Anda di halaman 1dari 2

Perkembangan era digitalisasi ditandai dengan adanya Revolusi Industri yang terjadi

pada tahun 1750 hingga 1850 di Inggris. Revolusi Industri ini melahirkan banyak mesin-mesin
canggih yang memanfaatkan tenaga listrik untuk membantu Sebagian besar pekerjaan manusia.
Listrik mempunyai peranan penting dalam rangka pembangunan nasional untuk mencapai
kesejahteraan dan kemajuan masyarakat Indonesia secara berkelanjutan. Ilmu pengetahuan
serta pola pikir yang semakin maju membuat mesin-mesin ini terus berkembang hingga
berubah menjadi system digital. Era digitalisasi juga dikenal dengan era disrupsi, yakni era
terjadinya perubahan inovasi serta tatanan kehidupan yang lebih modern. Era digitalisasi itu
juga membawa dampak dan pengaruh bagi kehidupan manusia. Salah satu dampak positif era
digitalisasi yang dapat kita temui dalam kehidupan sehari-hari adalah berkembangnya inovasi
dan ilmu pengetahuan di segala aspek kehidupan. Kemajuan teknologi informasi juga
membawa kemudahan bagi Masyarakat. Namun, ada beberapa dampak negatif dari era
digitalisasi, seperti perubahan pola perilaku masyarakat dan hilangnya kontrol diri sehingga
sebagian besar masyarakat terutama generasi muda tidak dapat menyaring baik buruknya suatu
informasi. Semakin berkembangnya teknologi, maka semakin banyak pula masalah di era
digitalisasi. Oleh karena itu, penguatan nilai-nilai Pancasila sangat diperlukan guna
pembentukan moral. Pembelajaran dan penerapan nilai-nilai Pancasila dapat dilakukan dengan
memanfaatkan teknologi informasi yang ada.
Di era digitalisasi tentu saja peluang dan tantangan dalam bisnis ketenagalistrikan
pada 30 tahun yang lalu berbeda dengan hari ini. Zaman telah berubah dan tantanganpun ikut
berganti. Karena itu, marilahh kita mengulas sejumlah tantangan dan peluang bisnis
ketenagalistrikan dalam perspektif Pancasila pada era kekinian. Untuk lebih memudahkan,
pembahasan mengenai topik peluang dan tantangan bisnis ketenaga listrikan di era digitalisasi
ini akan diturunkan kedalam sub topik sebagai berikut.

a) Peluang bisnis ketenagalistrikan di era digitalisasi dalam perspektif


Dalam perspektif Pancasila khususnya sila ke-5 menekankan pentingnya keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Penghematan energi merupakan salah satu bentuk
pengamalan Sila ke-5 Pancasila. Adapun salah satu perkembangan Teknologi pada
sistem tenaga listrik di Era Revolusi digitalisasi sudah sangat berkembang salah satunya
adalah Smart Grid. Smart Grid adalah teknologi pada sistem jaringan tenaga listrik yang
memanfaatkan teknologi komputer, telekomunikasi dan teknologi informasi yang dapat
mengoperasikan penyaluran sistem tenaga listrik, menyediakan keandalan pasokan
tenaga listrik, dan pemanfaatan sumber EBT yang memungkinkan partisipasi pelanggan
dalam penyediaan tenaga listrik.
Dengan adanya teknologi Smart Grid konsumen dapat memproduksi,menyimpan dan
menjual listrik kepada produser atau konsumen. listrik seperti rumah dengan suplai listrik
dari Rooftop PV System atau Panel Surya. Smart grid pada sistem jaringan tenaga listrik
dapat dimanfaatkan seefisien mungkin dengan didukung peralatan cerdas seperti smart
meters, smart devices dan digital infrastructure. Penerapan smart grid dapat mendukung
pengembangan dan penggunaan energi baru terbarukan serta penurunan emisi karbon.
Selain cerdas, Smart Grid dapat meningkatkan efisiensi, sustainbilitas, ekonomi dan
ramah lingkungan dalam bidang ketenagalistrikan. Smart Grid trend teknologi terbaru di
dunia ketenagalistrikan yang pada negara-negara maju sudah menjadi solusi utama bagi
penghematan energi.
b) Tantangan bisnis ketenagalistrikan di era digitalisasi dalam perspektif Pancasila

Listrik memainkan peran penting dalam era digital saat ini. Namun distribusi listrik
yang merata di seluruh wilayah Indonesia masih menjadi tantangan. System distribusi
kelistrikan yang terpusat belum mampu menjangkau seluruh wilayah Indonesia,
terutama di daerah terdepan, terluar dan tertinggal (3T). sehingga dengan
permasalahan tersebut sesuai dengan bunyi sila kelima Pancasila belum terealisasikan
dilihat dari banyaknya wilayah yang belum terjangkau oleh listrik. Disini perlu
peranan dari pemerintah untuk mewujudkan bunyi sila kelima yaitu keadilan sosial
bagi rakyat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai