Anda di halaman 1dari 12

NASKAH PUBLIKASI

PENERAPAN BRAIN GYM PADA ASUHAN KEPERAWATAN


LANSIA DEMENSIA DI PSTW BUDI LUHUR KASONGAN
BANTUL YOGYAKARTA
Nasah publikasi ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan

Diajukan Oleh :

Nama : Ervin Kurniawati Arifin Salim


NIM : P07120115010

PRODI DIII KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN YOGYAKARTA
TAHUN 2018
2
3
PENERAPAN BRAIN GYM PADA ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA
DEMENSIA DI PSTW BUDI LUHUR KASONGAN BANTUL YOGYAKARTA

Ervin Kurniawati AS1, Induniasih2, Tri Prabowo3


arifin_e@yahoo.co.id, Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Jl. Tata Bumi No. 3 Bunyuraden, Gamping, Sleman, Yogyakarta, 55293
23
, ) Dosen Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

INTISARI
Latar Belakang : Populasi lansia di Indonesia yang terus meningkat dapat menjadi aset bangsa
apabila sehat dan produktif. Agar hidup produktif kesehatan lansia perlu diprogramkan yaitu
dengan kegiatan stimulasi otak untuk meminimalisir penurunan fungsi kognitif yang menyebabkan
demensia. Stimulasi otak salah satu kegiatannya adalah brain gym. Menurut penelitian sebelumnya
ada pengaruh penurunan tingkat demensia pada lansia brain gym yang dilakukan selama 10-15
menit setiap pagi sebanyak 5x/minggu selama 4 minggu. Peneliti akan menerapkan brain gym
pada asuhan keperawatan lansia demesia di PSTW Budi Luhur.
Tujuan : Tujuan studi kasus ini menerapkan brain gym pada asuhan keperawatan lansia demensia,
mengetahui tingkat demensia sebelum dan setelah dilakukan brain gym.
Metode : Metode dalam studi kasus ini yaitu observasi, wawancara, dan studi dokumentasi pada
dua lansia yang hasilnya dianalisis dan dibandingkan perbedaan responnya. Lokasi studi kasus ini
di PSTW Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta. Subyek studi kasus ini adalah dua orang
lansia sesuai kriteria yang telah ditetukan.
Hasil Penelitian : Hasil studi kasus ini kedua subyek dapat melakukan semua gerakan brain gym.
Penilaian menggunakan MMSE klien I pre test 17 dan post test 19 poin. Untuk klien II pre test 20
poin dan post test 23 poin.
Kesimpulan : Kesimpulan studi kasus ini penerapan terapi brain gym pada asuhan keperawatan
lansia demensia dapat dilakukan pada kedua klien. Hasil penilaian MMSE pada kedua klien ada
kenaikan.
Kata Kunci : tingkat demensia, brain gym, penilaian MMSE

ABSTRACT
Background : Elderly population in Indonesia that continues to increase can be a national asset
when healthy and productive. To make life productive health needs to the elderly programmed to
the brain stimulation to minimize the decline in cognitive function that causes dementia. Brain
stimulation one of whose activity was is brain gym. Acording to previous studies any impaction
level of dementia elderly brain gym made during 10-15 minutes each morning as many as 5x/
week for 4 week. So researchers will apply brain gym in the care of nursing elderly demensia in
PSTW Budi Luhur.
Objective : This case study done with purpose apply brain gym in the care of nursing elderly
dementia, know the level of dementia before and after done brain gym.
Methods : A method of in this case study that is observetion, interview, and study documentation
on two subject whose outcome is analyzed and compare the difference response. The study
locations this case in PSTW Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta. The subject of this case
study two people elderly in accordance the criteria which had been specified.
Research Result : The result of this case study both the subject can do all the motion brain gym.
Assessment MMSE use clients I for pretest 17 and post test 19 points. For clients II pre test 20 and
post test 23 points..
Conclusion : Conclusion in this case study the therapeutic application of brain gym in the care of
nursing elderly dementia can be done on both clients. The assessment results of the MMSE on
both clients increase.
Keywords : level of dementia, brain gym, the assessment result of MMSE

