan
mengacu kepada ad vis teknik dari Pusat Litbang Sumber Daya Air.

60
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

b) Pulau Seram
b- 7) Intake Be bas Somal
..
Telah dibuat desain Bendung Samal, sebagai pengganti intake bebas yang
sudah tidak berfungsi, untuk mengairi Dl Way Samal yang akan ditingkatkan
sampai 4.717 ha. Pembangunan bendung ini dimulai pada Tahun Anggaran
2003 dan sudah memasuki Tahap Ill pada Tahun Anggaran 2005.
b-2) Bendung Somal
Pusat litbang SDA telah mengusulkan untuk merevisi desain dengan
mempertinggi mercu bendung sebesar 0,50 m untuk menambah tinggi tekan
(head) pembilasan dari pembilas bendung (undersluice) dan pembilas kantong
sedimen, juga mempertinggi te'mbok pangkal dan tembok sayap udik sebagai
konsekuensi dari peninggian mercu bendung.
b-3) Bendung Matakabo
Upaya-upaya penanggulangan untuk mengatasi masalah-masalah yang
dihadapi akan dilakukan dengan mengacu kepada advis teknik dari Pusat
Litbang Sumber Daya Air.
b-4) Bendung Akebobo
b-5) Upaya-upaya untuk mengatasi fT1.0Salah yang dihadapi akan dilakukan
dengan mengacu kepada advis teknik dari Pusat Litbang Sumber Daya
Air.

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB


• Peninjauan Lapangan
a) Pulau Buru
a-7) Intake Bebas Geren
Terjadinya penurunan dasar S!:Jngai merupakan faktor penyebab air sungai
tidak dapat disadap secara gravitasi, sehingga perlu dibuat ambang peninggi
muka air.
b) Pulau Seram
b-7) Intake Be bas Sa mal
Penurunan dasar sungai dan alur palung sungai yang berpindah-pindah pada
lapisan alluvial yang sangat tebal diperkirakan merupakan faktor penyebab air
sungai tidak dapat disadap secara gravitasi dan intake tidak difungsikan
sehingga mengalami kerusaka,p. Untuk mengatasi masalah ini penyadapan
dipindah ke hilir dan dibantu dengan ambang peninggi muka air dari
tumpukan batu-batu pada dasar sungai.
b-2) Bendung Somal
Kondisi sedimen sungai dan dasar sungai yang berupa lapisan alluvial yang
sangat tebal merupakan faktor yang dipertimbangkan untuk meninggikan
mercu bendung sebesar 0,50 m sehingga dapat menambah tinggi tekan (head)

61
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

pembilasan dari pembilas bendung (undersluice) dan pembilas kantong


sedimen.
b-3) Bendung Matakabo
Angkutan sedimen yang tinggi menyebabkan terjadinya agradasi dasar sungai
di hulu bendung yang relatif cepat yang dapat mengancam kelancaran
penyadapan air melalui intake. Adanya sampah berupa batang-batang pohon
di sungai juga manjadi gangguan pada pengoperasian intake dan pembilas
bendung. Karena belum ada petugas operasi dan pemeliharaan yang dapat
diandalkan pengoperasian Bendung Matakabo belum dapat dilaksanakan
dengan baik.
b-4) Bendung Akebobo
Dilihat dari kondisi kerusakannya, diperkirakan hancurnya bendung Akebobo
disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
- Syarat kestabilan bangunan terhadap gaya-gaya yang bekerja tidak
dipenuhi, sehingga bangunan ambruk karena guling, am bias atau geser.
- Terjadi erosi buluh (piping) di bawah bendung, yang menyebabkan daya
dukung tanah pondasi bangunan berkurang, sehingga bangunan menjadi
tidak stabil.
- Terjadi penggerusan setempat yang dalam di hilir bendung sehingga
bendung kehilangan dukungan tekanan tanah pasif dengan demikian
syarat kestabilan dalam arah potongan memanjang tidak dipenuhi.

• Evaluasi Terhadap Desain dan Pelaksanaan Konstruksi


a) Pulau Buru
a-1) Intake Bebas Geren
Diperkirakan perencanaan intake bebas belum memperhitungkan terjadinya
penurunan dasar sungai dan bel urn memperkirakan dengan baik kemungkinan
peningkatan kebutuhan pasokan air irigasi di kemudian hari.
a-2) Bendung Geren
Keretakan dinding tembok pangkal dapat disebabkan oleh:
Pondasi bangunan tidak sesuai dengan desain atau kedalamannya tidak
cukup, sehingga menimbulkan penurunan dan akibatnya terjadi keretakan.
Dinding beton tidak menggunakan tulangan struktur sehingga mudah retak
jika terjadi penurunan.
Keretakan dapat pula disebabkan oleh tidak cermatnya penghentian dan
penerusan pekerjaan pembetonan sehingga hubungan antara beton baru
dan beton lama tidak baik.
b) Pulau Seram
b-1) Intake Bebas Sarna/
Lokasi intake bebas tidak tepat. Perencanaan lokasi intake diperkirakan belum
mengantisipasi dengan baik perubahan morfologi sungai berkaitan dengan
kondisi dasar sungai yang berupa lapisan alluvial yang sangat tebal dengan alur

62
Kompendium Advis Teknis BerbagaiJenis Bendung

palung sungai yang mudah berpindah-pindah dan menjauhi intake, sehingga


penyadapan sulit dilakukan.
b-2) Bendung Somal
Desain bendung perlu direvisi dengan mempertinggi mercu bendung sebesar
0,50 m untuk menambah tinggi tekan (head) pembilasan dari pembilas
bendung (undersluice) dan pem~ilas kantong sedimen.
b-3) Bendung Matakabo
Desain sistem Bendung Matakabo belum memperhitungkan dengan baik
agradasi dasar sungai di udik bendung berkaitan dengan tingginya angkutan
sedimen sungai.
b-4) Bendung Akebobo
Berdasarkan fakta bahwa hancurnya bendung terjadi pada musim banjir yang
pertama sejak mulai beroperasi, diperkirakan perencanaan bendung tidak
menggunakan debit banjir rencana yang sesuai dengan yang disyaratkan untuk
perencanaan bendung.

SARAN-SARAN TINDAK LANJUT


• Bendung Geren, Pulau Buru
1. Puslitbang Sumber Daya Air telah memberikan advis teknik terhadap desain dan
pelaksanaan bendung Geren. (lihat Laporan Penyelidikan Lapangan Awal
Pembangunan Bendung Way Geren dan Way Samal Prov. Maluku, Puslitbang SDA,
Sep. 2004). Saran-saran tersebut antara lain membangun tanggul kerja sementara
yang memadai, melakukan galian bagian per bagian sesuai kebutuhan,
menyesuaikan desain sistem pengelakan pemasukan sedimen berupa bangunan
pembilas bawah, menyempurnakan sistem bangunan penangkap pasir (kantong
sedimen) yang dapat dibilas bagian per bagian tanpa mengganggu pasokan air ke
jaringan irigasi.
2. Bangunan pembilas bendung akan dirancang dengan pembilas bawah
(undersluice). Disarankan elevasi dasar/lantai intake tetap, sehingga tidak mengubah
aliran ke intake dan tidak perlu melakukan penyesuaian desain bangunan pembilas
bawah (undersluice) terhadap lantai pembilas yang telah dibangun.
3. Dinding tembok pangkal kiri yang retak dan bocor harus diperbaiki. Perbaikan dapat
dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
- Pertama, harus diperiksa apakah kedalaman pondasi sesuai dengan desain.
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan membongkar sebagian tembok lantai
pembilas di sekitar dinding tembok pangkal yang retak. Jika kedalaman pondasi
tidak sesuai desain maka yang pertama harus dilakukan adalah memperbaiki
kedalaman fondasi dan diteruskan dengan memperbaiki dinding yang retak.
- Kedua, jika pondasi cukup daiJ sesuai dengan desain atau pondasi telah
diperbaiki maka bagian dinding yang retak dibongkar dan ditutup dengan
beton dengan tulangan.

63
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

• Bendung Samal, Pulau Seram


1. Disarankan merevisi desain hidraulik Bendung Samal. Puslitbang Sumber Daya Air
bersedia memberikan bantuan advis teknik terhadap pelaksanaan pembangunan
bendung Samal tersebut.
- Mereu bendung dipertinggi 0,50 m dari desain asli (desain sedang direvisi
berdasarkan usulan Puslitbang Sumber Daya Air, Sep. 2004). Peninggian mercu
bendung dimaksudkan untuk mengatasi dampak negatif agradasi dasar sungai
di udik bendung terhadap pemasukan sedimen ke intake dan untuk
meningkatkan efektivitas bangunan pembilas bawah/undersluice dan bangunan
penangkap sedimen.
- Elevasi puncak tembok pangkal dinaikkan karena elevasi mercu bendung
ditinggikan.
- Elevasi am bang intake tetap (tidak dinaikan).
- Bagian dasar tembok sayap hilir lurus tidak miring ke arah luar.
- Elevasi bag ian atas tembok sayap udik sama tinggi dengan elevasi tembok
pangkal.
- Elevasi tanggul penutup kiri sama dengan elevasi tembok pangkal.
2. Disarankan untuk menyelidiki geoteknik untuk mendapatkan parameter teknik dan
fisik tanah pondasi terutama untuk tanggul penutup sungai. Dalam rencana, saluran
induk kanan ditempatkan di atas tanggul penutup sungai.

• Bendung Matakabo, Pulau Seram


1. Untuk menanggulangi bahaya agradasi dasar sungai dapat dibangun bangunan
pengendali sedimen di sungai di hulu bendung. Lokasi dan bentuk serta ukuran
hidrauliknya disarankan berdasarkan pedoman desain bangunan pengendali
sedimen dan memerlukan penyelidikan /pengukuran geometeri sungai Matakabo
di hulu bendung dengan cakupan sekitar dua kilometer ke hulu bendung.
2. Bahaya angkutan kayu dan sampah dapat dibersihkan antara lain oleh petugas O&P
Qika ada), dan tangga ke mercu bendung. Bersihkan sampah-sampah tersebut pada
musim kering saat tidak ada air di sungai agar petugas dapat melakukannya.
3. Disarankan untuk mengendalikan daya rusak sungai antara lain dengan membuat
krib-krib di tebing sungai di sekitar saluran induk kiri yang terancam bahaya
penggerusan tebing sungai. Tentukan tata letak dan ukuran krib berdasarkan
gambar hasil pengukuran geometeri sungai di sekitar lokasi dengan jangkauan
sekitar satu kilometer ke hulu dan ke hilir lokasi.
4. Untuk memelihara bangunan dan mengoperasikan pintu-pintu, adakan Petugas
OPP bendung.

• Bendung Akebobo, Pulau Seram


Untuk menanggulangi masalah kerusakan bendung disarankan untuk melaksanakan
kegiatan Survei lnvestigasi dan Desain (SID) guna:
1. Mengumpulkan nota dan data gambar desain, serta data gambar pelaksanaan
bendung sehingga penyebab kerusakan bendung dapat dievaluasi.

64
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

2. Menyelidiki keadaan topografi dari rencana daerah irigasi yang akan diairi untuk
menentukan daerah irigasi yang ak.~n diairi. Dengan demikian ketinggian elevasi
mercu bendung dapat ditetapkan.
3. Menyelidiki kondisi hidraulik dan morfologi sungai di lokasi bendung termasuk
angkutan sedimen dan angkutan sampah. Hal-hal yang diselidiki antara lain:
kedalaman dan elevasi muka air pada waktu debit banjir desain, potensi angkutan
sedimen, dan sampah.
4. Menyelidiki keadaan geotek bangunan bendung, sehingga bangunan dapat
ditempatkan di lokasi tanah fondasi yang baik.
5. Mengukur geometri sungai/palung sungai di sekitar, di udik dan di hilir bendung
yang hancur.

65
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

2.1.9 PEMILIHAN LOKASI PENEMPATAN BEN DUNG KOBI Dl SUNGAI KOBI, MALUKU

LOKASI DAN DATA TEKNIS

• Lokasi
Bendung Kobi terletak di Sungai Kobi yang secara administratif berada di Desa
Kobisonta, Kecamatan Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah, Propinsi Maluku. Lokasi
bendung dapat dicapai dengan transportasi laut dari Ambon menuju Masohi di Pulau
Seram dilanjutkan dengan kendaraan roda empat dari Masohi ke Kobisonta sekitar
em pat jam.

• Data Teknis
Sungai Kobi telah dimanfaatkan airnya untuk daerah pertanian dengan bangunan
pengambilan intake bebas Kobi. Jaringan irigasinya terletak di pedataran Pasahari dan
telah dikembangkan sejak tahun 1993. Pada tahun 1996 daerah irigasi potensial Kobi
mencapai 2.898 hektar. Dewasa ini bangunan pengambilan intake bebas telah rusak
berat sehingga tidak berfungsi.
Bendung Kobi direncanakan dibangun di Sungai Kobi untuk mengairi areal potensial
seluas 3800 hektar. Desain bendung telah disiapkan sejak tahun 1990-an dengan lokasi
bendung di palung sungai. Gambar desain bendung yang dibuat oleh konsultan
Euroconsult yang bermitra dengan PT. Barunadri dan PT. Soilens menunjukkan bahwa
bendung diletakkan di palung sungai.
Data pokok bendung:
- Bendung dibuat di palung sungai.
- Jenis bendung tetap dengan lantai udik dan peredam energi tipe cekung (solid
bucket).
- Lebar total bendung 75,50 m.
- Tinggi bendung dari lantai udik 2,00 m.
- Peredam energi tipe cekung panjang jari-jari 3,75 m.
- Intake ditempatkan pada bagian kanan dengan Iebar total 7,60 m terdiri dari tiga
bentang.
- Pembilas bendung mempunyai dua pintu dengan Iebar bentang masing-masing
2,75 m dan tebal pilar 1,00 m.
- Ketinggian mercu bendung +41 ,70.
- Ketinggian lantai udik +39,70.
- Ketinggian dasar sungai terendah di hilir +40,80.
- Ketinggian tembok pangkal bendung +45,90.
- Ketinggian tebing kiri sungai +48,00.
- Ketinggian muka air banjir rencana di udik bendung +44,63
- Bahan konstruksi bendung berupa pasangan batu kali dengan lapisan tahan aus
pada permukaan tubuh bendung.

66
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

IDENTIFIKASI MASALAH
• Masalah yang Dihadapi
Menurut desain yang dibuat oleh konsultan, Bendung Kobi ditempatkan di palung
sungai. Namun, pada pelaksanaan pembangunan bendung Tahap I tahun 2006
ditetapkan posisi bendung dipindahkan ke sudetan di sebelah kanan palung sungai,
dan pada tahun anggaran 2006 kegiatan pembangunan sudah dimulai dengan
penggalian untuk pondasi bendung di sudetan dan saluran sudetan sebelah hilir.
Karena penempatan bendung dipindahkan dari palung sungai ke sudetan, maka perlu
dilakukan kajian dari berbagai aspek rekayasa (engineering aspects) terhadap posisi
penempatan bendung di lokasi bersangkutan.
Rencana penempatan bendung di Palung Sungai dan di sudetan Sungai dapat dilihat
pada Foto 33 dan Foto 34.

• Upaya-upaya Penanggulangan
Untuk mengatasi masalah yang dihadapi, bendung akan ditempatkan di tempat yang
tepat dengan mengacu kepada advis teknik dari Pusat Litbang Sumber Daya Air.

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB/TERKAIT


• Peninjauan Lapangan
Hasil peninjauan lapangan menunjukkan kondisi topografi, geologi dan sistem sungai di
daerah lokasi bendung sebagai berikut:
Topografi
Sungai Kobi mengalir di dataran alluvial dari daerah perbukitan di bagian selatan ke
arah utara menuju laut Seram. Kemirin'gan dasar sungai relatif landai. Bentuk sungai
berliku-liku (meandering) dan bercabang-cabang (braiding). Jenis material dasar sungai
dan bantaran sungai terdiri atas kerakal, kerikil, dan pasir. Palung sungai berbentuk U
Iebar. Lebar palung sungai di rencana bendung sekitar 80 m. Alur sungai berkisar antara
20m sampai dengan 50 m. Tebing kiri sungai di sekitar rencana bendung berketinggian
sekitar 10 m sedangkan tinggi tebing bag ian kanan sekitar 2,0 m. Ali ran banjir kadang-
kadang melimpah dari alur sungai ke bantaran banjir. Bentuk sungai cenderung
berubah ke arah horizontal jika terjadi banjir.
Geologi permukaan
Ditinjau dari segi geologi permukaan, Sungai Kobi di hulu intake bebas Kobi sampai
dengan hulu rencana Bendung Kobi berada di daerah lapisan alluvial yang relatif tebal
dengan jenis material pasir dan kerikil yang berdiameter antara 5 em sampai dengan
10cm.

Sistem sungai
Sungai Kobi mengalir dari daerah perbukitan dengan ketinggian sekitar 700 m di atas
permukaan laut ke pedataran Pasahari Pulau Seram bagian utara. Sungai mengalir dari
selatan ke utara ke laut Seram. Menurut data dalam Laporan Flood Control for Pasahari
Area daerah aliran sungai (DAS) luas Sungai Kobi 271,8 km persegi dengan panjang
sungai utama 50,6 km.

67
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

• Evaluasi Terhadap Desain


Evaluasi terhadap alternatif pemilihan lokasi penempatan Bendung Kobi di Sungai Kobi
dapat dikemukakan sebagai berikut:
Alternatif pemilihan lokasi penempatan di palung sungai
Keuntungan:
- Pembangunan bendung tidak memerlukan pembuatan tanggul penutup sungai.
- penyelidikan geoteknik telah dilakukan dan data penunjang lainnya telah didapat.
- Desain bendung untuk lokasi di palung sungai sudah didapat yang perencanaannya
sudah dilakukan sejak lama.
Kerugian:
- Pelaksanaan pembangunan bendung akan terganggu oleh aliran sungai, sehingga
memerlukan pekerjaan pengelakan aliran sungai untuk pelaksanaan konstruksi.
- bangunan pengendali aliran sungai di bagian kanan sungai di hulu bendung
diperlukan agar arah aliran banjir dari udik menuju bendung menjadi merata,
sehingga tidak terjadi gangguan ali ran masuk ke intake.
Alternatif pemilihan lokasi penempatan di sudetan sungai
Keuntungan:
- Pembangunan bendung tidak memerlukan pengelakan aliran sungai.
- Arah ali ran sungai dari hulu menuju bendung dan ke hilirnya relatif akan lebih baik.
- Gambar situasi sungai di daerah lokasi sudetan dengan skala 1 : 2000 telah dibuat
berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan pada tahun 2004/2005.
Kerugian:
- Tanggul penutup sungai berketinggian sekitar 7,50 m harus dibuat walaupun
memerlukan biaya besar karena panjang bentang sungai yang akan ditutup sekitar
80,0m.
- Pembuatan sudetan sungai juga memerlukan biaya yang relatif besar mengingat
galian sudetan relatif panjang dan Iebar.
- Tanggul penutup sementara dan saluran pengelak khusus diperlukan saat membuat
tanggul penutup sungai.
- Tanggul banjir di bagian kanan bendung tetap diperlukan.
- Morfologi sungai di udik bendung akan berubah sehingga dikhawatirkan akan
mengganggu ali ran masuk ke intake.
- Penyelidikan geoteknik untuk perencanaan desain bendung di lokasi sudetan sungai
belum dilakukan.
- Desain bendung untuk lokasi penempatan di sudetan bendung belum ada.

SARAN-SARAN TIN OAK LANJUT


• Pemilihan Lokasi Penempatan Bendung
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap alternatif pemilihan lokasi penempatan Bendung
Kobi, dapat disimpulkan bahwa pemilihan lokasi penempatan bendung di palung
sungai lebih tepat dibandingkan dengan pemilihan lokasi di sudetan sungai, karena dari

68
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

segi kesiapan, desain yang didukung data yang lengkap sudah tersedia, dan gambar
potongan memanjang bendung dapat dilihat pada Gambar 15, lagi pula dari segi biaya
dan kemudahan pelaksanaan konstruksi relatif lebih menguntungkan.

• Konsep Desain Tata Letak Bendung di Lokasi Penempatan di Palung Sungai


Berdasarkan gambar situasi sungai di lokasi bendung dan data penunjang lainnya,
disarankan agar tubuh bendung diletakkan di palung sungai karena segi hidraulik
menunjukkan hal-hal berikut (lihat Foto 33 tata letak penempatan bendung di palung
sungai):
Bendung ditempatkan melintang di palung sungai dengan arah tegak lurus arah
ali ran banjir desain.
- Tembok pangkal bendung kiri ditempatkan pada daerah tumpuan bukit yang cukup
tinggi.
Untuk memeratakan arah aliran utama menuju bentang bendung diperlukan
bangunan pengendali aliran sungai di bagian kanan sungai di hulu bendung berupa
deretan krib bronjong tegak lurus aliran sungai.
Ketinggian muka air banjir rencana memerlukan tanggul banjir yang ditempatkan di
bagian kanan sungai mulai dari tembok pangkal kanan sampai dengan daerah yang
berketinggian sama dengan puncak tanggul.
Untuk menghindarkan aliran langsung dari tanggul banjir sungai menuju bentang
bendung, tembok pengarah aliran berbentuk tongkat hockey di hulu tembok
pangkal kanan memerlukan tembok pengarah aliran berbentuk tong kat hockey.

Foto 33. Rencana Lokasi Penempatan Bendung di Palung Sungai.

69
Pusat Pene/itian dan Pengembangan Sumber Daya Air

Foto 34. Rencana Lokasi Penempatan Bendung di Sudetan Sungai.

Gambar 15. Potongan Memanjang Bendung Kobi.

70
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

2.1.10 PENANGGULANGAN KERUSAKAN BENDUNG AIR PANGI, SUMATERA SELATAN •

LOKASI DAN DATA TEKNIS

• Lokasi
Bendung Air Pangi terletak di Sungai Pangi yang secara administratif berada di Desa
Pandan Arang, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan. Lokasi bendung berjarak
± 70 km dari Kota Lahat dan ± 300 km dari Kota Palembang, yang secara geografis
terletak antara 103° OS'- 103° 15' BT dan 3° 35'- 3° 45' LS.
• Data Teknis
Sungai Air Pangi mempunyai mata air dan awal sungai di Pegunungan Bukit Barisan.
Sungai mengalir menuruni lereng barat Pegunungan Bukit Barisan yang sangat terjal
dan bermuara di Sungai Musi.
Bendung Air Pangi dibangun sebagai bagian dari Daerah lrigasi (DI) Air Pangi yang
mencakup areal persawahan seluas 1.000 Ha. Dalam proses pembangunan sejak Tahun
2005, bendung ini mengalami beberapa'kali kerusakan yaitu:
1. Pada awal tahun 2006, banjir telah merusak tembok tegak pada bagian kanan
sepanjang 10 m dan di bag ian bangunan penangkap pasir (sand trap) tertutup
material dasar sungai sepanjang 70 m .
2. Pada awal tahun 2007, banjir mengakibatkan:
- Arus sungai menggerus tebing sehingga tanggul saluran induk mengalami
longsor sepanjang 100 m.
- Tebing dan bukit di sisi saluran mengalami penggerusan dan material yang
tergerus menutup saluran irigasi yang ada.
Laporan akhir Bendung Air Pangi yang dibuat tahun 1996 oleh PT. Spektra Adhya
Prasarana menunjukkan bahwa berdasarkan lokasi, topografi, bahan hanyutan dan
ketersediaan bahan bangunan, ditetapkan Bendung Air Pangi menggunakan tubuh
bendung tipe gravity yang terbuat dari pasangan batu dengan sistem penyadapan
air irigasi yang menggunakan bangunan pengambil tipe saringan bawah atau tipe
Tyrol.

