Anda di halaman 1dari 62

P

PROFIL KESEHATAN

UPTD PUSKESMAS SINGKIL UTARA


Jln. Singkil – Rimo, Desa Kampung Baru, Kec. Singkil Utara

Office

2022 Microsoft
1/1/2022

DINAS KESEHATAN KABUPATEN ACEH SINGKIL


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena Profil Kesehatan Uptd
Puskesmas Singkil Utara Tahun 2022 telah selesai disusun. Penyusunan ini sebagai salah satu
bentuk upaya pemantapan dan pengembangan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) dan gambaran
hasil berbagai program yang telah dilaksanakan oleh UPTD Puskesmas Singkil Utara.

Profil Kesehatan ini selalu terbit setiap awal tahun dalam rangka menyajikan bahan evaluasi
berbagai program kesehatan yang telah dilaksanakan dan perencanaan ke depan, serta
pengambilan keputusan berdasarkan data dalam pembangunan kesehatan

Informasi dan data yang digunakan dalam proses penyusunan profil kesehatan bersumber dari
berbagai unit yaitu didalam maupun diluar lingkungan Puskesmas. Kami menyadari bahwa
dalam penyusunan Profil UPTD Puskesmas Singkil Utara masih memiliki banyak keterbatasan
dan kekurangan, untuk itu kami mengharapkan usul dan saran agar penyusunan profil ini
menjadi lebih baik dan sebagai masukan yang bermanfaat dalam penyusunan profil di tahun
yang akan datang.

Singkil Utara, Maret 2023


Kepala UPTD Puskesmas Singkil Utara

dr.Tri Patriyuni
NIP.19820630 2001412 2 001

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI ...........................................................................................................ii

DAFTAR TABEL ...................................................................................................iii

DAFTAR GRAFIK ................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

BAB II GAMBARAN UMUM .............................................................................. 3

A. Gambaran Umum .................................................................................. 3

B. Keadaan Penduduk .............................................................................. 4

BAB III SARANA KESEHATAN ........................................................................ 9

A. Puskesmas .............................................................................................. 9

B. Akses pelayanan Kesehatan .................................................................. 11

BAB IV SUMBER DAYA MANUSIA ................................................................. 15

BAB V PEMBIAYAAN KESEHATAN ............................................................... 17

BAB VI KESEHATAN KELUARGA ................................................................. 20

A. Kesehatan Ibu ........................................................................................ 20

B. kesehatan Anak ...................................................................................... 31

BAB VII PENGENDALIAN PENYAKIT ........................................................... 40

A. Penyakit Menular langsung .................................................................. 40

B. Penyakit dapat dicegah dengan Imunisasi .......................................... 43

C. Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik ................................................... 44

D. Penyakit Tidak Menular ....................................................................... 45

BAB VIII KESEHATAN LINGKUNGAN ......................................................... 47

BAB IX PENUTUP ................................................................................................ 54

LAMPIRAN

ii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin
dan kelompok umur Tahun 2022 ............................................................. 6
Tabel 2.2 Angka Beban Tanggungan Usia Produktif Tahun 2022 .......................... 7

Tabel 3.1 Fasilitas Pelayanan dan Ruangan UPTD Puskemas Singkil Utara

Tahun 2022 ............................................................................................... 9

Tabel 3.2 Jejaring dan Jaringan Fasilitas Kesehatan di Wilayah Kerja

UPTD Puskesmas Singkil Utara tahun 2022 ...........................................10

Tabel 3.3 Sepuluh besar penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan

di Puskemas Singkil Utara tahun 2022 ....................................................12

Tabel 3.4 Rincian Tenaga Kesehatan dan non Kesehatan pada

UPTD Puskesmas Singkil Utara................................................................ 15

Tabel 3.4 Rincian Tenaga Kesehatan dan non Kesehatan pada

UPTD Puskesmas Singkil Utara .............................................................. 16

Tabel 5.1 Sumber Pembiayaan Puskesmas Singkil Utara 2022 ................................ 19

iii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 2. 1 menjelaskan estimasi jumlah penduduk Kecamatan Singkil Utara

Tahun 2022 .............................................................................................. 5

Grafk 2.2 Menjelaskan Jumlah Penduduk di masing masing desa............................ 6

Grafik 3.1 jumlah kunjungan rawat jalan tahun 2021 dan 2022

puskesmas singkil utara............................................................................. 11

Grafik 3.2 Jumlah Posyandu dan Posbindu di Wilayah Kerja

UPTD Puskesmas Singkil Utara ............................................................. 13

Grafik 4.1 Jumlah Angka Kematian Ibu .................................................................. 21

Grafik 4.2 Cakupan Pemerikasaan K4 di UPTD Puskesmas Singkil Utara

Tahun 2018-2020...................................................................................... 23

Grafik4.3 Cakupan Pertolongan Persalinan nakes di Fasyankes

di UPTD Puskesmas Singkil Utara Tahun 2020-2022.............................. 24

Grafik 6.4. Cakupan Pelayanan Nifas........................................................................ 25

Grafik 6.5 Cakupan Ibu Nifas mendapat Vit A ......................................................... 26

Grafik 6.6 Cakupan TD Bumil................................................................................... 27

Grafik 6.7 cakupan Fe3 di Puskesmas Singkil Utara ................................................ 29

Grafik 6.8. Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan ........................................ 30

Grafik 6.9 Pengelolaan Program KB di Puskesmas Singkil Utara ........................... 31

Grafik 6.10 Angka Kematian Bayi ............................................................................ 32

Grafik 6.11 Pelayanan Kunjungan Neonatal ............................................................. 33

Grafik 6.12 Cakupan ASI ekslusif ........................................................................... 34

Grafik 6.13 Cakupan Imunisasi MR ......................................................................... 36

Grafik 6.14 Pengelolaan Program Gizi ..................................................................... 37

Grafik 7.1 Tempat-Tempat Umum Memenuhi syarat di

UPTD Puskesmas Singkil Utara Tahun 2022.......................................... 52

iv
BAB I
PENDAHULUAN

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) adalah
pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk
semua negara. IPM digunakan untuk mengklasifikasikan negara maju, negara berkembang dan
negara terbelakang serta untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap
kualitas hidup.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 17
ayat 1 menyebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab terhadap ketersediaan akses
informasi, edukasi dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Sedangkan pasal 169 disebutkan pemerintah
memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk memperoleh akses terhadap informasi
kesehatan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu cara untuk
memberikan gambaran informasi kesehatan tentang capaian program kesehatan di Puskesmas
Singkil Utara Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2023 adalah dengan Profil Kesehatan Puskesmas
Singkil Utara 2022, yang merupakan suatu alat ukur dalam pencapaian indikator pembangunan
kesehatan yang ada di Kecamatan Singkil Utara, sehingga kedepannya diharapkan dapat
membantu merancang, mengarahkan pembangunan kesehatan ke arah yang lebih baik.
Metodologi penyusunan Profil Kesehatan Puskesmas Singkil Utara tahun 2022 ini
dilakukan dengan pengumpulan data, memvalidasi, analisis, korelasi antar tabel dan program,
serta check and balance dari seluruh kegiatan program bertujuan untuk menghasilkan informasi
sehingga dapat di gunakan untuk perencanaan program kedepannya. Diharapkan informasi yang
disajikan lebih mendekati keakuratan dengan gambaran kesehatan dari kondisi yang sebenarnya.
Sajian data-data dilakukan dalam bentuk tabel dan grafik, sedangkan pembahasannya
menyajikan perbandingan dengan pencapaian indikator tahun sebelumnya dan dibandingkan
dengan target kabupaten yakni Standar Pelayanan Minimum (SPM) dan Target Sustainable
Developments Goals (SDGs).
Profil Puskesmas Singkil Utara 2022 terdiri dari 9 (SEMBILAN) bab yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
BAB II GAMBARAN UMUM
BAB III SARANA KESEHATAN

1
BAB IV SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
BAB V PEMBIAYAAN KESEHATAN
BAB VI KESEHATAN KELUARGA
BAB VII PENGENDALIAN PENYAKIT
BAB VIII KESEHATAN LINGKUNGAN
BAB IX PENUTUP
LAMPIRAN

2
BAB II
GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Puskesmas

Kecamatan Singkil Utara terletak di wilayah Utara Kabupaten Aceh Singkil dengan jarak
± 22 km dari pusat kota Singkil. Puskesmas Singkil Utara terletak di Jalan Raya Singkil – Rimo
KM.22 , dan hal ini merupakan suatu kemudahan bagi Puskesmas Singkil Utara dalam hal
melakukan pelayanan rujukan ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) rujukan.
Kecamatan Singkil Utara sendiri terdiri dari 7 desa, dan mempunyai 1 puskesmas yaitu
Puskesmas Singkil Utara (wilayah kerja: 7 desa), dan Puskesmas.
Secara geografis, posisi Puskesmas Singkil Utara terletak pada 2,280” Lintang Selatan dan
97,924” Bujur Timur dengan luas wilayah kerja 16,572 km2, serta batas wilayah kerja:
- Sebelah Utara : Puskesmas Gunung Meriah
- Sebelah Selatan : Samudra Hindia
- Sebelah Timur : Puskesmas Danau Paris
- Sebelah Barat : Puskesmas Singkil
Peta wilayah kerja Puskesmas Singkil Utara ditunjukkan gambar berikut:
Gambar 2.1 Peta wilayah Puskesmas Singkil Utara

PETA WILAYAH KERJA


PUSKESMAS SINGKIL UTARA
Gostel Barat
Ktp Indah
Kp.Baru
Telaga
GOSTEL Gostel Timur
Bakti
UTARA
Gostel Selatan

S
udara berkisar antara 240C–280C dan curah hujan berkisar antara 1.500–1.300 mm/tahun,
dengan hari rata–rata 140 hari/tahun.

3
Gambaran umum Gedung UPTD Puskesmas Singkil Utara terdiri dari Ruang
Pendaftaran dan Informasi, Ruang Rekam Medik, Ruang Layanan MTBS, Ruang Layanan
Umum, Ruang Farmasi dan Gudang Farmasi, Ruang Layanan KIA, Ruang Layanan Imunisasi,
Ruang Layanan KB, Ruang Tunggu, Toilet, Ruang Kesehatan Gigi dan Mulut, Ruang Tindakan,
Ruang Layanan TBC dan lain sebagainya. selain itu UPTD Puskesmas Singkil Utara juga
memiliki Visi dan Misi, Motto,serta Tata Nilai yang menunjang pelayanan agar lebih optimal,
antara lain:
1. Visi dan Misi UPTD Puskesmas Singkil Utara
a. Visi
Menjadikan UPTD Puskesmas Singkil Utara sebagai puskesmas dengan pelayanan prima
dalam mewujudkan masyarakat Kecamatan Singkil Utara hidup sehat dan mandiri.
b. Misi

1) Memberikan pelayanan prima kepada masyarakat


2) Menggalang kemitraan dengan berbagai sektor dalam mewujudkan masyarakat
hidup sehat dan mandiri
3) Meningkatkan sumber daya manusia yang profesional,bertanggungjawab,
beriman,berkualitas dan sejahtera

2. Motto

Motto UPTD Puskesmas Singkil Utara adalah 'Kesembuhan pasien adalah


kepuasan kami ‘
3. Tata Nilai UPTD Puskesmas Singkil Utara;
S : Senyum saat melayani
I : Inovatif dalam memberi pelayanan
N : Notifikatif, Intens melakukan edukasi pada pelanggan
G : Gotong Royong dan kerjasama dalam lintas program dan lintas sektor
K : Komunikatif dalam memberikan informasi
U : Unggul dalam pelayanan
T : Tertib saat bertugas

4
B. Keadaan Penduduk
1. Jumlah Penduduk
Estimasi Penduduk Kabupaten Aceh Singkil Pada tahun 2022 sebesar 11.074 jiwa,
terdiri dari 5.652 atau sekitar 54 % jiwa penduduk laki-laki dan Jumlah penduduk 5.422 jiwa
atau sekitar 46% penduduk perempuan. Angka tersebut merupakan hasil perhitungan yang
dilakukan Pusat Data dan Informasi Dinas Kesehatan dengan Pusat Statistik. Motede ini
menggunakan prinsip bahwa parameter dasar demografi yaitu parameter fertilitas, mortalitas dan
migrasi pertahun tumbuh konstan.
Grafik 2. 1 menjelaskan estimasi jumlah penduduk Kecamatan Singkil Utara Tahun 2022.

