Anda di halaman 1dari 10

HASIL PENELITIAN

Pengaruh Social Engagement terhadap Fungsi


Kognitif Lanjut Usia di Jakarta
Budi Riyanto Wreksoatmodjo
Bagian Neurologi, Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Atmajaya, Jakarta, Indonesia

ABSTRAK
Peningkatan harapan hidup manusia akan menambah populasi lanjut usia diikuti dengan peningkatan masalah, antara lain penurunan fungsi
kognitif. Salah satu faktor risiko penurunan fungsi kognitif ialah social engagement yang dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggal. Penelitian
dilakukan menggunakan metode cross sectional di kelurahan Jelambar dan Jelambar Baru, Jakarta atas 286 lanjut usia yang tinggal di keluarga
dan di panti werdha menunjukkan adanya pengaruh social engagement terhadap fungsi kognitif lanjut usia, terutama di kalangan panti werdha.
Social engagement buruk berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif, social engagement buruk berhubungan dengan fungsi kognitif yang
lebih rendah. Komponen social engagement yang paling berperan terhadap fungsi kognitif para lanjut usia adalah aktivitas di masyarakat dan
keanggotaan di kelompok masyarakat lain (selain posyandu).

Kata kunci: social engagement, fungsi kognitif, lanjut usia, keluarga, panti werdha

ABSTRACT
The improvement of life expectancy has increased old-age population in the world. This condition will increase the problems among
elderly, among others is cognitive decline. One of the risk factors for cognitive decline is social engagement that can be influenced by living
environment. This research was done with cross sectional method in kelurahan Jelambar and Jelambar Baru on 286 respondents living in family
and institution. Social disengagement was associated with lower cognitive function The most important components of social engagement
are to become a member of social/community society and to be active in the community. Budi Riyanto Wreksoatmodjo. The Influence of
Social Engagement on Cognitive Function among Elderly in Jakarta.

Key words: social engagement, cognitive function, elderly, family, institution

PENDAHULUAN fungsi kognitif. Di samping faktor individu, Desain penelitian ini bersifat cross sectional.
Latar Belakang faktor lingkungan diduga ikut memengaruhi
Salah satu keberhasilan terbesar kebijakan risiko kemunduran fungsi kognitif, seperti Lokasi Penelitian
kesehatan masyarakat adalah peningkatan hubungan/keterlibatan sosial (social Kelurahan Jelambar dan Jelambar Baru,
harapan hidup. Di tahun 2025 akan terdapat engagement)4-6 dan aktivitas, baik aktivitas Jakarta Barat.
sekitar 1.2 milyar penduduk dunia berusia 60 fisik7,8 maupun aktivitas kognitif.9-11 Salah
tahun ke atas, yang akan menjadi 2 milyar di satu faktor lingkungan yang diduga Populasi penelitian
tahun 2050; 80% tinggal di negara-negara mempengaruhi fungsi kognitif ialah peranan Populasi target penelitian ini ialah populasi
berkembang1. Indonesia yang berpenduduk keterlibatan sosial (social engagement).4,16,17 lanjut usia di Jakarta. Populasi eligible
231.4 juta jiwa juga akan mengalami pe- merupakan populasi para lanjut usia yang
ningkatan penduduk lanjut usia. Jumlahnya Mengingat Indonesia mempunyai pola telah tinggal di lingkungannya masing-
pada tahun 2010 diperkirakan 18,575,000 hubungan keluarga yang mungkin berbeda masing, baik di keluarga maupun di panti
jiwa,2 sekitar 7% dari jumlah seluruh penduduk. dengan yang ada di negara lain, perlu werdha di wilayah kelurahan Jelambar dan
Proporsi populasi lanjut usia tersebut akan diketahui apakah keterlibatan sosial (social kelurahan Jelambar Baru, selama sedikitnya
terus meningkat mencapai 11.34% di tahun engagement) berpengaruh terhadap fungsi 1 tahun. Populasi lanjut usia di keluarga
2020.3 kognitif para lanjut usia di Indonesia. diambil dari daftar lanjut usia yang ada di
Posyandu Lanjut Usia Puskesmas, sedangkan
Salah satu masalah kesehatan utama di METODOLOGI PENELITIAN populasi lanjut usia di panti diambil dari daftar
kalangan lanjut usia adalah kemunduran Desain penghuni masing-masing panti.

*) Catatan kaki: Laporan ini merupakan bagian dari disertasi: Budi Riyanto Wreksoatmodjo. Pengaruh Social Engagement terhadap Fungsi Kognitif Lanjut Usia di Jakarta,
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013.

Alamat korespondensi email: budi.rw@gmail.com

CDK-214/ vol. 41 no. 3, th. 2014 171


HASIL PENELITIAN

Kriteria Inklusi dan Eksklusi pengalaman pembelajaran dan kapasitas Karakteristik Demografi N %
Kriteria Inklusi inteligensi seseorang. Termasuk fungsi
>70 tahun 106 37.1
- Laki-laki atau perempuan ≥ 60 tahun saat kognisi ialah: memori/daya ingat, konsentrasi/
71–80 tahun 102 35.7
penelitian dimulai. perhatian, orientasi, kemampuan berbahasa,
- Telah tinggal di lingkungannya selama berhitung, visuospasial, fungsi eksekutif, > 80 tahun 4 1.4

sedikitnya 1 tahun abstraksi dan taraf inteligensi.19 Pekerjaan


- Bersedia mengikuti penelitian ini. Tidak bekerja 224 78.3
Pada penelitian ini dinilai menggunakan MMSE Bekerja 62 21.7
Kriteria Eksklusi (Mini Mental State Examination),20,21 didasarkan
Bekerja di luar rumah 25 8.7
Menderita gangguan jiwa psikosis; gangguan atas nilai potong yang disesuaikan dengan
Bekerja di dalam rumah 37 12.9
fungsi luhur seperti afasia, apraksia; riwayat tingkat pendidikan terakhir yang ditamatkan
gangguan peredaran darah otak (stroke). responden.22 Dinilai baik jika nilainya: ≥ 13 jika Pendidikan
tidak sekolah, jika tidak tamat SD ≥19, tamat Rendah 121 42.3
Mereka yang diketahui telah menderita atau SD ≥ 23, tamat SLP ≥ 25, tamat SLA ke atas Tidak sekolah 44 15.4
didiagnosis demensia.18 ≥ 26. Dinilai buruk jika nilainya: < 13 jika tidak
Tak tamat SD 27 9.4
sekolah, tidak tamat SD < 19, tamat SD < 23,
Tamat SD 50 17.5
Besar Sampel tamat SLP < 25 dan jika tamat SLA ke atas <
Jumlah sampel minimal pada satu kelompok 26. Tinggi 165 57.7

adalah 118, karena pada penelitian ini ada Tamat SLTP 64 22.4
dua kelompok maka sampel menjadi 236. HASIL Tamat SLTA > 101 35.3
Selanjutnya untuk mengantisipasi ketidak Jumlah reponden yang memenuhi syarat dan Tempat Tinggal
lengkapan data, ditambah dengan 10% = 236 datanya lengkap pada penelitian ini sejumlah
Panti 76 26.6
+ 24 = 260 responden. 286 orang; berasal dari 5 posyandu lanjut
Masyarakat 210 73.4
usia dan 2 panti werdha yang ada di wilayah
Pengumpulan Data tersebut. Status Marital
Data dikumpulkan melalui: 1) Kuesioner Tidak menikah 18 6.3
informasi umum. 2) Kuesioner indeks social Karakteristik Responden yang Dianalisis Pernah menikah 138 48.3
disengagement dan aktivitas fisik dan aktivitas dalam Penelitian
Menikah 130 45.5
kognitif. 3) Kuesioner Mini Mental State Mayoritas responden adalah perempuan
Examination (MMSE). Pengumpulan data oleh 74.5%. Sebagian besar responden berusia
petugas yang telah dilatih dan tersertifikasi 60–70 tahun yaitu 62.9%. Rata-rata usia Tabel 2 Karakteristik Riwayat Kesehatan Responden
AAzI (Asosiasi Alzheimer Indonesia). responden adalah 69.43 tahun. Kebanyakan
Karakteristik
responden tidak bekerja (78.3%). Mayoritas n %
Riwayat Kesehatan
DEFINISI responden tingkat pendidikan tinggi (57.7%). Hipertensi
Social engagement: Terpeliharanya beragam Responden yang tinggal di keluarga 73.4%
Ya 84 29.4
hubungan sosial dan keikutsertaan (partisipasi) dan yang tinggal di panti werdha 26.6%.
Tidak 202 70.6
dalam kegiatan sosial.4 Hampir separuh responden pernah menikah
(48.3%), 45.5% lainnya masih hidup bersama Diabetes mellitus

