Anda di halaman 1dari 2

1.

Indonesia menjadi eksportir besi dan baja terbesar ke 10 di dunia dan berkonrtibusi sebesar 11
persen terhadap nilai ekspor indonesia
2. Industri besi dan baja memiliki keterkaitan yang kuat dengan industri yang lain seperti contohnya
hilirisasi nikel berdampak terhadap peningkatan nilai tambah maupu volume ekspor besi dan baja.
Pernyataan presiden jokowi bahwa hilirisasi nikel meningkatkan eskpor besi baja hingga 18 kali
lipatnya

3. inudstri besi dan baja sangat dinamis dan bergantung pada penurunan harga global yang dipicu
oleh permintaan yang mengalami perlambatan akibat konflik dan laju inflasi global mengakibatkan
ekspor besi dan baja. Pada tahun 2023 nilai ekspor besi baja turun sebesar 3,94%

4. pengaruh ACFTA?

Pemberlakuan ACFTA untuk komoditas besi dan baja dilakukan secara bertahap yaitu pada tahun 2012
dengan penurunan tarif menjadi 0-20 persen dan pada tahun 2018 menjadi 0-5 persen.

ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) adalah bentuk realisasi kerjasama perdagangan bebas
antara Indonesia, negara-negara ASEAN, dan Cina. Satu tujuan dibentuknya ACFTA adalah
meliberalisasikan perdagangan barang dan jasa melalui pengurangan atau penghapusan tarif. Diantara
sektor-sektor industri pengolahan nasional yang terkena dampak cukup besar dengan terbentuknya ACFTA
ini adalah sektor industri besi dan baja dimana produk industri ini yang termasuk dalam rangkaian
perjanjian ACFTA mencapai 8,6 persen dari seluruh pos tarif industri pengolahan atau menempati posisi
ketiga terbanyak setelah industri tekstil dan elektronika. Industri besi dan baja juga perlu diperhatikan
mengingat eksploitasi besi baja menempati peringkat pertama diantara barang tambang logam lainnya (95
%) dan merupakan industri strategis yang mampu mendorong industri hilir sehingga berperan penting
dalam perindustrian nasional secara keseluruhan

Perkembangan neraca nilai perdagangan produk baja selama kurun waktu 2018-2023 cukup
menggembirakan. Setelah mengalami defisit pada tahun 2018 dan 2019, nilai neraca
perdagangan produk baja mengalami surplus dan meningkat secara signifikan pada tahun
2020, 2021, dan 2022 (Gambar 2). Selama periode Q1 2023 juga menunjukkan surplus
USD3.153 juta. Nilai ini naik 14,6 persen dibandingkan pada periode yang sama di tahun
2022 dengan nilai surplus USD2.751 juta. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
industri besi baja nasional merupakan industri yang penting bagi Indonesia karena mampu
menyumbang devisa negara dalam jumlah signifikan (Tabel 2).

Jelaskan mengenai sektor logam dasar, bagaimana impactnya terhadap perekonomian, share sektor
logam dasar

Bagaiaman peran indonesia dalam perdagangan sektor pengelohan/logam dasar?

Kaitannya dengan larangan ekspor biji besi

verifikasi bahan baku besi scrap


Pada tahun 2021 berdasarkan total nilai ekspornya, besi dan baja menduduki peringkat ketiga dalam
komoditas ekspor Indonesia, hal ini sejalan dengan pernyataan Kementerian Perdagangan. Pada
tahun tersebut nilai ekspor besi dan baja Indonesia tercatat sebesar US$21.448,2 juta meningkat 90
persen dibandingkan tahun sebelumnya dan menduduki posisi ke sepuluh sebagai eksportir besi dan
baja terbesar dunia dengan pangsa pasar 3,37 persen.

Misalnya, kebijakan tarif global Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada awal 2018 dengan
mengeluarkan tarif tambahan 25 persen terhadap produk baja dan aluminium atas dasar keamanan
nasional (Section 232 of the Trade Expansion Act of 1962).

Kebijakan ini disusul upaya pengamanan perdagangan (safeguard) secara sporadis oleh negara Uni
Eropa, Kanada, dan Turki. Ada pula kebijakan antidumping dan antisubsidi dari beberapa negara
lainnya terhadap produk besi dan baja Indonesia, khususnya produk baja nirkarat (stainless steel).

Anda mungkin juga menyukai