12,000
11.074
10,000

8,000

6,000 5.652
5.422

4,000

2,000

0
Singkil Utara laki-laki perempuan

Sumber: Dinas kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab. Aceh Singkil 2022

Rasio jenis kelamin pada tahun 2022 sebesar 102 yang artinya terdapat 50 perempuan
diantara 52 laki-laki. Data ini berguna untuk pengembangan perencanaan pembangunan yang
berwawasan gender, terutama yang berkaitan dengan perimbangan pembangunan pada laki-laki
dan perempuan secara adil.
Konsentrasi penduduk disuatu wilayah dapat dipelajari dengan menggunakan kepadatan
penduduk. Kepadatan penduduk menunjukkan rata-rata jumlah penduduk per satu kilometer
persegi. Semakin besar angka kepadatan penduduk menunjukkan semakin padat penduduk yang
mendiami wilayah tersebut. Kepadatan penduduk dari sektor kesehatan merupakan indikator
dalam melihat kondisi kesehatan yang akan muncul terutama kondisi kesehatan lingkungan yang
berkaitan dengan ketersediaan air minum, air bersih, sistem pembuangan air limbah dan sampah

5
keluarga. Gambaran Kepadatan penduduk per desa di Kecamatan Singkil Utara pada tahun 2022
dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Grafk 2.2 Menjelaskan Jumlah Penduduk di masing masing desa
2,500
2.301
2,000 1.558 1529
1358 1.977
1,500 1049
1.275

1,000

500

0
Gosong Kampung Ketapang Gosong Gosong Gosong Telaga Bakti
Telaga Barat Baru Indah Telaga Timur Telaga Selatan Telaga Utara

Sumber : Dinas kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab. Aceh Singkil 2022

Grafik diatas dapat dilihat jumlah penduduk terbesar di Kecamatan Singkil Utara ada di
desa Ketapang Indah sebesar 2.301 jiwa.

2. Komposisi Penduduk
Komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Singkil Utara dapat dilihat dalam Tabel dibawah ini:
Tabel 2.1 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan kelompok umur Tahun 2022

No Kelompok Umur Laki-Laki + Rasio Jenis


Laki-Laki Perempuan
Perempuan Kelamin
1. 0-4 774 721 1496 107,4
2. 5-9 741 710 1451 104,4
3. 10 - 14 687 655 1341 105,0
4. 15 - 19 549 514 1063 106,8
5. 20 - 24 469 499 968 94,0
6. 25 - 29 519 532 1051 97,6
7. 30 - 34 463 440 903 105,2
8. 35 - 39 389 353 742 110,2
9. 40 - 44 310 278 588 111,5
10. 45 - 49 235 220 455 106,8
11. 50 - 54 189 170 359 111,2
12. 55 - 59 131 110 241 119,1

6
13. 60 - 64 72 74 145 97,3
14. 65 - 69 50 58 108 86,2
15. 70 - 74 36 41 77 87,8
16. 75+ 37 48 85 77,1

sumber: Tabel Profil UPTD Puskesmas Singkil Utara Tahun 2022

3. Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio)

Berdasarkan komposisi penduduk menurut kelompok umur seperti yang disajikan pada
Tabel 1.1 di atas, dapat diturunkan indikator yang dapat digunakan sebagai salah satu indikator
ekonomi yaitu Angka Beban Tanggungan yang merupakan perbandingan atau rasio antara
penduduk usia belum produktif (0-14 tahun) dan usia 65 tahun ke atas dengan penduduk usia
produktif (15-64). Besarnya Angka Beban Tanggungan ini menunjukkan beban tanggungan
ekonomi penduduk usia produktif.
Tabel 2.2 Angka Beban Tanggungan Usia Produktif Tahun 2022

Usia Tahun 2022


0-14 4289
15-64 6515
65+ 270

Grafik 2.3 Menjelaskan Beban Tanggungan Usia Produktif Tahun 2022

270

4288

6515

0-14 15-64 65+

7
Angka beban tanggungan digunakan sebagai indikator yang dapat menunjukkan keadaan
perekonomian suatu daerah. Tingginya persentase angka beban tanggungan menunjukkan
semakin tinggi beban yang harus ditanggung penduduk produktif untuk membiayai hidup
penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi, demikian juga sebaliknya.

Selain itu, pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Pencapaian yang optimal bukan hanya menjadi tanggung jawab dari
sektor kesehatan saja, namun sektor terkait lainnya seperti sektor pendidikan, ekonomi, sosial
dan pemerintahan juga memiliki peranan yang cukup besar

BAB III
SARANA KESEHATAN

Undang - undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menjelaskan bahwa fasilitas
pelayanan kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
pemerintah, pemerintah daerah, atau masyarakat.
Derajat kesehatan masyarakat suatu daerah dipengaruhi oleh keberadaan sarana
kesehatan, seperti fasilitas pelayanan kesehatan, institusi pendidikan yang menghasilkan tenaga
kesehatan serta sarana kefarmasian dan alat kesehatan.
Dalam bab ini akan menjelaskan tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang terdiri dari
FKTP/Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama ( Puskesmas), dan UKBM/Upaya Kesehatan
Bersumber daya masyarakat.
A. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang puskesmas menyebutkan


bahwa puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat (UKM) dan Upaya kesehatan perseorangan (UKP) tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif diwilayahnya.

8
Berdasarkan kemampuan pelayanan Puskesmas dikategorikan menjadi Puskesmas rawat inap
dan Puskesmas non rawat inap.

Untuk melaksanakan kegiatan operasional pelayanan kesehatan, UPTD Puskemas Singkil


Utara dilengkapi dengan fasilitas pelayanan dalam gedung seperti pada tabel berikut :

Tabel 3.1 Fasilitas Pelayanan dan Ruangan UPTD Puskemas Singkil Utara Tahun 2022

No RUANGAN Jumlah 2022


1 Ruang Pendaftaran dan Informasi 1
2 Ruang Rekam Medik 1
3 Ruang Pelayanan PemeriksaanUmum 1
4 Ruang Pelayanan Kesehatan Gigi dan mulut 1
5 RuangPelayanan KIA, KB,MTBS dan 1
Ruang Menyusui
6 Ruang Imunisasi 1
7 Ruang Tata Usaha 1
8 Ruang PelayananTB Paru 1
9 Ruang Farmasi 1
10 Ruang Kepala Puskesmas 1
11 Ruang Laboratorium 1
12 Ruang Aula 1
13 Gudang Umum 1
14 Ruang Konseling Kesling 1
15 Ruangan Tindakan 1
Sumber: Tabel Profil UPTD Puskesmas Singkil Utara Tahun 2022

Selain itu, UPTD Puskesmas Singkil Utara juga dilengkapi dengan sarana penunjang
antara lain: Ambulance, Pusling, dan Sepeda Motor Guna untuk kelancaran pelayanan kesehatan
kepada masyarakat.

Berdasarkan Permenkes 43 tahun 2019 tentang Puskesmas, disebutkan bahwa Puskesmas


memiliki Jejaring dan jaringan yang berada di wilayah kerja Puskesmas. Pengertian jejaring
adalah Jejaring fasilitas terdiri atas Poskesdes, Pustu, rumah sakit, apotek, laboratorium, dan
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya/
Adapun jaringan dan jejaring fasilitas kesehatan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Singkil
Utara tahun 2022 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

9
Tabel 3.2 Jejaring dan Jaringan Fasilitas Kesehatan di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Singkil
Utara tahun 2022

No Jejaring dan Jaringan Fasilitas Kesehatan Jumlah


1 Rumah Sakit 1
2 Poskesdes 1
3 Pustu 2
4 Bidan Praktek 3
5 Laboratorium 0
6 Praktek Dokter Umum 2

Sumber: Tabel Profil UPTD Puskesmas Singkil Utara tahun 2022

karakteristik wilayah kerja Puskesmas Singkil Utara yaitu Mempunyai 7 desa Wilayah
kerja yaitu Desa Gosong Telaga Barat, Ketapang Indah, Gosong Telaga Timur, Gosong Telaga
Selatan, Gosong Telaga Utara, Kampung Baru dan desa Telaga Bakti.

B. AKSES PELAYANAN KESEHATAN

1. Kunjungan Rawat jalan

Sarana pelayanan kesehatan di Puskesmas Singkil Utara disediakan untuk memberikan


pelayanan kesehatan dasar bagi para pengunjung puskesmas baik dengan pelayanan rawat jalan.

Pada tahun 2022 jumlah masyarakat yang memanfaatkan pelayanan Puskesmas Singkil
Utara meningkat dengan jumlah 6.915 kunjungan rawat jalan. Kunjungan pelayanan rawat jalan
di Puskesmas Singkil Utara pada tahun 2022 mengalami peningkatan dibandingkan dengan
tahun sebelumnya.

10
Grafik 3.1
JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN
TAHUN 2021- 2022

Tahun 2021
Tahun 2022

6.915
5.883

2. Sepuluh Penyakit terbanyak Rawat Jalan

Morbiditas adalah angka kesakitan, baik insiden maupun prevalensi dari suatu penyakit.
Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu.
Morbiditas juga berperan dalam penilaian terhadap derajat kesehatan masyarakat.

Berdasarkan laporan yang terhimpun selama tahun 2022, didapatkan bahwa jumlah
kunjungan rawat jalan terbanyak adalah kasus nasofaringitis akut atau sakit tenggorokan.
Berikut 10 besar penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di Puskemas Singkil Utara tahun
2022 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.3 Sepuluh besar penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di Puskemas Singkil Utara
tahun 2022

No. Nama Penyakit Jumlah Penyakit

1 ISPA 1242

2 Penyakit pada Sistem Jaringan OTOT 469


3 Penyakit Kulit Alergi 363
4 Penyakit lain pada pernafasan atas 340
5 kehamilan 330
6 Kecelakaan Roda Paksa 320
7 Penyakit kelainan Lambung 307
8 Diabetes Militus 270

11
9 hypertensi 187
10 Asebtor KB 137
Sumber: Tabel Profil UPTD Puskesmas Singkil Utara Tahun 2022

3. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Manusia (UKBM)


Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat berbagai
upaya dilakukan diantaranya dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di
masyarakat. Upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) diantaranya adalah
Posyandu, Posbindu, Posyandu Lansia, dan lain sebagainya. Posyandu merupakan salah satu
bentuk UKBM yang paling di kenal di masyarakat

Posyandu menyelenggarakan minimal 3 program prioritas, yaitu Pemberian makanan


bayi dan anak dalam rangka pencegahan stunting serta demo PMBA, ASI eksklusif, dan
pelaksanaan kelas ibu hamil dan kelas ibu balita. Untuk memantau perkembangannya, Posyandu
dikelompokan ke dalam 4 strata, yaitu Posyandu Pratama, Posyandu Madya, Posyandu Purnama,
dan Posyandu Mandiri.

Tahun 2022, Puskesmas Singkil Utara Memiliki 17 Posyandu yang strata posyandu purnama ada
3 pos,pratama ada 4 pos,Madya ada 10 pos atau 100% merupakan Posyandu Aktif dan memiliki
8 Posbindu PTM (Penyakit Tidak Menular).
Posyandu aktif adalah Posyandu yang mampu melaksanakan kegiatan utamanya secara
rutin setiap bulan (KIA : ibu hamil, ibu nifas, bayi, balita, KB, imunisasi, gizi, pencegahan dan
penanggulangan diare) dengan cakupan masing-masing minimal 80% dan melakukan kegiatan
tambahan.
Pos Binaan Terpadu (POSBINDU) adalah kegiatan monitoring dan deteksi dini faktor
resiko penyakit tidak menular terintegrasi serta gangguan akibat kecelakaan dan tindakan
kekerasan dalam rumah tangga yang dikelola oleh masyarakat melalui pembinaan terpadu.

Grafik 3.2 Jumlah Posyandu dan Posbindu di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Singkil Utara

12
18

16 17

14

12

10
8 8
8

0
Posyandu Posbindu Usila

Sumber : Koordinator Program Promosi Kesehatan Puskesmas Singkil Utara tahun 2022

Berdasar Permenkes Nomor 43 Tahun 2019 tentang Puskesmas disebutkan bahwa Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif.