Pada penelitian ini dinilai menurut indeks pasangannya serta 6.3% tidak menikah (Tabel Ya 36 12.6
social disengagement.4 Penilaian social 1). Sejumlah 29.4% memiliki riwayat hipertensi, Tidak 250 87.4
engagement terbagi atas dua komponen, yaitu 12.6% memiliki riwayat diabetes melitus
Status Gizi
komponen jaringan sosial dan aktivitas sosial. (Tabel 2). Lebih dari separuh responden
Underweight (IMT <18.50) 38 13.3
Penilaian aktivitas sosial berdasarkan frekuensi berstatus gizi normal (55.2%). Sejumlah 59.8%
kunjungan ke tempat ibadah, keanggotaan responden mempunyai aktivitas fisik kurang, Normal IMT (18.50-24.99) 158 55.2

kelompok masyarakat dan aktivitasnya dalam 51% responden aktivitas kognitifnya kurang Overweight (IMT ≥25.00) 90 31.5
lingkungan, sedangkan jaringan sosial dinilai (Tabel 3).
dari adanya pasangan hidup, frekuensi kontak Tabel 3 Aktivitas Fisik dan Aktivitas Kognitif Responden
baik langsung (tatap muka) maupun tak Tabel 1 Karakteristik Demografi Responden
Karakteristik
langsung (melalui sarana komunikasi surat, N %
Aktivitas Fisik dan Kognitif
Karakteristik Demografi N %
telpon, SMS). Social engagement dinilai baik Aktivitas Fisik
jika nilai indeks keseluruhan (GAB) 3 – 4, dinilai Jenis kelamin
Kurang 171 59.8
buruk jika nilainya 1 –2. Laki-laki 73 25.5
Baik 115 40.2
Perempuan 213 74.5
Aktivitas Kognitif
Fungsi kognitif: Kemampuan mengenal Usia Kurang 146 51.0
atau mengetahui mengenai benda atau
60–70 tahun 180 62.9 Baik 140 49.0
keadaan atau situasi, yang dikaitkan dengan

172 CDK-214/ vol. 41 no. 3, th. 2014


HASIL PENELITIAN

Fungsi Kognitif Tabel 6 Jaringan Sosial Responden 3. Social Engagement


Fungsi kognitif buruk di kelompok tidak Nilai social engagement merupakan nilai
Variabel n %
sekolah 40.9%, di kelompok tak tamat gabungan dari skor jaringan sosial dan skor
SD 33.3%, di kelompok tamat SD 40%, di Pasangan hidup (skala PH) aktivitas sosial. Lanjut usia yang memiliki social
kelompok tamat SLP 50% dan di kelompok Tidak ada (skor =0) 156 54.5 engagement buruk 35.7%.
tamat SLA atau lebih 28.7% (Tabel 4). Secara Ada (skor=1) 130 45.5
keseluruhan, 37.8% responden mempunyai Kontak in person (skalaVIS)
Tabel 8 Social Engagement
fungsi kognitif buruk (Tabel 5).
Buruk (skor =0) 75 26.2 Social Engagement n (%)

Tabel 4 Fungsi Kognitif Responden Menurut Tingkat Baik (skor=1) 211 73.8 Sangat buruk (1) 23 (8.0)

Pendidikan Kontak in media (skalaNVIS) Buruk (2) 79 (27.6)


Buruk (skor =0) 251 87.8 Baik (3) 149 (52.1)
Fungsi kognitif N %
Baik (skor=1) 35 12.2 Sangat baik (4) 35 (12.2)
Tidak sekolah
Jaringan sosial (skala JSOS) Total 286 (100.0)
buruk (Skor MMSE <13) 18 40.9 Buruk (jumlah skor 0-1) 166 58.1 Buruk (sangat buruk dan buruk) 102 (35.7)
baik (Skor MMSE > 13) 26 59.1 Baik (jumlah skor 2-3) 120 41.9 Baik (baik dan sangat baik) 184 (64.3)

Tak tamat SD Total 286 (100.)


2. Aktivitas Sosial
buruk (Skor MMSE <19) 9 33.3
Mayoritas responden berkunjung ke tempat 4. Distribusi Social Engagement
baik (Skor MMSE > 19) 18 66.7 ibadah sedikitnya seminggu sekali (80.4%) dan Social engagement buruk lebih banyak
masih terlibat dalam kegiatan di kelompok lain dijumpai di kelompok perempuan (76.5%),
Tamat SD
seperti pengajian atau arisan di lingkungan pada usia 61–70 tahun (58.8%), tidak bekerja
buruk (Skor MMSE <23) 20 40.0 masing-masing (60.5%). Responden yang (80.4%), berpendidikan rendah (67.2%),
baik (Skor MMSE > 23) 30 60.0 masih terlibat dalam kegiatan di luar rumah pernah menikah (66,7%) dan tinggal di panti
yang dinilai dari frekuensi ke luar rumah, (66.7%) (Tabel 9) dengan perbedaan proporsi
Tamat SLP
melancong, berbelanja, menonton yang bermakna dalam hal pendidikan,
buruk (Skor MMSE <25) 32 50.0 pertunjukan di bioskop atau pertandingan status marital dan tempattinggal (Tabel 10).
olahraga, dan aktivitas di lingkungan Di kalangan social engagement buruk lebih
baik (Skor MMSE > 25) 32 50.0
masyarakat lebih sedikit yaitu 13.6%. Aktivitas banyak yang tidak hipertensi, tidak diabetes
Tamat SLA > sosial dinilai dari kombinasi tiga variabel melitus dan underweight. Di kalangan social
buruk (Skor MMSE <26) 29 28.7
tersebut. Sebanyak 61.5% masih mempunyai engagement buruk lebih banyak yang aktivitas
aktivitas sosial baik, lebih besar dibandingkan fisiknya buruk dan aktivitas kognitifnya buruk
baik (Skor MMSE > 26) 72 71.3 dengan responden dengan jaringan sosial (Tabel 11).
baik yaitu sebesar 41.9%.
Tabel 5 Fungsi Kognitif Responden Tabel 9 Distribusi Social Engagement berdasarkan
Tabel 7 Aktivitas Sosial Responden Demografi
Fungsi kognitif N %
Variabel n % Social engagement
Buruk 108 37.8
Karakteristik Buruk Baik
Kunjungan ke tempat ibadah (skala TIB) .p
Baik 178 62.2 Demografi
N=102 N=184
Buruk (skor =0) 56 19.6 (100%) (100%)
Jenis kelamin
Social Engagement Baik (skor=1) 230 80.4
Laki-laki 24 (23.5) 49 (26.6)
1. Jaringan Sosial Kegiatan di masyarakat (skala MAS)
Mayoritas responden yaitu 54.4% tidak Perempuan 78 (76.5) 135 (73.4) 0.664
Buruk (skor =0) 247 86.4
memiliki pasangan hidup. Frekuensi kontak Usia
dengan keluarga dan teman/sahabat secara Baik (skor=1) 13.6 61–70 tahun 60 (58.8) 120 (65.2)
personal atau temu muka/fisik (kontak in Keanggotaan di kelompok lain >70 tahun 42 (41.2) 64 (34.8) 0.345
person) mayoritas baik yaitu 73.8%, sedangkan (skala KEL)
Pekerjaan
frekuensi kontak dengan keluarga dan Buruk (skor =0) 113 39.5
Tidak bekerja 82 (80.4) 142 (77.2)
teman/sahabat tak langsung melalui surat
Baik (skor=1) 173 60.5
atau sarana komunikasi lain (kontak in media) Bekerja 20 (19.6) 42 (22.8) 0.629
mayoritas buruk yaitu sebesar 87.8%. Jaringan Aktivitas Sosial (skala ASOS) Pendidikan
sosial dinilai dari kombinasi tiga variabel Buruk (skor 0-1) 110 38.5 Rendah 64 (67.2) 57 (31.0)
tersebut, didapatkan 58.1% responden dinilai
Tinggi 38 (37.3) 127 (69.0) <0.0001
mempunyai jaringan sosial buruk. Baik (skor 2-3) 176 61.5