4
Pendahuluan kognitif yang berujung pada
Populasi lansia di Indonesia demensia menyebabkan lansia
diprediksi terus mengalami menjadi tidak produktif sehingga
peningkatan lebih tinggi daripada memunculkan problem dalam
populasi lansia di dunia setelah kesehatan masyarakat dan tentunya
tahun 2100. Sejak tahun 2004-2015 berdampak pada bertambahnya
memperlihatkan adanya peningkatan pembiayaan keluarga, masyarakat
Usia Harapan Hidup di Indonesia dan pemerintah. Penurunan fungsi
dari 68,6 tahun menjadi 70,8 tahun kognitif dapat diminimalisir dengan
dari proyeksi tahun 2030-2035 adanya program kegiatan lansia
mencapai 72,2 tahun (Kemenkes, yaitu stimulasi otak2.
2016)1. Program kegiatan lansia yaitu
Jumlah lanjut usia (Lansia) yang kegiatan stimulasi otak dilakukan
terus meningkat dapat menjadi aset dengan menyenangkan, menjadikan
bangsa bila sehat dan produktif, lansia lebih berperan aktif dan
namun lansia yang tidak sehat dan produktif, meningkatkan kualitas
tidak mandiri akan berdampak besar hidup lansia dan orang di sekitarnya,
terhadap kondisi sosial dan ekonomi serta menghambat proses
bangsa. Agar hidup secara produktif, kemunduran otak (penurunan fungsi
kesehatan manusia usia lanjut perlu kognitif). Tiga kegiatan utama
mendapatkan perhatian khusus stimulasi otak yaitu stimulasi mental
sesuai dengan kemampuannya misalnya permainan puzzle,
sehingga dapat ikut serta berperan membuat kerajinan tangan, diskusi,
aktif dalam pembangunan2. dan bernyanyi; aktivitas sosial
Segi kesehatan, semakin misalnya kehadiran pasangan hidup,
bertambahnya usia maka lebih keikutsertaan dalam pelayanan
rentan terhadap berbagai keluhan. agama, keanggotaan grup, dan
Pertambahan usia dan peningkatan aktivitas sosial rutin, serta aktivitas
prevalensi penyakit tidak menular, fisik yaitu olahraga otak atau senam
merupakan faktor utama penyebab bersama4.
penurunan fungsi kognitif yang Olahraga otak adalah salah satu
kelak akan meningkatkan penyakit latihan teratur agar tetap sehat dan
Demensia pada kelompok Lansia. segar. Sesuai dengan usia, otak juga
Estimasi jumlah penderita Penyakit akan mengalami atrofi sepertihalnya
Demensia di Indonesia pada tahun otot. Untuk itu dengan mengikuti
2013 mencapai satu juta orang. gaya hidup otak sehat dan
Jumlah itu diperkirakan akan melakukan pelatihan otak secara
meningkat drastis menjadi dua kali teratur, kapasitas penyerapan
lipat pada tahun 2030 dan menjadi kognitif otak juga dapat
empat juta orang pada tahun 20503. ditingkatkan. Pelatihan otak dapat
Demensia adalah sindrom klinis dilakukan dengan stimulasi
yang meliputi hilangnya fungsi meningkatkan kemampuan belahan
intelektual dan memori yang otak bagian kanan dengan cara
sedemikian berat sehingga melakukan latihan atau permainan
menyebabkan disfungsi hidup yang prosedurnya membutuhkan
sehari-hari. Penurunan fungsi konsentrasi, orientasi, atensi