IDENTIFIKASI MASALAH
• Masalah yang Dihadapi
Ada tiga masalah utama yang dihadapi Bendung Air Pangi, seperti disajikan di bawah
ini:
1) Bangunan bendung rusak.
- Lapisan permukaan pada bidang miring sebelah hilir tubuh bendung terkelupas
akibat abrasi oleh material angkutan sedimen dasar yang terdiri dari kerikil,
kerakal dan batu-batu besar (Foto 35).
- Lantai peredam energi di hilir tubuh bendung hancur (Foto 35).
- Dasar sungai di sekitar tembok sa'yap hilir sebelah kiri tergerus secara lokal (Foto
36).
2) Di hilir bendung terdapat longsoran tebing sungai.
- Lereng tebing sungai di hilir bendung rawan longsor (Foto 37).
- Sa luran induk tertutup longsoran akibat gerusan pada tebing sungai (Foto 38).

71
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

3) Di saluran penangkap pasir (sand trap) terdapat endapan material angkutan sedimen
dasar.
- Saluran penangkap pasir penuh dengan endapan material angkutan sedimen
dasar (Foto 39).
- Sistem pembilasan kantong penangkap pasir tidak efektif, butir material
angkutan sedimen dasar yang masuk melalui saringan bawah bangunan
pengambilan tipe Tyrol tidak dapat dibilas.

Foto 35. Abrasi pad a Permukaan Tubuh Ben dung dan Lantai Peredam Energi Hancur.

Foto 36. Gerusan lokal di Sekitar Tembok Sayap Hilir Sebelah Kiri.

72
Kompendium Advis Teknis Berbogai Jenis Bendung

Foto 37. Tebing Sungai di Hilir Bendung yang Rawan Longsor.

Foto 38. Saluran lnduk yang Tertutup Material Longsoran.

73
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

Foto 39. Saluran Penangkap Pasir Penuh Dengan Endapan Material Angkutan
Sedimen Dasar.

Foto 40. Material Dasar Sungai di Udik Bendung.

74
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

• Upaya-upaya Penanggulangan
Untuk mengatasi ketiga masalah di atas, upaya-upaya penanggulangan akan dilakukan
dengan mengacu kepada advis teknis dari Pusat Litbang Sumber Daya Air.

ANALISIS FAKTOR PENYEBABJTERKAIT


• Peninjauan Lapangan
Hasil peninjauan lapangan dan diskusi dengan pihak Dinas Pengairan Provinsi Sumatera
Selatan menunjukkan beberapa penyebab masalah yang terjadi di Bendung Air Pangi,
yaitu:
- Bagian-bagian utama bendung rusak akibat banjir dan gerusan lokal (local scouring).
Debit banjir yang melampaui debit banjir rencana mengakibatkan air banjir
melimpas di atas tembok sayap bagian udik (overtopping). Besarnya debit banjir ini
akibat dari kerusakan bagian hulu sungai yang mengalami perubahan tata guna
lahan yang semula berupa hutan berubah menjadi lahan pertanian dan
perkebunan.
- Karakter Sungai Pangi yang berkaitan dengan pemilihan bendung dengan
bangunan pengambil tipe Tyrol untuk lokasi ini perlu dikaji kembali dengan
melakukan analisis yang mengacu pada persyaratan dalam Pedoman Teknis No Pdt
01-2003 tentang tata cara desain hidraulik bangunan pengambil pada bendung
Tyrol.
- Gerusan aliran sungai mengakibatkan ongsorpada lereng dan tebing galian di
sekitar saluran induk dan tebing Sungai Pangi.
- Material dasar sungai di hulu bendung didominasi oleh lapisan perisai (armour)
dengan diameter butir rata-rata lebih besar dari 15 em (Foto 40 dan Foto 41 ). Gradasi
material di bawah lapisan perisai tidak diamati dan perlu diselidiki lebih cermat.
Sedangkan material dasar sungai di bagian hilir bendung terdiri dari material pasir
kasar dengan kemiringan dasar sungai sangat landai (Foto 42). Karakteristik Sungai
Pangi memiliki angkutan sedimen yang relatif berfraksi kasar, tetapi memiliki kadar
material yang lebih kecil dari 5 mm lebih dari 25% dari total angkutan sedimen.

Foto 41. Material Dasar Sungai pada Ruas di Udik Bendung.

75
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

Foto 42. Material Dasar Sungai pad a Ruas di Hilir Bendung.

• Evaluasi Terhadap Desain


Untuk membangun bendung tipe Tyrol yang dipilih, beberapa persyaratan teknis SNI
Pedoman No Pdt 01-2003 tentang tata cara desain hidraulik bangunan pengambil pada
bendung Tyrol berikut harus dipenuhi.:
a. Jenis ini dipilih:
a) Jika dijumpai bahaya kerusakan bangunan akibat benturan angkutan sedimen
batu guling dan benda padat lainnya;
b) Jika ditemui kesulitan saat menyadap air sungai akibat beralihnya alur air sungai
dan gejala pengendapan di sungai yang menghalangi pemasukan air ke
bangunan pengambil
c) Untuk menghindari gangguan keseimbangan morfologi sungai yang relatif besar
akibat pembendungan atau dampak negatif lainnya karena adanya
pembendungan.
b. Struktur saringan harus/ hendaknya dibuat sederhana, tahan benturan dan gesekan
angkutan sedimen dan benda padat lainnya, tahan vibrasi dan mudah dibersihkan.
c. Bangunan pengambil Tyrol hanya dibangun pada ruas sungai dengan angkutan
sedimen dominan fraksi kasar, dan prosentase muatan fraksi dengan diameter ~ 5
mm tidak lebih dari 25 persen dari jumlah angkutan sedimen total.
d. Bangunan pengambil Tyrol harus dilengkapi dengan penangkap pasir yang
memadai sehingga harus tersedia lahan, lokasi dan perbedaan tinggi (head) sebagai
fasilitas bangunan tersebut
e. Jangan memilih Bangunan pengambil Tyrol jika diperkirakan menuntut cara-cara
operasi, biaya eksploitasi, dan .pemeliharaan yang sulit dan rna hal.
Desain saluran sadap di bawah saringan bangunan pengambil tipe Tyrol dan desain
sistem pembilasan kantong sedimen memerlukan penentuan kemiringan dasar dan
dimensi saluran yang tepat untuk memperoleh kecepatan aliran yang cukup tinggi
sehingga dapat mengangkut sedimen yang masuk ke saluran sadap dan membilas
sedimen di kantong sedimen pada waktu dilakukan operasi pembilasan. Kondisi

76
Kompendium A(Jvis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

topografi di daerah lokasi Bendung Air Pangi tampaknya tidak memungkinkan untuk
mendapatkan tinggi tekan (head) yang cukup untuk menghasilkan kecepatan yang
dibutuhkan untuk pengangkutan dan pembilasan sedimen.
Pengelolaan sedimen pada bendung dengan bangunan pengambil tipe Tyrol tidak
sederhana, karena pengambilan air mengikutsertakan angkutan sedimen dasar dengan
ukuran butir cukup besar yang masuk bersama-sama ali ran air pada waktu penyadapan.
Petunjuk operasi dan pemeliharaan, terutama yang berkaitan dengan pengelolaan
sedimen, perlu dimasukkan dalam desain.

SARAN-SARAN TIN OAK LANJUT


• Penanggulangan Masalah Sedimen
Setelah memperhatikan karakteristik Sungai Air Pangi, khususnya yang berkaitan
dengan morfologi dan sedimen sungai, topografi di daerah lokasi bendung, operasi dan
pemeliharaan, terutama yang berkaitan dengan pengelolaan sedimen, disarankan agar
mengganti bendung dengan bangunan pengambil tipe Tyrol dengan bendung tetap
yang memiliki bangunan pengambil dengan menggunakan pintu pengambilan di
tembok pangkal kiri. Konsep desain hidraulik dari bendung tetap adalah sebagai berikut
(lihat gam bar usulan Pusat Litbang SDA, Gam bar 16 dan Gam bar 17).
- Tempatkan Bendung tetap di lokasi b'endung yang ada.
- Tinggikan mercu bendung, tembok pangkal dan tembok pengiring udik 1,0 m.
- Terapkan sistem bangunan pengambil dan bangunan pembilas samping (shunt-
undersluice). Keuntungan dari penggunaan pembilas samping adalah dapat
memanfaatkan secara penuh penampang aliran bendung tanpa dikurangi oleh pilar-
pilar bendung sehingga kapasitas pengaliran bendung lebih besar. Disamping itu,
sampah dan batu gelundung yang terbawa aliran dapat melewati bendung secara
bebas tanpa khawatir membentur pilar bendung. Kekurangan dari pembilas
samping adalah daerah bebas endapan di depan bangunan pengambil lebih kecil
dibandingkan dengan pembilas bawah (undersluice) karena tidak ada efek aliran
tikungan luar seperti yang terjadi pada pembilas bawah.
- Gunakan peredam energy tipe Shocklitsch.
- Perpanjang tembok sayap hilir sebelah kanan.
- Perkuat kaki tembok sayap hilir sebelah kiri dengan "bottom panels" dari terraffic soft-
rocks.

• Mengatasi Masalah Longsoran .,


Untuk mengatasi longsoran yang terjadi dapat dilakukan tindakan-tindakan sebagai
berikut:
- Tam bah struktur pelat beton untuk penutup saluran induk di sepanjang daerah yang
rawan terkena longsoran.
- Buat drainase pada lereng dengan sa luran gendong/pembuang di kaki lereng di atas
saluran induk. Drainase dibuat dengan menggali saluran pada lereng selebar 0,5 m
dan sedalam 0,4 m, setelah itu saluran diberi lapisan filter geotekstil kemudian diisi
dengan batu-batu berukuran antara 15 - 20 em (Lihat gam bar 18-21 ).

77
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

Gambar 16 Denah Bendung Sungai Pangi

78
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

Gambar 17 Potongan Memanjang Bendung Sungai Pangi

79
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

DRAINASE PADA DINDING LERENG

MAR

Gambar 18. Potongan Melintang Tipikal Drainase dan Saluran Gendong di atas Saluran
lnduk.

DRAINASE PADA DINDING LERENG

SALURAN GENDONG
~---------li--------~L-------­
:-_-::-::-_-::-::-_-:-_-::-::-_-::-::-_-:-_-::-::-_-::-::-_-:-_-::-::-_-::-: ~ SALURAN INDUK

DASAR SUNGAI

Gambar 19. Potongan Memanjang Tipikal Drainase dan Saluran Gendong di atas Saluran
lnduk.

GEOTEXTILE FILTER
BATU KERIKIL

Gambar 20. Detaillipikal Drainase

80
PUSAT LITBANG SUMBER OAYAAIR
SAW IIANG\.IIAN HIOAAUUKONI OEOI EI<HK KE.<IAAN
"'"" _ ,_ "'..._,.<*'....
t:ll-. .WBoOI..t • _,....,.,.

ADVIS TEKNIK
DESAIN HIORAULIK
BENDUNGAIR PANGI
Gamb ar 20 Denah Bendung Air Pangi
......
I
I 2 .06

I~

----~ I

---- ___U_- -~
POTONGAN A- A

9.385

1
I
---
I
I
I
I

I
I
I

(<..
I
""OODA <(
I
\ir Pangi l-----
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

- Buat bangunan penguat tebing un!uk mencegah longsor di daerah yang sudah
terjadi dan yang berpotensi terjadi longsor di sepanjang saluran induk.
- Buat konstruksi pelindung (revetment) tebing sungai yang terbuat dari bronjong
kawat dilengkapi filter geotekstil di seluruh tebing yang rawan longsor dan di antara
krib-krib yang telah dibangun. Buat bronjong kawat dengan mengacu kepada SNI
No. Pd T-08-2003 tentang perencanaan teknik dan pelaksanaan krib bronjong kawat.

TIANG PANCANG PENAHAN


0.09 M, PANJA'NG 1.8 M

BRONJONG KAWAT
I
I
SALURAN INDUK I
I
I I MAR
~
100CM

!;_:yp:~~·:://-'() DASAR SUNGAI

PONDASIITIANG
UKURAN BRONJONG KAWAT PANCANG PENAHAN
PANJANG 2 M X LEBAR 1 M X TINGGI 0.5 M 0.09 M, PANJANG 1.8 M

Gambar 21. Konstruksi Pelindung (Revetment) Tebing Sungai dari Bronjong Kawat dan Filter
Geot ekstil.

• Survei, lnvestigasi dan Desain


Setelah memperhatikan karakteristik termasuk kondisi geoteknik Sungai Pangi, maka
untuk mengoptimumkan survei, investigasi dan desain, disarankan melaksanakan
kegiatan dengan komponen utama sebagai berikut:
1. Lakukan pengukuran geometri dan pengukuran parameter morfologi sungai untuk
mengetahui situasi dan kondisi terakhir di lapangan.
2. Kumpulkan data sekunder bangunan-bangunan perkuatan dan perlindungan tebing
yang ada di lokasi bendung dan di sepanjang ruas sungai untuk digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam mendesain bangunan perkuatan tebing yang stabil.
3. Lakukan penyelidikan geoteknik di daerah sekitar bendung dan saluran induk untuk
memperoleh parameter-parameter teknis dalam penganalisaan dan perencanaan
detail.
4. Untuk membantu desain rekayasa teknik penanggulangan masalah lengkapi
bantuan pemodelan hidraulik dengan model-model berikut :
Model numerik untuk memodelkan respon Sungai Pangi akibat adanya
pembuatan bendung tetap.
Model hidraulik fisik yang diperlukan untuk memverifikasi tata letak, stabilitas
dan kinerja bendung. Model hidraulik fisik yang dibuat harus mampu

81
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

mensimulasikan berbagai skenario untuk mendapatkan bentuk hidraulis yang


baik dan memperoleh sistem operasional yang efisien.
Lakukan pengukuran laju angkutan sedimen layang maupun dasar Sungai Pangi . Hal ini
diperlukan untuk menyempurnakan desain bangunan penangkap pasir sehingga dapat
dioperasikan tanpa harus mengganggu pasokan air ke sistem irigasi.

82
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

2.1.11 REKOMENDASI TEKNIS PENANGANAN KERUSAKAN BENDUNG BATANG AGAM,


SUMATERA BARAT

LOKASI DAN DATATEKNIS

• Lokasi
Bendung Batang Agam terletak di sungai Batang Agam di bawah jembatan Ratapan lbu
(Foto 43) yang secara administratif berada di kota Payakumbuh, Propinsi Sumatera
Barat. Lokasi bendung dapat dicapai dari Padang ibu kota propinsi Sumatera Barat
selama sekitar tiga jam perjalalanan.

• Data Teknis
Bendung Batang Agam yang dibangun sekitar tahun 1922-an untuk mengairi areal
pertanian tanaman padi seluas 620 hektar di bagian kiri sungai. Hingga kini bendung
Batang Agam tersebut masih berfungsi .dengan baik. Namun kondisi bendung dewasa
ini telah mengalami kerusakan dengan tingkat kerusakan berat. Di atas tubuh bendung
terdapat jembatan yang disebut Jembatan Ratapan lbu. Bendung dan jembatan ini
adalah aset budaya nasional karena menjadi saksi bisu sejarah pembunuhan penjuang
Rl pada zaman perjuangan tahun 1949.
Sungai Batang Agam mengalir melintasi Kota Payakumbuh dari barat ke arah timur.
Sungai ini berhulu di Kabupaten Agam, melintasi Kabupaten 50 Kota, dan selanjutnya
melintasi kota Payakumbuh. Panjang sungai Batang Agam sekitar 13,80 km.
Berdasarkan pengkajian Perencanaan Ketersediaan Airi lrigasi Kota Payakumbuh debit
minimum sungai sekitar 4,50 m 3 /s. Dengan kemungkinan ketersediaan air atau debit
andalan 80 %, kebutuhan air irigasi dapat dipenuhi sepanjang tahun. Setelah dipakai
untuk irigasi sisa debit sungai terbesar terjadi pada bulan Januari yaitu sekitar 1,52 m 3/s
dan sisa aliran terkecil terjadi pada bulan Juni dengan sisa debit sebesar 0,25 m 3/s.
Di Sungai Batang Agam, jauh di udik Bendung Batang Agam, terdapat PLTA Batang
Agam dan Bendung Titih Ampera. PLTA Batang Agam mempunyai kolam tando
penampung air yang cukup luas sehingga air sungai di hilir PLTA dikontrol oleh
bangunan ini. Aliran air yang keluar dari PLTA sekitar 4400 1/s sehingga di musim
kemarau sekalipun, di Bendung Batang f\gam, aliran air selalu melimpah dengan tinggi
aliran di atas mercu bendung pada waktu banjir sekitar 1,20 m.
Data pokok ben dung:
- Lebar bentang bendung total 40,0 m.
- Bendung tidak dilengkapi dengan bangunan bilas.
- Intake bendung ditempatkan di bagian kiri sungai jauh di hulu bendung dengan
saluran muka (voorcanal) yang memiliki panjang 15 m dan Iebar pintu intake
1x1,0m.
- Saluran di hilir intake mempunyai Iebar permukaan 4,45 m dan pada jarak 200 m dari
intake terdapat bangunan bilas.
- Tubuh bendung tipe zaman Belanda dengan peredam energi tipe lantai panjang.

83
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

IDENTIFIKASI MASALAH
• Masalah yang Dihadapi
Bendung Bt. Agam masih berfungsi dengan baik, namun bangunannya mengalami
kerusakan cukup parah disertai masalah endapan sedimen di saluran muka intake
seperti diuraikan di bawah ini.
a. Kerusakan tubuh bendung.
Lapisan permukaan tubuh bendung bagian kiri dekat tembok pangkal berlubang
sedalam sekitar 20 em.
Lapisan permukaan tubuh bendung bagian tengah di hilir pilar jembatan
berlubang sedalam sekitar 10 em.
Lapisan permukaan tubuh bendung bagian tengah dan bagian kanan di
beberapa tempat berlubang sedalam sekitar 20 em.
b. Kerusakan ruang olakan.
Lantai ruang olakan bagian kiri dan tengah berlubang sedalam lebih dari satu
meter.
Bagian awal lantai ruang olakan tepat di kaki hilir tubuh bendung berlubang
dengan kedalaman gerowongan sekitar satu meter.
- Ambang akhir (endsi/1) peredam energi bagian tengah patah.
- Tepat di hilir ambang akhir bagian tengah bentang terjadi penggerusan
setempat yang dalam.
c. Penggerusan pada dasar dan tebing kiri sungai.
Pada dasar sungai, tepat di hilir peredam energi, terjadi penggerusan sedalam 1,0
m sampai 2,0 m.
- Tebing kiri sungai di hilir bendung, di sekitar bangunan bilas, saluran irigasi
tergerus sepanjang sekitar 20 m yang mengancam keamanan saluran induk yang
berada di sisi tebing.
d. Endapan di saluran muka intake.
Pintu intake terletak pada saluran muka lebih kurang 15,0 m dari tepi sungai.
Sewaktu sungai banjir, angkutan sedimen layang yang terangkut bersama banjir
mengendap di mulut intake dan di saluran muka. Jumlah endapan angkutan
sedimen layang di saluran muka di hulu intake tersebut cukup besar sehingga
kapasitas saluran menjadi berkurang. Hal ini menimbulkan masalah pengerukan
endapan sedimen setiap usai banjir.

• Upaya-upaya Penanggulangan
Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut di atas, upaya-upaya penanggulangan
dengan mengacu kepada advis teknik dari Pusat Litbang Sumber Daya Air akan
dilakukan.

84
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB/TERKAIT


• Peninjauan Lapangan
Setelah Memperhatikan keadaan morfologi sungai Satang Agam di sekitar bendung
dan di hilirnya diketahui bahwa:
1. Jenis sungai Satang Agam di ruas ini dapat dikategorikan sebagai sungai torensial.
2. Dasar sungai di sekitar lokasi bendung mempunyai kemiringan curam yaitu 0,4 %.
3. Jenis material dasar sungai yang dominan adalah dari fraksi pasir sampai dengan
kerikil. Pada beberapa tempat di sungai di hilir bendung tampak singkapan batuan
dasar sungai jenis lempung (Foto 44),, Jenis material tebing sungai terdiri dari lapisan
batuan lempung dan tanah.
4. Sadan sungai mengalami perubahan geometri yang cenderung ke arah vertical,
dasar sungai di hilir bendung mengalami degradasi yang diindikasikan oleh tidak
efektifnya kinerja peredam energi bendung karena penurunan muka air hilir yang
cukup besar hingga ambang akhir muncul di permukaan air; dan dasar sungai di
hilir peredam energi mengalami penggerusan (Foto 45).
5. Geometri penampang sungai: Iebar palung sungai antara 20,0 m - 30,0 m, dan
ketinggian tebing sungai sekitar 4,0 m - 6,0 m.
6. Material angkutan sedimen sungai te.rdiri dari pasir dan kerikil.
7. Penggerusan tebing sungai terjadi di tikungan luar sungai di kanan dan di kiri
sungai.
Hasil pengukuran debit saluran induk pada waktu peninjauan lapangan adalah sebagai
berikut:
- Dengan keadaan pintu intake dibuka seperempat dari tinggi bukaan penuh dan
pintu bilas ditutup, debit saluran induk mencapai 257 1/s.
- Dengan keadaan pintu intake dibuka penuh, pintu bilas dibuka penuh dan tinggi
pelskal di saluran induk 0,85 m, debit sa luran induk mencapai 1707 1/s.

• Evaluasi Terhadap Desain


Sendung Satang Agam dibangun pada zaman pemerintahan Hindia Selanda dan
usianya sudah mencapai sekitar 85 tahun. Karena usianya sudah cukup tua, wajar bila
bendung mengalami berbagai masalah yang berkaitan dengan bangunan bendungnya
sendiri maupun dengan sungai dimana bendung ditempatkan.
Kerusakan pada tubuh bendung dan lantai ruang olakan, berupa terkelupasnya lapisan
permukaan, dapat disebabkan oleh terjadinya abrasi akibat material angkutan sedimen
dan/atau gejala kavitasi yang berlangsung dalam jangka waktu lama. bahan bangunan
yang digunakan, khususnya bahan untuk membuat adukan pengecoran, saat bendung
direncanakan, masih terbatas pada bahan-bahan yang tersedia pada waktu itu. Dalam
jangka waktu lama dapat mengalami penurunan kualitas, sehingga menyebabkan
kurangnya ketahanan bangunan terhadap gejala-gejala hidraulik yang merusak.
Penggerusan pada dasar dan tebing kiri sungai di hilir bendung adalah akibat dari
degradasi dasar sungai yang berlangsung dalam jangka waktu lama sehingga
peredaman energi tidak efektif karena muka air hilir ikut turun. Disamping itu,

85
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

bangunan tembok pasangan batu perlindungan tebing kanan mengubah arah aliran di
hilir bendung.
Endapan sedimen di saluran muka intake terjadi akibat adanya pusaran aliran di saluran
muka sebab kondisi aliran masuk ke saluran muka yang tidak merata karena langsung
membelok tegak lurus aliran sungai.