CDK-214/ vol. 41 no. 3, th. 2014 173


HASIL PENELITIAN

Social engagement Tabel 12 Hubungan Jaringan Sosial dan Aktivitas Sosial dengan Fungsi Kognitif
Karakteristik Buruk Baik .p Fungsi Kognitif
Demografi Social engagement PRR .p
N=102 N=184 Buruk Baik Total
(100%) (100%)
Jaringan Sosial
Status Marital Kurang 73 (44.0) 93 (56.0) 166 (100) 1.508 (1.087–2.092) 0.013
Tidak menikah 14 (13.7) 4 (2.2) Baik 35 (29.2) 85 (70.8) 120 (100) 1.000
Pernah menikah 68 (66.7) 70 (38.0) Aktivitas Sosial
Kurang 57 (51.8) 53 (48.2) 110 (100) 1.788 (1.334–2.398) <0.0001
Menikah 20 (19.6) 110 (59.8) <0.0001
Baik 51 (29.0) 125 (71.0) 176 (100) 1.000
Tempat Tinggal

Panti 68 (66.7) 8 (4.3) Tabel 13 Hubungan Komponen Jaringan Sosial dan Aktivitas Sosial dengan Fungsi Kognitif
Keluarga 34 (33.3) 176 (95.7) <0.0001
Fungsi Kognitif
Social engagement PRR .p
Kurang Baik Total
Tabel 10 Distribusi Social Engagement berdasarkan Riwayat JARINGAN SOSIAL
Kesehatan Kontak in person (VIS)
Kurang 44 (58.7) 31 (41.3) 75 (100.0) 1.934 (1.463–5.557) <0.0001
Social engagement
Karakteristik Baik 64 (30.3) 147 (69.7) 211 (100.0) 1.000
Riwayat Buruk Baik .p Kontak in media (NVIS)
Kesehatan N=102 N=184 Kurang 101 (40.2) 150 (59.8) 251 (100) 2.012 (1.020–3.969) 0.033
(100%) (100%)
Baik 7 (20.0) 28 (80.0) 35 (100) 1.000
Hipertensi
Pasangan Hidup (PH)
Ya 27 (26.5) 57 (31.0) Tidak ada 65 (41.7) 91 (58.3) 156 (100.0) 1.260 (0.927–1.712) 0.171
Tidak 75 (73.5) 127 (69.0) 0.505 Ada 43 (33.1) 87 (66.9) 130 (100.0) 1.000
AKTIVITAS SOSIAL
Diabetes melitus
Aktivitas di Masyarakat (MAS)
Ya 10 (9.8) 26 (14.1)
Kurang 99 (40.1) 148 (59.9) 247 (100.0) 1.737 (0.960–3.142) 0.063
Tidak 92 (90.2) 158 (85.9) 0.384 Baik 9 (23.1) 30 (76.9) 39 (100.0) 1.000
Status Gizi Kunjungan ke tempat ibadah (TIB)
Underweight 21 (20.6) 17 (9.2) <1 kali/minggu 32 (57.1) 24 (42.9) 56 (100.0) 1.729 (1.488–4.905) 0.001
(IMT <18.50) ≥1 kali/minggu 76 (33.0) 154 (67.0) 230 (100.0) 1.000
Normal IMT 25 (24.5) 65 (35.3) Keanggotaan/Partisipasi di kelompok selain posyandu (KEL)
(18.50 –24.99) Tidak 58 (51.3) 55 (48.7) 113 (100.0) 1.776 (1.323–2.385) <0.0001
Overweight (IMT 56 (54.9) 102 (55.4) 0.012 Ya 50 (28.9) 123 (71.1) 173 (100.0) 1.000
≥25.00)

Tabel 14 Hubungan Social Engagement dengan Fungsi Kognitif


Tabel 11 Distribusi Social Engagement berdasarkan Aktivitas Fungsi Kognitif
Fisik dan Kognitif Social engagement PRR .p
Kurang Baik

Social engagement Buruk 58 (56.9) 44 (43.1) 2.093 (1.565–2.799) <0.0001


Karakteristik Baik 50 (27.2) 134 (72.8) 1.000
Aktivitas Fisik Buruk Baik .p
dan Kognitif N=102 N=184
Para lanjut usia yang jaringan sosialnya kurang lain (KEL). Hubungan komponen jaringan
(100%) (100%)
mempunyai risiko 1.508 (1.087–2.092) kali sosial dan komponen aktivitas sosial dengan
Aktivitas Fisik
lebih besar untuk mempunyai fungsi kognitif fungsi kognitif dapat dilihat pada Tabel 13.
Kurang 77 (75.5) 94 (51.1)
buruk dibandingkan dengan mereka yang
Baik 25 (24.5) 90 (48.9) <0.0001 jaringan sosialnya baik. Demikian juga para Dari komponen jaringan sosial, yang
Aktivitas Kognitif lanjut usia yang aktivitas sosialnya kurang berpengaruh terhadap fungsi kognitif adalah
Kurang 78 (76.5) 68 (37.0) mempunyai risiko 1.788 (1.334–2.398) kali kontak in person (VIS) dan kontak in media
Baik 24 (23.5) 116 (63.0) <0.0001
lebih besar untuk mempunyai fungsi kognitif (NVIS), sedangkan pasangan hidup (PH) tidak
buruk dibandingkan dengan mereka yang berpengaruh. Para lanjut usia dengan kontak
aktivitas sosialnya baik. in person kurang 1.934 (1.463–5.557) kali lebih
Hubungan Social Engagement dengan berisiko mempunyai fungsi kognitif buruk
Fungsi Kognitif Jaringan sosial terdiri komponen kontak dibandingkan dengan para lanjut usia dengan
Social engagement terdiri dari komponen in person (VIS), kontak in media (NVIS) dan kontak in person baik. Para lanjut usia dengan
jaringan sosial dengan aktivitas sosial. pasangan hidup (PH), sedangkan aktivitas kontak in media kurang, 2.012 (1.020–3.969)
Hubungan jaringan sosial dan aktivitas sosial sosial terdiri dari komponen kegiatan di luar kali lebih berisiko mempunyai fungsi kognitif
dengan fungsi kognitif dapat dilihat pada rumah (MAS), frekuensi kunjungan ke tempat buruk dibandingkan dengan para lanjut usia
Tabel 12. ibadah (TIB) dan keanggotaan di kelompok dengan kontak in media baik.