5
memori, dan visual. Salah satu pada Asuhan Keperawatan Lansia
peatihan otak ini adalah brain gym5. Demensia” yang akan dilaksanakan
Brain gym merupakan salah di PSTW Budi Luhur, Kasongan,
satu stimulasi langkah preventif Bantul, Yogyakarta.
untuk mengoptimalkan, merangsang
fungsi otak menjadi semakin Metode
relevan pada lansia, dan Metode yang digunakan adalah
memperlancar aliran darah serta studi kasus merupakan jenis
oksigen ke otak. Brain Gym mudah penelitian yang digunakan apabila
dilakukan karena membutuhkan peneliti ingin memperoleh gambaran
waktu singkat yaitu 10 menit; suatu kasus yang diteliti secara
gerakan sederhana; tidak mendalam. Bentuk pengumpulan
memerlukan bahan atau tempat data yang dilakukan menggunakan
6
khusus dalam melakukannya . metode observasi, wawancara, dan
Menurut penelitian Guslinda, studi dokumentasi.
Ada pengaruh terhadap fungsi Subjek yang digunakan peneliti
kognitif senam otak yang dilakukan pada studi kasus ini adalah dua (2)
10 – 15 menit pagi dan sore selama orang lansia. Lansia yang berusia 60
2 minggu pada lansia dimensia tahun – 70 tahun9. Bersedia menjadi
dimana terdapat perbedaan yang subjek studi kasus, mengalami
bermakna antara fungsi kognitif demensia sedang (hasil screening
kelompok yang dilakukan senam menggunakan MMSE), subjek tidak
otak pada lansia lansia dengan yang ada gangguan musculoskeletal,
tidak dilakukan senam otak yaitu subjek tidak ada gangguan
dengan selisih nilai 4,41 poin7. pengelihatan, tinggal di PSTW Budi
Senam otak yang dilakukan Luhur, Kasongan, Bantul,
Aminuddin selama 10-15 menit Yogyakarta.
setiap pagi sebanyak 5 kali/minggu
selama 4 minggu diperoleh hasil Hasil
analisis data diketahui bahwa rerata Hasil dari studi kasus brain gym
skor pre-test MMSE 21,7±0,95 yang dilakukan pada kedua klien,
poin, post-test sebesar 23,2±1,23 sesuai hasil pengkajian klien sama-
poin. Uji paired samples test sama memiliki masalah keperawatan
diketahui probabilitasnya 0,000 < gangguan memori yang menjadikan
0,05 itu berarti bahwa terdapat kedua klien mendapatkan intervensi
pengaruh senam otak terhadap stimulasi otak salah satunya brain
penurunan tingkat demensia pada gym.
lansia8. Penerapan brain gym pada
Dari tinjauan tersebut penulis asuhan keperawatan yang diterapkan
akan mengobservasi apakah saat dengan dua klien menghasilkan
ini masih dimungkinkan adanya penilaian akhir yang berbeda.
penurunan tingkat demensia melalui Penilaian menggunakan questioner
brain gym yang akhirnya MMSE untuk mengetahui tingkat
mendorong penulis untuk kognitif klien sewaktu pre test klien
melakukan penelitian yang I poin MMSE 17 kesimpulan
berjudul “Penerapan Brain Gym demensia sedang. Sedangkan untuk

6
klien II poin MMSE 20 kesimpulan dan mendapati penulis sedang
demensia sedang. Hasil post test melakukan tindakan. Penulis juga
setelah dilakukan brain gym selama dalam keadaan sehat, sudah
20x pertemuan nilai MMSE klien I mempelajari langkah prosedur
19 kesimpulan demensia sedang dan dengan baik, sudah mengetahui sifat
klien II selama 16x pertemuan nilai kedua klien contohnya klien II
23 kesimpulan demensia ringan. sesuai pengkajian tidak boleh
membuat pertanyaan yang
Pembahasan menyinggungnya khususnya tentang
Brain gym dilakukan pada klien keluarganya karena klien II bisa
I juga karena klien I ada riwayat merasa marah ataupun jengkel.
mengkonsumsi obat-obatan yaitu Tahap selanjutnya adalah
amlodipin dan neoralgin PTC tahapan orientasi yaitu memberikan
selama sekitar satu tahun hal ini salam dan menyapa nama klien
sesuai dengan teori bahwa penyebab sesuai dengan kaidah komunikasi
demensia yang reversibel terapetik. Memberi salam pada klien
disebabkan salah satunya karena dengan menyebut namanya
obat10. menunjukkan kesadaran tentang
Brain gym dilakukan kepada perubahan yang terjadi, menghargai
klien II karena klien II ketika dikaji klien sebagai manusia seutuhnya
ternyata ada pertanyaan yang yang mempunyai hak dan tanggung
membuat klien tersinggung tentang jawab atas dirinya sendiri sebagai
masa lalunya yaitu ketidakterimaan individu. Hasil penelitiannya yang
klien dengan ibu tirinya. Setelah dilakukan di RSUD Dr. Moewardi
dilakukan wawancara dengan Surakarta menunjukkan bahwa
pengasuh klien ada konflik di dalam komunikasi terapetik penting
keluarga klien sehingga membuat dilakukan supaya membantu pasien
klien depresi, sesuai dengan skor dalam memperjelas dan
depresi back yaitu 7 poin (depresi mengurangi beban perasaan dan
ringan). Hal ini sama dengan teori pikiran, serta dapat mengambil
bahwa penyebab demensia karena tindakan yang efektif untuk pasien11.
gangguan emotional misalnya Tahapan orientasi selanjutnya
depresi10. adalah menjelaskan tujuan dan
Sesuai SOP brain gym, prosedur pelaksanaan kepada kedua
penerapan diawali dengan tahap klien agar klien paham dan ada
prainteraksi. Tahap ini berawal dari bayangan terhadap tindakan yang
penulis bahwa penulis harus dilakukan bahwa tindakan yang
mempersiapkan mental karena akan dilakukan tidak membahayakan
bertemu klien untuk melakukan dirinya serta klien akan lebih
tindakan yang pertama kali. Rasa percaya kepada penulis dengan apa
percaya diri yang harus ditanamkan yang akan dilakukan untuk klien.
dari dalam diri penulis apabila Hal ini ditunjukkan bahwa klien I
bertemu dengan praktikan dari mengatakan jam setengah empat
institusi lain dan apabila bertemu sore tadi menunggu tetapi kenapa
dengan perawat yang sedang jaga belum datang, sehingga klien I
berkeliling lewat depan wisma A