SARAN-SARAN TIN OAK LANJUT


• Upaya Penanggulangan Jangka Pendek
Lakukan upaya penanggulangan jangka pendek dengan memperbaiki kerusakan pada
tubuh bendung dan ruang olakan, dan mengamankannya dari penggerusan dasar
sungai di hilir bendung dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Perbaiki kerusakan tubuh bendung dengan memberi lapisan beton pada seluruh
bentang tubuh bendung. Lakukan pelapisan dengan cara membongkar/
mengurangi ketebalan lapisan tubuh bendung yang ada. Pasang lapisan beton yang
baru pada bagian tersebut. Perkuat sambungan antara lapisan yang baru dengan
yang lama dengan angker.
2. Perbaiki kerusakan lantai ruang olakan bendung dengan melapisi seluruh lantai
ruang olakan dengan beton bertulang. Tutup lubang-lubang yang ada pada lantai
dengan lapisan beton tanpa tulangan.
3. Perbaiki kerusakan dasar sungai tepat di hilir bendung dengan cara memberi
lapisan blok-blok beton terkunci mulai dari ambang akhir ruang olakan ke hilir
sepanjang 10,0 m.

• Upaya Penanggulangan Jangka Panjang


Sebagai upaya penanggulangan jangka panjang, lakukan pekerjaan pengamanan
pasokan air ke daerah irigasi sebagai berikut:
1. Pindahkan mulut intake ke tepi sungai agar tidak terjadi pengendapan di mulut
intake. Hal ini dapat memelihara kapasitas debit ke intake dan meringankan beban
biaya pemeliharaan penggalian endapan di mulut intake (Foto 46).
2. Buat tembok pasangan pada tebing sungai kiri bagian hilir ruang olakan agar dapat
mencegah bahaya longsornya saluran induk.

86
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

Foto 43. Bendung Bt. Agam dan Sa luran lnduk lrigasi Dilihat Dari Hi lir.

Foto 44. Kondisi Sungai Satang Agam di Hilir Foto 45. Ambang Akhir Ruang Olakan Muncul
Bendung. di Atas Permukaan Air.

Foto 46.1ntake irigasi dengan Sa luran Muka di Udik Bendung.

87
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

2.1.12 REHABILITASI BEN DUNG SAUSU, SULAWESI TENGAH

LOKASI DAN DATATEKNIS

• Lokasi
Bendung Sausu terletak di Sungai Sausu yang secara administratif berada di Desa Sausu
Taliabo, Kecamatan Sausu, Kabupaten Parigi Moutong, Propinsi Sulawesi Tengah.

• DataTeknis
Bendung Sausu dibangun pada tahun 1989. Bendung ini berfungsi sebagai sarana
pengambilan air irigasi untuk mengairi lahan pertanian seluas kurang lebih 10.000
hektar. Sejak berfungsinya bendung pada tahun 1991, pemberian air irigasi tidak dapat
berjalan optimal karena kondisi saluran irigasi kurang memadai akibat sedimentasi pada
saluran dan kondisi pintu-pintu air yang kurang terpelihara.
Pada bulan Mei 1996, bendung Sausu mengalami banjir yang cukup besar (diperkirakan
debitnya 480 m3/s) yang mengakibatkan ambruknya tembok tanggul kiri bendung dan
tertumpuknya sampah padat (debris) berupa batang-batang pohon di hulu bendung
(Foto 47) karena tersangkut pada pilar jembatan Bendung Sausu. Tumpukan batang-
batang pohon ini menyebabkan aliran banjir melalui mercu bendung terhalangnya,
Akibatnya, muka air banjir tinggi dan sedimen masuk ke saluran induk kiri melalui intake
kiri bendung. Karena itu, saluran induk penuh dengan endapan sedimen.
Pada tahun 2003, dalam kerangka sub proyek DISIMP (Decentrallied Irrigation System
Improvement Project) untuk rehabilitasi dan upgrading Dl Sausu, Konsultan Nippon Koei
telah membuat desain rehabilitasi Bendung Sausu dengan membuat peredam energi
kedua untuk mengatasi masalah penggerusan akibat degradasi dasar sungai di hilir
bendung. Dalam desain ini disiapkan juga saluran pengelak (diversion channel) di
sebelah kiri bendung untuk melaksanakan konstruksi.
Pada tanggal 25 April 2008 jam 00.00 - 02.00 WITA terjadi banjir di Bendung Sausu
dengan tinggi air di atas mercu mencapai 1,50 m atau pada elevasi +54,91 m. lni berarti
mendekati muka air banjir rencana pada elevasi +54,97 m dengan debit banjir rencana
628 m3/s. Akibat banjir ini Bendung Sausu mengalami kerusakan-kerusakan berikut:
a) Tubuh bendung
Lapisan beton tahan aus pada mercu dan bidang miring sebelah hilir terkelupas
atau mengalami abrasi sehingga besi tulangan tersingkap (Foto 48).
b) Kolam olak bendung
Lantai kolam olak:
• Lapisan beton tahan aus terkelupas atau mengalami abrasi sehingga
konstruksi pasangan batu di bawahnya tersingkap,
• Beberapa bagian lantai runtuh atau berlubang hingga mencapai tanah
dasar(Foto 49),
• Ali ran air dari hulu ke hilir dijumpai di bawah lantai bag ian tengah ..
- Am bang akhir:
• Bagian kanan am bang akhir roboh/terguling sepanjang ±50 m(Foto 50),
• Bag ian kiri am bang akhir yang masih utuh menggantung dan retak-retak.

88
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

c) Tembok pemisah sebelah hilir bangunan penguras bendung


- Tembok pemisah penguras kiri berlubang dan menggantung.
- Tembok pemisah penguras kanan retak-retak.
d) Jembatan penyeberangan .
Pilar jembatan No. 1, No.2 dan No.3 bergeser ke arah hilir ±3 em.
e) Saluran pembilas kantong sedimen
Outlet saluran kanan dan saluran kiri hancur.

Pada tanggal 20 September 2008, 18 hari setelah aliran sungai dialihkan ke saluran
pengelak, terjadi banjir dengan perkira<i'n debit 300 m 3/s yang mengakibatkan tembok
penahan (retaining wam pada tanggul kiri jebol dan beberapa tiang besi saringan batu
(boulders screen) pada intake kiri roboh.
Pada tanggal 26 Oktober 2008 terjadi lagi banjir dengan perkiraan debit 260 m3/s, yang
mengakibatkan tanggul kiri saluran pengelak rusak dan sudetan (short cut), untuk
pengaliran sementara air sungai ke saluran induk selama pelaksanaan konstruksi,
hilang/hanyut tergerus aliran banjir Sungai Sausu.
Data pokok bendung:
a) Bendung Sausu ( lama )
Lebar total bendung (termasuk pembilas) 130m
Pelimpah bendung
• Tipe mercu Ogee
• Lebar total 109m
• Lebar bersih bentang keseluruhan 11 x9 m = 99 m
• Lebar pilar keseluruhan 10x1 m=10m
• Tinggi bendung 3.10 m
• Elevasi mercu El. +52,41 m
• Elevasi lantai udik El.+49,31 m
• Elevasi tembok pangkal (dekzerk) El.+56,44m
• Elevasi lantai peredam energi El.+45,65 m
Pembilas bendung kiri
• Tipe bangunan . pembilas bawah (undersluice)
• Lebar total 13m
• Lebar bersih bentang keseluruhan 4x2,5 m =10m
• Lebar pilar keseluruhan 3x1 m=3m
• Elevasi lantai pembilas El. +48,66 m
• Elevasi plat pembilas El. +50,61 m
Pembilas bendung kanan
• Tipe bangunan pembilas bawah (undersluice)
• Lebar total 6m
• Lebar bersih bentang keseluruhan 2x2,5 m=5 m
• Lebar pilar keseluruhan 1x1m=1m
• Elevasi lantai pembilas El. +48,66 m
• Elevasi plat pembilas El. +50,61 m

89
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

Intake kiri
• Lebar total 19m
• Lebar bersih bentang keseluruhan 8x 1,5 m =12m
• Lebar pilar keseluruhan 7x1 m=7m
Intake kanan
• Lebar total 4m
• Lebar bersih bentang keseluruhan 2x1,5m=3m
• Lebar pilar keseluruhan 1x1m=1m
Peredam energi
• Tipe bangunan lantai datar dengan am bang
akhir
• Lebar total 130m
• Panjang lantai 27,80 m
• Elevasi lantai di hilir pelimpah El. +45,65 m
• Elevasi lantai di hilir pembilas E1. +44,37 m

b) Bendung Sausu (baru)


Perubahan desain dari bendung lama hanya pada desain peredam energi dimana
digunakan sistem peredaman energi dua tahap dengan kolam olak atas dan kolam
olakbawah.
Kolam olak atas
• Tipe bangunan lantai datar dengan mercu
kedua
• Lebar total 130m
• Panjang lantai 17m
• Elevasi lantai di hilir pelimpah El. +45,65 m
• Elevasi lantai di hilir pembilas E1. +44,37 m
• Elevasi mercu kedua di hilir pelimpah El. +47,57 m
• Elevasi mercu kedua di hilir pembilas El. +45,19 m
Kolam olak bawah
• Tipe bangunan lantai datar dengan am bang
akhir
• Lebar total 130m
• Panjang lantai 17m
• Elevasi lantai di hilir mercu kedua El. +41,06 m
• Elevasi ambang akhir El. +42,10 m
• Elevasi dasar sungai di hilir bendung El.+42,54m
Debit banjir rencana
• Debit desain periode ulang 100 th, 01oo 628 m 3/s
Elevasi muka air rencana
• Elevasi muka air banjir hulu El. +53,97 m
• Elevasi muka air banjir kolam olak atas El. +49,02 m
• Elevasi muka air banjir hilir El. +44,31 m
• Elevasi muka air normal hulu El. +52,41 m

90
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

IDENTIFIKASI MASALAH
• Masalah yang Dihadapi
Bendung Sausu sering mengalami banjir di sungai Sausu, yang di samping membawa
angkutan sedimen dari material pasir, kerikil dan batu juga membawa material sampah
padat (debris) berupa kayu-kayu besar hasil reruntuhan pada daerah aliran sungai. Banjir
yang berulang kali menimpa Bendung Sausu ini telah mengakibatkan kerusakan-
kerusakan pada bangunan dan tidak berfungsinya Bendung Sausu secara optimal.

• Upaya-upaya Penanggulangan
Dengan adanya kerusakan-kerusakan ini, pihak Balai Wilayah Sungai Sulawesi II sebagai
pengelola prasarana dan sarana sumber daya air di Propinsi Sulawesi Tengah telah
melakukan upaya-upaya penanggulangan dan perbaikan. Pembuatan desain konstruksi
dan bangunan untuk perbaikan bendung termasuk rencana pengelolaan alur sungai
telah dilakukan oleh Balai Wilayah Sungai Sulawesi II, namun sebelum pekerjaan fisik
penanggulangan tersebut dilakukan Pusat Litbang Sumber Daya Air perlu mengadakan
tinjauan teknis agar desain-desain konstruksi/bangunan tersebut memenuhi
persyaratan teknis yang diperlukan.

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB


• Peninjauan Lapangan
Kejadian-kejadian banjir besar di Sungai Sausu pada bulan Mei tahun 1996 dan pada
bulan-bulan April, September, dan Oktober tahun 2008 mengakibatkan kerusakan besar
pada Bendung Sausu. Hasil peninjauan lapangan menunjukkan kerusakan-kerusakan
tersebut yang secara garis besar dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Di hulu bendung terjadi endapan sedimen yang tinggi dan tumpukan sampah
berupa batang-batang kayu dalam jumlah besar yang datang pada waktu banjir,
sehingga mengurangi kapasitas pengaliran melalui bendung dan menghalangi
aIiran air masuk ke intake (Foto 47).
2. Permukaan tubuh bendung, termasuk mercu dan bidang miring sebelah hilir,
terkikis dan terkelupas (Foto 48).
3. Lantai peredam energi bagian te~ga,h termasuk ambang akhir hancur, dan terdapat
lubang di tengah-tengah lantai (Foto 49).
4. Dasar sungai di hilir ambang akhir peredam energi mengalami pergeseran yang
dalam (Foto SO).
5. Tembok penahan pada tanggul dan saringan batu (boulder rack) sebelah kiri rusak
(Foto 51).

Hasil pengamatan terhadap kondisi aliran di kolam olak dan di hilirnya, yang dilakukan
pada bulan Maret 2008 sebelum terjadinya banjir pada bulan April 2008 yang
menghancurkan lantai dan ambang ak~.ir kolam olak, menunjukkan bahwa kolam olak
sudah tidak dapat berfungsi sebagai peredam energi karena muka air hilir sudah turun
sampai di bawah mercu am bang akhir sebagai akibat dari degradasi dasar sungai di hilir
bendung.

91
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

Foto 47. Material Sedimen Dari Reruntuhan Pohon, Endapan Sedimen dan Tumpukan Sampah
Batang Pohon di Udik Bendung.

Foto 48. Tubuh Bendung Terkikis dan Terkelupas Foto 49. Lantai Peredam Energi Hancur.

Foto 50. Ambang Akhir Hancur, Dasar Sungai Foto 51. Sa ringan Sedimen (Boulder Rack) di
di Hilirnya Tergerus Dalam. Depan Intake dan Pembilas Kiri
Rusak.

92
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

• Evaluasi Terhadap Desain dan Pelaks•,naan Konstruksi


Kerusakan yang terjadi pada Bendung Sausu diakibatkan oleh banjir yang terjadi
beberapa kali, dengan debit terbesar mendekati debit banjir rencana yang besarnya 628
m3/s, terjadi pada tanggal 25 April 2008. Banjir-banjir tersebut mempunyai daya rusak
yang besar karena kecepatan alirannya tinggi dan kondisi dasar sungai di hilir bendung
sudah mengalami degradasi.
Kenyataan tersebut mengemukakan bahwa desain bendung belum memperhitungkan
secara tepat kemiringan ruas Sungai Sausu di lokasi bendung yang cukup besar dan
mengantisipasi dengan baik degradasi dasar sungai di hilir bendung.

SARAN-SARAN TINDAK LANJUT


Dalam rangka menanggulangi masalah yang dihadapi dan memperbaiki kerusakan yang
terjadi pada Bendung Sausu, berikut adalah saran-saran tindak lanjut yang dikemukakan:
a) Tanggulangi masalah gerusan lokal akibat degradasi dasar sungai di hilir bendung,
dengan membuat peredam energi kedua.
b) Perkuat pondasi peredam energi kedua dengan membuat/memasang fondasi sumuran
di bawah bangunan baru di hilir tubuh bendung lama.
c) Pasang sheet pile di ujung lantai hulu Lihtuk mengatasi aliran buluh (piping) di bawah
tubuh bendung dengan memperpanjang rayapan aliran bawah (seepage).

Perhatikan hal-hal berikut yang berkaitan dengan penerapan sistem bendung bertangga
dengan pembuatan peredam energi kedua:
Uii model hidraulik fisik
Untuk memperoleh kondisi pengaliran hidraulik yang memenuhi kriteria pemecahan
energi yang optimum, uji model hidraulik fisik di laboratorium dengan model dua
dimensi terhadap desain bendung. Dari ~asil pengujian diperoleh ukuran panjang lantai
peredam energi pertama dan kedua yang optimum dan lapisan pelindung dasar sungai
di hilir peredam energi kedua berupa rip-rap dari batu atau blok-blok beton.
- Morfologi sungai
kemiringan sungai yang besar memerlukan pengendalian kecepatan aliran dengan
membuat ambang pada dasar sungai (groundsill) secara berseri. Untuk menentukan
tinggi am bang dari dasar sungai, jarak antara am bang, dan posisi am bang di hulu dan di
hilir terhadap bendung, lakukan analisis hidraulik dengan bantuan uji model hidraulik
numerik.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah Iebar bendung yang terlalu besar dibandingkan
dengan Iebar ruas sungai di lokasi bendung. Perlu dikaji kemungkinan untuk
mengurangi Iebar penampang peredam energi kedua agar aliran yang keluar dari
peredam energi tidak mengalami kontraksi yang besar sehingga tidak perlu dibuat
bangunan transisi yang panjang. Untuk memperoleh Iebar peredam energi kedua yang
optimum, lakukan anal isis dengan bantuan uji model hidraulik fisik dengan model tiga
dimensi di laboratorium.

93
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

GAMBAR22

94
/

Gambar 22 Denah Potongan A-A Memanjang Bendung Sausu

1
r,......,.. ,. . 5~33

ICEMEHTEI.IAH PIICE .. IAAH UMUM


Gambar 23 Denah Potongan B-B Memanjang Bendung Sausu IADAN PENELITIAN DAN PEHOEMIANGAN
I'USATPINBJTAH DAM I'INGIMioiHCAH- Do\YAAII
A.kll. .... ,..,.lfJ ......... -.:P2aiMIOU · --- ·l:IOt.»> • 2.liiODIII'o '-' llilt.ll*"~
110 .......... - - - .. . .... ,~

BENDUNG SAUSU

POTONGAN MEMANJANG
0 4 8 12 16 20cm
SKALA :
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

GAMBAR23

95
Pus at Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

- Stabilitas bendung
Karena terjadi gradien hidraulik yang besar antara muka air di hulu dan di hilir bendung,
periksa besarnya gaya angkat (uplift) yang bekerja pada bendung dan lakukan kembali
analisis stabilitas bendung. Apabila pembuatan peredam energi kedua menyebabkan
bendung menjadi tidak stabil, maka untuk mengurangi uplift pertimbangkan untuk
menerapkan lantai hilir yang lui us air (permeable stilling basin).
Sambungan bangunan lama dan bangunan baru
Dengan adanya penambahan peredam energi kedua pada bendung yang ada, maka
akan terdapat sambungan antara konstruksi lama dan konstruksi baru. Sambungan
konstruksi harus diperhitungkan, baik kualitas maupun kekuatan masing-masing.
Apabila konstruksi lama ternyata sudah tidak layak, usahakan penanggulangan
maksimal sehingga ke dua bagian konstruksi tersebut stabil.

96
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

2.1.13 REVIEW DESAIN BENDUNG SLJNGA, JAWA TENGAH

LOKASJ DAN DATATEKNIS


• Lokasi
Lokasi rencana Bendung Slinga terletak di Sungai Klawing yang secara administratif
berada di Desa Slinga, Kecamatan Kaligondang, Kabupaten Purbalingga, Propinsi Jawa
Tengah. Secara kedinasan, lokasi rencana bendung termasuk dalam wilayah kerja Sub
Dinas Pengairan Kabupaten Purbalingga, Balai Besar Wilayah Sungai Serayu- Opak, dan
secara geografis terletak pada 7° 21' 45" lS sampai dengan 7° 25' 24" LS dan 1ago 23' 11"
BT sampai dengan 1ago 25' 53" BT.

• Data Teknis
Jaringan lrigasi Slinga dan Jaringan lrigasi Larangan
Jaringan lrigasi Slinga dan Jaringan lrigasi Larangan dibangun pada tahun 1ga3 oleh
Pemerintah Belanda. Pengambilan air untuk Jaringan lrigasi Slinga dilakukan melalui
Bangunan Pengambil Bebas Slinga di Sungai Klawing (Foto 52) dan untuk Jaringan
lrigasi Larangan dilakukan melalui Bendung Larangan I di Sungai Gemuruh dan
Bendung Larangan II di Sungai Gringsing. Setelah berfungsi sekitar 75 tahun, rehabilitasi
dilakukan pada tahun 1g7711g7s dengan maksud untuk mengembalikan tingkat
pelayanan jaringan irigasi seperti semula atau lebih baik dari sebelumnya.
Akibat perubahan morfologi Sungai Klawing, khususnya degradasi dasar sungai, posisi
ambang Bangunan Pengambil Bebas Slinga terhadap dasar sungai menjadi terlalu
tinggi, sehingga air tidak dapat diambil secara gravitasi ke jaringan irigasi. Untuk
mengatasi hal ini pengambilan air dipindahkan ke Sungai Cungkir yang terletak di hulu
Bangunan Pengambil Bebas Slinga dan air yang diambil dimasukkan ke Saluran lnduk
Slinga melalui bangunan inlet drain (Foto 55). Kekurangan pasokan air dari Sungai
Cungkir, khususnya pada musim kemarau, diatasi dengan cara memompa air Sungai
Klawing ke Saluran lnduk Slinga. Pemompaan ini memerlukan biaya operasi dan
pemeliharaan yang cukup besar sedangkan hasilnya tidak optimal.
Untuk mengatasi masalah pengambilan air ini, desain Bendung Slinga di Sungai
Klawing telah dibuat. Sebagai persiapan untuk melaksanakan konstruksi, pada tahun
anggaran 2aa4, CV. Putra Pertiwi Semarang telah ditunjuk oleh Proyek lrigasi Andalan
Jawa Tengah, Bagian Proyek Pembinaan dan Perencanaan lrigasi Jawa Tengah untuk
melaksanakan "Review Desain Bendung Slinga, Paket D-3".
Jaringan lrigasi Slinga dan Jaringan lrigasi Larangan direncanakan menjadi satu sistem
jaringan interkoneksi, dimana pasokan air utama akan dipenuhi dari Bendung Slinga
yang akan dibangun yang mengambil air dari Sungai Kalwing di hulu Bangunan
Pengambil Bebas Slinga, sedangkan Bendung Larangan I dan Bendung Larangan II akan
berfungsi sebagai suplesi yang peranannya relatif kecil. Pengambilan air dari Bendung
Larangan I, selain sebagai suplesi, juga dimanfaatkan untuk menggelontor air drainase
kota yang dimasukkan ke Jari'ngan lrigasi Larangan I di bagian hulu. Untuk membuat
sistem jaringan interkoneksi ini, selain Bendung Slinga, perlu dibangun juga saluran
penghubung dari bangunan pengamb!.l bendung ke Saluran lnduk Slinga yang ada,
saluran penghubung dari Jaringan lrigasi Slinga ke Jaringan lrigasi Larangan, dan

97
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

bangunan silang/perlintasan di Sungai Klawing untuk membawa air irigasi melintasi


sungai ke Jaringan lrigasi Larangan yang berada di sebelah kanan sungai.

Rencana Bendung Slinga


Bendung Slinga rencananya ditempatkan ± 450 m di hulu bangunan pengambil bebas
lama dengan data pokok bendung sebagai berikut:
Tipe bendung Bendung tetap
- Tipe peredam energi : Tipe bak tenggelam (submerged bucket)
Bahan konstruksi Pasangan batu kali dilapis beton bertulang
- Debit banjir rencana 010o : 1.869 m3/s
Lebar mercu 101,00 m
Tinggi mercu bendung 1,90 m
Lebar pintu bilas 3x2,00 m
Lebar pilar pembilas 3x1,00m
Lebar pintu pengambil 2x 1,50 m
Lebar pilar pengambil 1,00m
- Panjang kantong lumpur: 195,00 m
Lebar kantong lumpur 3,00m
Lebar pintu penguras 2x 1,50 m
Alat ukur ambang Iebar
Lebar ambang alat ukur 2,00m

IDENTIFIKASI MASALAH
• Masalah yang Dihadapi
Masalah yang dihadapi adalah kurangnya kehandalan pasokan air ke Daerah lrigasi
Slinga karena kondisi sistem pengambilan air yang tidak optimal. Bangunan Pengambil
Bebas Slinga yang dibangun tahun 1903 sudah tidak dapat digunakan untuk
mengambil air secara gravitasi karena Sungai Klawing mengalami degradasi dasar
sungai yang cukup besar yang menyebabkan dasar sungai turun sampai jauh di bawah
ambang bangunan pengambil (Foto 53). Upaya mengatasi masalah dengan
memindahkan pengambilan ke Sungai Cungkir dan menambah pasokan dengan
pemompaan dari Sungai Klawing bukan pemecahan masalah yang tepat, karena
memerlukan biaya operasi dan pemeliharaan yang cukup besar sedangkan hasilnya
tidak memadai.
Untuk memecahkan masalah secara lebih baik, direncanakan membuat bendung di
Sungai Klawing di hulu bangunan pengambil bebas lama. Desain bendung yang sudah
dibuat kemudian dikaji ulang (direview) oleh Konsultan CV. Putra Pertiwi Semarang
sebagai persiapan untuk melaksanakan konstruksi. Untuk memeriksa kelayakan review
desain yang dibuat oleh konsultan ini, Pusat Litbang Sumber Daya Air telah dimintai
advis teknis.