174 CDK-214/ vol. 41 no. 3, th. 2014


HASIL PENELITIAN

Dari komponen aktivitas sosial, yang Pada penelitian ini lanjut usia dengan social Alzheimer diketahui dikaitkan dengan
berpengaruh adalah frekuensi kunjungan engagement buruk memiliki risiko 2 kali gangguan aspek tingkah laku sosial. Oleh
ke tempat ibadah (TIB) dan keanggotaan lebih besar untuk mendapatkan fungsi karena itu mungkin saja aspek proses kognitif
di kelompok lain (KEL) seperti kelompok kognitif buruk (HR 2.09; 95%IK: 1.57–2.80) yang membangun dan mempertahankan
pengajian dan kelompok arisan. Para lanjut (Tabel 14). Hasil penelitian ini sesuai jaringan sosial juga dapat berlaku sebagai
usia dengan kunjungan ke tempat ibadah < dengan hasil penelitian epidemiologis yang cadangan terhadap risiko gangguan kognitif
1 kali/minggu 1.729 (1.488–4.905) kali lebih sebagian besar menunjukkan bahwa social akibat adanya akumulasi patologi jaringan
berisiko dibandingkan dengan para lanjut usia engagement merupakan faktor protektif otak, atau dengan mengkompensasi efek
dengan kunjungan ke tempat ibadah ≥ 1 kali/ terhadap penurunan fungsi kognitif25,26 degenerasi sistem kognitif nonsosial.30
minggu. Para lanjut usia yang tidak menjadi meskipun ada juga yang tidak menemukan
anggota di kelompok masyarakat lain selain hubungan antara dukungan sosial dengan Rekrutmen area otak alternatif sebagai respon
posyandu 1.776 (1.323–2.385) lebih berisiko risiko penurunan fungsi kognitif.27 Social terhadap kerusakan akibat penuaan dan
mempunyai fungsi kognitif buruk engagement dianggap dapat memelihara degenerasi telah banyak tercatat dalam studi
fungsi kognitif17,23 melalui mekanisme pencitraan. Misalnya, penuaan diasosiasikan
Hubungan social engagement dengan fungsi scaffolding – berupa pengaktifan jaringan dengan peningkatan area otak yang pada
kognitif pada penelitian ini dilihat dari nilai tambahan sehingga jaringan otak menjadi orang muda tidak aktif.31 Pola ini dianggap
PRR menggunakan analisis Cox Regression lebih efisien; makin banyak jaringan menggambarkan kompensasi terhadap
yang ditunjukkan pada Tabel 14. tambahan yang tersedia, akan makin efisien kerusakan yang berhubungan dengan
mekanisme kompensatorik tadi, dan stimulasi penuaan melalui jaringan neural alternatif.32
Tabel 14 menunjukkan bahwa sebanyak lingkungan telah terbukti bisa menambah Lanjut usia penderita Alzhemier ringan
56.9% (58 orang) lanjut usia dengan social tersedianya jaringan tambahan tersebut.24 juga mengaktifkan area otak tambahan
engagement buruk memiliki fungsi kognitif pada tingkat aktivitas kognitif yang sama
buruk. Sedangkan di antara lanjut usia Social engagement melibatkan fungsi dengan mereka yang sehat. Pengamatan
dengan social engagement baik sebanyak kognisi sosial. Kognisi sosial didukung oleh bahwa aktivasi jaringan alternatif, bukannya
27.2% (50 orang) memiliki fungsi kognitif jaringan ekstensif yang melibatkan sistim menyiagakannya terus menerus dapat
buruk. Uji statistik menggunakan analisis limbik dan area asosiasi kortikal maupun menerangkan mengapa tidak ada efek utama
Cox Regression menunjukkan ada hubungan subkortikal.28,29 Daerah-daerah tersebut jaringan sosial terhadap fungsi kognitif, tetapi
bermakna antara social engagement dengan juga mendukung memori episodik, memori bisa nyata jika patologi otak bertambah.33
fungsi kognitif (nilai p < 0.0001). Lanjut usia semantik dan fungsi kognitif lainnya. Sistem
dengan social engagement buruk memiliki ini memungkinkan terbentuknya representasi Tingkat jaringan sosial mengubah sifat kaitan
risiko 2.093 (1.565–2.799) kali lebih besar simbolik atas karakteristik self-non self, pikiran antara beberapa parameter Alzheimer dengan
untuk mempunyai fungsi kognitif buruk dan perasaan, dan aspek lain lingkungan tingkat fungsi kognitif, terutama pada efeknya
dibandingkan lanjut usia dengan social sosial, dan memberikan kemampuan melihat terhadap pengurangan jumlah neurofibrillary
engagement baik. diri sendiri dari sudut pandang orang lain tangles; efek ini menetap setelah dikontrol
(theory of mind).30 dengan faktor yang berpotensi confounding.
PEMBAHASAN Pengaruhnya nyata pada semua aspek kognitif,
Social engagement diartikan sebagai Pentingnya interaksi hubungan sosial telah tetapi terutama pada memori semantik
kemampuan memelihara hubungan sosial lama diketahui; meskipun demikian tidak yang merupakan simpanan pengetahuan
(jaringan sosial) dan berpartisipasi dalam semua individu berkemampuan sama dalam mengenai dunia sekitar dan terlibat secara
kegiatan sosial (aktivitas sosial).4 Jaringan hal membangun dan mempertahankan mendasar pada fungsi kognitif yang unik
sosial (social network) dinilai dari struktur dan persahabatan dan ikatan sosial. Beberapa pada manusia seperti berbahasa.30 Selain itu
kualitas hubungan interpersonal, sedangkan gangguan neurodevelopmental sebagian juga terlihat bahwa meskipun orang dengan
aktivitas sosial dicirikan dari partisipasi dalam dicirikan dari ketidakmampuan membangun jaringan sosial yang lebih luas lebih mungkin
aktivitas masyarakat yang bermakna dan ikatan sosial seperti pada autism, fragile X terlibat lebih aktif dalam aktivitas sosial,
produktif. syndrome dan skizofrenia; orang dengan kognitif dan fisik, yang semuanya dikaitkan
diagnosis tersebut mempunyai defisit kognisi dengan menurunkan risiko gangguan kognitif
Social engagement mempunyai komponen sosial.29 Pengaruhnya terutama pada fungsi dan demensia, pengaruh jaringan sosial
jaringan sosial, yaitu kemampuan memelihara semantic memory, dibandingkan dengan masih menetap setelah faktor-faktor tersebut
luasnya hubungan sosial dan aktivitas sosial, fungsi episodic memory, working memory, dikontrol.30
yaitu tingkat partisipasi dalam kegiatan perceptual speed, visuospatial ability.
di masyarakat4. Lebih banyak mempunyai Mekanisme pengaruh jaringan sosial terhadap
jaringan sosial dan lebih banyak aktivitas Lesi otak fokal termasuk stroke dapat fungsi kognitif masih belum dapat ditentukan
sosial diasosiasikan dengan lebih lambatnya menghambat aspek tingkah laku sosial - apakah berasal dari struktur hubungan
penurunan kognitif17 dan mereka yang sementara aspek kognitif lainnya relatif sosial (besar, frekuensi) atau dari persepsinya
menerima dukungan emosional mempunyai intak. Penyakit neurodegeneratif termasuk (kepuasan, kesan) terhadap hubungan
fungsi kognitif lebih baik.23 Parkinson, demensia frontotemporal dan sosial yang ada.16 Pengaruh aktivitas sosial

CDK-214/ vol. 41 no. 3, th. 2014 175


HASIL PENELITIAN

Tabel 15 Beberapa Penelitian di Masyarakat Mengenai Hubungan Social-Engagement dengan Fungsi Kognitif di Kalangan Lanjut Usia