7
membeli lauk dahulu di luar panti secara postural yang disebabkan
akhirnya pelaksanaan mundur. karena proses penuaan12.
Pelaksanaan brain gym pada Gerakan pompa betis klien I
kedua klien ada langkah yang tidak juga tidak bisa menekuk kakinya
dilakukan di setengah pertemuan dengan benar dan klien II
misalnya langkah untuk minum air menekukkan kaki tetapi tidak
sebelum melakukan gerakan brain sempurna. Alasan yang sama bagi
gym yang bermanfaat untuk klien I karena klien I takut terjatuh.
memperlancar pengaliran energi di Langkah gerakan silang untuk
otak dan seluruh badan. Hal ini tidak klien I klien hanya menyilangkan
dilakukan dikarenakan bertepatan di tangan kanan nya ke kaki kirinya
bulan Ramadhan serta kedua klien dan dari tangan kirinya ke kaki
sama-sama menjalankan ibadah kanannya tetapi klien tidak
puasa. Klien juga menolak jika mengangkat kakinya. Klien II dapat
penerapan brain gym dilakukan menyilangkan tangannya ke sebrang
selain di sore hari misalnya setelah arah kakinya dan bisa mengangkat
sahur agar aliran energi dari air yang kakinya dengan benar.
diminum masih bisa berefek. Klien Luncur gravitasi untuk klien I
menolak dikarenakan akan ada tidak bisa meluruskan kakinya
senam di pagi hari di panti. Apabila dengan benar tetapi klien II bisa
di malam hari klien mengatakan meluruskan kakinya. Gerakan-
bahwa tarawih dan ingin istirahat. gerakan yang melibatkan
Sehingga, sudah pilihan kedua klien ekstremitas bawah, klien I tidak bisa
bahwa brain gym dilaksanakan pada melakukannya karena klien cemas
sore hari. jika terjatuh. Hal ini sesuai
Gerakan brain gym juga bisa pengkajian awal bahwasannya klien
dilakukan oleh kedua klien antara I setiap mengikuti kegiatan senam
lain gerakan putaran leher, gerakan yang sudah dijadwalkan panti setiap
tombol imbang, pasang telinga, hari kecuali hari jumat dan Ahad
gerakan sakelar otak, gerakan klien I hanya ikut tetapi dengan
tombol bumi, gerakan tombol duduk karena takut terjatuh
angkasa, menguap berenergi, alasannya klien I gendut. Sesuai
mengaktifkan tangan, titik positif, hasil pengkajian pengasuh
dan burung hantu. mengatakan bahwa klien banyak
Gerakan brain gym pada langkah tidur dan malas melakukan kegiatan
pasang kuda-kuda klien I hanya contohnya membersihkan kamarnya
berdiri tetapi tidak bisa menekukkan semenjak masuk panti sehingga
kakinya, untuk klien II bisa membuat berat badannya bertambah.
menekukkan kakinya tetapi tidak Sesuai dengan jurnal penelitian
sempurna. Klien I sesuai pengkajian UMY 2017 bahwasannya klien yang
takut terjatuh. Terjatuh adalah salah bukan dari gelandangan biasanya
satu keadaan ketidakseimbangan, peduli dengan kebersihan,
hal ini sesuai teori bahwasannya sedangkan yang dari gelandangan
lansia adalah sekelompok usia yang bersikap acuh tak acuh. Hasil
sangat berisiko mengalami wawancara dengan pengasuh juga
gangguan keseimbangan tubuh dinyatakan bahwa klien dahulu