Sedangkan UKM Pengembangan meliputi :

1. Perawatan Kesehatan Masyarakat


2. Pelayanan Kesehatan Jiwa
3. Pelayanan Kesehatan Gigi Masyarakat
4. Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer
5. Pelayanan Kesehatan Olah Raga
6. Pelayanan Kesehatan Indera
7. Pelayanan Kesehatan Lansia
8. Pelayanan Kesehatan Kerja
9. Pelayanan Ke
10.
11. sehatan Lain sesuai kebutuhan Puskesmas

13
BAB IV
SUMBER DAYA MANUSIA

Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan, Tenaga


Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Asisten tenaga kesehatan
yaitu setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan
dan/atau keterampilan melalui pendidikan bidang kesehatan di bawah jenjang Diploma III.

14
Undang-Undang tersebut membagi tenaga kesehatan menjadi beberapa rumpun dan
subrumpun yaitu tenaga medis, tenaga psikologi klinis, tenaga keperawatan, tenaga kebidanan,
tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi,
tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian medis, tenaga teknik biomedika, tenaga kesehatan
tradisional, dan tenaga kesehatan lain.
Untuk mendukung fungsi dan tujuan Puskesmas diperlukan sumber daya manusia
kesehatan baik tenaga kesehatan maupun tenaga non kesehatan. Dalam Permenkes 43 Tahun
2019 diatur bahwa minimal tenaga kesehatan di Puskesmas terdiri dari dokter umum atau dokter
layanan primer, dokter gigi, perawat, bidan, tenaga promosi kesehatan dan ilmu perilaku, tenaga
sanitasi lingkungan, nutrisionis, tenaga apoteker dan/atau tenaga teknis kefarmasian dan ahli
teknologi laboratorium medik. Sedangkan tenaga non kesehatan harus mendukung kegiatan
ketatausahaan, administrasi keuangan, sistem informasi, dan kegiatan operasional lain di
Puskesmas.
Adapun rincian tenaga kesehatan dan Non Kesehatan di UPTD Puskesmas Singkil Utara
disajikan dalam Tabel berikut:

Tabel 3.4 rincian Tenaga Kesehatan dan non Kesehatan pada UPTD Puskesmas Singkil Utara

PNS Non PNS


1 Dokter Umum 4 3 1 S1 Profesi
2 Dokter Gigi 1 1 0 S1 Profesi
3 Perawat 41 27 14 DIII
4 Terapis Gigi Dan Mulut 3 3 0 DIII
5 Bidan 15 11 1 DIII
6 Apoteker 0 0 0 S1 Profesi
7 Asisten Apoteker 3 2 1 DIII
8 Kesehatan Masyarakat 5 2 3 S1
9 Tenaga Gizi 2 2 0 DIII
10 Tenaga ATLM 0 0 1 DIII
11 Rekam Medik 1 0 1 DIII
12 Akuntan 0 0 0 DIII
13 Sopir Ambulance 2 0 2 SMK
14 Kebersihan 1 0 1 SMA
15 Keamanan 1 0 1 SMA
16 Administrasi Umum 0 0 0 SMA
Sumber: Data Sub Bagian Usaha UPTD Puskesmas Singkil Utara Tahun 2022

Sedangkan menurut jenjang pendidikan, jumlah sarjana sebanyak 10 orang, DIII sebanyak 68
orang, dan SLTA/sederajat sebanyak 4 orang.

15
Tabel 3.5 Data Pegawai Berdasarkan Jenjang Pendidikan di UPTD Puskesmas Singkil Utara
Tahun 2022

No Jenjang Pendidikan Jumlah


1 Sarjana 10
2 Diploma III 68
3 SLTA/Sederajat 4
Jumlah 82
Sumber: Data Sub Bagian Usaha UPTD UPTD Puskesmas Singkil Utara Tahun 2022

BAB V
PEMBIAYAAN KESEHATAN

Pembiayaan kesehatan adalah besarnya dana yang harus dikeluarkan untuk


menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh
perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat. Pembiayaan kesehatan ini memegang peranan
sangat penting dalam pencapaian tujuan pembangunan kesehatan di Kecamatan Singkil Utara.
Dalam membicarakan pembiayaan kesehatan yang penting adalah bagaimana
memanfaatkan biaya tersebut secara efektif dan efisien baik ditinjau dari aspek ekonomi maupun
sosial dengan tujuan dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat yang membutuhkan. Dengan
demikian suatu pembiayaan kesehatan dikatakan baik, bila jumlahnya mencukupi untuk

16
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dengan penyebaran dana sesuai
kebutuhan serta pemanfaatan yang diatur secara seksama, sehingga tidak terjadi peningkatan
biaya yang berlebihan.

Undang-undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 menyebutkan bahwa pembiayaan


kesehatan bertujuan untuk penyedian pembiayaan kesehatan yang berkesinambungan dengan
jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan.

Secara umum, sumber biaya kesehatan dapat dibedakan menjadi pembiayaan yang
bersumber dari anggaran pemerintah dan pembiayaan yang bersumber dari anggaran masyarakat.
Dalam bab ini akan dibahas mengenai alokasi dan realisasi anggaran kesehatan baik di
pemerintah provinsi maupun pemerintah daerah, anggaran kesehatan yaitu yang pembiayaannya
bersumber dari anggaran pemerintah.

Sumber anggaran kesehatan berasal dari :


1. Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta
memperoleh manfaat pemeliharan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan
dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iuran
dibayar oleh pemerintah.
Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan adalah badan hukum dibentuk
untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan
Peserta jaminan kesehatan meliputi :
a. PBI, jaminan kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan orang tidak
mampu.
b. Non PBI, jaminan kesehatan merupakan peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan
orang tidak mampu.
Puskesmas Singkil Utara sangat menyambut baik kebijakan JKN dengan menetapkan visi
dan misi yang searah dengan kebijakan tersebut, terutama misi 1 : Memberikan pelayanan prima
kepada masyarakat. Masyarakat wilayah kerja Puskesmas Singkil Utara yang telah memiliki
kepesertaan dalam program Jaminan pemeliharaan kesehatan dengan rincian peserta PBI
(APBN) sebanyak 88.911 jiwa dan peserta Non PBI sebanyak 18.429 jiwa (BPJS Wilayah Aceh
Singkil, data per Desember 2022).

17
1. Desa yang memanfaatkan Dana desa Untuk Kesehatan
Dana desa adalah dana yang diperuntukan bagi desa dan bersumber dari APBN yang
diberikan melalui APBD bertujuan untuk pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan,
pembangunan serta pemberdayaan masyarakat dan kemasyarakatan. Penggunaan dana desa
diprioritaskan untuk pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Hal tersebut bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. Selain digunakan untuk pembangunan infrastuktur
dana desa juga digunakan untuk pembangunan kesehatan dengan kegiatan yang bisa dicapai
seperti penurunan AKI dan AKB, Posyandu dan kegiatan UKBM lainnya.

Seluruh desa (100%) telah memanfaatkan dana desa untuk kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas Singkil Utara pada tahun 2022.

3. Persentase Anggaran Kesehatan dalam APBD Kabupaten/Kota


Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009, pasal 171 ayat 2
disebutkan bahwa besaran anggaran pemerintah provinsi dan kabupaten/kota dialokasikan
minimal 10% dari anggaran pendapatan di luar gaji.

Dana JKN dipilah menjadi dua yaitu Dana Kapitasi dan Non Kapitasi. Dana JKN
Kapitasi di Puskesmas Singkil Utara sebesar Rp. 673.734.167,- sedangkan dana JKN Non
Kapitasi digunakan untuk belanja pelayanan Rujukan Miskin dengan satu rujukan bernilai
sebesar Rp. 186.000,-.persalinan dengan biayan Rp 700.000,-.

Dana Bantuan Operasional Kesehatan non Fisik Puskesmas Singkil Utara tahun 2022
berjumlah Rp. 764.779.092.

Tabel 5.1 Sumber Pembiayaan Puskesmas Singkil Utara 2022

No Sumber Anggaran Realisasi % Sisa


Anggaran
(Rp) Rp %
1 Kapitasi 673.734.167 673.734.167 100 0
2 Non Kapitasi 118.790.000 0 0 0
3 BOK 764.779.092 764.779.092 100 14.667.442

Total 1.438.513.259 1.438.513.259 100 0

18
BAB VI
KESEHATAN KELUARGA

Kesehatan keluarga adalah pengetahuan tentang suasana sehat fisik, jasmani dan sosial
dari individu-individu yang ada dalam satu keluarga. Antara individu yang satu dengan lainnya
saling mempengaruhi dalam lingkaran siklus keluarga yang optimal. keluarga yang sehat adalah
suatu kondisi atau keadaan sejahtera baik secara fisik, mental, dan sosial yang kemudian
memungkinkan terciptanya keluarga utuh agar bisa hidup normal secara sosial maupun ekonomi.
Pembangunan keluarga dilakukan dalam upaya untuk mewujudkan keluarga berkualitas yang
hidup dalam lingkungan yang sehat. Kondisi kesehatan dari tiap anggota keluarga sendiri juga
merupakan salah satu syarat dari keluarga yang berkualitas, sebagaimana tercantum dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014 tentang Perkembangan

19
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, dan Sistem Informasi
Keluarga.
Keluarga sebagai komponen dari masyarakat berperan signifikan dalam mempengaruhi
status kesehatan. Keluarga berperan terhadap optimalisasi pertumbuhan, perkembangan serta
produktivitas seluruh anggotanya melalui pemenuhan kebutuhan gizi dan menjamin kesehatan
anggota keluarga. Ibu dan anak merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas
dalam penyelenggaraan upaya kesehatan, karena ibu dan anak merupakan kelompok yang rentan.
Hal ini terkait dengan fase kehamilan, persalinan dan nifas pada ibu dan fase tumbuh kembang
pada anak. Hal ini juga yang menjadi alasan pentingnya upaya kesehatan ibu dan anak menjadi
salah satu prioritas pembangunan kesehatan di Provinsi Aceh.
A. Kesehatan Ibu
Berikut ini di uraikan beberapa upaya kesehatan yang dilakukan selama beberapa tahun
terakhir, khususnya tahun 2022. Upaya kesehatan ibu meliputi upaya kesehatn pada ibu hamil,
melahirkan, nifas dan keluarga berencana.
1. Jumlah dan Angka Kematian Ibu
Angka kematian ibu (AKI) adalah jumlah kematian wanita pada saat hamil atau kematian
dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau
tempat persalinan. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat
keberhasilan upaya kesehatan ibu. AKI adalah rasio kematian ibu selama masa kehamilan,
persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau pengelolaannya
tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan atau terjatuh di setiap 100.000 kelahiran
hidup. Indikator ini juga mampu menilai derajat kesehatan masyarakat, dikarenakan sensitifitas
terhadap perbaikan pelayanan kesehatan baik dari sisi aksesibilitasi maupun kualitas. AKI di
Kecamatan Singkil Utara dari tahun 2022

20
Grafik 6.1 Jumlah Angka Kematian Ibu di UPTD
Puskesmas Singkil Utara Tahun 2021-2022
2.5

2
2
Angka Kematian Ibu
1.5

1 1

0.5

0
Tahun 2021 Tahun 2022

Sumber : Pengelola Program Ibu Kab. Aceh Singkil Tahun 2022


Jumlah kematian ibu di Kecamatan Singkil utara pada tahun 2022 turun menjadi 1 kasus
dengan angka 2 per 100.000 kelahiran hidup dari tahun 2021 dengan 2 kasus.
Upaya percepatan penurunan angka kematian ibu dapat dilakukan dengan menjamin
setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, seperti pelayanan
kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas pelayanan
kesehatan, perawatan setelah persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika
terjadi komplikasi, serta pelayanan keluarga berencana termasuk KB pasca persalinan.
2. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil
Pelayanan kesehatan ibu hamil diwujudkan melalui pemberian pelayanan antenatal
sekurang-kurangnya 6 kali selama masa kehamilan, dengan distribusi waktu minimal 3 kali pada
trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), 1 kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-
24 minggu), dan 2 kali pada trimester ketiga ( usia kehamilan 24 – 36 minggu). Standar waktu
pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan terhadap ibu hamil dan atau pun
janin, berupa deteksi dini faktor resiko, pencegahan dan penanganan dini komplikasi kehamilan.
Pelayanan kesehatan ibu hamil yang diberikan harus memenuhi jenis pelayanan sebagai berikut.