• Upaya-upaya Penanggulangan
Untuk mengatasi masalah pasokan air ke Daerah lrigasi Slinga upaya-upaya perbaikan
sistem pengambilan air berikut telah dilakukan.
- Pengambilan air dipindahkan ke Sungai Cungkir.

98
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

- pasokan ditambah dengan pemompaan dari Sungai Klawing.


- Desain Bendung Slinga dibuat untuk mengambil air dari Sungai Klawing.
- Review design Bendung Slinga dibuat untuk persiapan pelaksanaan konstruksi.
- Advis teknis dari Pusat Litbang Su~ber Daya Air telah diminta untuk memeriksa
kelayakan review design.

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB/TERKAIT


• Peninjauan Lapangan
Bangunan Pengambil Bebas Slinga
Bangunan Pengambil Bebas Slinga sudah tidak berfungsi karena degradasi dasar Sungai
Klawing dan pengambilan air dipindahkan ke Sungai Cungkir di hulu bangunan
pengambil bebas yang ada.

Foto 52. Banggunan Pengambil Bebas Slinga Foto 53. Muka Air Sungai Berada di Bawah
di Tebing Kiri Tikungan Luar Sungai. Ambang Bangunan Pengambil.

Foto 54. Outlet Bangunan Pengambil di Foto 55. Inlet Drain Dari Sungai Cungkir.
Saluran lnduk Slinga.

99
Pusat Penefitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

Lokasi rencana Bendung Slinga


Lokasi rencana Bendung Slinga yang terletak ± 450 m di hulu Bangunan Pengambil
Bebas Slinga (Foto 56) dinilai cukup baik karena terletak di bagian sungai yang relatif
lurus sehingga aliran menuju bendung akan cukup merata. Disamping itu, penampang
sungai di bagian ini lebih sempit dibandingkan dengan di bagian lain sehingga tidak
memerlukan Iebar bendung yang besar.

Foto 56. Lokasi Rencana Bendung Slinga. Foto 57. Pengambilan Material Golongan C.
Dasar perencanaan bendung memerlukan gambar mutakhir situasi sungai di sekitar
lokasi bendung. Untuk itu pengukuran ulang situasi sungai perlu dilakukan mengingat
pengukuran terakhir dilakukan pada tahun 2002. Dalam kurun waktu tujuh tahun dapat
terjadi perubahan morfologi sungai yang signifikan.
Di sekitar lokasi bendung, material golongan C di sungai diambil secara cukup intensif
(Foto 57). Hal ini perlu dipertimbangkan dalam merencanakan bendung.

Pertemuan Sungai Klawing dan Sungai Gintung


Pertemuan Sungai Klawing dan Sungai Gintung (Foto 58) berada ± 1,0 km di hulu lokasi
rencana Bendung Slinga. Pada bag ian Sungai Klawing di daerah pertemuan ini terdapat
jembatan gantung (Foto 59) yang perlu diperhitungkan terhadap peninggian muka air
sungai sebagai akibat dari dibangunnya bendung. Tembok pangkal kiri jembatan ini
mengalami kerusakan akibat banjir. Secara umum aliran Sungai Klawing lebih dominan
dari pada Sungai Gintung.

Foto 58. Pertemuan Sungai Klawing dan Foto 59. Jembatan Gantung di Sungai
Sungai Gintung. Klawing.

100
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

Lokasi rencana bangunan silang/perlinta"san di Sungai Klawing (Foto 60)


menyalurkan Penyaluran air irigasi dari Jaringan lrigasi Slinga di sebelah kiri ke Jaringan
lrigasi Larangan di sebelah kanan Sungai Klawing memerlukan bangunan
silang/perlintasan. Bangunan silang/perlintasan ini dapat berupa talang atau sifon dan
untuk menentukan mana yang akan digunakan, perlu pertimbangkan morfologi sungai
(debit banjir, material dasar sungai, angkutan sedimen sungai, agradasi, dan degradasi
dasar sungai, perubahan alur (planform) sungai), kegiatan pengambilan material
golongan C (Foto 61 ), dan tinggi tekan (head) yang tersedia an tara inlet dan outlet
bangunan silang/perlintasan di saluran penghubung dari Jaringan lrigasi Slinga ke
Jaringan lrigasi Larangan.

Foto 60. Lokasi Rencana Bangunan Silang I Foto 61. Kegiatan Pengambilan Material
Perlintasan. Golongan C.

Jaringan irigasi yang ada


Karena ada rencana membuat sistem jaringan interkoneksi yang mencakup Jaringan
lrigasi Slinga (Foto 62) dan Jaringan lrigasi Larangan (Foto 63), dan rencana perluasan
daerah layanan, dengan pasokan utama dari Bendung Slinga, sesuaikan saluran-saluran
dan bangunan-bangunan yang ada. Saluran lnduk Slinga perlu ditingkatkan kapasitas
dan tinggi tekannya agar dapat mencakup pasokan ke Jaringan lrigasi Larangan. Saluran
lnduk Larangan juga memerlukan penyesuaian pada saluran dan bangunan yang
berkaitan dengan perubahan arah aliran dan peningkatan kapasitas.

Foto 62. Saluran di Jaringan lrigasi Slinga. Foto 63. Saluran di Jaringan lrigasi Larangan.

101
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

• Evaluasi Terhadap Desain


Setelah memperhatikan masalah yang dihadapi pada bangunan Pengambil Bebas
Slinga yang sudah tidak dapat difungsikan lagi, maka rencana rehabilitasi dengan
pembangunan Bendung Slinga merupakan gagasan yang baik.
Dari evaluasi terhadap desain yang kerjakan oleh Konsultan PT Putra Pertiwi Semarang,
seperti yang disajikan dalam laporan "Review Detail Desain Bendung Slinga", diketahui
ada beberapa hal yang memerlukan analisis yang lebih lengkap dan lebih tajam, yaitu:
a) Analisis hidrologi mengenai debit banjir rencana.
b) Analisis hidraulik mengenai:
(1) Penentuan elevasi mercu yang optimal.
Hal ini sangat penting karena di satu sisi berdasarkan data yang ada pada ruas
tersebut sering terjadi banjir, sedangkan di sisi lain diperlukan tinggi tekan
yang memadai untuk mengalirkan air dan membilas sedimen. Dari desain
muka air hulu dan hilir diketahui bahwa pada saat debit desain 010o tahun, akan
terjadi aliran "tidak sempurna". Masalah ini perlu dianalisis dengan lebih rind.

(2) Peredam energi bendung.


Dasar Sungai Klawing di lokasi bendung didominasi oleh pasir kasar - kerikil
dengan respon sungai yang sangat aktif. Karena itu, tipe peredam energi
cekung masif dan sa rang laba-laba diperkirakan tidak memadai.

(3) Bangunan pembilas bendung dan bangunan pengambil.


Desain bangunan pembilas bendung menggunakan tipe pembilas biasa
dengan lantai miring. Agar pembilasan lebih efektif gunakan tipe pembilas
bawah (undersluice) dan sesuaikan dengan bangunan pengambil.

(4) Bangunan penangkap sedimen.


Karena tinggi tekan yang sangat terbatas dan untuk mengoptimumkan efisiensi
pengendapan dan efektivitas pembilasan, disarankan untuk menerapkan
penangkap sedimen/pasir dengan minimum 2 kompartemen.

SARAN-SARAN TINDAK LANJUT


• Desain Bendung Slinga
Untuk menghasilkan desain Bendung Slinga yang optimal dan mempunyai keandalan
kinerja yang tinggi (Gambar 25 dan Gambar 26), disarankan untuk memeriksa hal-hal
sebagai berikut:
1. Tentukan debit baniir rencana
Lakukan analisis hidrologi untuk menentukan debit banjir rencana Q,oo yang
menurut review design besarnya 1.869 m3/s.

2. Tentukan elevasi mercu dan Iebar pelimpah bendung secara optimal


Elevasi mercu pelimpah ditentukan dengan memperhitungkan tinggi tekan yang
diperlukan untuk penyaluran debit pasokan secara gravitasi ke seluruh bagian
jaringan irigasi dan pembilasan secara hidraulik endapan sedimen di depan
bangunan pengambil dan di saluran penangkap sedimen. Lebar pelimpah

102
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

ditentukan dengan menghitung debit banjir rencana, elevasi muka air hilir dan
tinggi aliran di atas mercu yang terjadi dengan mempertimbangkan tanggul banjir
yang diperlukan dan jembatan di hulu bendung yang harus aman terhadap
peninggian muka air (backwater) akil?,at pembendungan.

3. Tentukan desain peredam energi bendung yang efektif


Dalam menentukan desain peredam energi bendung, pertimbangkan kondisi aliran
melalui bendung, agradasi/degradasi dasar sungai, dan material dasar sungai yang
didominasi pasir kasar dan kerikil. Perhatikan kondisi ali ran melalui bendung dimana
pada debit desain aliran masuk ke peredam energi tenggelam di bawah muka air
hilir, penggunaan peredam energi tipe lantai datar lebih sesuai dibandingkan
dengan tipe cekung masif.

4. Tentukan desain bangunan pembilas·bendung


Agar pembilasan lebih efektif, disarankan untuk menggunakan bangunan pembilas
tipe pembilas bawah (undersluice) sebagai pengganti bangunan pembilas biasa.
Dengan menggunakan bangunan pembilas bawah, sesuaikan desain bangunan
pengambil. Keuntungan dari penggunaan bangunan pembilas bawah adalah
operasi pembilasan dapat dilakukan tanpa menurunkan muka air di hulu bendung.

5. Tentukan desain bangunan penangkap sedimen


Karena tinggi tekan yang dapat disediakan terbatas, lakukan pembilasan yang efektif
atas bangunan penangkap sedimen dengan membuat sekurang-kurangnya dua
kompartemen, agar pembilasan dapat dilakukan bergantian dengan menggunakan
debit pembilasan penuh pada setiap kompartemen. Keuntungan lain dari
penggunaan dua kompartemen atau lebih adalah operasi pembilasan dapat
dilakukan bersama-sama dengan operasi pemasokan air irigasi.

Persiapkan desain dengan mengacu pada standar-standar dan kriteria perencanaan


yang ada, antara lain:
a) Tata Cara Perencanaan Umum, Analisis Hidrologi dan Hidraulik untuk Desain
Bangunan di Sungai (SNI No. 03-1724~ 1989).
b) Tata Cara Perencanaan Umum Bendung (SNI no. 03- 2402- 1991 ).
c) Standar Perencanaan lrigasi, Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan Utama KP-02.

• Perencanaan Sistem Jaringan lrigasi lnterkoneksi Slinga-Larangan


Untuk menghasilkan Sistem Jaringan lrigasi lnterkoneksi Slinga-Larangan yang optimal
(Gambar 24) dan mempunyai keandalan kinerja yang tinggi, disarankan untuk
memeriksa hal-hal sebagai berikut:
1. Kapasitas bangunan pengambil Bendung Slinga
Periksa kapasitas bangunan pengambil agar dapat memenuhi kebutuhan pasokan
untuk Jaringan lrigasi Slinga dan Jaringan lrigasi Larangan termasuk areal
per Iuasannya.

103
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

2. Kapasitas saluran penghubung


Periksa kapasitas saluran penghubung dari bangunan pengambil Bendung Slinga ke
Saluran lnduk Slinga yang ada dan saluran penghubung dari Jaringan lrigasi Slinga
ke Jaringan lrigasi Larangan agar dapat memenuhi kebutuhan pasokan untuk areal
layanan masing-masing termasuk perluasannya.
3. Penyesuaian saluran-saluran dan bangunan-bangunan yang ada
Sesuaikan desain saluran-saluran dan bangunan-bangunan yang ada di Jaringan
lrigasi Slinga dan Jaringan lrigasi Larangan dengan perubahan kapasitas dan/atau
arah alirannya.

BEPriOVNO SliNGA
(SARU)

' · / · - --- SALUAAN

r PENGHVOUNG 1
(BARV)

(Rf.£ INTAKE SLINCiA \lAMA)

• - •'

.L 1
· ( . SLINGA
-- SALURAN INDUK

SALURAN
SOLURAN
SEKUNOE:R

Sr. -·-·-·n·-·-·-·-·+
SEt<UNDER fCEM8AAANWETAN
I<All ..........

IIL.-t Y'""'

~~ t
r ... LURAN INDUK
SLINGA
I
• " - - SALVfVoN
SEKUNOE'R 8RECEK

. Ql.k-4

BI!NCUNCI
LARANOANI •

·-·-. -· -0;7.".·- . ...,.\- ·- ·-.-. -· ~


I -- ~;~~oriR
\.,ARANGANI

.--i --

SAlURAN PENG,tUOUNG 3

- S.ALUAAN
I

_(_ SEKUND£R
L.ARANGANII

.L IL•II tllll
1---1'1-t=" • - . - . L •-. . -.-.-.-.-.- ·>
II!NDUNG
LARANGANII

Gambar 24. Sistem Jaringan lrigasi lnterkoneksi Slinga-Larangan.

104
Kompendtum
. Advis Teknis Berbagm·Jenis Bendung

ro
0'1
.!:
Vi
0'1
c
::l
-c
cQ)
co
..t::.

"'c
Q)
0

-...! -- •. . . •.
·~
-------.."'"------
··;;;.· / . :. . --............_,
-~- ---......_ 'n'""~-· - ~ ~
-··~,
. • "!.;'
•...\:/-· ·-. ·- ··- ··- -
-·....

105
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

''' s;

IP
t'ii1
HI
Illtl
l.I

:v

"t
Ill

...!OJ
~

~
~
g
::I
u:a

::I
~ ..
3
a.
u:a
co

u:a


::I

til
::I
c..
c
::I

!!!
'
I

:r l•. !
u:a 'i ~
~

106
Kompendium Advis Teknis Berbagai l enis Ben dung

2.1.14 PEMBANGUNAN BENDUNG KLARIK Dl DAERAH IRIGASI KLARIK, KEPULAUAN RIAU

LOKASI DAN DATATEKNIS

• Lokasi
Bendung Klarik terletak di Sungai Klarik yang secara administratif berada di Pulau
Bunguran Besar, Kabupaten Natuna, Propinsi Kepulauan Riau.

• Data Teknis
Penempatan bendung
Bendung Klarik dibangun di sudetan atau "coupure" sungai Klarik, yang lokasinya
terletak pada bukit yang melandai ke hulu dan ke hilir. Dasar sungai di hulu "coupure"
terletak pada +3,00 m dpl dan di hilir "coupure" lebih kurang pada + 1,50 m dpl yang
kadang kala pada pasang tinggi bisa" terpengaruh oleh ali ran pasang. Penggalian
disepanjang "coupure" mulai dari hilir ke hulu mempunyai kedalaman berkisar antara 1
m - 7 m. Foto 64 memperlihatkan pelaksanaa konstruksi bangunan bendung klarik
pada saat peninjauan lapangan tahun 2009.
Pondasi bendung diletakan diatas batuan beku dengan cara menggali lapisan-lapisan
tanah dan batuan yang ada diatasnya setebal lebih kurang 7 - 8 m. Batuan pondasi
berupa batuan beku andesit, berwarna abu-abu kehijauan, keras dan kuat untuk
mendukung bangunan bendung.

Foto 64. Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Bendung.

Tanggul penutup utama


Menurut gambar perencanaan, untuk mencapai elevasi tanggul penutup utama pada +
17,00 m dan panjang tanggul dari tengah-tengah sungai ke lereng bukit di sebelah kiri
dan sebelah kanan tanggul, tinggikan masing-masing lebih kurang 300 m. Elevasi tanah
di sekitar tanggul berkisar antara + 13 m hingga + 14 m dpl.
Tanah pondasi pada lokasi rencana bentlung (Foto 65) berupa tanah humus tebal ± 60
em dan lapisan dibawahnya berupa lapisan pasir kwarsa berwarna putih setebal ± 1 m.
Saluran induk
Saluran induk ditempatkan berdampingan dengan tanggul penutup dan trase saluran
melalui lapisan tanah humus dan lapisan batu pasir putih yang mudah hancur. Lapisan
tanah humus dan batu pasir putih ini tersebar merata diseluruh pulau bagian utara
Kepulauan Natuna ini.

107
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

Tanggul penutup sementara


Tanggul penutup sementara untuk mengamankan pelaksanaan konstruksi tanggul
penutup utama ditempatkan di sebelah hulu bendung berdampingan dengan awal
galian "coupure".
Dasar sungai di lokasi ini berkisar +3,00 m di atas muka laut, tetapi saat banjir besar,
pada lokasi rencana tanggul penutup di sungai, air banjir bisa mencapai + 15,5 m dpl.
· Dasar sungai di bagian ini terdiri dari batuan sedimen yang cukup padat dan keras
sehingga diperkirakan pondasi tanggul penutup sementara tidak akan bermasalah.

Foto 65. Tanah Pondasi Rencana Tanggul Foto 66. Daerah Rencana Genangan Di Udik
Penutup Utama. Bendung .

IDENTIFIKASI MASALAH

• Masalah yang Dihadapi


I

Pembangunan Bendung Klarik mengalami kendala karena dijumpainya lapisan pasir


dan batupasir yang ada diatas batuan pondasi bendung dan rencana tanggul penutup
yang diperkirakan lui us air dan mempunyai ketebalan 5 - 7 m.
Batuan pondasi bendung terdiri dari batuan sedimen yang berupa lapisan batupasir
yang berlapis dan belum mengalami proses pembatuan yang baik atau tersementasi
kurang baik dan bersifat mudah hancur. Hal ini terlihat dari mudahnya batuan sedimen
tersebut digali dengan menggunakan alat-alat berat yang ada. Masalah timbul karena
batuan yang digali mudah/cepat rontok, apalagi pada galian tegak, sehingga galian
melebar ke kiri dan ke kanan. Dengan kondisi galian seperti ini, volume timbunan di
lokasi ini akan meningkat, karena puncak bangunan akan terletak pada elevasi + 17,00
m di atas permukaan laut.
Ada perbedaan volume yang besar pad a tanggul penutup antara desain dan kenyataan
.hasil pengukuran MC - 0 saat pelaksanaan akibat dari perbedaan panjang tanggul dari
tengah-tengah sungai ke lereng bukit di kiri dan kanan sungai yang dalam desain
masing-masing 300 m sedangkan hasil pengukuran topografi MC - 0 700 m ke kiri dan
800 m ke kanan.

Saluran induk yang ditempatkan berdampingan dengan tanggul penutup utama berdiri
di atas tanah yang mudah tererosi dan dapat menjadi pasir urai yang akan
membahayakan keamanan bangunan saluran di waktu yang akan datang.

108
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

• Upaya-upaya Penanggulangan
Untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi, Balai Wilayah Sungai Sumatera IV
telah meminta Pusat Litbang Sumber Daya Air untuk memberikan advis teknis dengan
meninjau lapangan dan penelitian atas pekerjaan pembangunan Bendung Klarik yang
sedang dilaksanakan.

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB/TERKAIT


• Peninjauan Lapangan
Geologi regional daerah studi
Lokasi studi berada di wilayah utama di Kep. Natuna, tepatnya di Pulau Bunguran Besar
dimana struktur geologi yang berkembang adalah sesar dan lipatan. Hasil analisis
struktur di Pulau Natuna dan sekitarnya menunjukkan bahwa sesar geser jurus adalah
struktur yang paling menonjol di daerah ini. Menurut sejarah geologi, di daerah Natuna
pada jaman akhir Jura tunjaman terjadi di salah satu daerah di sebelah timur yang
membentuk batuan alas pra-Tersier yang terdiri dari batuan ultramafik, mafik, batuan
malihan, dan sedimen pelages. Perubahan arah gerakan lempeng di daerah itu
membentuk sesar memilin dan membentuk cekungan tersier yang di awali oleh
pengendapan Batupasir Pengadah. Keratan dalam batuan itu berasal dari kikisan dari
kawasan Paparan Sunda termasuk Pulau Kalimantan di selatan.

PETAGBlLOGI PULAU BUNGURAN BESAR


NATUNA· KEPULAUAN RIAU
KETERANOANS.aJUN< PETA:

~ ALUVll'l : K•kl p.ulc, Lin..~ din ~mbut

~ :~o':.n~~Pl~=r:::;~~
ptj.I L un-...y.t two-~A:•n cUin tMnrpwtJc.1 n:
plraksln, olrriney•ut d.anspin&

~ rMI'ICJAncllng
~~=~=~~~\~Liu't:,.•k~
bM'Iy• ku.ru d.lnndlcl
h-s~men ~tu... gel.-nbur gelomNng.