8
sebagai gelandangan dan masuk ke pendidikan yang rendah berpeluang
PSTW sebelumnya di kem 4 kali mengalami demensia
assesment I (Panti Karya Jalan dibandingkan lansia berpendidikan
Imogiri Barat). Sama dengan klien II tinggi14.
yang sesuai dengan pengkajian Langkah kait relaks kedua klien
wawancara kepada pengasuh, tidak bisa melakukannya karena
pengasuh mengatakan klien II yang kedua klien mengatakan bahwa
didapati kamarnya bersih dan klien tangan merasa kaku jika diputar-
II mengatakan sering putar.
membersihkannya juga Tahap terminasi selalu dilakukan
menggelandang dan pertama masuk setiap berakhirnya pertemuan yaitu
ke kem asessment I sehingga sesuai penulis memberikan salam dan
jurnal penelitian UMY 2017 tersebut melakukan kontrak waktu di
tidak sepenuhnya klien yang dari pertemuan berikutnya dan
gelandangan acuh tak acuh terhadap mengucapkan terimakasih kepada
kebersihan13. kedua klien. Kontrak waktu
Gerakan brain gym lainya yaitu dilakukan aar klien tidak bingung
8 tidur untuk klien I terkadang bisa apabila penulis datang menemui
melakukannya terkadang tidak bisa klien di hari yang sudah disepakati,
Klien I mengatakan “Kenapa ucapan terimakasih diberikan karena
lupa terus sih mbak, padahal klien dapat meluangkan waktu dan
membuat delapan tegak dengan memberikan penghargaan kepada
digambar bisa” klien. Serta memohon maaf apabila
tetapi klien penasaran dan berusaha ada kesalahan karena terlambat, dan
untuk mencoba kembali. Klien II tidak sesuai kesepakatan di hari
pada pertemuan pertama tidak bisa yang sudah ditentukan karena ada
dan pertemuan kedua hingga akhir waktu yang bertabrakan dengan
bisa melakukan delapan tidur. jadwal ujian penulis di praktik
Langkah brain gym pada coretan keperawatan lain tempat.
ganda klien I tidak bisa melakukan Hasil skoring post test
dan tidak berusaha atau penasaran menggunakan MMSE pada kedua
agar bisa. Diketahui bahwa riwayat klien, klien I masih mengalami
pendidikan klien I pernah sekolah demensia sedang karena gerakan-
SD kelas satu tetapi belum sempat gerakan brain gym yang dilakukan
naik kelas sudah tidak sekolah lagi. juga tidak maksimal dan tidak
Klien I juga susah mengingat huruf kompeten serta memang skor awal
alfabet dan bisa menulis jika meniru pre test lebih rendah daripada klien
yang sudah tertulis. Sedangkan klien II. Klien I karena alasan gendutnya
II bisa melakukan coretan ganda dan takut terjatuh menyebabkan
karena klien II pendidikan sampai aktivitas yang dilakukan klien I
kelas dua SD walaupun belum tidak sebanyak klien II misalnya
menyelesaikan kelas duanya dan klien I senam dengan duduk
klien bisa menulis namanya sendiri. sedangkan klien II mengikuti senam
Perbedaan tingkat pendidikan dengan berdiri.
ini sesuai dengan teori dijelaskan Klien I sesuai pengkajian tidak
bahwa lansia dengan tingkat menyiram tanaman atau menyapu