1. Penimbangan berat badan dan pengkuran tinggi badan


2. Pengukuran tekanan darah
3. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)

21
4. Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri)
5. Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisai TT.
6. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan
7. Penentuan presentase janin dan denyut jantung janin (DJJ).
8. Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling termasuk
keluarga berencana).
9. Pelayanan test laboratorium sederhana (minimal test Hb darah, pemeriksaan protein urine
dan pemerikasaan golongan darah)
10. Tatalaksana kasus sesuai indikasi.
Capaian pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan menggunakan indikator
cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan
antenatal pertama kali, dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun
waktu satu tahun.
Cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai
dengan standar paling sedikit 4 kali sesuai dengan jadwal yang dianjurkan, dibandingkan sasaran
ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Indikator tersebut memperlihatkan
akses pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam
memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan.

Grafik 6.2 Cakupan Pemeriksaan K4 di UPTD


Puskesmas Singkil Utara Tahun 2021-2022

89,4% Tahun 2021


100% Tahun 2022

Sumber : Pengelola Program Ibu Kab. Aceh Singkil Tahun 2022

22
Grafik di atas menunjukkan, terdapat penurunan persentase cakupan pelayanan cakupan
pelayanan kesehatan ibu hamil K-4. Capaian tertinggi berada di tahun 2021 dan turun lagi
ditahun 2022 dikarenakan Pandemi Covid 19 yang sempat membuat berhentinya pelayanan rutin
ANC pada ibu hamil saat pelaksaan posyandu. Dan factor lain yang mempengaruhi rendahnya
cakupan K-4 dikarenakan sasaran yang lebih besar dari jumlah real ibu hamil di lapangan, dan
masih rendahnya kesedaran ibu hamil untuk secara teratur memeriksakan kehamilannya.
Dalam hal ini, upaya promosi kesehatan sangat diperlukan untuk dapat meningkatkan
kesadaran serta kemandirian masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatannya dan dalam
pelaksanaan pelayanan kesehatan ibu hamil, kualitas pelayanan harus ditingkatkan di antaranya
pemenuhan semua komponen pelayanan kesehatan ibu hamil.
3. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin
Selain pada masa kehamilan, upaya lain yang dilakukan untuk menurunkan kematian ibu
dan kematian bayi yaitu dengan mendorong agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan terlatih yaitu dokter spesialis kebidanan dan kandungan (SpOG), dokter umum, dan
bidan, dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan. Keberhasilan program ini diukur melalui
indikator persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Permenkes Nomor 97 Tahun 2014 menyebutkan bahwa persalinan harus dilakukan di
fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes) tidak berarti adanya larangan bidan untuk melakukan
persalinan di luar fasilitas pelayanan kesehatan. Bidan dapat melakukan persalinan di luar
fasilitas pelayanan kesehatan jika fasilitas pelayanan kesehatan tersebut sulit dijangkau oleh
warga. Hal tersebut jelas dikatakan dalam Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2014. Ketentuan
ini muncul dengan dilatar belakangi adanya disparitas geografis di negara kita baik dari sisi alam
maupun transportasi yang tidak memungkinkan.

23
Grafik 6.3 Cakupan Pertolongan Persalinan
Nakes di Fasyankes di UPTD Puskesmas Singkil
Utara Tahun 2021-2022
101
100 100 %
99
98
97
96 95,2 %

95
94
93
92
Tahun 2021 Tahun 2022

Sumber : Pengelola Program KIA Puskesmas Singkil utara tahun 2022


Pada Tahun 2022 terdapat 100% persalinan yang di tolong oleh tenaga kesehatan (PN).
Sementara ibu hamil yang menjalani persalinan dengan di tolong oleh tenaga kesehatan di
fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes) sebesar 100%. Dengan demikian persalinan yang di
lakukan oleh tenaga kesehatan sudah sangat baik.

4. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas


Standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan.
Untuk mendeteksi komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan terhadap ibu nifas dengan
melakukan kunjungan nifas minimal tiga kali sesuai jadwal yaang dianjurkan, yaitu pada enam
jam sampai dengan tiga hari pasca persalinann, pada hari ke empat sampai dengan hari ke 28
pasca persalinan, dan pada hari ke 29 sampai dengan hari ke 42 pasca persalinan. Jenis
pelayanan kesehatan ibu nifas meliputi:
a. Pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas dan suhu)
b. Pemeriksaan tinggi puncak rahin (fundus uteri)
c. Pemeriksaan lokhia dan cairan per vagina lain.
d. Pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASI Ekslusif.
e. Pemberian Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) kesehatan ibu nifas dan bayi baru
lahir termasuk keluarga berencana.

24
f. Pelayanan keluarga berencana pasca persalinan.

Grafik 6.4 Cakupan Pelayanan Nifas di UPTD


Puskesmas Singkil Utara Tahun 2022

83%
94,8% Tahun 2021
Tahun 2022

Sumber : Pengelola Program Ibu Puskesmas Singkil Utara 2022


Dari grafik di atas dapat di lihat kunjungan nifas lengkap (KF-3) tahun 2022. Cakupan
kunjungan ibu nifas tertinggi pada tahun 2022 di terendah ada ditahun 2019 yaitu 70%. Dilihat
dari target SPM masih belum mencapai 100 %. Cakupan kunjungan nifas rendah berkaitan erat
dengan cakupan persalinan oleh nakes, semakin rendah cakupan persalinan nakes maka cakupan
pelayanan nifas akan semakin rendah. Rendahnya cakupan pelayanan nifas dikarenakan adanya
ibu nifas yang tidak melakukan kunjungan nifas sesuai standar minimal tiga kali kunjungan.

5. Persentase Ibu Nifas Mendapat Vitamin A


Dosis pemberian kapsul vitamin A pada ibu nifas cukup tinggi, yaitu sekitar 100,000-
200,000 SI atau setara dengan bayi yang membutuhkan vitamin A pada usia 6-11 bulan. Apabila
dosis pemberian tidak sesuai bisa berdampak buruk pada ibu nifas dan bayi yang masih dalam
tahap ASI. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas dianjurkan sebanyak 2 kali, yaitu 1
kapsul diberikan setelah melahirkan, dan 1 kapsul lagi setelah 24 jam dari pemberian kapsul
pertama. Pemberian vitamin A pada ibu nifas bermanfaat untuk meningkatakan kandungan
vitamin A dalam ASI, sehingga bayi lebih kebal dan jarang terserang penyakit infeksi, serta
mempercepat pemulihan ibu setelah melahirkan.

25
Grafik 6.5 Cakupan Ibu Nifas Mendapat Vit.A di
UPTD Puskesmas Singkil Utara
Tahun 2021 - 2022

Tahun 2021
Tahun 2022

94,8% 98%

Sumber : Pengelola Program Ibu Puskesmas Singkil Utara 2022


Pada grafik di atas dapat di lihat ada dua tahun terakhir hampir mencapai 100% dan pada
tahun 2020 cakupan hanya mencapai 72%. Pengaruh Capaian ini karena pandemi Covid yang
melanda dunia. Sehingga semua berpengaruh terhadap lini sektor termasuk juga bidang
kesehatan. Dan salah satu penyebab juga ada salah satu desa yang merupakan kawasan
perusahaan yang sama sekali orang luar tidak bisa masuk kesana selama masa pandemi ini,
termasuk kita tenaga kesehatan yang biasanya melakukan kegiatan UKBM disana dilarang
masuk kawasan mereka dan berinteraksi dengan mereka.
6. Persentase Cakupan Immunisasi Td Ibu Hamil dan WUS
Infeksi tetanus merupakan salah satu penyebab kematian ibu dan kematian bayi.
Kematian karena infeksi tetanus ini merupakan akibat dari proses persalinan yang tidak
aman/steril atau berasal dari luka yang diperoleh ibu hamil sebelum melahirkan. Sebagai upaya
mengendalikan infeksi tetanus yang merupakan salah satu faktor resiko kematian ibu dan
kematian bayi, maka dilaksanakan program imunisasi Tetanus Toksoid Difteri (Td) bagi Wanita
Usia Subur (WUS) dan ibu hamil.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi
mengamanatkan bahwa wanita usia subur dan ibu hamil merupakan salah satu kelompok
populasi yang menjadi sasaran dariimunisasi lanjutan. Imunisasi lanjutan merupakan ulangan
imunisasi dasar untuk mempertahankan tingkat kekebalan dan untuk memperpanjang usia
perlindungan.

26
Wanita usia subur yang menjadi sasaran imunisasi Td berada pada kelompok usia 15-39
tahun yang terdiri dari WUS hamil (ibu hamil) dan tidak hamil. Imunisasi lanjutan pada WUS
salah satunya dilaksanakan pada waktu melakukan pelayanan antenatal. Imunisasi Td pada WUS
diberikan sebanyak 5 dosis dengan interval tertentu, berdasarkan hasil screening mulai saat
imunisasi dasar bayi, lanjutan baduta, lanjutan BIAS serta calon pengantin atau pemberian
vaksin mengandung “T” pada kegiatan imunisasi lainnya. Pemberian dapat dimulai sebelum dan
atau saat hamil yang berguna bagi kekebalan seumur hidup.
Screening status imunisasi Td harus dilakukan sebelum pemberian menunjukkan wanita
usia subur telah mendapatkan imunisasi Td5 yang harus dibuktikan dengan buku KIA, rekam
medis atau kohort. Kelompok ibu hamil yang sudah mendapatkan Td2 sampai dengan Td5
dikatakan mendapatkan imunisasi Td2+.

Grafik 6.6 Cakupan Td Bumil di UPTD


Puskesmas Singkil Utara Tahun 2022

Tahun 2021
Tahun 2022

98%
89%

Sumber : Pengelola Program Ibu Puskesmas Singkil Utara Tahun 2022


Pada gambar di atas diketahui cakupan imunisasi status Td1 sampai Td5 pada wanita usia
subur di tahun 2022 menurun mencapai target yaitu 89% dari jumlah pada tahun sebelumnya di
Kecamatan Singkil utara.
7. Persentase Ibu Hamil yang mendapat tablet tambah darah
Pemberian zat besi atau tablet tambah darah merupakan salah satu syarat pelayanan
kesehatan K-4 pada ibu hamil. Jumlah suplemen zat besi diberikan sebanyak 90 tablet (Fe3). Zat
besi merupakan mineral yang dibutuhkan tubuh untuk membentuk sel darah merah
(Hemoglobin), dan berperan sebagai salah satu komponen dalam membentuk mioglobin (protein
yang membawa oksigen ke otot), kolagen (protein yang terdapat pada tulang, tulang rawan, dan
jaringan penyambung), serta enzim. Zat besi juga berfungsi dalam sistem pertahanan tubuh.

27
Pada ibu hamil, zat besi memiliki peranan yang cukup penting untuk pertumbuhan janin.
Selama kehamilan, volume darah pada tubuh ibu meningkat, sehingga untuk dapat tetap
memenuhi kebutuhan ibu dan menyuplai makanan serta oksigen pada janin, dibutuhkan asupan
zat besi yang lebih banyak. Kebutuhan kandungan zat besi pada ibu hamil adalah sekitar 800 mg.
Kebutuhan tersebut terdiri dari 300 mg yang dibutuhkan untuk janin dan 500 mg untuk
menambah masa hemoglobin maternal.
Asupan zat besi yang diberikan ibu hamil kepada janinnya melalui plasenta akan
digunakan janin untuk kebutuhan tumbuh kembangnya, termasuk perkembangan otak, sekaligus
menyimpan dalam hati sebagai cadangan hingga bayi berusia 6 bulan. Zat besi juga membantu
dalam mempercepat proses penyembuhan luka, khususnya luka yang timbul dalam proses
persalinan. Kekurangan zat besi sejak sebelum kehamilan dapat mengakibatkan ibu hamil
menderita anemia. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko kematian pada saat melahirkan,
melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, janin dan ibu mudah terkena infeksi,
keguguran, dan meningkatkan resiko bayi lahir prematur. Persentase ibu hamil mendapat tablet
tambah darah di Kecamatan Singkil utara sebesar pada tahun 2020 sebesar 57%.