Penulis Lokasi Populasi Eksklusi Uji Hasil


Bassuk et Masyarakat, New Haven, 2812 usia ≥65 tahun - SPMSQ, Jaringan sosial terendah vs. tertinggi: 3-year
al.1999 Connecticutt questionnaire OD untuk penurunan kognisi: 2.24 6-year
Longitudinal OD: 1.91 12-year OD: 2.37
Fratiglio ni Masyarakat, Kungsholmen 1203 usia ≥75 tahun, tidak MMSE ≤ 23 MMSE, social Jaringan sosial buruk/terbatas
et al. Sweden Follow-up rata-rata 3 demensia network meningkatkan risiko demensia sebesar 60%
2000 tahun (95%CI: 1.2–2.1)
Ho et al. Masyarakat, HongKong 2032 usia ≥70 tahun Cognitive impairment CAPE di institusi vs. di masyarakat: OR pria 4.4
2001 Kohort 3 tahun (1.7–11.1), OR perempuan 2.5 (1.3–4.9)
Yeh & Liu Masyarakat, Taiwan 4993 ≥usia 65 tahun Gangguan psikiatrik, demensia, menolak, SPMSQ Social support lebih baik–kognisi lebih baik
2003 Krosseksional meninggal dunia, tanpa alamat
Glei et al. Masyarakat Taiwan 2387 usia ≥60 tahun - SPMSQ Aktivitas sosial berpengaruh positif
2005 Longitudinal 1989–2000 terhadap kognisi, jaringan sosial tak
berpengaruh
Green et al. Masyarakat, Baltimore, USA 874 usia ≥18 tahun - MMSE Tak ada asosiasi longitudinal antara aktivitas
2008 Longitudinal 1981–2005 sosial dengan kognisi
Amieva et al. Masyarakat, Perancis 3777 usia ≥65 tahun - MMSE, IADL Risiko Alzheimer 55 % lebih rendah di
2010 PAQUID cohort kalangan social support baik, 23% lebih
rendah di kalangan yang socially satisfied
James et al. Fasilitas pensiunan, Chicago, AS 1406 usia ≥65 tahun Demensia, data tak lengkap Battery of 21 tests Laju penurunan kognitif 70% lebih rendah
2011 Kohort 12 tahun di kalangan aktif sosial

ini didukung oleh fenomena biologis; pada mendapatkan hasil serupa, yaitu aktivitas sosial Fratiglioni et al. (2000) menemukan bahwa
percobaan binatang, mereka yang tinggal di memperlambat penurunan fungsi kognitif.37 jaringan sosial yang luas merupakan faktor
lingkungan yang lebih ‘kaya’, dibandingkan Ada beberapa alasan mengapa aktivitas sosial protektif demensia. Lanjut usia yang hidup
dengan yang tinggal terisolasi, lebih sedikit dalam bentuk apapun berhubungan dengan sendiri dan tidak memiliki ikatan sosial yang
penurunan kognitifnya,34 mengandung lebih fungsi kognitif di usia lanjut; di antaranya dekat memiliki risiko 1.5 (1.0–2.1; 1.0–2.4) kali
sedikit amiloid di otak,35 lebih banyak jaringan bahwa aktivitas tersebut juga memperbaiki lebih besar untuk menjadi demensia. Lanjut
kapiler korteksnya36 dan juga lebih aktif kondisi kesehatan umum, mengurangi usia tidak menikah dan tinggal sendirian
neurogenesisnya.24 depresi dan menumbuhkan kebiasaan hidup memiliki risiko 1.9 (1.2–3.1) kali lebih besar
sehat.47 Tanpa memperhitungkan efeknya untuk demensia dibandingkan dengan lanjut
Peranan aktivitas sosial di masyarakat ataupun terhadap fungsi kognitif, menghindari isolasi usia menikah dan tinggal bersama orang
keanggotaan di kelompok masyarakat telah sosial dan mempertahankan berbagai lain. Jika semua komponen jaringan sosial
lama dibahas dalam memelihara kesehatan jenis aktivitas sosial dapat bersifat protektif digabung dalam indeks ditemukan bahwa
secara umum dan khususnya fungsi kognitif. terhadap gangguan kognitif dan demensia jaringan sosial buruk meningkatkan risiko
Tetapi penelitian-penelitian di masyarakat di kemudian hari; meskipun demikian, demensia sebesar 60%.6 Kontak jaringan
belum semuanya memperoleh simpulan kemungkinan sebaliknya bahwa gangguan sosial yang jarang tidak meningkatkan risiko
yang jelas mengenai pengaruh jaringan kognitif menyebabkan penurunan aktivitas demensia apabila berkualitas. Yeh & Liu (2003)
dan aktivitas sosial terhadap fungsi kognitif, sosial juga harus dipertimbangkan mengingat di Taiwan menunjukkan bahwa fungsi kognitif
sebagian menyatakan bermanfaat,4,37-39 ada neuropatologi seluler sudah terlihat berpuluh yang baik di komunitas lanjut usia berasosiasi
juga yang masih meragukan.40 tahun sebelum gejala muncul.41 dengan dukungan sosial khususnya status
marital dan dukungan positif dari teman.26
Aktivitas sosial yang ekstensif mempunyai Bassuk et al.(1999) menemukan hubungan Tetapi Ho et al. (2001) tidak menemukan
efek proteksi terhadap risiko berkembangnya antara social disengagement dan penurunan hubungan antara dukungan sosial dengan
demensia4,6,44; penemuan ini diperkuat fungsi kognitif pada lanjut usia yang tinggal risiko penurunan fungsi kognitif baik di
dengan studi laboratorium: tikus yang di keluarga. Pada pengamatan tahun ketiga kalangan laki-laki maupun di kalangan
hidup di lingkungan kompleks lebih cekatan didapatkan OR 2.24 (1.40–3.58), pengamatan perempuan.27
dibandingkan dengan yang hidup di tahun keenam OR 1.91 (1.14–3.18), dan tahun
lingkungan sederhana. Aktivitas sosial juga kedua belas OR 2.37 (1.07–4.88) di kalangan Glei et al. (2005) meneliti perubahan fungsi
bisa menguntungkan melalui lingkungan lanjut usia tinggal di keluarga yang tidak kognitif berkaitan dengan partisipasi kegiatan
yang merangsang fungsi kognitif.23,26,45,46 memiliki ikatan sosial dibandingkan dengan sosial dan jaringan sosial pada lanjut usia
Sebuah penelitian kohort Honolulu-Aging yang memiliki lima atau enam hubungan di Taiwan, didapatkan lanjut usia yang
Study menghubungkan penurunan aktivitas sosial, setelah disesuaikan oleh variabel usia, berpartisipasi dalam satu atau dua kegiatan
dari usia pertengahan ke usia lanjut dengan kinerja awal kognitif, jenis kelamin, etnis, sosial 13% lebih kecil risikonya untuk “failed
peningkatan risiko demensia meskipun masih pendidikan, pendapatan, tipe rumah, cacat cognitive task” dibandingkan dengan mereka
mungkin bahwa penurunan aktivitas tersebut fisik, profil kardiovaskular, penurunan sensorik, yang tidak ikut serta dalam aktivitas sosial, dan
justru merupakan tanda dini demensia.46 gejala depresi, merokok, penggunaan alkohol, lanjut usia yang berpartisipasi dalam tiga atau
Penelitian di kalangan perempuan dan tingkat aktivitas fisik.4 lebih kegiatan sosial 33% lebih kecil risikonya