~ FORMA.SI PEHOADAH :konglom.r.lt. bll.lp.u ir


d.ln bo1hi~u. konglorner.lt, pl.tit*olot, k11.1s
.~n•• blhan , •nd,....p•il. te~pi&lh bun•.
kompoMn lcu.~!u, ri.ljng. bau l.mp~-nam.~lih
d.lnj.lrugb.ltulnb*u. O.tu!)Dk".p..til
k .cokla•nk.Ubu,k•r• t•pi&lhud.Mg blk.
k•boNin. ntemp.t kMbOtloll'l, g•rrCur
gelomb.ang.

- ~~~Sid.l~;~~~~=~~~~=:.c~:::n
hing;o~kemw.lh-., k••
U n bersifipMI 6efiO'n
b.atup• irun.~thillus .

- GRAHITRAHAI :grM'II, pld'lkotcu,k•••· fo:'*Uc


holokrii:Uin. ku•sa. ortctcl• . pLI.;oka.,bicU d.-.

"'""'""'

Gambar 27. Peta Geologi Pulau Bunguran Besar Natuna (sumber: P3G, DESDM; - 1: lokasi
studi)

Secara stratigrafi daerah studi berada pada satuan; Alluvial (Qa): kerikil, pasir, lanau dan
gambut, dengan pondasi Formasi Raharjapura (Tpr) yang terdiri dari selang-seling
antara batupasir dan batulanau. Batupasir mempunyai ciri berwarna putih kekuningan,

109
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

terpilah baik, mengandung banyak kuarsa dan sedikit fraqmen batuan. Peta geologi
Pulau Bunguran Besar, Natuna dapat dilihat pada Gam bar 27.
Satuan geologi yang lain di sekitar lokasi adalah; Formasi Pengadah (Tomp) terdiri dari
konglomerat, batupasir, dan batulanau. Konglomerat mempunyai ciri berwarna putih
kotor, keras, terpilah buruk, komponen kuarsa, rijang, batulempung mali han, dan jarang
batuan beku. Batupasir: putih kecoklatan kelabu, keras terpilah sedang-baik, karbonan,
setempat karbonan, gelembur-gelombang, silang-siur, jejak beban. Batulanau: kelabu
muda, agak keras, pelapisan sejajar umumnya sebagai sisipan. Secara umum batupasir
dan lanau menempati bagian atas. Satuan ini merupakan endapan fluviatil dan tebal
seluruh satuan diperkirakan 300 m. Granit Ranai (granit, putih, kasar, forfiritik,
holokristalin, kuarsa, ortoklas, plagioklas, biotit, dan muskovit) dan Formasi Bunguran
(Jkp) terdiri dari perselingan batulanau, tuf dan rijang. Batulanau, putih kekuningan
hingga kemerahan, keras, dan bersisipan dengan batupasir sangat halus. Tuf putih
kelabu setempat kemerahan, umumnya keras.

Geologi teknik daerah studi


Hasil pengeboran dengan alat bor mesin dan uji permeabilitas pada tiitk bor BH 1 dan
BH 2 (Laporan PT. lndra Karya, 2004) menunjukkan hal-hal berikut:

Profil dan Deskripsi Hasil Pengeboran BH 1


No Kedalaman (m) Ketebalan (m) Deskripsi tanah
Pasir halus berlanau kepasiran warna
1 0,00-2,90 2,90 cokelat, plastisitas rendah, kepadatan
sedang, dan kadar air rendah.
Pasir berkerikil abu-abu kecoklatan,
2 2,90-5,20 2,30 kepadatan sedang kepadat, non
plastisitas dan kadar air rendah
Batuan kerikil dan pasir warna coklat,
3 5,20-20,00 14,80 kepadatan padat ke sangat padat, non
plastisitas dan kadar air rendah

Profil dan Deskripsi Hasil Pengeboran BH 2


No Kedalaman (m) Ketebalan (m) Deskripsi tanah
Pasir halus berlanau kepasiran warna
1 0,00-2,30 2,30 cokelat, plastisitas rendah, kepadatan
sedang, dan kadar air rendah.
Pasir berkerikil abu-abu kecoklatan,
2 2,30-4,90 2,60 kepadatan sedang kepadat, non
plastisitas dan kadar air rendah
Batuan kerikil dan pasir warna coklat,
3 4,80-20,00 15,10 kepadatan padat ke sangat padat, non
plastisitas dan kadar air rendah

110
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

Profil Hasil Uji Permeabilitas (cm/s)


Kedalaman (m) BH 1 BH2
2,50 9,69 E-04 9,90 E-04
4,50 1,2'9 E-02 1,18 E-02
6,50 1,04 E-01 1,34 E-01
8,50 1,25 E-01 1,70E-01

• Evaluasi Terhadap Desain


Analisis potensi rembesan (seepage) profil bendung
Analisis potensi rembesan dilakukan pada profil bendung yang berada pada pondasi
satuan batu pasir untuk kondisi desain dan kondisi perbaikan dengan blanket/GCL,
dengan simulasi model menggunakan software SWEEP/W.

Kondisi desain
Hasil analisis menunjukkan
- Angka keamanan terhadap potensi rembesan, FK = lcr/lx = 1,04/0,2 = 5,2 > 4 aman
Debit rembesan yang melewati pondasi, Qr = 6,129 1o·6 x 15 m = 9,1935 1o·s m 3/s
- Uplift pressure di lantai hilir, u = 40 Kpa, dengan asumsi tebal beton 2 m, maka telah
memenuhi (apa?)

Kondisi perbaikan dengan blanket/GCL


Perbaikan dengan blanket/GCL bertujua'n untuk memperpanjang lintasan aliran bawah
(creep length) dengan cara memberikan tambahan panjang lapisan kedap air pada
permukaan tanah di depan lantai muka. Lapisan kedap air ini menggunalan GCL
(Geosynthetic Clay Liner) yang di bag ian atasnya dilindungi oleh timbunan pasir dan rip-
rap. Tebal selimut GCL yang digunakan adalah 30 em dengan nilai permeabilitas k = 1o· 6
m/s.

Hasil analisa menunjukkan:


- Angka keamanan terhadap potensi rembesan; FK = lcr/lx = 1,04/0.2 = 5,2 > 4 aman.
- Debit rembesan yang melewati pondasi, Qr = 6,127 1o·6 x 15 m = 9,1905 1o-s m 3/s.
- Uplift pressure di lantai hilir, u = 38 Kpa, dengan asumsi tebal beton 2 m, maka telah
memenuhi persyaratan.

Anal isis potensi rembesan (seepage) tanggul penutup


Kondisi desain
Simulasi perhitungan dilakukan pada profill desain tanggul penutup yang berada di
bag ian depan tapak bendung. Perhitungan potensi rembesan dilakukan dengan asumsi
profil stratigrafi di pondasi bagian tanggul sama dengan di daerah pondasi bendung.
Perhitungan meliputi exit gradient dan"' debit rembesan yang terjadi untuk muka air
banjir pada elevasi. +15,5 m.
Hasil analisis menunjukkan:
- Angka keamanan terhadap potensi rembesan, FK = lcr/lx = 1,04/0.8 = 1,3 < 4 tidak
aman.
- Debit rembesan yang melewati pondasi, Qr = 1,675 10-4 m3/s perm panjang.

111
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

Kondisi perbaikan dengan metode "cutoff'


Metode "cut off' ini digunakan untuk membentuk dinding penghalang rembesan yang
melalui bawah tanggul. "Cut off' juga diharapkan mengurangi potensi kehilangan air
pada genangan tanggul penutup. Analisis dilakukan untuk muka air banjir + 15,5 m.

Hasil analisis menunjukkan:


- Angka keamanan terhadap potensi rembesan, FK = lcr/lx = 1,04/0.2 = 5,2 > 4 aman.
- Debit rembesan yang melewati pondasi,Qr= 7,53310-6 m 3/s perm panjang.
Kondisi perbaikan dengan metode "blanket" tanah
Anal isis ini dilakukan sebagai alternatif untuk mengurangi exit gradient dan kehilangan
air dari genangan pada bagian pondasi tanggul dengan blanklet di dasar genangan.
Metode "blanket" tanah digunakan untuk membentuk lapisan kedap air pada dasar
genangan yang akan mengurangi rembesan melalui dasar genangan. Tanah
lempungan lanauan yang banyak terdapat di lokasi dengan kualitas yang baik
digunakan untuk blanket tanah. Selain itu pada bagian hilir tanggul dibuat toe drain
untuk mengurangi tekanan air pori.

Hasil analisis menunjukkan:


- Angka keamanan terhadap potensi rembesan, FK = lcr/lx = 1,04/0.2 = 5,2 > 4 aman.
- Debit rembesan yang melewati pondasi, Qr = 3,3638 10-6 m 3/s perm panjang.

Kondisi perbaikan dengan metode "blanket" GCL


Analisis ini dilakukan sebagai alternatif untuk mengurangi exit gradient dan kehilangan
air dari genangan pada bagian pondasi tanggul dengan geotextile tipe GCL
(geosynthentic clay liner) sebagai lapisan kedap air di tanggul dan dasar genangan. GCL
digunakan sebagai alternatif karena pelaksanaannya relatif lebih mudah. GCL yang
dipasang pada lereng tanggul dilindungi dengan pasangan batu. Selain itu pada bagian
hilir tanggul dibuat, toe drain untuk mengurangi tekanan air pori.

Hasil analisis menunjukkan:


- Angka keamanan terhadap potensi rembesan, FK = lcr/lx = 1,04/0.2 = 5,2 > 4 aman.
- Debit rembesan yang melewati pondasi, Qr = 1,336610-4 m 3/s perm panjang.

Analisis stabilitas lereng


Hasil analisis terhadap desain tanggul menunjukkan bahwa untuk kondisi muka air
banjir + 15,5 m dengan metode keseimbangan menggunakan software SLOPE/W
didapatkan FK = 1,452 aman.

SARAN-SARAN TINDAK LANJUT


• Pelaksanaan Konstruksi
Untuk melaksanakan pekerjaan di daerah ali ran air perhatikan pola hujan yang rata-rata
terjadi pada musim hujan dan perhatikan besarnya banjir yang mungkin terjadi dengan
berpatokan pada debit banjir rencana untuk melaksanakan konstruksi.
Persiapkan area pekerjaan dengan baik hingga tersedia ruang yang cukup leluasa untuk
kelancaran pelaksanaan konstruksi.

112
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

Ketika melakukan galian perhatikan kondisi tanah/batuan untuk menghindari longsor


yang mungkin terjadi.
Lakukan penimbunan di bagian yang berdampingan dengan bangunan secara hati-hati
untuk menghindarkan gangguan terhadap bangunan yang sudah berdiri. Untuk
mendapatkan hubungan/kontak yang baik antara timbunan dengan bidang permukaan
bangunan, gunakan bah an contact clay (sejenis tanah lempungan dengan OMC + 4-5%).

• Galian Coupure
Karena kondisi tanah/batuan yang mudah runtuh, buatlah lereng tebing galian coupure
cukup landai, dan bila perlu perkuat dengan bangunan perkuatan berupa
lining/revetment.

• Tanggul Penutup
Karena perbedaan volume tanggul penutup cukup besar antara desain dan kenyataan
hasil pengukuran MC - 0 di lapangan, tinjau kembali cadangan borrow area yang ada
mengingat perubahan volume tanggul menjadi ± 900.000 m3 •
Pada dasar galian pondasi tanggul penutup buat "kunci" dengan membuat alur dengan
Iebar 1,0 m dan kedalaman dari permukaan dasar pondasi 1,0 m - 1,5 m di tengah-
tengah dasar gal ian pondasi sepanjang tanggul. Sebelum menimbun tanggul penutup,
bersihkan dasar galian pondasi.
Untuk mencegah rembesan air melalui bawah pondasi, di bagian depan tanggul
penutup buatlah "blanket" dari tanah yang di padatkan dengan ukuran-ukuran yang di
tentukan berdasarkan gradien hidrolik yang terjadi.

• Saluran lnduk
Posisi bagian awal saluran induk yang panjangnya mencapai sekitar 9 km
berdampingan dengan tanggul penutup dan seluruh penampangnya berada di tanah
timbunan, sedangkan pada bagian yang lebih ke hilir saluran induk terletak di atas
tanah/batu pasir yang mudah tererosi. Karena ada perbedaan volume tanggul penutup
yang cukup besar antara desain dan kenyataan hasil pengukuran MC - 0 di lapangan,
perlu ditinjau kembali cadangan borrow area yang ada mengingat perubahan volume
tanggul menjadi ± 900.000 m 3•

113
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

2.1.15 PENANGANAN KERUSAKAN BENDUNG KONSOLIDASI DAM SUNGAI CIBERANG,


BANTEN

LOKASI DAN DATATEKNIS

• Lokasi
Bendung Konsolidasi Dam Sungai Ciberang terletak di Sungai Ciberang yang secara
administratif berada di Desa Kadu Peucang, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Lebak,
Propinsi Banten.

• Data Teknis
Bendung Konsolidasi Dam Sungai Ciberang, merupakan bangunan pengendali dasar
sungai. Konstruksi ini dibangun untuk menjaga/mengendalikan penurunan dasar
sungai yang diperkirakan akan membahayakan stabilitas jembatan yang ada di bagian
hulunya. Pembangunan bendung konsolidasi ini dimulai tahun 1995, diperbaiki tahun
2006, dan disempurnakan pada kegiatan tahun 2008- 2009.
Perbaikan yang dilakukan pada tahun 2006 adalah membuat bangunan pengendali
dasar Cek Dam 2 di hilir bangunan pengendali dasar Cek Dam 1 yang dibangun pada
tahun 1995. Sistem Bendung Konsolidasi dari hasil perbaikan tahun 2006 dapat dilihat
pada Gam bar 28.
Pada tahun 2007 terjadi banjir yang mengakibatkan rusaknya sistem bendung
konsolidasi, berupa kerusakan pada mercu bag ian kiri Cek Dam 1, dan kehancuran ± 2/3
bagian bangunan Cek Dam 2. Kerusakan bangunan akibat banjir tahun 2007 ini
diperbaiki pada tahun anggaran 2008.
Tidak lama setelah selesai perbaikan bangunan Cek Dam 1 dan Cek Dam 2, kembali
terjadi banjir sehingga bangunan Cek Dam 2 kembali rusak. Sebagian besar bangunan
Cek Dam 2 di bag ian kiri hancur.
Untuk menyelamatkan/mengamankan bangunan-bangunan yang ada, pada awal tahun
2009 dibangun Cek Dam 3 yang terletak di hilir bangunan Cek Dam 2 (Gambar 29).
Sesaat setelah bangunan Cek Dam 3 selesai dibangun, terjadi banjir yang
mengakibatkan kerusakan hampir seluruh bangunan Cek Dam 3.

114
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

Gambar 28. Sistem Bendung Konsolidasi Dam Tahun 2006.

Gambar 29. Sistem Bendung Konsolidasi Dam Tahun 2009

115
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

Foto 67. Perkuatan Bangunan Cek Dam 1.

Foto 68. Perbaikan Bangunan Cek Dam 2. Foto 69. Pembangunan Cek Dam 3.

IDENTIFIKASI MASALAH
• Masalah yang Dihadapi
Bendung Konsolidasi Dam Sungai Ciberang dibangun tahun 1995 untuk mengamankan
jembatan di sebelah hulunya yang beberapa kali mengalami kerusakan akibat banjir.
Upaya-upaya perbaikan dan perkuatan dengan membuat bangunan pengendali dasar
sungai tambahan, yaitu Cek Dam 2 dan Cek Dam 3, pada sistem bendung konsolidasi
dam masih belum dapat menanggulangi daya rusak aliran akibat banjir sungai
Ciberang. Masalah utama yang dihadapi bendung konsolidasi dam ini tampaknya
adalah pada konstruksi bangunan cek dam yang tidak mampu mengatasi gejala-gejala
dan gaya-gaya aliran akibat banjir. Perkuatan bangunan Cek Dam 1 dapat dilihat pada
Foto 67 sedangkan perbaikan bangunan Cek Dam 2 dan Cek Dam 3 berturut-turut
dapat dilihat pada Foto 68 dan Foto 69.

• Upaya-upaya Penanggulangan
Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian telah melakukan upaya-upaya
penanggulangan dengan memperbaiki dan membuat cek dam tambahan mulai tahun
2006 sampai dengan tahun 2009. Namun sejauh ini upaya-upaya tersebut belum
berhasil mengatasi masalah karena Cek Dam 3 yang dibangun tahun 2009 rusak akibat
banjir tidak lama setelah cek dam dioperasikan.
Untuk mendapatkan pemecahan masalah yang dapat diandalkan, Balai Besar Wilayah
Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian telah meminta Pusat Litbang Sumber Daya Air untuk

116
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

melakukan observasi terhadap masalah Bendung Konsolidasi Dam Sungai Ciberang dan
memberikan advis teknik yang diperlukan.

ANALISIS FAKTOR PENYEBABfTERKAIT


• Peninjauan Lapangan
Hasil peninjauan lapangan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kondisi umum
bangunan Cek Dam 1 masih utuh, sedangkan bangunan Cek Dam 2 dan Cek Dam 3
telah mengalami kerusakan (Foto 70 dan 71 ). Walaupun masih utuh, secara visual
terlihat adanya retakan melintang pada tubuh bangunan Cek Dam 1. Selain itu
kerusakan-kerusakan juga terjadi pada tembok sayap hulu dan hilir baik sebelah kanan
maupun sebelah kiri.

Foto 70. Kondisi umum bangunan Cek Dam 1, Foto 71. Kerusakan pada tembok sayap hilir
Cek Dam 2 dan Cek Dam 3. sebelah kanan

• Evaluasi Terhadap Desain


Dalam rangka mengatasi masalah kerusakan Bendung Konsolidasi Dam Sungai
Ciberang, evaluasi terhadap desain bangunan cek dam, khususnya dalam hal kestabilan
bangunan terhadap gaya-gaya yang bekerja telah dilakukan. Hasil analisis kestabilan
bangunan dengan menggunakan data hasil penyelidikan geoteknik di tebing kiri dan
tebing kanan sungai menunjukkan bahwa bangunan Cek Dam 1 tidak stabil terhadap
geser.

SARAN-SARAN TIN OAK LANJUT


Sebagai pemecahan masalah, disarankan untuk menyesuaikan desain cek dam dengan
menambah peredam energi di hilir bangunan cek dam. Berikut ini disajikan usulan konsep
desain bangunan cek dam yang mencakup desain hidraulik dan desain struktur untuk
penanggulangan darurat dan penanggulangan permanen.

117
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

• Desain Hidraulik Bangunan Cek Dam

Asumsi-asumsi dasar yang digunakan untuk desain hidraulik bangunan eek dam
meliputi:
1) Lebar efektifbangunan, b =51 m,lebar sungai rata-rata di hilir bangunan,
B=60m.
2) Tinggi muka air di atas mereu pada debit desain, hu = 2,12 m, dan berdasarkan
evaluasi dari bangunan yang ada debit yang mengalir, Q = 299,11 m3/ s
(q = 5,86 m3/s).
3) Tipe bangunan peredam energi pilih yang sesuai dengan material dasar sungai
(pasir sampai batu diameter 20 em), adalah tipe MOS.
4) Elevasi mereu rencana El. +41,00 (eksisting +40,80 ditambah selimut beton baru 20
em).
5) Elevasi dasar sungai di hilir +38,50. Dengan memperhitungkan adanya degradasi 1
m, untuk perhitungan desain elevasi dasar sungai di hilir diambil +37,50.
Dari perhitungan peredam energi tipe MDS diperoleh dimensi dasar peredam energi
sebagai berikut:
Kedalaman ali ran di hilir, D2 = 2,05 m,
Elevasi muka air hilir +39,55,
Elevasi muka air udik +43,12,
- Tinggi terjun, Z = 3,57 m,
Kedalaman ali ran di peredam energi, Ds = 4,80 m,
Panjang lantai peredam energi, L = 8,00 m,
Penurunan lantai peredam energi, a= 0,50 m,
Tinggi am bang akhir, s = 1,00 m.

• Desain Struktur untuk Penanggulangan Darurat


Konsep desain penanggulangan darurat (Gambar 30) adalah memperkuat bangunan
yang ada untuk meningkatkan nilai stabilitas struktur secara keseluruhan.

Tembok Sayap Hitir

I f'f
oe;
~
11001 IIXJI

Gambar 30. Konsep Desain Penanggulangan Darurat.

118
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

Berikut adalah hasil perhitungan nilai stabilitas struktur:


SFGuling =6,67 > 1,20 (OK)
SFGeser = 1,39 > 1,20 (OK)

• Desain Struktur untuk Penanggulangan Permanen


Konsep desain penanggulangan permanen (Gambar 31) merupakan penyempurnaan
dari konsep desain penanggulangan darurat untuk mendapatkan struktur permanen
yang lebih stabil.

Gam bar 31. Konsep desain penanggulangan permanen.

Berikut adalah hasil perhitungan nilai stabilitas struktur:


SFGuling = 2,40 > 1,50 (OK)
SFGeser = 1,86 > 1,50 (OK)
SFPiping = 4,49 > 2,00 (OK)

• Studi Morfologi Sungai


Studi morfologi sungai secara keseluruhan diperlukan untuk mengetahui respon Sungai
Ciberang dalam jangka panjang terhadap keberadaan sistem Bendung Konsolidasi Dam
Sungai Ciberang.

119
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

2.1.16 PENYELIDIKAN LAPANGAN BANGUNAN PENANGKAP PASIR BENDUNG SEI ULAK


DERAS KERINCI, PROVINSI JAMBI

LOKASI DAN DATA TEKNIS

• Lokasi
Bendung Sei Ulak Deras berlokasi di Sungai Ulak Deras, Desa Lubuk Nan Gadang,
Kecamatan Sei Ulak, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi.

• Data Teknis
Areal yang diairi Bendung Sei Ulak Deras berada di bagian kiri dan kanan bendung. Luas
areal irigasi bagian kiri adalah 2671 hektar dan kanan 3148 hektar Keadaan bendung
pada saat peninjauan dapat dilihat pada Foto 72. Bendung ditempatkan di palung
sungai dengan Iebar bentang 28,0 meter. Bendung dilengkapi dengan bangunan
pengambilan di kedua sisi bendung, bangunan bilas bendung, dan bangunan
penangkap pasir di bagian kiri dan kanan bendung.
Bangunan penangkap pasir kanan ditempatkan kurang lebih 120 meter di hilir pintu
pengambilan kanan, sedangkan bangunan penangkap pasir kiri ditempatkan kurang
lebih 100 meter di hilir pintu pengambilan kiri. Antara pintu pengambilan dan
bangunan penangkap pasir dihubungkan oleh saluran terowongan.
Dewasa ini kedua bangunan penangkap pasir dan bangunan bilas bendung tidak dapat
dioperasikan dan tidak berfungsi sebagai mana mestinya.

Foto 72. Keadaan Ben dung Sei Ulak Deras saat Peninjauan

IDENTIFIKASI MASALAH

Masalah utama yang dijumpai pada kedua bangunan penangkap pasir itu adalah:
1) Pengendapan sedimen yang besar di bilik pengendapan kiri pada kedua bangunan
penangkap pasir.
2) Pada bilik pengendapan kiri, di kedua bangunan penangkap pasir (kiri dan kanan
bendung) terjadi pengendapan sedimen dengan volume yang besar dibandingkan
dengan pengendapan sedimen di bilik kanan. Volume endapan sedimen telah
memenuhi bilik pengendapan.
3) Bangunan bilas penangkap pasir tidak berfungsi untuk membilas sedimen di kantong .
sedimen.

120
Kompendium Advis Teknis BerbagaiJenis Ben dung

Masalah utama yang dijumpai pada bangunan bilas bendung yaitu:


1) Semua pintu bilas bendung dalam keadaan rusak dan tidak dapat dioperasikan.
2) Penempatan pintu bilas atas undersluice tidak tepat (terletak diatas pelat), sehingga
pintu bilas atas tidak dapat diturunkan. (Lihat Foto 73)
3) Bangunan saringan sampah di hulu bangunan bilas dalam kondisi rusak berat. (Lihat
Foto 74)

Foto 73. Keadaan Pint u Si las Bendu ng Sei Ulak Tampak dari Hilir

121
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

Foto 74. Keadaan Saringan Sampah di Hulu Bangunan Bilas Bendung

(a)

Foto 75. Keadaan Bangunan Penangkap Pasir di Kiri (a) dan Kanan Bendung (b)

ANALISIS

• Peninjauan Lapangan
Bangunan penangkap pasir bag ian kiri bendung

Hasil pengamatan dan penyelidikan lapangan atas bangunan penangkap pasir bagian