Grafik 6.7 Cakupan Fe3 Bumil di UPTD


Puskesmas Singkil Utara Tahun 2022

77 %
89,4% Tahun 2021
Tahun 2022

Sumber : Pengelola Program Ibu Puskesmas Singkil Utara Tahun 2022

8. Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan

28
Komplikasi kebidanan adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas serta
janin dalam kandungan baik langsung maupun tidak langsung, termasuk penyakit menular dan
tidak menular yang dapat mengancam jiwa ibu dan atau janin yang tidak disebabkan oleh
trauma/ kecelakaan. Diperkirakan sekitar 20% kehamilan akan mengalami komplikasi
sehingga perlu dilakukan upaya-upaya untuk penanganan komplikasi tersebut agar kematian ibu
dan bayi dapat dicegah. Dalam memberikan pelayanan khususnya oleh tenaga bidan di desa dan
puskesmas terhadap ibu hamil yang memiliki resiko tinggi (resti) dan memerlukan pelayanan
kesehatan, dikarenakan terbatasnya kemampuan dalam memberikan pelayanan maka kasus
tersebut perlu dilakukan upaya rujukan ke unit pelayanan kesehatan yang memadai. Cakupan
penanganan komplikasi kebidanan yang ditangani pada tahun 2022 dapat dilihat pada gambar
berikut ini.

Grafik 6.8 Cakupan Penanganan komplikasi


kebidanan di UPTD Puskesmas Singkil Utara
Tahun 2022

98%

Sumber : Pengelola Program Ibu Puskesmas Singkil Utara Tahun 2022


Cakupan komplikasi kebidanan dihitung dengan jumlah komplikasi yang ditangani di
bagi jumlah sasaran ibu hamil resiko tinggi dikalikan 100%, dimana angka capaian sebesar 98%
pada tahun 2022, jika dilihat dari target yang dicapai sudah sangat bagus, semua ibu hamil
dengan kompilkasi kebidanan mendapat penanganan medis.

9. Persentase Peserta KB Aktif

29
Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 2014 menyebutkan bahwa program keluarga berencana
(KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur
kehamilan, melalui promosi, perlindungan, bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga yang berkualitas. KB juga merupakan salah satu cara yang paling efektif
untuk meningkatkan ketahanan keluarga, kesehatan serta keselamatan ibu dan anak, dan juga
perempuan. Pelayanan KB meliputi penyediaan informasi, pendidikan, dan cara-cara bagi
keluarga untuk dapat merencanakan kapan akan mempunyai anak, berapa jumlah anak, berapa
tahun jarak usia antar anak, serta kapan akan berhenti mempunyai anak. Peserta KB Aktif
adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang saat ini menggunakan salah satu alat kontrasepsi tanpa
diselingi kehamilan. Cakupan peserta KB aktif tingkat Puskesmas Singkil Utara
0,4%

3,9%
0,4% 0%

Kondom
Suntik
PIL
20,1% AKDR
MOP
MOW
Implan

74,2%

Grafik 6.9 Pengelolaan Program KB di Puskesmas Singkil Utara


Sumber : Pengelola Program KB Puskesmas Singkil Utara Tahun 2022
Dari grafik di atas terlihat cakupan ekseptor terendah adalah MOW yang hanya mencapai
0% dari cakupan KB yang tertinggi adalah Suntik sebesar 74,2%.

B. Kesehatan Anak
Sejak janin dalam kandungan sampai berusia 18 tahun upaya kesehatan anak telah
dilakukan. Upaya kesehatan ini bertujuan untuk mempersiapkan generasi akan datang yang
sehat, cerdas, berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian anak.
1. Jumlah dan Angka Kematian Neonatal per-1.000 Kelahiran Hidup

30
Angka Kematian Neonatal (AKN) adalah kematian yang terjadi sebelum bayi berumur satu
bulan atau 29 hari per 1.000 kelahiran hidup pada satu tahun yang sama.
Kematian neonatal umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir
yang diperoleh dari masa konsepsi sampai dengan proses persalinan. Oleh karena itu program
pelayanan antenatal perlu dioptimalkan, seperti program pemberian tablet Fe3 pada ibu hamil,
pemberian imunisasi Td pada ibu hamil, dan eliminasi penularan HIV, Sifilis dan Hepatitis B
dari ibu ke anak.
Klasifikasi kematian neonatal dibagi menjadi dua, yaitu kematian neonatus dini (early
neonatal deaths) adalah kematian bayi yang terjadi pada masa 7 hari kehidupan pertama (0-6
hari) dan kematian neonatus lanjut (late neonatal deaths) yaitu kematian bayi yang terjadi pada
masa setelah 7 hari hingga mencapai 28 hari kehidupan.
Grafik 6.9 Jumlah Angka Kematian Bayi di UPTD Puskesmas Singkil Utara
Tahun 2021-2022
6
5
5

3
Series 3

1
1

0
Tahun 2021 Tahun 2022

Sumber : Pengelola Program Anak Puskesmas Singkil Utara 2022


Jumlah Kematian bayi tahun 2022 meningkat sebesar 5 orang dengan angka kematian 3
per 1000 kelahiran hidup dan jumlah lahir hidup sebanyak 251 jiwa. Salah satu faktor yang dapat
menyebabkan penurunan angka kematian bayi yaitu adanya pemerataan pelayanan kesehatan dan
fasilitas serta terlaporkan kasus-kasus kematian.
Angka kematian bayi merupakan indikator yang digunakan untuk menentukan derajat
kesehatan masyarakat. Berbagai upaya dilakukan dalam rangka menurunkan angka kematian
bayi, diantaranya pemerataan pelayanan kesehatan beserta fasilitasnya. Hal ini disebabkan AKB
sangat sensitif terhadap perbaikan pelayanan kesehatan, selain itu perbaikan kondisi

31
perekonomian yang tercermin dengan pendapatan masyarakat yang meningkat juga dapat
berkontribusi melalui perbaikan gizi yang berdampak pada daya tahan terhadap infeksi penyakit.

2. Cakupan Kunjungan Neonatal (KN-1) dan KN Lengkap


Pada masa neonatal terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan di dalam rahim
dan terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem. Bayi hingga usia kurang satu bulan
merupakan golongan umur yang memiliki resiko gangguan kesehatan paling tinggi dan berbagai
masalah kesehatan bisa muncul. Beberapa upaya kesehatan dilakukan untuk mengendalikan
resiko pada kelompok ini diantaranya dengan mengupayakan agar persalinan dilakukan oleh
tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan serta menjamin tersedianya pelayanan kesehatan sesuai
standar pada kunjungan bayi baru lahir.
Indikator yang menggambarkan upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi
resiko kematian pada periode neonatal adalah cakupan Kunjungan Neonatal Pertama atau KN-1.
Pelayanan dalam kunjungan ini (Manajemen Terpadu Balita Muda) antara lain meliputi termasuk
konseling perawatan bayi baru lahir, ASI eksklusif, pemberian vitamin K1 injeksi dan Hepatitis
B 0 injeksi.
Selain KN-1, indikator yang menggambarkan pelayanan kesehatan bagi neonatal adalah
Kunjungan Neonatal Lengkap (KN lengkap) yang mengharuskan setiap bayi baru lahir
memperoleh pelayanan kunjungan neonatal minimal 3 kali yaitu pada umur 6-48 jam, umur 3-7
hari, dan umur 8-28 hari.

Grafik 6.11 Pelayanan Kunjungan Neonatal


32
100.5 100%

100

99.5
KN1
KN Lengkap
99 98,8%

98.5

98

Sumber : Pengelola Program Anak Puskesmas Singkil Utara Tahun 2022


Cakupan KN-1 Puskesmas Singkil Utara Tahun 2022 sebesar 100%, capaian ini sudah
memenuhi target renstra puskesmas yang sebesar 100%. Sedangkan cakupan KN sebesar 98,8%
sudah mencapai target juga.
3. Persentase Bayi di beri ASI Ekslusif
Di awal hidupnya, bayi membutuhkan nutrisi yang kuat untuk pertumbuhannya. ASI
adalah cairan biologis kompleks yang mengandung semua nutrien yang diperlukan tubuh anak.
Sifatnya yang sangat mudah diserap tubuh bayi, menjadikannya nutrisi utama yang paling
memenuhi persyaratan untuk tumbuh kembang bayi.
WHO merekomendasikan pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan dan
dilanjutkan sampai usia 24 bulan. Mulai umur 6 bulan bayi mendapatkan makanan pendamping
ASI yang bergizi sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembangnya. Menyusui secara eksklusif
adalah tidak memberikan bayi makanan dan minuman lain, termasuk air putih, selain menyusui
(kecuali obat-obatan, vitamin/mineral tetes dan ASI perah).

33
Grafik 6.12 Cakupan Asi Ekslusif di UPTD
Puskesmas Singkil Utara

69%
82% Tahun 2021
Tahun 2022

Sumber : Pengelola Program Gizi Puskesmas Singkil utara Tahun 2022


Cakupan Asi Ekslusif di Kecamatan Singkil Utara pada tahun 2022 sebesar 82%,
meningkat dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 75 %.

4. Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi


Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan sesuai standar oleh tenaga kesehatan (dokter,
bidan dan perawat) minimal 4 kali dalam setahun, yaitu satu kali pada umur 29 hari - 3 bulan, 1
kali pada umur 3 - 6 bulan, 1 kali padaumur 6 - 9 bulan dan 1 kali pada umur 9 - 11 bulan.
Pelayanan kesehatan yang diberikan meliputi imunisasi dasar (BCG, DPT/HB1-3, Polio
1-4 dan campak), stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) bayi dan
penyuluhan perawatan kesehatan bayi. Indikator ini merupakan penilaian terhadap upaya
peningkatan akses bayi memperoleh pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin
adanya kelainan atau penyakit, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit serta
peningkatan kualitas hidup bayi.
Cakupan pelayanan kesehatan bayi pada tahun 2020 sebesar 76 %; dimana pelayanan
diberikan pada 277 bayi dari sasaran bayi sebanyak 277. Cakupan pelayanan kesehatan bayi
tahun 2020 menuru9 dibanding tahun 2018 dimana cakupan kunjungan bayi 98%. Beberapa
upaya untuk meningkatkan cakupan antara lain adalah melakukan pelayanan kesehatan bayi pada
seluruh bayi yang ada di wilayah kerja. Serta melakukan sweeping atau kunjungan rumah untuk
sasaran bayi yang tidak datang berkunjung saat hari buka layanan kesehatan bayi.

34
5. Cakupan Imunisasi Campak/MR Pada Bayi
Undang - Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa setiap anak
berhak memperoleh imunisasi dasar sesuai dengan ketentuan. Imunisasi dilakukan untuk
mencegah terjadinya penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pemerintah wajib
memberikan imunisasi lengkap kepada setiap bayi dan anak. Penyelenggaraan imunisasi ini
tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2017 yang diundangkan tanggal
11 April 2017.
Setiap bayi (usia 0-11 bulan) diwajibkan mendapatkan imunisasi dasar lengkap yang
terdiri dari 1 dosis Hepatitis B, 1 dosis BCG, 3 dosis DPT-HBHiB, 4 dosis polio tetes, dan 1
dosis campak/MR. Dari imunisasi dasar yang diwajibkan, campak/MR menjadi salah satu jenis
imunisasi yang mendapat perhatian lebih. Hal ini terkait dengan realita bahwa campak menjadi
salah satu penyebab utama kematian pada balita dan infeksi rubela menyebabkan cacat bawaan
pada bayi-bayi yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi rubela.
Cakupan imunisasu campak/MR pada bayi di Kabupaten Aceh Singkil tahun 2022
,87,1%, adapun cakupan imunisasi dasar lengkap sebesar 92,9%.

Grafik 6.13 Cakupan Imunisasi MR di UPTD


Puskesmas Singkil Utara Tahun 2022

Tahun 2021
Tahun 2022

92,9% 84,6%

6. Cakupan Pemberian vitamin A pada Bayi, Balita dan Anak Balita


Sasaran pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi adalah bayi (umur 6-11 bulan)
diberikan kapsul vitamin A 100,000 SI, anak balita (umur 1-4 tahun) diberikan kapsul vitamin A
200,000 SI, dan ibu nifas diberikan kapsul vitamin A 200.000 SI, sehingga bayinya akan
memperoleh vitamin A yang cukup melalui ASI. Pada bayi (6-11 bulan) diberikan setahun sekali
pada bulan Februari atau Agustus, dan anak balita enam bulan sekali, yang diberikan secara
serentak pada bulan Februari dan Agustus. Sedangkan pemberian kapsul vitamin A pada ibu

35
nifas diharapkan dapat dilakukan terintegrasi dengan pelayanan kesehatan ibu nifas atau dapat
diberikan di luar pelayanan tersebut selama ibu nifas belum mendapatkan kapsul vitamin A.
Cakupan pemberian vitamin A pada bayi di Kecamatan Singkil Utara sebesar 96%
sedangkan cakupan pada balita (6-59 bulan) sebesar 95% dan cakupan pada anak balita (12-59
bulan) sebesar 94%.