176 CDK-214/ vol. 41 no. 3, th. 2014


HASIL PENELITIAN

untuk “failed cognitive task” dibandingkan dalam bentuk apapun berhubungan dengan usia dengan social engagement buruk memiliki
mereka yang tidak ikut serta dalam aktivitas fungsi kognitif di usia lanjut; di antaranya risiko 2.093 (1.565–2.799) kali lebih besar untuk
sosial.39 Tetapi analisis longitudinal Green bahwa aktivitas tersebut juga memperbaiki mempunyai fungsi kognitif buruk dibandingkan
et al. (2008) pada orang dewasa berusia 18 kondisi kesehatan umum, mengurangi lanjut usia dengan social engagement baik.
tahun ke atas yang dinilai sebanyak 3 kali depresi dan memperbaiki kebiasaan
selama tahun1981–2005, tidak menemukan hidup sehat. Menghindari isolasi sosial dan Adapun simpulan tambahan dari penelitian
hubungan antara jaringan sosial dengan mempertahankan berbagai jenis aktivitas sosial ini adalah:
kognisi, meskipun dalam analisis cross sectional agaknya bersifat protektif terhadap gangguan a. Lanjut usia dengan fungsi kognitif buruk
ditemukan ada hubungan.40 kognitif dan demensia di kemudian hari; sebesar 37.8%. Lanjut usia dengan social
meskipun demikian, kemungkinan sebaliknya engagement buruk 35.7%. Penilaian social
Penelitian Amieva et al. (2010) menunjukkan bahwa gangguan kognitif menyebabkan engagement merupakan gabungan dari
hubungan signifikan antara aspek jaringan penurunan aktivitas sosial juga harus penilaian jaringan sosial dan aktivitas sosial;
sosial terhadap gangguan fungsi kognitif dipertimbangkan mengingat neuropatologi lanjut usia yang jaringan sosialnya dinilai
berupa demensia dan AD. Kepuasan dan timbal yang diakitkan dengan gangguan kognitif buruk sebesar 58.1% dan lanjut usia yang
balik dalam hubungan merupakan faktor dan demensia sudah terlihat berpuluh aktivitas sosialnya dinilai buruk sebesar 38.5%
protektif terhadap demensia, responden yang tahun sebelum gejala muncul.41 Secara b. Tidak ada perbedaan proporsi antara lanjut
merasa puas dengan hubungan mereka risiko umum, aktivitas sosial di masyarakat ataupun usia yang social engagement buruk dan baik
demensianya berkurang sebanyak 23%. Selain keanggotaan di kelompok masyarakat yang berdasarkan jenis kelamin, usia dan pekerjaan,
itu responden yang menerima dukungan merupakan komponen social engagement sedangkan berdasarkan pendidikan, status
lebih selama hidupnya memiliki 55% dan 53% dapat mempertahankan kesehatan mental marital dan tempat tinggal, proporsi social
penurunan risiko untuk demensia dan AD. seseorang melalui beberapa mekanisme: engagement buruk lebih banyak ditemukan
Pengaruh proteksi terhadap demensia atau menyediakan dukungan sosial, memberikan pada lanjut usia dengan tingkat pendidikan
AD selama 15 tahun lebih kepada kualitas pengaruh positif berupa rasa berguna, rendah, pernah menikah dan tinggal di panti.
dibandingkan dengan kuantitas jaringan menyediakan bantuan praktis bagi kegiatan
sosial.16 sehari-hari seperti membantu bepergian, dan SARAN
membentuk keterikatan emosional.42 1. Melakukan penelitian lanjutan pada
James et al. (2011) mendapatkan bahwa setiap populasi yang lebih luas, meliputi masyarakat
penambahan skor aktivitas sosial, diasosiasikan SIMPULAN dengan latar belakang kultur yang berbeda.
dengan penurunan fungsi kognitif 47% lebih Social engagement terbukti berpengaruh 2. Melakukan penelitian lanjutan berupa
lambat.43 terhadap fungsi kognitif, yaitu social intervensi manipulasi social engagement untuk
engagement buruk meningkatkan risiko melihat pengaruhnya terhadap perubahan
Ada beberapa alasan mengapa aktivitas sosial terjadinya gangguan fungsi kognitif. Lanjut fungsi kognitif di kalangan lanjut usia.

DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. Active Ageing: a policy framework, WHO, Geneva 2002.
2. BPS. Statistik Indonesia 2009, BPS, Jakarta,2009.
3. Komisi Nasional Lanjut Usia. Rencana Aksi tentang Kelanjutusiaan untuk Asia dan Pasifik. Kumpulan Kesepakatan bidang Lanjut Usia. Komisi Nasional Lanjut Usia, 2007, Komnas Lansia,
Jakarta, pp. 23.
4. Bassuk SS, Glass TA, Berkman, LF. Social disengagement and incident cognitive decline in community-dwelling elderly persons. Ann Intern Med.,1999; 131(3):165–73.
5. Levasseur M, Richard L, Gauvin L, Raymond E. Inventory and analysis of definitions of social participation found in the aging literature: Proposed taxonomy of social activities. Soc Sci Med.,
2010; 71(12):2141–9.
6. Fratiglioni L, Paillard-Borg S, Winblad B. An active and socially integrated lifestyle in late life might protect against dementia. Lancet Neurol. 2004; 3(6):343–53.
7. Albert MS, Jones K, Savage CR et al. Predictors of cognitive change in older persons: MacArthur studies of successful aging. Psychol Aging 1995; 10(4): 578–89.
8. Yaffee K., Barnes DE. Epidemiology and Risk Factors. The Behavioral Neurology of Dementia.Cambridge Medicine, Cambridge. 2009.
9. Carlson MC, Helms MJ, Steffens DC, Burke JR, Potter GG, Plassman BL. Midlife activity predicts risk of dementia in older male twin pairs. Alzheimer’s & Dementia, 2008; 4(5): 324–31.
10. Crowe M, Andel R, Pedersen NL, Johansson B, Gatz, M. Does participation in leisure activities lead to reduced risk of Alzheimer’s disease? A prospective study of Swedish twins.J Gerontol.
2003; 58(5): 249–55.
11. Hultsch DF, Hertzog C, Small BJ, Dixon RA. Use it or lose it: Engaged lifestyle as a buffer of cognitive decline in aging?. Psychol. Aging 1999;14(2):245–63.
12. Alvarado-Esquivel C, Hernández-Alvarado AB, Tapia-Rodríguez RO, Guerrero-Iturbe A, Rodríguez-Corral K , Martínez SE. Prevalence of dementia and Alzheimer’s disease in elders of nursing
homes and a senior center of Durango City, Mexico. BMC Psychiatry 2004;4(3):1–7.
13. Dehlin O, Franzén M. Prevalence of dementia syndromes in persons living in homes for the elderly and in nursing homes in southern Sweden. Scand. J. Primary Health Care 1985; 3(4):
215–22.
14. Guerrerro JR, Aguirre JM, Carpio AD, Dalupang RG, Nicolas RA. A comparative analysis of the cognitive functioning of community-dwelling and institution-based elderly in Manila.
Phillipine J. Allied Health Sciences 2007; 2:38.
15. Wilson RS, Bennett DA, Bienias JL, Aggarwal NT, Mendes De Leon CF, Morris MC, Schneider JA , Evans DA Cognitive activity and incident AD in a population-based sample of older persons.
Neurology 2002;59(12):1910–4.