9
wisma, mengambilkan makan geraknya karena tidak ada masalah
teman-teman wisma, tidak pada muskuloskeletal tetapi
membersihkan kamarnya, serta terkadang klien kurang fokus karena
sesuai pengkajian bahwa klien I kedua klien sering menginginkan
riwayat pekerjaan sehari-hari tidak pelaksanaan brain gym di halaman
ada dan hanya di rumah sebagai ibu wisma sehingga pandangan klien
rumah tangga, tetapi ada aktivitas tertuju kemana-mana terlebih jikalau
lain pada klien I selain membeli lauk banyak praktikan atau lansia-lansia
diluar panti untuk dirinya sendiri lain yang ada di sekitar pelaksanaan
juga membelikan temannya. brain gym pada kedua klien.
Aktivitas klien II sering menyiram Waktu pelaksanaan brain gym
tanaman, mengambilkan makanan yang diadopsi dari Paul E. Dennison
untuk wisma dan mengembalikan dan merujuk dari penelitian
kembali rantangnya ke dapur, Aminuddin tentang Pengaruh Senam
mencuci baju, membersihkan Otak Terhadap Penurunan Tingkat
kamarnya, dan riwayat pekerjaan Demensia pada Lansia seharusnya
keseharian klien II sebagai buruh dilakukan sehari sekali lima hari
tani ke tetangga-tetangganya. seiap minggu selama empat minggu.
Aktivitas ini juga sesuai dengan Akan tetapi tidak terlaksana secara
teori bahwa aktivitas yang rutin meskipun tetap dialaksanakan
sederhana dan rutin akan dua puluh kali pertemuan pada klien
memperlambat penurunan daya I dan enambelas kali pertemuan
ingat ataupun aging proces. Klien I pada klien II. Pelaksanaan brain
yang cenderung malas maka gym pada studi kasus ini
penurunan daya ingat berbeda dilaksanakan dengan frekuensi yang
daripada klien II sesuai skor pre test tidak sama dengan penelitian
MMSE nilai klien I 17 dan klien II Aminuddin yaitu pelaksanaan pada
nilai 2015. minggu pertama yaitu 5 hari untuk
Kedua klien dapat melakukan klien I dan satu hari untuk klien II,
langkah-langkah brain gym karena minggu kedua 6 hari, minggu ketiga
pelaksanaan brain gym ini tergolong 2 hari, minggu keempat 4 hari dan
sangat mudah karena gerakan- tambahan untuk minggu kelima 3
gerakan yang dilakukan bisa dengan hari8.
duduk ataupun berdiri, tidak Pelaksanaan brain gym pada
menguras energi karena gerakan klien I dilaksanakan 20x pertemuan
brain gym untuk otak bukan untuk tetapi untuk klien II tidak
penguatan tulang pada tubuh, kedua dilaksanakan 20x pertemuan karena
klien tinggal menirukan gerakan pertama ada kendala bahwa subyek
yang penulis lakukan. Selain itu penelitian yang bersamaan dengan
kedua klien masih dapat melihat klien I mengundurkan diri. Sehingga
dengan baik, usia klien masih peneliti memilih pengganti subyek
tergolong lansia awal karena sama- kedua untuk menggantikan subyek
sama 61 tahun, kedua klien dapat yang mengundurkan diri. Peneliti
mendengarkan perintah karena tidak memilih subyek pengganti sesuai
ada gangguan pendengaran, kedua hasil MMSE pre test yang dilakukan
klien dapat menggerakkan anggota bersamaan pada 5 Mei 2018 dan

10
subyek pengganti dipilih yang satu Kenaikan nilai MMSE klien I adalah
wisma dengan klien I. Kemudian 2 poin
bersamaan dengan post test MMSE 3. Hasil penilaian MMSE untuk pre
klien I di pertemuan ke 20, klien II test klien II adalah 20 poin
sudah ada pengaruh dan ada kesimpulan demensia sedang dan
peningkatan nilai MMSE di hasil akhir post test MMSE nilai 23
pertemuan ke 16 sehingga tidak poin kesimpulan demensia ringan.
dilanjutkan ke pertemuan 20. Tidak Kenaikan nilai MMSE 3 poin.
rutin karena ada waktu pelaksanaan
yang bersamaan dengan kegiatan Saran
buka bersama di panti, klien 1. Lansia yaitu klien I dan klien II
mempersiapkan buka puasa dan sebagai responden studi kasus
jajan di luar panti dan mengantri sebaiknya melakukan brain gym
lama, serta studi kasus sudah akan secara rutin agar mencegah
memasuki bulan puasa akhir demensia ke tingkat yang lebih
sehingga tidak memungkinkan parah dan dibantu oleh pengasuh
untuk melanjutkan pelaksanaan wisma kedua klien untuk
brain gym pada klien II. mengobservasi langkah-langkah dan
Penerapan brain gym pada gerakan yang benar untuk klien
asuhan keperawatan yang diterapkan 2. Bagi pengembang ilmu dan
dengan dua klien menghasilkan teknologi keperawatan khususnya
penilaian akhir yang berbeda. keperawatan gerontik dapat
Penilaian menggunakan questioner dilakukan penelitian lebih lanjut
MMSE untuk mengetahui tingkat untuk mengembangkan terapi brain
kognitif klien sewaktu pre test klien gym agar lebih diminati oleh lansia.
I poin MMSE 17 kesimpulan Sehingga perawat gerontik atau
demensia sedang. Sedangkan untuk pihak panti di BPSTW Budi Luhur
klien II poin MMSE 20 kesimpulan Kasongan Bantul dapat
demensia sedang. Hasil post test memasukkan brain gym pada jadwal
setelah dilakukan brain gym selama aktivitas sehari-hari lansia di panti.
20x pertemuan nilai MMSE klien I
19 kesimpulan demensia sedang dan Referensi
klien II selama 16x pertemuan nilai 1. Kemenkes. (2016). Infodatin Situasi
23 kesimpulan demensia ringan. Lanjut Usia (Lansia) di Indonesia.
Jakarta: Pusat Data dan Informasi
Kesimpulan Kemenkes RI
1. Penerapan terapi brain gym pada 2. UU No 23 tahun 1992. 1992.
asuhan keperawatan lansia demensia Undang-Undang Republik Indonesia
dapat dilakukan selama 20x Nomor 23 Tahun 1992 Tentang
pertemuan pada kedua klien. Kesehatan. Undang-undang diakses
2. Hasil penilaian MMSE untuk pre di www.hukumonline.com pada 12
test klien I adalah 17 poin Januari 2018
kesimpulan demensia sedang dan 3. Moeloek, N.F. (2016). Menkes:
hasil akhir post test MMSE nilai 19 Lansia yang Sehat, Lansia yang Jauh
poin kesimpulan demensia sedang. dari Demensia. Artikel
diunduh dari