Grafik 6.14 Persentase cakupan Vitamin A Pada


Bayi,Balita dan Anak Balita di UPTD Puskesmas
Singkil Utara Tahun 2022
84.5

84
Persentase cakupan Vitamin A
83.5 Pada Bayi,Balita dan Anak Balita2

83

82.5

82

81.5
Bayi Balita Anak Balita

Sumber : Pengelola Program Gizi Puskesmas Singkil utara Tahun 2022

7. Cakupan Pelayanan Kesehatan Balita


Pelayanan kesehatan balita adalah pelayanan kesehatan anak berusia 0-59 bulan sesuai
standar meliputi pelayanan kesehatan balita sehat dan pelayanan kesehatan balita sakit.
Pelayanan kesehatan balita sehat adalah pelayanan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan
dengan menggunakan buku KIA dan skrining tumbuh kembang, meliputi pelayanan kesehatan
pada balita usia 0 - 11 bulan, pelayanan kesehatan balita usia 12-23 bulan dan pelayanan
kesehatan balita usia 24-59 bulan. Sedangkan pelayanan kesehatan balita sakit adalah pelayanan
pada balita menggunakan pendekatan manajemen terpadu balita sakit (MTBS). Cakupan
pelayanan kesehatan balita di kabupaten Aceh Singkil disajikan pada garafik berikut ini.
Pelayanan Kesehatan balita adalah pelayanan kesehatan pada anak umur 12-59 bulan
dalam upaya meningkatkan kualitas hidup anak balita diantaranya adalah melakukan pemantauan
pertumbuhan dan perkembangan serta stimulasi tumbuh kembang pada anak dengan
menggunakan instrumen SDIDTK, pembinaan posyandu, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD),
konseling keluarga pada kelas ibu balita dengan pemanfaatan buku KIA, perawatan anak balita

36
dengan pemberian ASI sampai 2 (dua) tahun, makanan gizi seimbang dan vitamin A. Pemberian
pelayanan pada anak balita ini diberikan minimal 8 (delapan) kali.
Cakupan Pelayanan Kesehatan pada balita tahun 2020 adalah 38,3%, Dimana pelayanan
kesehatan balita diberikan pada 529 dari 1.382 balita (sasaran SUPAS). Cakupan ini menurun
jika dibandingkan tahun 2019 dimana berhasil mencapai 38%.

8. Persentase Balita Ditimbang


Deteksi dini kasus gizi kurang dan gizi buruk dapat dilakukan melalui penimbangan
balita. Dengan rutin menimbang, pertumbuhan balita dapat dipantau secara intensif. Hal ini
dimaksudkan apabila berat badan anak tidak naik atau jika ditemukan penyakit, dapat segera
dilakukan upaya pemulihan dan pencegahan, agar tidak menjadi gizi kurang atau gizi buruk.
Penimbangan balita dapat dilakukan di berbagai tempat seperti posyandu, polindes, puskesmas
atau sarana pelayanan kesehatan lainnya.
Cakupan persentase balita ditimbang tahun 2022 sebesar 90,2 %. Cakupan ini meningkat
dibandingkan tahun sebelumnya.

Grafik 8.8 Persentase Pasien Balita Yang di


Timbang di UPTD Puskesmas Singkil Utara
Tahun 2021 - 2022

Tahun 2021
Tahun 2022

86,6%
90,2%

9. Persentase Balita Gizi Kurang (BB/Umur), Pendek (TB/Umur), dan Kurus


(BB/TB)
Pengukuran status gizi didasarkan atas Standar World Health Organization (WHO, 2005)
yang telah ditetapkan pada Keputusan Menteri Kesehatan No 1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang
Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Menurut standar tersebut, status gizi balita

37
dapat diukur berdasarkan tiga indeks, yaitu berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan
menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Gizi kurang dan gizi
buruk merupakan status gizi yang didasarkan pada indeksberat badan menurut umur (BB/U).
Pendek dan sangat pendek atau yang sering disebut stunting adalah status gizi yang
berdasarkan pada indeks tinggi badan menurut umur (TB/U).
Untuk status gizi yang ditampilkan dalam profil ini menggunakan indikator Berat Badan
menurut Umur balita (BB/U). Indikator status gizi berdasar indeks BB/U memberikan indikasi
masalah gizi secara umum. Indikator ini tidak memberikan indikasi tentang masalah gizi yang
sifatnya kronis ataupun akut karena berat badan berkorelasi positif dengan umur dan tinggi
badan.
Jumlah balita di UPTD Puskesmmas Singkil Utara pada tahun 2022 sebesar 996 balita
sedangkan yang ditimbang (D) 904 balita. Untuk mengukur prevalensi gizi kurang dan gizi lebih
menggunakan denominator D’ bukan D. D’ adalah jumlah balita ditimbang yang telah terkoreksi
dengan jumlah balita baru (B) ditambah dengan balita yang tidak ditimbang bulan lalu (O).
Jumlah Balita Gizi Kurang tahun 2022 sebanyak 25 (2,5%).

Selanjutnya indikator status gizi balita yang kedua yaitu


menggunakan Tinggi Badan menurut Umur (TB/U). Hambatan pertumbuhan pada tinggi badan
berlangsung pada kurun waktu yang cukup lama. Oleh karena itu indikator status gizi berdasar
indeks TB/U memberikan indikasi masalah gizi yaitu balita pendek (stunting). Terdapat balita
pendek di UPTD Puskesmas Singkil Utara tahun 2022 sebesar 56 0rang. Menurut beberapa
penelitian, kejadian stunted (pendek dan sangat pendek) pada anak dipengaruhi oleh beberapa
faktor tidak langsung gizi ibu sebelum dan selama kehamilan. Ibu hamil dengan gizi kurang akan
menyebabkan janin mengalami intrauterine growth retardation (IUGR), sehingga bayi akan
lahir dengan kondisi kurang gizi dan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
Balita kurus di UPTD Puskesmas Singkil Utara tahun 2022 sebesar 25 (2,5%). Kondisi
ini dapat disebabkan karena pola asuh yang kurang begitu baik yaitu pola asuhan, pola makan
dan BBLR. Penanganan balita kurus yang sudah dilakukan adalah dengan Pemberian Makanan
Tambahan (PMT), kegiatan TPG (Taman Pemulihan Gizi).

38
BAB VII
PENGENDALIAN PENYAKIT

Pengendalian penyakit yang akan dibahas pada bab ini adalah pengendalian penyakit menular
dan tidak menular. Pengendalian penyakit sebagai upaya penurunan insidens, prevalens,
morbiditas atau mortalitas dari suatu penyakit mempunyai peranan penting untuk mengukur
derajat kesehatan masyarakat. Indikator yang digunakan adalah angka kesakitan dan kematian
penyakit.
Penyakit menular meliputi penyakit menular langsung, penyakit yang dapat dikendalikan
dengan imunisasi dan penyakit yang ditularkan melalui binatang. Penyakit tidak menular
meliputi upaya pencegahan dan deteksi dini penyakit tidak menular tertentu.
A. Penyakit Menular Langsung
1. Tuberkulosis
Penyakit Tuberkulosis (TB) adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis infeksi. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan
waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru (90%)
dibandingkan bagian lain tubuh manusia. Gejala linik dibagi menjadi 2 golongan yaitu
respiratorik dan gejala sistemik. Gejala respiratorik yaitu batuk kurang lebih 3 minggu, batuk
darah, sesak nafas dan kadang nyeri dada. Gejala sistemik yaitu demam, menggil, keringat
malam, anoreksia dan berat badan menurun. Pemeriksaan bakteriologik untuk menemukan
kuman tuberkulosis mempunyai arti yang sangat penting untuk menegakkan diagnosis.
Pengobatan tuberkulosis atau obat anti tuberkulosis (OAT) terbagi menjadi 2 fase yaitu fase
intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan

Tuberkulosis atau TBC merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis. Beberapa spesies Mycobacterium, antara lain : M. tuberculosis, M.
africanum, M. bovis, M. Leprae.
Tuberkulosis masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang menjadi tantangan
global. Selain itu terdapat pula tantangan yang perlu menjadi perhatian yaitu meningkatnya kasus
TB-MDR, TB-HIV, TB dengan DM, TB pada anak dan masyarakat rentan lainnya. Hal ini
mendorong pengendalian tuberkulosis terus melakukan intensifikasi, akselerasi, ekstensifikasi
dan inovasi program.

39
Pada tahun 1995, program pengendalian TB mulai menerapkan strategi pengobatan
jangka pendek dengan pengawasan langsung (DOTS), sejak tahun 2000 strategi DOTS
dilaksanakan nasional di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan dasar terutama puskesmas. Beban
penyakit yang disebabkan oleh tuberkulosis dapat diukur denganinsidens, prevalensi dan
mortalitas/kematian.

Persentase orang terduga tuberkulosis mendapatkan pelayanan tuberkulosis sesuai standar


di Kabupaten aceh Singkil sebesar 10,4% dengan jumlah terduga tuberkulosis sebanyak 1997
kasus.

Jumlah kasus tuberkulosis pada tahun 2022 ditemukan sebanyak 19 kasus. Dan dari 12
kasus tersebut semua tertangani dengan baik dengan persentase penanganan sebesar 63,2%.
Pengobatan merupakan salah satu upaya efektif dalam pengendalian dan memutuskan
mata rantai penyakit Tuberkulosis. Indikator yang digunakan sebagai evaluasi pengobatan yaitu
angka keberhasilan pengobatan (Success Rate/SR). Angka ini dibentuk dari penjumlahan Angka
Kesembuhan (Cure Rate) Tuberkulosis Terkonfirmasi Bakteriologis dan Angka Pengobatan
Lengkap (Complete Rate) semua kasus Tuberkulosis. Jumlah semua kasus Tuberkulosis terdaftar
dan diobati sebanyak 19 kasus dengan jumlah kasus Tuberkulosisi paru terkonfirmasi
bakteriologis yang terdaftar dan diobati sebanyak 15 kasus. Angka kesembuhan ( Cure Rate )
Tuberkulosis paru terkonfirmasi bakteriologis sebanyak 13 kasus (95%), dengan angka
pengobatan lengkap ( Complete Rate ) semua kasus Tuberkulosis sebanyak 10 kasus (96%)
sehingga dapat diketahui angka keberhasilan pengobatan (Success Rate ) semua kasus
Tuberkulosis sebanyak 12 kasus (97%).

40
Gambar 7.1 Jumlah Angka Kesembuhan Pasien
TB Paru di UPTD Puskesmas Singkil Utara
Tahun 2021 - 2022

Tahun 2021
Tahun 2022

63,20%
78%

2. HIV dan AIDS


HIV (Human Immunodeficiency Virus) yaitu virus yang menyerang sistem kekebalan
tubuh, menyebabkan penderita mengalami penurunan kekebalan sehingga sangat mudah untuk
terinfeksi berbagai macam penyakit lain. AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) adalah
sekumpulan gejala berkurangnya kemampuan pertahanan diri yang disebabkan oleh masuknya
virus HIV.
Jumlah HIV positif yang ada di masyarakat dapat diketahui melalui Layanan Konseling
dan Tes HIV baik secara sukarela (Konseling dan Tes Sukarela/KTS) maupun atas dasar Tes atas
Inisiatif Pemberi layanan kesehatan dan Konseling (TIPK). Sedangkan prevalensi HIV pada
suatu populasi tertentu dapat diketahui melalui metode sero survey, dan Survei Terpadu Biologis
dan Perilaku (STBP). Kasus AIDS tahun 2022 tidak dijumpai di kecamatan Singkil Utara atau
bisa dikatakan bebas HIV dan AIDS
3. Diare
Menurut WHO pengertian diare adalah buang air besar dengan konsistensi cair
(mencret) sebanyak 3 kali atau lebih dalam sehari (24 jam), dua kriteria yang penting yang
harus ada yaitu BAB cair dan sering. Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang
berbasis lingkungan, dimana sarana air bersih dan buang air besar serta perilaku manusia yang
tidak sehat merupakan faktor dominan penyebab penyakit tersebut. Peningkatan kasus sangat
dipengaruhi oleh adanya perubahan cuaca/musim, terutama terhadap ketersediaan air bersih di
masyarakat.