CDK-214/ vol. 41 no. 3, th. 2014 177


HASIL PENELITIAN

16. Amieva H, Stoykova R, Matharan F, Helmer C, Antonucci TC, Dartigues JF. What aspects of social network are protective for dementia? Not the quantity but the quality of social interactions
is protective up to 15 years later. Psychosom.Med. 2010; 72(9):. 905–11.
17. Barnes, LL, Mendes de Leon, CF, Wilson, RS, Bienias, JL & Evans, DA 2004, ‘Social resources and cognitive decline in a population of older african americans and whites’, Neurology, vol 63,
no. 12, pp. 2322–6.
18. American Psychiatric Association, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders 1994, 4th ed., American Psychiatric Association, Washington DC.
19. Boedhi-Darmojo R.Gerontologi Sosial. Dalam: Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) Edisi 4 Eds.Martono H.H. dan Pranarka K., Balai Penerbit FKUI, Jakarta , 2010, pp. 14–34.
20. Assosiasi Alzheimer Indonesia. Konsensus Nasional Pengenalan dan Penatalaksanaan Demensia Alzheimer dan Demensia Lainnya. ed. 1, Asosiasi Alzheimer Indonesia, Jakarta. 2003.
21. Dikot Y . Deteksi dini gangguan kognitif dalam praketek umum dan neurologi sehari-hari. Dalam: Basuki A, Dian S, (eds.) Neurology in Daily Practice. Ed 1. Bagian/UPF Ilmu Penyakit Saraf,
FK Universitas Padjadjaran/RS Hasan Sadikin, Bandung. 2010.
22 Turana Y, Handayani YS.Nilai Mini Mental State Examination (MMSE) berdasarkan usia dan tingkat pendidikan pada masyarakat lanjut usia di Jakarta’, Medika Jurnal Kedokteran Indonesia,
2011;37(5): 307–10.
23. Seeman TE, Lusignolo TM, Albert M, Berkman L. Social relationships, social support, and patterns of cognitive aging in healthy, high-functioning older adults: macarthur studies of
successful aging. Health Psychol., 2001; 20(4): 243–55.
24. Kempermann, G, Kuhn, HG & Gage, FH 1997, ‘More hippocampal neurons in adult mice living in an enriched environment’, Nature., vol. 386, no. 6624, pp. 493–5.
25. Fratiglioni, L, Wang, HX, Ericsson, K, Maytan, M & Winblad B 2000, ‘Influence of social network on occurrence of dementia: A community-based longitudinal study’, Lancet, vol 355, no. 9212,
pp. 1315–9.
26. Yeh, SC & Liu, YY 2003, ‘Influence of social support on cognitive function in the elderly’, BMC Health Services Research, vol. 3 no. 1, pp. 9.
27. Ho, SC, Woo, J, Sham, A, Chan, SG & Yu, AL 2001, ‘A 3-year follow-up study of social, lifestyle and health predictors of cognitive impairment in chinese older cohort’, Int J Epidemiol, vol. 30,
no. 6, pp. 1389–96.
28. Adolphs, R 2001, ‘The neurobiology of social cognition’, Curr Opin Neurobiol, vol. 11, no. 2, pp. 231–9.
29. Grady, CI & Keightley, ML 2002, ‘Sudies of aleterd social cognition in neuropasychiatric disorders using functional neuroimaging’, Can J Psychiatry, vol. 47, no. 4, pp. 327–36.
30. Bennet, DA, Schneider, JA, Tang, Y, Arnold, SE & Williams RS 2006, ‘The effect of social networks in the relation between Alzhemier’s disease pathologu and level of cognitive function in
old people: a longitudinal cohort study’, Lancet Neurol, vol. 5, no. 5, pp. 406–12.
31. Stern, Y, Habeck, C, Moeller, J et al., 2005, ‘Brain networks associated with cognitigve reserve in healthy young and old adult’, Creb Cortex vol. 15, no. 4, pp. 294–402.
32. Stern Y ‘What is cognitive reserve? Theory and research application of the reserve concept’, J Int Neuropsychol Soc. 2002; 8(3):448–60.
33. Park DC, Reuter-Lorenz P. The adaptive brain: Aging and neurocognitive scaffolding. Ann. Rev. Psychol, 2009;60:173–96.
34. Jankowsky JL, Melnikova T, Fadale DJ et al. Environmental enrichment mitigates cognitive deficits in a mouse model of Alzheimer’s disease. J. Neurosci. 2005;25(21):5217–24.
35. Lazarov O, Robinson J, Tang YP et al. Environmental enrichment reduces Abeta levels and amyloid deposition in transgenic mice. Cell. 2005;120(5): 701–13.
36. Black JE, Sirevaag AM, Greenough WT . Complex experience promotes capillary formation in young rat visual cortex. Neurosci Lett. 1987;83(3): 351–5.
37. Crooks VC, Lubben J, Petitti DB, Little D, Chiu V.Social network, cognitive function, and dementia incidence among elderly women. Am J Public Health 2008;98(7):1221–7.
38. Glass TA, de Leon CM, Marottoli RA, Berkman LF . Population based study of social and productive activities as predictors of survival among elderly Americans. BMJ 1999;319(7208):
478–83.
39. Glei DA, Landau DA, Goldman N, Chuang YL, Rodríguez G, Weinstein M. Participating in social activities helps preserve cognitive function: an analysis of a longitudinal, populatio-based
study of the elderly. Internat J Epidemiol, 2005;34(4): 864–71.
40. Green AF, Rebok G, Lyketsos, CG. Influence of social network characteristics on cognition and functional status with aging. Int J Geriatr Psychiatry. 2008; 23(9): 972–8.
41. Hughes TF, Ganguli M. Modifiable midlife risk factors for late-life cognitive impairment and dementia. Curr Psychiatry Rev. 2009; 5(2): 73–92.
42. Berkman LF.The role of social relations in health promotion. Psychosom Med, 1995;57(3):245–54.
43. James BD, Wilson RS, Barnes LL, Bennett DA. Late-life social activity and cognitive decline in old-age.’ J Int Neuropsychol Soc 2011;17(60): 998–1005.
44. Wang HX, Karp A, Winblad B, FratiglioniL. Late-life engagement in social and leisure activities is associated with a decreased risk of dementia: a longitudinal study from the Kungsholmen
project. Am J Epidemiol, 2002;155(12): 1081–7.
45. Holtzman RE, Rebok GW, Saczynski, JS et al. Social network characteristics and cognition in middle-aged and older adults. J Gerontol B Psychol Sci Soc Sci. 2004; 59(6): 278–84.
46. Saczynski JS, Pfeifer LA, Masaki K et al. The effect of social engagement on incident dementia. the Honolulu-Asia Aging Study. Am J Epidemiol. 2006;163(5): 433–40.
47. Polidori MC, Nelles G, Pientka L. Prevention of dimentia: Focus on lifestyle. Int J. Alzheimers Dis. 2010; 29: 1-9.

178 CDK-214/ vol. 41 no. 3, th. 2014


HASIL PENELITIAN

LAMPIRAN V. Keanggotaan di kelompok lain (KEL)