kiri bendung (Foto 75a) menunjukkan hal-hal berikut.
1) Terjadi pengendapan sedimen dengan volume yang besar pada bilik kiri
dibandingkan dengan pengendapan sedimen pada bilik kanan. Kecepatan aliran
pada bilik kiri jauh lebih rendah dibandingkan dengan bilik kanan. Untuk
mengetahui volume pengendapan sedimen dan kecepatan aliran pada masing-
masing bilik maka dilakukan pengukuran. Lokasi pengukuran kecepatan aliran pada
bangunan penangkap pasir kiri bendung seperti tampak pada Gam bar 32.

122
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

i - - - - - - - 5 0 M - - - - - - - f - - 2 5 M--t----20.7 M ----j

I I I

I I I
II Ill N

1----------95.7 M----------1

Gambar 32. Sketsa Lokasi Pengukuran Kecepatan Ali ran

2) Arah dan kecepatan aliran pada bilik-bilik pengendapan tidak merata. Hasil
pengukuran pada empat penampang melintang di bilik pengendapan dapat dilihat
pada Tabel1. Data hasil pengukuran tersebut menunjukkan bahwa:
(1) Pada bilik kanan titik 3 profill dan bilik kiri titik 3 &4 profill & II kecepatan ali ran
tak dapat diukur karena penuh endapan sedimen.
(2) Kecepatan ali ran terendah pada bilik kanan terjadi pada titik 3 profiiiV sebesar
0,168 m/s.
(3) Kecepatan aliran terendah pada bilik kiri terjadi pada titik 1 profil I sebesar
0,144 m/s.
(4) Kecepatan aliran tertinggi pada bilik kanan terjadi pada titik 1 profil I sebesar
0,332 m/s.
(5) Kecepatan aliran tertinggi pada bilik kiri terjadi pada titik 1 profil II sebesar
0,254 m/s.

Tabel1. Kecepatan ali ran pada bangunan penangkap pasir kiri bendung

Bilik Kanan (m/s) Bilik Kiri (m/s)


Profil
Ttk 1 Ttk2 Ttk3 Ttk 1 Ttk2 Ttk3
I 0.332 0.204 - 0.144 - -
II 0.263 0.213 0.223 0.254 0.220 -
Ill 0.169 0.155 0.193 0.193 0.184 0.155
IV 0.178 0.170 0.168 0.181 0.186 0.152

123
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

3) Keadaan endapan sedimen pada bilik pengendapan penangkap pasir dapat dilihat
pada Gam bar 33 sampai dengan Gam bar 35 dan Foto 76.

1--------------10.40---------------1
1 - - - - - - - - - - - 7 . 4 0 _ _ _ _ _ _ _ _...,

-l f-0.37

_[0.18

t
1.23 l_ t 1.05
l_ 0.56 _l_
T Kunun Kiri
Gambar 33. Keadaan Endapan Sedimen Pad a Profil I

+---------------10.40--------------i
1 - - - - - - - - - - - 7.40 _ _ _ _ _ _ _ __,

-l l-0.37
~
0.72

T
1.40
._·:,;_
1
Ko.no.n Kiri
Gambar34. Keadaani Endapan Sedimen Pada Profil II

t--------------10.40 ----------------1
t-----------7.40 -----------+

-l l-0.37

--r·l
-+ 1
1.20

1.00
2.20

_l_.
Kiri

Gambar 35. Kondisi Endapan Sedimen Pad a Profil IV

124
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

4) Pintu-pintu bangunan bilas penangkap pasir rusak sehingga tidak dapat


dioperasikan.
Sketsa aliyemen bangunan bilas dan saluran pembuang existing dapat dilihat pada
Gambar36.
So.l~,.o~ro.n
Per'lbYong
So.lvran
Indul<

~~----~70~M~------~
'-----------~~~:~:---.----~
II
II
'"'-" II
II
II

~ n
________ ll ______ -
~ )
Gambar 36. Sketsa Alinyemen Bangunan Bilas dan Saluran Pembuang Existing

Foto 76. Keadaan Bangunan Bilas dan Sa luran Pembuang Bangunan Penangkap Pasir (Kiri)

5) Pengamatan terhadap arah aliran dan endapan sedimen pada bangunan


penangkap pasir saat peninjauan ditemukan hal-hal berikut:
(1) Arah ali ran yang keluar dari terowongan/saluran pengantar hulu menuju ke
bilik-bilik bidang pengendapan penangkap pasir tidak merata. Arah aliran
utama berada di bilik kanan.
(2) Endapan sedimen terbanyak berada di bilik kiri.
(3) Karena pintu-pintu bilas tidak dapat dioperasikan, pembilasan sedimen tidak
dapat dilakukan.
(4) Fisik bilik-bilik bidang pengendapan bangunan penangkap pasir masih cukup
baik.
(5) Saluran pembuang sepanjang 70 meter di beberapa tempat retak vertikal.

125
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

(6) Menurut petugas bendung, sebelum pintu-pintu rusak, operasi pembilasan


sedimen dilakukan tiga bulan sekali. Tinggi pengendapan sekitar 70 em. Setelah
pembilasan, endapan sedimen dapat dibilas dengan baik.

Bangunan penangkap pasir bag ian kanan bendung


Pengamatan dan hasil penyelidikan lapangan atas bangunan penangkap pasir kanan
bendung ( Foto 75b) menunjukkan hal-hal berikut.
1) Volume pengendapan sedimen pada bilik kiri lebih besar dibandingkan dengan
pengendapan sedimen pada bilik kanan karena kecepatan ali ran pada bilik kiri jauh
lebih rendah dibandingkan dengan bilik kanan. Untuk mengetahui pengendapan
sedimen dan kecepatan aliran pada masing-masing bilik dilakukan pengukuran.
Gambar 37 menunjukkan lokasi pengukuran kecepatan aliran pada bangunan
penangkap pasir kiri bendung.
r--------75.00--f----50.001

Kiri

~ Konon 2~~

1 - - - - - - - - - 1 & 0 . & ~---------1

Gambar37. Sketsa Lokasi Pengukuran Kecepatan Aliran pada Penangkap Pasir

2) Kecepatan aliran hasil pengukuran pada dua penampang melintang di bilik kanan
dapat dilihat pada label 2.
3) Kecepatan aliran pada bilik kiri tidak dapat diukur karena dipenuhi endapan
sedimen.
4) Data tersebut menunJukkan bahwa bilik kanan pada titik 2 profil II memiliki
kecepatan ali ran tertinggi, yaitu sebesar 0.284 m/s.

Tabel 2. Kecepatan ali ran rata-rata pad a bilik kanan

Bilik Kanan
Profil
Ttk 1 Ttk2 Ttk3
I 0.160 0.200 0.208
II 0.177 0.284 0.218

5) Gambar 38 dan Gambar 39 menunjukkan keadaan endapan sedimen pada


kantong endapan sedimen, bangunan penangkap pasir. Kondisi bangunan
penangkap pasir kanan bendung pada saat peninjauan dapat dilihat pada Foto 77.

126
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

f---- - - - - - - - - 1 0 . 2 - ------------<-1

f--- -- 4. 90 ---:J- - 1 l--- 0.3 7

fa~
....· ~· .. ~,' . ' .
. ··<_:_._· .··...
1.3 I f,-.-.,.....--,. ._.-.._--~--:---1 > · ~ .. ' ·.
· .. ··: :.
"=' ..

l T ".'- -'~----'-'-'--··._ _ .·:__···_·-_·._. , ·'' : ,·.

Ko.no.n Kiri

Gambar 38. Keada~m Endapan Sedimen pad a Profil I

f--------------10. 2--------------<~

1• - - 4.90
f-- --j--; l--- 0.37

..
.. . .:· : ~ ... ~- .: :

·: . •,

. ·•·
.. ,
·.,.:
. .. . . :-_·. :·-.

Ko.no.n Kiri
Gambar 39. Keadaan Endapan Sedimen pad a Profil II

Foto 77. Keadaan Bangunan Penangkap Pasir Kanan Bendung

127
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

• Pembahasan Hasil Penyelidikan


Bangunan penangkap pasir bagian kiri bendung

1) Panjang dan Iebar kantong endapan sedimen


Panjang dan Iebar kantong endapan sedimen bangunan penangkap pasir mengacu
kepada Pedoman Perencanaan Hidraulik, Operasi dan Pemeliharaan Bangunan
Penangkap Pasir Tipe Pusair, Pd T-15-2004-A yaitu L/B > 8.
Setelah melakukan pengukuran lapangan maka diketahui bahwa:
- Panjang kantong endapan sedimen = L = 95,7 meter.
- Lebar kantong endapan sedimen = B = 7,40 meter.
Jadi; L/B = 95,70 I 7,40 = 12,93.
Berdasarkan hitungan di atas perbandingan panjang dan Iebar kantong endapan
sedimen penangkap pasir yaitu 12,93.
Dengan demikian persyaratan bidang pengendapan terpenuhi. ( 12,93 > 8).
2) Luas kantong endapan sedimen
Agar butir sedimen dapat mengendap di kantong endapan sedimen maka perkiraan
kebutuhan luas kantong endapan sedimen ditentukan dengan hubungan antara:
L.B = Qdesain /W
Keterangan:
- Odesain = 2217 1/s; data dari Laporan Puslitbang Pengairan No. P.1129-HAU
- W = kecepatan endap butir sedimen= 4,04. 10-3 m/s (asumsi)
Berdasarkan keadaan di atas dapat dihitung:
L.B = Odesain /W
L.B = 2217/4,04. 10-3 = 554,2 m 2
Dengan demikian diketahui bahwa:
L x B yang ada= 95,7 x 7,40 m = 708,18 m2 > 554,2 m 2 (memenuhi syarat)
Berdasarkan perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa luas kantong endapan
sedimen yang diperlukan menurut data debit desain intake Puslitbang Pengairan
mencukupi.
3) Kemiringan lantai dasar bidang pengendap pasir
Dengan mengacu pada persyaratan kemiringan lantai dasar bidang pengendap
pasir Pedoman Perencanaan Hidraulik, Operasi dan Pemeliharaan Bangunan
Penangkap Pasir Tipe Pusair, Pd T-15-2004-A ditentukan:
(1) Kemiringan dasar lantai endapan sedimen ik1 = 0,08
(2) Kemiringan lantai saluran pembuang isp = 0,05

Berdasarkan hasil pengukuran di lapangan diketahui bahwa:


(1) Kemiringan dasar lantai endapan sedimen ik1 = 0,005 < 0,08 (sepanjang 95,7 m)
(2) Kemiringan lantai saluran pembuang isp = 0,106 >0,05 (sepanjang 70,0 m)

Berdasarkan data dan hasil pengukuran lapangan di atas disimpulkan bahwa:


(1) Kemiringan dasar lantai endapan sedimen bangunan penangkap pasir kurang
memadai.
(2) Kemiringan lantai saluran pembuang cukup memadai.

128
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

4) Efektivitas pengendapan sedimen


Berdasarkan pengamatan di lapangan diketahui bahwa volume pengendapan
sedimen yang terjadi pada bilik kiri jauh lebih tinggi dibandingkan dengan bilik
kanan. Kecepatan aliran pada bilik kanan lebih tinggi dibandingkan dengan
kecepatan aliran pada bilik kiri. Efektivitas pengendapan sedimen tidak merata. Hal
ini disebabkan oleh saluran pengantar hulu/ saluran yang ke luar dari terowongan
tidak menciptakan aliran yang menunjang proses pengendapan sedimen yang
merata.
5) Tata letak sa luran pembuang
Berdasarkan pengamatan di lapangan tata letak saluran pembuang adalah sebagai
berikut:
(1) Arah atau poros memanjang saluran pembuang tegak lurus terhadap poros
memanjang kantong endapan sedimen bangunan penangkap pasir.
(2) Bangunan bilas tidak dilengkapi dengan lorong bilas (sand ejector).
(3) Pintu bilas terdiri dari dua pintu dengan Iebar masing-masing pintu 1,50 meter,
dan pilar selebar 1,0 m.
(4) Dinding pemisah bilik pengendapan yang ada menerus sampai pilar bangunan
bilas dengan bentuk berkotak-kotak.

Foto 78. Keadaan End apan Sedimen Pad a Bangunan Penangkap Pasir Kiri Ben dung

6) Ringkasan pembahasan bangunan penangkap pasir kiri bendung


(1) Panjang dan Iebar bidang pengendapan
Berdasarkan analisis di atas disimpulkan bahwa perbandingan panjang dan
Iebar bidang pengendap pasir yaitu 12,93 > 8, dengan demikian memenuhi
syarat bidang pengendapan.
(2) Luas bidang pengendapan
Disimpulkan bahwa luas bidang pengendapan yang diperlukan menurut data
debit desain intake mencukupi.
(3) Kemiringan lantai dasar
Berdasarkan data dan hasil pengukuran lapangan, kemiringan lantai bidang
pengendap pasir kurang memadai tapi kemiringan lantai saluran pembuang
cukup memadai.

129
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

(4) Efektivitas pengendapan sedimen


Pengendapan sedimen tidak merata diantara kedua bilik pengedapan. Volume
endapan sedimen di bilik kiri jauh lebih besar dibandingkan dengan di bilik
kanan. Hal ini akibat saluran pengantar hululsaluran yang ke luar dari
terowongan tidak menciptakan kondisi aliran yang menunjang proses
pengendapan sedimen yang merata.
(5) Tata letak saluran pembuang
Tata letak saluran pembuang yang ada tidak efektif membilas sedimen. Oleh
karena itu tata letak poros saluran pembuang harus diperbaiki dan lorong bilas
harus dibuat. Keadaaan endapan sedimen pada bangunan penangkap pasir kiri
bendung dapat dilihat pada Foto 78.

Bangunan penangkap pasir kanan bendung

1) Panjang dan Iebar bidang pengendapan


Panjang dan Iebar bidang pengendapan penangkap pasir mengacu kepada
Pedoman Perencanaan Hidraulik, Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Penangkap
Pasir Tipe Pusair, Pd T-15-2004-A yaitu LIB > 8.
Hasil pengukuran lapangan menunjukkan bahwa:
- Panjang bidang pengendapan pasir, = L = 160 meter.
- Lebar bidang pengendapan pasir, = B = 10,0 meter.
Jadi: LIB= 160 I 10,0 = 16,0.
Berdasarkan hitungan di atas, perbandingan panjang dan Iebar penangkap pasir
adalah 16 > 8.
Dengan demikian bangunan ini memenuhi syarat bidang pengendapan.

2) Luas bidang pengendapan


Agar butir sedimen dapat mengendap di penangkap pasir maka perkiraan
kebutuhan luas bidang pengendap ditentukan dengan hubungan antara:
L.B = Odesain I W
Keterangan:
- Qdesain = 5075 lis; data dari konsultan
- W = kecepatan endap butir sedimen= 4,04 . 10 -3 mls (asumsi)

Dengan dasar keadaan di atas dapat dihitung:


L.B = Odesain /W
L.B = 507514,04. 10-3 = 1256 m 2
L x B yang ada = 160 x 10 m = 1600 m 2
Dengan perhitungan di atas dapat diketahui bahwa:
Luas bidang pengendapan = L.B = 1600 m 2 > 1256 m 2
Kesimpulannya, luas bidang pengendapan yang diperlukan memenuhi syarat.

3) Kemiringan lantai dasar


Hasil pengukuran di lapangan menunjukkan bahwa kemiringan lantai endapan
sedimen, ik1 = 0,0107.

130
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

4) Efektifitas pengendapan sedimen


Pengendapan sedimen tidak merata diantara kedua bilik pengedapan. Volume
endapan sedimen pada bilik kiri jauh lebih besar dibandingkan dengan bilik kanan.
Hal ini akibat saluran pengantar hulu/saluran yang ke luar dari terowongan tidak
menciptakan kondisi aliran yang menunjang proses pengendapan sedimen yang
merata.
5) Ringkasan bahasan penangkap pasir kanan
(1) Panjang dan Iebar bidang pengendapan
Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa perbandingan panjang dan Iebar
penangkap pasir adalah 16 > 8. Dengan demikian syarat bidang pengendapan
terpenuhi.
(2) Luas bidang pengendapan
Disimpulkan bahwa luas bidang pengendapan yang diperlukan menurut data
debit desain intake mencukupi.
(3) Efektivitas pengendapan sedimen
Tata letak saluran pengantar hulu/saluran yang ke luar dari terowongan tidak
menciptakan kondisi aliran yang menunjang proses pengendapan sedimen
yang merata. Kesimpulan, tata letak saluran pengantar hulu harus diperbaiki.
SARAN
1) Saran Teknis untuk Penangkap Pasir Kiri
Berdasarkan hasil kajian lapangan dan analisis di atas, berikut adalah saran-saran yang
diajukan:
(1) Bidang pengendap pasir
Panjang dan Iebar bidang pengendapan bangunan penangkap pasir yang ada
masih memenuhi persyaratan, sehingga tetap dapat difungsikan, tidak perlu
dibongkar dan direhabilitasi.
(2) Saluran pengantar hulu
Saluran pengantar hulu yang terletak tepat di hilir saluran terowongan disarankan
agar diubah dari arah miring menjadi lurus. Sumbu saluran pengantar hulu
hendaknya seporos dengan sumbu penangkap pasir.
(3) Saluran transisi
Bangun Saluran transisi sepanjang 21,0 m di hilir saluran pengantar. Dasar saluran
transisi naik dari arah hulu ke hilir. Lengkapi bagian hilirnya dengan ambang agar
pembilasan sedimen dapat dilakukan bergantian di setiap bilik.
(4) Dinding pemisah;
Bangun dinding pemisah terus ke hulu mulai dari dinding pemisah yang ada
sampai masuk ke terowongan. Dinding pemisah yang kini berbentuk berkotak-
kotak ubah menjadi menerus/tanpa kotak-kotak.
(5) Bangunan bilas
agar pembilasan sedimen dapat dilakukan dengan efektif maka disarankan:
a) Rehabilitasi bangunan bilas penangkap pasir yang ada.

131
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

b) Bilas sedimen secara bergantian di setiap bilik.


c) Bangunan bilas penangkap pasir yang direkomendasikan adalah:
- Tempatkan bangunan bilas bagian akhir kantong endapan sedimen.
- Lengkapi bangunan bilas dengan em pat bilik Iorang bilas, pilar dan pintu-
pintu bilas,jembatan pelayan dan dinding pemisah aliran.
- Tempatkan Iorang bilas di hilir pintu bilas sampai ke saluran pembuang
yang ada.,
- Hindari kebocoran dengan melengkapi daun pintu bilas dengan karet
penyekat pada sisi-sisi yang bersinggungan dengan pelat beton Iorang
bilas.
(6) Saluran pembuang
a) Perbaiki saluran pembuang yang ada dan tetap fungsikan.
b) Perbaiki dinding dan lantai saluran pembuang yang retak.
(7) Denah bangunan penangkap pasir kiri Bendung Sei Ulak Deras yang disarankan
dapat dilihat pada Gam bar 40.

2) Rekomendasi Teknis untuk Penangkap Pasir Kanan


Berdasarkan hasil kajian lapangan dan anal isis di atas, berikut adalah hal-hal yang
direkomendasikan:
(1) Bidang pengendap pasir
Panjang dan Iebar bidang pengendapan bangunan penangkap pasir yang ada
masih memenuhi persyaratan sehingga tetap dapat difungsikan tidak perlu
dibongkar dan direhabilitasi.
(2) Saluran pengantar udik
Ubah saluran pengantar hulu dari arah miring menjadi lurus sepanjang 4,0 m,
terletak tepat di hilir saluran terowongan. Sumbu saluran pengantar hendaknya
seporos dengan sumbu penangkap pasir.
(3) Saluran transisi
Bangun saluran transisi sepanjang 20,0 m di hilir saluran pengatar hulu. Dasar
saluran transisi naik dari arah hulu ke hilir. Lengkapi bagian hilirnya dengan
ambang selebar 2,0 m agar pembilasan sedimen dapat dilakukan bergantian di
setiap bilik.
(4) Dinding pemisah
Bangun dinding pemisah menerus ke hulu mulai dari dinding pemisah yang ada
sampai masuk ke terowongan. Dinding pemisah yangkini berbentuk berkotak-
kotak diu bah menjadi menerus/tanpa kotak-kotak.
(5) Bangunan bilas
Agar pembilasan sedimen dapat dilakukan dengan efektif maka disarankan agar:
a) Rehabilitasi bangunan bilas penangkap pasir yang ada .
b) Lakukan pembilasan sedimen secara bergantian di setiap bilik.
c) Bangunan bilas penangkap pasir yang direkomendasikan adalah:

132
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

- Tempatkan bangunan bilas di bagian akhir kantong endapan sedimen.


- Lengkapi bangunan bilas dengan empat bilik lorong bilas, pilar dan pintu-
pintu bilas, jembatan pelayan dan dinding pemisah aliran. Tempatkan
lorong bilas di hilir pintu bilas sampai ke saluran pembuang yang ada.
- Hindari kebocoran dengan melengkapi, daun pintu bilas dengan karet
penyekat pada sisi-sisi yang bersinggungan dengan pelat beton lorong
bilas.
(6) Saluran pembuang
a) Perbaiki saluran pembuang yang ada dan tetap fungsikan.
b) Perbaiki dinding dan lantai saluran pembuang yang retak.
c) Bongkar pilar dan pintu bilas yang ada di saluran pembuang.

3) Rekomendasi Teknis untuk Bangunan Bilas Bendung


Untuk mengatasi masalah kerusakan pintu-pintu bilas bendung dan masalah
sampah di hulu bangunan bilas bendung disarankan agar:
(1) Pintu bilas bendung dan saringan sampah diganti.
(2) Dinding banjir di hilir pintu bilas bendung dilubangi/ iberi ruang kosong
sehingga sampah dan kayu-kayu yang f!lengambang di udik pintu dapat
dibuang.

133
"0
~ Si
~
~
~
::s
~
::s
~
l
Clii~Mil.DUI ...... DlMttMnn"ASI: I
§
§"'
0'
~
0
c
'C)>i
::;·

Tltnlh MMV•raot

REKOMENDASI TEKNIS =pomi>U•"'It·--- r-··~


----, , ,--- ; ...,- .J -IT, -
,. ... _.
---r r
1 . S.IW'an pen~ Mit dlfd10 p«niNh d terowonaan
•~• SE! UU\K DERAS -
2. Slilu-an penawQr lun& Pl~nQ 10.0 m dan dindklg pemiSah

3. Oinclnt peMisatt ~kotltk. rnerQMi tanpa tauk· lratek __ w - - - 1 • L_ Ill lil --


4. ~ pc'GWidap PMir yang Mill dipwtafwtNn d~.n .,.rtNikan blgiatl y..-.g nrAk
$ . Pfntu bfa.s 2 bUilt\, lranal"' dan tkt

6. NerbltM

~
KEIIIE.NTEJMIII PEKERJAAN UMUIII
7. LMono bhoa """""' MDA.~AifQUI~......,AN

a. Dlnclnt petaiNh allran


w - - : - - - - - : ; ,.. PU8UTBANO &UMBER DAYA AIR
SJ. Dtnclng U '""'" ~ rotak d~
~ · 1 :*
LAMPIRANA1

PENANGKAP PASIR KlRI


BENOUNG SEI UU\K OERAS

Gambar 40. Denah Penangkap Pasir Kiri Bendung Sei Ulak Deras
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

2.1.17 KAJIAN LAPANGAN ATAS BENDUNG LINAMNUTU DAN BENDUNG DEBUKLARAN


BALAI WILAYAH SUNGAI NUSA TENGGARA II, PROVINSI NTT

LOKASI DAN DATA TEKNIS


• Lokasi
Bendung Linamnutu berlokasi di Desa Linamnutu, Kecamatan Amanuban Selatan
Kabupaten Timur Tengah Selatan (TTS), Provinsi NIT.
Bendung Debuklaran berlokasi di Desa Dafala, Kecamatan Tasifeto Timur Atambua,
Kabupaten Belu, Provinsi NIT.

• DataTeknis
Bendung Linamnutu
1) Keadaan Ben dung
Bendung Linamnutu dibangun tahun 2002 di daerah Kabupaten Timor Tengah
Selatan, Provinsi NIT, untuk mengairi lahan pertanian Daerah lrigasi Bena seluas
3.515 hektar.
Bendung terbuat dari tumpukan blok-blok beton bertangga dengan Iebar ambang
5,00 m, tinggi 3,00 m dan Iebar bentang bendung 250 m.
Peredam energi bendung dari hamparan blok-blok beton berukuran panjang 18,80
m dan tebal 1,0 m. Ukuran ambang akhir (endsill) tumpukan blok beton adalah
tinggi 1,0 m dan Iebar 2,50 m yang terdiri dari tiga susunan blok beton. Keadaan
lantai peredam energi bendung Linamnutu, lihat Foto 79 dan Foto 80.
Air irigasi diambil dengan bangunan intake yang terletak di kiri bendung. Bendung
ini dilengkapi dengan bangunan pembilas dua lubang.
Masalah utama bendung ini adalah kerusakan pada bangunan peredam energi