41
Penyakit Diare merupakan penyakit endemis potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) yang
sering disertai dengan kematian. Target cakupan pelayanan penderita Diare Balita yang datang
ke sarana kesehatan adalah 20% dari perkiraan jumlah penderita Diare Balita (Insidens Diare
Balita dikali jumlah Balita di satu wilayah kerja dalam waktu satu tahun). Tahun 2022 jumlah
penderita diare Balita yang dilayani sebanyak 843 atau 12,6% dari perkiraan diare di sarana
kesehatan.
Target cakupan pelayanan penderita Diare semua umur yang datang ke sarana kesehatan
adalah 10% dari perkiraan jumlah penderita diare semua umur ( Insidens Diare semua umur
dikali jumlah penduduk di satu wilayah dalam waktu satu tahun).

Cakupan penanganan diare pada kecamatan di Kabupaten Aceh Singkil belum maksimal,
masih banyak terjadinya kasus diare yang belum mendapatkan pelayanan yang memadai. Salah
satu penyebab diare pada masyarakat adalah perilaku hidup sehat yang belum baik, masih
banyak sampah yang dibuang bukan pada tempatnya dan kebiasaan minum air mentah serta
makan yang tidak di dahului dengan mencuci tangan terlebih dahulu.

4. Kusta
Penyakit kusta disebut juga sebagai penyakit lepra atau penyakit hansen yang disebabkan
oleh bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri ini mengalami pembelahan cukup lama antara 2 – 3
minggu. Daya tahan hidup kuman kusta mencapai 9 hari di luar tubuh manusia. Kuman kusta
memiliki masa inkubasi 2 – 5 tahun bahkan juga memakan waktu lebih dari 5 tahun. Pada tahun
2022 tidak terdapat kasus
B. Penyakit Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
1. Acute Flaccid Paralysys (AFP) non Polio Per 100.000 Penduduk <15 tahun
Acute Flaccid Paralysis (AFP) yaitu kelumpuhan pada anak berusia <15 tahun yang
bersifat layuh (flaccid) terjadi secara akut atau mendadak (<14 hari) dan bukan disebabkan oleh
ruda paksa.
AFP non Polio merupakan jumlah kasus yang ditemukan diantara 100,000 penduduk
berusia <15 tahun di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Kementerian kesehatan
menetapkan non polio AFP rate minimal 2/100,000 populasi penduduk usia <15 tahun. Pada
tahun 2022 tidak ditemukan kasus AFP non polio di Puskesmas Singkil Utara.
2. Difteri
42
Penyakit difteri dapat menyerang orang yang tidak mempunyai kekebalan, terutama
anak-anak (1-10 tahun). Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae ini
ditandai dengan adanya peradangan pada selaput saluran pernafasan bagian atas, hidung dan
kulit. Pada tahun 2022 tidak ditemukan kasus Difteri.
3. Campak
Campak merupakan penyakit yang sangat menular dari genus Morbillivirus dan termasuk
golongan Paramyxovirus. Campak disebut juga morbili atau measles. Penularan campak melalui
udara yang telah terkontaminasi oleh droplet (ludah) orang yang telah terinfeksi. Kelompok anak
usia prasekolah dan usia SD merupakan kelompok rentan tertular penyakit campak. Seseorang
yang pernah menderita penyakit campak akan mendapatkan kekebalan terhadap penyakit
tersebut seumur hidup.

4. Penyakit Potensial KLB/Wabah


Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu
tertentu dan merupakan keadaan yang dapat menjurs pada terjadinya wabah.
a) Covid 19
Pada tahun 2022, Covid-19 dinyatakan sebagai KLB. Tercatat sebanyak 12 kasus
positif dengan jumlah kasus meninggal sebanyak 1 orang.Sedangkan di tahun 2021 tercatat
lebih banyak kasus yang positif dengan jumlah 33 kasus.

Gambar 7.2 Jumlah Penderita Pasien Covid 19


di UPTD Puskesmas Singkil Utara Tahun 2021 -
2022

Tahun 2021
Tahun 2022

12
33

43
C. Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik
1. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang ditularkan melalui gigitan nyamuk dari
genus Aedes, terutama Aedes aegypti atau Aedes albopictus dapat muncul sepanjang tahun dan
dapat menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan,
iklim, mobilisasi yang tinggi, kepadatan penduduk, perluasan perumahan dan perilaku
masyarakat.
Kasus DBD di Puskesmas singkil utara tahun 2022 cenderung menurun dengan jumlah 4
kasus. Jumlah tersebut menurun dari tahun sebelumnya yaitu 16 kasus.
Grafik 7.1 Jumlah Kasus Penderita Penyakit DBD di UPTD Puskesmas Singkil Utara
Tahun 2021 – 2022

18

16

14

12

10

0
Tahun 2021 Tahun 2022

2. Malaria
Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan plasmodium, yaitu mahluk hidup
bersel satu, termasuk ke dalam kelompok protozoa. Malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk
Anopheles betina yang mengandung Plasmodium di dalamnya. Penyakit ini menyerang semua
kelompok umur baik laki-laki maupun perempuan. Orang yang terkena malaria akan memiliki
gejala : demam, menggigil, berkeringat, sakit kepala, mual atau muntah. Penderita yang

44
menunjukkan gejala klinis diharuskan menjalani tes laboratorium untuk mengkonfirmasi status
positif malarianya.
Morbiditas ,alara pada suatu wilayah ditentukan dengan Annual Parasite Incidence (API)
pertahun. API merupakan jumlah kasus positif malaria per 1.000 penduduk dalam satu tahun.
Pada tahun 2022 Tidak ditemukan penderita malaria di Puskesmas Singkil utara.
Penemuan kasus malaria dilakukan berdasarkan pemeriksaan darah dan pemeriksaan
lainnya terhadap orang yang menunjukkan gejala klinis malaria. Sebesar 96% suspek malaria di
periksa secara laboratorium (Rapid Diagnostic Test dan Mikroskop). Persentase pengobatan
standar kasus malaria positif sebesar 96%. Pengobatan malaria dilakukan dengan pemberian
ACT (Artemicin-based Combination Therapy) pada 24 jam pertama pasien panas dan obat harus
diminum habis.
3. Filariasis
Filariasis adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan
ditularkan melalui nyamuk. Penyakit ini menginfeksi jaringan limfe (getah bening). Filariasis
menular melalui gigitan nyamuk yang mengandung cacing filaria dalam tubuhnya. Dalam tubuh
manusia, cacing tersebut tumbuh menjadi cacing dewasa dan menetap di jaringan limfe sehingga
menyebabkan pembengkakan di kaki, tungkai, payudara, lengan dan organ genital.
Di Puskesmas Singkil utara tahun 2022 tidak di temukan kasus filariasis.
D. Penyakit Tidak Menular
Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyebab kematian hampir 70% di dunia.
PTM merupakan penyakit kronis yang tidak ditularkan dari orang ke orang. PTM diantaranya
adalah penyakit jantung, stroke, kanker, diabetes, dan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK).
PTM menunjukkan adanya kecenderungan semakin meningkat dari waktu ke waktu. Perubahan
pola penyakit tersebut sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan, perilaku masyarakat,
transisi demografi, sosial ekonomi dan sosial budaya.
Berdasarkan UU RI No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan upaya pencegahan dan
pengendalian PTM merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Upaya kesehatan tersebut dilakukan melalui kegiatan promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitative bagi individu dan masyarakat.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dilakukan untuk mengendalikan faktor resiko PTM
melalui perilaku CERDIK, yaitu Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin
aktivitas fisik, Diet sehat seimbang, Istirahat yang cukup, dan Kelola stres. Cek kesehatan secara
45
berkala dapat dilakukan melalui Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM yang ada di
desa/kelurahan dan di Puskesmas. Upaya pengendalian PTM tidak akan berhasil jika hanya
dilakukan oleh Dinas Kesehatan tanpa dukungan seluruh jajaran lintas sektor, baik pemerintah,
swasta, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, bahkan seluruh lapisan masyarakat.
1. Persentase Penderita Hipertensi mendapat Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan penderita hipertensi merupakan pelayanan kesehatan sesuai standar
kepada seluruh penderita hipertensi usia 15 tahun ke atas sebagai upaya pencegahan sekunder di
wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun meliputi :
1) Pengukuran tekanan darah dilakukan minimal satu kali sebulan di fasilitas pelayanan
kesehatan
2) Edukasi perubahan gaya hidup dan/atau kepatuhan minum obat.
Pada tahun 2022 jumlah penderita hipertensi di Kecamatan Singkil Utara yang mendapat
pelayanan kesehatan sesuai standar sebanyak 100%, dengan jumlah pasien sebanyak 476 pasien

Gambar 7.3 Persentase Penderita Hipertensi


Yang di Layani di UPTD Puskesmas Singkil Utara
Tahun 2021 - 2022

Tahun 2021
Tahun 2022

81,40%
100%

2. Persentase penderita DM mendapat pelayanan kesehatan


Pelayanan kesehatan penderita DM adalah pelayanan kesehatan sesuai standar kepada
seluruh penderita Diabetes Melitus (DM) usia 15 tahun ke atas sebagai upaya pencegahan
sekunder di wilayah kerjanya dalam kurun waktusatu tahun. Meliputi pengukuran gula darah

46
dilakukan minimal satu kali sebulan di fasilitas pelayanan kesehatan, edukasi perubahan gaya
hidupdan/atau Nutrisi serta melakukan rujukan jika diperlukan dan Terapi Farmakologi.
Penderita DM di Kecamatan Singkil utara tahun 2022 yang mendapatkan pelayanan
sesuai standar sebanyak 100% dengan jumlah penderita sebanyak 444 pasien

Gambar 7.4 Persentase Penderita DM Yang


Mendapat Pelayanan Kesehatan di UPTD
Puskesmas Singkil Utara Tahun 2021 - 2022

23,10% Tahun 2022


Tahun 2021

100%

3. Persentase pelayanan kesehatan orang dengan gangguan jiwa berat (ODGJ)


Pelayanan kesehatan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) berat yaitu pelayanan
kesehatan sesuai standar kepada seluruh orang dengan gangguan jiwa berat sep
erti psikotik akut dan skizofrenia sebagai upaya pencegahan sekunder di wilayah kerjanya dalam
kurun waktu satu tahun. Meliputi pemeriksaan kesehatan jiwa dan edukasi.
Jumlah kasus ODGJ berat di Kabupaten Aceh Singkil pada tahun 2022 yang mendapat
pelayanan kesehatan sebanyak 11 penderita turun dari sebelumnya 16 kasus pasien.

47
Jumlah Pasien ODGJ di Puskesmas Singkil Utara
Tahun 2021 - 2022

Tahun 2021
Tahun 2022
11

16

48
BAB VIII
KESEHATAN LINGKUNGAN

Kegiatan upaya penyehatan lingkungan lebih diarahkan pada peningkatan kualitas


lingkungan melalui kegiatan yang bersifat promotif dan preventif. Adapun pelaksanaannya
bersama masyarakat diharapkan mampu memberikan kontribusi bermakna terhadap kesehatan
masyarakat karena kondisi lingkungan yang sehat merupakan salah satu pilar utama dalam
pencapaian Indonesia sehat.Untuk memperkecil risiko terjadinya penyakit atau gangguan
kesehatan akibat kondisi lingkungan yang kurang sehat, telah dilakukan berbagai upaya
peningkatan kualitas lingkungan.
Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menegaskan bahwa upaya
kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik,
kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya.
Lingkungan sehat mencakup permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, serta tempat dan
fasilitas umum, harus bebas dari unsur-unsur yang menimbulkan gangguan, diantaranya limbah
(cair, padat dan gas), sampah yang tidak diproses sesuai dengan persyaratan, vektor penyakit, zat
kimia berbahaya, kebisingan yang melebihi ambang batas, radiasi, air yang tercemar, udara yang
tercemar, dan makanan yang terkontaminasi.
Program Lingkungan Sehat bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang
lebih sehat melalui pengembangan sistem kesehatan kewilayahan dalam menggerakkan
pembangunan lintas sektor berwawasan kesehatan. Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan
dan Persyaratan Kesehatan ditetapkan pada media lingkungan yang meliputi air, udara, tanah,
pangan, sarana dan bangunan, serta vektor dan binatang pembawa penyakit. Pencapaian tujuan
penyehatan lingkungan merupakan akumulasi berbagai pelaksanaan kegiatan dari berbagai lintas
sektor, peran swasta dan masyarakat dimana pengelolaan kesehatan lingkungan merupakan
penanganan yang paling kompleks, kegiatan tersebut sangat berkaitan antara satu dengan yang
lainnya yaitu dari hulu yang berasal dari kebijakan dan pembangunan fisik dari berbagai lintas
sektor ikut serta berperan (Perindustrian, Lingkungan Hidup, Pertanian, Pekerjaan Umum -
Perumahan Rakyat dan lainnya) hingga ke hilir yaitu dampak kesehatan.