1. Apakah anda bergabung di suatu kelompok seperti arisan, kelompok pengajian,
Lampiran 1 lingkungan, kelompok sosial, sukarela?
Indeks Social Disengagement 1 = ya
0 = tidak KEL
Nama responden: No.Reg.:
VI. Partisipasi teratur pada aktivitas sosial rekreasional
I. pasangan hidup (PH) 1. Berikut ini daftar kegiatan saat santai/waktu luang; dalam 1 tahun terakhir, berapa
1. Apakah anda pernah menikah? sering anda melakukan kegiatan berikut:
1 = ya 2=tidak (lewati pertanyaan 2). _____ (nilai 0 jika tidak pernah, 1 jika rata-rata < 1 kali/mgg, 2: jika rata-rata ≥ 1 kali/mgg)
2. Apakah saat ini anda: 1. Olahraga aktif atau berenang _____
menikah - 1 berpisah -2 cerai hidup -3 cerai mati -4 _____ 2. Jalan kaki _____
Jika jawaban no.1 = 1 dan no.2 = 1 3. Berkebun _____
kode PH diberi angka 1 ; selain itu kode PH diberi angka 0 PH 4. Olahraga/ latihan fisik _____
5. Masak sendiri _____
II. Kontak visual / bulan dengan 3 atau lebih keluarga dan/atau sahabat (VIS) 6. Mengerjakan hobi _____
III. Kontak nonvisual/tahun dengan 10 atau lebih keluarga dan/atau sahabat 7. Keluar rumah dan berbelanja _____
(NVIS) 8. Ke bioskop, konser, restoran atau menonton pertandingan olahraga _____
9. Baca buku, majalah, koran _____
Anak: 10. Nonton siaran televisi berita _____
1. Berapa anak anda (termasuk anak angkat) 11. Nonton siaran televisi hiburan / videofilm _____
jika tidak ada pertanyaan 2 sd.4 dijawab =0 _____ 12. Melancong, perjalanan bermalam/menginap _____
2. Berapa banyak yang saat ini masih hidup _____ 13. Kerja sukarela/amal _____
14. Kerja masyarakat yang dibayar _____
Dalam 1 tahun terakhir: 15. Main kartu, catur, halma, tekateki silang, sudoku teratur _____
3a. Berapa banyak anak anda yang bertemu anda sedikitnya sekali seminggu? _____
3b. Selain yang sudah disebut di atas, berapa banyak yang bertemu anda Jika jawaban 7 + 8 + 12 + 13 + 14 ≥ 5 (jika rata-rata ≥ 1)
sedikitnya sekali sebulan? _____ kode MAS diberi angka 1; selain itu MAS = 0 MAS
3c. Selain yang sudah disebut di atas, berapa banyak yang bertemu anda
sedikitnya sekali setahun? _____ Partisipasi pada kegiatan fisik:
4a. Berapa banyak anak anda yang berbicara pertelpon setiap minggu? _____ Jika jawaban 1+ 2 + 3 + 4 ≥ 4 (jika rata-rata ≥ 1)
4b. Selain yang sudah disebut di atas, berapa banyak yang berbicara pertelpon kode FIS diberi angka 1; selain itu FIS = 0 FIS
sedikitnya sekali sebulan? _____
4c. Selain yang sudah disebut di atas, berapa banyak yang berbicara pertelpon Aktivitas kognitif:
sedikitnya sekali setahun? _____ Jika jawaban 5+ 6 + 9 + 10 + 11 + 15 ≥ 6 (jika rata-rata ≥ 1)
4aa. Berapa banyak anak anda yang berSMS/ email /surat setiap minggu? _____ kode KOG diberi angka 1; selain itu KOG = 0 KOG
4ab. Selain yang sudah disebut di atas, berapa banyak yang berSMS/email/surat
sedikitnya sekali sebulan? _____ Aktivitas sosial:
4ac. Selain yang sudah disebut di atas, berapa banyak yang berSMS/email /surat Nilai gabungan 3 indikator – TIB, KEL, MAS ASOS
sedikitnya sekali setahun? _____
Jaringan sosial:
Famili/keluarga lain: Nilai gabungan 3 indikator – PH, VIS, NONVIS JSOS
5. Pada umumnya, selain anak-anak anda, berapa banyak sanak/keluarga yang
anda rasa dekat? (merasa dekat ialah jika bisa diajak bicara mengenai masalah Nilai gabungan (GAB) berasal dari gabungan 6 indikator
pribadi atau mau dimintai tolong sewaktu-waktu). _____ – PH, VIS, NONVIS, TIB, KEL, MAS
6. Berapa banyak sanak/keluarga tersebut yang anda jumpai sedikitnya sekali Beri nilai
sebulan? _____ 4 = 5-6 kelompok bernilai 1
7a. Berapa banyak sanak/keluarga tersebut yang berhubungan per telepon 3 = 3-4 kelompok
sedikitnya sekali setahun? _____ 2 = 1-2 kelompok
7b. Berapa banyak sanak/keluarga tersebut yang berhubungan per SMS/email/ 1 = 0 kelompok
surat sedikitnya sekali setahun? _____ Jika > 2 indikator tak ada nilainya, tidak ada nilai gabungan.

Teman dekat/sahabat: Social engagement dinilai dari nilai GAB:


8. Pada umumnya, berapa banyak teman dekat anda? (merasa dekat ialah jika baik jika nilainya 3 - 4; buruk jika nilainya 1 - 2 GAB _____
bisa diajak bicara mengenai masalah pribadi atau mau dimintai tolong
sewaktu-waktu). _____ Aktivitas fisik dinilai dari nilai FIS
9. Berapa banyak teman dekat anda tersebut yang anda jumpai sedikitnya Aktivitas kognitif dinilai dari nilai KOG
sekali sebulan? _____
10a. Berapa banyak teman dekat anda tersebut yang berhubungan per telepon Lampiran 2
sedikitnya sekali setahun? _____ MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)
10b. Berapa banyak teman dekat anda tersebut yang berhubungan per SMS/
Nomor responden:
email/surat sedikitnya sekali/tahun? _____
Nama responden:
Nama pewawancara:
Jika jawaban 3a + 3b + 3c + 6 + 9 ≥ 3
Umur/tg lahir responden:
kode VIS diberi angka 1, selain itu beri angka 0. VIS
Tgl wawancara:
Jika jawaban 4a + 4b + 4c + 4aa + 4ab + 4ac + 7a + 7b + 10a + 10b ≥ 10
Pendidikan responden:
kode NVIS diberi angka 1, selain itu beri angka 0. NVIS
Jam mulai:
IV. Kunjungan ke tempat ibadah (TIB).
Skor Skor
1. Berapa seringnya anda mengunjungi tempat ibadah?
Maks Responden
1 = ≥ 1 kali/minggu
0 = < 1 kali/ minggu TIB

CDK-214/ vol. 41 no. 3, th. 2014 179


HASIL PENELITIAN

Orientasi Bahasa
5 ( ) Sekarang (hari), (tanggal), (bulan), (tahun) berapa dan (musim) apa? 9 ( ) a. Apa nama benda–benda ini?
(perlihatkan 2 benda, misalnya: pensil dan arloji) ------------- (2 angka)
5 ( ) Sekarang kita berada di mana? b. Ulang kalimat berikut: ”Jika tidak, dan atau tetapi” ------------- (1 angka)
(jalan/nama panti), (kelurahan), (kecamatan), (kotamadya), (propinsi) c. Laksanakan 3 buah perintah ini:
• peganglah selembar kertas dengan tangan kananmu,
Registrasi • lipatlah kertas itu pada pertengahan dan
3 ( ) Pewawancara menyebutkan nama 3 buah benda (Rumah – Anak – Nasi), • letakkanlah di lantai. ----------------- (3 angka)
1 detik untuk satu benda. Kemudian mintalah responden mengulang tiga d. Baca & laksanakanlah perintah berikut:
nama benda tersebut. Berikan skor 1 angka untuk tiap jawaban yang benar.
Bila masih salah, ulang penyebutan ke 3 nama benda tersebut sampai ia
”PEJAMKAN MATA ANDA” ----------- (1 angka)
e. Tulislah sebuah kalimat di antara dua garis berikut ---------- (1 angka)
dapat mengulanginya dengan benar.
___________________________________________________________
Hitunglah jumlah percobaan dan catatlah
___________________________________________________________
Jumlah percobaan .................

f. Tirulah gambar ini --------------------------------------------- (1 angka)


Atensi dan Kalkulasi
5 ( ) Kurangi 3 berturut-turut mulai dari 20 ke bawah. Berilah 1 angka untuk tiap
jawaban yang benar. Berhenti setelah 5 hitungan (20, 17, 14, 11, 8, 5)
Pilihan lain, ejalah kata “ dunia” secara terbalik /dari akhir ke awal (a-i-n-u-d)

Untuk Responden buta huruf:


Mintalah responden menyebutkan nama hari dalam seminggu secara
berurutan mulai dari hari pertama (Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum’at, Sabtu,
Minggu). Kemudian mintalah responden menyebutkan nama hari secara
berurutan dari belakang (Minggu, Sabtu, Jum’at, Kamis, Rabu, Selasa, Senin).
Yang dinilai ialah sebutan berurutan dari belakang.

Mengingat
3 ( ) Tanya kembali nama ke 3 benda yang telah disebutkan di atas
Skor
Berilah 1 angka untuk tiap jawaban yang benar
Total ( )

Tingkat kesadaran responden:


Sadar Mengantuk

Waktu selesai:
Tempat wawancara:

Kolom pengamatan: Catat kondisi selama wawancara (kondisi responden, reaksi


responden dalam merespon pertanyaan atau instruksi)

180 CDK-214/ vol. 41 no. 3, th. 2014

Anda mungkin juga menyukai