bendung di lantai ruang olakan dan endsil/ serta tubuh bendung mengalami
keausan.

2) Keadaan Banjir
(1) Banjir besar telah terjadi beberapa kali. Pada tanggal 21 Juni 2008, tinggi muka
air banjir mencapai 4,50 meter di atas mercu bendung.
(2) Tinggi banjir di atas mercu bendung, pada tahun 2004 mencapai 3,60 meter dan
pada tahun 2007 mencapai 2,50 meter.
(3) Debit banjir desain bendung adalah sebesar Qd =1550 m3/det.

3) Keadaan Sungai di Sekitar Bendung


(1) Sungai berada di dataran aluvial dengan palung Iebar berbentuk huruf U dan
cenderung berpindah-pindah. Keadaan dasar sungai terdiri dari material
angkutan sedimen batu gelundung fraksi kerakal, kerikil, dan pasir.
(2) Penggerusan setempat terjadi di hilir ambang akhir yang kedalamannya
bervariasi antara 1,0 - 4,0 m.

135
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

Bendung Debuklaran
1) Keadaan Ben dung
Bendung Debuklaran dibangun untuk mengairi lahan pertanian seluas 450 hektar
dan mulai beroperasi pada tahun 2006. Bendung yang dibangun di Sungai Wemerak
Desa Dafala, Kecamatan Tasifeto Timur Kabupaten Belu, Provinsi NIT ini terbuat dari
pasangan batu dengan Iebar bentang bendung 100 m, Iebar am bang 2,50 m,
kemiringan bidang hilir tubuh bendung 1 : 2,5. Peredam energi bendungnya bertipe
lantai datar yang dilengkapi dengan am bang akhir setinggi 1,0 dan Iebar 1,0 m.
Lantai peredam energi bendung tidak dilengkapi dengan koperan dan air irigasi
diambil dengan menggunakan bangunan intake yang terletak di kiri bendung.
Bendung ini dilengkapi dengan bangunan pembilas dua lubang. Keadaan lantai
peredam energy Bendung Debuklaran, lihat Foto 81.

2) Keadaan Sungai di Sekitar Bendung


(1) Sungai bersifat sungai aIuvial dengan gejala meandering.
(2) Penampang sungai bentuk huruf U Iebar dengan kemiringan dasar sedang.
(3) Dasar sungai terdiri dari material angkutan sedimen batu gelundung fraksi
kerakal, kerikil, dan pasir.
(4) Penggerusan setempat yang terjadi di hilir bendung berkisar antara 3,0- 4,0 m
dari lantai.
(5) Gejala degradasi dasar sungai di hilir bendung masih tampak

IDENTIFIKASI MASALAH
Bendung Linamnutu
Masalah yang dijumpai pada Bendung Linamnutu adalah
1) Lantai bangunan peredam energi bagian kanan amblas sepanjang kurang lebih 210m.
2) Endsi/1 bangunan peredam energi bagian kanan sepanjang 210 meter terguling dan
patah.
3) Tembok pangkal kanan retak vertikal.
4) Tubuh bendung blok-blok beton mengalami abrasi (aus).
5) Permukaan lantai bangunan peredam energi kiri yang tidak amblas sepanjang 43,0
meter mengalami keausan.

136
Kompendium Advis Teknis BerbagaiJenis Bendung

Foto 79. Keadaan Kerusakan Lantai Olakan dan Foto 80. Keadaan Penurunan Lantai Olakan
Endsill Bagian Kanan Bagian Tengah

Bendung Debuklaran
Masalah yang dijumpai pada Bendung Debuklaran adalah
1) Lantai peredam energi bendung patah dan jatuh sepanjang kurang lebih dua pertiga
bentang bendung.
2) Endsi/1 bendung bag ian kiri patah dan jatuh.
3) Di bawah lantai peredam energi yang tersisa terjadi rongga-rongga sedalam 3,50 m.
4) Tubuh bendung mengalami keausan karena tergerus oleh angkutan sedimen

Foto 81. Kerusakan Lantai Peredam Energi

• Perkiraan Penyebab Kerusakan


Bendung Linamnutu
Kerusakan lantai peredam energi bendung diperkirakan akibat dari:
1) Desain struktur bangunan blok-blok beton tidak kaku dan tidak kuat menahan
tekanan aliran banjir.

137
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

2) Bahaya aliran banjir yang menyebabkan loncatan aliran ke hilir dari bangunan
peredam energi dan menimbulkan penggerusan setempat yang dalam. Hal ini
menjadikan bangunan ends ill tidak stabil dan akhirnya terguling.
3) Diperkirakan terjadi bahaya seepage di bawah tubuh bendung dan lantai peredam
energi yang diperparah oleh bahaya penggerusan setempat sehingga terjadi
rongga-rongga di bawah lantai. Karena lantai olakan hanya terbuat dari susunan
blok-blok beton, blok-blok beton tersebutjatuh dan amblas

Bendung Debuklaran
Kerusakan lantai peredam energi bendung diperkirakan akibat dari:
1) Desain bangunan peredam energi yang tidak sesuai dengan kondisi sungai karena
ketinggian lantai berada di atas dasar sungai. Di samping itu, bangunan peredam
energi tidak dilengkapi dengan koperan.
2) Ketinggian air aliran banjir di atas mercu 1,0 m sehingga terjadi loncatan aliran dari
ruang olakan ke hilir. Akibat sifat aliran ini, di hilir ambang terjadi penggerusan
setempat yang dalam. Keadaan penggerusan setempat ini menyebabkan endsi/1
terguling dan lantai peredam energi patah dan jatuh.
3) Karena bendung tidak dilengkapi lantai hulu dan koperan di hilir bendung,
diperkirakan akan terjadi bahaya seepage di bawah tubuh bendung dan lantai. Hal
ini akan mengurangi kestabilan tubuh bendung.

• Evaluasi terhadap Desain

Bendung Linamnutu
1) Bentuk dan ukuran desain
Untuk memperbaiki kerusakan lantai peredam energi bendung maka telah disiapkan
desain dengan bentuk dan ukuran sebagai berikut:
a) Di hilir lantai peredam energi pertama dirancang peredam energi kedua dengan
bentuk tubuh bendung hilir miring dengan perbandingan 1:1.
b) Kedalaman lantai peredam energi kedua ini ditempatkan pada kedalaman 5,50 m
di bawah lantai pertama.
c) Pada ujung lantai pertama dibuat ambang dengan ukuran tinggi 1,0 m dan Iebar
1,0 m. Kemiringan bag ian hulu am bang 1:1.
d) Peredam energi kedua dengan ukuran panjang 8,35 m dilengkapi dengan
ambang akhir ukuran tinggi 1,0 m dan Iebar 1,0 m. Kemiringan bentuk bagian
hulu am bang 1:1.
2) Komentar terhadap desain
Desain yang disiapkan konsultan beberapa tahun yang lalu ini sudah tidak sesuai
dengan kondisi sungai saat ini. Ketidak sesuaian desain ini karena:
a) Kondisi geometri sungai tepat di hilir bendung sudah berubah.
b) Tepat di bawah lantai, sudah terjadi gerowongan yang mencapai panjang
setengah lantai.

138
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

c) Kondisi lantai peredam energi bendung yang tersisa tidak cocok dengan kondisi
desain yang disiapkan.

Bendung Debuklaran
1) Bentuk dan ukuran desain
Untuk memperbaiki kerusakan lantai peredam energi bendung maka telah disiapkan
desain dengan bentuk dan ukuran sebagai berikut:
a) Di hilir lantai peredam energi pertama dirancang peredam energi kedua dengan
bentuk tubuh bendung hilir dengan perbandingan kemiringan 1:1.
b) Kedalaman lantai peredam energi kedua ini ditempatkan pada kedalaman 5,50 m
di bawah lantai pertama.
c) Pada ujung lantai pertama dibuat am bang dengan ukuran tinggi 1,0 m dan Iebar
1,0 m, dan kemiringan bag ian udik am bang 1:1.
d) Peredam energi kedua dengan ukuran panjang 8,35 m dilengkapi dengan
ambang akhir ukuran tinggi 1,0 m dan Iebar 1,0 m dan kemiringan bagian udik
ambang 1:1.

2) Komentar terhadap desain


Desain yang disiapkan konsultan beberapa tahun yang lalu ini sudah tidak sesuai
dengan kondisi sungai saat ini. Ketidak sesuaian desain ini karena:
a) Kondisi geometri sungai tepat di hilir bendung sudah berubah.
b) Tepat di bawah lantai sudah terjadi gerowongan yang mencapai panjang
setengah lantai.
c) Kondisi lantai peredam energi bendung yang tersisa tidak cocok dengan kondisi
desain yang disiapkan.

KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN TIN OAK LANJUT


Kesimpulan hasil pengkajian lapangan, analisis hidraulik dan diskusi teknis dalam rangka ,
memperbaiki kerusakan Bendung Linamnutu dan Bendung Debuklaran adalah saran-saran
berikut:

• KESIMPULAN
1) Lantai peredam energi Bendung Linamnutu rusak, dan endsillnya am bias dan patah
sepanjang kurang lebih 210m. Lebar bentang lantai 250m.
2) Lantai peredam energi Bendung Debuklaran rusak dan endsilnyal patah dan
terguling sepanjang kurang lebih 80 m. Lebar bentang lantai 100 m.

• SARAN
1) Mengingat dana yang tersedia pada Tahun Anggaran 2010 dan dengan
mempertimbangkan aspek teknis, dan aspek waktu pelaksanaan, maka perbaikan
kerusakan harus dilakukan secara bertahap yakni tahap I dikerjakan pada tahun 2010
dan tahap II pada tahun berikutnya (2011).
2) Perbaikan kerusakan Bendung:

139
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

Bendung Linamnutu

i. Perbaikan kerusakan Bendung Tahap I disarankan agar:


a) Blok-blok lantai peredam energi yang rusak pada bentang bendung 210 m
diperbaiki.
(1) Blok-blok lantai yang rusak sepanjang bentang 210 m ditata kembali
dengan Iebar 6,00 m dan elevasi atas lantai pada + 63,90.
(2) Di hilir blok lantai ini dibuat lantai tambahan sepanjang 4,0 m sehingga
panjang lantai menjadi 10,0 m. Bahan lantai tambahan adalah dari
pasangan batukali. Hubungan antara blok lantai dengan lantai pasangan
batukali harus diperkuat dengan angker.
(3) Di bagian akhir lantai dibuat koperan sedalam 4,50 m dengan bahan
pasangan batu kali.
(4) Koperan dan lantai dilengkapi dengan fondasi sumuran dengan
diameter 0,80 m.
(5) Rongga-rongga di bawah lantai ditimbun dengan bahan kerikil dan
batu.
(6) Untuk mengantisipasi bahaya seepage, di bawah lantai hendaknya
dipasang geosintetik filter.
(7) Di atas blok-blok lantai yang telah ditata dan di atas lantai tambahan
(1 0,0 m) dilapisi beton K. 225 sebagai lapisan tahan aus setebal 0,40 m.
(8) Untuk mengakukan antara lapisan tahan aus/lapisan beton dengan blok-
blok lantai harus dipasang angker.

b) Perbaiki blok-blok lantai peredam energi yang tidak rusak pada bentang
bendung 43,0 meter (yang tidak hancur).
(1) Tata kembali blok-blok lantai yang kerusakannya tidak parah sepanjang
bentang 43,0 meter, eEievasi atas lantai pada + 63,90.
(2) Lapisi bagian atas blok-blok lantai yang telah ditata dengan beton K. 225
sebagai lapisan tahan aus setebal 0,40 m.
(3) Pasang angker untuk mengakukan antara lapisan tahan aus/lapisan
beton dengan blok-blok lantai.
(4) Untuk mengantisipasi bahaya seepage, pasang geosintetik filter di
bawah lantai.
(5) Bongkar endsill yang ada sampai elevasi + 63,90.

ii. Saran untuk memperbaiki kerusakan Bendung Linamnutu Tahap II adalah:


Dengan mempertibangkan aspek-aspek di atas, perbaikan Bendung Linamnutu
dan peredam energi bendung Tahap II yang dipilih yaitu:
a) Lapisi tubuh bendung blok-blok beton dengan lapisan tahan aus bahan
beton K 225, bag ian hilir tubuh bendung memiliki kemiringan 1:1, dan Bag ian
hulu bendung berbentuk tegak dan dilengkapi dengan lantai hulu.
b) Lantai hilir I masif, dengan bentuk datar, panjang 10 meter, elevasi lantai
+ 63,90. (kondisi yang telah diperbaiki pada tahap 1).

140
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

c) Lantai hilir II masif dengan bentuk datar, panjang 20 meter, elevasi lantai
+ 60,80.
d) Lengkapi bagian hilir lantai II dengan endsill ukuran tinggi 1,50 m, Iebar 1,50
m, dan koperan sedalam 2,30 m.
e) Lengkapi bagian bawah lantai dan koperan dengan fondasi sumuran sedalam
4,0 m dengan diamter 0,80 m.
f) Untuk mengantisipasi bahaya seepage, pasang geosintetik filter di bawah
lantai.
g) Untuk mengurangi bahaya penggerusan setempat, pasang rip-rap batu
dengan diameter> 0,30 m di hilir lantai.

Bendung Debuklaran
i. Saran bagi perbaikan kerusakan Bendung Debuklaran Tahap I adalah:
a) Rancang bendung dan lantai peredam energi dengan tipe berganda. Bidang
hilir tubuh bendung I dengan kemiringan yang ada, sedangkan bidang hilir
tubuh bendung II agak tegakdengan kemiringan 1:6.
b) Pilih peredam energi II dengan tipe lantai datar dan lengkapi dengan endsill
dan rip-rap.
c) Ketinggian lantai peredam energi I (yang ada) hendaknya pada elevasi +87,78
dan panjang 3,50 m.
d) Ketinggian lantai peredam energi II hendaknya ditempatkan pada kedalaman
4,5 m di bawah lantai I atau pada elevasi + 83,28, dan panjang lantai II, 5,0 m.
Dasar sungai yang ada saat peninjauan berada pada kedalaman 3,5 m di
bawah lantai atau pada + 84,28.
e) Lengkapi ruang olakan dengan ends ill berukuran panjang 1,0 m dan tinggi
1,0 m.
f) Buat koperan di bawah endsill sedalam 2,50 m dan lengkapi dengan fundasi
sumuran sedalam 2,0 m. Bangunan ini diperlukan untuk menstabilkan dan
mengantisipasi bahaya penggerusan setempat.
g) Lengkapi hilir lantai peredam energi II dengan rip-rap batu kali dan bongkah
dengan diameter> 0,30 m.
h) Agar tubuh bendung I stabil, pasang fundasi sumuran dengan dimater 0,80 m
setiap panjang 5,0 m di bawah lantai Ike arah bentang bendung.
i) Lapisi permukaan tubuh bendung dan lantai olakan dengan lapisan tahan aus
dari beton K 225.
j) Bongkar lantai olakan dan end sill yang tersisa pada bag ian kanan.
k) Sesuaikan ukuran dan bentuk tembok sayap hilir bagian kanan dan kiri pada
desain lantai yang baru dengan keadaan peredam energi desain ini.

ii. Perbaikan Bendung Debuklaran Tahap II yang akan dilaksanakan pada tahun
berikutnya adalah:
a) Bangun lantai hulu sepanjang 3,50 m dan dinding tirai sedalam 2,0 m di hulu
bendung.

141
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

b) Lapisi mercu bendung dan tubuh bendung I dengan lapisan tahan aus dari
beton K.225.
c) Jika diperkirakan di kemudian hari panjang lantai olakan II kurang efektif
menanggulangi bahaya penggerusan setempat, perpanjang lantai olakan
sehingga endsill yang ada menjadi floor block.
3) Detail desain.
Untuk memantapkan pekerjaan rehabilitasi yang dilaksanakan pada tahun anggaran
2010, lakukan kegiatan detail desain untuk pekerjaan tahap II. Untuk memantapkan
dan menyempurnakan detail desain tersebut, uji model fisik.

4) Lain-lain
Sehubungan dengan pengkajian lapangan ini dan konsep gambar rekomendasi
teknis yang telah disiapkan, diskusi teknis antara pihak-pihak terkait untuk
menetapkan dan menyempurnakan konsep gambar rekomendasi teknis kedua
bendung yang akan direhabilitasi.

142
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

2.1.18 KAJIAN LAPANGAN ATAS RENCANA BENDUNG WAY MULANG, P. BURU

LOKASI DAN DATATEKNIS

• Lokasi
Rencana pembangunan bagi Bendung Way Mulang yang berada di Sungai Way Kuma
bagian utara Way Mulang, terletak di Pulau Buru bagian Selatan, Provinsi Maluku. Posisi
bendung terletak pada S334.233 dan E126 13.241.

• Data Teknis
Desain bendung oleh konsultan
Rencanaan SID bendung dan jaringan irigasi Way Mulang dikerjakan oleh Konsultan PT.
Citra Utama Karsa Ambon pada September 2008. Nota desain dituangkan dalam
Laporan Sistim Planning, Pekerjaan SID Bendung dan Jaringan lrigasi Dl Way Mulang. Di
samping itu, ada gambar rencana pekerjaan pembangunan bendung dan jaringan
irigasi Dl Way Mulang Mei 2008 oleh konsultan yang sama. Nota desain dan gambar-
gambar desain tersebut mengemukakan hal-hal berikut:
(1) Lokasi dan tipe bendung
Berdasarkan Laporan Sistim Planning, Pekerjaan SID Bendung dan Jaringan lrigasi Dl
Way Mulang pada bagian 5-1 dan berdasarkan gambar-gambar rencana dapat
diinformasikan hal-hal berikut:
a) Lokasi bendung: bertempat di palung sungai, di antara dua alur sungai, di daerah
bantaran/pulau antara dua alur sungai.
b) Tipe bendung: bangunan Tyroll di bagian sisi kanan dan kiri masing-masing
sepanjang 17,00 m, dan bendung tetap di bagian tengah sepanjang 61,00 m.
Lebar bentang bendung total 95,0 m, tinggi mercu bendung ke dasar sungai
bagian hulu 0,50 m. Bangunan peredam energi bendung: tipe lantai datar
sepanjang 3,0 m dan ambang setinggi 0,50 m. Di bagian hulu bendung dibuat
jembatan penyeberang selebar 1,50 m.
(2) Bangunan intake bendung
Bangunan intake bendung ditempatkan di bagian kanan dan kiri bendung dengan
Iebar intake bagian kiri 1,20 m dan bagian kanan 1,00 m.

(3) Bangunan perlengkapan bendung


Bendung dilengkapi dengan bangunan perlengkapan seperti tembok sayap hulu,
tembok sayap hilir, tembok pengarah aliran di bagian kanan - kiri tipe tongkat
hockey, dsb.

IDENTIFIKASI MASALAH

• Masalah yang dihadapi


Masalah yang dihadapi adalah desain bendung tidak sesuai dengan pedoman desain
bendung dan standar perencanaan irigasi KP 02.

143
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

• Upaya Penanggulangan
Untuk mengatasi masalah tersebut, telah dilakukan upaya-upaya penanggulangan
dengan mengacu kepada advis teknis dari Pusat Litbang Sumber Daya Air.

ANALISIS

• Peninjauan Lapangan Sungai Way Kuma


Penempatan lokasi bendung di sungai Way Kuma yang dipilih oleh konsultan dapat
dilihat pad a Gam bar 41. Jenis material dasar sungai dan bantaran sungai terdiri dari
kerikil dan pasir. Angkutan sedimen dominan yakni pasir kasar dan pasir halus. Palung
sungai berbentuk U Iebar. Lebar palung sungai di rencana bendung sekitar 80 meter.
Bentuk sungai cenderung berubah ke arah horizontal jika terjadi banjir.
Endapan alluvial menutupi seluruh badan sungai, yang diperkirakan lapisannya cukup
tebal. Kondisi alluvial pada daerah ini menunjukkan bahwa daerah ini memiliki tingkat
angkutan sedimen yang cukup tinggi. Diameter ukuran butir alluvial di sungai ini terdiri
atas lempung sampai boulder, yaitu seukuran 1/256 mm sampai 400 mm.
Alluvial di sungai ini merupakan alluvial yang menjadi angkutan sedimen aktif, yaitu
alluvial yang berada pada badan sungai sebagai gosong pasir yang selalu berganti
apabila terjadi banjir.

Lokasi bendung
yang dipilih
oleh Konsultan

Gambar41. Sungai Way Kuma Dikutip dari Google

• Evaluasi Terhadap Desain


Menurut kajian hasil peninjauan lapangan dan hasil evaluasi terhadap tipe bendung,
dapat disimpulkan bahwa pemilihan lokasi bendung dan tipe bendung tidak tepat
karena:

(1) Lokasi bendung tidak tepat karena di tempat ini palung sungai sangat Iebar dengan
dua alur sungai berada di sisi kanan dan kiri palung sungai.
(2) Tipe bendung yang direncanakan merupakan gabungan bendung tyrol dan
bendung tetap, sementara tipe tyrol tidak sesuai dengan kondisi sungai dengan
angkutan sedimen pasir dan kerikil.

144
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

(3) Sungai berada di daerah alluvial dengan angkutan material pasir dan kerikil serta
memiliki gejala berpindah-pindah.

SARAN

• Lokasi bendung
1) Alternatif lokasi bendung
Hasil kajian lapangan memberi beberapa alternatif lokasi bendung yaitu pada profil
PS dan pada profil P7. Geometri sungai Way Kuma pada Patek PS dapat dilihat pada
Foto82.
Titik pada patok profil PS terletak di hilir celah tebing palung sungai. Kondisi sungai
pada profil ini merupakan kondisi yang kurang menguntungkan karena berada di
tengah-tengah dataran banjir yang terisi alluvial dan sebagian besar merupakan
gosong pasir. Dari sudut pandang konstruksi, titik ini memerlukan konstruksi dengan
biaya yang cukup besar, karena harus membuat tanggul penutup sungai ke arah
tebing kanan dan ke arah tebing kiri sungai. Bangunan intake berada di daerah
timbunan.
Titik pada patok profil P7 merupakan titik ideal untuk membangun bendung. Titik P7
ini merupakan celah di antara dua tebing yang merupakan batuan dasar. Lokasi titik
P7 berada sekitar 70 meter ke arah hulu dari titik PS. Dinding tebing sungai kiri perlu
dikupas untuk membuat bangunan intake. Lebar palung sungai di lokasi ini tidak
selebar pada profil PS. Daerah ini hanya memerlukan tanggul penutup sungai ke
arah tebing kanan, sedangkan ke arah kiri tidak memerlukan tanggul penutup
sungai.

Foto 82. Geometri Sungai pada Profil Sungai Patok PS

145
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

2) Rekomendasi lokasi bendung


Alternatif lokasi dan tipe bendung harus mengacu kepada SNI 03-2401-1991 tentang
Tata Cara Perencanaan Umum Bendung.
Lokasi bendung dipilih berdasarkan pertimbangan beberapa aspek yaitu keadaan
topografi dari rencana daerah irigasi, topografi ketinggian bendung, trace saluran,
penempatan lokasi intake, kondisi hidraulik dan morfologi sungai dan kondisi tanah
fondasi. Di samping itu harus pula dipertimbangkan biaya pelaksanaan dan lain-lain.
Lokasi bendung bisa dipilih di palung sungai atau di sudetan sungai.
Untuk mendapatkan perencanaan bangunan yang efektif dan efisien pelajari beberapa
alternatif lokasi dan tipe bendung yang mempertimbangkan berbagai aspek, yaitu
aspek teknis, lingkungan, sosial, dan ekonomi dan sebagainya.
Berdasarkan persyaratan di atas, hasil kajian lapangan, hasil kajian geoteknik
permukaan sungai, dan tinjauan dari segi hidraulik, maka dipilihlah lokasi bendung
pada profil sungai titik P7. Lokasi pada profil sungai ini merupakan titik ideal untuk