11
http://www.depkes.go.id/article/vie https://digilib.uns.ac.id/dokumen/do
w/16031000003/menkes-lansia- wnload
yang- sehat-lansia-yang-jauh- 12. Yuliniarsi, E. (2014). Pengaruh
dari-demensia.html pada 4 Januari Senam Vitalisasi Otak Terhadap
2017 Peningkatan Keseimbangan Dinamis
4. Pusdatin Kemenkes RI 2013. Pada Lanjut Usia. Jurnal diakses di
Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di http://eprints.ums.ac.id/30807/26/N
Indonesia. Buletin Lansia diakses ASKAH_PUBLIKASI.pdf pada 17
pada 26 Desember 2017 Juli 2018
5. Agoes, A., Agoes, A., Agoes, A. 13. Jurnal keperawatan UMY 2017.
(2011). Penyakit di Usia Tua. Jurnal diakses di
Jakarta: EGC http://repository.umy.ac.id/bitstream
6. Septianti, S.D.W., Suyamto., /handle/123456789/11465/7.%20BA
Santoso, T. (2016). Pengaruh Senam B%20IV.pdf?sequence=7&isAllowe
Otak (Brain Gym) terhadap Tingkat d=y pada 4 juli 2018
Demensia pada Lansia. Jurnal 14. Purnakarya I. 2008. Analisa pola
Keperawatan Notokusumo Vol. Iv, makan dan faktor lainnya yang
No. 1 berhubungan dengan kejadian
7. Guslinda, Y. Y., Hamdayani., D. demensia pada lansia di wilayah
(2014). Pengaruh Senam Otak jakarta barat, (Tesis). Program
Terhadap Fungsi Kognitif pada pasca sarjana ilmu kesehatan
Lansia dengan Demensia di Panti masyarakat FKM UI Depok
Sosial Tresna Werdha Sabai Nan 15. Azizah. (2011). Keperawatan Lanjut
Aluih Sicincin Padang Pariaman. Usia Edisi pertama. Buku diakses
Jurnal Keperawatan STIKes pada 4 Juli 2018
Mercubaktijaya Padang
8. Aminuddin, T., 2015. Pengaruh
Senam Otak Terhadap Penurunan
Tingkat Demensia Pada Lansia.
Jurnal Penelitian Universitas
Negeri Semarang
9. Maryam, S., dkk. (2008). Mengenal
Usia Lanjut dan Perawatannya.
Jakarta : Salemba Medika
10. Aspiani, R. Y. (2014). Buku Ajar
Asuhan Keperawatan Gerontik Jilid
2. Jakarta : CV Trans Info
Media
11. Nugroho, A. W. (2009). Studi
deskriptif kualitatif aktivitas
komunikasi terapetik antara perawat
terhadap pasien di rumah sakit
umum daerah dr. Moewardi
Surakarta. Jurnal penelitian UNS
diakses pada 17 Juli 2018 di

12

Anda mungkin juga menyukai