49
1. Persentase Sarana Air Minum Dengan Resiko Rendah + Sedang
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 736 Tahun 2010 mengatur tentang Tata Laksana
dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Peraturan ini menjelaskan bahwa pengawasan internal
dilakukan oleh penyelenggara air minum komersial dan pengawasan eksternal dilakukan oleh
Dinas Kesehatan Kota. Pengawas kualitas air minum internal adalah penyelenggara air minum
yang diawasi kualitas hasil produksinya secara eksternal oleh Dinas Kesehatan Kota dan KKP
yang dibuktikan dengan jumlah sampel pengujian kualitas air.
Penyelenggara air minum adalah PDAM/BPAM/PT yang terdaftar di Persatuan
Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia (Perpamsi), Sarana air minum perpipaan non PDAM
dan Sarana air minum bukan jaringan perpipaan komunal.

2. Persentase Sarana Air Minum Memenuhi Syarat


Air bersih adalah salah satu jenis sumber daya berbasis air yang bermutu baik dan biasa
dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Air
minum merupakan air yang dikonsumsi manusia dalam memenuhi kebutuhan cairan tubuh.
Mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum, air minum adalah air yang telah melalui proses pengolahan atau tanpa
proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010 menyatakan bahwa air minum
yang aman (layak) bagi kesehatan adalah air minum yang memenuhi persyaratan secara fisik,
mikrobiologis, kimia, dan radioaktif. Secara fisik, air minum yang sehat adalah tidak berbau,
tidak berasa, tidak berwarna serta memiliki total zat padat terlarut, kekeruhan, dan suhu sesuai
ambang batas yang ditetapkan. Secara mikrobiologis, air minum yang sehatnharus bebas dari
bakteri E.Coli dan total bakteri koliform. Secara kimiawi, zat kimia yang terkandung dalam air
minum seperti besi, aluminium, klor, arsen, dan lainnya harus di bawah ambang batas yang
ditentukan. Secara radioaktif, kadar gross alpha activity tidak boleh melebihi 0.1 becquerel per
liter (Bq/l) dan kadar gross beta activity tidak boleh melebihi 1 Bq/l.

3. Persentase penduduk dengan akses terhadap sanitasi yang layak


Sanitasi yang baik merupakan elemen penting yang menunjang kesehatan manusia.
Istilah sanitasi juga mengacu kepada pemeliharaan kondisi higienis melalui upaya pengelolaan
sampah dan pengolahan limbah cair. Sanitasi berhubungan dengan kesehatan lingkungan yang
50
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Buruknya kondisi sanitasi akan berdampak negatif
di banyak aspek kehidupan, mulai dari turunnya kualitas lingkungan hidup masyarakat,
tercemarnya sumber air minum bagi masyarakat, meningkatnya jumlah kejadian diare dan
munculnya beberapa penyakit.
Definisi rumah tangga yang memiliki akses sanitasi layak adalah apabila fasilitas sanitasi
yang digunakan memenuhi syarat kesehatan, antara lain dilengkapi dengan jenis kloset leher
angsa atau plengsengan dengan tutup dan memiliki tempat pembuangan akhir tinja tangki (septic
tank) atau Sistem Pengolahan Air Limbah (SPAL), dan juga merupakan fasilitas buang air besar
yang digunakan sendiri atau bersama.
Metode pembuangan tinja yang baik yaitu menggunakan jamban dengan syarat sebagai
berikut:
a. Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi.
b. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata air atau
sumur.
c. Tidak boleh terkontaminasi air permukaan.
d. Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain.
e. Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar, atau bila memang benar-benar diperlukan,
harud dibatasi seminimal mungkin.
f. Jamban harus bebas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang.
g. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.

4. Persentase Desa STBM


Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM) menyatakan bahwa STBM adalah pendekatan untuk mengubah
perilaku higienis dan saniter melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan.
Penyelenggaraan STBM bertujuan untuk mewujudkan perilaku masyarakat yang higienis dan
saniter secara mandiri dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya.
Masyarakat yang menyelenggarakan STBM secara mandiri dengan berpedoman pada 5
Pilar STBM, bertujuan untuk memutus mata rantai penularan penyakit dan keracunan. 5 Pilar
STBM terdiri atas perilaku:
a. Stop Buang Air Besar Sembarangan
51
b. Cuci Tangan Pakai Sabun
c. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga
d. Pengamanan Sampah Rumah Tangga, dan
e. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga.
Mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014, strategi
penyelenggaraan STBM meliputi 3 (tiga) komponen yang saling mendukung satu dengan yang
lain, yang disebut dengan 3 Komponen Sanitasi Total adalah sebagai berikut:
1 Penciptaan lingkungan yang kondusif (enabling environment)
Tujuan: menciptakan lingkungan yang mendukung melalui sinergi lintas sektor dan lintas
program, penguatan-penguatan melalui regulasi yang mendukung pelaksanaan STBM, dan
membangun mekanisme pembelajaran antar daerah.
2 Peningkatan kebutuhan sanitasi (demand creation)
Tujuan: meningkatkan kebutuhan masyarakat terhadap sarana sanitasi yang dilakukan
melalui kegiatan pemicuan, monitoring, dan penggunaan
media komunikasi perubahan perilaku.
3 Peningkatan penyediaan akses sanitasi (supply improvement)
Tujuan: meningkatkan penyediaan sarana sanitasi dengan pilihan yang
bervariasi dan terjangkau masyarakat secara luas. Jumlah desa/kelurahan yang
melaksanakan Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat adalah jumlah kumulatif desa/kelurahan yang terverifikasi
melaksanakan STBM, yaitu yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Telah dilakukan pemicuan STBM (upaya untuk menuju perubahan perilaku masyarakat
yang higienis dan saniter melalui pemberdayaanmasyarakat dengan metode partisipatori
berprinsip pada pendekatan CLTS (Community-Led Total Sanitation).
b. Telah memiliki natural leader (anggota masyarakat baik individu maupun kelompok
masyarakat yang memotori gerakan STBM di masyarakat tersebut).
c. Telah memiliki Rencana Kerja Masyarakat (RKM).
Tidak ada data

5. Persentase tempat-tempat umum memenuhi syarat kesehatan


Tempat-Tempat Umum (TTU) adalah tempat atau sarana umum yang digunakan untuk
kegiatan masyarakat dan diselenggarakan oleh pemerintah/swasta atau perorangan, antara lain
52
pasar rakyat, sekolah, fasyankes, terminal, bandara, stasiun, pelabuhan, bioskop, hotel dan
tempat umum lainnya.
TTU yang memenuhi syarat kesehatan adalah tempat dan fasilitas umum minimal sarana
pendidikan dan pasar rakyat yang memenuhi syarat kesehatan antara lain memiliki pengolahan
limbah cair dan limbah padat dengan baik, ketersediaan air yang cukup (kuantitas dan kualitas),
penerangan yang baik, ventilasi yang terawat, dan adanya pengendalian vektor dan binatang
pengganggu lainnya.
Pemerintah Daerah minimal wajib mengelola 2 tempat-tempat umum, yaitu :
a. Sarana pendidikan dasar yang dimaksud adalah Sekolah Dasar (SD/MI), Sekolah
Menengah Pertama (SMP/MTs) dan yang sederajat milik pemerintah dan swasta yang
terintegrasi.
b. Pasar rakyat yang dimaksud adalah pasar yang berlokasi permanen, ada pengelola,
sebagian besar barang yang diperjual belikan yaitu kebutuhan dasar sehari-hari dengan
fasilitas infrastruktur sederhana, dan dikelola oleh Pemerintah Daerah dan Badan Usaha
Milik Daerah. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan upaya peningkatan jumlah TTU
yang memenuhi syarat diantaranya adalah anggaran daerah untuk program kesehatan
lingkungan masih rendah, belum semua daerah memiliki peralatan pengukuran parameter
kualitas lingkungan yang sesuai, dan pendataan ulang di daerah untuk akurasi data yang
tercatat. Kendala lainnya adalah tumpang tindih regulasi antar lembaga yang belum
bersinergi dan masih belum optimalnya koordinasi baik lintas program maupun lintas
sektor serta institusi terkait.
Di UPTD Puskesmas Singkil Utara pada tahun 2022, jumlah TTU sebanyak 31 unit, terdiri dari
sarana pendidikan sebanyak 13 unit, sarana kesehatan sebanyak 1 unit (puskesmas, RS), pasar 1
unit dan tempat Ibadah 16 unit. Berdasarkan jumlah tersebut, TTU memenuhi syarat sebanyak
31 unit (100%)

53
Grafik 7.1 Tempat-Tempat Umum Memenuhi syarat di UPTD Puskesmas Singkil Utara
Tahun 2022
13 13

9 9

1 1 1 1

Sarana Pendidikan Sarana Kesehatan Tempat Ibadah Pasar

6. Persentase tempat pengelolaan makanan memenuhi syarat kesehatan

Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) memiliki potensi yang cukup besar untuk
menimbulkan gangguan kesehatan atau penyakit bahkan keracunan akibat dari makanan yang
dihasilkannya. TPM adalah usaha pengelolaan makanan yang meliputi jasa boga atau katering,
rumah makan dan restoran, depot air minum, kantin, dan makanan jajanan.
Berdasarkan Kepmenkes Nomor 1098 Tahun 2003 tentang Persyaratan Higiene Sanitasi
Rumah Makan dan Restoran. Persyaratan yang harus dipenuhi meliputi :
a. Persyaratan lokasi dan bangunan serta fasilitas sanitasi
b. Persyaratan dapur, rumah makan, dan gudang makanan
c. Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi
d. Persyaratan pengolahan makanan
e. Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi
f. Persyaratan penyajian makanan jadi dan peralatan yang digunakan.

Salah satu aspek dalam menjaga keamanan pangan yang harus salah satu aspek dalam
menjaga keamanan pangan yang harus dilaksanakan secara terstruktur dan terukur dengan
mewujudkan tempat pengelolaan makanan yang memenuhi syarat kesehatan. TPM yang
memenuhi persyaratan higiene sanitasi harus dibuktikan dengan sertifikat layak higiene sanitasi.

54
Pada tahun 2022 di UPTD Puskesmas Singkil Utara seluruh TPM berjumlah 86 unit.
TPM dalam hal ini meliputi Jasa Boga atau katering, Rumah Makan atau Restoran, Depot Air
Minum (DAM), kantin, dan Makanan Jajanan. Sedangkan TPM yang memenuhi syarat sejumlah
30 unit (35%) Adapun TPM memenuhi syarat : DAM sebanyak 11 unit dan makanan jajanan 19
buah.

55
BAB IX
PENUTUP

Data dan informasi merupakan sumber daya yang strategis bagi organisasi dalam
pelaksanaan manajemen. Penyediaan data dan informasi yang berkualitas sangat diperlukan
sebagai masukan dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan program
Kesehatan.
Di bidang kesehatan, data dan informasi diperoleh melalui penyelenggaraan Sistem
Informasi Kesehatan yang sudah cukup baik dan terintegrasi tapi masih belum dapat memenuhi
kebutuhan data informasi kesehatan secara optimal.
Diharapkan Profil Kesehatan Puskesmas ini dapat memberikan gambaran secara garis
besar dan menyeluruh tentang situasi derajat kesehatan masyarakat dan situasi upaya kesehatan
yang telah dicapai. Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan kualitas Profil, perlu dicari
terobosan dalam mekanisme pengumpulan data dan informasi secara cepat untuk mengisi
kekosongan data sehingga kualitas data menjadi lebih baik.
Profil Puskesmas ini berisi hasil kegiatan program selama satu tahun yaitu 2022. Analisa
dilakukan pada program prioritas dan masih yang dibawah target. Dalam laporan ini analisa
dibuat berupa perumusan masalah, penyebab masalah, alternatif pemecahan dan rencana
strategis dengan harapan ditahun mendatang hasilnya dapat digunakan untuk Rencana Usulan
Kegiatan 2023

56
57

Anda mungkin juga menyukai