pembangunan bendung karena merupakan celah di antara dua tebing sungai yang
terdiri dari batuan dasar yang cukup baik. Pengupasan dinding tebing pada bagian kiri
sungai perlu dilakukan di lokasi ini untuk membuat bangunan intake. Lebar palung
sungai di lokasi ini sekitar 50,00 meter.
Selanjutnya saran hidraulik lokasi bendung dapat dilihat pada gam bar situasi sungai di
Foto 83.

Foto 83. Gambaran Rencana Lokasi Bendung pad a Profil Sungai P7

• Rekomendasi tipe dan bentuk bendung


Pembuatan desain bendung tetap harus mengacu kepada SNI 03-2401-1991 dan Tata
Cara Perencanaan Umum bendung. Berdasarkan tinjauan di atas dan SNI tersebut maka ·
untuk Bendung Way Mulang harus dipilih tipe bendung tetap. Geometri sungai Way
Kuma pada Patek PS dapat dilihat pad a Gambar 41.
Sumbu bendung/tubuh bendung ditempatkan tegak lurus terhadap arah aliran sungai
saat banjir desain dan banjir sedang. Hal ini dimaksudkan agar arah aliran utama
menuju bendung dan yang keluar dari bendung terbagi merata sehingga tidak
menimbulkan pusaran-pusaran aliran di hulu bendung dan pembilas serta intake.
Pusaran-pusaran aliran akan menimbulkan gangguan pada penyadapan aliran. Aliran

146
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

yang tidak merata ke luar dari bendung akan menimbulkan penggerusan setempat
sehingga membahayakan bendung.
Bangunan intake dan bangunan bilas ditempatkan berdampingan dan menjadi satu
kesatuan. Intake ditempatkan dengan sudut pengambilan arah tegak lurus terhadap
sumbu bangunan bilas sedangkan bangunan bilas ditempatkan di sisi bentang sungai
dan bagian luar tembok pangkal bendung. Bangunan bilas dan intake menjadi satu
kesatuan yang ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat membentuk suatu
tikungan luar ali ran. Hal ini dapat melemparkan angkutan sedimen ke arah luar intake
menuju arah tubuh bendung, sehingga akan mengurangi jumlah angkutan sedimen
dasar masuk ke intake.
Pengarah aliran bentuk tongkat hockey dibangun di hulu kanan tembok pangkal yang
dimaksudkan untuk meratakan ali ran menuju bendung dan menghindarkan aIiran deras
sepanjang tanggul penutup dan tanggul banjir.
Bentuk bendung bagian hulu dibuat miring dan bagian hilir tubuh bendung dibuat
dengan kemiringan 1 : 1. Bentuk pelimpah ambang mercu bulat, dibuat dengan bentuk
lurus melintang sungai dan tegak lurus antara tembok pangkal dan bangunan pembilas.
Elevasi mercu bendung ditentukan dengan pertimbangan elevasi sawah tertinggi yang
akan diairi, tekanan yang diperlukan agar dapat membilas sedimen di pembilas,
kehilangan tekanan dan pengaruh respon morfologi sungai di bagian hulu dan hilir
bendung, dan sebagainya.
Panjang mercu bendung atau Iebar bentang bendung yaitu jarak antara dua tembok
pangkal bendung termasuk tembok Iebar bangunan pembilas dan pilar-pilarnya.
Panjang mercu bendung ditentukan dengan pertimbangan kemampuan melewatkan
debit banjir desain dengan tinggi jagaan yang cukup dan batasan tinggi muka air banjir
genangan maksimum yang diizinkan pada debit banjir desain. Panjang mercu bendung
diambil sebesar 1,2 Iebar sungai rata-rata pada ruas sungai yang stabil. Lebar palung
sungai rata-rata 60 meter.
Tipe konvensional dipilih untuk bangunan bilas dengan Iebar total diambil sekitar 1/6
s.d 1/10 dari Iebar bentang bendung untuk sungai - sungai yang Iebar bentangnya
kurang dari 100 m. Pembilas bendung juga dirancang di bag ian kanan dan kiri
bendung.
Bangunan peredam energi bendung adalah struktur bangunan di hilir tubuh bendung
yang terdiri dari berbagai tipe yang di kanan-kirinya dibatasi oleh tembok pangkal
bendung dilanjutkan dengan tembok sayap hilir dengan bentuk tertentu. Fungsi
bangunan ini adalah untuk meredam energi air akibat pembendungan agar air di hilir
bendung tidak menimbulkan penggerusan setempat yang membahayakan bangunan.
Pemilihan bangunan peredam energi bendung sangat bergantung kepada berbagai
faktor antara lain jenis dan sifat sungai di lokasi bendung, tinggi pembendungan,
keadaan geoteknik tanah dasar, jenis angkutan sedimen yang terbawa aliran sungai,
dan sebagainya.
Jenis Sungai Way Kuma di ruas lokasi bendung adalah sungai meandering yang
angkutan sedimen dominannya dari jenis kerikil dan pasir. Karena hal tersebut di atas,
tipe bangunan peredam energi bendungnya dipilih tipe lantai dengan ambang akhir
(tipe MDO) dilengkapi dengan rip-rap (lihat Gambar 42). Tembok pangkalnya adalah
tembok yang berada di kiri dan kanan pangkal bendung dengan tinggi tertentu yang

147
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

menghalangi luapan aliran pada debit desain ke arah samping kiri dan kanan. Tembok
pangkal disamping berfungsi sebagai pengarah aliran agar arah ali ran sungai langsung
menuju sumbu bendung juga berfungsi sebagai penahan tanah, serta pencegah ali ran
samping. Bentuk tembok pangkal ditentukan vertikal dengan ukuran panjang ke hulu
dan ke hilirnya sesuai dengan fungsinya. Tinggi tembok pangkal setinggi muka air banjir
desain ditambah dengan jagaan setinggi satu meter.
Tembok sayap hilir bendung adalah tembok sayap yang terletak di bagian kanan dan di
kiri peredam energi bendung yang menerus mulai dari tembok pangkal bendung.
Bentuk sayap hilir bendung didesain dengan bentuk miring dengan kemiringan 1 : 1
sebagai kelanjutan tembok pangkal bendung. Bagian awal tembok sayap hilir yang
miring dan akhir tembok pangkal dimulai dari tengah-tengah lantai peredam energi.
Bagian ujung hilir tembok sayap dibulatkan dan membalik ke arah hulu.
Tembok pengarah aliran di hulu tembok pangkal dibangun tembok pengarah aliran
sisi kanan. Tembok pengarah aliran di hulu tembok pangkal dimaksudkan sebagai
pengarah aliran dari hulu sungai menuju bentang bendung agar arah aliran merata.
Selain itu agar tidak menimbulkan kecepatan aliran yang deras di sepanjang tanggul
penutup dan tanggul banjir, serta menghindarkan aliran langsung dari arah tanggul
penutup dan tanggul banjir. Bentuk bagian ujung tembok pengarah ali ran melengkung
seperti tongkat hockey.
Bangunan bilas dirancang dengan maksud untuk menghindarkan angkutan muatan
sedimen dasar dan mengurangi angkutan muatan sedimen yang masuk ke intake.
Bangunan bilas ini dirancang dengan tipe bangunan bilas konvensional. Tata letak
bangunan bilas diatur seperti berikut:
- Merupakan satu kesatuan dengan intake.
- Pintu pembilas diletakkan segaris dengan sumbu bendung.
- Bangunan ditempatkan di sisi luar tubuh bendung dekat tembok pangkal, arahnya
tegak lurus sumbu bendung.

Komponen bangunan bilas terdiri dari :


- Pintu bilas tunggal dari bahan besi.
- Pilar-pilar penempatan pintu, bagian hulu pilar bulat dan bagian hilir runcing.
- Tembok baya-baya (guide wall).
- Jembatan pelayan pintu.
- Bangunan bilas tanpa dinding banjir.
- Sponeng pintu dan sponeng cadangan, tangga dan sebagainya.

Bangunan intake dirancang untuk menyadap aliran sungai, mengatur pemasukan air
dan sedimen, serta menghindarkan sedimen dasar sungai dan sampah masuk ke intake.
Tipe intake yang dipilih yaitu yang berlubang dua, dilengkapi dengan pintu-pintu dan
dinding banjir dan perlengkapan lainnya. Tata letak bangunan intake diatur sedemikian
sehingga memenuhi fungsinya.

148
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

Gambar 42. Contoh Gambar Desain Bendung Tetap Dengan Peredam Energi Tipe MDO

149
Pusat Pene/itian dan Pengembangan Sumber Daya Air

2.1.19 REHABILITASI BENDUNG KAIRATU II, P. SERAM

LOKASI DAN DATA TEKNIS

• Lokasi
Bendung Kairatu II di P. Seram, terletak di Sungai Wae Nala, Desa Lohiyatu, Kecamatan
Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat. Lokasi ini dapat dicapai dari Ambon
menggunakan jalan darat menuju Pelabuhan fery Liang, menyeberang ke Pulau Seram
di Pelabuhan fery Wae Pirit, dilanjutkan melalui jalan darat kurang lebih 10 km, sampai
di lokasi bendung.

• Data Teknis
Bendung Kairatu II
Type Bendung : Bendung Bronjong
Dibangun :Tahun 2009
Lebar bendung :36,70m
Intake : Pada bagian tengah tembok pangkal kiri
Lebar intake :1,25 m
Tinggi intake :1,00 m
Panjang tembok pangkal kiri :32,60 m
Tinggi tembok pangkal kiri :6,30m

IDENTIFIKASI MASALAH
• Kronologis Masalah
Bendung Kairatu II dan jaringan irigasinya dibangun pertama kali pada tahun 1975
untuk mengairi lahan potensial seluas 750 hektar. Pada tahun 2003, karena terjadi banjir
yang cukup besar, diperparah oleh pengambilan material sungai secara besar-besaran
di hilir bendung untuk dikirim ke daerah Papua, bendung ini hancur. Pada tahun 2004
bendung dibangun kembali dan diganti dengan arah mulut intake frontal terhadap arah
aliran sungai. Karena pembangunan bendung tidak memperhatikan keadaan morfologi
sungai yang sudah berubah, bendung ini kembali hancur pada tahun 2008. Pada tahun
2009 bendung dibangun kembali dengan bendung bronjong.
Di samping pembangungan bendung bronjong, dibangun pula tembok pangkal kiri.
Arah tembok pangkal kiri ke hulu agak ke luar dari arah tebing sungai kiri. Bendung ini
dapat beroperasi beberapa waktu. Banjir yang cukup besar dan penempatan bendung
bronjong yang tidak pada tempatnya mengakibatkan bendung bronjong bagian kiri
hancur. Akibatnya air tidakdapat lagi masuk ke intake.
Untuk memenuhi kebutuhan air irigasi ke jaringan irigasi Kairatu untuk menyediakan air
bagi irigasi ahan pertanian, pada tahun anggaran 2011 direncanakan membangun
kembali Bendung Kairatu II.

• Upaya Penanggulangan
Untuk mengatasi masalah yang dihadapi, dilakukanlah upaya-upaya penanggulangan
dengan mengacu kepada advis teknis dari Pusat Litbang Sumber Daya Air.

150
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Bendung

ANALISIS

• Peninjauan Lapangan
Akibat banjir besar pada tahun 2009, Bendung Bronjong Kairatu II pada bagian kiri
sungai terguling (Foto 84). kerusakan yang dialami bendung dan bangunan lainnya
adalah:
1) Bendung bronjong bagian kiri sepanjang kurang lebih sepuluh meter terguling
sehingga tidak dapat berfungsi untuk meninggikan muka air sungai sehingga air
tidak dapat masuk ke intake. Bendung bronjong ditempatkan di ujung tembok
pangkal atau sekitar 10 meter di hilir pintu intake.
2) Saluran irigasi putus sepanjang kurang lebih 25 m. Bagian saluran irigasi yang rusak
yaitu 17,0 m di hilir intake. Saluran irigasi tepat di hilir intake dan di hilir bagian yung
rusak masih bail<.
3) Di tebing kiri, tepat di hilir tembok pangkal kiri, terjadi gerowongan selebar 17,0 m
sepanjang 22,0 meter.
4) Tembok pangkal kanan di hulu bendung terguling.
5) Pintu intake tidak dapat difungsikan sejak awal pembangunan.

Perkiraan Penyebab Kerusakan Bendung

Tembok pangkal bendung yang dibangun di bagian kiri tubuh bendung dan berbentuk
tegak dibangun sebagai pembatas aliran sungai dari hulu ke hilir sehingga tidak
melimpas ke luar dari bentang bendung.
Bendung ditempatkan di bagian akhir/ujung tembok pangkal kiri, sehingga bagian kiri
tubuh bendung terletak pada tebing sungai. Akibat limpasan aliran sungai dan akibat
peningkatan energi aliran dan turbelensi aliran maka terjadi gerowongan tebing sungai
kiri. Akibat penggerusan setempat dan gerowongan tebing sungai, sebagian tubuh
bendung bronjong bagian kiri terguling.
Karena tubuh bendung bagian kiri terguling, saluran irigasi yang terletak 18,0 m dari
tebing sungai ikut runtuh.

Foto 84. Kerusakan Tubuh Bendung Bronjong dan Saluran lnduk Di Kiri Bendung.

151
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

Keadaan Sungai Sekitar Bendung Kairatu II

Sungai Nala adalah tempat Bendung Kairatu II dibangun. Sungai Nala di ruas Bendung
Kairatu II bersifat berjalin. Lapisan dasar sungai terdiri dari batuan kerakal, kerikil, dan
pasir dengan ketebalan Ia pi san diperkirakan setebal 2,0- 3,0 m.
Lebar palung sungai di hulu bendung berkisar antara 40,0- 70,0 m. Lebar alur sungai di
hilir bendung berkisar 40 m sedangkan Iebar palungnya berkisar antara 40,0 - 50,0 m.
Tinggi palung sungai di hulu bendung bagian kanan berkisar antara 5,0- 6,0 m dengan
kemiringan dasar sungai rata-rata di hilir bendung 0,007.
Perubahan morfologi sungai di hulu bendung cenderung mendatar dan perubahan
morfologi sungai di hilir bendung cendrung vertikal dimana proses degradasi dasar
sungai sangat aktif. Sungai Way Nala mempunyai DAS sempit dan memanjang sehingga
hydrograph banjir yang terjadi adalah cepat naik dan cepat turun, dengan material
dasar sungai terdiri dari pasir dan kerikil dengan ketebalan lapisan diperkirakan
mencapai 3,0 m. Debit sesaat yang didapat dari hasil pengukuran pada pertengahan
bulan Maret adalah 2.040 m 3/det sampai 2.185 m3/det.

SARAN
1) Rehabilitasi awal
(1) Lokasi ben dung
Setelah mengadakan kajian lapangan dan mempelajari keadaan bangunan yang
ada maka lokasi bendung dipilih di sekitar intake yang ada pad a bangunan tembok
pangkal kiri. Agar bendung dapat berfungsi kembali maka bendung diperbaiki
secara bertahap. Pentahapan pembangunan bendung dilakukan karena dana yang
tersedia pada tahun anggaran 2011 terbatas.
Tahapan perbaikan bendung adalah sebagai berikut:
a) Rehabilitasi awal untuk tahun anggaran 2011. Tujuan pembangunan
rehabilitasi awal yaitu agar air sungai dapat disadap ke intake untuk irigasi.
Dalam upaya rehabilitisi awal, konsep bangunan disesuikan dengan kondisi
keuangan yang tersedia, dan kondisi bangunan yang aman secara hidraulik dan
struktural.
b) Rehabilitasi permanen dilakukan pada tahap berikutnya.

Beberapa pertimbangan desain bendung tahap rehabilitasi awal adalah:


a) Kondisi areal persawahan, jaringan irigasi semi teknis, kelompok petani sudah
ada yang sekarang tidak berfungsi karena tidak ada air irigasi.
b) Tembok pangkal kiri, bangunan intake, dan saluran irigasi di hilir intake yang
ada yang masih dapat dimanfaatkan.
c) Bangunan bendung bronjong yang tersisa dan tidak terguling yang dapat
dijadikan bangunan bottom controller. Lokasi bendung bronjong yang ada
terletak 20,0 m di hilir bangunan intake.
d) Lokasi bendung pada posisi bangunan intake yang ada bisa dipilih untuk lokasi
bendung baru/rehabilitasi.

152
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

(2) Konsep desain rehabilitasi awal


a) Memanfaatkan bangunan tembok pangkal kiri dan bangunan intake yang ada.
Mengingat upaya rehabilitasi awal, keterbatasan anggaran pada tahun 2011,
dan keadaan sosial masyarakat setempat maka tembok pangkal kiri dan intake
yang ada yang masih baik secara struktural dapat dimanfaatkan selama
penambahan pondasi tembok arah vertikal sampai dengan tanah keras
terutama dari intake ke hilir dilakukan.
b) Alternatif bendung yang dipilih adalah bendung tetap berlokasi di dekat intake.
Sumbu bendung direncanakan terletak 30 em di hilir dinding intake sebelah
hilir. Elevasi mercu bendung ditempatkan 0,5 m di atas elevasi lantai intake.
c) Bendung dilengkapi dengan bangunan bilas disertai perlengkapannya.
Bangunan bilas dirancang dengan maksud menghindarkan angkutan muatan
sedimen dasar dan mengurangi angkutan muatan sedimen layang masuk ke
intake.

Tata letak bangunan bilas diatur seperti berikut:

- Bangunan bilas merupakan satu kesatuan dengan intake.


- Pintu pembilas diletakkan segaris dengan sumbu bendung.
- Bangunan bilas ditempatkan di sisi luar tubuh bendung dekat tembok
pangkal, arahnya tegak lurus sumbu bendung.

Komponen bangunan bilas terdiri dari :


- Pintu bilas tunggal dari bahan besi.
- Pilar-pilar penempatan pintu; bagian hulu pilar bulat dan bagian hilir
runcing, berbahan beton bertulang.
- Tembok baya-baya (guide wall) 0,50 m di atas mercu bendung.
- Jembatan pelayan pintu.
- Bangunan bilas tanpa dinding banjir.
- Sponeng pintu dan sponeng cadangan, tangga dan sebagainya.
d) Bangunan peredam energi bendung.
Bangunan peredam energi bendung yang dipilih yaitu bangunan peredam
energi tipe lantai datar, ambang akhir dan olakan (tipe MDS). Bangunan
peredam energi bendung yaitu struktur dari bangunan di hilir tubuh bendung
yang terdiri dari berbagai tipe dan di kanan kirinya dibatasi oleh tembok
pangkal bendung dilanjutkan dengan tembok sayap hilir dengan bentuk
tertentu. Fungsi bangunan adalah untuk meredam energi air akibat
pembendungan agar air di hilir bendung tidak menimbulkan penggerusan
setempat yang membahayakan bangunan.
Pemilihan bangunan peredam energi bendung sangat bergantung kepada
berbagai faktor, antara lain jenis dan sifat sungai di lokasi bendung, tinggi
pembendungan, keadaan geoteknik tanah dasar, jenis angkutan sedimen yang
terbawa aliran sungai, dan sebagainya. Sungai Way Nala di ruas lokasi bendung
berjenis sungai meandering dengan angkutan sedimen dominan jenis kerikil
dan pasir.

153
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

Di hilir ambang peredam energi bendung atau tepat di hilir dinding tembok
pangkal kiri yaitu pada bekas bendung bronjong yang tersisa difungsikan
sebagai bangunan bottom controller.
e) Fondasi dan bangunan pencegah seepage
Di bawah tubuh bendung dilengkapi dengan fondasi sumuran (menggunakan
buis beton 0 80 em yang diisi beton bertulang minimum berdiameter 12 mm,
dengan campuran 1 : 2 : 3). Fondasi sumuran dipasang di bagian hulu, tengah,
dan hilir di bawah tubuh bendung.
f) Tembok pangkal
Tembok pangkal adalah tembok yang berada di kiri dan kanan pangkal
bendung dengan tinggi tertentu yang menghalangi luapan aliran pada debit
desain ke arah samping kiri dan kanan. Tembok pangkal berfungsi sebagai
pengarah aliran agar arah aliran sungai frontal menuju sumbu bendung,
sebagai penahan tanah, dan pencegah ali ran sam ping.
Tembok pangkal kiri menggunakan tembok pangkal yang ada. Tembok
pangkal kanan dibuat dengan bentuk dinding tegak dengan panjang 22 m.
Tembok pangkal dirancang sesuai dengan ketinggian tembok yang ada, yaitu
setinggi 5,50 m dari dasar sungai.

2) Rehabilitasi permanen

(1) Pemilihan tipe ben dung


Desain hidraulik bendung tetap mengacu kepada SNI 03-2401-1991, tentang Tata
Cara Perencanaan Umum Bendung. Berdasarkan kajian dan SNI di atas, maka untuk
rehabilitasi permanen Bendung Kairatu II dipilih tipe bendung berganda.
Bendung tipe berganda dipilih karena telah terjadi degradasi dasar sungai yang
cukup besar. Dasar sungai 200 m di hulu bendung berada pada elevasi +23,18
sedangkan dasar sungai sekitar 900 m di hilir bendung berada pada elevasi +
13,64. Jadi perbedaan ketinggian dasar sungai antara hulu dan hilir yaitu 9,54 m.

(2) Tata letak bendung


Tubuh bendung pertama menggunakan tubuh bendung yang ada yang telah
dibangun pada rehabilitasi awal. Bangunan intake menggunakan bangunan intake
yang ada.
Bangunan bilas menggunakan bangunan bilas yang ada yaitu tipe konvensional.
Pembilas bendung berda di bagian kiri bendung. Lebar bangunan bilas adalah 1 x
1,50 m. Letak bangunan bilas yang ada berdampingan dan menjadi satu kesatuan
dengan bangunan intake.

(3) Bentuk bendung


Bentuk bendung adalah tipe berganda. Bentuk bendung pertama bagian hulunya
dengan kemiringan. Bentuk bendung kedua bagian hulunya tegak agar
memperoleh aliran balik berlawanan dengan arah putaran jarum jam dengan
demikian aliran yang ke luar dari bendung tidak meloncat dan stabil.

154
Kompendium Advis Teknis Berbagai Jenis Ben dung

(4) Mereu bendung


Mereu bendung yaitu bagian teratas tubuh bendung di mana aliran dari hulu
dapat melimpah ke hilir. Mereu bendung pertama berada pada elevasi +
22,00. Dasar sungai jauh di hilir (berjarak 1000 m) berada pada elevasi 12,00,
sehingga perbedaan ketinggian antara mereu bendung pertama dan dasar sungai
di hilir adalah 10,00 m. Mereu bendung kedua ditempatkan pada setengah bagian
ketinggian yaitu pada elevasi + 17.00. Kemiringan tubuh bendung diraneang
dengan perbandingan kemiringan 1:2.

(5) Panjang mercu bendung


Panjang mereu bendung atau Iebar bentang bendung yaitu jarak antara dua
tembok pangkal bendung termasuk tembok Iebar bangunan pembilas dan pilar-
pilarnya. Panjang mereu bendung ditentukan dengan mempertimbangkan
kemampuan melewatkan debit banjir desain dengan tinggi jagaan yang eukup
dan batasan tinggi muka air banjir genangan maksimum yang diizinkan pada debit
banjir desain. Panjang mereu bendung yang ada pada desain rehabilitasi awal
adalah 45,00 m.

155

Anda mungkin juga menyukai